Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantation Tahun 2016

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Kulit
2.1.1 Definisi
Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 2 m² dengan berat kira-kira
16% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan
cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan
sensitive, bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga
bergantung pada lokasi tubuh Kulit mempunyai berbagai fungsi seperti sebagai
perlindung, pengantar haba, penyerap, indera perasa, dan fungsi pergetahan
(Tortora dan Derrickson, 2009).
2.1.2 Lapisan Kulit
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu
lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada
garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan
adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak (Tortora dan
Derrickson, 2009).
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu

(Djuanda, 2007) :
1. Epidermis
Lapisan epidermis terdiri atas :

8

Universitas Sumatera Utara

9

a. Lapisan basal atau stratum germinativum. Lapisan basal merupakan lapisan
epidermis paling bawah dan berbatas dengan dermis. Dalam lapisan basal
terdapat melanosit. Melanosit adalah sel dendritik yang membentuk melanin.
Melanin berfungsi melindungi kulit terhadap sinar matahari.
b. Lapisan malpighi atau stratum spinosum. Lapisan malpighi atau disebut juga
prickle cell layer (lapisan akanta) merupakan lapisan epidermis yang paling

kuat dan tebal. Terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang
besarnya berbeda-beda akibat adanya mitosis serta sel ini makin dekat ke
permukaan makin gepeng bentuknya. Pada lapisan ini banyak mengandung

glikogen.
c. Lapisan granular atau stratum granulosum (Lapisan Keratohialin). Lapisan
granular terdiri dari 2 atau 3 lapis sel gepeng, berisi butir-butir (granul)
keratohialin yang basofilik. Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak
tangan dan kaki.
d. Lapisan lusidum atau stratum lusidum. Lapisan lusidum terletak tepat di
bawah lapisan korneum. Terdiri dari sel-sel gepeng tanpa inti dengan
protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin.
e. Lapisan tanduk atau stratum korneum. Lapisan tanduk merupakan lapisan
terluar yang terdiri dari beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak
berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin. Pada permukaan
lapisan ini sel-sel mati terus menerus mengelupas tanpa terlihat.

Universitas Sumatera Utara

10

2. Dermis
Lapisan dermis adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal
daripada epidermis. Terdiri dari lapisan elastis dan fibrosa padat dengan elemenelemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian

yakni:
a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis dan berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah.
b.

Pars retikulaare, yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan.
Bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang seperti serabut kolagen,
elastin, dan retikulin. Lapisan ini mengandung pembuluh darah, saraf,
rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea.

3. Lapisan subkutis
Lapisan ini merupakan lanjutan dermis, tidak ada garis tegas yang
memisahkan dermis dan subkutis. Terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel-sel
lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak
ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Jaringan subkutan mengandung
syaraf, pembuluh darah dan limfe, kantung rambut, dan di lapisan atas jaringan
subkutan terdapat kelenjar keringat. Fungsi jaringan subkutan adalah penyekat
panas, bantalan terhadap trauma, dan tempat penumpukan energi.
2.2. Penyakit Kulit
2.2.1 Definisi

Menurut Sudoyo (2006), penyakit kulit adalah peradangan kulit yang
menimbulkan reaksi peradangan yang terasa gatal, panas dan berwarna merah.

Universitas Sumatera Utara

11

Penyakit kulit terjadi pada orang-orang yang kulitnya terlalu peka, kadang-kadang
menunjukkan sedikit gejala dan kadang-kadang dalam kondisi yang parah.
2.2.2 Jenis Penyakit Kulit
Kulit dan apendicesnya merupakan struktur kompleks yang membentuk
jaringan tubuh yang kuat dan keras. Fungsinya dapat dipengaruhi oleh kerusakan
terhadap struktur demikian juga oleh penyakit (Djuanda, 2011).
Penyakit kulit dapat terjadi karena berbagai faktor, mulai dari karena
terkena virus, lingkungan yang terkontaminasi dan masih banyak faktor-faktor
lainnya. Berikut adalah beberapa jenis penyakit kulit dan cara pencegahannya
1. Bisul (Furunkel)
Furunkel ialah radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih daripada
sebuah disebut furunkulosis. Karbunkel ialah kumpulan furunkel. Keluhannya
nyeri. Kelainan berupa nodus eritematosa berbentuk kerucut, di tengahnya

