Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Dalam Kunjungan Kehamilan Di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dukungan Keluarga 1. Definisi

Menurut Friedman (1998), dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

2. Fungsi Dukungan Keluarga

Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu a. Dukungan informasional keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi, b. Dukungan penilaian keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian, c. Dukungan instrumental keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan, d. Dukungan emosional keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional


(2)

meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan (Akhmadi, 2009, ¶ 1).

3. Sumber dukungan keluarga

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial kelurga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman, 1998).

4. Manfaat dukungan keluarga

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap-tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Akhmadi, 2009, ¶ 2).

Friedman (1998) menyimpulkan bahwa baik efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi


(3)

(Akhmadi, 2009, ¶ 2).

5. Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Menurut Friedman (1998), ada bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak dari keluarga yang besar. Selain itu, dukungan yang diberikan orangtua (khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam akeluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah (Akhmadi, 2009, ¶ 3).

6. Peran Suami Selama Masa Kehamilan dan persalinan

Ada delapan cara peran suami selama masa kehamilan dan persalinan yaitu a. Tenangkanlah rasa ketidaknyaman istri anda, Selama awal kehamilan sering terjadi mual muntah (morning sickness), rasa lelah, perubahan perasaan, dan nafsu makan yang berkurang. Lakukanlah sesuatu untuk menenangkan rasa tidak nyaman yang dirasakan istri, b. Berikan perhatian dan berusaha memahami keadaaan ini sehingga istri anda mengerti bahwa anda mengasihinya. Dengarkan kekuatirannya dan keluhannya dengan penuh perhatian, c. menemani istri anda memeriksa kehamilannya ke dokter akan memberinya perasaan tenang dan lebih


(4)

percaya diri. Calon ayah pun perlu mengetahui apa yang terjadinya selama kehamilan, d. Binalah ikatan dengan calon bayi, Bicaralah dan bacakan cerita untuk bayi dalam kandungan istri, dan rasakan tendangan dan gerakan bayi di perut istri. Ikuti terus perkembangan calon bayi anda, e. Banyak hal yang akan anda berdua persiapkan untuk calon bayi anda mulai dari membeli segala perlengkapan bayi, pakaian, ranjang sampai memilih nama bayi, f. Makanlah bersama dengan sehat, Makanan yang bernutrisi sangat penting dalam kehamilan, g. Lengkapi diri anda dengan pengetahuan, tentang kehamilan dan persalinan. Sehingga anda dapat lebih mengerti setiap perkembangan dan perubahan pada istri anda dan juga mempersiapkan diri menghadapi tanda-tanda awal persalinan istri anda, h. Temani saat proses persalinan, Ketika hari persalinan tiba bersiaplah menemani istri anda melalui proses persalinannya (Suririnah, 2008, hlm. 143).S B. Kepatuhan Ibu

1. Definisi

Kepatuhan adalah tingkat ketaatan penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku seperti yang disarankan oleh dokternya atau yang lain ( Suparyanto, 2010 ¶ 1).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Dalam hal kepatuhan Carpenito L.j.(2000) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat berpengaruh positif sehingga penderita tidak mampu lagi mempertahankan kepatuhanya, sampai menjadi kurang patuh dan tidak patuh. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diantaranya: Pemahaman tentang instruksi, Seseorang mungkin tidak mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya. Ley dan


(5)

Spelman tahun 1967 menemukan bahwa lebih dari 60% responden yang di wawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang diberikan kepada mereka. Kadang kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan professional yaitu kesalahan dalam memberikan informasi lengkap, penggunaan istilah-istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang harus di ingat oleh penderita ( Suparyanto, 2010 ¶ 1).

a.

C. Antenatal Care (ANC) 1. Defenisi ANC

Kehamilan merupakan bagian dari tahapan atau siklus hidup seorang wanita. Kehamilan juga disebut sebagai periode penting dalam siklus kehidupan wanita. Sebagai bagian dari siklus hidup seorang wanita, kehamilan merupakan proses yang normal, alami dan sehat, bukan suatu penyakit atau kelainan. Meskipun kadang-kadang perubahan tubuh ibu hamil menimbulkan reaksi yang tidak nyaman, tetapi hal tersebut bukanlah suatu penyakit yang perlu ditangani secara medis, kecuali oleh karena faktor tertentu keadaan semakin memburuk (komplikasi terjadi) (Bartini, 2012).

