Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (NPB) pada Pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (NPB) PADA PEKERJA DI PT. BAKRIE

METAL INDUSTRIES TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH : Febriana Maizura NIM : 1111101000106

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437 H / 2015 M


(2)

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S-1) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(3)

ii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Skripsi, Desember 2015

Febriana Maizura, NIM : 1111101000106

Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (NPB) pada Pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015

xvi + 274 halaman, 24 tabel, 20 gambar, 5 lampiran

ABSTRAK

Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah suatu keadaan dengan rasa tidak nyaman atau nyeri akut pada daerah ruas lumbalis kelima dan sarkalis (L5-S1), NPB merupakan salah satu gangguan musculoskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. Keluhan NPB pada pekerja dapat mempengaruhi performance kerja, produktivitas, dan meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan kerja. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di PT. Bakrie Metal Industries terhadap 10 orang pekerja pada bagian fabrikasi dan 10 orang pekerja pada bagian office, diketahui bahwa 90% pekerja pada bagian fabrikasi dan 70% pekerja pada bagian office memiliki keluhan MSDs dan pekerja mengalami keluhan sakit terbanyak pada bagian pinggang (45%) dan punggung (30%).

Penelitian ini berlangsung dari periode April – Desember 2015 dengan menggunakan desain Cross Sectional Study, bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan NPB pada pekerja di bagian fabrikasi dan office dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 76 orang. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square, T-test dan Kruskal Wallis. Variabel pada penelitian ini adalah skor leher, skor badan, skor kaki, skor lengan, skor akhir REBA, usia, jenis kelamin, merokok, riwayat NPB, kebiasaan olahraga, berat badan, ukuran lingkar pinggang, tinggi badan, sitting height, persen lemak tubuh, masa kerja dan pencahayaan.

Hasil penelitian diperoleh pekerja yang mengalami keluhan NPB sebanyak 49 orang (64.5%). Hasil uji statistik menunjukkan variabel yang berhubungan dengan keluhan NPB adalah skor leher, skor badan, skor akhir REBA, jenis kelamin, tinggi badan, persen lemak tubuh, sitting height, dan pencahayaan.

Untuk mengurangi risiko keluhan NPB pekerja disarankan beristirahat ketika sudah mulai merasakan keluhan pada otot tubuh, dan pekerja mengikuti senam pagi. Perusahaan sebaiknya memberikan pelatihan mengenai risiko pekerjaan dan tata cara bekerja yang sesuai dengan prinsip ergonomi, menyediakan bantalan, dan memberikan sumber pencahayaan buatan pada area dan ruang kerja serta melakukan tindakan pemeliharaan sumber cahaya

Daftar bacaan : 98 (1978 – 2015)


(4)

iii

ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY Thesis, December 2015

Febriana Maizura, NIM : 1111101000106

Factors Associated With Low Back Pain (LBP) Complaints of Workers in PT. Bakrie Metal Industries Year 2015.

xvi + 274 page, 24 tabels, 20 images, 5 attachments

ABSTRACT

Low Back Pain (LBP) is a condition with discomfort or acute pain in the fifth lumbalis and sarkalis area(L5-S1), LBP is one of the musculoskeletal disorder caused by poorly activity of the body. LBP complaints on worker can reduce work performances, productivity, and also increase the risk of accidents.The results of preliminary study in PT. Bakrie Metal Industries on 10 fabrication workers and 10 office workers, had been showed that 90% fabrication workers and 70% office workers have a MSDs complaints and the most of workers had complaints of pain at the lumbar (45%) and back (30%).

This study is held on April – December 2015 and uses a cross sectional study design. That studys aims to determine the factors associated with complaints of LBP in workers in the fabrication and office with 76 samples. The statistical test that used are Chi Square, T-test and Kruskal Wallis. Variables of this studies are neck scores, trunk scores, leg scores, arm scores, the final score REBA, age, gender, smoking habits, disease of history LBP, physical fitness, weight, waist circumference, height, sitting height, percent of body fat, periode of employment, and lighting.

The results showed that workers with LBP complaints were 49 people (64.5%). Statistical analysis showed variables that have association to LBP complaints are neck scores, trunk scores, the final score REBA, gender, height, percent of body fat, sitting height, and lighting.

To reduce risk of LBP complaints, workers are suggested to take a rest when they begin to feel the complaints in the muscles, and they are suggested to do morning exercises. Company should provide training on occupational risks and procedures of work that is compatible with the principles of ergonomics, provide cushion, and surficial artificial lighting in the area and work area, and doing maintenance light source.

Reading list : 98 (1978 – 2015)


(5)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN Judul Skripsi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (NPB) PADA PEKERJA DI PT. BAKRIE

METAL INDUSTRIES TAHUN 2015

Telah diuji dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 11 Desember 2015

Disusun Oleh: Febriana Maizura NIM. 1111101000106

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015


(6)

v

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(7)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Identitas Personal

Nama : Febriana Maizura

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Februari 1993

Alamat : Jalan Pinang II RT. 002 RW. 02 No. 21, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan 12450

No. Handphone : 082110981087

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat Email : febrianamaizura@gmail.com Program Studi dan Angkatan : PSKM, 2011

Pendidikan Formal

TK : TK RA An-Ni’mah Pondok Labu Jakarta

SD : SDN Pondok Labu 03 Pagi Jakarta

SMP : SMPN 96 Jakarta

SMA : SMAN 49 Jakarta

Universitas : Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(8)

vii

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillah, seluruh puji serta syukur selalu dilantunkan ke hadirat Allah SWT, Sang Pemilik Pengetahuan, yang dengan rahmat dan inayahNYA jualah maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (NBP) pada Pekerja di PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW, yang atas perkenan Allah, telah mengantarkan umat manusia ke pintu gerbang pengetahuan Allah yang Maha luas.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Keluarga tercinta, ibu, ayah, aida dan aan yang dengan doa, restu serta dukungan yang diberikan tanpa mengenal batas waktu.

2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri SKM., M.Kes. selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Fajar Ariyanti SKM, M.Kes, Ph.D, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Iting Shofwati ST, MKKK dan ibu Minsarnawati, SKM, MKM, selaku dosen pembimbing skripsi, yang sentiasa memberikan waktu, dukungan, ilmu, dan kesabarannya untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Meilani M. Anwar, yang senantiasa memotivasi, membimbing, meluangkan waktu, pikiran dan kesabaran serta doanya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS, Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, dan Bapak Rulyenzi Rasyid, MKKK selaku Penguji Sidang Skripsi yang telah memberikan saran dan masukkan dalam penempurnaan skripsi ini.


(9)

viii

7. Dosen-dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat dan Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.

8. Bapak I.P Danan Setiawan selaku QHSE Coordinator PT. Bakrie Metal Industries.

9. Pak Kaisar, Pak Tris, Pak Fadri, Mas Angga, Mas Oka dan Mba Friska selaku staff departemen QHSE PT. Bakrie Metal Industries yang telah banyak membantu selama penelitian.

10. Pak Adi, Bu Merti, dan Mba Lina selaku staff HRD yang membatu penulis dalam memperoleh data dan pengurusan surat menyurat.

11. Seluruh karyawan PT Bakrie Metal Industries yang telah secara sukarela membantu penulis ketika membutuhkan informasi yang diperlukan dalam penyusunan skripsi.

12. Mba ita, Icha, Uni dan Ab yang telah memberikan motivasi dalam semua kegiatan

13. Kawan-kawan seperjuangan peminatan K3 2011, terimakasih atas semangat dan dukungan kalian.

14. Dan teman-teman seperjuangan Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta 2011. Semangaaaaaat!!!!

Dan akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis panjatkan doa dan harap, semoga kebaikan mereka dicatat sebagai amal shaleh di hadapan Allah SWT dan menjadi pemberat bagi timbangan kebaikan mereka kelak. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran perbaikan dari pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Desember 2015


(10)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR ISTILAH ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Pertanyaan Penelitian ... 6

D. Tujuan ... 7

1. Tujuan Umum ... 7

2. Tujuan Khusus ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

1. Bagi Perusahaan ... 9

2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ... 9

3. Bagi Peneliti ... 10

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Keselamatan Kerja ... 12

1. Kecelakaan Akibat Kerja ... 12

2. Penyakit Akibat Kerja (PAK) ... 13

B. Nyeri Punggung Bawah (NPB) ... 13


(11)

x

2. Anatomi Tulang Belakang (Lumbal Spine) ... 15

3. Penyebab NPB ... 18

4. Gejala NPB ... 19

5. Patofisiologi NPB ... 20

6. Faktor RisikoNPB ... 23

7. Metode Penilaian Risiko Faktor Pekerjaan ... 52

C. Analisis Statistik ... 79

1. Analisis Univariat ... 79

2. Analisis Bivariat ... 81

D. Kerangka Teori ... 85

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL . 87 A. Kerangka Konsep ... 87

B. Definisi Operasional ... 94

C. Hipotesis ... 101

BAB IV METODE PENELITIAN ... 103

A. Desain Penelitian ... 103

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 103

C. Populasi dan Sampel ... 103

D. Instrumen Penelitian ... 105

E. Pengumpulan Data ... 109

F. Pengolahan Data ... 119

G. Analisis Data ... 120

BAB V HASIL ... 122

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 122

1. Sejarah Singkat PT. Bakrie Metal Industries ... 122

2. Visi dan Misi PT. Bakrie Metal Industries ... 123

3. Gambaran Proses Produksi di PT. Bakrie Metal Industries .... 124

B. Analisis Univariat ... 135

1. Gambaran Keluhan NPB pada Pekerja di PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015 ... 135


(12)

xi

2. Gambaran Faktor Pekerjaan pada Pekerja di PT. Bakrie

Metal Industries Tahun 2015 ... 135

3. Gambaran Faktor Individu (Usia, Jenis Kelamin, Kebiasaan Merokokk, Riwayat NPB, Kebiasaan Olahraga, Berat Badan, Ukuran Lingkar Pinggang, Tinggi Badan, Sitting Height, Persen Lemak Tubuh, dan Masa Kerja) dan Faktor Lingkungan (Pencahayaan) pada Pekerja di PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015 ... 137

