Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantation Tahun 2016

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam
proses pembangunan industri sehingga peranan sumber daya manusia perlu
mendapatkan perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, maupun kesehatan
kerjanya.

Potensi

bahaya

menunjukkan

sesuatu

yang

potensial


untuk

mengakibatkan cedera atau penyakit, kerugian yang dialami pekerja atau
perusahaan (Suyono, 2001).
Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik
bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya (Budiono, 2003).
Sebagian orang menyadari bahwa penyakit yang diderita besar kemungkinan
karena pekerjaannya, tetapi banyak yang tidak menyadari bahwa pekerjaan yang
ditekuninya sehari-hari sebagai penyebab penyakit tertentu (Anies, 2005).
Penyakit akibat kerja (PAK) adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit ini timbul disebabkan oleh adanya
pekerjaan dan sering disebut penyakit buatan manusia ( manmade diseases). Berat
ringannya penyakit dan cacat tergantung dari jenis dan tingkat sakit. Sering kali
terjadi cacat yang berat sehingga pencegahannya lebih baik daripada pengobatan
(Anies, 2005).
Sejalan dengan perkembangan industri di Indonesia, terjadi perubahan
pola penyakit atau kasus penyakit akibat kerja. Penyakit kulit akibat kerja

1


Universitas Sumatera Utara

2

menduduki tempat kedua tertinggi diantara penyakit-penyakit akibat kerja, setelah
kelainan saluran nafas akibat kerja (Health and Safety Executive , 2000).
Penyakit kulit akibat kerja (PKAK) adalah keadaan patologi pada kulit
yang terjadi adanya paparan dengan banyak faktor yang berperan. Prevalensi
PKAK di Negara industri tercatat cukup tinggi. Pada tahun 1975, survei tahunan
The National Institute of Occupational Safety Hazard (NIOSH) menemukan

angka PKAK yang sebenarnya mungkin 20-50% lebih tinggi dari yang
dilaporkan. Berdasarkan dari data United States Bureau of Labor Statistict Annual
Survey of Occupational Injuries and Illnesses pada tahun 1988, didapati 24%

kasus penyakit akibat kerja adalah kelainan atau penyakit kulit. Jumlah kelainan
yang dilaporkan paling banyak ditemukan pada pekerja pabrik. Di Amerika
Serikat biaya yang digunakan untuk menanggulangi kelainan kulit akibat kerja
cukup besar, yang mencakup kehilangan penghasilan, produktivitas dan

pemindahan tenaga kerja, ganti rugi, biaya pengobatan dan asuransi (Djunaedi dan
Lokomanto MD, 2003).
Menurut WHO, ada 150 penyakit akibat kerja, akan tetapi di Indonesia ada
105 penyakit. Penyakit kulit yang disebabkan oleh penyebab fisik dan kimiawi
merupakan salah satu dari penyakit kulit akibat kerja tersebut. Penyebab fisik,
antara lain ruangan terlalu panas, terlalu dingin, dan berlebihan radiasi. Penyebab
kimiawi, antara lain bahan kimia yang pada lingkungan kerja, yang dapat
mengganggu baik lokal maupun sistemik. Gangguan lokal adalah kelainan yang
ditimbulkan akibat bahan kimia yang kontak dengan tubuh. Apabila bahan kimia
terserap dan masuk ke pembuluh darah, akan timbul gejala sistemik. Penyebab

Universitas Sumatera Utara

3

biologik berasal dari jasad renik, gangguan dari serangga maupun binatang lain di
tempat kerja (Buchari, 2007).
PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang pengolahan karet dan kelapa sawit. PT. Bakrie Sumatera
Plantations, Tbk yang bergerak dalam bidang pengolahan karet menghasilkan dua


jenis karet yakni lateks pekat dan karet kering. Lateks pekat (concentrated latex)
merupakan jenis bahan olah yang memiliki tingkat komersial tinggi dengan
pangsa pasar tersendiri yang cukup terjamin, karena posisinya yang khas untuk
pembuatan barang-barang tertentu seperti sarung tangan medis, kateter, lem karet,
selang transparan, karet busa dan barang jadi lateks lainnya.
Dalam praktek saat ini, berdasarkan pertimbangan kemudahan teknis dan
konsistensi mutunya untuk memproduksi lateks pekat dapat ditempuh cara
pemusingan (sentrifugasi) dan pendadihan yang umumnya dilakukan. Pemekatan
lateks di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk dilakukan dengan cara
sentrifugasi dengan menggunakan alat berkecepatan 6000-7000 rpm yang di sebut
seperator. Alat separator berfungsi untuk memisahkan lateks kebun dari kotoran
dan material lain dengan menggunakan gaya sentrifugal sehingga lateks yang
diperoleh menjadi lebih pekat (konsentrasi tinggi).
Fraksi karet yang telah terbentuk disebut dengan concentrated lateks
(cenex) yang berada pada lapisan atas di dalam bowl pada separator dan akan

mengalir ke corong cenex dan dialirkan ke blending tank dan akhirnya masuk ke
dalam bowl case. Fraksi skim yang berada di lapisan bawah bowl akan mengalir
ke corong skim dan kemudian dialirkan ke dalam bak skim yang kemudian bowl


