Gambaran Pola Pencarian Pengobatan Penyakit Infeksi Pada Anak di Lumban Datu Kelurahan Patane III Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan suatu kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup
layak, produktif, serta mampu bersaing untuk meningkatkan taraf hidupnya.
Kesehatan merupakan prioritas utama manusia dalam menjalani kehidupan. Setiap
orang berharap mempunyai tubuh yang sehat dan kuat serta memiliki kekebalan
tubuh yang baik agar tidak mudah terserang penyakit. Namun hal itu pula yang
menjadi kekhawatiran para ibu saat ini. Banyak cara pencegahan yang dilakukan
oleh para ibu agar anaknya selalu sehat dan tidak mudah terserang penyakit,
namun penyakit sering datang tiba-tiba sehingga tidak dapat dihindari. Seperti
halnya penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak.
Menurut Aziz (2005), Anak merupakan individu yang berada dalam satu
rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa
anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi
(0-1 tahun), usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia
sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Anak adalah individu yang
rentan karena perkembangan kompleks yang terjadi di setiap tahap masa kanakkanak dan masa remaja. Lebih jauh, anak juga secara fisiologis lebih rentan
dibandingkan orang dewasa. Penyakit bagi anak-anak seringkali mendadak, dan
penurunan dapat berlangsung dengan cepat. Pada anak kehilangan cairan yang
relatif sedang dapat mengurangi volume darah, menyebabkan syok, asidosis dan

kematian (Slepin, 2006).

1
Universitas Sumatera Utara

2

Kesehatan anak merupakan masalah besar yang harus benar-benar
diperhatikan oleh setiap orang tua. Sepertiga dari 51 juta kasus di negara sedang
berkembang disebabkan oleh penyakit infeksi. Penyakit infeksi adalah penyakit
yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit. Dalam medis, penyakit menular
atau penyakit infeksi merupakan satu kumpulan jenis-jenis penyakit yang mudah
menyerang khususnya anak-anak yang disebabkan oleh sebuah agen biologi
seperti infeksi virus, infeksi bakteri, infeksi parasit bukan disebabkan faktor fisik
(seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan). (Rampengan, 2008).
Penyakit infeksi ini menular dari satu orang ke orang lain. Infeksi masih
merupakan masalah kesehatan di dunia karena penyakit infeksi masih merupakan
penyebab kematian utama, terutama pada anak di bawah usia 5 tahun. Anakanak di bawah lima tahun adalah kelompok yang rentan terhadap berbagai
penyakit karena sistem kekebalan tubuh mereka belum terbangun sempurna.
Lingkungan tempat tinggal yang tidak memadai, kumuh, kepadatan penduduk

yang tinggi,menjadi factor resiko terjadinya penularan penyakit infeksi dan
Rendahnya

daya

tahan

tubuh

memudahkan

dan mempercepat

berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh anak (Moehji, 2003).
Menurut Prof. Etty Indriati, Phd, dalam pidato pengukuhan guru besar
Fakultas Kedokteran UGM bahwa Penyakit infeksi yang sering terjadi pada anakanak dibawah 5 tahun tersebut meliputi pernafasan akut, TBC, dan diare. Data
World Health Statistics 2008 memperlihatkan perbedaan angka kematian anak di

negara-negara anggota Asean pada tahun 2006, angka kematian yang
terendah adalah di negara Singapura yaitu 3 kematian per 1.000 kelahiran hidup,


