Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi Dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Sebagai Variabel Moderating
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pelaksanaan pemerintahan di daerah dituntut untuk mengedepankan
transparansi dalam melaksanakan pengelolaan keuangannya. Kualitas informasi
dalam laporan keuangan pemerintah daerah yang baik merupakan salah satu tolok
ukur pelaksanaan pemerintahan yang baik, sesuai dengan Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik dalam Pasal 7 Ayat 2
menyebutkan bahwa badan publik dalam hal ini pemerintah wajib memberikan
informasi publik yang akurat, benar dan tidak menyesatkan. Pemerintah wajib
memberikan informasi mengenai kinerja maupun mengenai laporan keuangan
pemerintah daerah.
Fenomena yang terjadi dalam perkembangan akuntansi sektor publik
dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga pemerintah
untuk lebih transparan yang merupakan implikasi bagi manajemen sektor publik
dalam memberikan informasi kepada masyarakat (Mardiasmo, 2005). Peran
penting informasi laporan keuangan pemerintah daerah harus dapat menjadi acuan
daerah dalam pengambilan keputusan yang baik bagi daerah tersebut, dengan
tujuan bahwa informasi tersebut harus dapat bermanfaat dan memiliki nilai bagi
para pengunanya. Informasi akan sangat bermanfaat bila informasi tersebut dapat
dipahami dan digunakan pemakai untuk mempercayai informasi tersebut.
Karakteristik yang menjadi persyaratan agar laporan keuangan pemerintah
dapat memenuhi kualitas yang diharapkan sebagaimana disebutkan dalam
Universitas Sumatera Utara
Kerangka Konseptual Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Paragraf 35
menyebutkan sebagai berikut: a) Relevan, dikatakan laporan keuangan tersebut
relevan apabila informasi yang termuat dapat mempengaruhi pemakainya untuk
mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan dapat mempengaruhi dalam
pengambilan keputusan kedepan. Informasi yang relevan bila memiliki manfaat
umpan balik, manfaat prediktif, tepat waktu dan lengkap. b) Andal, informasi
dalam laporan keuangan dapat dikatakan andal apabila dapat menyajikan secara
wajar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Informasi yang andal memenuhi
karakteristik penyajian jujur, dapat diverifikasi dan netralitas. c) Dapat
dibandingkan, informasi laporan keuangan dapat bermanfaat bila laporan
keuangan tersebut dapat dibandingkan baik antar periode/waktu maupun entitas
yang sejenis pada umumnya. d) Dapat dipahami, informasi laporan keuangan
sangat bermanfaat bagi penggunanya bila dapat dengan mudah untuk dipahami
dan diungkapkan dalam bentuk maupun istilah yang sesuai dengan batasan
penguna umum.
Pengelolaan keuangan daerah bersumber dari Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD) masih memiliki kelemahan dan kekurangan dalam hal
kualitas informasi yang tersaji dalam laporan keuangan pemerintah daerah.
Laporan keuangan pemerintah daerah banyak menyajikan data-data yang tidak
sesuai dengan keadaan sebenarnya, tidak sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP), dan banyak penyimpangan-penyimpangan yang berhasil
ditemukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Adapun hal-hal yang
mempengaruhi ini disebabkan oleh beberapa faktor, pertama adalah kapasitas
sumber daya manusia terutama dalam bidang akuntansi masih kurang karena
Universitas Sumatera Utara
dalam penyusunan laporan keuangan diperlukan keahlian dan pengetahuan bidang
ilmu akuntansi. Abdullah (2009) menyebutkan kendala-kendala yang dihadapi
oleh pemerintah daerah dalam penerapan standar akuntansi pemerintahan untuk
menyusun laporan keuangan, diantaranya kualitas sumber daya manusia yang
belum memadai. Hal ini sejalan dengan Winidyaningrum (2010) dari hasil
penelitiannya menyebutkan sumber daya manusia berpengaruh positif signifikan
terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Berbeda dengan
penelitian Sukmaningrum (2012) hasil penelitiannya menunjukan sumber daya
manusia tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas informasi laporan
keuangan pemerintah daerah.
Faktor kedua adalah pemanfaatan teknologi informasi yang belum
maksimal dalam penyusunan laporan keuangan. Pemanfaatan teknologi komputer
maupun laptop di masa sekarang ini dapat melipatgandakan kemampuan manusia
dalam bekerja. Teknologi informasi terdiri dari bagian yang digunakan untuk
mengolah data, termasuk dalam memproses data, mendapatkan, menyusun,
menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai hal untuk menghasilkan informasi
yang berkualitas. Agar mempermudah pengelolaan keuangan, Pemerintah Kota
Tebing Tinggi telah menggunakan sistem informasi akuntansi keuangan daerah
yaitu aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) keuangan yang
merupakan produk dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Sejalan dengan Yosefrinaldi (2013) dari penelitiannya menyebutkan bahwa
pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah. Berbeda dengan penelitian Deni Herdianto
Universitas Sumatera Utara
(2015) hasil penelitiannya menunjukan pemanfaatan teknologi informasi tidak
berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.
Faktor ketiga adalah penerapan standar akuntansi pemerintahan sebagai
pedoman utama dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) dalam Pasal 1 disebutkan bahwa standar akuntansi
pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang harus diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah guna menghasilkan
laporan keuangan yang berkualitas. Hasil penelitian Mahaputra (2014)
menyebutkan implementasi standar akuntansi pemerintahan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kualitas informasi pelaporan keuangan. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Pangkong, dkk (2013) hasil penelitiannya
berkesimpulan bahwa pemahaman peraturan dalam hal ini yang berkaitan dengan
standar akuntansi pemerintahan tidak berpengaruh terhadap kemampuan dalam
penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.
Faktor keempat adalah audit internal yang dilakukan oleh inspektorat
daerah. Jusuf (1999:757) mengambil pendapat yang dikemukakan oleh Arens dan
Loebbecke dengan menyatakan bahwa pengawasan internal yang dilakukan oleh
auditor internal bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah struktur
pengendalian intern suatu entitas telah dirancang dan berjalan efektif dan apakah
laporan keuangan telah disajikan dengan wajar. Dengan demikian pengawasan
internal akan membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan
menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan
meningkatkan efektivitas dalam proses pengelolaan resiko kecukupan kontrol dan
Universitas Sumatera Utara
pengelolaan organisasi. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005
dalam Pasal 1 Ayat 4 Tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, pengawasan atas penyelenggaraan
pemerintahan daerah adalah suatu proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin
pemerintah daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sejalan dengan penelitian
Yuliani, dkk (2010) yang hasil penelitiannya menyebutkan peran internal audit
berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh M. Ali Fikri, dkk. (2015) hasil penelitiannya
berkesimpulan bahwa peran audit internal tidak berpengaruh terhadap kualitas
informasi laporan keuangan.
Faktor kelima adalah pengelolaan aset tetap milik daerah. Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa barang milik daerah adalah
segala barang yang dibeli atau diperoleh dari beban APBD atau yang diperoleh
dengan cara lainnya dengan cara yang sah. Pengelolaan aset tetap milik daerah
masih belum maksimal yang merupakan komponen yang penting dan signifikan
dalam laporan keuangan pemerintah daerah. Pengelolaan aset tetap milik daerah
memerlukan perhatian khusus karena adanya pengaruh depresiasi dan
penambahan dari nilai aset tersebut. Hal utama penyebab lemahnya pengelolaan
aset tetap milik daerah adalah belum maksimalnya pengendalian aset tetap, yakni
tidak maksimalnya sistem yang terintegrasi antara data akuntansi yang dikelola
oleh bagian keuangan dengan data aset tetap yang dikelola di bagian barang
daerah. Sejalan dengan penelitan yang dilakukan oleh Rudianto Simamora dan
Universitas Sumatera Utara
Abdul Halim (2012) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pengelolaan aset pasca pemekaran wilayah dan pengaruhnya terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah di Kabupaten Tapanuli Selatan, dimana hasil
penelitian ini menunjukan sumber daya manusia, bukti kepemilikan, penilaian
aset, komitmen pimpinan, dan sikap mempengaruhi kualitas laporan keuangan
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan setelah pemekaran.
