DAMPAK PERUBAHAN ISTILAH PRODI HUBUNGAN

DAMPAK PERUBAHAN ISTILAH PRODI HUBUNGAN MASYARAKAT DENGAN
KECENDERUNGAN PEMILIHAN KULIAH OLEH MURID SMA
(Studi Kasus Dampak Perubahan Istilah Program Studi Hubungan Masyarakat dalam
Kecenderungan Memilih Prodi Hubungan Masyarakat di Fikom Unpad oleh Siswa-siswi SMA
Pasundan 8)
Ditujukan sebagai tugas Riset Publik

KELOMPOK:
SARAH SILVIA

210110120242

FELIX BOYKE S.

210110120286

FANIA LAMIKA

210110120291

YUNITA WERDININGRUM


210110120298

ARY SONA PRAWIJAYA M.

210110120314

HUMAS D

PROGRAM STUDI HUBUNGAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Fikom Unpad) merupakan
sebuah fakultas yang paling digemari di Universitas Padjadjaran dengan jumlah peminat
paling tinggi setiap tahunnya. Pada tahun 2015, peminat SNMPTN Fikom termasuk

dalam tiga kelompok tertinggi peminat calon mahasiswa di lingkungan Universitas
Padjadjaran (Kedokteran, Akuntasi, Manajemen dan Ilmu Komunikasi). Tahun ini
peminat SNMPTN untuk Fikom sebanyak 12.278 orang, dengan jumlah peminat prodi
Ilmu Komunikasi 9.542 orang, Ilmu Perpustakaan 1.539 orang dan Ilmu Humas 1.197
orang.
Setiap tahun, Fikom Unpad kerap menjadi pilihan bagi banyak sekali calon
mahasiswa. Pemilihan program studi langsung pada SBMPTN diselenggarakan sejak
seleksi PTN untuk angkatan tahun 2013. Sampai pada tahun 2012, seluruh mahasiswa
yang terdaftar menjadi mahasiswa Fikom Unpad di dalam jurusan Ilmu Komunikasi,
akan memilih satu dari tiga departemen yaitu Public Relations, Jurnalistik, atau
Manajemen Komunikasi pada semester tiga. Sejak SBMPTN tahun 2013, calon
mahasiswa dapat langsung memilih program studi, dimana saat itu prodi yang pertama
kali berdiri sendiri adalah prodi Hubungan Masyarakat (Public Relations).
Sebelum tahun 2013, Public Relations Unpad merupakan sebuah departemen di
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Setelah menjadi sebuah program
studi, turun keputusan dari DIKTI bahwa program studi ini resmi berganti istilah menjadi
Program Studi Hubungan Masyarakat. Pergantian istilah tersebut menimbulkan beberapa
tanggapan, salah satunya adalah bahwa sesungguhnya Public Relations dalam
penerjemahan ke dalam Bahasa Indonesia tidak bisa disetarakan dengan arti Hubungan
Masyarakat.

Setelah keluar data jumlah peminat calon mahasiswa terhadap program studi yang
ada di Fikom Unpad, data menunjukkan bahwa Program Studi Hubungan Masyarakat
kini hanya memiliki jumlah peminat sebanyak 1.197 orang. Padahal, pada tahun 2012,
jumlah peminat Public Relations Department adalah yang terbanyak hingga dibuka
sampai 7 kelas. Muncul dugaan dan kekhawatiran bahwa salah satu penyebab tidak

tingginya jumlah peminat Program Studi Hubungan Masyarakat adalah karena perubahan
nama yang membuat persepsi calon mahasiswa menjadi berbeda dengan adanya istilah
yang baru ini.
Istilah Hubungan Masyarakat diduga menimbulkan pergeseran makna dan
persepsi calon mahasiswa terhadap profesi Public Relations itu sendiri. Muncul dugaan
bahwa perubahan istilah tersebut membuat program studi ini terdengar asing bagi
mereka, bahkan mungkin Hubungan Masyarakat dianggap hanya berkaitan dengan
pekerjaan di pemerintahan saja.
Dengan menurunnya jumlah peminat Program Studi Hubungan Masyarakat
hingga memicu dugaan-dugaan seperti di atas, maka kami tertarik untuk meneliti lebih
dalam apakah dampak sesungguhnya dari perubahan istilah Departement Public
Relations menjadi Program Studi Hubungan Masyarakat berpengaruh terhadap
kecenderungan penurunan minat siswa-siswi yang duduk di bangku kelas 3 SMA, dalam
memilih program studi ini sebagai tujuan untuk kuliahnya nanti.

