Tingkat Pengetahuan Pasien dan Rasionalitas Swamedikasi di Empat Apotek Kecamatan Medan Marelan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Apotek
2.1.1 Pengertian Apotek
Apotek berasal dari bahasa Yunani apotheca, yang secara harfiah berarti
“penyimpanan”. Dalam bahasa Belanda, apotek disebut apotheek, yang berarti
tempat menjual dan meramu obat. Apotek juga merupakan tempat apoteker
melakukan praktik profesi farmasi sekaligus menjadi peritel. Sementara menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI) No.
1332/Menkes/SK/X/2002, tentang perubahan atas Peraturan Menkes RI No.
992/Menkes/PER/X/1993 mengenai ketentuan dan tata cara pemberian izin
apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu yang
digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan
farmasi kepada masyarakat. Sedangkan, menurut PP No. 51 Tahun 2009, apotek
adalah sarana pelayanan kefarmasian atau tempat dilakukannya praktik
kefarmasian oleh apoteker (Bogadenta, 2012).
Menurut ketentuan umum Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992,
yang dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian meliputi pembuatan, pengolahan,
peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat
atau bahan obat; pengadaan, penyiapan, penyaluran dan penyerahan perbekalan

farmasi lainnya, serta pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang
terdri atas obat, bahan obat, obat asli Indonesia (simplisia), alat kesehatan, dan
kosmetika. Sedangkan pelayanan kefarmasian adalah suatu layanan langsung dan

19
Universitas Sumatera Utara

bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi, dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Oleh sebab itu, sebagai salah satu sarana kesehatan, dalam pelayanannya, apotek
harus mengutamakan kepentingan masyarakat, yaitu menyediakan, menyimpan,
dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik (Bogadenta, 2012).
2.1.2 Tugas dan Fungsi Apotek
Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah
1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan apoteker.
2. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusikan sediaan
farmasi, antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika.
4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

pengadaan,

penyimpanan

dan

pendistribusian

atau

penyaluran

obat,

pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional (Bogadenta, 2012).

2.2 Prinsip-prinsip dasar dalam swamedikasi.
Masyarakat dibanjiri dengan berbagai obat, ditawarkan oleh produsen
melalui iklan-iklan. Semua iklan meyatakan produknyalah yang paling manjur,

paling cepat menyembuhkan, rasa yang enak, dan sebagainya. Belum lagi suatu
obat dikenal dengan baik, obat baru yang sejenis sudah muncul lagi. Mungkin
sudah sulit dihitung berapa macam obat untuk sakit kepala, flu, batuk, pegalpegal, vitamin, yang membuat konsumen sulit memilihnya. Barangkali mereka

20
Universitas Sumatera Utara

akan selalu mencoba produk baru yang ditawarkan dan membandingkan
khasiatnya berdasarkan pengalaman dan perasaan. Sesunggunya dari sekian
banyak merek obat tersebut seringkali mengandung isi yang sama atau hampir
sama dan bahwa tidak semua obat memiliki kemanjuran yang sama untuk pribadi
yang berbeda (Widodo, 2004)
Leaflet obat merupakan informasi singkat berkaitan dengan obat. Biasanya
berupa tulisan pada kertas kecil yang ditempelkan pada tiap strip obat atau
lembaran lepas dalam tiap dos, atau bisa juga tertera pada kemasan obat.
Informasi yang diberikan umumnya meliputi:
a. Komposisi, yakni obat/zat aktif apa saja yang terkandung dalam obat beserta
jumlah masing-masing.
b. Cara kerja obat, sebagai apa atau dengan cara bagaimana obat bekerja.
c. Indikasi, yaitu kegunaan obat dalam pengobatan penyakit.

d. Dosis atau cara pemakaian, besarnya obat yang boleh digunakan dalam sekali
pakai dan dalam sehari sesuai berat badan atau umur pengguna.
e. Kontraindikasi, yaitu siapa yang tidak boleh menggunakan obat berkaitan
kondisi tubuh pengguna.
f. Efek samping, efek-efek tidak diinginkan yang dapat muncul akibat
penggunaan obat.
g. Peringatan dan perhatian, hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh
pengguna.
h. Interaksi obat, yaitu pengaruh yang disebabkan oleh obat ataupun makanan bila
digunakan bersamaan dengan obat tersebut.

21
Universitas Sumatera Utara

i. Waktu kadaluarsa, yaitu waktu yang menunjukkan batas akhir obat masih
memenuhi persyaratan seperti semula, sehingga sebaiknya obat digunakan
sebelum batas waktu tersebut.
Selain informasi tersebut sering pula ada beberapa informasi tambahan
lain seperti cara penyimpanan, mekanisme kerja dan lain sebagainya yang perlu
diketahui sebelum memilih obat (Widodo, 2004).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat adalah:
a. Pilihlah obat yang paling khusus untuk penyakit. Sangat penting mengetahui
secara cermat penyakit yang akan diobati. Ketepatan dalam memahami
penyakit adalah separuh jalan menuju pengobatan yang tepat. Contohnya
penyakit batuk, harus diperjelas apakah berjenis batuk berdahak ataukah batuk
kering.
b. Mengacu kepada kondisi tubuh. Adalah tidak benar anggapan yang
menyatakan bahwa obat yang manjur untuk seseorang akan selalu manjur bagi
orang lain. Hal ini karena kondisi tubuh yang berbeda antara satu dengan yang
lain. Kondisi tubuh meliputi keadaan jantung, ginjal, hati, kepekaan tubuh,
penyakit yang diderita, berat badan, umur, sedang hamil, dan lain sebagainya.
Termasuk dalam hal memilih obat, perlu penyesuaian dengan kondisi tubuh,
karena obat memiliki sifat dan cara kerja masing-masing yang pada suatu
kondisi tubuh tertentu menjadi kurang efektif atau bahkan berbahaya.
c. Pilihlah yang efek samping paling ringan. Hampir semua obat memiliki efek
samping, misalnya mual, muntah, diare, mengantuk, badan lemah, namun
demikian terjadinya efek samping obat juga bergantung kepada kepekaan
seseorang. Sebagian orang merasakan efek samping berat, sementara sebagian

22

Universitas Sumatera Utara

lain hanya merasakan ringan saja. Bila mungkin pilihlah obat yang memiliki
efek samping paling ringan.
d. Pilih bentuk sediaan obat yang paling sesuai dan nyaman. Suatu obat seringkali
tersedia dalam berbagai bentuk, misalnya tablet, sirup, salep sehingga bisa
memilih bentuk obat yang paling aman dan nyaman, misalnya bila menderita
penyakit ringan yang cukup diobati dengan obat luar, sebaiknya jangan
memilih obat yang diminum (berefek sistemik), karena efek samping obat luar
lebih ringan dari pada obat yang diminum.
e. Pilihlah yang harganya murah. Obat dengan harga tinggi tidak selalu
menunjukkan kualitas yang lebih baik. Kenyataannya obat-obat dengan isi
yang sama, antar merek obat bisa berbeda harga hingga 3 kali lipat bahkan
lebih. Produsen obat berlomba membuat iklan yang memikat, dan biaya iklan
yang tinggi ini akan dibebankan kepada harga produk obat tersebut. Salah satu
cara mendapatkan obat bermutu dan relatif murah adalah dengan membeli obat
generik(Widodo, 2004).

2.3 Penggolongan Obat
Oleh undang-undang, obat dibagi menurut tingkat keamanannya menjadi

beberapa kelompok. Kelompok-kelompok ini selanjutnya menentukan mudah
sukarnya obat didapatkan di pasaran. Obat relatif aman (relatif kurang beracun).
Makin kurang aman atau makin berbahanya suatu obat, makin ketat obat itu
diawasi peredarannya dan pemakaiannya oleh pemerintah. Sehingga untuk
mendapat obat-obat tersebut harus dengan resep dokter dan hanya dapat dibeli di
apotek (Anief, 2007).

23
Universitas Sumatera Utara

Ada empat kelompok obat berdasarkan keamanannya:
1. Kelompok obat bebas
Sesuai dengan namanya, obat-obat dalam golongan tersebut di atas dapat
dijualbelikan dengan bebas, tanpa resep dokter dan dapat dibeli di apotek, toko
obat

maupun

warung-warung


kecil.