Faktor keenam adalah sistem pengendalian intern pemerintah yang dalam
penelitian
ini
merupakan
variabel
moderating
dimana
dapat
meningkatkan/memperbaiki kualitas informasi laporan keuangan pemerintah
daerah. Sistem pengendalian intern menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 dalam Pasal 1adalah proses yang menyeluruh pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara berkelanjutan baik pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan agar tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan
yang efektif dan efisien, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset negara,
dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Pemerintah pusat maupun
daerah mengenal suatu sistem pengendalian intern yang disebut dengan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) baik di lingkungan pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Pengendalian intern akuntansi yang lemah akan
menyebabkan sulitnya terdeteksi kecurangan/penyimpangan dalam proses
akuntansi yang dijalankan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Armando
(2013) menyatakan bahwa sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh
positif signifikan terhadap nilai informasi laporan keuangan pemerintah. Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Ali Fikri, dkk. (2015) hasil
Universitas Sumatera Utara
penelitiannya berkesimpulan bahwa sitem pengendalian intern tidak berpengaruh
terhadap kualitas informasi laporan keuangan.
Pasal 16 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, terdapat empat
jenis opini yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yaitu Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP), Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Tidak Wajar
(TW), dan Pernyataan Menolak Memberikan Opini (Disclaimer). Laporan
keuangan pemerintah daerah dikatakan baik apabila memperoleh opini wajar
tanpa pengecualian. Kriteria dalam pemberian opini laporan keuangan pemerintah
daerah antara lain: a) kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP),
b) kecukupan pengungkapan, c) kepatuhan terhadap perautan perundangundangan, dan d) efektivitas SPI. Fakta yang terjadi saat ini menunjukan bahwa
opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang dilaporkan dalam Ikhtisar Hasil
Pemerikasaan Sementara (IHPS) Semester I tahun 2015 mengungkapkan dari
pemeriksaan 504 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), BPK
memberikan opini WTP atas 251 LKPD, opini WDP atas 230 LKPD, opini TW
sebanyak 4 LKPD dan disclaimer sebanyak 19 LKPD. Lebih lanjut Gutomo
(2014) menyatakan bahwa permasalahan yang dapat menghambat belum
diperolehnya opini WTP oleh pemerintah daerah dapat berupa: pengelolaan kas,
persediaan, investasi permanen dan non permanen, serta secara mayoritas
disebabkan karena pengelolaan aset yang belum akuntabel.
Berdasarkan data pada Ikhtisar Hasil Pemerikasaan Sementara (IHPS)
Semester I Tahun 2015 Pemerintah Kota Tebing Tinggi mendapatkan opini Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP) dari hasil pemerikasan BPK. Hal ini mengalami
Universitas Sumatera Utara
peningkatan dari tahun 2009. Opini WTP yang diperoleh Pemerintah Kota Tebing
Tinggi ini menunjukan bahwa telah ada perbaikan atas kekurangan-kekurangan di
tahun sebelumnya.
Tabel. 1.1 Daftar Opini Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi
Tahun
Opini
2009
2010
2011
2012
2013
2014
1 WDP 1 WDP 1 TMP 1 WDP 1 WDP 1 WTP
Sumber : IHPS I BPK RI Tahun 2015
Menurut evaluasi oleh BPK menunjukan bahwa LKPD Pemerintah yang
memperoleh opini WTP dan WDP pada umumnya telah memiliki pengendalian
intern yang memadai. Disamping itu LKPD pemerintah yang memperoleh opini
TW dan TMP masih memerlukan perbaikan dalam pengendalian intern untuk
menyajikan informasi laporan keuangan terutama dalam pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja. Permasalahan ini terjadi pada dasarnya disebabkan oleh
beberapa hal seperti pejabat/pelaksana yang bertanggung jawab lalai dan tidak
cermat dalam menyajikan laporan keuangan, belum optimal dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab, tidak memahami ketentuan yang berlaku, kelemahan
pada sistem aplikasi yang digunakan, dan keterlambatan dalam penyampaian
laproan serta penerapan sistem akutansi pemerintah berbasis akrual yang belum
optimal. Hal ini sejalan dengan kewajiban pemerintah untuk menerapkan standar
akuntansi pemerintah berbasis akrual yang dimulai tahun 2015, ini merupakan
tantangan besar bagi Pemerintah Kota Tebing Tinggi agar dapat menyusun
laporan keuangannya dengan lebih baik sehingga dapat mempertahankan opini
WTP yang telah didapat.
