Makalah ideologi di negara docx

PENDIDIKAN PANCASILA
PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA DENGAN IDEOLOGI LAIN DI DUNIA

Disusun Oleh :
FIONA (5535150079)
IZMI FAZAT NUR AZIZAH (5535150676)
ARDHIEYA AYUREGITA C(5535150680)
VINTA RATU AFRILYA (5535150895)
DIFA AZILA (5535151357)
ASTRI HUMAIROH (5535151394)
ANGGIE NOVALIA (5535151746)
RAHAYU TRISIAN NUR I (5535151797)
RITA KARTINI (5535152083)

Program Studi Pendidikan Tata Rias
Fakultas Teknik
Universitas Negri Jakarta
2015/2016

Kata Pengantar


Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya sehinnga
dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila.
Penyusun menyadari, penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, serta masih
banyak kekurangan. Penyusun mohon kritik dan saran dari rekan-rekan semua kearah
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah Pendidikan Pancasila,
dan juga kepada rekan-rekan yang terlibat didalamnya, sehingga makalah ini bisa tersusun.
Penyusun berharap, makalah ini bisa bermanfaat bagi penyusun sendiri ataupun semua
pihak yang memerlukan.

PERBANDINGAN
IDEOLOGI
IDEOLOGI LAIN DI DUNIA

PANCASILA

DENGAN

1. PANCASILA

Pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan /
Perwakilan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat terbuka.
Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan
senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Sebagai suatu ideologi yang
bersifat terbuka maka Pancasila memiliki dimensi sebagai berikut:
Dimensi idealis; yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bersifat sistematis dan
rasional yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila Pancasila : Ketuanan,
kemanusiaa, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Dimensi normatif; yaitu nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila perlu dijabarkan dalam suatu sistem normatif, sebagaimana
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 yang memilki kedudukan tinggi yang di dalamnya
memuat Pancasila dalam alinea IV Dimensi realitas; yaitu suatu ideologi harus mampu
mencerminkan realitas yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.


Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat . Pancasila yang terdiri atas lima sila pada
hakikatnya merupakan sistem filsafat. Yang dimaksud dengan sistem adalah satu-kesatuan
bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu, lazimnya
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Satu kesatuan bagian-bagian
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
3. Saling berhubungan, saling ketergantungan
4. Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem)
5. Terjadi dalam suatu lingkaran yang komplek.
Pancasila Sebagai Suatu Sistem Nilai
Pengertian Nilai
Di dalam Dictionary of Sociology an Related Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah
kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi nilai
itu pada hakekatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek.
Hierarki Nilai
Max Scheler membagi nilai berdasarkan tingkatan (tinggi rendah) yaitu:
Nilai-nilai kenikmatan.
Nilai-nilai kehidupan
Nilai-nilai kejiwaan
Nilai-nilai kerohanian


Notonegoro membagi nilai menjadi tiga, yaitu:
Nilai material
Nilai vital
Nilai kerohanian
Nilai kerohanian ini dapat dibedakan atas empat macam, yaitu:
Nilai kebenaran
Nilai keindahan atau nilai estetis
Nilai religius
Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila 1 sampai sila 5 Pancasila merupakan cita-cita dan
harapan, dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkan dalam kehidupannya. Ia merupakan
harapan, cita-cita tetapi sekaligus adalah kenyataan. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
itu mempunyai tingkatan dan bobot yang berbeda, namun nilai-nilai itu tidak saling
bertentangan. Akan tetapi nilai-nilai itu saling melengkapi.
Fungsi Teoritis Dan Praktis Pancasila Sebagai Filsafat
Fungsi Teoritis Pancasila Sebagai Sistem Filsafat; bahwa suatu sistem filsafat adalah merupakan
suatu sistem pengetahuan dan pengertian yang terdalam serta menyeluruh sehingga bersifat
universal
Fungsi Praktis Pancasila Sebagai Sistem Filsafat; yaitu seluruh aspek dalam pelaksanaan dan

penyelenggaraan negara merupakan hasil derivasi nilai-nilai Pancasila.