Universitas Sumatera Utara

3

dan yang tertinggi dicapai oleh Myanmar yaitu 104 kematian per 1.000
kelahiran hidup, sedangkan Indonesia adalah 36 kematian per 1.000 kelahiran
hidup.
Data berdasarkan hasil penelitian Maria Christin Dianiati Nainggolan
(2010) yang diperoleh dari Data rawat inap RSU Kanjuruhan Kepanjen Periode
Januari-Desember 2007 menunjukkan bahwa prevalensi penyakit infeksi pada
anak lebih besar disebabkan oleh penyakit diare yaitu sebesar 79.49%, kemudian
diikuti oleh ISPA (13.44%), DBD (3.43%), TF (2.85%), TBC (0.69%) dan
Malaria (0.1%). pola penyakit infeksi pada anak balita dengan kasus tertinggi
pada tahun 2007 terjadi pada Bulan Juli (135 kasus) dan terendah terjadi pada
B u l a n f e b r u a r i ( 5 k a s u s ) . Penyakit infeksi yang terbanyak pada anak
disebabkan oleh penyakit diare yaitu sebesar 79.49%.
Badan Pusat Statistika (BPS) menyebutkan angka kematian balita tahun
2007 sebesar 44 per 1.000 kelahiran hidup, provinsi dengan angka kematian balita
tertinggi adalah Sulawesi Barat sebesar 93 per 1.000 kelahiran hidup dan Nusa

Tenggara Barat sebesar 92 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian
balita terendah adalah provinsi DI Yogyakarta sebesar 22 per 1.000 kelahiran
hidup, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup kemudian
Kalimantan Tengah sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup, dan di Sumatera
Utara sebesar 36 per 1.000 kelahiran hidup.
Menurut

data

WHO

pada

tahun 2007 sekitar tahun 2000 - 2003

penyakit infeksi (diare dan pneumonia) merupakan penyebab kematian dua
urutan tertinggi di dunia pada anak di bawah umur lima tahun.Pada tahun yang

Universitas Sumatera Utara


4

sama, penyakit infeksi yaitu diare di Asia Tenggara juga menempati urutan
nomor tiga penyebab kematian pada anak di bawah umur lima tahun.
Data World Health Statistics menunjukkan bahwa lebih dari 70%
kematian balita disebabkan oleh penyakit infeksi (seperti diare, pneumonia,
campak, malaria dan malnutrisi. Menurut UNICEF penyakit infeksi merupakan
penyebab kematian utama. Dari 9 juta kematian pada balita per tahunnya di
dunia, lebih dari 2 juta di antaranya meninggal akibat penyakit ISPA. WHO
melaporkan lebih dari 50% kasus penyakit infeksi berada di Asia Tenggara dan
Sub-Sahara Afrika. Dilaporkan, tiga per empat kasus penyakit infeksi pada
balita berada di 15 negara berkembang. Yang membahayakan, Indonesia
termasuk dalam himpunan 15 negara itu, dan menduduki tempat ke-6 dengan
jumlah 6 juta kasus.
Pada Kabupaten Brebes penyakit yang paling sering menyerang pada
golongan umur 1 - 4 tahun adalah penyakit infeksi yaitu diare yang menempati
urutan pertama dengan proporsi 37,56 %, kemudian penyakit ISPA dengan
proporsi sebanyak 11,56%.

Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di


Sulawesi Tengah dan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Hasil
pengumpulan data dari kabupaten/kota selama tahun 2007 jumlah kasus penyakit
Diare pada Balita yang ditemukan di sarana kesehatan adalah sejumlah 23.666
penderita dengan angka kesakitan penyakit diare 20,38 per 1.000 penduduk.
Angka ini mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu 18 per
1.000 penduduk.

KLB Diare yang tersebar di 15 kecamatan dengan total

penderita 715 orang dan kematian 35 orang (CFR 4,9%). Selama tahun 2007

Universitas Sumatera Utara

5

frekuensi KLB Campak menempati urutan kedua, setelah KLB Diare. KLB
Campak selama tahun 2007 terjadi sebanyak 10 kali yang tersebar

di


9

kecamatan dengan jumlah kasus sebanyak 482 dan 2 kematian (CFR
0,41%).
Pada

tahun 2005

Sumatera Utara yang

dilaporkan

terdapat

6

kabupaten

mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB)


di provinsi
penyakit

infeksi diare yaitu Kabupaten Deli Serdang, Asahan, Labuhan Batu, Simalungun,
Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal dengan jumlah kematian 19 orang
dari 1.089 penderita dan CFR 1,7 %.
Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Provinsi Sumatera
Utara dan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Hasil pengumpulan
data dari kabupaten/kota selama tahun 2007 jumlah kasus penyakit Diare pada
Balita yang ditemukan di sarana kesehatan adalah sejumlah 1.146