terdapat pustul. Kemudian melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan
nekrotik, lalu memecah membentuk fistel. Tempat predileksi ialah yang banyak
friksi, misalnya aksila dan bokong (Djuanda, 2011).
2. Cacar air
Cacar air adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster yang
sering terjadi pada anak-anak. Pada penyakit ini biasanya ditandai dengan bintikbintik pada seluruh tubuh (termasuk wajah), berwarna kemerahan, dan isi dari
benjolan (jika sudah membesar) tersebut adalah cairan. Jika seseorang menderita
penyakit ini, maka tubuhnya akan membentuk kekebalan yang sangat kuat seumur
hidup, jadi penyakit ini hanya terjadi satu kali seumur hidup pada setiap orang.

Universitas Sumatera Utara

12

Cacar air sangat menular dan memiliki tiga tahap dalam pembentukannya. Gejala
penyakit cacar air Ini dimulai dengan munculnya sedikit benjolan gatal di seluruh
tubuh yang menyerupai seperti gigitan serangga. Kemudian bintik tadi berubah
menjadi benjolan yang berisi cairan, diikuti oleh tahap akhir yaitu pada saat tahap
penyembuhan, dimana benjolan tersebut pecah dan membuat bekas pada kulit
(Djuanda, 2011).

3. Campak (Rubella )
Merupakan penyakit akut menular yang disebabkan oleh virus. Biasanya
menyerang anak-anak. Gejala awal campak adalah demam, pilek, bersin, badan
terasa lesu, sakit kepala, nafsu makan menurun drastis dan radang mata. Setelah
beberapa hari dari gejala tersebut timbul ruam merah yang gatal, bertambah besar,
tersebar ke beberapa bagian tubuh (Djuanda, 2011).
4. Eksim (Dermatitis)
Menurut Suria Djuanda dan Sri Adi S. (2002), dermatitis adalah
peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap pengaruh faktor
eksogen dan faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal. Tanda
polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa
(oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.
Dermatitis merupakan epidermo-dermatis dengan gejala subyektif
pruritus. Obyektif tampak inflamasi eritema, vesikula, eksudasi, dan pembentukan
sisik. Tanda-tanda polimorfi tersebut tidak selalu timbul pada saat yang sama.
Penyakit bertendensi residif dan menjadi kronis (Mansjoer, 2000).

Universitas Sumatera Utara


13

Dermatitis menunjukkan inflamasi superfisial kulit yang disebabkan oleh
pajanan iritan, sensitifitas alergik (delayed hypersensitivity) dan faktor-faktor
idiopatik yang ditentukan secara genetik. Pruritus, eritema dan edema pada kulit
dapat ditemukan dengan progresifitas kearah gejala vesikulasi, perembasan cairan,
pembentukan krusta dan skuama. Jika proses tersebut tetap berlangsung, kulit
akhirnya dapat menjadi tebal atau mengalami likenifikasi dengan guratan kulit
yang menonjol (Abrahams dan Berkow, 1999).
Bagian tubuh yang sering terkena eksim biasanya tangan, kaki, lipatan
paha dan telinga. Eksim terbagi menjadi dua, yaitu eksim kering dan basah. Pada
eksim basah, juga akan terasa panas dan dingin yang berlebihan pada kulit. Eksim
disebabkan karena alergi terhadap rangsangan zat kimia tertentu seperti yang
terdapat dalam detergen, sabun, obatobatan dan kosmetik, kepekaan terhadap jenis
makanan tertentu seperti udang, ikan laut, telur, daging ayam, alkohol, vetsin
(MSG), dan lain-lain. Eksim juga dapat disebabkan karena alergi serbuk sari
tanaman, debu, rangangan iklim, bahkan gangguan emosi. Eksim lebih sering
menyerang orang-orang yang mudah terkena alergi. Penyakit ini sering terjadi
berulang-ulang atau kambuh. Oleh karena itu harus diperhatikan untuk
menghindari hal-hal atau bahanbahan yang dapat menimbulkan alergi (alergen).