C. Analisis Bivariat ... 143

1. Hubungan antara Faktor Pekerjaan dengan Keluhan NPB pada Pekerja di PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015 ... 143

2. Hubungan antara Usia, Jenis Kelamin, Kebiasaan Merokok, Riwayat NPB dan Kebiasaan Olahraga dengan Keluhan NPB pada Pekerja di PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015 ... 147

3. Hubungan antara Berat Badan, Ukuran Lingkar Pinggang, Tinggi Badan, Sitting Height, Persen Lemak Tubuh, Masa Kerja dan Pencahayaan dengan Keluhan NPB pada Pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015 ... 149

BAB VI PEMBAHASAN ... 153

A. Keterbatasan Penelitian ... 153

B. Keluhan Nyeri Punggung Bawah (NPB) pada Pekerja PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015 ... 154

C. Hubungan antara Faktor Pekerjaan dengan Keluhan NPB pada Pekerja PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015 ... 157

D. Hubungan antara Usia, Jenis Kelamin, Kebiasaan Merokok, Riwayat NPB dan Kebiasaan Olahraga dengan Keluhan NPB pada Pekerja di PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015 ... 169

1. Hubungan Usia dengan Keluhan NPB ... 169

2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Keluhan NPB ... 173

3. Hubungan Merokok dengan Keluhan NPB ... 175

4. Hubungan Riwayat NPB dengan Keluhan NPB ... 180


(13)

xii

E. Hubungan antara Berat Badan, Ukuran Lingkar Pinggang, Tinggi Badan, Sitting Height, Persen Lemak Tubuh, Masa Kerja dan Pencahayaan dengan Keluhan NPB pada Pekerja di PT. Bakrie

Metal Industries Tahun 2015 ... 187

1. Hubungan Berat Badan dengan Keluhan NPB ... 187

2. Hubungan Ukuran Lingkar Pinggang dengan Keluhan NPB . 189 3. Hubungan Tinggi Badan dengan Keluhan NPB ... 192

4. Hubungan Sitting Height dengan Keluhan NPB ... 194

5. Hubungan Persen Lemak Tubuh dengan Keluhan NPB ... 196

6. Hubungan Masa Kerja dengan dengan Keluhan NPB ... 199

7. Hubungan Pencahayaan dengan Keluhan NPB ... 203

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 207

A. Simpulan ... 207

B. Saran ... 210

1. Bagi Pekerja ... 210

2. Bagi Perusahaan ... 210

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 211

DAFTAR PUSTAKA ... 213


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Persen Lemak Tubuh pada Laki-laki dan

Perempuan ... 45

Tabel 2.2 Ilustrasi Posisi Badan dan Skoring ... 62

Tabel 2.3 Ilustrasi Posisi Leher dan Skoring ... 64

Tabel 2.4 Ilustrasi Posisi Kaki dan Skoring ... 65

Tabel 2.5 Skoring A REBA ... 66

Tabel 2.6 Skor untuk Beban atau Force ... 66

Tabel 2.7 Ilustrasi Posisi Lengan dan Skoring ... 68

Tabel 2.8 Ilustrasi Posisi Lengan Bawah dan Skoring ... 69

Tabel 2.9 Ilustrasi Posisi Pergelangan Tangan dan Skoring ... 70

Tabel 2.10 Skor B REBA ... 70

Tabel 2.11 Skor untuk Jenis Pegangan ... 71

Tabel 2.12 Skor C REBA ... 72

Tabel 2.13 Skoring untuk Aktivitas Otot ... 73

Tabel 2.14 Kategori Tingkat Risiko ... 74

Tabel 2.15 Kelebihan dan Kekurangan Metode Penilaian Faktor Pekerjaan Risiko NPB ... 76

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 94

Tabel 4.1 Skala Penilaian Intensitas Nyeri Berdasarkan Numeric Rating Scale ... 110

Tebel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan NPB pada Pekerja di PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015 ... 135

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pekerjaan pada Pekerja di PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015 136 Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Kebiasaan Merokok, Riwayat NPB dan Kebiasaan Olahraga pada Pekerja di PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015 ... 138


(15)

xiv

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan, Ukuran Lingkar Pinggang, Tinggi Badan, Sitting Height, Persen Lemak Tubuh, Masa Kerja dan Pencahayaan pada

Pekerja di PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015 ... 140 Tabel 5.5 Analisis Hubungan Faktor Pekerjaan dengan Keluhan

NPB pada Pekerja Fabrikasi di PT. Bakrie Metal

Industries Tahun 2015... 144 Tabel 5.6 Analisis Hubungan Usia, Jenis Kelamin, Kebiasaan

Merokok, Riwayat NPB, dan Kebiasaan Olahraga dengan Keluhan NPB pada Pekerja Fabrikasi di PT.

Bakrie Metal Industries Tahun 2015 ... 147 Tabel 5.7 Analisis Hubungan Berat Badan, Ukuran Lingkar

Pinggang, Tinggi Badan, Sitting Height, Persen Lemak Tubuh, Masa Kerja dan Pencahayaan dengan Keluhan NPB pada Pekerja Fabrikasi di PT. Bakrie Metal


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Tulang Belakang Manusia ... 16

Gambar 2.2 Ruas Pergerakan Tulang Belakang ... 16

Gambar 2.3 Vertebra Lumbar Dilihat dari Atas dan Samping ... 17

Gambar 2.4 Vertebra Endplates yang Terletak pada Vertebra Tubuh yang Berdekatan dengan Cakram ... 17

Gambar 2.5 Lumbar Motion Monitor ... 55

Gambar 2.6 Output yang Dihasilkan Menggunakan Software LMM . 55 Gambar 2.7 Tiga Dimensi Model Menggunakan 3DSSPP ... 57

Gambar 2.8 Diagram Alur Penilaian Dengan Metode REBA ... 72

Gambar 2.9 Skema Kerangka Teori ... 86

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep ... 93

Gambar 4.1 Kris Digital Scale ... 106

Gambar 4.2 OD 235 OneMed ... 106

Gambar 4.3 Sitting Height Scale ... 107

Gamber 4.4 Sctature Scale ... 107

Gambar 4.5 OMRON Body Fat Monitor ... 107

Gambar 4.6 Kamera Nikon Coolpix S33 ... 108

Gambar 4.7 Lux Meter Krisbow Model: KW06-291 ... 108

Gambar 5.1 Bagan Proses Produksi pada PT. Bakrie Metal Industries 124 Gambar 5.2 Bagan Proses Pembuatan Produk Konstruksi ... 133


(17)

xvi

DAFTAR ISTILAH NPB : Nyeri Punggung Bawah

LBP : Low Back Pain

K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja NBM : Nordic Body Map

REBA : Rapid Entire Body Assessment PAK : Penyakit Akibat Kerja

MSDs : Musculoskeletal Disorders

NIOSH : National for Occupational Safety and Health LMM : Lumbar Motion Monitor

RULA : Rapid Upper Limb Assessment OWAS : Ovako Working Posture Analysis BMI : Bakrie Metal Industries

HRD : Human Resoursces Development IT : Information Technology

QHSE : Quality, Health, Safety and Environment ILO : International Labour Organization


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu dari negara yang sangat berkepentingan terhadap masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23 mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib diselenggarakan pada setiap tenaga kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.

Salah satu aspek kesehatan kerja yang harus diperhatikan adalah penyakit akibat kerja (PAK). PAK merupakan risiko yang diterima pekerja dalam bidang kesehatan yang merupakan akibat dari berkembangan industri di Indonesia dan pertambahan tenaga kerja. PAK adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.01/MEN/1981). PAK disebabkan oleh sejumlah faktor namun ada sebagian yang berasal dari tempat kerja, dan penyakit gaya hidup yang disebabkan oleh satu atau beberapa faktor risiko gaya hidup. Selain itu pekerja juga berisiko terkena cedera akibat kecelakaan kerja (Anies, 2005).


(19)

2

Pada tahun 2011, dalam Media Relations Officer International Labour Organization (ILO) memperkirakan bahwa di seluruh dunia setiap tahunnya 2,3 juta orang meninggal akibat PAK dan kecelakaan kerja. Selain itu setiap harinya lebih dari 160 juta orang menderita PAK dan yang berhubungan dengan pekerjaan (Lingga, 2011). Salah satu PAK yang disebabkan oleh keadaan yang tidak ergonomis adalah gangguan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Nyeri Punggung Bawah (NPB) atau Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu gangguan musculoskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher, Salmond dan Pellino, 2002).

Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah suatu keadaan dengan rasa tidak nyaman atau nyeri akut pada daerah ruas lumbalis kelima dan sarkalis (L5-S1) (Pheasant, 1991). Work-Related Low Back Pain adalah rasa nyeri dalam konteks pekerjaan dan secara klinis mungkin disebabkan oleh pekerjaan atau dapat diperburuk oleh aktifitas pekerjaan (Beeck dan Hermans, 2000). LBP merupakan kesakitan yang sangat umum. Sekitar dua pertiga dari populasi orang dewasa di Amerika Serikat (AS) menderita LBP pada suatu saat dalam kehidupan mereka (Deyo dan Weinstein, 2001 dalam Gallagher, 2008). Sebanyak 36% dari gangguan MSDs di Amerika Serikat berjenis back pain dan diketahui bahwa 11% pekerja pada industri manufacturing merasakan keluhan nyeri muskuloskeletal (Bureau of Labor Statistic, 2013).

