Dampak Turunnya Harga Jual Getah Karet Terhadap Pengelolaan Tanaman Karet Rakyat (Hevea brasiliensis) (Studi Kasus: Desa Kampung Dalam, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhanbatu)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian
sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian,
sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di wilayah
Indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian dan hampir 50 persen dari total
angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya bekerja di sektor pertanian.
Keadaan seperti ini menuntut kebijakan sektor pertanian yang disesuaikan dengan
keadaan dan perkembangan yang terjadi di lapangan dalam mengatasi berbagai
persoalan yang menyangkut kesejahteraan bangsa (Yudo,S. dkk, 2009).
Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan
perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar yaitu sekitar 13,38 persen pada
tahun 2014 atau merupakan urutan kedua setelah sektor Industri Pengolahan. Pada
waktu krisis ekonomi, sektor pertanian merupakan sektor yang cukup kuat
menghadapi goncangan ekonomi dan ternyata dapat diandalkan dalam pemulihan
perekonomian nasional(BPS, 2015).
Menurut Budiman (2012) Tanaman karet merupakan salah satu komoditi
perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non
migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu
1
Universitas Sumatera Utara
2
upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam
bidang teknologi budidayanya.
Menurut Budiman (2012) sampai saat ini permintaan akan hasil karet masih
tinggi. Permintaan yang tinggi tersebut dikarenakan semakin meluasnya
penggunaan karet sehingga permintaan terhadap bahan baku pun meningkat.
Penggunaan karet sebagai bahan baku dalam industrialisasi karet paling besar
digunakan dalam pembuatan ban kendaraan. International Rubber Study Group
(IRSG) memperkirakan bahwa permintaan karet dunia pada tahun 2035 adalah
sebesar 31,3 juta ton untuk industri ban dan nonban, dan 15 juta ton diantaranya
adalah karet alam.
Luas areal dan produksi karet yang dihasilkan oleh Indonesia berfluktuasi dari
tahun ke tahun. Luas lahan dari tahun ke tahun terus bertambah dan produksi
tertinggi selama 3 tahun terakhir ini dicapai pada tahun 2013, kemudian pada
tahun berikutnya mengalami penurunan. Untuk lebih jelasnya, keadaan ini
digambarkan pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1.
Produksi Karet Indonesia menurut Jenis Pengusahaan, Tahun
2012-2014 (dalam ribu ton).
Jenis
Pengusahaan
Perkebunan
Rakyat
Perkebunan
Besar Negara
Perkebunan
Besar Swasta
Jumlah
Sumber
2012
Produksi
(Ton)
2013
Produksi
Luas
(Ton)
Areal
(Ha)
2.655.942 3.026.020
2014
Produksi
Luas
(Ton)
Areal
(Ha)
2.555.386 3.062.931
2.431.018
Luas
Areal
(Ha)
2.977.364
255.581
243.753
255.616
247.068
258.209
249.040
325.655
285.084
325.875
282.858
339.591
294.274
3.012.254
3.506.201
3.237.433
3.555.946
3.153.186
3.606.245
: Statistik Karet Indonesia 2012-2014
2
Universitas Sumatera Utara
3
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2014, jumlah produksi karet yang berasal
dari perkebunan rakyat meliputi 81,04 persen dari seluruh produksi karet
Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya sektor perkebunan rakyat
dalam menentukan produksi karet nasional.
Luas perkebunan rakyat yang terus meningkat menunjukkan minat rakyat yang terus
meningkat untuk usaha ini. Sehingga Indonesia merupakan negara penghasil karet
terbesar kedua di dunia setelah Thailand dengan produksi 3,97 juta ton. Luas
lahan karet Indonesia pada tahun 2014 sebesar 3,6 juta hektar dengan produksi
3,15 juta ton (Harian Republika, 2015).Pada beberapa tahun ini harga jual getah
karet mengalami penurunan. Menurut Hidayah, N (2015) faktor-faktor yang
menyebabkan turunnya harga getah karet adalah turunnya permintaan getah karet
dari negara konsumen,tengkulak dan pabrik yang menetapkan harga secara sepihak,
Kualitas getah karet yang rendah, dan turunnya harga minyak dunia yang mengalami
penurunan. Keadaan harga jual getah karet dijelaskan pada Gambar 1 sebagai berikut:
Gambar 1. Grafik Harga Jual Karet per kilogram di tingkat Petani Jenis Lump
tahun 2008-2013 .