Tetapi, dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan
dengan baik sehingga mengurangi angka kekambuhan. Pada beberapa kasus,
eksim akan menghilang seiring dengan pertambahan usia penderita (Djuanda,
2011).

Universitas Sumatera Utara

14

5. Impetigo
Impetigo adalah penyakit kulit menular yang biasanya disebabkan oleh
bakteri. Impetigo menyebabkan kulit menjadi gatal, melepuh berisi cairan dan
kulit menjadi merah. Impetigo sangat mudah terjadi pada anak berusia dua sampai
enam tahun. Bakteri biasanya masuk ke dalam kulit melalui gigitan serangga,
luka, atau goresan. Kebersihan sangat penting bagi orang yang mengalami
impetigo (Djuanda, 2011).
6. Jerawat (Acne)
Berdasarkan penelitian, sekitar 80 persen dari seluruh manusia pernah
memiliki jerawat. Jerawat sebagai salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh
bakteri yang tumbuh di kulit dan menghubungkan pori-pori dengan kelenjar

minyak di bawah kulit.
Jerawat merupakan penyakit dari folikel sebasea yaitu folikel yang
mempunyai glandula sebasea yang banyak dan tidak mempunyai bulu. Arpertura
dari glandula sebasea terblokir oleh sumbat tanduk (blackheads) dan terdapat
retensi dari sebum yang diubah oleh organisme yang menimbulkan inflamasi pada
jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan pembentukan pustul dan abses
yang menyebabkan parut. Jerawat dapat berkembang jika pengobatan tidak
dilakukan di tahap awal kemunculannya. Jerawat tidak hanya tumbuh di wajah,
namun juga bisa tumbuh di bagian tubuh lain terutama punggung (Djuanda,
2011).

Universitas Sumatera Utara

15

7. Kudis (Skabies)
Kudis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit tungau yang gatal
yaitu sarcoptes scabiei var hominis. Kulit yang terjangkit kudis lebih banyak
terjadi di daerah kumuh dan tidak menjaga kebersihan tubuh. Gejala kudis adalah
adanya rasa gatal yang begitu hebat pada malam hari, terutama di sela-sela jari

kaki, tangan, di bawah ketiak, alat kelamin, inggang dan lain-lain. Kudis sangat
gampang menular pada orang lain, secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung tentu saja melalui sentuhan kulit terkena kudis dengan
kulit orang lain. Secara tidak langsung bisa menular melalui handuk atau pakaian
yang dipakai secara bergantian dengan penderita kudis. Cara sangat mudah untuk
menghindari kudis tentu saja dengan menjaga kebersihan lingkungan dan tubuh.
Salah satu cara pencegahan penyakit kudis dapat dilakukan dengan mencuci
sperai tempat tidur, handuk dan pakaian yan dipakai dalam 2 hari belakangan
dengan air hangat dan deterjen (Djuanda, 2011).
8. Kurap
Kurap terjadi karena jamur, biasanya yang menjadi gejalanya adalah kulit
menjadi tebal dan pada kulit timbul lingkaran-lingkaran yang semakin jelas,
bersisik, lembab dan berair dan terasa gatal. Kemudian pada lingkaran-lingkaran
akan timbul bercak-bercak putih. Kurap timbul karena kurang menjaga kebersihan
kulit. Bagian tubuh yang biasanya terserang kurap yaitu tengkuk, leher, dan kulit
kepala. Kurap dapat dicegah dengan cara mencuci tangan yang sempurna,
menjaga kebersihan tubuh, dan mengindari kontak dengan penderita. Kurap dapat

Universitas Sumatera Utara


16

diobati dengan anti jamur yang mengandung mikonazol dan kloritomazol dengan
benar yang dapat menghilangkan infeksi (Djuanda, 2011).
9. Psoriasis
Psoriasis termasuk penyakit kulit yang sulit didiagnosa. Bagian tubuh yang
biasa terkena eksim sama dengan bagian tubuh yang biasa terkena psoriasis,
ditambah kulit kepala, punggung bagian bawah, telapak tangan, dan telapak kaki.
Stres, trauma, dan tingkat kalsium yang rendah dapat menyebabkan psoriasis.
Psoriasis bukan penyakit menular, tetapi bersifat menurun (diwariskan).
Gejala psoriasis adalah timbulnya bercak-bercak merah yang di atasnya terdapat
sisik-sisik putih tebal dan menempel berlapis-lapis. Bila digaruk, sisik-sisik
tersebut akan rontok. Mula-mula, luas permukaan kulit yang terkena hanya kecil,
dan semakin lama semakin melebar (Djuanda, 2011).
10. Panu
Panu adalah salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur.
Penyakit panu ditandai dengan bercak yang terdapat pada kulit disertai rasa gatal
pada saat berkeringat. Bercak-bercak ini bisa berwarna putih, coklat atau merah
tergantung warna kulit penderita. Panu paling banyak dijumpai pada remaja usia
belasan. Meskipun begitu panu juga bisa ditemukan pada penderita berumur tua.
Cara pencegahan penyakit kulit Panu dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan kulit, dan dapat diobati dengan obat anti jamur yang dijual di pasaran,
dan dapat juga diobati dengan obat-obatan tradisional seperti daun sirih yang
dicampur dengan kapur sirih dan dioleh pada kulit yang terserang Panu
(Djuanda,2011).

Universitas Sumatera Utara

17

2.3 Penyakit Kulit Akibat Kerja
Definisi penyakit kulit akibat kerja menurut American Medical Assosiation
(1939) adalah penyakit kulit dimana paparan bahan-bahan pada tempat kerja
merupakan penyebab utama timbulnya kelainan kulit (Kenerva dan Diepgen,
2003).
Di banyak jenis pekerjaan, kulit dapat terpapar oleh dengan bahan-bahan
yang bersifat iritan atau alergen seperti : bahan-bahan kimia, bahan biologi, dan
tekanan fisik serta mekanik. Sensitivitas kulit terhadap bahan-bahan tersebut dan
kemampuan untuk sembuh kembali berbeda setiap individu. Penyakit kulit akibat
kerja dapat bertambah parah jika keseimbangan antara pertahanan kulit dan
bahan-bahan iritan atau alergen terganggu. Keparahan gangguan kulit diukur dari
kualitas kulit, jenis bahan iritan atau alergen, usaha pencegahan, dan
pengobatannya. Kerusakan yang ditimbulkan dari bahan-bahan tersebut dapat
berupa : sensasi terbakar, gatal, serta eksema kronis, dengan gambaran yang
memiliki pola polimorfik seperti makula atau papul, eritema, vesikel, dan skuama.
Pada kasus yang kronis didapati fisura, hiperkeratosis, dan likenifikasi (Kenerva
dan Diepgen, 2003).
Karena bahan-bahan pada tempat bekerja dapat menyebabkan kelainan
kulit, sangat bermanfaat untuk melakukan screening kulit pada semua pasien
penyakit kulit akibat kerja. Jika penyakit kulit akibat kerja terdeteksi maka
pertanyaan yang harus ditanyakan adalah kapan pertama kali tanda atau gejala
muncul, kapan terjadi peningkatan gejala, dan bagaimana terjadi rekurensi gejala.

Universitas Sumatera Utara

18

Termasuk bagaimana gejala jika pekerja berhenti bekerja dan atau kembali
bekerja (Peate, 2002).
2.4 Lokasi Terjadinya Penyakit Kulit
Menurut Suria Djuanda dan Sri Adi S (2002), ada berbagai lokasi
terjadinya penyakit kulit antara lain:
1. Tangan
Kejadian penyakit kulit akibat kerja kebanyakan ditemukan di tangan.
Sebagian besar memang oleh karena bahan iritan. Bahan penyebabnya misalnya
detergen, antiseptik, getah sayuran atau tanaman, semen, dan pestisida.
2. Lengan
Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam tangan
(nikel), sarung tangan karet, debu semen, dan tanaman. Di aksila umumnya oleh
bahan pengharum.
3. Wajah
Penyakit kulit pada wajah dapat disebabkan oleh bahan kosmetik, obat
topikal, alergen yang ada di udara, nikel (tangkai kaca mata). Bila di bibir atau
sekitarnya mungkin disebabkan oleh lipstik, pasta gigi, getah buah-buahan.
Penyakit kulit di kelopak mata dapat disebabkan oleh cat kuku, cat rambut,
eyeshadows, dan obat mata.

4. Telinga
Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab terjadinya penyakit
kulit pada cuping telinga. Penyebab lain, misalnya obat topikal, tangkai kaca
mata, cat rambut, hearing-aids.

Universitas Sumatera Utara

19

5. Leher
Penyebabnya, kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal dari ujung jari),
parfum, alergen di udara, zat warna pakaian.
6. Badan
Penyakit kulit di badan dapat disebabkan oleh pakaian, zat warna, kancing
logam, karet (elastis, busa), plastik, dan detergen.
7. Genetalia
Penyebabnya dapat antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut
wanita, dan alergen yang berada di tangan.
8. Paha dan tungkai bawah
Penyakit kulit di tempat ini dapat disebabkan oleh pakaian, dompet, kunci
(nikel) di saku, kaos kaki nilon, obat topikal (misalnya anestesi lokal, neomisin,
dan etilendiamin), semen, dan sepatu.
2.5 Pencegahan Penyakit Kulit Akibat Kerja
Menurut Saut Sahat Pohan (2005), usaha pencegahan penyakit kulit akibat
kerja dapat dilakukan dengan melakukan:
1. Usaha pencegahan jangka pendek
Dalam melakukan usaha pencegahan penyakit kulit akibat kerja perlu
dilakukan

perbaikan

sarana

diagnostik.

Deteksi

dini

kerusakan

kulit

memungkinkan dilakukan tindakan pencegahan sedini mungkin.
2. Usaha pencegahan jangka panjang
Menghadapi penyakit kulit akibat kerja, pencegahannya yang paling
penting yaitu selalu menghindari kontak dengan sabun yang keras, deterjen,