ANC adalah salah satu program safe motherhood yang merupakan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan janinnya oleh tenaga profesional meliputi pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standart pelayanan yaitu minimal 4 kali pemeriksaan selama kehamilan, 1 kali pada trimester 1, satu kali pada trimester ke dua, dan 2 kali pada trimester ke tiga (Ariani, 2014).

2. Tujuan ANC

Tujuan ANC adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya dengan ibu,


(6)

mendeteksi komplikasi yang mengancam jiwa, dan mempersiapkan kelahiran serta memberikan pendidikan (Ariani, 2014).

Tujuan asuhan ANC adalah memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi, dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi, mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan, riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin, mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Ekslusif, mempersiapakan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal serta optimalisasi kembalinya kesehatan reproduksi ibu secara wajar (Ariani, 2014).

Pelayanan ANC umum bertujuan untuk meningkatkan kesehatan selama hamil sesuai denngan kebutuhan sehingga dapat menyelesaikan kehamilannya dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat. Sedangkan secara khusus tujuan ANC bertujuan untuk mendeteksi ibu hamil dengan faktor beresiko tinggi dan menanggulangi sedini mungkin, merujuk kasus tinggi ke tingkat pelayanan kesehatan yang sesuai, memberi penyuluhan dalam bentuk komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) sehingga terjadi peningkatan cakupan dan merencanakan serta mempersiapkan persalinan sesuai dengan resiko yang dihadapinya (Ariani, 2014).

3. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu dan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan Antenatal standart untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil


(7)

yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat sebaliknya, ibu hamil di kunjungi petugas kesehatan ke rumahnya atau ke posyandu (Ariani, 2014).

Kunjungan ibu hamil (K1) adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan standart dalam pengelolaan program yang telah di sepakati bahwa kunjungan ibu hamil yang ke- 4 (K4) adalah kontak ibu hamil yang ke empat dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan (Ariani, 2014).

Menurut (Ariani, 2014), Pemeriksaan kehamilan berdasarkan kunjungan antenatal dibagi atas :

a. Kunjungan Pertama (K1) Meliputi :

1. Identitas atau biodata 2. Riwayat Kehamilan 3. Riwayat Kebidanan 4. Riwayat Kesehatan 5. Riwayat Sosial Ekonomi

6. Pemeriksaan Kehamilan dan Pelayanan Kesehatan 7. Penyulahan dan Konsultasi

b. Kunjungan Keempat (K4) Meliputi :

1. Anamnesa (keluhan atau masalah)

2. Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan 3. Pemeriksaan psikologis

4. Pemeriksaan laboratorium 5. Diagnosa akhir


(8)

6. Sikap dan Rencana tindakan 4. Cakupan Pemeriksaan Kehamilan

Cakupan pemeriksaan kehamilan adalah persentase ibu hamil yang telah mendaoat pemeriksaan kehamilan oleh tenaga di suatu wilayah kerja. Cakupan kunjungan baru ibu hamil (K1) dipakai sebagai indikator aksesabilitas (jangkauan) pelayanan, angka cakupan K1 di peroleh dari jumlah K1 dalam 1 tahun di bagi jumlah ibu hamil adalah cakupan kunjungan ibu hamil yang ke empat (K4) yang di pakai sebagai indikator tingkat perlindungan ibu hamil (Ariani, 2014).

5. Keuntungan Layanan ANC

Keuntungan layanan ANC sangat besar karena dapat mengetahui resiko dan komplikasi sehungga ibu hamil dapat di arahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit. Layanan antenatal dilakukan sehingga dapat di lakukan pengawasan yang lebih intensif, pengobatan agar resiko dapat di kendalikan, serta melakukan rujukan untuk mendapat tindakan yang adekuat (Ariani, 2014).