Universitas Sumatera Utara

4

tersebut harus dibersihkan setiap 2,5 jam operasi. Proses pencucian berlangsung
selama 1 jam dengan menggunakan bahan kimia asam laurat.
Asam laurat merupakan asam lemak jenuh yang memiliki sifat pembusaan
yang baik dan sering digunakan dalam formulasi sabun berupa kristal putih seperti
jarum. Berdasarkan hasil identifiasi bahan kimia yang dilakukan oleh perusahaan
Cayman Chemical Company yang tertuang dalam lembar data keselamatan bahan,

asam laurat memiliki bahaya yang dapat menyebabkan gangguan mata berat,
gangguan pada kulit, mengiritasi selaput lendir dan saluran pernapasan bagian
atas. Pekerja yang kontak dengan asam laurat disarakan untuk menggunakan alat
pelindung diri seperti : sarung tangan pelindung , pakaian pelindung (celemek),
pelindung mata dan sepatu boots. Pada proses pencucian bowldisk asam laurat
dilarutkan ke dalam air pencucian dan pekerja terbiasa bekerja tanpa
menggunakan alat pelidung diri yang lengkap.
Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan, diketahui bahwa jumlah

pekerja pada bagian pencucian bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk
sebanyak 18 orang. Pekerja terbagi atas 3 shift yaitu, shift pagi (07.30 -14.00
WIB) sebanyak 6 pekerja. Shift siang (14.00-22.00 WIB) sebanyak 6 pekerja.
Shift malam (22.00-04.00 WIB) sebanyak 6 pekerja. Setiap shift melakukan
pencucian minimal 2 kali setiap kali bertugas. Beberapa pekerja mengalami
keluhan seperti gatal, panas, kemerahan, kulit luka-luka, dan kulit bersisik.

Universitas Sumatera Utara

5

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan penyakit kulit pada pekerja
pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk.
1.2

Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan keluhan

penyakit kulit pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations,
Tbk.
1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan keluhan penyakit kulit pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie
Sumatera Plantations, Tbk tahun 2016.
1.3.2
1.

Tujuan Khusus
Untuk mengetahui hubungan antara usia dengan keluhan penyakit kulit pada
pekerja pencuci bowldisk.


2

Untuk mengetahui hubungan antara masa kerja dengan keluhan penyakit
kulit pada pekerja pencuci bowldisk.

3

Untuk mengetahui hubungan antara pemakaian alat pelindung diri dengan
keluhan penyakit kulit pada pekerja pencuci bowldisk.

4

Untuk mengetahui hubungan antara hygiene personal dengan keluhan
penyakit kulit pada pekerja pencuci bowldisk.

Universitas Sumatera Utara

6

5


Untuk mengetahui hubungan antara riwayat penyakit kulit dengan keluhan
penyakit kulit pada pekerja pencuci bowldisk.

6

Untuk mengetahui hubungan antara riwayat pekerjaan sebelumnya dengan
keluhan penyakit kulit pada pekerja pencuci bowldisk.

1.4

Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara usia dengan keluhan penyakit kulit pada pekerja
pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk tahun 2016.
2. Ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan penyakit kulit pada pekerja
pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk tahun 2016.
3. Ada hubungan antara pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan penyakit
kulit pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk
tahun 2016.

4. Ada hubungan antara hygiene personal dengan keluhan penyakit kulit pada
pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk tahun
2016.
5. Ada hubungan antara riwayat penyakit kulit dengan keluhan penyakit kulit
pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk
tahun 2016.
6. Ada hubungan antara riwayat pekerjaan sebelumnya dengan keluhan
penyakit kulit pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera
Plantations, Tbk tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara

7

1.5
1.

Manfaat Penelitian
Sebagai masukan kepada PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk dalam
rangka mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan

penyakit kulit pada pekerjanya dan membantu dalam perbaikan sistem kerja.

2.

Sebagai masukan bagi pekerja mengenai faktor-faktor yang berhubungan
dengan keluhan penyakit kulit.

3.

Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya mengenai
keluhan penyakit kulit.

4.

Dapat menerapkan ilmu keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang
diperoleh saat kuliah dalam praktek pada kondisi kerja sebenarnya.

5.

Sebagai bahan referensi pada penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara