Gambaran Pola Pencarian Pengobatan Masyarakat di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016

(1)

PEDOMAN WAWANCARA A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan :

5. Penghasilan :

6. Jumlah tanggungan keluarga :

7. Agama :

B. Pola Pencarian Pengobatan Masyarakat

1. Jika Bapak/Ibu maupun anggota keluarga sakit, apa yang Bapak/Ibu lakukan? Probing :

- Siapa yang merekomendasikan? - Mengapa memilih tindakan tersebut?

C. Pencarian Pengobatan Berdasarkan Jenis Penyakit pada Masyarakat 2. Menurut Bapak/Ibu adakah penyakit yang tidak perlu di obati?

Probing

− Kalau ada, penyakit apa saja?

− Apa tanda/indikasi bahwa penyakit itu tidak perlu di obati?

− Mengapa Bapak/Ibu memilih tidak melakukan pengobatan terhadap penyakit tersebut?


(2)

3. Menurut Bapak/Ibu adakah penyakit yang bisa di obati sendiri? Probing

− Kalau ada, penyakit apa saja?

− Apa tanda/indikasi bahwa penyakit itu bisa di obati sendiri?

− Mengapa Bapak/Ibu memilih melakukan pengobatan sendiri terhadap penyakit tersebut?

4. Menurut Bapak/Ibu adakah penyakit yang pengobatannya harus dibawa berobat ke pengobat tradisional?

Probing

− Kalau ada, penyakit apa saja?

− Apa tanda/indikasi bahwa penyakit itu harus di obati dengan pengobat tradisional?

− Mengapa Bapak/Ibu memilih melakukan pengobatan terhadap penyakit tersebut ke pengobat tradisional?

− Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terhadap pengobatan tradisional?

− Bagaimana pendapat Bapak/Ibu terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan? 5. Menurut Bapak/Ibu adakah penyakit yang pengobatannya harus dibawa

berobat ke pengobat medis modern? Probing :

− Kalau ada, penyakit apa saja?

− Apa tanda/indikasi bahwa penyakit itu harus di obati dengan pengobatan medis modern?

− Mengapa Bapak/Ibu memilih melakukan pengobatan terhadap penyakit tersebut ke ke pengobatan medis modern?


(3)

− Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terhadap pengobatan medis modern?

− Bagaimana pendapat Bapak/Ibu terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan? 6. Menurut Bapak/Ibu adakah penyakit yang pengobatannya harus dibawa

berobat ke pengobat tradisional sekaligus ke pengobat medis modern? Probing :

− Kalau ada, penyakit apa saja?

− Apa tanda/indikasi bahwa penyakit itu harus di obati dengan pengobatan tradisional sekaligus ke pengobatan medis modern?

− Mengapa Bapak/Ibu memilih mengobatkan penyakit tersebut ke pengobatan tradisional sekaligus ke pengobatan medis modern?

7. Menurut Bapak/Ibu adakah penyakit yang dalam masa pengobatannya, proses pengobatannya harus di cukupkan/tidak dilanjutkan lagi?

Probing

− Kalau ada, penyakit apa saja?

− Apa tanda/indikasi bahwa proses pengobatan terhadap penyakit itu harus dicukupkan/ tidak dilanjutkan lagi?

− Mengapa Bapak/Ibu memilih harus mencukupkan/ tidak dilanjutkan lagi proses pengobatannya?


(4)

(5)

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A dan Jacob. 2006. Antropologi Kesehatan Indonesia, Jilid 1. Jakarta : EGC.

Azhari, Fakhruddin, 2012. Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap,dan Tindakan Pencarian Pelayanan Pengobatan pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan(Skripsi). Medan :FK USU.

Az-Zamawi, Abdul Fatah. 2004. Metode Praktis Penelitian Sosial Masyarakat. Solo: Iltizam.

BKKBN. 2011. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Diakses dari 2011from:

www.bkkbn.go.id/.../ALIH%20MEDIA%202011/.../362.12072%20MAE%

20I.pdf pada 22 April 2016

Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika

Edberg, Mark, 2009. Buku Ajar :Kesehatan Masyarakat dan Teori Sosial dan Perilaku. Jakarta : EGC.

Erfandi. 2009. Pengetahuan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : EGC

Foster, Anderson. 2005. Antropologi Kesehatan. Jakarta : UI Press.

Hidayat, A. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Bhinneka Cipta. Holt, Gary A. & Edwin L. Hall. 2006. The Pros and Cons of Selfmedication.

Journal of Pharmacy Technology. Jakarta : E-Journal.

Hutabarat, ChristopeR Ondian. 2011. Gambaran Pola Pencarian Pengobatan Masyarakat Batak Toba di Kabupaten Tarutung tahun 2011 (Skripsi). Medan : STIKes SU.

Hurlock, Elizabeth, B, 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga. Ircham. 2005. Ilmu Perilaku dan Aplikasinya dalam Masyarakat. Jakarta :

Rhineka Cipta.

Kemenkes RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta : Kemenkes RI. ___________. 2010. Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat dalam


(7)

Pembangunan Derajat Kesehatan. Diakses dari

http://depkes.go.id/_asset/_download/Optimalisasi/Pelayanan%20Kesehata n%Masyaraka%204%202010.pdf pada 18 April 2016.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rhineka Cipta. Mandy, Zarfiel, Sudarti. 2010. Perencanaan Pendidikan Kesehatan

Sebuah Pendekatan Diagnostik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Maramis. 2006. Ilmu Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya : Universitas Airlangga.

Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar, Jakarta : PT. Rhineka Cipta.

_____________. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta.

Notosiswoyo, Sadewo dan Dwi Mulyono. 2005. Obat dan Masyarakat. Jakarta : EGC.

Purnama, 2004. Konsep Sehat Sakit. Diakses dari http:/akademik. unsoed.ac.id/cmsfak/2004 pada 22 April 2016.

Purwanto,H .2009. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Peningkatan Derajat Kesehatan. Jakarta : EGC.

Raflis, Rifandi. 2013. Pengaruh Agen Sosialisasi terhadap Pola Pencarian Pengobatan Mahasiswa Rumpun Fakultas Non-Eksakta Universitas Sumatera Utara di Kota Medan Tahun 2013 (Skripsi). Medan : FKM USU.

Sarafino, E.P. 2006. Health Psychology :Biopsychosocial Interactions. Fifth Edition .USA : John Wiley & Sons.

Saragih, Kristiany R. 2013. Gambaran Perilaku Pencarian Pelayanan Pengobatan pada Masyarakat Dusun Vi Desa Patumbak Kampung Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 (Skripsi). Medan : FKM USU. Sarwono S. 2007. Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya.


(8)

Soekanto, Soerjono. 2009. Peranan Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Baru. Jakarta : Rajawali Pers.

Sirait, Kristy Ivo A. 2015. GambaranPerilaku Masyarakat dalam Pola Pencarian Pengobatan Di Desa Doloksaribu Lumban Nabolon Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir Tahun 2015 (Skripsi). Medan : FKM USU.

Suchman, E.A.1965. Social Patterns of Illness and Medical Care. USA : Journal of Health and Social

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif dan kualitatif). Bandung : Alfabeta.

Susanti, Dewi Arifiani. 2011. Sosiologi Keluarga dan Pola Pengobatan Masyarakat. Malang : Universitas Muhamadiyah Malang Press.

Tinendung, Ariyanto. 2011. Pola Pencarian Pengobatan pada Masyarakat Suku Pak-Pak di Kelurahan Sidiangkat Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Sumatera Utara Tahun 2011 (Skripsi). Medan : FKM USU.

Young, Smith Andrew. 2008. Social Etnomedicine : USA : Journal of Health and Social

Zulkiflan.2004. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh Pemulung di TPA Namo Bintang Tahun 2004(Skripsi).Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara

Zulkifli, 2005. Pengobatan Alternatif Sebagai Pengobatan Tradsional Harus Dilestarikan. Medan : Karya Ilmiah Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara, Medan.


(9)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview) untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat dalam pola pencarian pengobatan di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu tahun 2016.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas: 1. Dari hasil pengamatan dan wawancara langsung dengan beberapa orang

anggota masyarakat yang ada di wilayah tersebut, diketahui bahwa pola pencarian pengobatan masyarakat sangat beragam, mulai dari pengobatan secara pribadi, pengobatan tradisional, dan pengobatan modern, bahkan pencampuran/penggabungan antar berbagai pola pencarian pengobatan tersebut 2. Daerah Desa Baru Kecamatan Pancur Batu belum pernah dilakukan penelitian

tentang Gambaran Pola Pencarian pengobatan Masyarakat. 3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu Peneltian dimulai dari bulan April - Agustus2016. 3.3 Pemilihan Informan

Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat yangberdomisili di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu. Informan pertama diperoleh dengan cara


(10)

menggunakan key informan (informan kunci), yakni tokoh masyarakat (stakeholder) yang ada di Desa Baru tersebut dalam hal ini ialah kepala desa Baru Kecamatan Pancur Batu yang dianggap mengetahui mengenai karakteristik masyarakat secara baik sehingga dapat merekomendasikan siapa saja anggota masyarakat yang relevan menjadi informan dalam penelitian. Selanjutnya pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan teknik snowball untuk menentukan informan berikutnya berdasarkan rekomendasi dari key informan dan informan sebelumnnya sampai batas kecukupan dan kesesuaian yang ditetapkan oleh peneliti.

Karakteristik informan yang dipilih dalam penelitian ini ialah masyarakat Desa Baru Kecamatan Pancur Batu yang pernah mengalami sakit atau gangguan penyakit dan pernah memanfaatkan layanan kesehatan dalam hal pencarian pengobatan baik itu pengobatan secara tradisional (praktek dukun, tabib) atau layanan kesehatan modern (rumah sakit, Puskesmas, dan praktek dokter) maupun masyarakat yang memanfaatkan keduanya, serta informan dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai secara mendalam terkait permasalahan yang akan diteliti. Informan dipilih berdasarkan metode kecukupan dan kesesuaian.

3.4Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data primer

Data primer merupakan data yang merupakan sumber utama untuk dijadikan landasandalam penulisan penelitian yang didapatkan melalui hasil wawancara mendalam (indepth interview) dengan informan penelitian.


(11)

Pada penelitian ini wawancara mendalam (indepth interview) dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Indepth Interview atau wawancara mendalam merupakan teknik pengumpulan data melalui pertanyaan-pertanyaan, guna mendapatkan langsung jawaban yang mendukung pemecahan masalah dalam penelitian ini. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian interview harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat wawancara berlangsung.

3.4.1 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data-data yang mendukung, menjelaskan serta mempunyaihubungan yang erat dengan bahan primer. Data yang diperoleh secara tidak langsung berasal dari data tertulismeliputi : buku-buku, arsip, jurnal ilmiah dan kepustakaan, dokumentasi dan berbagai data yang memuat tentang pelayanan kesehatan serta buku-buku atau karya tulis yang relevan bagi pemecahan permasalahan dalam penelitian ini.

Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpukan data dari berbagai sumber yang diambil dari perpustakaan ataupun dari tempat lain. Adapun sumber yang

digunakan tidak terbatas pada buku-buku, tetapi juga dapat berupa bahan dokumentasi seperti majalah-majalah, koran-koran ataupun bentuk media cetak


(12)

lain yang berhubungan dengan penelitian ini, yang dapat digunakan guna menunjang kelengkapan data dalam melakukan penelitian.

3.5Defenisi Istilah

1. Umur adalah usia informan dihitung dari tanggal lahir sampai ulang tahunnya yang terakhir menurut pengakuan dari informan.

2. Jenis kelamin adalah ciri khas biologis yang dimiliki setiap orang yangdibedakan atas laki-laki dan perempuan.

3. Suku bangsa, ialah identitas kesukuan yang mengikat secara kultural pada informan yang berdasarkan prinsip kedaerahan.

4. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang pernah diikuti oleh informansampai mendapatkan surat tanda tamat belajar (ijazah). 5. Jenis pekerjaan adalah aktivitas bekerja yang dilakukan informan dalam

keseharian untuk mendapatkan nafkah atau penghasilan.

6. Tingkat penghasilan adalah jumlah pendapatan informan yang berasal dari pekerjaan atau mata pencaharian informan.

7. Jumlah tanggungan dalam keluarga, ialah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan informan sebagai bentuk tanggung jawab untuk mengasuh dan melengkapi segala kebutuhan yang diperlukan.

8. Agama adalah suatu sistem yang dianut dan diyakini oleh setiap orang yang dibedakan atas Islam dan Kristen sebagai agama mayoritas yang dianut oleh masyarakat Desa Baru Kecamatan Pancur Batu.

9. Dukungan budaya adalah kaitan antara pola pencarian pengobatan padamasyarakat dan hubungannya dengan tekhnis pengobatan yang akan


(13)

digunakan jika terkena penyakit yang di anut oleh masyarakat Desa Baru Kecamatan Pancur Batu.

10.Dukungan keluarga dan masyarakat adalah besarnya pengaruh keluarga inti dan masyarakat di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu terhadap teknis pengobatan yang akan digunakan jika terkena penyakit.

11.Pengalaman pengobatan adalah pengalaman masa lampau informan tentangpenyakit dan tindakan yang dilakukan.

12.Respon individu terhadap penyakit adalah reaksi yang timbul dari seseorangketika mengetahui bahwa dirinya sedang mengalami sakit. 13.Pola pencarian pengobatan adalah suatu model upaya masyarakat mencari

ataumemanfaatkan pelayanan kesehatan dalam rangka pengobatan, baik itu secara medis, non medis dan kolaborasi antara keduanya atau bahkan tidak melakukan pengobatan sama sekali.

3.6Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian 3.6.1 Tahap Persiapan Penelitian

Pertama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan kebutuhan data yang hendak didapatkan sesuai dengan permasalahan yangingin penulis teliti. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang dalam wawancara dan penulissesegera mungkin mencatatnya setelah wawancara selesai.

Penulis selanjutnya mencari informan yang sesuai dengan karakteristik responden atau informan dalam penelitian. Untuk itu sebelum wawancara dilaksanakan penulis bertanya kepada informan penelitian tentang kesiapannya


(14)

untuk diwawancarai. Setelah informan bersedia untuk diwawancarai, peneliti membuat kesepakatan dengan informan tersebut mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penulis membuat kesepakatan dengan informan mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Setelah wawancara dilakukan, penulis memindahakan hasil rekaman berdasarkan wawancara dalam bentuk catatan tertulis. Wawancara dengan informan cukup dilaksanakan sekali apabila semua informasi atau data yang dibutuhkan dalam penelitian telah terpenuhi melalui wawancara mendalam (indepth interview) yang dilaksanakan. Apabila ada informasi yang kurang terpenuhi, barulah penulis melakukan wawancara kembali dengan informan. Selanjutnya penulis melakukan analisis data dan interprestasi data sesuai dengan data hasil wawancara yang didapatkan.

3.7 Alat Bantu pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data-data penelitian yang bersifat kualitatif penulis membutuhkan alat bantu (instrumen penelitian). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2(dua) alat bantu, yaitu :

3.7.1 Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari rumusan permasalahan dan tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti


(15)

3.7.2 Alat Perekam

Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari informan artau responden penelitian. Dalam pengumpulan data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari informan penelitian untuk mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara berlangsung.

3.8 Teknik Analisis Data

Dalam menganalisa penelitian deskriptif kualitatif terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan diantaranya :

a.) Mengorganisasikan data

Penulis mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara mendalam (indepth inteview), dimana data tersebut direkam dengan tape recorder/handphone dibantu dengan menggunakan alat tulis. Kemudian dibuatkan transkripnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil wawancara yang telah di dapatkan.

b.) Pengelompokan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban dari setiap responden/informan

Pada tahap ini dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data yang didapatkan dari hasil wawancara, perhatian yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, penulis menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai


(16)

acuan dan pedoman dalam melakukan wawancara. Dengan pedoman ini, penulis kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan penulisan hasil wawancara, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan inilah yang ditulis senagai hasil penelitian.

Pada proses ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Penulis menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden atau informan. Data yang telah dikelompokan tersebut oleh penulis dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga penulis dapat menangkap pengalaman, permasalahan, dan dinamika jawaban yang diberikan oleh responden atau informan penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

c.) Menguji asumsi atau permasalahan yang ada terhadap data

Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, penulis menguji data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam Bab II mengenai kerangka teoritis dan kerangka konseptual atau kerangka pikir penelitian, sehingga dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai dandari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan faktor-faktor yang ada dari data hasil wawancara yang di dapatkan.

d.) Mencari alternatif penjelasan bagi data

Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, penulis masuk ke dalam tahap penejelasan. Berdasarkan kesimpulan yang telah


(17)

didapat dari kaitannya tersebut, penulis merasa perlu mencari suatu alternatif penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian deskriptif kualitatif memang selalu ada alternatif penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdapat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternatif lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.

e.) Menulis hasil penelitian

Penulisan data dari informan yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu penulis unntuk memeriksa kembali apakah hasil penelitian dan kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini penulisan yang dipakai adalah presentase data yang didapat yaitu penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam (indepth interview)dibaca berulang kali sehinggga penulis mengerti benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan dan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil.

Dari penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa analisis data merupakan tahap-tahap yang digunakan selanjutnya guna mencari, menata, dan merumuskan rumusan secara sistematis dari wawancara mendalam (indepth interview)dan lain-lain guna meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang sedang ditetiliti.Dari hasil wawancara yang diperoleh serta didukung oleh data lainnya, maka penulis akan mendapatkan jawaban dari rumusan-rumusan


(18)

masalah penelitian yang ada tersebut yang menunjang penelitian mengenai gambaran pola pencarian pengobatan masyarakat di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu tahun 2016.


(19)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Gambaran Geografis Desa Baru Kecamatan Pancur Batu

Desa Baru berlokasi di kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera utara. Adapun batas-batas wilayah Desa Baru adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Kelurahan Ladang Bambu

2. Sebelah Selatan: Desa Lama/ Desa Tengah/ Namo Simpur. 3. Sebelah Timur: Desa Namo Bintang

4. Sebelah Barat : Desa Durin Jangan

Gambaran luas wilayah Kecamatan Pancur Batu yang dengan luas wilayah 122.53 km2 adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Deli Serdang berjarak ±18 km dari Medan ke Ibukota Kecamatan Pancur Batu, dimana terdiri dari 25 Desa, yaitu Desa Baru, Bintang Meriah, Dorin Tunggal, Durin Jangak, Durin Simbelang, Gunung Tinggi, Hulu(kampung hulu), Desa Lama, Namo Bintang, Namo Riam, Namo Rih, Namo Simpur, Pertampilan, Perumnas Simalingkar, Salam Tani, Sei Gelugur, Sembahe Baru, Simalingkar A, Sugou, Sukaraya, Tanjung Anom, Kampung Tengah, Tiang Layar, Tuntungan I, Tuntungan II dengan jumlah penduduk menurut data kantor Kantor Kecamatan mencapai 87.267 jiwa. Sedangkan Luas Wilayah Desa Baru diamana terbagi atas dusun I 12 HA, dusun IIA 10 HA, dusun IIB 10 HA, dusun III 18 HA, dusun IV 10 HA dengan total luas wilayah 60 H.


(20)

4.1.2 Gambaran Demografis Desa Baru Kecamatan Pancur Batu

Jumlah penduduk di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu yang terdiri dari 5 dusun menurut data yang ada di kantor kepala Desa Baru, yaitu 9,200 jiwa dari 1,675 KK yang terdiri dari 4.280 jiwa laki-laki dan jumlah perempuan sekitar 4.920 jiwa yang diambil dari seluruh dusun 1 sampai dusun 5. Ini berarti bahwa jumlah perampuan di Desa Baru lebih banyak dari jumlah laki-laki.

Gambaran jumlah penduduk Desa Baru Kecamatan Pancur Batu dapat dilihat dari Matriks di bawah ini :

Matriks 4.1 Jumlah Penduduk dan Jenis Kelamin Menurut Data Kantor

Sumber : Data Penduduk di Kantor Kepala Desa Baru Tahun 2015

Berdasarkan Matriks 4.1 diatas diketahui bahwa jumlah kepala keluarga terbanyak di Desa Baru terdapat di Dusun III yakni sebanyak 550 kepala keluarga, jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki di Desa Baru paling banyak di Dusun I yakni sebanyak 980 orang, dan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan

Nama Dusun

Jumlah KK Laki-laki Perempuan

Total Penduduk

I 310 980 1.150 2.130

IIA 260 795 785 1.580

IIB 255 770 740 1.510

III 550 950 1.350 2.300

IV 300 785 895 1.680


(21)

paling banyak di Dusun III yakni sebanyak 1.350 orang, dan jumlah penduduk terbanyak di Desa Baru ada di Dusun III yakni sebanyak 2.300 orang penduduk.

Gambaran karakteristik penduduk Desa Baru berdasarkan mata pencaharian menurut data Kantor Kepala Desa Tahun 2013 dapat dilihat pada Matriks 4.2 berikut :

Matriks 4.2 Karakteristik Penduduk Desa Baru Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata Pencaharian Jumlah (n) Persentase (%)

Petani 444 10

Buruh 856 20

Wiraswasta 1.107 28

Mengurus Rumah Tangga 1.428 37

Pegawai Negeri Sipil (PNS)

215 5

Total 4.050 100

Sumber : Data Penduduk di Kantor Kepala Desa Baru Tahun 2015

Berdasarkan Matriks 4.2 diatas, diketahui bahwa mayoritas penduduk di Desa Baru bekerja untuk mengurus rumah tangga yakni sebanyal 1.428 orang (37%), yang memiliki mata pencaharian dengan berwiraswasta sebanyak 1.107 orang (28%), yang memiliki mata pencaharian sebagai buruh yakni 856 orang (20%), yang memiliki mata pencaharian sebagai petani yakni sebanyak 444 orang (10%), dan yang memiliki mata pencaharian sebagai negeri sipil (PNS) yakni sebanyak 215 orang (5%).


(22)

Gambaran karakteristik penduduk Desa Baru berdasarkan tingkat pendidikanmenurut data Kantor Kepala Desa Tahun 2013 dapat dilihat pada Matriks 4.2 berikut :

Matriks 4.3 Karakteristik Penduduk Desa Baru Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)

SD/Sederajat 985 18,75

SMP/Sederajat 1.858 35,38

SMA/Sederajat 2.011 38,29

Perguruan Tinggi 398 7,58

Total 5.252 100

Sumber : Data Penduduk di Kantor Kepala Desa Baru Tahun 2015

Berdasarkan Matriks 4.3 diatas, diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa Baru telah menyelesaikan pendidikan pada tingkat SMS/Sederajat yakni sebanyak 2.011 orang (38,29%), penduduk yang telah menyelesaikan pendidikan di tingkat SMP/Sederajat yakni sebanyak 1.858 orang (35,38%), kemudian penduduk yang telah menyelesaikan pendidikan di tingkat SD/Sederajat yani sebanyak 985 orang (18,75%), dan penduduk yang telah menyelesaikan pendidikan di tingkat perguruan tinggi yakni sebanyak 398 orang (7,58%).

Gambaran karakteristik penduduk Desa Baru berdasarkan agamayang dianutmenurut data Kantor Kepala Desa Tahun 2013 dapat dilihat pada Matriks 4.4 berikut :


(23)

Matriks 4.4 Karakteristik Penduduk Desa Baru Berdasarkan Agama

Agama Jumlah (n) Persentase (%)

Islam 5.175 55

Kristen Protestan 3.680 40

Kristek Katolik 345 5

Total 9.200 100

Sumber : Data Penduduk di Kantor Kepala Desa Baru Tahun 2015

Berdasarkan Matriks 4.4 diatas, diketahui bahwa mayoritas penduduk di Desa Baru menganut agama Islam yakni sebanyak 5.175 orang (55%), kemudian penduduk Desa Baru yang menganut agama Kristek Protestan yakni sebanyak 3.680 orang (40%), dan penduduk Desa Baru yang menganut agama Kristen Katolik yakni sebanyak 345 orang (5%).

Gambaran karakteristik penduduk Desa Baru berdasarkan suku bangsa menurut data Kantor Kepala Desa Tahun 2013 dapat dilihat pada Matriks 4.4 berikut :

Matriks 4.5 Karakteristik Penduduk Desa Baru Berdasarkan Suku Bangsa

Agama Jumlah (n) Persentase (%)

Jawa 4.600 50

Karo 2.300 25

Batak 1.840 20

Minang 460 5

Total 9.200 100


(24)

Berdasarkan Matriks 4.5 diatas, diketahui bahwa karakteristik penduduk berdasarkan suku bangsa mayoritas penduduk Desa Baru bersuku bangsa Jawa yakni sebanyak 4.600 orang (50%), penduduk Desa Baru yang bersuku bangsa Karo sebanyak 2.300 orang (25%), kemudian penduduk Desa Baru yang bersuku bangsa Batak yakni sebanya 1.840 orang (20%), dan penduduk Desa Baru yang bersuku bangsa Minang yakni sebnyak 460 orang (5%).

4.1.3 Gambaran Sarana dan Prasarana Umum di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu

Untuk mendukung aktivitas masyarakat di Desa Baru terdapat beberapa sarana dan prasarana yang mendukung beberapa kegiatan kehidupan masyarakat. Dengan adanya sarana dan prasarana tersebut kehidupan masyarakat di Desa Baru akan terbantu dan berjalan dengan baik. Adapun sarana penunjang kegiatan pemerintahan di Desa Baru adalah:

1. Sarana Kegiatan Pemerintahan

Sarana kegiatan dalam menunjang pemerintahan di Desa Baru dapat dikatakan sudah memadai dan sudah layak. Hal ini terlihat jelas dengan adanya fasilitas yang lengkap yang terdapat di Desa Baru, yaitu Kantor kepala Desa yang sebagai tempat untuk melayani masyarakat misalnya untuk mengurus keperluan yang dibutuhkan masyarakat setempat dan mengenai data-data kependudukan. Tidak seperti tahun sebelumnya dimana Kantor Kepala Desa Baru ini sangant tidak terurus dan dapat dikatakan tidak layak sebagaimana Kantor Kepala Desa


(25)

Sarana pendidikan di Desa Baru dapat dikatakan sudah bagus, karena sarana pendidikan sudah dapat dinikmati oleh semua masyarakat desa ini. Di Desa Baru terdapat sarana pendidikan TK terdapat 1 unit, Sekolah Dasar (SD) terdapat 3 unit sedangkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 unit. Tetapi untuk Sekolah Menengah Atas Swasta (SMA) terdapat 1 unit. Tetapi kebanyakan masyarakat desa baru ini yang untuk melanjutkan sekolah menengah atas harus keluar dari desa ini, ada yang kecamatan Pancur Batu Karena disana terdapat Sekolah Menengah Atas Negeri dan ada yang menyekolahkan anaknya ke kota medan dengan berbagai jurusan. Dan untuk Perguruan Tinggi, akademi lainya umumnya masyarakat Desa Baru harus ke kota Medan agar bisa menjadi sarjana. Dengan demikian sarana pendidikan sangalah penting bagi masyarakat desa baru untuk kualitas kehidupan mereka selanjutnya dan menjadi generasi penerus bangsa ini, baik itu Etnis Jawa, Etnis Karo dan Etnis Batak karena setiap mereka sebagai orang tua ingin anaknya lebih baik dibandingkan dengan dirinya agar mereka nantinya bisa berhasil. Untuk itu setiap Etnis yang tinggal di Desa ini selalu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan dan biaya sekolah.

3. Sarana Ekonomi

Sarana ekonomi adalah sarana yang penting untuk setiap keberlangsungan proses kehidupan manusia. Keberadaan sarana ekonomi merupakan faktor penting dari proses setap elemen pada sebuah sistem. Berdagang (wiraswasta) yang sangat mendominasi kegiatan ekonomi di


(26)

Desa Baru ini yaitu sekitar 1.107. kegiatan ini sangat memiliki pengaruh di dalam laju pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa Baru. Hal ini disebabkan karena banyaknya warga pendatang atapun Etnis pendatang yang mengontrak lahan kepada Etnis yang mempunyai lahan dan membuka usaha untuk keberlangsungan hidup mereka.

Selain kegiatan berdagang terdapat juga berbagai kegiatan ekonomi lainnya yang ada di Desa Baru seperti bertani, kebanyakan masyarakat disini bertani Padi dan Jagung, ada Buruh, dimana di desa ini terdapat mandor-mandor bangunan dan mengajak masyarkat yang belum kerja untuk membantunya. Dan ada juga PNS yang mencapai sekitar 215, dan mengurus rumah tangga. Namun dari segi kauntitas sangat kecil bila dibandingkan pada sektor berdagang.

4. Sarana Kesehatan

Di Desa Baru terdapat aktivitas yang menunjang untuk kesehatan masyarakat setempat dan tenaga medis. Setiap 1 bulan sekali pemerintah setempat mengadakan posyandu terhadap anak-anak yang terdapat di samping kantor Kepala Desa, terdapat juga puskesdes yang ditetapkan pemerintah dan 1 bidan Desa (tenaga medis). Sarana kesehatan di Desa Baru sangat minim ini dapat dilihat kurangnya tenaga medis ataupun fasilitas kesehatan. Sarana air bersih di Desa Baru sangat baik, karena masyarakat sadar akan pentingnya kesehatan. Setiap rumah warga sudahmemiliki kamar mandi sendiri yang diperoleh dari sumber mata airpegunungan (PDAM


(27)

TIRTANADI) dan ada juga yang menggunakan sumur bor yang digunakan untuk mandi menyuci dan keperluan lainnya.

5. Sarana Peribadatan

Kerukunan umat beragama di Desa Baru sangat terlihat dijunjung tinggi. Dengan banyaknya perbedaan agama di Desa Baru ini akan tetapi keadaan Desa Baru sangat baik dan harmonis. Masyarakat Desa Baru sangat menghargai perbedaan agama yang ada serta melaksanakan kegiatan keagamaanya masing dengan keyakinan dan kepercayaannya masing-masing. Untuk meningkatkan keimanan masyarakat di Desa Baru terdapat berbagai sarana kepribadahan yang sesuai dengan berbagai keyakinan masyarakat. Dimana terdapat 4 Mesjid dan Musholla 2 yang digunakan untuk kepribadahan masyarakat yang beragama Islam. Sedangkan masyarakat yang beragama kristen terdapat terdapat 9 Gereja.

6. Sarana Sosial Kemasyarakatan

Sarana sosial kemasyarakatan di Desa Baru terdapat beberapa organisasi kemasyarakatan seperti serikat tolong-menolong (STM), organisasi kepemudaan seperti Karang Taruna yang kegiatannya bergotong-royong yang dilakukan 1 bulan 2 kali dan juga terdapat balai desa yang terdapat di samping kantor kepala Desa untuk menunjang kegiatan kemasyarakatan. Selain itu terdapat organisasi keagamaan seperti perwiritan untuk bapak-bapak dan ibu-ibu, terdapat juga remaja mesjid dan Gereja, per


(28)

pulungan untuk moria dan mambre untuk Kristen dan juga permata Gereja dan kebaktian.

7. Sarana Komunikasi

Sekarang ini sudah sangat berkembang dan menyebar luas hingga ke pelosok-pelosok di Indonesia. Di Desa Baru kebanyakan masyarakat sudah terpenuhi atas sarana komunikasi. Hal ini dapat dilihat dari sumber-sumber media koran yang sudah terdapat di Desa Baru dan juga media elektronik yang dimiliki masyarakat seperti Radio, Televisi, Telepon (HP) dan Telepon Rumah dan lain-lain.

8. Sarana Transportasi

Untuk sarana transportasi baik untuk menuju Desa baru maupun keluar Desa Baru sangat baik dan lancar untuk yang keluar ke kota Medan maupun Kota Brastagi dan infrastruktur jalan raya yang sangat baik yang baru-baru ini khususnya di depan Desa Baru yang diperluas. Untuk menuju Desa Baru ini terdapat beberapa jenis kendaraan umum yang siap mengantar dan melayani kebutuhan transportasi masyarakat seperti misalnya angkot Rahayu 103, Mini 110 dengan trayek Medan-Kecamatan Pancur Batu yang melewati Desa Baru, dan angkutan jika ingin menuju ke Amplas dan Lubuk Pakam terdapat angkot KPUM 97 dengan trayek Lubuk Pakam- Pancur Batu dan Jika ingin ke Mandala terdapat angkutan umum MITRA 141 dengan trayek Mandala- Pancur Batu dan apabila ingin ke Kota Brastagi terdapat beberapa Bus seperti Sinabung Jaya, Borneo Sutra dan lain-lain. Selain itu masyarakat Desa Baru juga menggunakan alat transportasi lainnya seperti Sepeda Motor maupun


(29)

Mobil pribadi untuk keperluan pribadi. Dengan kata lain transportasi menuju Desa Baru sangat berkembang baik, dapat dilihat mudahnya mengakses baik menuju maupun keluar dari Desa ini.

4.2 Karakteristik Informan

Karakteristik informan meliputi umur, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan,jumlah tangguan keluarga dan agama. Karakteristik informan dapat dilihat pada Matriks 4.6 berikut ini :

Matriks 4.6 Karakterisitik Informan

Berdasarkan Matriks 4.6 diatas diketahui bahwa jumlah responden dalam penelitian ini ialah sebanyak sembilanorang dengan rentang usia 26 tahun sampai dengan 64 tahun. Responden penelitian terdiri dari enamorang berjenis kelamin laki-laki dan tiga orang berjenis kelamin perempuan, tigaorang responden bersuku Jawa, tiga orang responden bersuku Karo, dua orang responden bersuku Batak, dan satu orang responden bersuku Minang, tiga orang responden hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat sekolah dasar (SD), satuorang responden menyelesaikan pendidikan sampai sekolah menengah pertama (SMP),

No. Nama Umur Jenis Kelamin Suku Bangsa Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Jumlah

Tanggungan Agama

1 Informan 1 26 Laki-laki Jawa S1 Pegawai Rp. 1.000.000,- 1 orang Islam

2 Informan 2 34 Laki-laki Batak S1 Wiraswasta Rp. 2.600.00,- 3 orang Protestan 3 Informan 3 41 Perempuan Karo SD Petani Rp. 3.000.000,- 2 orang Katolik

4 Informan 4 28 Laki-laki Karo SD Petani Rp. 3.000.000,- 1 orang Islam 5 Informan 5 41 Perempuan Karo SMA Pedagang Rp. 3.000.000,- 3 orang Protestan

6 Informan 6 28 Perempuan Jawa SMP Petani Rp. 3.000.000,- 2 orang Islam 7 Informan 7 64 Laki-laki Jawa SD Pedagang Rp. 2.000.000,- 4 orang Islam

8 Informan 8 35 Laki-laki Batak SMA Petani Rp. 2.500.000,- 4 orang Protestan


(30)

tiga orang responden menyelesaikan pendidikan pada tingkat sekolah menengah atas (SMA), dan duaorang responden sudah menyelesaikan pendidikan sampai dengan perguruan tinggi setingkat Strata-1 (S1). Diketahui bahwa empat orang responden memiliki pekerjaan atau mata pencaharian sebagai seorang petani, tiga orang sebagai pedagang, satu orang sebagai wiraswasta dan satu orang sebagai seorang pegawai. Diketahui, penghasilan responden berkisar antara satu juta rupiah sampai dengan tiga juta rupiah, jumlah tanggungan keluarga responden berkisar antara satu orang sampai dengan empat orang, lima orang responden beragama Islam, tiga orang Kristen Protestan, dan satu orang beragama Kristen Katolik.

4.3 Gambaran Pola Pencarian Pengobatan Masyarakat Desa Baru 4.3.1 Reaksi Informan Jika Ada Anggota Keluarga Sakit

Adapun jawaban informan, ketika ditanyakan reaksi yang dilakukan ketika informan maupun anggota keluarga ada yang terkena penyakit adalah sebagaimanayang digambarkan pada Matriks 4.7 berikut :

Matriks 4.7 Reaksi Informan Jika Ada Anggota Keluarga Sakit

Informan Pernyataan

Informan 1

Yang pasti berobatlah kalau sakitnya sudah nggak tertahan lagi. Apapun proses pengobatannya. Mau medis, mau tradisional, mau ke dokter atau ke tabib yang pasti berobat. Itu lah yang diajarkan orang tua saya dulu. Kalu didiemin nanti takutnya sakitnya malah makin parah. Informan 2 Tergantung penyakitnya apa dulu...kalau sakit


(31)

ringan-ringan aja seperti panas, atau demam biasa, kita tunggu aja dulu atau tidur lah dulu. Kalau beberapa hari belum sembuh-sembuh baru dibawa berobat. Pengalaman ku, begitulah...biasanya sembuh sendiri. Yaa sakit itu paling seringnya karena kecapen aja kan.

Informan 3

Yang pertama itu adalah memberikan pertolongan sementara pada penyakitnya. Contohnya dibawa kerumah sakit ataupun puskesmas, biar tahu kita sakitnya apaataupun minum jamu yang kita buat sendiri. Begitulah, karena memang pelajaran waktu sekolah dulu, ya...sepertiitu kan? Kalau diam aja makin sakit nanti, kalau udah parah mahal kita bayar berobatnya.

Informan 4

Ya…. itu tergantung sakitnya. Kalau sakitnya yang

biasa-biasa aja gak perlu diobati. Saya berpandangan seperti ini karena berdasarkanpengalaman dan cerita dari orang-orang tua. Itu saya lakukan karenamemang ada penyakit itu yang tidakpun diobati akan sembuh sendiri. Istirahat aja, kita sakit kayaknya cuma kecapean ke ladang palingan.

Informan 5

Kalau sakit haruslah diobati. Gak ada penyakit yang sembuh sendiri. Nanti makin parah kalau dibiarin kan, nanti tiba-tiba udah parah aja, kan dokternya yang tahu penyakit apa sama obatnya kalau kita sakit kan. Saya berpendapat demikian, karena itu yang saya pelajari waktu

sekolah dulu.

Informan 6

Yang pasti berobatlah kalau sakitnya sudah nggak tertahan lagi. Apapun proses pengobatannya. Mau medis, mau tradisional, yang pasti berobat. Itu lah yang diajarkan orang tua saya dulu. Gak enak kan lama kali sakit, gak


(32)

ada kerja kita di ladang.

Informan 7

Kalau sakit yang pertama kali itu kepuskesmaslah, kemedis dulu. Kemudian kalau tidak sembuh baru kedukun. Misal, kalau ada masuk angin anak-anak seperti ini (maksudnya cucunya) yang pertama kali itu dibawa kemantri atau ke bidan yang ada di Poskesdes itu, tapi kalau tidak sembuh barulah ke tabib, entahpun karena apa kan sakitnya, kesambet kan gak mungkin ke dokter. Berdasarkan pengalaman, kek gitu lah.

Informan 8

Kita tengok dulu sakitnya dek, kalau apa parah dia yaa kita bawalah ke rumah sakit, tapi kalau yaa kalau cuma pening-pening sedikit aja gak usahlah langsung ke rumah sakit, bawa tidur aja dia, paling baikan.

Informan 9

Yaa kalau sakit berobatlah dek, yaa istri juga nyuruh kalau sakit dibawa aja ke Puskesmas. Kan gak mahal kali kalau ke Puskesmas ini berobat. Paling berapalah kan. Takut juga kalau ada yang sakit, takutnya kalau didiemin aja makin parah sakitnya

Berdasarkan Matriks 4.7diatas, menggambarkan bahwa jika ada anggota keluarga mengalami suatu penyakit, maka limaorang informan mengatakan bahwa yang harus dilakukan adalah melakukan pengobatan baik secara tradisional maupun medis modern, sedangkan empat orang informan mengatakan bahwa langkah yang dilakukan adalah tergantung jenis penyakitnya, jika penyakitnya ialah penyakit yang biasa-biasa saja/yang ringan-ringan saja seperti panas atau demam biasa yang dianggap tidak parah maka tidak perlu dilakukan pengobatan, mungkin cukup dengan istirahat saja penyakit akan sembuh dengan sendirinya.


(33)

4.3.2 Penyakit yang Tidak Perlu Diobati

Ketika informan ditanya akan pandangan dan pendapat mereka tentang penyakit yang tidak perlu diobati, maka informan memberikan jawaban sebagaimana yang dituliskan dalam Matriks 4.8berikut :

Matriks 4.8 Penyakit yang Tidak Perlu Diobati

Informan Pernyataan

Informan 1

Ah… Kalau penyakit, mana ada yang nggak perlu diobati. Gak diterima logika. Kalau sakit ya…berobatlah. Diam-diam sakit mati aja nanti tiba-tiba. Kan kita gak tahu sakitnya, ada kan penyakit yang gejalanya kayak penyakit biasa, ternyata penyakitnya udah parah.

Informan 2

Tidak. Tidak ada penyakit yang seperti itu. Kalau sakit atau penyakit pastilah ada obatnya, yaa paling kalu kalau makin parah sakitnya yaa makin mahal juga lah obatnya.

Informan 3

Ada, contohnya penyakit paling sakit kepala, pening karena pengaruh kurang tidur. Tanda-tanda khusus penyakit yang tidak perlu di obati, tidakada, tapi berdasarkan pengalaman. Tidak perlu melakukan pengobatan.Cukup dengan mencuci muka dan kemudian tidur, setelah itu pasti sembuh itu atau agak baiklah sakitnya itu.

Informan 4

Ya..ada juga lah. Seperti pilek atau demam-demam biasa. Penyakit-penyakit ringan seperti ini, menurut pengalaman saya biasanya sembuh sendiri. Kita banyak minum dan istirahat, biasanya nanti akan sembuh sendiri. Kalo yang seperti itu belum sakit namanya, itu kecapean aja paling, kelamaan nyangkul di ladang mungkin. Hahaha...


(34)

Informan 5

Kalau sepengetahuan saya tidak ada penyakit yang tidak perlu diobati. Karena setiap sakit, entah panas, pilek sedikitpun pastilah ada obatnya.Yang pasti harus diobati. Entah itu medis maupun tradisional. Gak adanya orang yang mau sakit kan.

Informan 6

Yang ringan-ringan nggaklah semuanya mesti di obati, walaupun yangnamanya penyakit harus diobati. Karena katanya gak ada penyakityang nggak ada obatnya, nanti awalnya pening-pening, batuk-batuk aja, tiba-tiba udah TBC ajanya dia gak tahu-tahu kita kan kalau bukan dokter yang periksa.

Informan 7

Ada juga masyarakat kita yang seperti itu. Bukan karena kepercayaan, tapi karena faktor ekonomi yang sangat minim. Dibiarkan saja, tapi kenyataannya memang sembuh juga. Biasanya penyakit-penyakit ringan, pening, nggak enak badan, atau flu batuk lah palingan. Tapi kalau saya, tidak ada yang seperti itu. kalau sakit yaa ke dokter lah, gak mahal-mahal kalinya kalau sakitnya belum parah.

Informan 8

Kalau penyakit yaa ada obatnya pastinya, tapi yaa gak mungkin kan kita tahu sendiri apa obatnya kalau gak dari pengalaman, sudah pasti kalau mau sembuh cepat yaa ke dokter lah langsung, biar dikaih obat yang cocok sama penyakitnya

Informan 9

Ada pastinya obatnya, cuma kalau sakitnya parah, kita yang gak tahu obatnya, kalau dokter pasti tahu obatnya, apalagi dokter kan banyak, ada khusus-khusus penyakitnya itu. Apa yaa namanya... spesialis. Iya dokter kan banyak spesialisnya, ada penyakit dalam, doker anak, dokter kulit, macem-macem lah, jadi kalau sakit kulit yaa ke dokter kulitlah biar sembuh.


(35)

Berdasarkan Matriks 4.8 diatas, menggambarkan tentang penyakit yang tidak perlu dilakukanproses pengobatan, yang mana enam orang informan mengatakan bahwa tidak ada penyakityang tidak perlu diobati. Setiap menderita suatu penyakit harus dilakukan prosespengobatan baik secara medis maupun tradisional, sedangkan tiga orang informanmengatakan bahwa ada juga penyakit yang tidak perlu dilakukan proses pengobatan karena diyakini akan sembuh sendiri atau penyait yang diderita masih penyakit yang dianggap ringan seperti sakit kepala, flu, batuk, dan sebagainya.

4.3.3 Penyakit yang Dapat Diobati Sendiri (Self Medication)

Ketika informan ditanya akan pandangan dan pendapat mereka tentangpenyakit yang dapat disembuhkan dengan pengobatan sendiri, maka informan memberikan jawaban sebagaimana yang dituliskan dalam Matriks 4.9berikut :

Matriks 4.9 Penyakit yang Dapat Diobati Sendiri (Self Medication)

Informan Pernyataan

Informan 1

Adalah. Terkadang kalau panas, batuk, ya…beli obat ke kedai.Tandanya ya..enggak enak badan. Obat batuk untuk anak-anak dapatdiobati dengan memakai buah jipang yang masih muda direbus dan diperas, kemudian airnya diminum. Atau jeruk nipis yang ditambah dengan kecap. Menurut orang-orang tua bisa sembuh, tapi ya...untuk penyakit yang ringan-ringan saja. Yang penting kan kalau sakit kita obati. Kalau masih bisa sendiri dan obatnya gampang yaa kita obatilah kan dek. Informan 2 O…ada. Tanda-tandanya penyakit ringan. Contohnya


(36)

penyakit pilek atau batuk. Cukup dengan procoldatau mixagripyang dibeli dari warung. Sakit-sakit kepala sikit

(pening) cukup dengan ramuan cabai dan garam yang dioleskan kekening, atau yaa dioles pake balsem. Obat sakit perut yang disebabkan karena kebanyakan makan asam atau mencret diobati dengan meminum air jahe.Kalau luka sikit yaa di cucilah lukanya baru dikasih obat merah, tapi penyakit yang dari zaman dulu sudah ada ya..bukan penyakit yang baru sekarang, bisa kita obati sendiri. Tapi ya...untuk penyakit yang sudah biasa kita alami. Jadi berdasarkan pengalaman bisa kita sembuhkan sendiri, ahh gitu ajalah paling.

Informan 3

Ada. Contohnya sakit kepala. Cukup diobati dengan kapur dan daun sawi, atau kunyit ditambahkan dengan kapur yang kemudian dioleskan di kepala sama persendian. Sakit perut cukup minum air jahe kalau perutnya kembung. Ini biasanya penyakit ringan. Batuk ringan dengan memakan jahe, atau dengan asam yangtelah dibakar yang kemudian di campur dengan kecap. Yaa belajar-belajar dari pengalaman sama cerita oranglah sama cerita orang-orang tua kita dulu.

Informan 4

Sakit perut. Sakit kepala, trus yang sakit-sakit ringanlah. Terkilir juga bisa diobati. Kemudian luka karena kena’ pisau bisa pake minyak tanahlah kan, penyembuhan penyakit ini dilakukan dengan pengobatansendiri karena penyakitnya masih ringan, dan berdasarksn pengalaman dapat sembuh, yaa minum jamu atau tidur cukup ajanya kalau sakit.


(37)

biasa.Misalnya penyakit demam, pilek, sakit kepala atau sakit perut. Cukupbeli obat di kedai atau pake ramuan tradisional seperti gambir yang diseduh dengan air panas, kemudian diminum, pasti sakit perutnya sembuh, atau kalau panas yaa kita kompreslah dahinya pake air biar ilang pasnasnya. Itunya paling.. yaa sakit-sakit orang kampunglah.

Informan 6

Yaa.. kalau panas yaa paling di kompres, kalau batuk-batuk yaa minum air hangat dicampur jeruk nipislah, kalau pening paling olesin balsem aja terus tidur. Itulah paling, yang gampang-gampang aja sakitnya, kalau capek kali badan kusuklah. Kalau beli obat yaa obat-obat warung lah paling bodrex atau Rheumachyl gitulah kalau buat capek-capek, oskadon atau apa kan banyak itu dikedei.

Informan 7

Pasti. Sakit-sakit perut sedikit misalnya. Nggaknya susah

obatnya itu, pake’ gambir yang sudah diiris-iris, baru

dicampur air hangat, kemudian diminum. Langsung sembuh itu. Atau luka karena kena sayat, cukup pake’ daun-daun inilah, tempelin kelukanya biar gak infeksi dia. Kita haluskan daunnya kemudian tempelkan ke luka. Tapi, ya...untuk penyakit-penyakit yang ringan-ringan lah. Itu semua kan berdasarkan pengalaman.

Informan 8

Yaa kalau kita tahu obatnya kita obati sendirilah, misalkan kalau pening-pening sedikit yaa tidurlah sama minum air hangat kan, kalau kena demam anak kita, kita kompres biar panasnya turun, itu aja paling.. kalau pilek batuk itu yaa kita ambil jeruk nipis aja kita ambil airnya terus kasihkan kecap, terus diminum pake air hangat,


(38)

mendingan lah itu jadinya

Informan 9

Kalau masih pilek batuk aja paling yaa beli obat warunglah, kan gak mahal itu, yaa paling minum teh hangat kalau gak enak badan, terus istirahat, kalau pusing yaa minta dikusukin pake balsem atau minyak angin terus tidur. Biasanya mendingan kalau udah kayak gitu

Berdasarkan Matriks 4.9 diatas, menggambarkan tentang penyakit yang bisa disembuhkan dengan melakukan proses pengobatan sendiri, yang mana semua informan mengatakan bahwa ada penyakit yang bisa diobati sendiri, tapi khusus untuk penyakit-penyakit yang sifatnya ringan atau tidak parah. Sakit kepala, sakit perut, luka kena sayat, gatal-gatal ringan dapat diobati sendiri, baik dengan cara membeli obat bebas yang dijual di pasaran seperti bodrex, mixagrip, rheumachyl, obat merah maupun pengobatan tradisional dengan menggunakan ramuan. Hal ini dilakukan masyarakat selain karena biayanya murah, juga berdasarkan pengalaman bahwa penyakit tersebut dapat disembuhkan.

4.3.4 Penyakit yang Pengobatannya Harus ke Pengobatan Tradisional Ketika informan ditanya akan pandangan dan pendapat mereka tentang penyakit yang hanya sembuh jika dibawa berobat ke pengobat tradisional, maka informan memberikan jawaban sebagaimana dituliskan pada Matriks 4.10 berikut


(39)

Matriks 4.10 Penyakit yang Pengobatannya Harus ke Pengobatan Tradisional

Informan Pernyataan

Informan 1

Susah untuk menentukan pastinya. Karena ada sebagian penyakit yang biasapun gejalanya harus dibawa ke tabib.

Misal kesambet makhluk halus, tandanya biasanya berubah dari sikap biasanya, yang biasanya pendiam jadi suka ngomong dan sembarangan nggak teratur, atau tiba-tiba panas tinggi terus kejang-kejang atau teriak-teriak. Obatnya biasanya dengan cara memohon maaf dan memberikan sebatang rokok atau selembardaun sirih, yang diletakkan di tempat kita kesambet yang tentunya informasi tempatnya kita dapat dari tabib. Selanjutnya karena penyakit yang karena dibuat orang atau kena santet atau guna-guna harus keorang pintar, karena akan lebih bahaya kalau dibawa kemedis. Terus kalau patah tulang yaa kita ke dukun patah lah, lama kalau ke dokter sembuhnya.

Informan 2

Penyakit-penyakit yang tidak wajar. Misal, sudah dibawa ke medis, tapi penyakitnya tidak diketahui juga, kemudian karena ajakan temanakhirnya keorang pintarlah. Kalau hasilnya, gimana ya...kadang-kadang sembuh juga sih, tapi banyak juga yang nggak sembuh.Namanya juga berobat. Kalau sembuh yaa syukur, kalau belum sembuh yaa mungkin belum cocok pengobatannya.

Informan 3 Penyakit-penyakit yang seperti itu sih katanya orang-orang, karena yang dibuat orang lain. di guna-gunai


(40)

katanya. Kalau aku sih, kurang tau persis yang seperti apa tanda-tandanya. Kebetulan saya belum pernah berobat ke dukun, tapi kalau mengawani kawan pernah. Pelayanan nya berbeda-beda, ada yang melayani dengan baik dan ada, juga sepertinya kita kurang dilaynai. Tapi yang jelas, tempatnya biasanya kurang bersih karena ramuan-ramuannya itu. Kalau kulihat kawan, ada yang sembuh juga, terus yang nggak sembuh juga ada, maksudnya nggak sembuh di satu orang pintar ini, jadi harus ke orang

pintar yang lain.

Informan 4

Gimanalah mau dibilang ya... Mmm..memang adanya penyakit seperti itu. Penyakit-penyakit yang dibuat orang seperti guna-guna atau santet. Tandanya penyakitnya anehlah.., dah diobati kemedis gaksembuh-sembuh. Sekarang memang sudah jarang, tapi masih ada. Pengalaman dan cerita dari kawan-kawan yang membuat kita semakin percaya. Kalau pelayanannya cukup baik, tapi tempatnya biasanya agak jorok, namanya juga pengobatan di kampung-kampung. Tahu bagus atau gaknya kan dari certa-cerita orang. Kalau hasilnya, sering juga memang sembuh.

Informan 5

Ada. Misalnya lah kena guba-guna orang kan, gak tahu-tahu kita tiba-tiba sakit dia, atau udah dibawa ke dokter tapi gak sembuh-sembuh, atau yaa sakit biasa kalau kita gak ada uang yaa ke alternatiflah, kalau berobat ke dokternya mahal kali kan.

Informan 6

Paling kalau patah tulang yaa ke dukun patah, biasanya kayak gitu, atau kalau obat dari dokter mahal kali, gak sanggup kita beli, yaa ke dukun lah kita, dari pada gak


(41)

diobati sama sekali, terus yaa kalau ada sakit yang gak sembuh-sembuh cobalah minta air doa ke Kyai atau pak Ustadz disinilah biar didoain kan, terus airnya diminum, biasanya sih kek gitu kalau anak kita demam atau gimana, kan ada juga itu istilahnya ketempelan atau kesambet, entah kemana kan dia main-main terus lari-lari sama kawannya, ada yang gak senang... yaa itulah.

Informan 7

Kalau penyakit-penyakit yang seperti itu, istilahnya kena guna-guna, atau sihir ya..sejenis megic. Otomatiskan pengobatannya dengan dukun-dukun. Pengobatan tradisional ini dapatlah dikatakan cukup baik. Namanya saja kita pasien, waktu kita berobat, diservislah. Kenapa saya berpikiran untuk membawa pengobatan ke pengobatan tradisional, karena berdasarkan pengalamanlah terhadap penyakit itu. Kemudian usul dari teman-teman. Kalau hasilnya, ada yang sembuh, tapi ada juga yang gaksembuh-sembuh, dalam arti kata tidak semua jenis penyakit yang kita bawa ke orang pintar yang satu dapat disembuhkannya semua, jadi kadang-kadang kita pergi ke orang pintar yang lainlah.

Informan 8

Ooooh kalau yang itu paling yaa kalau mau biayanya lebih murah, yaa baru ke tradisional atau alternatif, kayak patah tulang atau keseleo, kan harus ke dukun patah atau tukang urut kalau mau cepet baik dia. Terus yaa kayak sakit-sakit yang dibilang orang itu karena gaib-gaib atau gangguan setan gitu lah, entah kena santet atau pelet orang itu barulah ke orang pintar. Informan 9 Kalau misalkan yang sakit aneh lah.. udah lama dia


(42)

curiga mungkin karena “dikerjain” atau di guna-guna orang, atau kesurupan, teriak-teriak, yaa kita panggilah orang pintar biar sembuh dan hilang kesurupannya.

Berdasarkan Matriks 4.10diatas, menggambarkan tentang penyakit yang pengobatannya harus kepengobatan tradisional. Semua informan mengatakan bahwa ada penyakit yang memang pengobatannya harus dibawa ke pengobatan tradisional seperti sakit karena disebabkan gangguan makhluk halus, penyakit karena dibuat oleh orang lain seperti santet atau guna-guna, atau penyakit khusus seperti patah tulang yang harus ke dukun patah, penyakit yang sudah dibawa ke pengobatan medis, namun juga belum sembuh, maupun karena biaya pengobatan medis yang mahal sehingga harus berobat ke pengoatan alternatif atau pengobatan tradisional. Berdasarkan pengalaman informan tidak akan sembuh jika dibawa ke pengobat medis. Masyarakat memilih melakukan pengobatan ke pengobatan tradisional karena berdasarkan pengalaman, pengaruh dari teman maupun orang-orang tuapenyakit seperti itu hanya dapat disembuhkan melalui pengobatan tradisional ke dukun, tabin, atau orang pintar lain. Hasilnya, proses pengobatan tradisional tidak selalu berjalan dengan mulus ketika berobat ke salah satu orang pintar namun belum bisa sembuh, sehingga harus beralih kepada orang pintar yang lain

4.3.5 Penyakit yang Pengobatannya Harus ke Pengobatan Medis

Ketika informan ditanya akan pandangan dan pendapat mereka tentangpenyakit yang hanya sembuh jika dibawa berobat ke pengobatan medis,


(43)

maka informanmemberikan jawaban sebagaimana dituliskan dalam Matriks 4.11berikut :

Matriks 4.11 Penyakit yang Pengobatannya Harus ke Pengobatan Medis

Informan Pernyataan

Informan 1

Paru-paru, jantung, malaria, disentri, muntaber, DBD. Pokoknya penyakit-penyakit yang baru lah, bukan penyakit-penyakit zaman dulu. Penyakit-penyakit seperti ini langsung kita bawa kepengobatan medis, karena kita

sudah tahu, penyakitnya tidak dipengaruhi atau dibuat karena hal-hal yang aneh.. Jelaslah harus dibawa ke medis. Pelayanan medis ini bagus. Berkebalikanlah dengan pelayanan ke pengobat tradisional. Semuanya sudah disiapkan mereka secara lengkap. Tapi memang biayanya lebih mahal, yaa untungnya kan kalau sekarang ada BPJS itu yaa.. kalau punya itu yaa syukurlah kan agak ke bantu juga kita.

Informan 2

Kalau yang seperti itu adalah. Penyakit luar yang wajib dibawa ke medis contohnya luka yang sangat besar ataupun patah tulang karena kecelakaanlah dia. Ataupun luka besar maupun dalam, ya..otomatis wajiblah dibawa ke medis. Karena berhubungan dengan suntik, bius segala macamnya ataupun jahit. Itu kalau penyakit luar, kalau penyakit dalam contohnya seperti maag dan thypus. Tanda-tanda penyakit yang harus dibawa kemedis ini, luka yang sangat lebar. Kalau untuk


(44)

penyakit dalam, penyakit-penyakit yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium. Kalau pelayanan medis, ya...sangat memuaskanlah. Segala macam cara dibuat agar kita tertarik. Paling Cuma agak mahal lah dia kan.

Informan 3

Katanya orang penyakit jantung, liver, kencing manis. Banyak lagi. Penyakit-penyakit yang baru lah pokoknya. Sekarang kan penyakit banyak kali, diabetes lah, tulang keroposlah. Kalau untuk pengobatan medis sih bagus, pelayanannya baik, tempatnya bersih. Tapi kadang-kadang ada yang pemarah juga. Udah itu biayanya besar.

Informan 4

Wah…kalau itu banyak sekali, karena makanan

sekarang semua sudah mengandung bahan kimia semuanya, jadi banyak kalilah penyakit aneh-aneh sekarang. Contohnya penyakit gula, kencing manis, kanker, TBC, jantung. Penyakit-penyakit yang baru muncul di zaman sekarang, kalau dulu penyakit-penyakit itu tidak ada, makanya pengobatan tradisionalnya tidak ada. Apalagi sekarang... bermacam-macam sudah orang berkumpul. Ada Batak, Karo, belum lagi kawan kita Jawa, jadinya sudah kurang manjur kalau obat dukun ini, soalnya masyarakat juga sudah mulai kurang percaya. Jadi ke medislah jadinya. Kalau ke medis pelayanannya memang bagus, tempatnya bersih, tapi nggak semua juga penyakit yang kita bawa ke medis sembuh.

Informan 5

Banyak. Demam, batuk, pilek, lever, ginjal, paru-paru. Biasanya lebih mujarab atau manjurlah dibandingkan dengan tradisional. Pemikiran seperti ini kita dapat dari logika saja, gak perlu ajakan dari orang lain, timbul dari


(45)

hati dan pengalaman ketika mengalami sakit. Kalau aku sih, lebih percaya ke medis.

Informan 6

Kalau penyakit yang harus dibawa ke medis, seperti tipus, disentri dan lain-lain. Tanda-tandanya sering panas dan demam, apalagi sudah berulang kali ke dukun tidak sembuh-sembuh juga, ya….harus ke medislah. Kita pergi ke medis tanpa ada ajakan dari pihak manapun, secara pribadi saja, karena menurutku 90% penyakit itu bisa diobati ke medis. Pelayanan ke medis ini bagus, tempatnya bersih, dokternya kan udah paten-paten kali sekarang. Rumah sakitnya juga udah besar-besar kan, kalau mau berobat medis yaa bagsunya ke Medan aja lah langsung kita.

Informan 7

Ya..ada juga seperti kencing manis, jantung, paru-paru, liver, diabetes, terus TBC. Itukan mesti ke medis, kalau tanda-tanda khusus, gak tahu ya...tapi biasanya penyakit yang baru lah, penyakit yang zaman dulu belum ada. Mungkin karena banyak bahan-bahan kimia sekarang. Kalau pelayanan medis itu saya lihat bagus, bersih-bersih. Tapi memang biayanya mahal lah kalau di bandingkan dengan ke pengobatan tradisional.

Informan 8

Kalau sakit parah atau mau operasi yaa harus ke rumah sakitlah. Kan udah canggih alat-alat sekarang kalau kita sakit dan ada duit untuk berobat yaa bagusnya ke rumah sakit, apalagi kalau penyakitnya harus operasi kayak penyakit kanker, entah tumor gitulah.

Informan 9

Pada umunnya yaa kalau sakit memang harus ke rumah sakit, paling minimal ke Puskesmas atau Bidan yang dekat-dekat sini prakteknya. Kalau ke dokter kan, tahu dokternya sakit kita apa, jadi bisa di kasih obat yang


(46)

cocok untuk buat penyakitnya hilang. Terus kalau sakiy-sakit yang parahlah, kayak TBC, jantung, yaa kan harus ke dokter spesialis kalau sakit kayakl gitu.

Berdasarkan matriks 4.11diatas, menggambarkan tentang penyakit yang pengobatannya harus ke pengobatan medis. Semua informan mengatakan bahwa ada penyakit yang memang pengobatannya harus dibawa ke pengobatan medis. Pada umumnya semua penyakit yang baru, bukan penyakit yang sudah ada sejak zaman dulu atau penyakit yang tingkat keparahannya dianggap tinggi oleh masyarakat, seperti penyakit gula, kanker, kencing manis, tipus, liver, paru-paru, jantung dan lain-lain, sehingga jenis pengobatan tradisional untuk menyembuhkan penyakit tersebut belum ada atau kurang dipercaya dapat menyembuhkan. Luka yang sangat dalam dan sangat lebar seperti karena kecelakaan juga harus di bawa ke pengobatan medis.

4.3.6 Penyakit yang Penyembuhannya Harus ke Pengobatan Tradisional Sekaligus ke Pengobatan Medis (Fragmentation)

Ketika informan ditanya akan pandangan dan pendapat mereka tentangpenyakit yang hanya sembuh jika dibawa berobat ke pengobatan tradisional sekaligus ke pengobatan medis (fragmentation), maka informan memberikan jawaban sebagaimana dituliskan pada Matriks4.12berikut :

Matriks 4.12 Penyakit yang Penyembuhannya Harus ke Pengobatan Tradisional Sekaligus ke Pengobatan Medis (Fragmentation)


(47)

Informan 1

Ooo.. ada juga. Misal seperti penyakit paru-paru yang“Bibitnya” (bibit penyakit.) ada, karena mungkin berbuat salah keorang lain. Jadi “bibitnya” dikeluarkan dulu, baru kemudian bisa diobati oleh medis. Karena kalau hanya dengan pengobatan medis, “bibitnya” gak bisa keluar, jadi perlu pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional, gak bisa menyembuhkan bekas luka karena penyakit tersebut, jadi butuh pengobatan medis untuk menyembuhkan lukanya, jadi wajib di kombinasikan pengobatannya. Tandanya, kalau kita sudah obatkan ke tradisional. Misalnya, hasilnya gak sembuh total.

Informan 2

Ada juga. Misal terkilir atau patah tulang karena kecelakaan. Kita bawa ke pengobatan tradisional, tukang kusuk untuk menyambungnya karena tukang kusuk yang ahlinya, tapi untuk bekas lukanya itu harus ke medis biar gak infeksi. Sekalian dia, kalau gak ya... lamalah sembuhnya, atau mungkin gak sembuh-sembuh, kalau ke medis doang.

Informan 3

Mmm. Ada juga. Istilahnya seperti penyakit yang tadi. Yang kena sakit guna-guna itu, bisa juga kita bawa ke medis dan tradisional. Namun tradisionalnya yang dominan. Ke medis dibawa untuk mengurangi rasa sakit dan gatalnya saja. Kita mungkin perlu bius dan tablet untuk menghilangkan gatalnya. Trus penyakit maag tadi juga bisa kita bawa ke tradisionalsekaligus ke medis. Tapi sebatas hanya menjaga makanan lah..misalminum air daun jambu biji. Hanya lebih dominanpengobatannya ke medis. Pengobatan itu kan


(48)

sejalan, kombinasi dia.

Informan 4

Kalau yang seperti itu gimana ya... kurang tau pasti aku. Tapi memangada juga yang seperti itu. Macam tetangga sebelah inilah. Sakit anaknya itu diobatinya ke medis, diobatinya juga ke tradisional. Sakitnya itu mukanya pucat, badannya kuning. Diobatinya ke medis, juga ke tradisional. Tapi memang belum sembuh. Kadang penyakit sekarang aneh-aneh, jadi ke dokter sama ke dukun jugalah sekalian biar makin cepat sembuh sakitnya itu.

Informan 5

Akulah itu... Dua-duanyanya kupakai bersamaan. Itu untuk penyakit-penyakit yang komplikasilah. Misalnya terlalu lama seseorang menderita penyakit karena dibuat (diguna-gunai) orang lain, sehingga bekas-bekasnya harus diobati dengan pengobatan medis. Anggota badan yang digerogoti oleh ulat-ulat yang dikirimkan, akhirnya membuat anggota badan luka. Jadi pengobatannya harus digabung. Untuk mengeluarkan bibitnya atau ulatnya dengan menggunakan pengobatan tradisional dan untuk bekasnya dengan menggunakan pengobatan medis. Tanda-tandanya, kadang-kadang penyakitnya, penyakit yang biasa menurut medis, tapi tidak sembuh-sembuh juga. Jadi yang pertama itu kita harus ke dukun untuk mengeluarkan ulatnya dan bibit penyakitnya baru kemudian kemedis. Hal-hal seperti itu diarahkan oleh orang tua, orang-orang pintar zaman dulu.

Informan 6

Ada. Contohnya penyakit terkilir pada anak-anak. Kita datang ke medis, setelah dikasih obat penurun panas baru kita bawa ke tukang kusuk, karena meluruskan urat lebih jago tukang kusuk. Hal seperti ini ditandai dengan


(49)

kondisi panas badan anak yang tidak merata. Misal, badan anak panas tetapi telapak tangan dan kakinyadingin. Berarti ada yang salah di badannya. PemahamanPemahaman seperti ini muncul karena pengalaman, apalagi anakku kan gak Cuma satu, jadi harus tahu kan tiap anak ada beda-bedanya kadang kalau sakit kan.

Informan 7

Mm...ada juga. Misal penyakit karena kena guna-guna Kita obati kedukun kampung, kita obati juga ke medis. Gitu kata kawan, kita ikuti saran mereka. Soalnya sudah diobati ke tradisional gak sembuh, ke medis juga gak sembuh, ya... mungkin aja harus dua-duanya. Gak tahu pasti kita kan apa sebab sakitnya, kadang kata dukun beda, kata dokter juga beda, jadi harus dua-duanya kan.

Informan 8

Itu sih alasan besarnya supaya cepet sembuh, yaa ke medis juga berobat dan ke alternatif juga berobat. Yaa.. kalau dari ceroita-cerita orang kan kek gitu, ada katanya orang pintar yang bisa nyembuhin penyakit, yaa kesanalah kita berobat, ada katanya dokter yang paten yaa kesana jugalah kita berobat, intinya kalau sakit ini kita cuma pengen sehat ajanya kan, itu ajalah paling yang penting kan kalau sakit harus berobat biar sakitnya hilang.

Informan 9

Hmmm... kalau seperti itu kurang tahu juga, kalau pendapat saya sih bisa juga sih pake keduanya, mau pake yang alternatif maupun pake yang tradisonal, dua-duanya sah-sah saja, namanya juga ikhtiar cari obat biar sembuh kalau sakit, kadang kalau cuma berobat ke dokter kan belum pasti sembuh dia sakitnya kan, entah baru ketemu obatnya kalau udah berobat ke alternatif


(50)

atau ke tabib gitulah.

Berdasarkan Matriks 4.12diatas, menggambarkan tentang penyakit yang pengobatannya harus ke pengobatan tradisional sekaligus ke pengobatan medis modern. Semua informan mengatakan bahwa ada penyakit yang memang pengobatannya harus demikian. Hal ini dilakukan agar prosesnya cepat sembuh dan hasilnya maksimal, karena kalau hanya menggunakan salah satu jenis pengobatan saja, sembuhnya mungkin sulit atau bahkan mungkin tidak sembuh-sembuh. Misal penyakit paru-paru yang disebabkan karena di guna-guna orang

lain, “bibit” (racun yang dikirimkan oleh orang lain, baik melalui makanan

maupun melalui doa-doa) penyakitnya harus dikeluarkan dengan cara pengobatan tradisional, namun bekas lukanya harus disembuhkan dengan pengobatan medis, ataupun kasus sakit seperti patah tulang, membutuhkan pengobatan ke dukun patah untuk menyembuhkan patah tulangnya, namun juga harus ke pengobatan media atau ke dokter untuk mengobati rasa sakit atau mendapatkan obat penghilang rasa sakitnya.

4.3.7 Proses Membatalkan atau Penghentian Proses Pengobatan (Discontinuity)

Ketika informan ditanya akan pandangan dan pendapat mereka tentang penyakit yang tidak dapat disembuhkan, sehingga melakukan proses membatalkan atau penghentian proses pengobatan (discontinuity), maka informan memberikan jawaban sebagaimana dituliskan pada Matriks 4.13 berikut :


(51)

Matriks 4.13 Proses Membatalkan atau Penghentian Proses Pengobatan (Discontinuity)

Informan Pernyataan

Informan 1

Kalau yang seperti itu, ya... tidak ada. Semua penyakit pasti ada obatnya. Hanya saja karena benturan ekonomi, ini sering terjadi. Jadi pasrah saja, ataupun karena penyakitnya parah ali, dan udah capek berobat kemana-mana.

Informan 2

Tidak ada itu. Tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya. Tapikadang-kadang tidak ketemu. Jadinya pasrah...

Informan 3

Kalau aku mengatakannya tidak ada. Yang paling penting pengobatan dan kita berusaha. Selagi mampu harus terus diobatkan. Tuhan pun kan bilang

“berusahalah kamu”. Jadi nggak ada kata berhenti, kalau

sudah berobat harus sampai tuntas. Biar sembuhnya gak setengah-setengah dan penyakitnya gak kambuh-kambuh lagi.

Informan 4

Kalau yang seperti itu mungkin tidak ada. Cuma, hanya saja keputusasaan seseorang itu, sehingga muncul bahasa “sudahlah tidak perludiobati lagi”. Namun yang namanya penyakit, tidak ada yang pengobatannya berhenti di tengah jalan. Yaa paling karena udah habis uang kan, terus udah gak ada yang bisa bantu. Tapi jaranglah kek gitu, kalau yang sakit orang kampung pasti warga kampungnya sama-sama bantu., dikampung kan masih bisa kita sama-sama bantu, yaa walaupun sedikit kalau rame-rame kita kan cukup juganya itu. Informan 5 Sebenarnya itu tidak ada. Hanya saja karena faktor


(52)

ekonomi dan penyakit yang diderita tidak kunjung sembuh, akhirnya pasrah dan memberhentikan proses pengobatan.

Informan 6

Tidak ada penyakit yang seperti itu. Namun karena persoalan dana, banyak juga yang seperti itu. Pasrah menerima, tapi kalau masih ada uang pastilah terus diobati.

Informan 7

Wah...kalau penyakit yang seperti itu tidak ada nak. Semua penyakit pasti ada obatnya, kecuali satu, ajal. He..he..he... Kalau emang udah gitu takdirnya dia meninggal kan, yaa itu udah takdir.

Informan 8

Kalau udah sembuh total barulah berhenti berobatnya, kalau masih sakit yaa ngapain berhenti berobat, kalau masih ada uang yaa lanjut berobah biar bisa sembiuh total, tapi kalau udah habis uang kita yaa kekmana mau dibuat, yaa pasrahlah, syukur-syukurkan ada yang bantu untuk biaya berobat kalau kita sakit kan

Informan 9

Kalau udah sehat, udah bisa kerja, barulah berhenti berobatnya. Tapi kalau masih sakit tapi harus berhenti berobat, yaa gimana mau dibilangkan, gak ngerti juga, namanya juga kondisi ekonomi orang kan beda-beda kalau udah gak sanggup lagi berobat yaa apa boleh buat. Yaa tapi kan seharusnya gak boleh kayak gitu namanya juga sakit yaa harusnya kan berobat sampe tuntas aja gitu, sampe bener-bener sembuh total.

Berdasarkan Matriks 4.13 diatas, menggambarkan tentang penyakit yang dalam masa pengobatannya, proses pengobatannya dicukupkan ataupun tidak dilanjutkan lagi. Semua informan menyatakan bahwa tidak ada penyakit yang demikian. Setiap penyakit pasti ada obatnya. Hanya saja karena permasalahan ekonomi dan juga sudah berusaha tapi tidak juga sembuh, akhirnya timbul rasa


(53)

pasrah sehingga proses pengobatannya tidak dilanjutkan lagi walaupun proses pengobatannya belum selesai dan masih dalam keadaan sakit.


(54)

BAB V PEMBAHASAN

Pandangan masyarakat tentang batasan sehat maupun batasan sakit tidak selalu sama di antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Pandangan ini menyebabkan masyarakat tidak selalu melakukan cara yang sama dalam hal menyembuhkan penyakit yang diderita. Artinya ketika mengalami sakit, sebagian besar orang-orang akan melakukan pengobatan dengan berbagai cara. Proses yang dilakukan anggota masyarakat dalam mencari pemecahan terhadap masalah kesehatan yang dialami, dilakukan dengan cara memanfaatkan pengobatan medis dan non medis sebagai pilihan dalam berobat, bahkan ada yang menggabungkannya dalam proses pengobatan. Pola pengobatan yang dilakukan didasarkan kuat oleh pola pencarian pengobatan yang dipahami.

5.1 Gambaran Karakteristik Informan tentang Pola Pencarian Pengobatan

5.1.1 Umur

Dari hasil penelitian umur informan bervariasi antara 26 – 64 tahun, dimana ditemukan golongan umur tersebut memilih pengobatan medis maupun non medis dalam mengobati penyakit yang dialaminya. Dalam memilih jenis pengobatan antara informan yang berumur dewasa muda (< 50 tahun) ataupun dewasa tua (> 50 tahun) tidak ada perbedaan yang mendasar terhadap kepercayaan dan keyakinan akan jenis pengobatan medis maupun non medis. Pemilihan jenis pengobatan di dasarkan pada jenis penyakit yang di derita. Kesimpulan ini dapat kita lihat dari pernyataan informan kelompok umur dewasa


(55)

muda (< 50 tahun) ataupun dewasa tua ( > 50 tahun), bahwa yang namanya sakit harus segera diobati, sebagai berikut :

Yang pasti berobatlah kalau sakitnya sudah nggak tertahan lagi. Apapun proses pengobatannya. Mau medis, mau tradisional, mau ke dokter atau ke tabib yang pasti berobat. ” (Matriks 4.7 informan 1; pernyataan untuk usia < 50 tahun ).

Kalau sakit yang pertama kali itu kepuskesmaslah, kemedis dulu. Kemudian kalau tidak sembuh baru kedukun” (Matriks 4.7 informan 7; pernyataan untuk usia > 50 tahun)

Demikian juga pandangan informan akan penyakit ringan yang tidak perlu di obati. Tidak ada perbedaan yang mendasar. Baik dewasa muda maupun dewasa tua memiliki pandangan yang hampir sama sebagaimana pernyataan informan berikut :

Ya.. ada juga lah. Seperti pilek atau demam-demam biasa. Penyakit-penyakit ringan seperti ini, menurut pengalaman saya biasanya sembuh sendiri. Kita banyak minum dan istirahat, biasanya nanti akan sembuh sendiri” (Matriks 4.8 informan 4, pernyataan untuk usia < 50 tahun). “Biasanya penyakit-penyakit ringan, pening, nggak enak badan, atau flu batuk lah palingan. Tapi kalau saya, tidak ada yang seperti itu. kalau sakit yaa ke dokter lah, gak mahal-mahal kalinya kalau sakitnya belum parah”.(Matriks 4.8 informan 7, pernyataan untuk usia > 50 tahun).

Pencarian pengobatan yang dilakukan informan ketika mereka sedang sakit adalah berdasarkan kepercayaan dan keyakinan masing-masing bukan karena tingkat umur seperti yang disebutkan Kalengi (1994), bahwa masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional sebagaian besar pada kelompok umur tua, karena pengobatan tradisional tersebut biasanya diperoleh secara turun-temurun atau berdasarkan pengalaman.


(56)

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Tinendung (2011) yang menjelaskan bahwa masyarakat akan memilih alternatif pengobatan baik secara modern maupun tradisional untuk menyembuhkan penyakit yang diderita, tanpa adanya pertimbangan faktor umur. Hal ini didasari prinsip bahwa semua jenis umur memiliki hak yang sama untuk memperoleh pengobatan apabila sedang mengalami sakit.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Raflis (2013) yang menjelaskan bahwa umur tidak memengaruhi keputusan seseorang untuk mengambil langkah pengobatan apabila mengalami sakit. Sebagian besar jenis penyakit tidak spesifik menyerang kelompok umur tertentu dan relatif dapat tejadi pada semua kelompok umur, sehingga semua kelompok umur memiliki kesemapatan yang sama memperoleh kesembuhan apabila terkena sakit atau penyakit.

5.1.2 Jenis Kelamin

Dari sembilan orang informan, enam orang berjenis kelamin laki-laki dan tiga orang berjenis kelamin perempuan. Dalam hal pencarian pelayanan pengobatan, laki-laki lebih memilih memastikan terlebih dahulu penyakitnya, jika memang masih dapat tidak dilakukan proses pengobatan baik pengobatan tradisional maupun medis, karena menurut batas ukuran mereka masih merupakan penyakit yang ringan (misalnya, pilek atau demam biasa) maka tidak akan dilakukan pengobatan. Sedangkan bagi perempuan, yang namanya sakit harus segera dilakukan pengobatan baik secara medis maupun pengobatan tradisional. Kesimpulan ini didapat dari pernyataan berikut :


(57)

Tergantung penyakitnya apa dulu...kalau sakit ringan-ringan aja seperti panas, atau demam biasa, kita tunggu aja dulu atau tidur lah dulu. Kalau

beberapa hari belum sembuh-sembuh baru dibawa berobat.” (Matriks 4.7

informan 2 : pernyataan dari informan laki-laki) .

Kalau sakit haruslah diobati. Gak ada penyakit yang sembuh sendiri. Nanti makin parah kalau dibiarin kan, nanti tiba-tiba udah parah aja, kan dokternya yang tahu penyakit apa sama obatnya kalau kita sakit kan.” (Matriks 4.7 informan 5 : pernyataan dari informan perempuan).

Dalam hal ini, terlihat bahwa laki-laki biasanya menganggap remeh terhadap suatu permasalahan kesehatan. Beda halnya dengan perempuan yang memang sudah sewajarnya harus segera melakukan pertolongan terhadap bahaya yang mengancam (sakit). Hal ini sejalan dengan pandangan Foster dan Anderson (2005) yang menyatakan bahwa perempuan (Ibu) umumnya lebih peduli terhadap kondisi kesehatan keluarga.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukanoleh Tinendung (2011) yang menjelaskan bahwa dalam keluarga biasanya ibu memiliki peranan yang paling penting dalam proses penyembuhan anggota keluarga yang sakit, perasaan ibu akan sangat sensitif apabila ada keluarga yang sakit dan dengan segera akan melakukan upaya pencarian pengobatan baik secara modern maupun tradisional apabila ada anggota keluarga yang sakit agar segera mendapatkan penyembuhan.

Hal serupa dengan hasil penelitian ini juga dijelaskan oleh hasil penelitian Raflis (2013) yang menjelaskan bahwa perempuan memiliki tingkat emosional dan sensitivitas yang tinggi dalam merespon suatu keadaan atau kondisi sakit, sehingga seorang perempuan akan lebih cepat dalam mencari pola pengobatan


(1)

x

3.4.1. Data Primer ...45

3.4.2. Data Sekunder ...45

3.5. Definisi Istilah ...46

3.6. Tahap-Tahap Pelaksanaan ...47

3.6.1.Tahap Persiapan Penelitian ...47

3.6.2.Tahap Pelaksanaan Penelitian ...48

3.7. Alat Bantu Penelitian ...48

3.7.1 Pedoman Wawancara ...49

3.7.2. Alat Perekam ...49

3.8. Teknik Analisis Data ...49

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...53

4.1.1. Gambaran Geografis Desa Baru Kecamatan Pancur Batu ...53

4.1.2. Gambaran Demografis Desa Baru Kecamatan Pancur Batu ...54

4.1.3. Gambaran Sarana dan Prasarana Umum di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu ...58

4.2. Karakteristik Informan ...63

4.3. Gambaran Pola Pencarian Pengobatan Masyarakat Desa Baru ...64

4.3.1. Reaksi Informan Jika Ada Anggota Keluarga Sakit ...64

4.3.2. Penyakit Yang Tidak Perlu Diobati ...67

4.3.3. Penyakit Yang Dapat Diobati Sendiri ...69

4.3.4. Penyakit Yang Pengobatannya Harus ke Pengobatan Tradisional ...72

4.3.5. Penyakit Yang Pengobatannya Harus ke Pengobatan Medis ...79

4.3.6. Penyakit Yang Pengobatannya Harus ke Pengobatan Tradisional Sekaligus ke Pengobatan Medis (Fragmentation) ...80

4.3.7. Proses Membatalkan atau Penghentian Proses Pengobatan (Discountinuity) ………... ...84

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Informan tentang Pola Pencarian Pengobatan ...88

5.1.1. Umur ...88

5.1.2. Jenis Kelamin ...90

5.1.3. Suku Bangsa ...92

5.1.4. Tingkat Pendidikan ...93

5.1.5.Jenis Pekerjaan ...95

5.1.6. Penghasilan ...96

5.1.7. Jumlah Tanggungan ...98

5.1.8 Agama ...99

5.2. Gambaran Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pola Pecarian Pengobatan Masyarakat di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu ...100

5.2.1. Dukungan Budaya ...100

5.2.2. Dukungan Keluarga dan Masyarakat ...102

5.2.3 Pengalaman Pengobatan ...103

5.3. Pola Pencarian Pengobatan Informan ...105

5.3.1. Tindakan Informan Jika Anggota Keluarga Terkena Penyakit ...105


(2)

5.3.2. Penyakit yang Tidak Perlu Diobati ...107

5.3.3. Penyakit yang Dapat Diobati Sendiri ...109

5.3.4. Penyakit yang Harus Dibawa ke Pengobatan Tradisional ...110

5.3.5. Penyakit yang Harus Dibawa ke Pengobatan Medis...112

5.3.6. Penyakit yang Proses Pengobatannya Harus Dikombinasikan antara Pengobatan Medis dengan Pengobatan Tradisional ...113

5.3.7. Penyakit yang Proses Pengobatannya Harus Dicukupkan di Tengah Masa Pengobatan ...115

5.4. Spesifikasi Masyarakat Desa Baru dalam Pola Pencarian Pengobatan ....116

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ...118

6.2. Saran ...119

DAFTAR PUSTAKA ...121 DAFTAR LAMPIRAN


(3)

xii

DAFTAR TABEL

Matriks 4.1 Jumlah Penduduk dan Jenis Kelamin Menurut Data Kantor Kepala

Desa Tahun 2015 ... 54

Matriks 4.2 Karakteristik Penduduk Desa Baru Berdasarkan Mata Pencaharian tahun 2015 ... 55

Matriks 4.3 Karakteristik Penduduk Desa Baru Berdasarkan Tingkat Pendidikan tahun 2015 ... 56

Matriks 4.4 Karakteristik Penduduk Desa Baru Berdasarkan Agama Tahun 2015.. ... 57

Matriks 4.5 Karakteristik Penduduk Desa Baru Berdasarkan Suku Bangsa Tahun 2015 ... 57

Matriks 4.6 Karakteristik Informan ... 63

Matriks 4.7 Reaksi Informan Jika Ada Anggota Keluarga Sakit ... 64

Matriks 4.8 Penyakit yang Tidak Perlu Diobati ... 67

Matriks 4.9 Penyakit yang Dapat Diobati Sendiri (Self Medication) ... 69

Matriks 4.10 Penyakit yang Pengobatannya Harus Ke Pengobatan Tradisional ... 73

Matriks 4.11 Penyakit yang Pengobatannya Harus ke Pengobatan Medis ... 77

Matriks 4.12 Penyakit yang Penyembuhannya Harus ke Pengobatan Trradisional Sekaligus ke Pengobatan Medis (Fragmentation ... 80

Matriks 4.13 Proses Membatalkan atau Penghentian Proses Pengobatan (Discontinuity) ... 85


(4)

DAFTAR GAMBAR


(5)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dwi Ramadhani Murti

Tempat Lahir : Kerasaan 1, Pematang Bandar

Tanggal Lahir : 05 Februari 1994

Suku Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Nama Ayah : Juliano

Suku Bangsa Ayah : Jawa

Nama Ibu : Rubinem

Suku Bangsa Ibu : Jawa

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Bersaudara : 2 (dua) bersaudara

Alamat rumah : Kp.Hulam Kerasaan 1,Pematang Bandar

Riwayat Pendidikan

Tahun 1999 – 2005 : SD Muhammadiyah Kerasaan 1 Tahun 2005 – 2008 : MTs Al-jihad Kerasaan 1