Pelayanan yang dilakiukan secara rutin juga merupakan upaya untuk melakukan deteksi dini kehamilan beresiko sehingga dapat dengan segera dilakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi dan merencanakan serta memperbaiki kehamilan tersebut. Kelengkapan Antenatal terdiri dari junlah kunjungan antenatal dan kualitas pelayanan antenatal. Pelayanan ANC mempunyai pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan janin atau lama waktu mengandung, baik dengan diagnosis maupun dengan perawatan berkala terhadap adanya komplikasi kehamilan. Pertama kali ibu hamil melakukan pelayanan antenatal merupakan saat yang sangat penting, karena berbagai faktor resiko bisa


(9)

di ketahui seawal mungkin dan dapat segera di kurangi atau di hilangkan (Ariani, 2014).

6. Standart Mutu Pelayanan ANC

Pelayanan Antenatal Care adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya yang dilaksanakan sesuai dengan standart pelayanan antenatal yang di tetapkan.

Kualitas pelayan antenatal erat hubungannya dengan penerapan. Standart pelayana kebidanan yang mana standart pelayanan yang berguna dan penerapan norma dan tingkat kinerja yang di perlukan untuk mencapai hasil yang di inginkan. Penerapan standart pelayanan akan sekaligus melindungi masyarakat, karena penilaian terhadap proses dan hasil penilain dapat di lakukan dengan dasar yang jelas. Mengukur tingkat kebutuhan terhadap standart yang baik input, proses pelayan dan hasil pelayanan khususnya tingkat pengetahuan pasien terhadap pelayanan antenatal yang di kenal standart mutu (Meilani, Setiyawati, Estiwidani, & Sumarah, 2009).

7. Standart Pelayanan ANC

Dalam buku Meilani, Setiyawati, Estiwidani, & Sumarah, (2009) Terdapat 6 Standart dalam pelayanan Antenatal seperti berikut ini :

a. Identifikasi Ibu Hamil

Standart ini bertujuan mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya.

Pernyataan standart : Bidan melakukan kunjunga rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk


(10)

memeriksakan kehamilannya sejak dini dan teratur. Hasil yang di harapkan adalah :

1. Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan

2. Ibu, suami dan masyarakat menyadari akan manfaat pelayanan kehamilan

secara dini, tertur serta mengetahui tempat pelayanan kehamilan

3. Meningkat ibu yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 12 minggu.

b. Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Pemeriksaan dan pemantauan Antenatal bertujuan memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan di teliti dalam komplikasi. Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan Antenatal.

Pemeriksaan meliputi anamnese dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan resiko tinggi kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS atau infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang di berikan oleh puskesmas. Meraka harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila di temukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang di perlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya. Hasil yang di harapkan adalah :

1. Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama

kehamilan

2. Meningkatkan pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat

3. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahuai tanda dan bahaya


(11)

4. Mengurus transfortasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kegawaat daruratan.

c. Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan

Standart ini bertujuan menemukan anemia pada kehamilan secara dini dan melakukan tindakan lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung. Pemeriksaan Haemoglobin (HB) secara rutin selama kehamilan merupakn kegiatan yang umumnya di lakukan untuk mendeteksi anemia. Pemeriksaan Hb di anjurkan untuk di lakukan pada awal kehamilan dan di uilang kembali pada minggu ke 30 untuk mendapatkan gambaran yang akurat tentang status Hb.

d. Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan

Standart ini bertujuan mengenali dan menemukan secara dini hipertensi dan menemukan secara dini kehamilan dan melakukan tindakan yang di perlukan.Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala eklamsi lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

e. Persiapan Persalinan

Standart persiapan persalinan dengan tujuan memastikan bahwa persalinan direncanakan dalam lingkungan yang aman dan menandai dengan pertolongan bidan terampil. Bidan memberikan saran yang tepat pada ibu hamil, suami atau keluarganya pada trimester III memastikan bahwa persiapan bersih dan aman adalah suatu suasana yang menyenangkan akan di rencanakan dengan baik, disamping itu persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba


(12)

terjadi keadaan gawat darurat. Bidan mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu hamil.

f. Kebijakan Program Pelayanan ANC

Pelayanan Antenatal merupakan cara untuk memonitor dan mendukung untuk kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi komplikasi. Pelayanan ANC penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat.

Kebijakan program pelayanan antenatal yaitu kunjungan antenatal sebaiknnya di lakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan’ Penerapan operasionalnya di kenal standart minimal (7T) yang terdiri atas :

1) Timbang berat badan, pengukuran tinggi badan, suatu teknologi tepat guna yang dapat di manfaatkan untuk menilai status gizi ibu balita tidak tersedia timbangan pada waktu pemeriksaan kehamilan yang pertama adalah pengukuran lingkar lengan atas (LILA).