Harga Jual Karet per kilogram
Rp12.814
Rp11.928
Rp11.219
Rp10.516
Rp6.584
Rp5.608
2008
Sumber
2009
2010
2011
2012
2013
: Statistik Perkebunan Indonesia 2013-2015
3
Universitas Sumatera Utara
4
Gambar 1 menunjukkan bahwa harga getah karet jenis lump dari tahun 2008-2013
mengalami naik turun, pada tahun 2008-2011 mengalami kenaikan harga dan
pada tahun 2012-2013 mengalami penurunan harga. Pada tahun 2014, harga ratarata dari tingkat produsen Sumatera Utara Rp 4.578 dijelaskan pada Tabel 2
sebagai berikut:
Tabel 2.
Harga Produsen Karet Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014.
Bulan
Harga (Rp)
6.034
Januari
5.101
Februari
4.992
Maret
5.064
April
4.327
Mei
4.458
Juni
4.455
Juli
4.498
Agustus
4.098
September
3.866
Oktober
3.988
November
4.048
Desember
Rata-rata
4.578
Sumber : Statistik Harga Produsen Pertanian, 2014
Bila harga jual getah karet turun, maka jumlah penerimaan petani berkurang, dan
mengakibatkan jumlah pendapatan berkurang. Pendapatan yang berkurang
membuat petani harus mengurangi pengelolaan di perkebunan karet mereka.
Pengelolaan seperti penggunaan pupuk, penggunaan herbisida pencurahan tenaga
kerja harus dikurangi untuk memenuhi kebutuhan petani. Pengurangan
pengolahan
perkebunan
menyebabkan
produksi
getah
karet
berkurang,
berkurangnya produksi dan turunnya harga jual getah karet menyebabkan semakin
turunnya penerimaan petani (Siregar, Henri, 2010).
Berikut ini adalah tabel luas tanaman dan produksi karet tanaman perkebunan
rakyat menurut kabupaten di Sumatera Utara tahun 2014 disajikan pada Tabel 3.
4
Universitas Sumatera Utara
5
Tabel 3. Luas tanaman dan Produksi Karet Tanaman Perkebunan Rakyat
menurut kabupaten di Sumatera Utara pada Tahun 2014.
T.B.M
942,00
5.121,00
5.900,00
3.996,00
770,00
70,00
1.698,00
400,00
1.589,00
125,00
28,00
890,00
3.424,00
2.600,00
1.048,00
T.M
2.077,00
55.337,00
9.870,00
23.960,00
8.115,00
376,00
21.754,00
5.835,00
12.405,00
203,00
54,00
4.290,00
39.841,00
6.493,00
2.933,00
T.T.M
520,00
17.921,00
8.540,00
4.480,00
152,00
21,00
89,00
400,00
159,00
28,00
1,00
640,00
240,00
460,00
204,00
Jumlah
3.530,00
78.379,00
24.310,00
32.436,00
9.037,00
467,00
23.541,00
6.635,00
14.153,00
356,00
83,00
5.820,00
43.505,00
9.553,00
4.185,00
2.285,00
83.921,00
7.996,00
20.465,00
4.901,00
400,00
24.012,00
5.762,00
11.825,00
186,00
47,00
5.786,00
34.621,00
6.395,00
2.300,00
Produk
tivitas
(Ton/H
a)
0,65
1,07
0,33
0,63
0,54
0,86
1,02
0,87
0,84
0,52
0,57
0,99
0,80
0,67
0,55
900,00
1.286,00
213,00
13.702,00
706,00
10.602,00
202,00
25.804,00
147,00
58,00
17,00
668,00
1.753,00
11.946,00
492,00
40.234,00
624,00
12.325,00
335,00
25.012,00
0,36
1,03
0,68
0,62
6.821,00
678,00
4.375,00
25.217,00
1.198,00
300,00
12.304,00
26.195,00
4.123,00
26.756,00
0,34
1,02
855,00
21.977,00
97,00
22.929,00
26.854,00
1,17
1.280,00
1.385,00
7.762,00
3.420,00
1.330,00
1.425,00
10.372,00
6.230,00
8.000,00
2.600,00
0,77
0,42
586,00
56.307,00