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh European Agency for Safety and Health at Work pada 235 juta pekerja di 31 negara Eropa pada tahun 2007, diperoleh hasil sebanyak 25% pekerja mengalami nyeri punggung dan 23% nyeri otot (European Agency for Safety and Health at Work, 2008). Hasil


(20)

penelitian Riyadina dkk, pada industi baja (workshop) di kawasan industri Pulo Gadung Jakarta Timur diketahui bahwa sebanyak 20,1% pekerja merasakan nyeri pada bagian kaki dan 17,3% pekerja merasakan nyeri pada bagian pinggang (Riyadina, 2008). Berdasarkan penelitian Asriadi (2011), pada PT. International Nickel Indonesia, diketahui bahwa sebanyak 46,3% pekerja operator alat berat atau pabrik mengalami keluhan LBP, 16% pekerja mekanik mengalami keluhan LBP, dan 3,2% pekerja pengelasan mengalami keluhan LBP. Berdasarakan hasil penelitian Ayuningtyas (2012), pada pekerja kantor PT. Krakatau Steel diketahui bahwa sebanyak 40% pekerja mengalami NPB (Ayuningtyas, 2012).

Menurut beberapa ahli, terdapat faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya NPB yaitu faktor pekerjaan, faktor psikososial, faktor individu, dan faktor lingkungan. Faktor pekerjaan yang mempengaruhi NPB yaitu Heavy manual labor, Manual material handling, Awkward postures, Static work, Whole body vibration, Slipping and falling (Beeck dan Hermans, 2000). Faktor psikososial yaitu job content, tekanan waktu atau mengintensifkan beban kerja, job control, dukungan sosial di tempat kerja dan kepuasan kerja (Beeck dan Hermans, 2000). Faktor Individu yaitu usia, merokok, riwayat NPB, jenis kelamin, antopometri, kebiasaan olahraga, masa kerja dan jam kerja (Beeck dan Hermans, 2000; Marras dan Karwowski, 2006) dan Faktor Lingkungan yaitu pencahayaan, getaran dan kebisingan (Spaulding, 2008).

PT. Bakrie Metal Industries merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufacturing corrugated metal product dan fabrication project. Terdapat dua jenis produksi pada PT. Bakrie Metal Industries, yaitu proses


(21)

4

pembuatan produk konstruksi dan proses pembuatan produk fabrikasi. Dimana dalam proses pembuatan produk tersebut terdiri dari proses pemotongan logam (cutting), pembuatan lubang (punching dan drilling), penyusunan beberapa komponen menjadi satu komponen (fit up), pengelasan (welding), pembersihan komponen dari sisa-sisa sambungan las atau dari kotoran lainnya (material finish), proses pembersihan logam (blasting) dan proses pelapisan logam dengan menggunakan cat (painting).

Bahan untuk pembuatan komponen tersebut berasal dari besi dengan kualitas tinggi, sebelum dibentuk menjadi komponen-komponen besi dipotong terlebih dahulu dengan cara cold proses, hot proses dan proses menggunakan gerinda potong. Setelah di potong komponen-komponen besi tersebut proses pembuatan lubang pada material dengan menggunakan alat bor. Selanjutnya potongan komponen-komponen besi yang telah dilubang dibentuk menjadi komponen-komponen dengan teknik pengelasan. Kegiatan pada proses pemotongan, pembuatan lubang dan pengelasan dilakukan dengan posisi yang berbeda-beda, sehingga hal tersebut dapat menyumbangkan beberapa variasi bahaya termasuk bahaya risiko NPB. Tidak hanya pada proses produksinya saja, namun pada pekerja yang bekerja di bagian office juga memiliki bahaya risiko NPB. Pekerja pada bagian office bekerja dengan posisi duduk selama kurang lebih 7 jam setiap harinya, sehingga bila terlalu lama duduk dengan posisi yang salah memiliki bahaya risiko NPB. Adapun jumlah pekerja tetap pada bagian fabrikasi adalah sejumlah 50 orang dan pekerja tetap pada bagian office adalah sejumlah 65 orang.


(22)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada April 2015 terhadap 10 orang pekerja pada bagian fabrikasi dan 10 orang pekerja pada bagian office PT. Bakrie Metal Industries dengan menggunakan Nordic Body Map (NBM), diketahui bahwa pada bagian fabrikasi sebanyak 90% pekerja memiliki keluhan MSDs dan pada bagian office sebanyak 70% pekerja memiliki keluhan MSDs. Pada kedua bagian tersebut didapatkan pekerja mengalami keluhan sakit terbanyak pada bagian pinggang (45%) dan punggung (30%).

Selain itu belum ada penelitian yang dilakukan mengenai faktor-fakor yang terkait dengan keluhan NPB di PT. Bakrie Metal Industries, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan Nyeri Punggung Bawah (NPB) pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan bulan April 2015 terhadap pekerja di PT. Bakrie Metal Industries dengan menggunakan Nordic Body Map (NBM), diketahui bahwa hampir setengah pekerjanya baik pada bagian fabrikasi maupun office memiliki keluhan MSDs dan didapatkan pekerja mengalami keluhan sakit terbanyak pada bagian pinggang dan punggung. Gangguan NPB pada pekerja dapat mempengaruhi performance kerja, produktivitas dan kualitas kerja, hubungan dalam pekerjaan, dan meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan. Informasi yang diperoleh peneliti bahwa di PT. Bakrie Metal Industries belum pernah dilakukan penelitian


(23)

6

terkait dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan Nyeri Punggung Bawah (NPB) pada pekerja. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan antara faktor pekerjaan, faktor psikososial, faktor individu dan faktor lingkungan dengan keluhan Nyeri Punggung Bawah (NPB) di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015?

2. Bagaimana gambaran faktor pekerjaan (posisi badan, leher, kaki, lengan dan skor akhir REBA) pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015?

3. Bagaimana gambaran faktor individu (usia, merokok, riwayat NPB, jenis kelamin, berat badan, ukuran lingkar pinggang, tinggi badan, sitting height, persen lemak tubuh, kebiasaan olahraga dan masa kerja) pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015?

4. Bagaimana gambaran faktor lingkungan (pencahayaan) pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015?

5. Adakah hubungan antara faktor pekerjaan (posisi badan, leher, kaki, lengan dan skor akhir REBA) dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015?

6. Adakah hubungan antara usia dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015?


(24)

7. Adakah hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015?

8. Adakah hubungan antara merokok dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015?

9. Adakah hubungan antara riwayat NPB dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015?

10. Adakah hubungan antara kebiasaan olahraga dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015?

11. Adakah hubungan antara berat badan, ukuran lingkar pinggang, tinggi badan, sitting height, dan persen lemak tubuh dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015?

12. Adakah hubungan antara masa kerja dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015?

13. Adakah hubungan antara pencahayaan dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015?

D. Tujuan

Tujuan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan Nyeri Punggung Bawah (NPB) pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015.


(25)

8

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015

b. Diketahuinya gambaran faktor pekerjaan (posisi badan, leher, kaki, lengan dan skor akhir REBA) pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015.

c. Diketahuinya gambaran faktor individu (usia, merokok, riwayat NPB, jenis kelamin, berat badan, ukuran lingkar pinggang, tinggi badan, sitting height, persen lemak tubuh, kebiasaan olahraga dan masa kerja) pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015.

d. Diketahuinya gambaran faktor lingkungan (pencahayaan) pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015.

e. Diketahuinya hubungan antara faktor pekerjaan (posisi badan, leher, kaki, lengan dan skor akhir REBA) dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015.

f. Diketahuinya hubungan antara usia dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015.

g. Diketahuinya hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015.

h. Diketahuinya hubungan antara merokok dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015.

i. Diketahuinya hubungan antara riwayat NPB dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015.


(26)

j. Diketahuinya hubungan kebiasaan olahraga dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015.

k. Diketahuinya hubungan antara berat badan, ukuran lingkar pinggang, tinggi badan, sitting height, dan persen lemak tubuh dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015.

l. Diketahuinya hubungan antara masa kerja dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015.

m. Diketahuinya hubungan antara pencahayaan dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan

a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi perusahaan tentang faktor-faktor yang berhubungan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries sehingga program-program K3 perusahaan terkait ergonomi dapat lebih dioptimalkan untuk mencapai keberhasilan

b. Perusahaan dapat melakukan pertimbangan atau koreksi terhadap potensi NPB yang ada di lingkungan kerja

2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

a. Menjadi suatu masukan dalam keilmuan K3, khususnya mengenai faktor risiko pekerjaan, faktor risiko individu dan Nyeri Punggung Bawah (NPB)


(27)

10

b. Terciptanya kerjasama saling menguntungkan dan bermanfaat dengan institusi lain.

3. Bagi Peneliti

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain yang akan meneliti terkait ergonomi

b. Dapat mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan terkait risiko ergonomi yang telah didapat di perkuliahan pada tempat kerja yang sesungguhnya

c. Meningkatkan pengetahuan khususnya dalam hal kajian faktor risiko pekerjaan serta keluhan subjektif terkait Nyeri Punggung Bawah (NPB) yang dirasakan pekerja karena aktivitas pekerjaannya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keluhan Nyeri Punggung Bawah (NPB) dan faktor-faktor yang berhubungan berupa faktor pekerjaan, faktor individu, dan faktor lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Desember 2015 di PT. Bakrie Metal Industries, Jl. Jalan Raya Kaliabang Bungur No. 86, Bekasi Utara. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa semester VIII peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Populasi penelitian adalah seluruh pekerja tetap pada bagian fabrikasi dan office PT. Bakrie Metal Industries dengan jumlah sampel sebanyak 100 pekerja. Data penelitian diperoleh dengan cara pengambilan data sekunder dan


(28)

data primer. Data primer diperoleh melalui pengukuran langsung keluhan NPB dengan Nordic Body Map (NBM) dan pengukuran risiko faktor pekerjaan dengan menggunakan lembar Rapid Entire Body Assessment (REBA), data karakteristik pekerja dengan menggunakan kuesioner, timbangan, pita pengukur, Body Measurements Instrument, dan Body Fat Monitor serta pengukuran pencahayaan menggunakan Lux Meter. Data - data tersebut dianalisis secara univariat untuk memperoleh frekuensi jumlah dan persentase, sedangkan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan independen dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi square, T-test dan Kruskal Wallis.