2.TROTSYKYISME
Trotskyisme berasal dari nama pendirinya, Leon Trotsky (1879-1940). Ia memiliki ajaran
mengenai revolusi abadi. Isinya berupa pernyataan bahwa revolusi dapat berhasil dan
mendukung keinginan sosialnya bila revolusi itu meluas di luar batas Rusia. Menurutnya,
meluasnya revolusi sosialisme akan dapat mengatasi kekuatankapitalisme Eropa. Trotsky tidak
mendukung kebijakan ekonomi baru kapitalis semu. Kebijakan ini telah dilaksanakan oleh Stalin
pada tahun 1921 dan dicetuskan kembali pada tahun 1928 oleh Stalin. Menurut Trotsky,
kegagalan kebijakan ekonomi tersebut untuk mempersatukan petani dan menganjurkan semangat
borjuis di antara pengusaha kecil. Hal ini merupakan cermin kemunduran dalam perkembangan
sosialisme di Rusia. Selanjutnya, Trotsky mencetuskan kembali teori produksi dan distribusi
secara kebersamaan, yang diprakarsai oleh negara.
3.STALINISME
Stalinisme berasal dari nama Stalin (1879-1953). Ia adalah tokoh sosialis Soviet yang menguasai
negara pada tahun 1903-an. Menurut Stalin, sosialisme harus berada di satu negara, yaitu Soviet.
Bagi Stalin, Soviet harus menjadi benteng sosialisme, yang merupakan model pembangunan
sosialisme yang akan mengilhami kaum sosialis di seluruh dunia. Tentu saja hal ini bertentangan
dengan ide Trotsky, yang menginginkan sosialisme meluas ke luar Rusia.
Selanjutnya, pada tahun 1928 Stalin membuat program produksi pertanian secara kebersamaan

dan program pembangunan lima tahun pertama di Uni Soviet. Ditambah dengan serangkaian
program perkembangan lainnya, Stalin ingin menjadikan Uni Soviet sebagai negara berkekuatan
industri sekaligus militer. Akibatnya, jutaan petani menjadi korban program pembangunan Stalin
ini.

4. MAOISME
Maoisme berasal dari nama Mao Zedong. Ia adalah pemimpin Partai Komunis Cina
(PKC). Partai ini didirikan oleh para profesor dari Universitas Peking pada tahun 1921. Maoisme
merupakan ideologi komunis di Tiongkok. Berbeda dengan komunisme di negara-negara lain,
Maoisme lebih mementingkan peran petani daripada buruh. Karena kondisi Tiongkok
menempatkan kaum buruh sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kapitalisme. Mao Zedong
membentuk tentara petani dan menjalankan hal-hal berikut :


Pendistribusian kembali tanah, tujuannya untuk memberi keuntungan bagi para petani
miskin.



Membatasi eksploitasi petani oleh tuan tanah dan para lintah darat.




Melembagakan pajak dan program kesejahteraan.



Memperkuat organisasi politik dan militer komunis.

4. NEOLIBERALISME
Menurut etimologi, Liberal dalam kamus Oxford yang diambil oleh Didin S Damanhuri
dalam bukunya mempunyai arti giving freely dan dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai
bebas atau kebebasan dan isme adalah aliran atau ideologi. Dalam terminologinya Liberalisme
memang tidak bisa dilepaskan dalam inti teori ini yaitu memberikan kebebasan yang besar bagi
setiap individu-individu atau para pelaku pasar untuk melakukan mekanisme pasar yang
dilandasi segala kepentingan-kepentingan tiap-tiap individu itu sendiri.

Maka Neoliberalisme memang tidak jauh berbeda dari definisi diatas namun ada
beberapa pengecualian karena sifatnya baru seperti keterlibatkan intervensi pemerintah,
penguatan sektor fiskal dan lain-lain yang akan dibahas pada uraian selanjutnya.