54.665,00
51.572,00
2.604,00
296.332,00
296.462,00
281.895,00
1.150,00
40.245,00
40.302,00
43.600,00
4.340,00
392.884,00
391.430,00
377.068,00
2.565,00
321.096,00
310.363,70
349.063,04
0,59
0,82
0,79
0,93
Luas Lahan (Ha)
Kabupaten/Kota
Nias
Mandailing Natal
Tapanuli Selatan
Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara
Toba Samosir
Labuhanbatu
Asahan
Simalungun
Dairi
Karo
Deli Serdang
Langkat
Nias Selatan
Humbang
Hasundutan
16 Pakpak Bharat
17 Samosir
18 Serdang Bedagai
19 Batu Bara
20 Padang Lawas
Utara
21 Padang Lawas
22 Labuhanbatu
Selatan
23 Labuhanbatu
Utara
24 Nias Utara
25 Nias Barat
Kota
78 Gunungsitoli
Sumatera Utara2014
2013
2012
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Produksi
(Ton)
Sumber : Sumatera Utara dalam Angka 2015
Tabel 3 menunjukkan bahwa kabupaten Labuhanbatu merupakan salah satu
daerah penghasil karet terbesar. Kabupaten Labuhanbatu mempunyai luas
tanaman seluas 23.541 Ha atau 6 persen dari seluruh luas tanaman di Sumatera
Utara. Kabupaten Labuhanbatu mempunyai jumlah produksi karet rakyat sebesar
24.012 Ha atau 7,48 persen dari seluruh produksi di Sumatera Utara.
Dalam usahatani karet rakyat, harga merupakan sesuatu hal yang tidak dapat
diprediksi oleh petani. Dalam hal ini, harga jual ditentukan oleh pasar, sehingga
petani sebagai price taker hanya bisa menerima harga sesuai dengan permintaan
5
Universitas Sumatera Utara
6
agen atau pembeli. Penurunan harga jual getah karet selama beberapa tahun
terakhir menyebabkan petani harus memikirkan cara untuk tetap mengelola
perkebunannya dalam penerimaan yang menurun.sehingga dari penjelasan diatas
menunjukkan perlunya peneliti untuk meneliti dampak turunnya harga jual getah
karet terhadap pengelolaan tanaman karet rakyat.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak turunnya harga jual getah karet terhadap penggunaan
pupuk pada pengelolaan tanaman karet rakyat di daerah penelitian?
2. Bagaimana dampak turunnya harga jual getah karet terhadap penggunaan
herbisida pada pengelolaan tanaman karet rakyat di daerah penelitian?
3. Bagaimana dampak turunnya harga jual getah karet terhadap pencurahan
tenaga kerja pada pengelolaan tanaman karet rakyat di daerah penelitian?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis bagaimana dampak turunnya harga jual getah karet
terhadap penggunaan pupuk pada pengelolaan tanaman karet rakyat di daerah
penelitian.
2. Untuk menganalisis bagaimana dampak turunnya harga jual getah karet
terhadap penggunaan herbisida pada pengelolaan tanaman karet rakyat di
daerah penelitian.
3. Untuk menganalisis bagaimana dampak turunnya harga jual getah karet
terhadap pencurahan tenaga kerja pada pengelolaan tanaman karet rakyat di
daerah penelitian.
6
Universitas Sumatera Utara
7
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai
bahan
informasi
bagi
pihak
yang
membutuhkan
dalam
mengembangkan usahatani karet rakyat.