2) Terhadap penyakit menular seksual

3) Temu Ukur takanan darah

4) Ukur tinggi fundus uteri

5) Pemberian Imunisasi (Tetanus Toxiod) atau TT lengkap 6) Pemberian tablet besi, minimal 90 tablet selama kehamilan 7) Tes wicara dalam rangka persiapan rujukan

g. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil 1) Mengumpulkan data dasar atau pengkajian data 2) Menginterpretasikan atau menganalisa data


(13)

4) Melaksanakan asuhan sesuai perencanaan secara efisien dan aman 5) Melaksanakan evaluasi terhadap rencana asuhan yang di laksanakan

6) Pendokumentasian dengan SOAP.

(Meilani, Setiyawati, Estiwidani, & Sumarah, 2009) D. Standart Asuhan Kehamilan

Pemriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan sedini mungkin, segera setelah seorang wanita merasa dirinya hamil. Kebijakan pemerintah tentang kunjungan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selam kehamilan, dengan ketentuan waktu sebagai berikut:

1. Minimal 1 (satu) kali pada trimester pertama (1-3 bulan) Kunjungan ini dilakukan untuk:

1. Penapisan dan pengobatan anemia

2. Perencanaan persalinan

3. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

2. Minimal 1 (satu) kali dapa trimester dua (4-6 bulan) Kunjungan ini dilakukan untuk:

1. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

2. Penapisan PE, Gemelli, Infeksi alat reproduksi dan saluran

perkemihan.

3. Mengulang perencanaan persalinan

3. Mininal 2 (dua) kali pada trimester tiga (7-9 bulan) Kunjungan ini dilalakukan untuk:

1. Sama seperti kunjungan sebelumnya

2. Mengenali adanya kelainan letak dan persentasi 3. Menetapkan rencana persalinan


(14)

4. Mengenali tanda-tanda persalinan

Apabila terdapat kelainan atau penyulit kehamilan seperti mual, muntah, keracunan kehamilan, perdarahan, kelainan letak, dan sebagainya, maka frekuensi pemeriksaan disesuaikan dengan kebutuhan (Meilani, Setiyawati, Estiwidani, & Sumarah, 2009).

Dalam pelaksanaan Antenatal Care, dikenal standart minimal pelayanan “7 T”, yang terdiri dari:

1. Timbang berta badan

2. Ukur Tekanan darah

3. Ukur Tinggi fundus uteri

4. Pemberian Imunisasi TT lengkap

5. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan 6. Test terhadap penyakit menular seksual, HIV/AIDS dan malaria. 7. Temu wicara ( konseling) dalam rangka rujukan.

E. Evidance Based Practice dalam pada kehamilan 1. Perkiraan hemoglobin pada kehamilan

Dalam kehamilan normal makan terjadi penurunan kadar Hb. Kadar Hb terendah terjadi sekitar umur kehamilan 30 minggu. Oleh karena itu pemeriksaan Hb harus dilakukan pada kehamilan dini untuk melihat data awal, lalu diulang pada sekitar minggu ke-30. Jadi pemberian suplementasi besi rutin pada kehamilan diberikan pada ibu hamil yang telah terbukti menderita anemia.

2. Perkiraan Tinggi Fundus

Pada saat ini disarankan menggunakan pita ukur untuk mengukur tinggi fundus dari tepi simpisis pubis karena hasilnya lebih akurat dan dapat diandalkan. Namun demikian dapat terjadi variasi (+ 1-2 cm). Pengukuran tinggi


(15)

fundus uteri pada kehamilan lanjut dengan posisi terlentang terbukti dapat memberikan hasi pengukuran fundus uteri lebih tinggi dari sebenarnya. Biasanya dilakukan setelah usia kehamilan lebih dari 24 minggu. Oleh karena itu dianjurkan untuk berbaring dalam posisi setengah duduk pada saat pengukuran fundus (Bartini, 2012).

3. Hipotesisi pada saat berbaring terlentang

Posisi ibu hamil akan mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darahnya khususnya dengan posisi terlentang. Selain itu dapat mengakibatkan pengukuran aliran darah dan menyebabkan pengurangan oksigenasi ke otak dan dapat mengakibatkan pingsan pada janin dan mengakibatkan pola denyut jantung menjadi normal (Bartini, 2012).

F. Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil

Pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu hamil, termasuk pelayanan pemeriksaan kehamilan merupakan interaksi antar ibu hamil dengan petugas kesehatan yang melakukan pemeriksaan kehamilan. Aspek yang terkait dengana ibu hamil adalah faktor usia, pekerjaan, sosial ekonomi dan pengetahuan ibu (Ariani, 2014).

1. Usia

Usia reproduksi yang optimal bagi ibu hamil adalah antara umur 20-35 tahun. Apabila di bawah 20 tahun, maka meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan karena pada usia muda organ-organ reproduksi wanita belum sempurna secara keseluruhan dan perkembangan kejiwaannya pun belum siap dalam menerima kehamilan. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun rahim dan bagian lainnya belum siap untuk terjadi kehamilan dan adanya kecenderungan kurang perhatian terhadap kehamilannya. Ibu berumur 20-35 tahun rahim dan ang memperhatikan kehamilannya karena lebih banyak pengetahuan yang telah


(16)

di peroleh tentang kehamilan serta lebih dewasa dimana lebih besar rasa tanggung jawab dan percaya diri (Ariani, 2014).

2. Pekerjaan

Pekerjaan dan gerakan seseorang berbeda-beda. Seorang dengan gerak yang aktif otomatis memerlukan energi yang lebih besar dari pada yang hanya duduk diam saja. Setiap pekerjaan memerlukan energi, maka apabila semakin banyak aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak (Ariani, 2014).

Wanita haamil yang bekerja kurang memerlukan waktu untuk memeriksakan kehamilannya seperti melakukan pemeriksaan Antenatal Care. Oleh karena itu pekerjaan juga merupakan faktor yang berhubungan dengan kebutuhan ibu hamil dalam pemeriksaan Antenatal Care (Ariani, 2014).

3. Pengetahuan

Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan. Ilmu ( Science) bukan sekedar menjawab pertanyaan what, melainkan akan menjawab pertanyaan what dan how (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan ibu berpengaruh terhadap pemeriksaan Antenatal Care. Pengetahuan ibu rendah akan menyebabkan ibu tidak melakukan pemeriksaan Antenatal Care, disebkan belum tahu keuntungan dan kerugian jika memeriksakan kehamilannya. Ibu dengan pengetahuan lebih tinggi lebih terbuka untuk mengetahui informasi dari luar tentang cara pemberian Antenatal Care (Ariani, 2014).

Pendapatan adalah penghasilan kelurga perkapita perbulan di hitung dengan menjumlahkan penghasilan perbulan seluruh anggota keluargadi bagi dengan jumlah tanggungan keluarga (Ariani, 2014).


(17)

Status ekonomi masyarakat seperti pendapatan mempengarui pola pemanfaatan pelayanan kesehatan. Golongan menengah dengan pendapatan yang lebih memadai akan cenderung berprilaku sebagai pengguna yang lebih selektif sedangkan golongan ekonomi lemah dengan kondisi kehidupan yang kurang memadai akan bersikap sebagai pengguna yang pasif (Ariani, 2014). 1. Pendidikan

Wanita yang berpendidikan yang lebih rendah atau tidak berpendidikan biasanya mempunyai anak yang lebih banyak di bandingkan yang berpendidikan lebih tinggi. Mereka yang berpendidikan rendah pada umumnya tidak dapat atau sulit diajak memahami dampak negatif dari mempunyai banyak anak (Ariani, 2014).

2. Paritas a. Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu. Penggolongan paritas menurut Manuaba, 2009 yaitu:

1. Primipara : Wanita yang pernah melahirkan untuk pertama kalinya.

2. Multipara : Wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup beberapa kali dimana persalinan tersebut tidak lebih dari 5 kali.

3. Grande Multipara : Wanita yang telah melahirkan lebih dari 5 kali.


(1)

terjadi keadaan gawat darurat. Bidan mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu hamil.

f. Kebijakan Program Pelayanan ANC

Pelayanan Antenatal merupakan cara untuk memonitor dan mendukung untuk kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi komplikasi. Pelayanan ANC penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat.