Universitas Sumatera Utara

20

bahan-bahan pelarut, pengelantang, dan lain-lain. Riwayat penyakit yang lengkap
harus ditanyakan karena dapat mengungkapkan pajanan yang tidak diketahui
terhadap zat-zat iritan atau alergen (Abraham dan Berkow, 1999).
Kebersihan perorangan yaitu cuci tangan, mandi sebelum pulang kerja,
pakaian bersih dan diganti setiap hari, memakai alat-alat pelindung diri yang
masih bersih. Diagnosa dini siaga perlu dalam usaha pemberantasan dermatitis
akibat kerja, sebab dengan diagnosa sedini mungkin, penderita dapat segera
dipindahkan kerjanya ke tempat lain yang tidak membahayakan kesehatan
(Suma’mur, 1996).
2.6 Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Penyakit Kulit pada Pekerja
1. Usia
Seorang yang lebih tua memiliki kulit kering dan tipis yang tidak toleran
terhadap sabun dan pelarut (Sucipta, 2008). Usia hanya sedikit berpengaruh pada
kapasitas sensitisasi. Setiap kelompok usia memiliki pola karakteristik sensitivitas
yang berbeda, seperti pada dewasa muda cenderung didapati alergi karena
kosmetik dan pekerjaan, sedangkan pada usia yang lebih tua pada medikamentosa
dan adanya riwayat sensitivitas terdahulu (Siregar, 2005). Usia tua menyebabkan
tubuh lebih rentan terhadap bahan iritan. Seringkali pada usia lanjut terjadi
kegagalan dalam pengobatan penyakit kulit sehingga timbul penyakit kulit kronik.
Dapat dikatakan bahwa penyakit kulit akan lebih mudah menyerang pada usia
yang lebih tua (Trihapsoro, 2003).

Universitas Sumatera Utara

21

Usia 15-49 tahun merupakan usia produktif bagi pertumbuhan dan fungsi
organ tubuh para pekerja sudah sempurna, sehingga mampu menghadapi zat-zat
toksik dalam ambang batas yang ditetapkan (Mathias, 2001).
2. Masa Kerja
Masa kerja adalah suatu kurn waktu atau lamanya tenga kerja itu bekerja
disuatu tempat. Pekerja dengan lama kerja ≤ 2 tahun dapat menjadi salah satu
faktor yang mengindikasikan bahwa pekerja tersebut belum memiliki pengalaman
yang cukup dalam melakukan pekerjaanya. Jika pekerja ini masih sering ditemui
melakukan kesalahan, maka hal ini berpotensi meningkatkan angka kejadian
penyakit kulit akibat kerja pada pekerja dengan lama bekerja ≤ 2 tahun. Pekerja
dengan pengalaman akan lebih berhati-hati sehingga kemungkinan terpajan bahan
iritan maupun alergen lebih sedikit (Lestari dan Utomo, 2007).
Faktor lain yang memungkinkan pekerja dengan lama kerja ≤ 2 tahun lebih
banyak yang terkena penyakit kulit akibat kerja adalah masalah kepekaan atau
kerentanan kulit terhadap bahan kimia. Pekerja dengan lama bekerja ≤ 2 tahun
masih rentan terhadap berbagai macam bahan iritan maupun alergen. Pada pekerja
dengan lama bekerja > 2 tahun dapat mungkinkan telah memiliki resistensi
terhadap bahan iritan maupun alergen. Untuk itulah mengapa pekerjaan dengan
lama bekerja > 2 tahun lebih sedikit yang mengalami penyakit kulit akibat kerja
(Lestari dan Utomo, 2007).
3. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
Secara sederhana yang dimaksud dengan APD adalah seperangkat alat
yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh

Universitas Sumatera Utara

22

tubuhnya dari potensi bahaya kecelakaan kerja. Berdasarkan kenyataan di
lapangan terlihat bahwa pekerja yang menggunakan APD dengan baik masih lebih
sedikit dibandingkan dengan yang kurang baik dalam memakai APD. Hal ini
menunjukkan bahwa perilaku penggunaan APD oleh pekerja masih kurang baik.
Masih banyak pekerja yang melepas APD ketika sedang bekerja. Jika hal
ini dilakukan maka kulit menjadi tidak terlindungi dan kulit menjadi lebih mudah
terpapar oleh bahan iritan maupun alergen (Lestari dan Utomo, 2007). Menurut
A.M. Sugeng Budiono (2005), ada beberapa jenis APD yang paling banyak dan
sering digunakan adalah:
a. Alat pelindung kepala: helm, tutup kepala, hats/cap.
b. Alat pelindung mata atau muka: spectacles, goggles, perisai muka.
c. Alat pelindung telinga: ear plug, ear muff.
d. Alat pelindung pernafasan: masker, respirator .
e. Alat pelindung tangan: sarung tangan.
f. Alat pelindung kaki: sepatu boot.
g. Pakaian pelindung: celemek, pakaian terusan dengan celana panjang.
h. Sabuk pengaman (safety belt)
4. Personal Hygiene
Personal hygiene merupakan salah satu faktor yang dapat mencegah