Sebagai

tanda

obat

bebas,

pada

pembungkusnya diberi tanda khusus, warna hijau di dalam lingkaran warna hitam.
Termasuk dalam kelompok ini ialah: Vitamin B compleks, vitamin B1, tablet
vitamin A, vitamin C, multivitamin dan sebagainya.
Golongan obat bebas ini biasanya tidak membahayakan jiwa, dalam arti
kata agak luas: bila makan jumlah 10-20 biji sekaligus pun belum tentu sampai
mati saat itu juga.
2. Kelompok obat bebas terbatas
Pada zaman belanda, kelompok ini juga disebut obat daftar W (W =

Waarschuing = peringatan). Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini dapat
diperjual belikan secara bebas dengan syarat hanya dalamjumlah yang telah
ditentukan dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda peringatan ditulis dengan
huruf putih di atas kertas yang umumnya berwarna hitam.
Ada enam macam tanda peringatan yang dipilih sesuai dengan obatnya:
Peringatan No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan memakainya.
Peringatan No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan.
Peringatan No. 3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar badan.
Peringatan No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar (untuk rokok asma).
Peringatan No. 5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
Peringatan No. 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan.

24
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1 Peringatan obat golongan bebas terbatas
Tanda lain untuk obat bebas terbatas ini, pada pembungkusnya diberi
tanda khusus, warna biru di dalam lingkaran warna hitam. Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah tablet antimo, merkurokrom, Vitamin E 9 (maksimal 120
mg), kreosol dan lain-lain.

3. Kelompok obat keras
Di dalam kefarmasian dan di zaman belanda dahulu obat-obatan yang
termasuk dalam golongan ini terkenal dengan obat-obat golongan daftar G
(gevaarlijk = berbahaya) atau daftar obat keras.
Obat-obat golongan ini sangat berbahaya, mempunyai kerja sampingan
yang sangat besar dan untuk mendapatkannya di perlukan resep dokter dan hanya
dapat dibeli di apotek. Pada pemakaian yang tidak berhati-hati dapat
mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat mengakibatkan maut,
misalnya menimbulkan gangguan pada metabolisme, gangguan pada saluran
kencing, mengakibatkan penyakit kurangnya pembentukan bentuk darah tertentu
(agranulocytosis) dan lain-lainnya.
Lebih dari 100 bahan obat termasuk dalam kelompok ini, meliputi
antibiotika, obat-obat yang tercantum dalam daftar obat bebas terbatas, bila
jumlahnya melebihi dari apa yang ditentukan oleh daftar itu, obat-obat yang

25
Universitas Sumatera Utara

berpengaruh pada susunan saraf seperti obat penenang, obat-obat yang digunakan
dengan cara penyuntikan dan masih banyak lagi yang lainnya.

Sebagai tanda obat keras, pada pembungkusnya diberi tanda khusus, huruf
K dengan latar belakang warna merah, di dalam lingkaran warna hitam.
4. Kelompok narkotika.
Obat ini seperti halnya dengan obat daftar G, hanya dapat diperoleh di
apotek dengan resep dokter. Dalam dunia kefarmasian terkenal dengan obat
golongan O (O = Opium). Berbeda dengan obat keras, peredaran obat narkotika
ini sangat ketat dan di awasi oleh badan pengawasan obat. Di apotek, keluar
masuknya obat-obat narkotika ini dicatat dan dilaporkan kepada badan
pengawasan obat. Obat-obat narkotika ini mempunyai akibat buruk, tidak hanya
pada badan pemakainya, tetapi juga pada masyarakat sekelilingnya. Hal ini
disebabkan karena mengakibatkan kecanduan, ketergantungan pada obat tersebut
dan dapat merusak kepribadian pemakainya. Jadi masalah narkotika ini bukan
hanya merupakan masalah medis tetapi juga merupakan masalah sosial. Contoh
obat narkotika: morfina, kokaina, petidina dan sebagainya.Sebagai tanda
narkotika, pada pembungkusnya diberi tanda khusus, palang merah dengan latar
belakang putih, di dalam lingkaran warna merah (Anief, 2007).

Gambar 2.2 Penggolongan obat berdasarkan keamanan.

26
Universitas Sumatera Utara

Tidak semua golongan obat dapat diberikan kepada pasien yang
melakukan pengobatan sendiri. Hanya golongan obat bebas, obat bebas terbatas
dan obat wajib apotek yang dapat diberikan (Sartono, 1996).
Obat wajib apotek (SK No. 347/Menkes/SK/VII/1990) yaitu obat keras
yang dapat diserahkan apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter.
Apoteker di apotek dalam melayani pasien yang memerlukan obat diwajibkan:
a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien.
b. Membuat catatan pasien serta obat yang diserahkan.
c. Memberi informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontarindikasi, efek
samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien (Sartono, 1996).