I.2 TUJUAN PENELITIAN
I.2.1 Untuk mengetahui apakah siswa-siswi SMA Pasundan 8 tahu mengenai Program
I.2.2

Studi Hubungan Masyarakat Fikom Unpad.
Untuk mengetahui respon siswa-siswi SMA Pasundan 8 terhadap perubahan istilah

I.2.3

Program Studi Hubungan Masyarakat Fikom Unpad.
Untuk mengetahui persepsi siswa-siswi SMA Pasundan 8 terhadap Program Studi

I.2.4

Hubungan Masyarakat Fikom Unpad.
Untuk mengetahui dampak perubahan istilah Program Studi Hubungan Masyarakat
Fikom Unpad terhadap minat siswa-siswi SMA Pasundan 8 dalam memilih studi
lanjutannya.

BAB II

LANDASAN TEORI
Dalam penelitian ini, digunakan Teori S-R (Stimulus-Respons) yang dikemukakan oleh
Thorndike. Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya:


Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan,
maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak
memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi



antara Stimulus- Respons.
Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan
organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana
unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau



tidak berbuat sesuatu.

Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin
bertambah erat jika sering dilatih dan sebaliknya akan berkurang jika jarang dilatih.

Asumsi Dasar
Teori ini menunjukan sebagai proses aksi (Stimulus) dan reaksi (Respon) yang sangat
sederhana. Sebagai contoh bila seorang lelaki berkedip mata kepada seorang wanita, dan
kemudian wanita itu tersipu malu itulah yang dimaksud teori S-R.
Jadi teori S-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan–tulisan), isyarat-isyarat
nonverbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk
memberikan respon dengan cara tertentu. Maka teori ini dapat dianggap sebagai proses
pertukaran atau perpindahan informasi. Proses ini dapat bersifat timbal balik dan mempunyai
banyak efek. Setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi berikutnya.
Dalam Proses perpindahan informasi ada dua kemungkinan respon yang akan terjadi
setelah stimuli diberikan oleh komunikator, yaitu reaksi negative dan positif. Reaksi positif
terjadi apabila komunikan menerima stimuli dari komunikator dan memberikan reaksi seperti
apa yang diharapkan oleh sang komunikator. Sebagai contoh jika anda bertemu dengan teman

anda dan anda melambaikan tangan kepadanya kemudian anda juga mendapat lambaian tangan
darinya ini merupakan sebuah respon positf yang ditunjukan oleh teman anda sebagai
komunikan, namun jika lambaian tangan anda tersebut dibalas oleh teman anda dengan

memalingkan wajah maka dapat dikatakan proses penyampaian pesan anda berlangasung negatif.
Teori S-R mengabaikan komunikasi sebagai suatu proses, khususnya yang berkenaan
dengan faktor manusia. Secara implisit ada asumsi dalam teori S-R ini bahwa perilaku (respon)
manusia dapat diramalkan. Ringkasnya, komunikasi dianggap statis. Manusia dianggap
berperilaku karena kekuatan dari luar(stimulus), bukan berdasarkan kehendak,keinginan atau
kemauan bebasnya. Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi
yaitu Hypodermic Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda
dengan model S-R, yakni jika kita menggunakan media sebagai kasusnya maka media secara
langsung dan cepat memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Artinya media diibaratkan
sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan menghasilkan
tanggapan (R) yang kuat pula.
Konseptual
1. Aksi (Stimulus)
Perubahan jurusan Hubungan Masyarakat menjadi prodi dengan menyediakan istilah
“Humas” merupakan aksi/tindakan dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Padjadjaran. Setelah menjadi salah satu jurusan yang ada pada Program Studi Ilmu
Komunikasi, kini Hubungan Masyarakat sudah menjadi Pogram Studi yang berdiri
sendiri. Para siswa kelas 3 SMA dapat langsung memilih Program Studi ini yang
diberikan istilah Hubungan Masyarakat (Humas).
2. Reaksi (Respon)