penderita

dengan angka kesakitan penyakit diare 28,43 per 1.000 penduduk. KLB Diare
yang tersebar di 10 kabupaten/kota dengan total penderita 2.819 orang dan
kematian 23 orang (CFR 0,81%). KLB Campak selama tahun 2007 terjadi di 2
Kabupaten/Kota dengan jumlah kasus sebanyak 191.
Dari kasus penyakit infeksi pada anak diatas, maka perlulah adanya Pola
pencarian pengobatan penyakit infeksi tersebut.Data berdasarkan hasil penelitian

Tukiman dan Jumirah (2001) dalam sitorus (2003) tentang “Perilaku masyarakat
terhadap timbulnya gejala penyakit” diketahui bahwa ketika mengalami sakit
ada sebanyak 5% yang membiarkan penyakitnya tanpa melakukan pengobatan,
5% melakukan pengobatan dengan cara sendiri, diobati dengan jamu sebanyak 9

Universitas Sumatera Utara

6

%, memakai obat bebas sebanyak 63%, pergi ke dokter/ puskesmas sebanyak
18%. Artinya ketika mengalami sakit sebagian besar orang-orang akan
melakukan pengobatan dengan berbagai cara. Pola Pencarian yang dilakukan
didasarkan kuat oleh pola pencarian pengobatan yang dipahami.
Menurut Santoso & Waluyo (2002), Saat ini masyarakat

banyak

menggunakan jasa pengobat tradisional (Batra) dengan alasan keadaan sekarang
sedang dalam krisis ekonomi sehingga daya beli masyarakat menurun, beban
masyarakat untuk kebutuhan sehari – hari sangat berat dan biaya untuk berobat

serta membeli obat di apotik sangat mahal.
Santoso & Waluyo (2002), memaparkan dalam penelitiaannya tentang
batra, pola pengobatan dilakukan dengan cara yang berbeda - beda, pada
umumnya diberikan bacaan doa, bantuan tenaga dalam, perabaan di tempat yang
sakit, mendengar keluhan pasien, melihat wajah, meraba nadi, melihat nadi
dan melihat aura. Kemudian diberi ramuan obat tradisional oleh batra tersebut
sebelum dilakukan pengobatan dan ada juga yang melakukan pengobatan
berdasarkan pemeriksaan secara medis serta memantau hasil dari pemeriksaan
laboratorium bila ada dilakukan sebelumnya.
Dari uraian diatas menunjukan bahwa, walaupun pengobatan modern
seperti tenaga medis dan dokter telah banyak tersebar baik daerah perkotaan
maupun pinggiran, namun pengobatan secara traditional masih berfungsi dalam
masyarakat baik masyarakat kota maupun masyarakat desa. Hal ini tergantung
bagaimana pola pencarian pengobatan yang dipahami oleh individu tersebut dan
yang berkembang di lingkungan sekitar.

Universitas Sumatera Utara

7


Demikian pula hanya dengan daerah Lumban Datu Kelurahan Patane III,
Kecamatan Porsea kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara (Profil
Kecamatan Porsea, 2014). Pengobatan jenis Traditional modern dan pengobatan
medis modern masih berkembang dengan baik. Lumban Datu Kelurahan Patane
III memiliki luas 1,41 Km2 jumlah penduduk sebanyak 1.840 jiwa, dengan tingkat
kepadatan penduduk 1304.96 jiwa/ Km2. Penduduk asli daerah ini adalah suku
Batak Toba. Sejalan dengan waktu, masyarakat di daerah ini tidak murni lagi
hanya bersuku batak toba walaupun demikian untuk wilayah kecamatan porsea,
Lumban datu Kelurahan Patane III merupakan daerah dengan jumlah penduduk
terbesar.
Data yang bersumber dari Puskesmas Kecamatan Porsea menyebutkan
dalam memenuhi kebutuhan akan kesehatan masyarakat, di Lumban Datu
Kelurahan Patane III terdapat 1 unit Poskesdes, dan 1 unit Posyandu. Sedangkan
Tenaga Kesehatan yang tersedia di Lumban datu Kelurahan Patane III terdiri dari
1 Dokter dan 2 orang Bidan.
Hasil pengamatan sementara peneliti, pada bulan Desember tahun 2015
sampai bulan Oktober tahun 2016. diperoleh bahwa masyarakat Lumban Datu
Kelurahan Patane III ketika mengalami sakit mereka menggunakan fasilitas
kesehatan yang tersedia maupun yang tidak tersedia di daerah tersebut, baik
secara medis ataupun maupun non medis. Fasilitas atau tempat Pengobatan yang
biasa digunakan oleh masyarakat di Lumban Datu Kelurahan Patane III meliputi
pengobatan modern seperti ke Bidan, Dokter dan Pengobatan lainnya yaitu
dengan Traditional dengan ramuan obat. Hasil wawancara yang saya lakukan