terjadinya penyakit kulit akibat kerja. Salah satu hal yang menjadi penilaian
adalah masalah mencuci tangan. Kesalahan dalam melakukan cuci tangan dapat
menjadi salah satu penyebab misalnya kurang bersih dalam mencuci tangan,
sehingga masih terdapat sisa bahan kimia yang menempel pada permukaan kulit.

Universitas Sumatera Utara

23

Pemilihan jenis sabun cuci tangan juga dapat berpengaruh terhadap
kebersihan sekaligus kesehatan kulit. Jika jenis sabun ini sulit didapatkan dapat
menggunakan pelembab tangan setelah mencuci tangan. Usaha mengeringkan
tangan setelah dicuci juga dapat berperan dalam mencegah semakin parahnya
kondisi kulit karena tangan yang lembab (Lestari dan Utomo,2007).
Kebersihan kulit yang terjaga baik akan menghindari diri dari penyakit,
dengan cuci tangan dan kaki, mandi dan ganti pakaian secara rutin dapat terhindar
dari penyakit kulit. Dalam mencuci tangan bukan hanya bersih saja, yang lebih
penting lagi jika disertai dengan menggunakan sabun serta membersihkan sela jari
tangan dan kaki dengan air mengalir. Dengan mandi dan mengganti pakaian
setelah bekerja akan mengurangi kontak dengan mikroorganisme yang hidup di
permukaan kulit yang berasal dari lingkungan sekitar kita (Siregar dan Saiman
Nugroho, 1991).
5. Riwayat Penyakit Kulit
Diagnosis mengenai riwayat dermatologi yang sering diajukan untuk
membedakan suatu penyakit dari penyakit lainnya adalah menanyakan pada
pasien apakah mempunyai riwayat masalah medis kronik (Beth G. Goldstein dan
Adam O. Goldstein, 2001).
Dermatitis kontak iritan bisa mengenai siapa saja, yang terpapar iritan
dengan jumlah yang sufisien, tetapi individu dengan riwayat dermatitis atopi lebih
mudah terserang (Lestari dan Utomo, 2007).
Timbulnya dermatitis kontak alergi dipengaruhi oleh riwayat penyakit
konis dan pemakaian topikal lama (Kabulrachman, 2003). Kelainan kulit yang

Universitas Sumatera Utara

24

biasa juga sering secara diagnostik lebih sulit atau secara terapeutik lebih resisten
pada pasien usia lanjut yang dirawat di panti, kurang gizi, mempunyai kesukaran
mengikuti instruksi terinci,mendapat banyak obat, atau mempunyai banyak
penyakit kronik.
6. Riwayat Pekerjaan Sebelumnya
Pekerja yang biasa terpajan dengan sensitizer, seperti kromat pada industri
bangunan atau pewarna, pada pabrik pengolahan kulit, mempunyai insiden yang
lebih tinggi (Kabulrachman, 2003). Penyakit kulit akibat pekerjaan terlihat,
misalnya perusahaan batik, percetakan, pompa bensin, bengkel, salon kecantikan,
pabrik karet, dan pabrik plastik (Mansjoer, 2003).
Di Amerika Serikat penyakit kulit akibat kerja perseribu pekerja paling
banyak dijumpai berturut-turut pada pekerja pertanian 2,8%, pekerja pabrik 1,2%,
tenaga kesehatan 0,8%, dan pekerja bagunan 0,7%. Menurut laporan Internasional
Labour Organization terbanyak dijumpai pada tukang batu dan semen 33%,