Para siswa kelas 3 SMA, merespon aksi tersebut dengan cara memilih atau tidak memilih
prodi Humas. Istilah Humas seringkali salah ditafsirkan oleh orang-orang yang awam
dengannya. Biasanya, orang akan cenderung lebih tertarik bila istilah sutau nama lebih
menarik. Misalnya, Humas menjadi Public Relations. Itu akan menarik para siswa agar
cenderung mau memilih Humas karena istilahnya yang berbeda.
Kata atau istilah “Humas” merangsang merangsang para siswa kelas 3 SMA untuk
memberikan respon mereka. Maka teori ini dapat dianggap sebagai proses pertukaran

atau perpindahan informasi. Efek dari tindakan ini, cenderung kepada jumlah siswa
kelas 3 SMA yang mau memilih prodi Humas pada pilihannya di Seleksi Perguruan
Tinggi Negeri. Efek inilah yang mengubah tindakan komunikasi berikutnya. Apa yang
harus dilakukan oleh prodi Humas dan fakultas untuk mempersuasi siswa kelas 3 SMA
untuk memilih prodi Humas.
Respon yang akan terjadi dapat berupa reaksi negatif dan positif. Reaksi positif terjadi
apabila banyak siswa kelas 3 SMA yang mau memilih Prodi Humas Fikom Unpad
banyak, sedangkan respon negative apabila peminat Prodi Humas berkurang.
Jika respon negative, maka akan dilakukan tindakan komunikasi selanjutnya, apakah
istilah “Humas” yang memengaruhi penurunan peminat dari siswa kelas 3 SMA. Lalu
apa yang harus dilakukan oleh Prodi Humas Sendiri untuk menarik lebih banyak siswa
agar tertarik untuk memilih Prodi Humas dan membentuk persepsi mereka bahwa

Hubungan Masyarakat dan Public Relations adalah dua hal yang sama.

BAB III
HASIL & PEMBAHASAN
Seperti yang telah kita ketahui, Peneliti berasumsi bahwa perubahan nama institusi
pendidikan yang harus menggunakan kata – kata dalam bahasa Indonesia memiliki pengaruh
terhadap kredibilitas nama institusi tersebut di mata awam (yang dalam penelitian kali ini adalah
siswa kelas XII SMA).
Istilah “Public Relations” memiliki kecenderungan untuk lebih menarik perhatian awam
karena istilah ini lebih populer. Sementara Hubungan Masyarakat masih dipandang sebagai
istilah yang diidentikkan sebagai suatu bagian di dalam suatu institusi pemerintahan. Sebenarnya
antara keduanya tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Masing – masing hanyalah sebuah
label yang menggambarkan sebuah bagian profesi dalam sebuah institusi yang berguna untuk
mempertahankan kelangsungan instusi tersebut dengan cara membangun citra.
Universitas Padjadjaran dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi favorit para calon
mahasiswa dari berbagai lulusan SMA di seluruh Indonesia. Salah satu yang menjadi daya tarik
tertinggi adalah Jurusan Ilmu Komunikasi yang tiap tahun dapat menarik jumlah peminat hingga
hampir 10.000 orang. Mayoritas peminat Ilmu Komunikasi ini nantinya mengikuti penjurusan
lagi pada semester tiga kemudian bergabung ke jurusan Public Relations.
Pada Tahun 2013, jurusan Public Relations berdiri sebagai sebuah prodi sendiri dan