Standar
akuntansi
pemerintahan
mengharuskan
pemerintah
untuk
menerapkan akuntansi berbasis akrual, sementara di Indonesia sampai dengan
Universitas Sumatera Utara
tahun 2004 masih menggunakan metode pembukuan single entry berbasis kas
belum menggunakan metode doble entry sehingga memerlukan proses untuk
menuju basis akrual. Sejalan dengan perkembanganya pemerintah menyiapkan
beberapa tahapan dengan menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis kas menuju akrual.
Selanjuntya pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menganut basis akrual baik
pencatatan pendapatan, belanja, aset kewajiban dan ekuitas.
Berdasarkan fenomena tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
LKPD yang dihasilkan belum memenuhi kriteria sebagai laporan keuangan yang
memberikan informasi yang memadai. LKPD salah satu sebagai dasar dalam
memberikan kontribusi untuk pengambilan keputusan untuk menentukan arah
pembangunan daerah kedepan, maka diperlukan LKPD yang memiliki kualitas
informasi laporan keuangan yang relevan, andal, dapat dipahami dan dapat
dibandingkan. Berdasarkan uraian diatas dan adanya inkonsistensi dari beberapa
peneliti sebelumnya untuk itu peneliti tertarik meneliti kembali dengan judul
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan
Pemerintah Kota Tebing Tinggi Dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Sebagai Variabel Moderating”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1.
Apakah kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi,
penerapan standar akuntansi pemerintahan, audit internal, dan pengelolaan
Universitas Sumatera Utara
aset tetap milik daerah berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap
kualitas informasi laporan keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi?
2.
Apakah sistem pengendalian intern pemerintah mampu memoderasi
hubungan antara kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi
informasi, penerapan standar akuntansi pemerintahan, audit internal, dan
pengelolaan aset tetap milik daerah dengan kualitas informasi laporan
keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan
diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kapasitas sumber daya
manusia, pemanfaatan teknologi informasi, penerapan standar akuntansi
pemerintahan, audit internal, dan pengelolaan aset tetap milik daerah secara
simultan dan parsial terhadap kualitas informasi laporan keuangan
Pemerintah Kota Tebing Tinggi.
2.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sistem pengendalian intern
pemerintah dalam memoderasi hubungan antara kapasitas sumber daya
manusia, pemanfaatan teknologi informasi, penerapan standar akuntansi
pemerintahan, audit internal, dan pengelolaan aset tetap milik daerah dengan
kualitas informasi laporan keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi/peranan
yang berarti kepada:
Universitas Sumatera Utara
1.
Peneliti, adalah sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan
tentang kualitas informasi laporan keuangan Pemerintah Kota Tebing
Tinggi.
2.
Pemerintah Kota Tebing Tinggi, hasil penelitian ini dapat memberikan
masukan dalam mengevaluasi tentang kualitas informasi laporan keuangan
untuk peningkatan kinerja Pemerintah Kota Tebing Tinggi.
3.
Akademisi, diharapkan dapat menambah, memperluas atau memperkaya
hasil penelitian dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.