pekerja rumah tangga 17% dan pekerja industri logam dan mesin 11%. Di
Indonesia golongan tertinggi pada tahun 1993 adalah petani diikuti oleh penjual
di pasar, tukang becak, pembantu rumah tangga dan pengangguran (Iwan
Trihapsoro, 2003). Bahan penyebab dermatitis terdapat pada tukang batu dan
pekerja yang bekerja di tempat yang penuh zat kimia (Hidayat, 2009).
2.7 Asam Laurat
2.7.1 Definsi
Asam laurat juga dikenal dengan nama asam dodekanoat adalah asam
lemak jenuh berantai sedang (medium –chain fatty acid, MCFA) yang tersusun

Universitas Sumatera Utara

25

dari 12 atom karbon (C), 24 atom hidrogen (H), 2 atom oksigen (O) dan berat
molekul 22,32. Sebagai suatu padatan, asam laurat tidak berwarna atau berupa
kristal putih seperti jarum, meleleh pada suhu sekitar 44 oC (Alvarado et al, 2000).
Sumber utama asam lemak ini adalah minyak kelapa, yang dapat
mengandung 50% asam laurat. Asam laurat merupakan asam lemak jenuh yang
memiliki sifat pembusaan yang baik dan sering digunakan dalam formulasi sabun.
Penggunaan asam laurat dalam pembuatan sabun akan menghasilkan sabun
dengan kelarutan yang tinggi dan karakteristik busa yang baik (Corredoire dan
Pandolfi, 1996).
2.7.2 Sifat- Sifat Asam Laurat :
1. Berwarna putih
2. Titik beku

: 44-46 oC

3. Titik didih

: 225 oC pada tekanan 1000mmHg

4. Densitas

: 0,883 pada suhu 50 oC

5. Tekanan uap

: 1 mmHg pada suhu 121 oC

6. Tekanan kritis

: 6,91

7. Berat molekul

:200,23kg/mol

8. Bilangan asam

: 279-282

9. Stabil, dapat terbakar.

Universitas Sumatera Utara

26

2.7.3 Bahaya Asam Laurat Terhadap Kesehatan
Berdasarkan hasil identifiasi bahan kimia yang dilakukan oleh perusahaan
Cayman Chemical Company yang tertuang dalam lembar data keselamatan bahan,

asam laurat memiliki bahaya yang dapat menyebabkan gangguan mata berat,
gangguan pada kulit, mengiritasi selaput lendir dan saluran pernapasan bagian
atas. Pekerja yang kontak dengan asam laurat disarakan untuk menggunakan alat
pelindung diri seperti :sarung tangan pelindung , pakaian pelindung (celemek),
pelindung mata dan sepatu boots. Selain itu pekerja juga disarankan agar pakaian
yang terkontaminasi dan cuci sebelum digunakan kembali.
2.7.4 Penanganan dan Penyimpanan
1. Jika terkena mata: Tahan kelopak mata terpisah dan basuh mata dengan air
mengalir selama minimal 15 menit.
2. Jika terkena kulit : Bilas daerah kulit yang terkena asam laurat dengan sabun
dan air mengalir.
3. Jika tertelan : Memberikan korban minum air putih atau susu dan jangan
memaksakan korban muntah kecuali diarahkan untuk melakukannya oleh tenaga
medis.
4. Penyimpanan: Simpan dalam wadah tertutup rapat, sejuk, kering, berventilasi
baik jauh dari zat-zat yang tidak kompatibel.

Universitas Sumatera Utara

27

2.8 Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian dalam landasan teori, maka disusunlah kerangka
konsep mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan penyakit kulit
pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk tahun 2016
sebagai berikutnya:
Variabel Independen
1. Usia

Variabel Dependen

2. Masa kerja
3. Pemakaian APD
4. Hygiene Personal

5. Riwayat

Keluhan Penyakit Kulit

Penyakit

kulit
6. Riwayat

pekerjaan

sebelumnya

Universitas Sumatera Utara