muncul pada plotting SNMPTN dan SBMPTN dengan nama “Ilmu Hubungan Masyarakat”.
peminat yang selama ini sudah mendapatkan pengetahuan dan informasi bahwa untuk bergabung
di jurusan humas harus melalui tahun pertama sebelum penjurusan, sekarang langsung dapat
memilih jurusan pada saat pendaftaran kedua ujian masuk perguruan tinggi tersebut. Sehingga
mereka bingung dengan adanya nama “Ilmu Hubungan Masyarakat” di plotting SNMPTN dan
SBMPTN.
Berdasarkan Teori Stimulus dan Respon, Siswa diposisikan sebagai subjek dari teori ini.
Sedangkan perubahan nama prodi yang sekarang harus menggunakan istilah dalam Bahasa
Indonesia dari Public Relations menjadi Ilmu Hubungan Masyarakat, diposisikan sebagai
stimuli. Maka peneliti ingin mencari tahu, respon apakah yang akan diberikan oleh subjek

penelitian setelah mendapatkan stimuli tersebut. Respon dapat berupa respon positif jika sang
subjek menunjukan sikap seperti yang diharapkan oleh peneliti yaitu bahwa perubahan nama
Public Relations menjadi Ilmu Hubungan Masyarakat tidak menurunkan minat siswa terhadap
program studi ini. Sebaliknya respon dapat menjadi respon negatif jika subjek menunjukan sikap
tidak seperti yang diharapkan oleh peneliti yaitu bahwa perubahan nama Public Relations
menjadi Ilmu Hubungan Masyarakat ini ternyata mempengaruhi menurunnya minat siswa
terhadap program studi tersebut.
Dibawah ini adalah hasil penelitian dari peneliti mengenai dampak perubahan istilah
prodi hubungan masyarakat terhadap kecenderungan pemilihan kuliah oleh anak SMA. Di awal,

peneliti mencoba menggali aspek kognisi para siswa, dengan tujuan untuk memperoleh informasi
apakah pada siswa (yang dalam penelitian ini berperan sebagai responden) memiliki
pengetahuan terhadap dunia perkuliahan dan program studi hubungan masyarakat. berikut adalah
daftar diagram dan pembahasannya.

Setelah lulus SMA, Anda akan melanjutkan ke perguruan tinggi
Ragu Tidak Se- Ragu;
tuju; 8.00% 2.00%

Setuju;
90.00%

1. Diagram diatas menunjukan bahwa 90% dari 50 siswa (atau 45 orang) yakin akan
melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal ini menunjukan minat untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang perguruan tinggi sangat besar.

Anda tertarik untuk melanjutkan kuliah di bidang keilmuan komunikasi
tidak setuju;
16.00%
setuju;
46.00%
ragu - ragu;
38.00%

2. 46 % siswa (atau 23 orang) dari jurusan IPA dan IPS tertarik untuk melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi dan memilih bidang keilmuan komunikasi. Bidang ilmu
komunikasi disini masih bersifat terbuka belum mengerucut pada bidang keilmuan
komunikasi yang lebih spesifik.

Anda mengetahui tentang adanya Program Studi Hubungan Masyarakat di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

tidak setuju;
14.00%

ragu - ragu;
30.00%

setuju; 56.00%

3. Dari hasi pengumpulan data angket, terlihat bahwa 56% Siswa (atau 28 orang) memiliki
pengetahuan di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran terdapat sebuah
program studi yang bernama Program Studi Ilmu Hubungan Masyarakat.

Anda mengetahui apa yang akan dipelajari oleh Humas dan apa yang akan dikerjakan oleh Humas nantinya
setuju;
tidak setuju; 16.98%
13.21%

ragu - ragu;
69.81%

4. Masalah baru muncul dalam diagram diatas. Mayoritas siswa (37 orang) masih ragu –
ragu atau tidak terlalu yakin mengenai apa yang mereka ketahui tentang dunia
perhumasan. Mengacu pada pertanyaan sebelumnya, mereka memiliki pengetahuan
tentang adanya program studi Ilmu hubungan masyarakat, tetapi tidak terlalu yakin
dengan apa yang sebenarnya dipelajari di bidang keilmuan tersebut.

Anda berpikir bahwa Public Relations dan Hubungan Masyarakat itu berbeda
Tidak Setuju;
16.00%

Setuju;
28.00%

Ragu - Ragu;
56.00%

5. Sama seperti sebelumnya, persentase ini menunjukan
masih tingginya angka
kesalahpahaman siswa tentang samanya makna dari istilah Public Relations dengan
Hubungan Masyarakat. Terdapat 28 siswa (56%) yang masih ragu – ragu apakah antara
kedua istilah tersebut memiliki perbedaaan atau tidak.