(29)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam Ilmu Kesehatan/Kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setiggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum (Suma’mur, 1992). Kesehatan kerja wajib diselenggarakan pada setiap tenaga kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja (Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 23). Salah satu aspek kesehatan kerja yang harus diperhatikan yaitu kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja.

1. Kecelakaan Akibat Kerja

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan, yang berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab yaitu : 1) Tindakan perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe


(30)

human acts); 2) Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition) (Suma’mur, 1989).

2. Penyakit Akibat Kerja (PAK)

Penyakit akibat kerja (PAK) adalah kondisi kesehatan yang merugikan pada manusia, timbul atau tingkat keparahannya terkait dengan paparan faktor di tempat kerja atau di lingkungan kerja (WHO, 2001). PAK adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.01/MEN/1981).

Faktor-faktor di tempat kerja atau di lingkungan kerja yang menyebabkan PAK yaitu (WHO, 2001):

1. Fisik, misalnya panas, kebisingan, radiasi 2. Kimia, misalnya logam berat, debu, pestisida 3. Biologi, misalnya TBC, hepatitis B, HIV

4. Stess psikososial, misalnya kurangnya kontrol atas pekerjaan, dukungan pribadi yang tidak memadai

5. Mechanic merupakan penyebab kecelakaan kerja dan cedera daripada penyakit akibat kerja

6. Ergonomi, misalnya postur janggal, gerakan berulang

B. Nyeri Punggung Bawah (NPB)

Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan salah satu penyakit akibat kerja (PAK) yang disebabkan oleh keadaan yang tidak ergonomis. NPB atau LBP


(31)

14

merupakan gangguan musculoskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher, Salmond dan Pellino, 2002).

1. Definisi NPB

Nyeri punggung bawah (NPB) atau low back pain (LBP) adalah suatu keadaan dengan rasa tidak nyaman atau nyeri akut pada daerah ruas lumbalis kelima dan sarkalis (L5-S1). Nyeri pada punggung bawah dirasakan oleh penderita dapat terjadi secara jelas atau samar serta menyebar atau terlokalisir (Pheasant, 1991).

Nyeri punggung bawah atau LBP yang merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher, Salmond dan Pellino, 2002). Sedangkan menurut Snook (2006), NPB adalah persepsi subjektif dari rasa sakit di punggung, bokong, atau kaki. Mati rasa dan/atau nyeri yang menjalar ke kaki umumnya dikenal sebagai linu pinggul (Snook, 2006 dalam Gallagher, 2008). Work-related low back pain adalah rasa nyeri dalam konteks pekerjaan dan secara klinis mungkin disebabkan oleh pekerjaan atau dapat diperburuk oleh aktifitas pekerjaan (Beeck dan Hermans, 2000).

Nyeri pinggang bawah atau LBP adalah rasa nyeri yang terdapat pada bagian bawah tulang belakang. Biasanya terletak antara dasar tulang iga dengan bagian atas tungkai bawah. Keluhan ini merupakan hal yang dapat timbul karena berbagai penyebab. NPB merupakan gejala yang sering digambarkan tumpul, nyeri yang mendalam, rasa kaku, menetap dan menjalar ke bagian bawah pantat, tungkai, dan kaki.


(32)

Nyeri sering muncul mendadak pada strain (gangguan nyeri punggung yang terjadi karena otot dan ligamen tertarik saat mengangkat benda, atau gerakan yang tiba-tiba) atau cedera yang nyata dan kadang juga muncul secara perlahan (Agustini, 2006).

Sehingga NPB adalah rasa sakit atau nyeri yang terdapat pada bagian tulang belakang, antara tulang rusuk sampai sekitar tulang ekor dan dapat juga menjalar ke daerah lain seperti pada bagian punggung bagian atas atau pangkal paha serta rasa sakit atau nyeri tersebut disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.

2. Anatomi Tulang Belakang (Lumbar Spine)

Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terdiri atas 2 bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis (sebagai artikulasi), dan ditopang oleh ligamnetum longitudinale anterior dan posterior. Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebra antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (Haldeman dkk, 2002).

Lumbar (punggung bawah) bagian dari tulang belakang terletak di bawah wilayah dada dan langsung di atas Sacrum. Lumbar paling sering terlibat dalam NPB karena tulang ini memiliki pengaruh dari besarnya berat badan dan tekanan yang akan dirasakan oleh tulang


(33)

16

belakang (Gallagher, 2008). Gambar 2.1 merupakan gambar tulang belakang manusia.

Gambar 2.1 Tulang belakang manusia Sumber: Gallagher, 2008

Gambar 2.2 Ruas pergerakan tulang belakang Sumber: Gallagher, 2008

Ruas pergerakan (gambar 2.2) merupakan bagian dari tuang belang, yang terdiri dari dua tulang dan cakram tulang belakang (disebut intervertebral disc). Cakram memiliki fungsi yang penting dalam memisahkan tulang belakang seseorang dan menjadikannya deformable, serta memungkinkan gerakan yang fleksibilitas ke tulang belakang. Jika tulang belakang hanya setumpuk tulang tanpa cakram, tulang belakang bisa menanggung berat badan tapi tidak akan mampu memberikan gerakan yang memungkinkan dan gerakan yang lentur dari


(34)

tulang belakang, sehingga akan sangat membatasi jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh manusia (Gallagher, 2008).

Lumbar vertebra yang memiliki bentuk yang tidak teratur berbentuk tulang yang terdiri dari tiga elemen fungsional utama: vertebral tubuh, pedicles, dan yang disebut dengan elemen posterior (gambar 2.3) (Gallagher, 2008).

Gambar 2.3 Vertebra lumbar dilihat dari atas dan samping Sumber: Gallagher, 2008

Pada permukaan atas atau bawah vertebral tubuh, antara rulang dan cakram, ada lapisan tulang rawan dengan tebal sekitar 0,04 yang disebut vertebral endplates (gambar 2.4). Endplate ini berfungsi sebagai penghubung antara tulang belakang dan cakram dan memiliki peran penting dalam menutrisi cakram. Keutuhan vertebral endplate memiliki peranan penting dalam pengembangan degenerasi cakram dan NPB (Gallagher, 2008).

Gambar 2.4 Vertebral Endplates yang terletak pada vertebral tubuh yang berdekatan dengan cakram


(35)

18

Cakram intervertebralis yang ditemukan antara setiap tulang belakang (gambar 2.4). Cakram yang datar, struktur bulat dengan cincin luar yang keras dari jaringan yang disebut annulus fibrosis. Bentuknya lembut, seperti jelly disebut nucleus pulposus (Gallagher, 2008).

3. Penyebab NPB

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya NPB, antara lain: 1. Kelainan tulang punggung (spine) sejak lahir

Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Menurut Soeharso (1978) kelainan-kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang vertebra hanya setengah bagian karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya NPB yang disertai dengan skoliosis ringan.

2. NPB karena trauma

Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut (Idyan, 2008).


(36)

3. NPB karena perubahan jaringan

Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain (Soeharso, 1978).

4. NPB karena pengaruh gaya berat

Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, dan coxa valgum (Soeharso, 1987). Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP atau NPB (Klooch, 2006 dalam Shocker, 2008).

4. Gejala NPB

Gejala klinis yang utama pada NPB adalah nyeri. Nyeri dapat bersifat sementara atau menetap dan lokal atau menjalar. Nyeri juga dapat bersifat dangkal atau dalam. Hal ini bergantung pada penyebab dan jenis nyeri, terdapat berbagai jenis nyeri punggung menurut Cianflocco (2013):

a. Nyeri lokal

Terjadi di area tertentu di punggung bagian bawah, nyeri jenis ini paling sering terjadi. Penyebabnya biasanya karena terkilir atau


(37)

20

keseleo atau cedera lainnya. Nyeri biasanya menetap, atau terkadang hilang timbul. Nyeri lokal dapat berkurang atau bertambah dengan perubahan posisi. Punggung bawah dapat sakit saat dipegang, dapat terjadi spasme.

b. Nyeri yang menjalar

Nyeri bersifat tumpul dan terasa menjalar dari punggung bawah ke tungkai. Nyeri dapat diikuti dengan nyeri tajam, biasanya hanya mengenai satu sisi tungkai daripada seluruh tugkai. Nyeri dapat terasa sampai ke kaki atau hanya sampai lutut. Nyeri yang menjalar biasanya menandakan adanya penekanan pangkal saraf, misalnya karena HNP, osteoartritis atau stenosis tulang belakang. Jika, terdapat penekanan pada pangkal saraf, atau jika korda spinalis tertekan, maka akan timbul rasa seperti ditusuk jarum, atau bahkan mati rasa dan hilangnya fungsi pengendalian berkemih dan pencernaan.

c. Referred Pain

Nyeri dirasakan pada lokasi berbeda dari lokasi penyebab nyeri sebenarnya. Misalnya, pada pasien dengan serangan jantung, nyeri dirasakan pada lengan kiri, nyeri jenis ini pada NPB bersifat sakit dan dalam, dan sulit untuk menentukan lokasi asal nyeri.

5. Patofisiologi NPB

Everett (2010) menyebutkan pada umumnya NPB disebabkan oleh sebuah peristiwa traumatis akut, atau trauma kumulatif dimana berat


(38)

ringannya suatu peristiwa traumatis akut sangatlah bervariasi. NPB akibat trauma kumulatif lebih sering terjadi di tempat kerja, misalnya karena duduk statis terlalu lama atau posisi kerja yang kurang ergonomis.