2.4 Keluhan Penyakit Ringan dan Penanggulangan
2.4.1 Demam
Demam adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari
biasanya atau diatas 370 Celsius; dan merupakan gejala dari suatu penyakit. Pada
anak-anak dapat terjadi kejang demam dengan gejala-gejala antara lain: tangan
dan kaki kejang, mata melirik ke atas, gigi dan mulut menutup rapat, kesadaran
menurun. Penyebab: dapat disebabkan oleh karena infeksi dan non-infeksi.
Penyebab infeksi antara lain: kuman, virus, parasit atau mikroorganisme lain.
Penyebab non-infeksi antara lain: tirotoksikosis, dehidrasi pada anak dan orang
tua, alergi, stress, trauma, kelainan kulit yang luas, penyakit keganasan atau
kanker dan sebagainya (Depkes RI, 2007).
Pada demam karena infeksi kemungkinan dapat disertai menggigil. Namun
menggigil itu sendiri bukan merupakan suatu gejala infeksi karena menggigil

27
Universitas Sumatera Utara

dapat juga terjadi karena demam yang disebabkan alergi atau keganasan. Keringat
yang berlebihan umumnya terjadi pada saat temperatur tubuh turun secara tibatiba dan sering terjadi pada dini hari (Depkes RI, 2007).
Penanggulangan:
a. Terapi non-obat: biasanya untuk mengatasi demam ringan dapat dilakukan
antara lain banyak minum, kompres es atau alkohol di daerah lipatan
permukaan tubuh, memakai pakaian yang tipis.
b. Terapi obat: obat penurun demam atau antipiretik hanya dianjurkan digunakan
jika dengan cara terapi non-obat, demam tidak dapat diatasi. Obat penurun
demam yang dapat digunakan adalah parasetamol dan asetosal. Kedua obat ini
selain mempunyai efek penurun demam juga mempunyai efek pereda nyeri
yang setara (Depkes RI, 2007).
2.4.2 Nyeri
Nyeri adalah suatu gejala subjektif yang kompleks berupa emosional yang
tidak menyenangkan dan pengalaman sensori yang terjadi karena adanya
rangsangan ujung-ujung saraf yang sangat peka pada jaringan tubuh. Bila terjadi
rangsangan pada ujung saraf maka senyawa kimia prostaglandin akan terbentuk.
Zat inilah yang bekerja pada ujung-ujung saraf jaringan yang rusak, dan akan
mengalirkan “kesan” nyeri sepanjang serabut saraf menuju ke otak sehingga
timbul rasa nyeri tersebut.
Rasa nyeri disebabkan oleh rangsangan pada ujung saraf karena kerusakan
jaringan tubuh yang disebabkan, antara lain oleh: a. trauma, misalnya karena
benda tajam, benda tumpul, bahan kimia, dan sebagainya. b. Proses infeksi atau
peradangan.

28
Universitas Sumatera Utara

Radang adalah respon atau reaksi protektif setempat yang ditimbulkan
oleh cedera atau kerusakan jaringan tubuh karena suatu rangsangan, yang
berfungsi menghancurkan, mengurangi atau mengurung, baik agen pencedera
maupun jaringan yang cedera. Radang dapat ditimbulkan oleh rangsangan fisik,
kimiawi, biologis, kombinasi ketiga agen tersebut. Radang mempunyai tandatanda yang khas yaitu: dolor, rubbor, color, tumor, fungsiolesa.
Penanggulangan
a. Terapi non-obat: rasa nyeri sebagian dapat dikurangi dengan cara antara lain:
memijat atau kompres hangat pada nyeri otot, pada trauma karena luka bakar
dapat disiram dengan air dingin.
b. Terapi obat: obat pereda nyeri atau yang dikenal dengan analgesik (yang
biasanya juga memiliki khasiat penurun demam atau antipiretik) bekerja
dengan mengurangi respon atau persepsi rasa nyeri yang dialami. Asetosal,
parasetamol, dan ibuprofen (200 mg) adalah obat pereda nyeri yang dapat
digunakan untuk rasa nyeri ringan sampai sedang pada otot dan tulang. Dari
ketiga obat tersebut, asetosal disamping memiliki efek pereda nyeri dan
penurun demam juga memiliki efek antiradang yang cukup kuat dibanding
parasetamol, tetapi mempunyai efek terhadap lambung. Obat pereda nyeri
lainnya adalah ibuprofen dengan dosis 200 mg. Obat ini juga mempunyai efek
antipiretik. Pada dosis besar (>200 mg) ibuprofen mempunyai efek antiradang
yang digunakan sebagai antirematik (Depkes RI, 2007).
2.4.3 Diare
Yang dimaksud dengan diare adalah bila penderita buang air mengalami
perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan

29
Universitas Sumatera Utara

bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam 24
jam). Wujud tinja merupakan ukuran yang lebih penting dibanding frekuensi
buang air. Meski sering buang air, tapi wujud tinja lunak dan berisi, tidak dapat
dikatakaan diare (Depkes RI, 2007).
Diare dapat dibedakan menjadi:
a. Diare akut (mendadak): diare yang berlangsung kurang dari dua minggu.
Gejala: tinja cair, biasanya terjadi mendadak, disertai rasa lemas, kadangkadang demam atau muntah, biasanya berhenti/ berakhir dalam beberapa jam
sampai beberapa hari. Diare akut biasanya terjadi akibat infeksi virus, infeksi
bakteri, akibat obat-obat tertentu, makanan tertentu atau penyakit lain.
b. Diare kronik: diare yang menetap atau berulang dalam jangka waktu lama,
umumnya berlangsung lebih dari 2 minggu atau bahkan beberapa bulan.
Penanggulangan: oralit merupakan satu-satunya obat yang dianjurkan
untuk mengatasi diare karena kehilangan cairan tubuh. Oralit tidak menghentikan
diare, tetapi menggantikan cairan tubuh yang hilang bersama tinja. Dengan
menggantikan cairan tubuh tersebut, terjadinya dehidrasi dapat dihindarkan. Obat
diare jenis lain yang beredar di pasaran kebanyakan merupakan absorben
(menyerap cairan dalam usus). Penggunaan obat ini untuk diare tidak dianjurkan
karena penggunaan oralit telah terbukti yang paling efektif (Depkes RI, 2007).
2.4.4 Gastritis
Gastritis adalah radang selaput lendir lambung. Dapat disertai tukak
lambung usus 12 jari, atau tanpa tukak. Dikenal juga sebagai sakit maag.
Penyebab: selain karena infeksi bakteri Helicobacter, gastritis disebabkan oleh
rangsangan kelebihan asam lambung. Adapun kelebihan asam lambung dapat

30
Universitas Sumatera Utara

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: faktor kecemasan, emosi, stress;
obat-obat tertentu misalnya obat pereda nyeri atau radang; makanan atau
minuman yang merangsang produksi asam lambung. Gejala: nyeri dan rasa panas
pada perut bagian atas atau ulu hati, mual, muntah dan banyak gas (kembung).
Penanggulangan:
a. Terapi non-obat: makan secara teratur, hindari makanan/minuman yang
merangsang lambung, hindari stress dan penyebab lain.
b. Terapi obat: gastritis dapat diobati dengan obat antasida (Depkes RI, 2007).
2.4.5 Infeksi
Berbagai penyakit yang diakibatkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa,
dan cacing, seringkali memerlukan obat-obat anti infeksi (cara pengobatannya
disebut kemoterapi). Antibiotik yang banyak dikenal masyarakat merupakan
bagian dari pengobatan infeksi ini, obat lain yang juga termasuk dalam kelompok
ini misalnya adalah obat-obat TBC, lepra, malaria, Sulfonamida (misalnya
Kotrimoxazole), jamur, kanker dan antiseptik. Pengobatan infeksi dimaksudkan
untuk

memusnahkan

mikroorganisme

penyebab

penyakit

itu,

atau

mengeluarkannya tanpa merusak jaringan tubuh penggunanya (Widodo, 2004).
Kesalahan dalam penggunaan obat-obat anti infeksi selain menyebabkan
obat tidak manjur, juga dapat mengakibatkan:
a. Kepekaan berlebihan setelah digunakan secara lokal, pengguna menjadi sangat
peka (hipersensitif) dengan obat tersebut, misalnya pada penggunaan Penisilin,
Klorampenikol, Streptomisin, dan Sulfonamida. Setelah penggunaan lokal
(misalnya salep kulit), maka apabila menggunakan obat yang sama untuk
pengobatan sistemik dapat terjadi reaksi alergi.