Anda berpendapat bahwa Humas cenderung mengarah pada pekerjaan di institusi pemerintahan

Tidak Setuju;
14.58%
Setuju;
41.67%
Ragu - Ragu;
43.75%

6. Lagi – lagi muncul paradigma lama yang menunjukan bahwa humas hanyalah istilah
yang sering diidentikkan dengan institusi – institusi pemerintahan. Hanya 14% (7 orang)
yang mengatakan bahwa humas tidak selalu identik dengan pekerjaan di Institusi
pemerintahan.

Anda berpikir bahwa pekerjaan Humas hanya mengacu pada Public Speaking
Tidak Setuju;
16.33%

Setuju;
34.69%

Ragu - Ragu;
48.98%

7. Hanya 16% dari responden (8 dari 50 siswa) yang benar – benar yakin bahwa kegiatan
humas tidak terpaku pada kegiatan Public Speaking saja. Sedangkan 49% dari responden
(24 dari 50 siswa) masih ragu apakah kegiatan humas lebih dominan pada hal – hal yang
menyangkut kecapakan komunikasi verbal ini. Padahal kegiatan humas jauh lebih luas
dari sekedar kecakapan berbicara di muka umum.

Anda lebih tertarik bekerja di perusahaan dibandingkan dengan di pemerintahan

Tidak Setuju;
14.58%
Setuju;
52.08%

Ragu - Ragu;
33.33%

8. Lebih dari separuh responden menyatakan lebih tertarik bekerja di perusahaan daripada
di institusi pemerintahan, lebih dari satu pertiga dari responden tersebut ragu-ragu dengan
jawaban pertanyaan tersebut, dan sisanya hanya 15% responden yang tertarik bekerja di
institusi pemerintahan.

Anda akan lebih tertarik memilih prodi jika istilahnya adalah Public Relations dibandingkan dengan Humas

Tidak Setuju;
3.23%
Setuju; 29.95%

Ragu - Ragu;
66.82%

9. 67% responden ragu-ragu akan perubahan ketertarikan mereka terhadap prodi
perkuliahan ini (jika istilah Public Relation dirubah menjadi Humas), 30% nya
menyatakan lebih tertarik jika nama Public Relation diubah menjadi Humas, dan hanya

3% yang menyatakan bahwa mereka lebih tertarik memilih prodi ini ketika nama prodi
diubah menjadi Hubungan Masyarakat.

Anda merasa bahwa istilah Public Relations lebih bergengsi dibandingkan dengan Humas
Tidak Setuju; 2.95%

Setuju;
35.86%

Ragu - Ragu;
61.18%

10. Sebagian besar responden ragu-ragu akan pernyataan bahwa istilah PR lebih bergengsi
dibandungkan dengan Humas, 36% responden setuju bahwa istilah PR lebih bergengsi
dibandingkan dengan Humas, dan sisanya (hanya 3% responden) menyatakan bahwa
istilah Humas lebih bergengsi dibandingkan dengan Public Relations.

Anda yakin bahwa profesi Public Relations adalah pekerjaan yang menjanjikan
Tidak Setuju;
3.02%
Setuju;
43.10%
Ragu - ragu;
53.88%

11. 43% responden yakin bahwa PR adalah pekerjaan yang menjanjikan, 54% ragu, dan
sisanya hanya 3% responden yang tidak setuju bahwa PR adalah pekerjaan yang
menjanjikan.

Anda mengetahui bahwa Hubungan Masyarakat telah menjadi program studi yang berdiri sendiri di Fikom Unpad

Tidak Setuju;
5.88%

Setuju; 45.10%
Ragu - Ragu;
49.02%

12. 45% responden tahu bahwa Humas telah berdiri menjadi prodi sendiri di Fikom Unpad,
49%ragu-ragu, dan hanya 6% responden yang belum mengetahui bahwa Humas telah
berdiri sebagai sebuah prodi di Fikom Unpad.