Beberapa struktur anatomis elemen-elemen tulang punggung bawah antara lain: tulang, ligamen, tendon, diskus, otot dan saraf diduga memiliki peran yang besar untuk menimbulkan nyeri. Struktur disekitar diskus intervertebralis yang sensitif terhadap rasa sakit ialah: ligamentum longitudinal anterior, ligamentum longitudinal poterior, korpus vertebra, akar saraf, dan kartilago dari facet joint. Banyak dari komponen-komponen tersebut diatas memiliki persarafan sensori yang dapat menghasilkan sinyal nosiseptif yang merupakan reaksi terhadap adanya suatu kerusakan jaringan. Penyebab lainnya biasanya neuropatik, misalnya ischaalgia. Kebanyakan kasus NPB kronis merupakan campuran antara nosiseptif dan neuropatik.

Posisi gerakan tulang belakang lumbal yang paling berisiko untuk mengakibatkan nyeri puggung bawah ialah fleksi ke depan (membungkuk), rotasi (memutar), dan ketika mencoba untuk mengangkat benda berat dengan tangan terentang ke depan. Pembebanan aksial dengan durasi pendek ditahan oleh serat kolagen annular diskus. Pembebanan aksial dengan durasi yang lebih lama menciptakan tekanan ke anulus fibrosus lebih lama dan mengakibatkan tekanan menyebar ke endplates. Tekanan pada annulus akan menimbulkan robekan sehingga memungkinkan enzim fosfolipase A2


(39)

22

(Phospholipase A2/PLA2), glutamat dan mungkin senyawa lainnya yang belum diketahui yang merupakan komponen dari nukleus pulposus, masuk ke ruang epidural dan menyebar ke Dorsal Root Ganglion (DRG). Komponen dari nukleus pulposus, yang paling terkenal adalah enzim fosfolipase A2 (PLA2). PLA2 ini dapat berpengaruh secara langsung pada jaringan saraf, atau mungkin berperan dalam mengatur respon inflamasi kompleks yang bermanifestasi sebagai nyeri punggung bawah.

Jika anulus dan endplates dalam keadaan baik, kekuatan beban dapat dengan baik ditahan. Namun tekanan yang dihasilkan dari kontraksi otot lumbal dapat bergabung dengan tekanan beban dan dapat meningkatkan tekanan intradiskal yang melebihi kekuatan serat annular diskus intervertbralis. Beban kompresi pada diskus yang berulang-ulang seperti gerakan fleksi dan torsi lumbal saat mengangkat suatu benda, menempatkan diskus pada risiko untuk mengalami kerobekan annulus fibrosus. Isi anulus finrosis yaitu nukleus pulposus dapat menerobos annulus fibrosus yang robek. Serat paling dalam dari annulus fibrosus ini tidak mempunyai persyarafan sehingga bila mengalami kerobekan tidak menimbulkan rasa nyeri. Tetapi apabila nukleus pulposus sudah mencapai tepi luar dari annulus fibrosus, kemungkinan akan menimbulkan rasa nyeri karena tepi aspek posterior dari annulus fibrosus mendapat bersarafan dari beberapa serabut saraf dari n.sinuvertebral dan aspek lateral dari diskus disafi pada bagian


(40)

tepinya oleh cabang dari rami anterior dan gray rami communicants (Everett, 2010).

Kerusakan tulang belakang juga dapat disebabkan oleh gerakan seluruh tubuh dimana getaran yang disebabkan kelebihan mekanik, menyebabkan kompresi terus menerus dan peregangan struktur tulang belakang, kompresi secara terus menerus dan peregangan tersebut dapat mengakibatkan kelelahan jaringan (Beeck dan Hermans, 2000). Pembebanan yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan pada ligamen tersebut diatas dan menimbulkan rasa nyeri (Mario, 2005).

6. Faktor Risiko NPB

Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya NPB antara lain umur, jenis kelamin, indeks masa tubuh (IMT), jenis pekerjaan dan masa kerja. Kebiasaan sehari-hari yang dapat merupakan faktor risiko untuk terjadinya NPB antara lain kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol, olahraga, dan aktivitas rumah tangga sehari-hari. Merokok maupun mengkonsumsi alkohol dapat menyebabkan NPB oleh karena diduga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah pada jaringan lunak. Pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang, vibrasi dan stres psikososial juga turut berperan untuk terjadinya LBP atau NPB (Samara, dkk, 2005).

Sedangkan menurut Beeck dan Hermans (2000) terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan NPB atau LBP, yaitu:


(41)

24

a. Faktor pekerjaan

1) Pekerjaan secara manual yang berat (Heavy manual labor)

Dalam review NIOSH (Bernard dkk, 1997 dalam Beeck dan Hermans, 2000) pekerjaan fisik yang berat telah didefinisikan sebagai pekerjaan yang memiliki kebutuhan energi yang tinggi atau membutuhkan suatu kekuatan fisik. Beberapa penelitian biomekanik menafsirkan pekerjaan berat seperti pekerjaan yang memaksakan kekuatan tekanan besar pada tulang belakang (Marras dkk, 1995 dalam Beeck dan Hermans, 2000). Definisi untuk pekerjaan fisik yang berat meliputi konsep-konsep bersamaan dengan persepsi dari beban kerja fisik yang berat, yang berkisar dari tugas-tugas yang melelahkan, penanganan material secara manual, dan berat, dinamis atau bekerja secara intens (Beeck dan Hermans, 2000).

Ketika mengangkat benda berat dengan tangan terentang kedepan. Pembebanan aksial dengan durasi pendek ditahan oleh serat kolagen annulus diskus. Pembebanan aksial dengan durasi yang lebih lama menciptakan tekanan ke annulus fibrosus lebih lama dan mengakibatkan tekanan menyebar ke endplates. Jika anulus dan endplates dalam keadaan baik, kekuatan beban dapat dengan baik ditahan. Beban kompresi pada diskus yang berulang-ulang akan menempatkan diskus pada risiko untuk mengalami kerobekan annulus fibrosus. Isi annulus fibrosus yaitu nukleus pulposus dapat menerobos annulus fibrosus yang robek.


(42)

Sehingga bila mengalami kerobekan akan menimbulkan rasa nyeri (Everett, 2010).

2) Penanganan material secara manual (Manual material handling) Penanganan material secara manual meliputi mengangkat, bergerak, membawa dan menahan beban. Bernard dkk (1997) mendefisisikan mengangkat sebagai gerakan berpindah atau membawa sesuatu dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Konsep ini meliputi tekanan yang dihasilkan dari kerja yang dilakukan dalam mentransfer objek dari suatu bidang ke bidang yang lain serta efek dari teknik penanganan dan pemindahan. Gerakan kuat termasuk pergerakan benda-benda dengan cara, seperti, menarik, mendorong, atau upaya lainnya (Beeck dan Hermans, 2000).

Terdapat bukti kuat bahwa LBP atau NPB berhubungan dengan pekerjaan mengangkat dan gerakan yang kuat (Marras dkk, 1995; Bernard dkk, 1997; Hoogendoorn dkk, 1999 dalam Beeck dan Hermans, 2000). Dalam beberapa penelitian dimana tidak ada hubungan yang ditemukan, dilaporkan bahwa ini mungkin terjadi karena tindakan subjektif dari paparan. Ketika ukuran objektif yang digunakan untuk memeriksa kegiatan pengangkatan tertentu, perkiraan risiko bahkan akan meningkat. Besarnya perkiraan risko atau kemungkinan rasio ini (Odds Ratio-OR adalah proporsi kasus terpapar faktor risiko terhadap proporsi non-kasus terpapar) berkiasar 1,5 – 3,1 (Hales dan


(43)

26

Bernard, 1997; Hoogendoorn dkk, 1999 dalam Beeck dan Hermans, 2000). Kekuatan tulang belakang selama penanganan material berat secara manual dapat dimodifikasi oleh (Karwowski dkk, 1992 dalam Beeck dan Hermans, 2000):

a) Dimensi beban, bentuk dan berat badan

b) Pola horizontal dan vertikal gerakan mengangkat c) Derajat fleksi dan rotasi tulang belakang

d) Frekuensi tugas e) Faktor lingkungan

Ketika mengangkat benda berat dengan tangan terentang kedepan. Pembebanan aksial dengan durasi pendek ditahan oleh serat kolagen annulus diskus. Pembebanan aksial dengan durasi yang lebih lama menciptakan tekanan ke annulus fibrosus lebih lama dan mengakibatkan tekanan menyebar ke endplates. Jika anulus dan endplates dalam keadaan baik, kekuatan beban dapat dengan baik ditahan. Beban kompresi pada diskus yang berulang-ulang akan menempatkan diskus pada risiko untuk mengalami kerobekan annulus fibrosus. Isi annulus fibrosus yaitu nukleus pulposus dapat menerobos annulus fibrosus yang robek. Sehingga bila mengalami kerobekan akan menimbulkan rasa nyeri (Everett, 2010).

3) Posisi janggal (Awkward postures)

Postur tubuh adalah posisi relatif dan bagian tubuh tertentu. Bridger (2003) menyatakan bahwa postur didefinisikan sebagai


(44)

orientasi rata-rata bagian tubuh dengan memperhatikan satu sama lain antara bagian tubuh yang lain. Postur dan pergerakan memegang peranan penting dalam ergonomi.

Postur janggal adalah posisi bagian tubuh yang menyimpang dari posisi normalnya. Valentina (2006) dalam Ariani (2008) menyebut postur jangal berhubungan dengan deviasi tulang sendi dari posisi netralnya yang menyebabkan posisi tubuh menjadi tidak asimetris. Posisi janggal membebani sistem otot rangka sebagai penyangga tubuh, ada beberapa posisi janggal yang harus diperhatikan dalam bekerja:

a) Menahan atau memegang beban jauh dari tubuh

b) Menjangkau ke atas dan menangani beban di atas ketinggian bahu

c) Membungkuk dan menangani beban di bawah pertengahan paha

d) Berputar

e) Membungkuk ke samping dan menangani beban dengan satu tangan

f) Mendorong dan menarik yang berlebihan

g) Bekerja dengan menggunakan postur janggal akan mengakibatkan cedera. Posisi tubuh menyimpang secara signifikan terhadap posisi normal saat melakukan pekerjaan yang dapat menyebabkan stres mekanik lokal pada otot, ligamen dan persendian. Hal


(45)

28

ini mengakibatkan cedera pada leher, tulang belakang, bahu, pergelangan tangan, dan lain-lain.