1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan
oleh M. Ali Fikri (2015) dengan judul Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan, Kompetensi Aparatur dan Peran Audit Internal Terhadap Kualitas
Informasi Laporan Keuangan Dengan Sistem Pengendalian Intern Sebagai
Variabel Moderating (Studi Empiris Pada SKPD-SKPD di Pemprov. NTB).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu:
Tabel 1.2. Originalitas Penelitian
Kriteria
Judul Penelitian
Objek Penelitian
Tahun Penelitian
Variabel Independen
Variabel Dependen
Variabel Moderating
Penelitian Terdahulu
Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan, Kompetensi Aparatur dan
Peran Audit Internal Terhadap Kualitas
Informasi Laporan Keuangan Dengan
Sistem Pengendalian Intern Sebagai
Variabel Moderating
Studi Empiris Pada SKPD-SKPD di
Pemprov. NTB
2015
Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan
Kompetensi Aparatur
Peran Audit Internal
Sistem Pengendalian Intern
Kualitas Informasi Laporan Keuangan
Sistem Pengendalian Intern
Penelitian Sekarang
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kualitas Informasi Laporan Keuangan
Pemerintah Kota Tebing Tinggi
Dengan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah Sebagai Variabel
Moderating
Pemerintah Kota Tebing Tinggi
2016
Kapasitas Sumber daya Manusia
Pemanfaatan Teknologi Informasi
Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan
Internal Audit
Pengelolaan Aset Tetap Milik Daerah
Kualitas Informasi Laporan Keuangan
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pelaksanaan pemerintahan di daerah dituntut untuk mengedepankan
transparansi dalam melaksanakan pengelolaan keuangannya. Kualitas informasi
dalam laporan keuangan pemerintah daerah yang baik merupakan salah satu tolok
ukur pelaksanaan pemerintahan yang baik, sesuai dengan Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik dalam Pasal 7 Ayat 2
menyebutkan bahwa badan publik dalam hal ini pemerintah wajib memberikan
informasi publik yang akurat, benar dan tidak menyesatkan. Pemerintah wajib
memberikan informasi mengenai kinerja maupun mengenai laporan keuangan
pemerintah daerah.
Fenomena yang terjadi dalam perkembangan akuntansi sektor publik
dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga pemerintah
untuk lebih transparan yang merupakan implikasi bagi manajemen sektor publik
dalam memberikan informasi kepada masyarakat (Mardiasmo, 2005). Peran
penting informasi laporan keuangan pemerintah daerah harus dapat menjadi acuan
daerah dalam pengambilan keputusan yang baik bagi daerah tersebut, dengan
tujuan bahwa informasi tersebut harus dapat bermanfaat dan memiliki nilai bagi
para pengunanya. Informasi akan sangat bermanfaat bila informasi tersebut dapat
dipahami dan digunakan pemakai untuk mempercayai informasi tersebut.
Karakteristik yang menjadi persyaratan agar laporan keuangan pemerintah
dapat memenuhi kualitas yang diharapkan sebagaimana disebutkan dalam
Universitas Sumatera Utara
Kerangka Konseptual Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Paragraf 35
menyebutkan sebagai berikut: a) Relevan, dikatakan laporan keuangan tersebut
relevan apabila informasi yang termuat dapat mempengaruhi pemakainya untuk
mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan dapat mempengaruhi dalam
pengambilan keputusan kedepan. Informasi yang relevan bila memiliki manfaat
umpan balik, manfaat prediktif, tepat waktu dan lengkap. b) Andal, informasi
dalam laporan keuangan dapat dikatakan andal apabila dapat menyajikan secara
wajar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Informasi yang andal memenuhi
karakteristik penyajian jujur, dapat diverifikasi dan netralitas. c) Dapat
dibandingkan, informasi laporan keuangan dapat bermanfaat bila laporan
keuangan tersebut dapat dibandingkan baik antar periode/waktu maupun entitas
yang sejenis pada umumnya. d) Dapat dipahami, informasi laporan keuangan
sangat bermanfaat bagi penggunanya bila dapat dengan mudah untuk dipahami
dan diungkapkan dalam bentuk maupun istilah yang sesuai dengan batasan
penguna umum.
Pengelolaan keuangan daerah bersumber dari Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD) masih memiliki kelemahan dan kekurangan dalam hal
kualitas informasi yang tersaji dalam laporan keuangan pemerintah daerah.