Anda berminat untuk memilih program studi Hubungan Masyarakat Fikom Unpad di Seleksi Perguruan Tinggi Negeri

Tidak Setuju;
18.00%

Setuju;
40.00%

Ragu - Ragu;
42.00%

13. Hampir separuh responden (40%) berminat untuk memilih prodi Humas di seleksi PTN,
42% ragu-ragu, dan 18% tidak menaruh minat untuk memilih jurusan tersebut.

Anda sebelumnya telah mencari tahu tentang Program Studi Hubungan Masyarakat Fikom Unpad

Tidak Setuju;
4.07%
Setuju; 37.79%
Ragu - Ragu;
58.14%

14. 38% responden telah mencari tahu tentang Prodi Humas Fikom Unpad, 58% ragu-ragu,
dan hanya 4% responden yang tidak mencari tahu mengenai prodi ini.

Anda ingin menjadi mahasiswa/i Hubungan Masyarakat dengan mendaftarkan diri anda pada Prodi Humas Fikom Unpad
Tidak Setuju;
3.47%
Setuju;
34.65%
Ragu - Ragu;
61.88%

15. Persentase minat para responden untuk mendaftarkan diri pada Prodi Humas memiliki
angka yang cukup signifikan, 14 dari 50 responden. 62% siswa ragu-ragu, dan hanya 3%
responden yang tidak ingin mendaftarkan diri di Prodi Humas Fikom Unpad.

Dalam teori S-R yang digunakan pada penelitian ini, respon terlahir dari aksi atau
rangsangan yang muncul di sekitar mereka. Stimuli merupakan komunikasi yang berbentuk
tindakan (dalam kasus ini adalah perubahan istilah Humas). Komunikasi tersebut (perubahan
nama Prodi) dapat dianggap sebagai komunikasi yang menimbulkan respon positif dari
komunikan. Respon positif tersebut terlihat dari kesesuaian harapan Prodi Humas bahwa setelah
nama Prodi diubah, peminat prodi ini jumlahnya tidak menurun.
Berdasarkan pembahasan di atas, ditemukan kecenderungan bahwa minat siswa terhadap
Prodi Hubungan Masyarakat tidak begitu dipengaruhi oleh pergantian nama yang sudah
menggunakan istilah dalam bahasa Indonesia. masih banyak siswa yang pada akhirnya tetap
memilih untuk bergabung dengan program studi ini. Sebanyak 35% (14 orang) masih
mempertahankan minat mereka untuk memilih program studi ini setelah lulus dari SMA.
Meskipun pada awalnya siswa banyak yang tidak menyadari bahwa antara Public
Relations dan Humas sebenarnya tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Tapi setelah
melewati berbagai pernyataan yang merangsang daya kognitif mereka, barulah mereka dengan
mantap memilih untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi dengan memilih Ilmu Hubungan
Masyarakat.

BAB IV
KESIMPULAN & SARAN

4.1

Kesimpulan
Peneliti meneliti mengenai perubahan istilah Public Relations menjadi Hubungan
Masyarakat yang diduga menimbulkan pergeseran makna dan persepsi oleh calon
mahasiswa terhadap program studi dan profesi Public Relations itu sendiri. Peneliti
menggunakan Teori Stimulus dan Respon dalam menentukan hasil penelitian. Siswa
diposisikan sebagai subjek dari teori ini. Sedangkan perubahan istilah dari Public
Relations menjadi Ilmu Hubungan Masyarakat, diposisikan sebagai stimuli.
Berdasarkan tujuan penelitian, didapat hasil sebagai berikut:
1. Pengetahuan siswa-siswi SMA Pasundan 8 mengenai Program Studi Hubungan
Masyarakat Fikom Unpad.
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan siswa-siswi SMA Pasundan 8 terhadap
Program Studi Hubungan Masyarakat Fikom Unpad menunjukkan persentase terbesar
pada jawaban yang setuju. Setuju dalam konteks ini berarti subjek penelitian mengetahui
adanya program studi Hubungan Masyarakat di Fikom Unpad.
2. Respon siswa-siswi SMA Pasundan 8 terhadap perubahan istilah Program Studi
Hubungan Masyarakat Fikom Unpad.
Hasil penelitian berdasarkan pertanyaan yang mengacu pada perubahan istilah
Public Relation menjadi Hubungan Masyarakat terlihat bahwa stimuli ini mendapat
respon yang negatif dari subjek penelitian. Salah satu pernyataan pada angket yang cukup
menggambarkan persepsi mereka adalah “Anda berpikir bahwa Public Relations dan
Hubungan Masyarakat itu berbeda” dengan jawaban tertinggi ragu-ragu 56%.
3. Persepsi siswa-siswi SMA Pasundan 8 terhadap Program Studi Hubungan Masyarakat
Fikom Unpad.