2. Sebagai
bahan
pertimbangan
bagi
para
pengambil
keputusan
dan
kebijaksanaan dalam pengembangan perkebunan karet.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.
7
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian
sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian,
sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di wilayah
Indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian dan hampir 50 persen dari total
angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya bekerja di sektor pertanian.
Keadaan seperti ini menuntut kebijakan sektor pertanian yang disesuaikan dengan
keadaan dan perkembangan yang terjadi di lapangan dalam mengatasi berbagai
persoalan yang menyangkut kesejahteraan bangsa (Yudo,S. dkk, 2009).
Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan
perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar yaitu sekitar 13,38 persen pada
tahun 2014 atau merupakan urutan kedua setelah sektor Industri Pengolahan. Pada
waktu krisis ekonomi, sektor pertanian merupakan sektor yang cukup kuat
menghadapi goncangan ekonomi dan ternyata dapat diandalkan dalam pemulihan
perekonomian nasional(BPS, 2015).
Menurut Budiman (2012) Tanaman karet merupakan salah satu komoditi
perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non
migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu
1
Universitas Sumatera Utara
2
upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam
bidang teknologi budidayanya.
Menurut Budiman (2012) sampai saat ini permintaan akan hasil karet masih
tinggi. Permintaan yang tinggi tersebut dikarenakan semakin meluasnya
penggunaan karet sehingga permintaan terhadap bahan baku pun meningkat.
Penggunaan karet sebagai bahan baku dalam industrialisasi karet paling besar
digunakan dalam pembuatan ban kendaraan. International Rubber Study Group
(IRSG) memperkirakan bahwa permintaan karet dunia pada tahun 2035 adalah
sebesar 31,3 juta ton untuk industri ban dan nonban, dan 15 juta ton diantaranya
adalah karet alam.
Luas areal dan produksi karet yang dihasilkan oleh Indonesia berfluktuasi dari
tahun ke tahun. Luas lahan dari tahun ke tahun terus bertambah dan produksi
tertinggi selama 3 tahun terakhir ini dicapai pada tahun 2013, kemudian pada
tahun berikutnya mengalami penurunan. Untuk lebih jelasnya, keadaan ini
digambarkan pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1.
Produksi Karet Indonesia menurut Jenis Pengusahaan, Tahun
2012-2014 (dalam ribu ton).
Jenis
Pengusahaan
Perkebunan
Rakyat
Perkebunan
Besar Negara
Perkebunan
Besar Swasta
Jumlah
Sumber
2012
Produksi
(Ton)
2013
Produksi
Luas
(Ton)
Areal
(Ha)
2.655.942 3.026.020
2014
Produksi
Luas
(Ton)
Areal
(Ha)
2.555.386 3.062.931
2.431.018
Luas
Areal
(Ha)
2.977.364
255.581
243.753
255.616
247.068
258.209
249.040
325.655
285.084
325.875
282.858
339.591
294.274
3.012.254
3.506.201
3.237.433
3.555.946
3.153.186
3.606.245
: Statistik Karet Indonesia 2012-2014
2
Universitas Sumatera Utara
3
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2014, jumlah produksi karet yang berasal
dari perkebunan rakyat meliputi 81,04 persen dari seluruh produksi karet
Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya sektor perkebunan rakyat
dalam menentukan produksi karet nasional.
Luas perkebunan rakyat yang terus meningkat menunjukkan minat rakyat yang terus
meningkat untuk usaha ini. Sehingga Indonesia merupakan negara penghasil karet
terbesar kedua di dunia setelah Thailand dengan produksi 3,97 juta ton. Luas
lahan karet Indonesia pada tahun 2014 sebesar 3,6 juta hektar dengan produksi
3,15 juta ton (Harian Republika, 2015).Pada beberapa tahun ini harga jual getah
karet mengalami penurunan. Menurut Hidayah, N (2015) faktor-faktor yang
menyebabkan turunnya harga getah karet adalah turunnya permintaan getah karet
dari negara konsumen,tengkulak dan pabrik yang menetapkan harga secara sepihak,
Kualitas getah karet yang rendah, dan turunnya harga minyak dunia yang mengalami
penurunan. Keadaan harga jual getah karet dijelaskan pada Gambar 1 sebagai berikut:
Gambar 1. Grafik Harga Jual Karet per kilogram di tingkat Petani Jenis Lump
tahun 2008-2013 .