Laporan keuangan pemerintah daerah banyak menyajikan data-data yang tidak
sesuai dengan keadaan sebenarnya, tidak sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP), dan banyak penyimpangan-penyimpangan yang berhasil
ditemukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Adapun hal-hal yang
mempengaruhi ini disebabkan oleh beberapa faktor, pertama adalah kapasitas
sumber daya manusia terutama dalam bidang akuntansi masih kurang karena
Universitas Sumatera Utara
dalam penyusunan laporan keuangan diperlukan keahlian dan pengetahuan bidang
ilmu akuntansi. Abdullah (2009) menyebutkan kendala-kendala yang dihadapi
oleh pemerintah daerah dalam penerapan standar akuntansi pemerintahan untuk
menyusun laporan keuangan, diantaranya kualitas sumber daya manusia yang
belum memadai. Hal ini sejalan dengan Winidyaningrum (2010) dari hasil
penelitiannya menyebutkan sumber daya manusia berpengaruh positif signifikan
terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Berbeda dengan
penelitian Sukmaningrum (2012) hasil penelitiannya menunjukan sumber daya
manusia tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas informasi laporan
keuangan pemerintah daerah.
Faktor kedua adalah pemanfaatan teknologi informasi yang belum
maksimal dalam penyusunan laporan keuangan. Pemanfaatan teknologi komputer
maupun laptop di masa sekarang ini dapat melipatgandakan kemampuan manusia
dalam bekerja. Teknologi informasi terdiri dari bagian yang digunakan untuk
mengolah data, termasuk dalam memproses data, mendapatkan, menyusun,
menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai hal untuk menghasilkan informasi
yang berkualitas. Agar mempermudah pengelolaan keuangan, Pemerintah Kota
Tebing Tinggi telah menggunakan sistem informasi akuntansi keuangan daerah
yaitu aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) keuangan yang
merupakan produk dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Sejalan dengan Yosefrinaldi (2013) dari penelitiannya menyebutkan bahwa
pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah. Berbeda dengan penelitian Deni Herdianto
Universitas Sumatera Utara
(2015) hasil penelitiannya menunjukan pemanfaatan teknologi informasi tidak
berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.
Faktor ketiga adalah penerapan standar akuntansi pemerintahan sebagai
pedoman utama dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) dalam Pasal 1 disebutkan bahwa standar akuntansi
pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang harus diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah guna menghasilkan
laporan keuangan yang berkualitas. Hasil penelitian Mahaputra (2014)
menyebutkan implementasi standar akuntansi pemerintahan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kualitas informasi pelaporan keuangan. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Pangkong, dkk (2013) hasil penelitiannya
berkesimpulan bahwa pemahaman peraturan dalam hal ini yang berkaitan dengan
standar akuntansi pemerintahan tidak berpengaruh terhadap kemampuan dalam
penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.
Faktor keempat adalah audit internal yang dilakukan oleh inspektorat
daerah. Jusuf (1999:757) mengambil pendapat yang dikemukakan oleh Arens dan
Loebbecke dengan menyatakan bahwa pengawasan internal yang dilakukan oleh
auditor internal bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah struktur
pengendalian intern suatu entitas telah dirancang dan berjalan efektif dan apakah
laporan keuangan telah disajikan dengan wajar. Dengan demikian pengawasan
internal akan membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan
menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan
meningkatkan efektivitas dalam proses pengelolaan resiko kecukupan kontrol dan
Universitas Sumatera Utara
pengelolaan organisasi. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005
dalam Pasal 1 Ayat 4 Tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, pengawasan atas penyelenggaraan
pemerintahan daerah adalah suatu proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin
pemerintah daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sejalan dengan penelitian
Yuliani, dkk (2010) yang hasil penelitiannya menyebutkan peran internal audit
berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh M. Ali Fikri, dkk. (2015) hasil penelitiannya
berkesimpulan bahwa peran audit internal tidak berpengaruh terhadap kualitas
informasi laporan keuangan.