Persepsi yang muncul terhadap prodi Humas Fikom Unpad berdasarkan hasil
penelitian adalah ragu-ragu. Ragu-ragu akan apa yang dipelajari dalam humas, ragu
mengenai apa yang dilakukan oleh seorang praktisi humas dan persentase besar juga
menunjukkan bahwa siswa-siswi tersebut berpikir bahwa Hubungan Masyarakat hanya
berkaitan dengan kepemerintahan.
4. Dampak perubahan istilah Program Studi Hubungan Masyarakat Fikom Unpad terhadap
minat siswa-siswi SMA Pasundan 8 dalam memilih studi lanjutannya.
Berdasarkan hasil yang didapat dengan sebagian besar jawaban “ragu-ragu” (yang
juga merupakan respon dari stimuli yang diberikan) menempati persentase tertinggi,
dapat diketahui pula bahwa dampak perubahan istilah tersebut memberi dampak yang
tidak cukup baik. Angka persentase ragu-ragu mencapai 62% terhadap pernyataan
berkaitan dengan ingin – tidak inginnya mereka mendaftarkan diri pada program studi
Hubungan Masyarakat Fikom Unpad.

Perubahan istilah nama Public Relations menjadi Hubungan Masyarakat (sebagai stimuli)
mendapat reaksi yang tidak cukup baik melihat hasil lapangan. Muncul “keragu-raguan” pada
murid SMA Pasundan 8 mengenai apakah PR dan Humas itu sama atau berbeda. Kemudian,
berdampak pula pada persepsi mengenai Humas yang hanya bekerja di ruang lingkup
pemeritahan. Pada akhirnya, dari hasil yang didapat persentase besar murid SMA Pasundan 8
ragu memilih prodi Humas di Fikom Unpad.

4. 2

Saran
Karena kurangnya pengetahuan murid SMA mengenai istilah Hubungan
Masyarakat yang sebenarnya memiliki makna sama dengan Public Relations, hendaknya
dilakukan beberapa tindakan, seperti:
-

Sosialisasi mengenai Hubungan Masyarakat, berupa pengenalan Hubungan
Masyarakat sebagai bentuk istilah dalam bahasa Indonesia untuk Public Relations.
Dan membiasakan penggunaan istilah Hubungan Masyarakat.

-

Sosialisasi pengenalan bahwa Hubungan Masyarakat adalah sama dengan Public
Relations, baik pada konten-konten yang akan dipelajari selama masa di
perguruan tinggi dan prospek kerja seorang praktisi Hubungan Masyarakat yang
bukan hanya mencakup institusi pemerintahan tetapi bisa di berbagai
perusahaan/institusi besar lainnya.

Hal-hal tersebut bisa dilakukan dengan mengadakan pengenalan langsung saat kunjungan
murid ke Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran maupun sebaliknya. Juga,
dalam era kemajuan teknologi dan informasi saat ini, untuk mempermudah, sosialisasi
dapat dilakukan dengan postingan dalam Official Website maupun akun resmi Fikom
Unpad di media-media sosial.

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA
Fisher, B Aubrey. I986.

Teori-teori Komunikasi, terjemahan Soejono Trimo. Bandung:

Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Cet. Ke-3. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
http://fikom.unpad.ac.id/fikom-unpad-jadi-barometer-studi-komunikasi-di-indonesia/