Kebijakan program pelayanan antenatal yaitu kunjungan antenatal sebaiknnya di lakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan’ Penerapan operasionalnya di kenal standart minimal (7T) yang terdiri atas :

1) Timbang berat badan, pengukuran tinggi badan, suatu teknologi tepat guna yang dapat di manfaatkan untuk menilai status gizi ibu balita tidak tersedia timbangan pada waktu pemeriksaan kehamilan yang pertama adalah pengukuran lingkar lengan atas (LILA).

2) Terhadap penyakit menular seksual 3) Temu Ukur takanan darah

4) Ukur tinggi fundus uteri

5) Pemberian Imunisasi (Tetanus Toxiod) atau TT lengkap 6) Pemberian tablet besi, minimal 90 tablet selama kehamilan 7) Tes wicara dalam rangka persiapan rujukan

g. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil 1) Mengumpulkan data dasar atau pengkajian data 2) Menginterpretasikan atau menganalisa data 3) Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh


(2)

4) Melaksanakan asuhan sesuai perencanaan secara efisien dan aman 5) Melaksanakan evaluasi terhadap rencana asuhan yang di laksanakan 6) Pendokumentasian dengan SOAP.

(Meilani, Setiyawati, Estiwidani, & Sumarah, 2009) D. Standart Asuhan Kehamilan

Pemriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan sedini mungkin, segera setelah seorang wanita merasa dirinya hamil. Kebijakan pemerintah tentang kunjungan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selam kehamilan, dengan ketentuan waktu sebagai berikut:

1. Minimal 1 (satu) kali pada trimester pertama (1-3 bulan) Kunjungan ini dilakukan untuk:

1. Penapisan dan pengobatan anemia 2. Perencanaan persalinan

3. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya 2. Minimal 1 (satu) kali dapa trimester dua (4-6 bulan)

Kunjungan ini dilakukan untuk:

1. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

2. Penapisan PE, Gemelli, Infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan.

3. Mengulang perencanaan persalinan

3. Mininal 2 (dua) kali pada trimester tiga (7-9 bulan) Kunjungan ini dilalakukan untuk:

1. Sama seperti kunjungan sebelumnya

2. Mengenali adanya kelainan letak dan persentasi 3. Menetapkan rencana persalinan


(3)

4. Mengenali tanda-tanda persalinan

Apabila terdapat kelainan atau penyulit kehamilan seperti mual, muntah, keracunan kehamilan, perdarahan, kelainan letak, dan sebagainya, maka frekuensi pemeriksaan disesuaikan dengan kebutuhan (Meilani, Setiyawati, Estiwidani, & Sumarah, 2009).

Dalam pelaksanaan Antenatal Care, dikenal standart minimal pelayanan “7 T”, yang terdiri dari:

1. Timbang berta badan 2. Ukur Tekanan darah 3. Ukur Tinggi fundus uteri

4. Pemberian Imunisasi TT lengkap

5. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan 6. Test terhadap penyakit menular seksual, HIV/AIDS dan malaria. 7. Temu wicara ( konseling) dalam rangka rujukan.

E. Evidance Based Practice dalam pada kehamilan 1. Perkiraan hemoglobin pada kehamilan

Dalam kehamilan normal makan terjadi penurunan kadar Hb. Kadar Hb terendah terjadi sekitar umur kehamilan 30 minggu. Oleh karena itu pemeriksaan Hb harus dilakukan pada kehamilan dini untuk melihat data awal, lalu diulang pada sekitar minggu ke-30. Jadi pemberian suplementasi besi rutin pada kehamilan diberikan pada ibu hamil yang telah terbukti menderita anemia.

2. Perkiraan Tinggi Fundus

Pada saat ini disarankan menggunakan pita ukur untuk mengukur tinggi fundus dari tepi simpisis pubis karena hasilnya lebih akurat dan dapat diandalkan. Namun demikian dapat terjadi variasi (+ 1-2 cm). Pengukuran tinggi


(4)

fundus uteri pada kehamilan lanjut dengan posisi terlentang terbukti dapat memberikan hasi pengukuran fundus uteri lebih tinggi dari sebenarnya. Biasanya dilakukan setelah usia kehamilan lebih dari 24 minggu. Oleh karena itu dianjurkan untuk berbaring dalam posisi setengah duduk pada saat pengukuran fundus (Bartini, 2012).

3. Hipotesisi pada saat berbaring terlentang

Posisi ibu hamil akan mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darahnya khususnya dengan posisi terlentang. Selain itu dapat mengakibatkan pengukuran aliran darah dan menyebabkan pengurangan oksigenasi ke otak dan dapat mengakibatkan pingsan pada janin dan mengakibatkan pola denyut jantung menjadi normal (Bartini, 2012).

F. Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil

Pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu hamil, termasuk pelayanan pemeriksaan kehamilan merupakan interaksi antar ibu hamil dengan petugas kesehatan yang melakukan pemeriksaan kehamilan. Aspek yang terkait dengana ibu hamil adalah faktor usia, pekerjaan, sosial ekonomi dan pengetahuan ibu (Ariani, 2014).

1. Usia

Usia reproduksi yang optimal bagi ibu hamil adalah antara umur 20-35 tahun. Apabila di bawah 20 tahun, maka meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan karena pada usia muda organ-organ reproduksi wanita belum sempurna secara keseluruhan dan perkembangan kejiwaannya pun belum siap dalam menerima kehamilan. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun rahim dan bagian lainnya belum siap untuk terjadi kehamilan dan adanya kecenderungan kurang perhatian terhadap kehamilannya. Ibu berumur 20-35 tahun rahim dan ang memperhatikan kehamilannya karena lebih banyak pengetahuan yang telah


(5)

di peroleh tentang kehamilan serta lebih dewasa dimana lebih besar rasa tanggung jawab dan percaya diri (Ariani, 2014).

2. Pekerjaan

Pekerjaan dan gerakan seseorang berbeda-beda. Seorang dengan gerak yang aktif otomatis memerlukan energi yang lebih besar dari pada yang hanya duduk diam saja. Setiap pekerjaan memerlukan energi, maka apabila semakin banyak aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak (Ariani, 2014).

Wanita haamil yang bekerja kurang memerlukan waktu untuk memeriksakan kehamilannya seperti melakukan pemeriksaan Antenatal Care. Oleh karena itu pekerjaan juga merupakan faktor yang berhubungan dengan kebutuhan ibu hamil dalam pemeriksaan Antenatal Care (Ariani, 2014).

3. Pengetahuan

Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan. Ilmu ( Science) bukan sekedar menjawab pertanyaan what, melainkan akan menjawab pertanyaan what dan how (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan ibu berpengaruh terhadap pemeriksaan Antenatal Care. Pengetahuan ibu rendah akan menyebabkan ibu tidak melakukan pemeriksaan Antenatal Care, disebkan belum tahu keuntungan dan kerugian jika memeriksakan kehamilannya. Ibu dengan pengetahuan lebih tinggi lebih terbuka untuk mengetahui informasi dari luar tentang cara pemberian Antenatal Care (Ariani, 2014).

Pendapatan adalah penghasilan kelurga perkapita perbulan di hitung dengan menjumlahkan penghasilan perbulan seluruh anggota keluargadi bagi dengan jumlah tanggungan keluarga (Ariani, 2014).


(6)

Status ekonomi masyarakat seperti pendapatan mempengarui pola pemanfaatan pelayanan kesehatan. Golongan menengah dengan pendapatan yang lebih memadai akan cenderung berprilaku sebagai pengguna yang lebih selektif sedangkan golongan ekonomi lemah dengan kondisi kehidupan yang kurang memadai akan bersikap sebagai pengguna yang pasif (Ariani, 2014). 1. Pendidikan

Wanita yang berpendidikan yang lebih rendah atau tidak berpendidikan biasanya mempunyai anak yang lebih banyak di bandingkan yang berpendidikan lebih tinggi. Mereka yang berpendidikan rendah pada umumnya tidak dapat atau sulit diajak memahami dampak negatif dari mempunyai banyak anak (Ariani, 2014).

2. Paritas a. Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu. Penggolongan paritas menurut Manuaba, 2009 yaitu:

1. Primipara : Wanita yang pernah melahirkan untuk pertama kalinya.

2. Multipara : Wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup beberapa kali dimana persalinan tersebut tidak lebih dari 5 kali.

3. Grande Multipara : Wanita yang telah melahirkan lebih dari 5 kali.