Ide-ide Pokok Neoliberalisme
1. Adanya disiplin fiskal. Pemerintah negara-negara berkembang diminta menjaga anggarannya
agar tetap surplus. Namun bila sisi fiskalnya tertekan hebat, masih ditoleransi mengalami deficit
asalkan tidak lebih dari dua persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
2. Belanja pemerintah seharusnya diprioritaskan untuk memperbaikii distribusi pendapatan
seperti membiayai proyek-proyek atau program-program yang membuat pendapatan kelompok
miskin meningkat.
3. Sektor fiskal direformasi terutama dengan perluasan objek pajak dan wajib pajak.
4. Sektor financial p[erlu dileberalisasikan dengan penyerahan secara penuh suku bunga kepada
mekanisme pasar.
5. Penentuan kurs mata uang seyogyanya dilakukan dengan mempertimbangkan daya saing dan
kredibilitas.
6. Perdagangan sebaiknya dileberalisasikan.
7. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) alangkah baiknya diprivatisasikan dengan tujuan
menaikan efisiensi dan membantu pembiayaan defisit APBN.

8. Hendaknya investasi asing tidak di diskriminasikan.
9. Program regulasi yang menghilangkan segala macam bentuk restriksi atau hambatanhambatan bagi perusahaan-perusahaan baru yang mau berinvestasi di dalam negeri.
10. Pemerintah perlu menghormati dan melindungi hak cipta agar menumbuhkan iklim kreatif
dan inovatif dalam proses produksi.

Ciri-ciri Neoliberalisme
1. Deregulasi Ekonomi. Maksudnya adalah kunci menuju kemajuan ekonomi adalah
meningkatnya produksi dalam skala besar dengan teknologi serta ketergantungan akut pada
mekanisme pasar yang di dalamnya menuntut setiap pelaku pasar untuk berperan meningkatkan
pertumbuhan.
2. Dekonsentrasi Pemerintahan. Kekuasaan tidak lagi tersentralisasi pada satu tangan pucuk
tertinggi saja namun terdesentralisasi dengan arahan pusat.
3. Pengalihan funsgi-fungsi pemerintahan kepada swasta. Peran Swasta disini sangat vital karena
fungsi-fungsi pemerintah seperti mengatur barang-barang publik seperi air, jalan dan lain-lain
menjadi tanggung jawab swasta.
4. Kesangsian terhadap détente (perbedaan ketegangan Timur dan Barat).
5. DEMOKRASI ISLAM
Demokrasi islam adalah ideology politik yang bertujuan untuk menerapkan prinsip
prinsip agama islam kedalam kebijakan public. Ideology ini muncul pada awal perjuangan

pembebasan atas daerah mandate britania atas palestina kemudian menyebar akan tetapi di
sejumlah Negara Negara dengan praktiknya telah mencair melalui gerakan sekularisasi
6. IDEOLOGI FUNDAMENTALISME
Di sini fundamentalisme merupakan keimanan yang kuat, tidak goyah, dan bisanya
menganut satu kepercayaan yang bersumber dari nash-nash suci. Bagi orang yang percaya akan

paham ini akan selalu mengarahkan segala kegiatannya sesuai dengan pemahaman mereka.
Model pergerakan sangat mendominasi aktifitasnya. Mereka sadar betul bahwa pemahaman
jika tidak diamalkan akan tinggal teori belaka, yang tidak berpengaruh kepada kehidupan
masyarakat. Secara otomatis mereka senang terhadap kekerasan, teror dan perang, karena
berambisi untuk merubah orang lain, dan sulit untuk toleran dengan lingkungan yang berlainan
dengan pahamnya. Mereka senang sekali memberikan arahan kepada para pembelot dan orangorang yang dianggap kafir.
Selain itu mereka percaya terhadap kebenaran absolut dalam agama mereka, sehingga
menggiring kepada fanatisme dan penindasan terhadap golongan lain. Pada realitasnya
fundamentalisme lebih cenderung kepada kekerasan dari pada dialog dan saling memahami.
Diantara mereka juga ada yang senang untuk ‘uz;lah dan memencilkan diri.
Semua aliran fundamentalisme sepakat tentang faham di mana nash yang menjadi rujukan
memuat sekumpulan kebenaran-kebenaran abadi yang berlaku di sepanjang zaman. Inilah
garansi ke-ma'suman-nya, oleh karena itu dianggap sebagai ideologi nash atau kitab sebagai
petunjuk yang menjawab segala problem. Sikap seperti ini malah menghilangkan keistimewaan
agama, karena sudah menganggap agama telah finish, meski sebenarnya masih terbuka.