31
Universitas Sumatera Utara

b. Bakteri menjadi lebih kebal dan tidak dapat dibunuh lagi dengan obat tersebut.
Hal ini disebabkan dosis obat yang digunakan terlalu rendah atau waktu
pengobatan kurang lama. Kebiasaan untuk tidak minum obat secara penuh, dan
berhenti minum obat sebelum habis obat sebagaimana yang ditetapkan dokter,
dapat menyebabkan hal ini.
c. Terjadi infeksi lain (sekunder) yang muncul selama penggunaan obat berjalan.
Anak-anak dibawah 3 tahun, penderita penyakit paru-paru, dan telinga bagian
tengah, sangat peka terhadap terjadinya infeksi sekunder ini (Widodo, 2004).
2.4.6 Batuk
Batuk merupakan suatu refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan
benda asing dari saluran napas. Batuk juga membantu melindungi paru dari
aspirasi yaitu masuknya benda asing dari saluran cerna atau saluran napas bagian
atas. Yang dimaksud dengan saluran napas mulai dari tenggorokan, trakhea,
bronkhus, bronkhioli sampai ke jaringan paru.
Penyebabnya:
a. Penyakit infeksi bakteri atau virus. Misalnya: tuberkulosa, influenza, campak,
batuk rejan.
b. Bukan infeksi. Misalnya: debu, asma, alergi, makanan yang merangsang
tenggorokan, batuk pada perokok dan sebagainya.
Batuk dapat dibedakan menjadi:
a. Batuk berdahak yaitu batuk yang terjadi karena adanya dahak pada
tenggorokan. Batuk berdahak lebih sering terjadi pada saluran napas yang peka
terhadap paparan debu, lembab berlebihan, dan sebagainya.

32
Universitas Sumatera Utara

b. Batuk tak berdahak (batuk kering)terjadi apabila tidak ada sekresi saluran
napas, iritasi pada tenggorokan, sehingga timbul rasa sakit.
Penanggulangan:
a. Terapi non-obat:
Pada umumnya batuk berdahak maupun tidak berdahak dapat dikurangi dengan
cara sebagai berikut: sering minum air putih untuk mengencerkan dahak,
mengurangi iritasi atau rasa gatal. Hindari paparan debu, minuman atau
makanan yang merangsang tenggorokan, dan udara malam yang dingin.
b. Terapi obat
Bila keadaan batuk belum dapat teratasi dengan cara-cara tersebut di atas,
maka dapat digunakan obat batuk. Sesuai dengan jenis batuk, maka obat batuk
dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Ekspektoran (pengencer dahak), dan
Antitusif(penekan batuk) (Depkes RI, 2007).

2.4.7 Flu (Pilek)
Flu adalah suatu gejala adanya cairan encer atau kental dari hidung yang
disebut ingus. Pilek alergi bukan penyakit yang diturunkan.
Penyebabnya:
a. Reaksi alergi
Alergi dapat terjadi pada setiap golongan umur, meskipun lebih sering
terjadi pada anak-anak dan semakin berkurang dengan bertambahnya umur.
Penyebab reaksi alergi adalah alergen tertentu seperti: debu, bulu binatang
peliharaan, serat kain/kapas, dan lain-lain. Reaksi alergi yang terjadi antara
alergen dan zat pertahanan tubuh menyebabkan terlepasnya beberapa zat mediator

33
Universitas Sumatera Utara

yang bersifat vasodilator. Akibatnya terjadi pembengkakan selaput lendir hidung
yang nampak sebagai hidung tersumbat, meningkatnya sekresi lendir/meler, mata
berair, dan bersin-bersin.
b. Infeksi
Pilek juga merupakan suatu gejala infeksi virus atau bakteri, misalnya:
influenza.
Penanggulangan:
a. Terapi non-obat: pilek akibat alergi dapat dicegah dengan menghindari
alergen.
b. Terapi obat: obat pilek biasanya mengandung antihistamin dan dekongestan
hidung (Depkes RI, 2007).

34
Universitas Sumatera Utara