Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Stres Kerja pada Pekerja Bagian Pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III Tahun 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 pasal 164

mengenai kesehatan kerja dijelaskan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk
melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta
pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Untuk itu pengusaha wajib
menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan
pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja.
Lingkungan kerja merupakan beban tambahan bagi pekerja. Faktor
penerangan, kebisingan, suhu ruang kerja, getaran, bahaya radiasi, gas, debu, bahan
kimia, serta berbagai faktor lain perlu dikendalikan melalui penerapan norma
keselamatan dan kesehatan sebaik –baiknya sehingga tidak berakibat buruk bagi
tenaga kerja (Anoraga P, 2001).
Wilayah industri modern merupakan suatu tempat yang menimbulkan
kebisingan. Kebisingan merupakan salah satu aspek terpenting dalam higiene industri
karena kebisingan dapat mengakibatkan kerusakan pada kesehatan dan menurunnya
produktivitas tenaga kerja. Kerusakan yang terjadi diantaranya adalah kerusakan

pendengaran secara sementara maupun secara permanen. Selain itu, kebisingan yang
terus menerus juga dapat menurunkan konsentrasi pekerja dan mengakibatkan stress
sehingga kecelakaan kerja dapat terjadi. (Anizar, 2009).

1

Universitas Sumatera Utara

2

Kebisingan merupakan faktor lingkungan fisik yang berpengaruh pada
kesehatan kerja dan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan beban
tambahan bagi tenaga kerja. Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki
yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada
tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pada pendengaran. Standart baku mutu
yang diperbolehkan adalah 85 dBA dan waktu bekerja maksimum adalah 8 jam per
hari. (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 13 Tahun 2011).
Kebisingan ditempat kerja sering kali merupakan problem tersendiri bagi
tenaga kerja. Umunya berasal dari mesin kerja, genset serta berbagai peralatan yang
bergerak dan kontak dengan logam, kompresor dan sebagainya. Sayangnya banyak

tenaga kerja yang telah terbiasa dengan kebisingan tersebut. Meskipun tidak
mengeluh, gangguan kesehatan tetap terjadi. Sementara efek kebisingan terhadap
kesehatan tergantung pada intensitasnya ( Anies, 2014 ).
Kebisingan mempunyai pengaruh terhadap tenaga kerja. Untuk beberapa
orang yang rentan, kebisingan dapat menyebabkan rasa pusing, kantuk, sakit, tekanan
darah tinggi, tegang dan stress yang diikuti dengan sakit maag, kesulitan tidur
(Anizar, 2009). Selain gangguan terhadap kemampuan memusatkan perhatian atau
mengalihkan perhatian atau melemahkan motivasi kebisingan dapat menyebabkan
rasa

terganggu

yang

merupakan

reaksi

psikologis


seseorang.

Kebisingan

menyebabkan orang tidak dapat tenang beristirahat atau terganggu tidur sehungga
tidak dapat memulihkan kondisi fisik dan psikisnya (Suma’mur, 2013).

Universitas Sumatera Utara

3

Lingkungan kerja bising perlu mendapatkan perhatian lebih karena tenaga
kerja yang terpapar bising akibat proses produksi dapat menimbulkan gangguan
kesehatan dan kenyamanan kerja. Bising yang berlebihan sekitar 80 db(A) yang
berulangkali didengar untuk jangka waktu yang lama, dapat menimbulkan stress.
Dalam keadaan stress otot-otot kepala dan leher menjadi tegang yang menyebabkan
sakit kepala, susah tidur, hipertensi, ginjal, serangan jantung, maag, dan menurunnya
daya tahan tubuh (Novitasari, 2008).
Sedangkan dalam artikel Stres Kerja pengertian dan pengenalan Luthans
(2000), mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang

dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari
tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan
psikologis dan fisik seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja
timbul karena tuntutan lingkungan kerja dan tanggapan setiap individu dalam
menghadapinya dapat berbeda kondisinya, misalkan kondisi lingkungan dengan
intensitas kebisingan. Stres berpengaruh terhadap pelaksanaan kerja pekerja terutama
kinerja pekerja. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurlaila Jum’ati
(2013), stres berpengaruh pada kinerja indivudu pekerja didinas kesehatan bidang
pencegahan pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan (P2P/PL).
Berdasarkan hasil survei pendahuluan di lokasi penelitian, PKS Rambutan
telah melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
dan dalam proses produksinya, pabrik kelapa sawit ini menggunakan mesin–mesin

Universitas Sumatera Utara

4

dengan intensitas kebisingan yang cukup tinggi serta jam kerja yang hanya terbagi
dalam 2 shift dimana pekerja harus melakukan pekerjaannya lebih dari 8 jam setiap
harinya yang dapat mengakibatkan stres kerja .

Para pekerja tersebar di setiap stasiun dan terpapar oleh bising selama jam
kerjanya. Pihak Perusahaan telah menyediakan APD (Alat Pelindung Diri) seperti
helm,sarung tangan, sepatu dan alat pelindung telinga yaitu ear muff. APD tersebut
telah dibagikan kepada setiap pekerja di tiap – tiap stasiun namun kenyataannya
masih banyak pekerja yang berada di stasiun dengan intensitas kebisingan diatas
maupun dibawah NAB (Nilai Ambang Batas) tidak menggunakan APD dengan
alasan merasa tidak nyaman saat menggunakan APD, seperti kebisingan pada stasiun
kamar mesin melebihi nilai ambang batas berdasarkan uji analisis balai K3 Sumatera
Barat, pekerja hanya menggunakan penyumbat telinga dari kapas sedangkan
perusahaan telah menyediakan alat pelindung pendengaran yaitu ear muff.
Hasil wawancara singkat dengan 3 pekerja di stasiun yang memiliki intensitas
kebisingan melebihi NAB diperoleh informasi bahwa pekerja sulit untuk
berkomunikasi

kesesama

pekerja

lainnya


sehingga

mengharuskan

mereka

menggunakan bahasa isyarat selain itu pekerja juga mengeluh sulit untuk
berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaannya.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian ini dengan judul: Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Stres Kerja pada

Universitas Sumatera Utara

5

Pekerja Bagian Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Rambutan Tebing Tinggi
2016.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini
belum diketahui adanya hubungan intensitas kebisingan dengan stress kerja pada

perkerja bagian pengolahan PKS di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III Tebing
Tinggi.
1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
intensitas kebisingan dengan stress kerja pada pekerja bagian pengolahan PKS di PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA III Tebing Tinggi.
1.3.2. Tujuan Khusus.
1. Untuk mengetahui intensitas kebisingan di bagian pengolahan PKS.
2. Untuk mengetahui tingkat stress di bagian pengolahan PKS.
3. Untuk mengetahui hubungan intensitas kebisingan dengan stres kerja pada
pekerja dibagian pengolahan PKS
1.4.

Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


Universitas Sumatera Utara

6

1. Memberikan masukan kepada PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III tentang
hubungan intensitas kebisingan dengan stress kerja pada pekerja bagian PKS.
2. Memberikan masukan kepada karyawan tentang hubungan intensitas
kebisingan dengan stress kerja bagian PKS di PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA III.

Universitas Sumatera Utara