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiahnya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi, semakin tinggi pula terjadi keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah pada umumnya karena ketidaksesuaian pekerjaan dengan kemampuan pekerja (Grandjen, 1993).

Postur janggal mengacu pada gerakan memutar atau memutir. Postur janggal meiliputi postur tubuh yang tidak netral (terkait dengan membungkuk dan memutar). NPB atau LBP dengan postur janggal terkait pekerjaan menunjukkan hasil yang positif, dimana ada peningkatan risiko gangguan NPB kembali dengan paparan postur janggal terkait pekerjaan (Bernard dkk, 1997; Hoogendoorn dkk, 1999 dalam Beeck dan Hermans, 2000). 4) Kerja statis (Static work)

Postur kerja statis termasuk posisi dimana gerakan yang terjadi sangat sedikit, bersama dengan postur yang terbatas dan tidak aktif yang menyebabkan beban statis pada otot (Bernard dkk, 1997 dalam Beeck dan Hermans, 2000). Ini termasuk berdiri terlalu lama atau duduk dan bekerja yang kurang bergerak. Postur kerja statis juga termasuk dalam postur janggal jika dilakukan dalam rentang waktu yang lama. Postur kerja statis meningkatkan risiko LBP atau NPB dan hernia pada


(46)

diskus. Sering membungkuk dan berputar yang berhubungan dengan aktivitas mengangkat juga menyebabkan cedera. Aktivitas tersebut diketahui menjadi pemicu LBP atau NPB (Barry, Levy dan Wegman, 2000).

Karena inovasi teknologi, jumlah pekerjaan statis telah meningkat pesat (misalnya pekerjaan kantor, tugas kontrol). Hales dan Bernard (1996) menyimpulkan mereka yang duduk lama merupakan faktor risiko potensial untuk pengembangan nyeri pinggang. Selama duduk, kekuatan kompresi berkepanjangan dapat meningkatkan risiko masalah pada cakram (Videman dkk, 1990 dalam Beeck dan Hermans, 2000) atau aktifitas terus menerus dari beberapa jenis otot dapat berkontribusi pada pengembangan kelelahan (Hagg dkk, 1991 dalam Beeck dan Hermans, 2000).

5) Getaran seluruh tubuh (Whole body vibration)

Getaran seluruh tubuh (WBV) mengacu pada energi mekanik osilasi yang ditransferkan ke tubuh secara keseluruhan (berbeda dengan daerah tubuh tertentu), biasanya melalui sistem pendukung seperti kursi atau platform. Eksposur umum termasuk mengemudi mobil dan truk, dan orasi industri kendaraan, seperti forklift (Beeck dan Hermans, 2000).

Dua mekanisme patologis utama kerusakan tulang belakang karena gerakan seluruh tubuh yaitu pertama, induksi microfractures di endplates, dengan pembentukan callus selama


(47)

30

penyembuhan dan dimensi cakram berubah di bawah beban, dapat mengurangi laju disfusi nutrisi. Kedua, getaran yang disebabkan kelebihan mekanik, menyebabkan kompresi terus menerus dan perengangan struktur tulang belakang, dapat mengakibatkan kelelahan jaringan (Beeck dan Hermans, 2000). 6) Tergelincir dan jatuh (Slipping and falling)

Khalil, dkk (1993) melaporkan bahwa faktor yang paling penting dan merugikan dalam timbulnya gangguan punggung tampaknya berhubungan dengan cara dimana aktivitas kerja dilakukan. Peristiwa paling umum yang menyebabkan nyeri punggung dan cedera adalah tergelincir dan jatuh, yang tak terduga, peristiwa yang tidak terkendali. Tergelincir dan jatuh di permukaan basah merupakan faktor risiko yang sangat penting. Ferguson dan Marras (1995) menyebutkan hanya terdapat satu penelitian yang menunjukan hubungan postif antara nyeri punggung dengan tergelincir atau terjatuh yang ditemukan (Beeck dan Hermans, 2000).

b. Faktor Psikososial

Burdos dan Sorock (1997) melaporkan bahwa sejumlah studi epidemiologi yang membahas faktor risiko pisikososial saat bekerja jauh lebih kecil dari penelitian yang berfokus pada beban fisik (Beeck dan Hermans, 2000). Menurut Hoogendoorn dkk (2000) faktor psikososial dalam pekerjaan yang berhubungan dengan LBP atau NPB adalah sebagai berikut (Beeck dan Hermans, 2000):


(48)

1) Job content

Konten pekerjaan yang buruk mencakup pekerjaan yang monoton, beberapa kemungkinan untuk mempelajari hal-hal baru dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan di tempat kerja (Hoogendoorn dkk, 2000 dalam Beeck dan Hermans, 2000). Beberapa studi telah melaporkan hubungan antara pekerjaan yang monoton dan keluhan sakit punggung (Hoogendoorn dkk, 2000 dalam Beeck dan Hermans, 2000). Pekerjaan yang monoton dengan postur kerja statis bisa menyebabkan terjadinya keluhan LBP atau NPB karena otot dalam kondisi tegang dan kurang adanya peregangan otot (Erez, 2008).

2) Tekanan waktu atau mengintensifkan beban kerja

Sejumlah penelitian telah melaporkan hubungan antara persepsi insentif beban kerja, yang diukur oleh laporan dari tekanan waktu dan kecepatan kerja yang tinggi dan laporan keluhan sakit punggung (Bernard dkk, 1997 dalam Beeck dan Hermans, 2000).

3) Job control

Kontrol pekerjaan meliputi aspek otonomi dan yang mempengaruhi. Hoogendoorn dkk (2000) menemukan satu studi di mana efek antara kontrol pekerjaan yang rendah dengan nyeri pinggang ditemukan tetapi hanya untuk pekerja perempuan (Beeck dan Hermans, 2000).


(49)

32

4) Dukungan sosial di tempat kerja

Dukungan sosial di tempat kerja meliputi dukungan sosial dari rekan kerja dan supervisior, hubugan di tempat kerja dan masalah dengan rekan kerja dan atasan. Hoogendoorn dkk (2000) mengatakan bahwa terdapat bukti yang kuat antara dukungan sosial yang rendah di tempat kerja sebagai faktor risiko untuk nyeri punggung (Beeck dan Hermans, 2000).

Dukungan sosial diperlukan oleh seseorang dalam melakukan pekerjaan untuk memotivasi diri dalam melakukan pekerjaan tersebut. Terutama dukungan dari atasan dan rekan kerja yang merupakan lingkungan sosial yang berada di dalam lingkup lingkungan pekerjaan (Erez, 2008).

5) Kepuasan kerja

Hoogendoorn dkk (2000) mengatakan bahwa kepuasan kerja yang rendah sebagai faktor risiko terjadinya nyeri punggung (Beeck dan Hermans, 2000).

c. Faktor Individu

Faktor individu yang mempengaruhi keluhan NPB. Diantaranya adalah sebagai berikut (Beeck dan Hermans, 2000; Karwowski dan Marras, 2006):

1) Usia

Menurut Oborne (1995) keluhan otot skeletal biasanya dialami seseorang pada usia kerja yaitu 24-65 tahun (Karwowski dan Marras, 2006). Prevalensi gangguan punggung meningkat


(50)

saat seseorang memasuki usia 30 tahun (Beeck dan Hermans, 2000). Keluhan pertama biasa dialami pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur (Karwowski dan Marras, 2006). Sedangkan menurut Bridger (2003), sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi di saat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan sehingga hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang (Karwowski dan Marras, 2006).

Gangguan sakit punggung tidak hanya ditemukan pada pekerja dalam kelompok usai tua namun juga ditemukan dalam kelompok usia muda. Dalam studi di Eropa, 25% LBP ditemukan pada pekerja sebelum berumur 25 tahun dan 35% pada usia lebih dari 55 tahun (Paoli, 1997 dalam Beeck dan Hermans, 2000). Leboeuf-Yde dan Kyvik (1998) bahkan menyebutkan bahwa pada usia 20 tahun, lebih dari 50% dari orang-orang yang berusia muda telah merasakan sakit punggung (Beeck dan Hermans, 2000). Burdorf dan Sorock (1997) menyebutkan dua belas studi yang melaporkan hubungan positif antara gangguan punggung dengan bertambahnya usia (Beeck dan Hermans, 2000).


(51)

34

Semakin bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-ototnya juga menjadi berkurang sehingga memudahkan terjadinya kekakuan pada otot dan sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang vertebra yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang hingga ke pinggang (Idyan, 2008).

2) Status pendidikan

Karyawan dengan status sosial-ekonomi yang rendah dilaporkan lebih sering merasakan nyeri punggung. Hal ini dapat disebabkan oleh pekerjan yang lebih menuntut kemampuan fisik yang sering dengan pendidikan yang rendah (Beeck dan Hermans, 2000). Luoma dkk (2000) meneliti pengaruh antara jenis pekerjaan pada frekuensi rendah dengan sakit punggung, dan disimpulkan bahwa operator mesin dan tukang kayu mengalami nyeri lebih sering dibandingkan dengan pekerja kantor dan pekerja kantor memiliki pendidikan yang lebih tinggi dan mayoritas dari mereka memiliki kelas sosial yang lebih tinggi juga (Beeck dan Hermans, 2000). Leino-Anjas dkk (1998) juga menemukan prevalensi lebih tinggi nyeri punggung pada petani dan pekerjan manual dibandingakan dengan pekerja kantor atau administrasi (Beeck dan Hermans, 2000). Sesuai dengan studi yang dilakukan di Eropa dimana prevalensi nyeri punggung di kantor atau pekerja administarasi rata-rata sebesar


(52)

20%, sektor pertanian 44% dan 44% di konstuksi (Paoli, 1997 dalam Beeck dan Hermans, 2000). Temuan Latza dkk (2000) mendukung hipotesis bahwa nyeri punggung prevalensinya lebih rendah pada orang dewasa dengan status sosial-ekonomi yang tinggi (Beeck dan Hermans, 2000).