Harga Jual Karet per kilogram
Rp12.814
Rp11.928
Rp11.219
Rp10.516
Rp6.584
Rp5.608
2008
Sumber
2009
2010
2011
2012
2013
: Statistik Perkebunan Indonesia 2013-2015
3
Universitas Sumatera Utara
4
Gambar 1 menunjukkan bahwa harga getah karet jenis lump dari tahun 2008-2013
mengalami naik turun, pada tahun 2008-2011 mengalami kenaikan harga dan
pada tahun 2012-2013 mengalami penurunan harga. Pada tahun 2014, harga ratarata dari tingkat produsen Sumatera Utara Rp 4.578 dijelaskan pada Tabel 2
sebagai berikut:
Tabel 2.
Harga Produsen Karet Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014.
Bulan
Harga (Rp)
6.034
Januari
5.101
Februari
4.992
Maret
5.064
April
4.327
Mei
4.458
Juni
4.455
Juli
4.498
Agustus
4.098
September
3.866
Oktober
3.988
November
4.048
Desember
Rata-rata
4.578
Sumber : Statistik Harga Produsen Pertanian, 2014
Bila harga jual getah karet turun, maka jumlah penerimaan petani berkurang, dan
mengakibatkan jumlah pendapatan berkurang. Pendapatan yang berkurang
membuat petani harus mengurangi pengelolaan di perkebunan karet mereka.
Pengelolaan seperti penggunaan pupuk, penggunaan herbisida pencurahan tenaga
kerja harus dikurangi untuk memenuhi kebutuhan petani. Pengurangan
pengolahan
perkebunan
menyebabkan
produksi
getah
karet
berkurang,
berkurangnya produksi dan turunnya harga jual getah karet menyebabkan semakin
turunnya penerimaan petani (Siregar, Henri, 2010).
Berikut ini adalah tabel luas tanaman dan produksi karet tanaman perkebunan
rakyat menurut kabupaten di Sumatera Utara tahun 2014 disajikan pada Tabel 3.
4
Universitas Sumatera Utara
5
Tabel 3. Luas tanaman dan Produksi Karet Tanaman Perkebunan Rakyat
menurut kabupaten di Sumatera Utara pada Tahun 2014.
T.B.M
942,00
5.121,00
5.900,00
3.996,00
770,00
70,00
1.698,00
400,00
1.589,00
125,00
28,00
890,00
3.424,00
2.600,00
1.048,00
T.M
2.077,00
55.337,00
9.870,00
23.960,00
8.115,00
376,00
21.754,00
5.835,00
12.405,00
203,00
54,00
4.290,00
39.841,00
6.493,00
2.933,00
T.T.M
520,00
17.921,00
8.540,00
4.480,00
152,00
21,00
89,00
400,00
159,00
28,00
1,00
640,00
240,00
460,00
204,00
Jumlah
3.530,00
78.379,00
24.310,00
32.436,00
9.037,00
467,00
23.541,00
6.635,00
14.153,00
356,00
83,00
5.820,00
43.505,00
9.553,00
4.185,00
2.285,00
83.921,00
7.996,00
20.465,00
4.901,00
400,00
24.012,00
5.762,00
11.825,00
186,00
47,00
5.786,00
34.621,00
6.395,00
2.300,00
Produk
tivitas
(Ton/H
a)
0,65
1,07
0,33
0,63
0,54
0,86
1,02
0,87
0,84
0,52
0,57
0,99
0,80
0,67
0,55
900,00
1.286,00
213,00
13.702,00
706,00
10.602,00
202,00
25.804,00
147,00
58,00
17,00
668,00
1.753,00
11.946,00
492,00
40.234,00
624,00
12.325,00
335,00
25.012,00
0,36
1,03
0,68
0,62
6.821,00
678,00
4.375,00
25.217,00
1.198,00
300,00
12.304,00
26.195,00
4.123,00
26.756,00
0,34
1,02
855,00
21.977,00
97,00
22.929,00
26.854,00
1,17
1.280,00
1.385,00
7.762,00
3.420,00
1.330,00
1.425,00
10.372,00
6.230,00
8.000,00
2.600,00
0,77
0,42
586,00
56.307,00
54.665,00
51.572,00
2.604,00
296.332,00
296.462,00
281.895,00
1.150,00
40.245,00
40.302,00
43.600,00
4.340,00
392.884,00
391.430,00
377.068,00
2.565,00
321.096,00
310.363,70
349.063,04
0,59
0,82
0,79
0,93
Luas Lahan (Ha)
Kabupaten/Kota
Nias
Mandailing Natal
Tapanuli Selatan
Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara
Toba Samosir
Labuhanbatu
Asahan
Simalungun
Dairi
Karo
Deli Serdang
Langkat
Nias Selatan
Humbang
Hasundutan
16 Pakpak Bharat
17 Samosir
18 Serdang Bedagai
19 Batu Bara
20 Padang Lawas
Utara
21 Padang Lawas
22 Labuhanbatu
Selatan
23 Labuhanbatu
Utara
24 Nias Utara
25 Nias Barat
Kota
78 Gunungsitoli
Sumatera Utara2014
2013
2012
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Produksi
(Ton)
Sumber : Sumatera Utara dalam Angka 2015
Tabel 3 menunjukkan bahwa kabupaten Labuhanbatu merupakan salah satu
daerah penghasil karet terbesar. Kabupaten Labuhanbatu mempunyai luas
tanaman seluas 23.541 Ha atau 6 persen dari seluruh luas tanaman di Sumatera
Utara. Kabupaten Labuhanbatu mempunyai jumlah produksi karet rakyat sebesar
24.012 Ha atau 7,48 persen dari seluruh produksi di Sumatera Utara.
Dalam usahatani karet rakyat, harga merupakan sesuatu hal yang tidak dapat
diprediksi oleh petani. Dalam hal ini, harga jual ditentukan oleh pasar, sehingga
petani sebagai price taker hanya bisa menerima harga sesuai dengan permintaan
5
Universitas Sumatera Utara
6
agen atau pembeli. Penurunan harga jual getah karet selama beberapa tahun
terakhir menyebabkan petani harus memikirkan cara untuk tetap mengelola
perkebunannya dalam penerimaan yang menurun.sehingga dari penjelasan diatas
menunjukkan perlunya peneliti untuk meneliti dampak turunnya harga jual getah
karet terhadap pengelolaan tanaman karet rakyat.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak turunnya harga jual getah karet terhadap penggunaan
pupuk pada pengelolaan tanaman karet rakyat di daerah penelitian?
2. Bagaimana dampak turunnya harga jual getah karet terhadap penggunaan
herbisida pada pengelolaan tanaman karet rakyat di daerah penelitian?
3. Bagaimana dampak turunnya harga jual getah karet terhadap pencurahan
tenaga kerja pada pengelolaan tanaman karet rakyat di daerah penelitian?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis bagaimana dampak turunnya harga jual getah karet
terhadap penggunaan pupuk pada pengelolaan tanaman karet rakyat di daerah
penelitian.
2. Untuk menganalisis bagaimana dampak turunnya harga jual getah karet
terhadap penggunaan herbisida pada pengelolaan tanaman karet rakyat di
daerah penelitian.
3. Untuk menganalisis bagaimana dampak turunnya harga jual getah karet
terhadap pencurahan tenaga kerja pada pengelolaan tanaman karet rakyat di
daerah penelitian.
6
Universitas Sumatera Utara
7
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai
bahan
informasi
bagi
pihak
yang
membutuhkan
dalam
mengembangkan usahatani karet rakyat.
2. Sebagai
bahan
pertimbangan
bagi
para
pengambil
keputusan
dan
kebijaksanaan dalam pengembangan perkebunan karet.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.
7
Universitas Sumatera Utara