Universitas Sumatera Utara

8

dengan warga setempat didapatkan bahwa ada pengobatan traditional yang
mereka percayai dan selalu bersedia untuk membantu dalam proses pengobatan
terhadap berbagai penyakit yang dikeluhkan. Penyakit yang dikeluhkan oleh
masyarakat saat ini adalah penyakit menular yaitu infeksi seperti Mumen (Muntah
mencret), Diare, dan ISPA yang saat ini lagi banyak menyerang anak-anak sekitar.
Berdasarkan Pertimbangan diatas, Penulis tertarik dan perlu untuk
mengetahui dan meneliti gambaran pola pencarian pengobatan penyakit infeksi
pada anak di Lumban Datu Kelurahan Patane III Kecamatan Porsea Kabupaten
Toba Samosir Tahun 2016.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan
yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pola
pencarian pengobatan penyakit infeksi pada anak di Lumban Datu Kelurahan
Patane III Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola
pencarian pengobatan penyakit infeksi pada anak di Lumban Datu Kelurahan
Patane III Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016.
1.4 Manfaat Penelitian
1.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi RSUD dan
Puskesmas Porsea sebagai pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah
terbaik dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang
berada di wilayah kerjanya.

Universitas Sumatera Utara

9

2.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten Toba Samosir dalam penyusunan program rencana promosi
kesehatan masyarakat.

3.

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat sebagai bahan informasi dan
menambah wawasan bagi

pihak-pihak yang membutuhkan baik dari

kalangan akademis, masyarakat, dan peneliti yang berkaitan dengan
penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Gambaran Perilaku Masyarakat Dalam Pola Pencarian Pengobatan di Desa Doloksaribu Lumban Nabolon, Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir Tahun 2015

6 98 91

Gambaran Pola Pencarian Pengobatan Masyarakat di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016

6 32 147

Gambaran Pola Pencarian Pengobatan Penyakit Infeksi Pada Anak di Lumban Datu Kelurahan Patane III Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

0 1 18

Gambaran Pola Pencarian Pengobatan Penyakit Infeksi Pada Anak di Lumban Datu Kelurahan Patane III Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Pola Pencarian Pengobatan Penyakit Infeksi Pada Anak di Lumban Datu Kelurahan Patane III Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

0 0 28

Gambaran Pola Pencarian Pengobatan Penyakit Infeksi Pada Anak di Lumban Datu Kelurahan Patane III Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

0 0 4

Gambaran Pola Pencarian Pengobatan Penyakit Infeksi Pada Anak di Lumban Datu Kelurahan Patane III Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

0 2 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Konsep Perilaku - Gambaran Perilaku Masyarakat Dalam Pola Pencarian Pengobatan di Desa Doloksaribu Lumban Nabolon, Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir Tahun 2015

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG - Gambaran Perilaku Masyarakat Dalam Pola Pencarian Pengobatan di Desa Doloksaribu Lumban Nabolon, Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir Tahun 2015

0 0 9

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM POLA PENCARIAN PENGOBATAN DI DESA DOLOKSARIBU LUMBAN NABOLON KECAMATAN ULUAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2015 SKRIPSI

0 0 13