Hubungan antara status pendidikan dengan cedera yang berhubungan dengan pekerjaan tidak konsisten. Sebuah studi pada tahun 2000 melaporkan bahwa pekerja dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah memiliki risiko lebih tinggi untuk cedera (Xiang dkk, 2000). Namun penelitian lain melaporkan bahwa pekerja dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki risiko yang lebih tinggi untuk cedera, didapatkan nilai OR 2.54 yang artinya pekerja yang memiliki tingkat pendidikan universitas memiliki kecenderungan untuk mengalami keluhan MSDs 2.54 kali dibandingkan yang memiliki tingkat pendidikan dibawahnya (Yu, 2012).

3) Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor individu yang berisiko meningkatkan atau memicu adanya keluhan NPB. Pada perokok lebih merasakan sakit ketika nyeri pinggang dibandingkan dengan orang-orang yang tidak merokok (Frymoyer dkk., 1980, 1983 dalam Bridger, 2003). Kebanyakan penelitian mengkaji pengaruh merokok berhubungan dengan nyeri punggung. Merokok berhubungan postif dengan nyeri punggung, sciatica,


(53)

36

atau intervertebral herniated disc (Bernard dkk., 1997 dalam Beeck dan Hermans, 2000).

Penelitian oleh para ahli diperoleh bahwa meningkatnya frekuensi merokok akan meningkatkan keluhan otot yang dirasakan. Meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Risiko meningkat 20% untuk tiap 10 batang rokok per hari. Mereka yang telah berhenti merokok selama setahun memiliki risiko LBP atau NPB sama dengan mereka yang tidak merokok. Kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuannya untuk mengkonsumsi oksigen akan menurun. Bila orang tersebut dituntut untuk melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah (Croasmun, 2003).

Mekanisme merokok berhubungan dengan nyeri punggung adalah sebagai berikut: Rokok menurunkan kualitas darah yang disebabkan oleh kandungan nikotin dalam rokok, sehingga menyebabkan kandungan mineral dalam tulang berkurang dan menyebabkan microfractures. Rokok juga dapat menyebabkan batuk yang dapat meningkatkan tekanan di area perut dan tekanan intradiscal (Hales dan Bernard, 1996 dalam Beeck dan Hermans, 2000). Nikotin akan hilang dalam tubuh setelah 30 hari berhenti merokok.


(54)

Pada saat merokok terjadi pelepasan bahan-bahan beracun yang dapat merusak lapisan dalam dinding pembuluh darah. Pembuluh darah yang mengalami kerusakan terlebih dahulu adalah pembuluh darah kecil, yang berperan menyalurkan zat nutrisi dan oksigen ke diskus invertebralis. Selain itu karbonmonoksida juga akan terbawa dalam aliran darah dan mengakibatkan kurangnya julmah asupan oksigen ke jaringan (Halim dan Tana, 2011).

Racun – racun di dalam asap rokok terbukti mempercepat penyerapan kembali tulang lama, dan menghambat pembentukan tulang baru. Ketika terhirup ke dalam tubuh, racun-racun dalam rokok mempengaruhi aktivitas dua protein yang berhubungan dengan proses pembentukan tulang. Kedua protein yang dimaksud adalah osteoblast dan osteoclast. Protein osteoblast bertanggung jawab membentuk tulang baru, sedangkan osteoclast bekerja berlawanan yakni menghancurkan dan menyerap kembali tulang-tulang lama untuk digantikan dengan tulang baru. Pada perrokok, aktivitas osteoclast cenderung meningkat sementara osteoblast justru melambat (Xiao, 2012).

4) Riwayat NPB

Riwayat nyeri punggung merupakan salah satu faktor prediktif yang paling dapat menyebabkan NPB dikemudian hari yang berhubungan dengan pekerjaan (Beeck dan Hermans,


(55)

38

2000). Luoma dkk (1998) dalam penelitiannya menemukan bahwa faktor-faktor risiko lumbar disc degenarition merupakan tanda degenarasi terkait dengan berulangnya kembali kejadian nyeri punggung (Beeck dan Hermans, 2000).

Postur yang bervariasi dan abnormalitas kelengkungan tulang belakang merupakan salah satu faktor adanya keluhan NPB (Bridger, 2003). Seseorang dengan riwayat penyakit NPB mempunyai kecenderungan untuk mengalami kejadian lanjutan (Nursatya, 2008). Berdasarkan penelitian Handayani (2011) didapatkan nilai OR sebesar 9.818 yang artinya pekerja yang memiliki riwayat penyakit MSDs mempunyai kecenderungan untuk mengalami keluhan MSDs 9.818 kali dibandingkan pekerja yang tidak memiliki riwayat penyakit MSDs.

5) Jenis kelamin

Prevalensi gangguan punggung di Uni Eropa antara laki-laki dan perempuan adalah sama (Paoli, 1997 dalam Beeck dan Hermans, 2000). Namun, beberapa studi melaporkan tingkat yang lebih tinggi dari gangguan yang lebih parah pada laki-laki, terutama untuk sciatica (Lagasse, 1996 dalam Beeck dan Hermans, 2000). Penelitian European Agency (2000) ditemukan bahwa kecelakaan di tempat kerja terutama tergelincir atau jatuh dan manual handling, lebih banyak terjadi pada sektor konstruksi dan manufaktur. Terutama pada pekerja laki-laki (rata-rata 79%) (Beeck dan Hermans, 2000).


(56)

Secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria (Karwowski dan Marras, 2006). Astrand dan Rodahl (1977) menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria, sedangkan daya tahan otot pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita (Tarwaka, 2004).

Dalam pendesainan suatu beban tugas harus diperhatikan jenis kelamin pemakainya bahwa kekuatan otot wanita hanya 60% dari kekuatan otot pria, keluhan otot juga lebih banyak dialami wanita dibandingkan pria (Oborne, 1995). Menurut Michael (2001) dalam hasil studinya menemukan bahwa pekerja wanita memiliki asosiasi kuat dalam munculnya keluhan MSDs. Berdasarkan laporan yang diterimanya, pekerja wanita mempunyai risiko dua kali lipat.

6) Antropometri a) Berat Badan

Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya nyeri pingang lebih besar, karena beban pada sendi penumpuan berat badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri pinggang. Berat badan yang berlebihan bisa menyebabkan adanya tarikan pada jaringan lunak punggung. Temuan lain menyatakan bahwa pada tubuh yang tinggi umumnya menderita keluhan punggung, tetapi tubuh tinggi tidak


(57)

40

mempunyai pengaruh tehadap keluhan pada leher, bahu dan pergelangan tangan. Apabila dicermati, keluhan otot skeletal yang terkait dengan ukuran tubuh lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka di dalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban tambahan lainnya (Tarwaka dkk, 2004).

Penambahan berat badan yang disertai dengan perubahan proyeksi central gravitasi ke depan meningkatkan beban yang ditanggung otot paraspinal (otot punggung) dan vertebrae (ruas tulang belakang) sebagai pengumpil. Vertebrae (ruas tulang belakang) sebagai pengumpil berada diantara gaya otot paraspinal dengan proteksi gaya berat tubuh. Kualitas gaya tarik otot paraspinal saat menentukan stabilitas posisi tubuh. Peningkatan beban yang ditanggung otot paraspinal dan vertebrae sebagai pengumpil merupakan awal dari keluhan nyeri punggung saat berdiri. Pada kondisi kronis, tubuh melakukan kompensasi dengan menggeser posisi vertebrae sebagai pengumpil lebih ke depan mengikuti pergeseran central gravity dan penambahan berat tubuh. Sudut antara ruas vertebrae berubah sehingga postur tubuh juga berubah meski tetap mampu berdiri tegak. Contohnya pada penderita obesitas sentral dan wanita hamil (Paryono, 2012). Obesitas yang terkait dengan LBP adalah obesitas


(58)

yang disebabkan perut membuncit atau yang dikenal

dengan “belly obesity”. Seseorang dengan kelebihan berat

badan maka lemak akan disalurkan ke daerah abdomen dan dapat terjadi penimbunan yang berarti kerja lumbal akan bertambah untuk menopang beban. Ketika berat badan semakin meningkat tulang belakang akan semakin tertekan untuk menerima beban sehingga memudahkan terjadinya kerusakan dan bahaya pada struktur tulang (Purnamasari, 2010).

b) Ukuran Lingkar Pinggang

Seseorang dengan kelebihan berat badan makan lemak akan disalurkan ke daerah abdomen dan dapat terjadi penimbunan yang berarti kerja lumbal akan bertambah untuk menopang beban. Ketika berat badan meningkat tulang belakang akan semakin tertekan untuk menerima beban sehingga memudahkan terjadinya kerusakan dan bahaya pada struktur tulang tersebut (Purnamasari, 2010).

Menurut Tarwaka (2004), perut yang membuncit dapat meningkatkan beban pada tulang punggung dikarenakan beban tubuh yang berpindah. Ukuran lingkar pinggang yang membuncit adalah ≥ 80 cm untuk ukuran wanita dan

≥ 90 cm untuk pria (WHO, 2008). Berdasarkan penelitian

Wicaksono (2012) didapatkan pekerja yang memiliki lingkar perut ≥ 80 cm mempunyai kecenderungan untuk


(59)

42

mengalami keluhan LBP dibandingkan dengan pekerja yang memiliki lingkar perut < 80 cm. Namun menurut penelitian tersebut juga bahwa hasil uji kontingensi diperoleh nilai C = 0,261 yang berarti bahwa hubungan tersebut mempunyai hubungan yang lemah.

c) Tinggi Badan

Tubuh yang tinggi pada umumnya mempunyai bentuk tulang yang langsing sehingga secara biomekanik rentan terhadap beban tekanan dan tentan terhadap tekukan, oleh karena itu mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya keluhan otot skeletal (Tarwaka dkk, 2004). Tinggi badan mempengaruhi besarnya sudut lengkung punggung. Semakin besar sudut lengkung yang terjadi, maka kontraksi otot dan ligamen akan meningkat sehingga dapat melemahkan otot dan ligamen yang menyangga tulang belakang, kondisi ini menyebabkan keluhan LBP karena diskus vertebra dapat tergelincir yang selanjutnya memiliki potensi menekan diskus intervetebralis dan akhirnya menekan syaraf percabangan dari medula spinalis (Kurniawidjaja, 2014).

Namun dalam sebuah penelitian di Jepang pada pekerja yang bekerja duduk, pekerja yang memiliki tinggi ≥ 170 cm membawa kecenderungan untuk mengalami low back pain 1,4 kali dibandingkan dengan pekerja yang memiliki


(60)

tinggi 160-169 cm (Inoue, 2015). Sedangkan pada penelitian di Inggris, menyatakan bahwa pria dengan tinggi 184 cm atau lebih memiliki dua kali lipat risiko menderita LBP dibandingkan dengan pria yang memiliki tinggi 170 cm atau lebih pendek (Heuch, 2015). Dalam studi di Filandia, tinggi badan minimal 180 cm untuk pria dan 170 cm untuk wanita adalah memiliki kemungkinan untuk menderita hernia lumbar intervertebral discs (Heuch, 2015).

d) Sitting Height

Proporsi ukuran tubuh antar individu-individu berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Walupun berasal dari satu suku atau ras yang sama namun ukuran proporsi tubuh tersebut dapat berbeda. Hal tersebut dapat dilihat pada data antropometri rata-rata individu yang diadaptasi dari Juergens (1990), didapatkan bahwa pada suku atau ras Asia sendiri memiliki variasi ukuran tubuh yang berbeda (Grandjean dan Kroemer, 2000). Pada pria Asia Utara memiliki rata-rata tinggi badan 159 cm dengan rata-rata tinggi badan tersebut memiliki tinggi duduk (sitting height) sebesar 85 cm. Sedangkan pada pria Jepang memiliki rata-rata tinggi badan 159 cm dengan rata-rata tinggi badan tersebut memiliki tinggi duduk (sitting height) sebesar 86 cm (Grandjean dan Kroemer,


(61)

44

2000). Hal tersebut menunjukan bahwa walupun memiliki tinggi badan yang sama namun proporsi ukuran tubuh seseorang berbeda-beda.

e) Persen Lemak Tubuh

Persen lemak tubuh adalah perbandingan antara lemak tubuh dengan masa tubuh tanpa lemak. Komposisi tubuh seseorang yang meliputi masa lemak maupun masa bebas lemak akan mempengarhi kapasitas kerja. Pada orang yang kekurangan simpanan lemak tubuh dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan penurunan produktivitas kerja karena tidak optimal dalam menerima kapasitas kerja (Loscocco, 2000; Tarwaka, 2004).

Kelebihan lemak yang tersimpan dalam jaringan adiposa menyebabkan seseorang menjadi kelebihan berat badan dan selanjutnya dapat menjadi obesitas, yang berdampak pada penampilan menjadi kurang aktif karena sulit untuk bergerak (Granner dkk, 2003). Lemak tubuh yang berlebihan juga dikaitkan dengan penurunan tingkat kesegaran jasmani yang diukur dengan VO2 max (Depkes, 2001). Wanita mempunyai VO2 max 15-30% lebih rendah dari laki-laki dalam hal pekerjaan fisik (Larry, 2002).

Seseoran dengan postur tubuh yang atletis dengan IMT yang cenderung tinggi memiliki LBP yang tinggi daripada masa lemaknya. Persen lemak tubuh yang optimal yang


(62)

untuk fitness cenderung lebih rendah dibandingkan pada nilai tubuh oprimal, karena lemak yang berlebihan dapat mengurangi kinerja dan aktivitas fisik (Heyward dkk, 2002). Klasifikasi tingkat persen lemak tubuh pada laki-laki dan perempuan (Williams, 2002):

Tabel 2.1

Klasifikasi Persen Lemak Tubuh pada Laki-laki dan Perempuan

Tingkat Laki-laki (%) Perempuan (%)

Atletik 6 – 10 1 - 15

Baik 11 – 14 16 – 19

Masih Normal 15 – 18 20 – 25

Overweight 19 – 24 26 – 29

Obesitas 25 atau lebih 30 atau lebih Penambahan berat badan yang disertai dengan perubahan proyeksi central gravitasi ke depan meningkatkan beban yang ditanggung otot paraspinal (otot punggung) dan vertebrae (ruas tulang belakang) sebagai pengumpil. Vertebrae (ruas tulang belakang) sebagai pengumpil berada diantara gaya otot paraspinal dengan proteksi gaya berat tubuh. Kualitas gaya tarik otot paraspinal saat menentukan stabilitas posisi tubuh. Peningkatan beban yang ditanggung otot paraspinal dan vertebrae sebagai pengumpil merupakan awal dari keluhan nyeri punggung saat berdiri. Pada kondisi kronis, tubuh melakukan kompensasi dengan menggeser posisi vertebrae sebagai pengumpil lebih ke depan mengikuti pergeseran central gravity dan penambahan berat tubuh.


(1)

j.

Kebiasaan Olahraga dengan Keluhan NPB

Crosstab NPBfixbaru Total Ada keluhan Tidak ada keluhan

KategoriOR Kurang Count 40 24 64

% within KategoriOR 62.5% 37.5% 100.0%

% within NPBfixbaru 83.3% 85.7% 84.2%

% of Total 52.6% 31.6% 84.2%

Cukup Count 8 4 12

% within KategoriOR 66.7% 33.3% 100.0%

% within NPBfixbaru 16.7% 14.3% 15.8%

% of Total 10.5% 5.3% 15.8%

Total Count 48 28 76

% within KategoriOR 63.2% 36.8% 100.0%

% within NPBfixbaru 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 63.2% 36.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .075a 1 .784

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .076 1 .782

Fisher's Exact Test 1.000 .528

Linear-by-Linear Association .074 1 .785

N of Valid Casesb 76

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,42. b. Computed only for a 2x2 table

UJI NORMALITAS

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

A7 Berat Badan : .097 76 .077 .972 76 .094

A8 Lingkar Perut : .067 76 .200* .976 76 .160

A9 Tinggi Badan : .090 76 .200* .980 76 .268

A10 Sitting Height : .104 76 .040 .979 76 .232

A11 %Lemak : .083 76 .200* .980 76 .265

A13 Pencahayaan : .152 76 .000 .911 76 .000

B2 Sudah berapa lama anda bekerja di PT. Bakrie Metal Industries?

.202 76 .000 .830 76 .000

a. Lilliefors Significance Correction


(2)

k.

Antopometri (Berat badan, Lingkar pinggang, Tinggi badan, dan %

Lemak) dengan Keluhan NPB

Group Statistics

NPBfixbaru N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

A7 Berat Badan : Ada keluhan 48 67.1958 12.74120 1.83903

Tidak ada keluhan 28 66.9429 12.91948 2.44155

A8 Lingkar Perut : Ada keluhan 48 84.79 11.634 1.679

Tidak ada keluhan 28 86.93 11.185 2.114

A9 Tinggi Badan : Ada keluhan 48 169.65 6.715 .969

Tidak ada keluhan 28 164.46 5.802 1.097

A11 %Lemak : Ada keluhan 48 22.1354 6.65002 .95985


(3)

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality

of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

A7 Berat Badan :

Equal variances

assumed .003 .954 .083 74 .934 .25298 3.04536 -5.81504 6.32099

Equal variances not

assumed .083 55.977 .934 .25298 3.05667 -5.87032 6.37628

A8 Lingkar Perut :

Equal variances

assumed .060 .807 -.783 74 .436 -2.137 2.728 -7.573 3.299

Equal variances not

assumed -.792 58.460 .432 -2.137 2.700 -7.540 3.266

A9 Tinggi Badan :

Equal variances

assumed .187 .667 3.406 74 .001 5.182 1.521 2.151 8.212

Equal variances not

assumed 3.541 63.426 .001 5.182 1.463 2.258 8.106

A11 %Lemak :

Equal variances

assumed .002 .965 -2.219 74 .030 -3.70387 1.66947 -7.03036 -.37738

Equal variances not


(4)

l.

Antopometri (Sitting height), masa kerja dan pencahayaan

dengan Keluhan NPB

Ranks

NPBfixbaru N Mean Rank

A10 Sitting Height : Ada keluhan 48 42.52

Tidak ada keluhan 28 31.61

Total 76

B2 Sudah berapa lama anda bekerja di PT. Bakrie Metal Industries?

Ada keluhan 48 37.03

Tidak ada keluhan 28 41.02

Total 76

A13 Pencahayaan : Ada keluhan 48 42.12

Tidak ada keluhan 28 32.29

Total 76

Test Statisticsa,b

A10 Sitting Height :

B2 Sudah berapa lama anda bekerja di PT. Bakrie Metal

Industries?

A13 Pencahayaan

:

Chi-Square 4.339 .577 3.516

df 1 1 1

Asymp. Sig. .037 .448 .042

a. Kruskal Wallis Test


(5)

(6)