Faktor kelima adalah pengelolaan aset tetap milik daerah. Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa barang milik daerah adalah
segala barang yang dibeli atau diperoleh dari beban APBD atau yang diperoleh
dengan cara lainnya dengan cara yang sah. Pengelolaan aset tetap milik daerah
masih belum maksimal yang merupakan komponen yang penting dan signifikan
dalam laporan keuangan pemerintah daerah. Pengelolaan aset tetap milik daerah
memerlukan perhatian khusus karena adanya pengaruh depresiasi dan
penambahan dari nilai aset tersebut. Hal utama penyebab lemahnya pengelolaan
aset tetap milik daerah adalah belum maksimalnya pengendalian aset tetap, yakni
tidak maksimalnya sistem yang terintegrasi antara data akuntansi yang dikelola
oleh bagian keuangan dengan data aset tetap yang dikelola di bagian barang
daerah. Sejalan dengan penelitan yang dilakukan oleh Rudianto Simamora dan
Universitas Sumatera Utara
Abdul Halim (2012) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pengelolaan aset pasca pemekaran wilayah dan pengaruhnya terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah di Kabupaten Tapanuli Selatan, dimana hasil
penelitian ini menunjukan sumber daya manusia, bukti kepemilikan, penilaian
aset, komitmen pimpinan, dan sikap mempengaruhi kualitas laporan keuangan
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan setelah pemekaran.
Faktor keenam adalah sistem pengendalian intern pemerintah yang dalam
penelitian
ini
merupakan
variabel
moderating
dimana
dapat
meningkatkan/memperbaiki kualitas informasi laporan keuangan pemerintah
daerah. Sistem pengendalian intern menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 dalam Pasal 1adalah proses yang menyeluruh pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara berkelanjutan baik pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan agar tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan
yang efektif dan efisien, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset negara,
dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Pemerintah pusat maupun
daerah mengenal suatu sistem pengendalian intern yang disebut dengan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) baik di lingkungan pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Pengendalian intern akuntansi yang lemah akan
menyebabkan sulitnya terdeteksi kecurangan/penyimpangan dalam proses
akuntansi yang dijalankan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Armando
(2013) menyatakan bahwa sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh
positif signifikan terhadap nilai informasi laporan keuangan pemerintah. Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Ali Fikri, dkk. (2015) hasil
Universitas Sumatera Utara
penelitiannya berkesimpulan bahwa sitem pengendalian intern tidak berpengaruh
terhadap kualitas informasi laporan keuangan.
Pasal 16 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, terdapat empat
jenis opini yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yaitu Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP), Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Tidak Wajar
(TW), dan Pernyataan Menolak Memberikan Opini (Disclaimer). Laporan
keuangan pemerintah daerah dikatakan baik apabila memperoleh opini wajar
tanpa pengecualian. Kriteria dalam pemberian opini laporan keuangan pemerintah
daerah antara lain: a) kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP),
b) kecukupan pengungkapan, c) kepatuhan terhadap perautan perundangundangan, dan d) efektivitas SPI. Fakta yang terjadi saat ini menunjukan bahwa
opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang dilaporkan dalam Ikhtisar Hasil
Pemerikasaan Sementara (IHPS) Semester I tahun 2015 mengungkapkan dari
pemeriksaan 504 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), BPK
memberikan opini WTP atas 251 LKPD, opini WDP atas 230 LKPD, opini TW
sebanyak 4 LKPD dan disclaimer sebanyak 19 LKPD. Lebih lanjut Gutomo
(2014) menyatakan bahwa permasalahan yang dapat menghambat belum
diperolehnya opini WTP oleh pemerintah daerah dapat berupa: pengelolaan kas,
persediaan, investasi permanen dan non permanen, serta secara mayoritas
disebabkan karena pengelolaan aset yang belum akuntabel.
Berdasarkan data pada Ikhtisar Hasil Pemerikasaan Sementara (IHPS)
Semester I Tahun 2015 Pemerintah Kota Tebing Tinggi mendapatkan opini Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP) dari hasil pemerikasan BPK. Hal ini mengalami
Universitas Sumatera Utara
peningkatan dari tahun 2009. Opini WTP yang diperoleh Pemerintah Kota Tebing
Tinggi ini menunjukan bahwa telah ada perbaikan atas kekurangan-kekurangan di
tahun sebelumnya.
Tabel. 1.1 Daftar Opini Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi
Tahun
Opini
2009
2010
2011
2012
2013
2014
1 WDP 1 WDP 1 TMP 1 WDP 1 WDP 1 WTP
Sumber : IHPS I BPK RI Tahun 2015
Menurut evaluasi oleh BPK menunjukan bahwa LKPD Pemerintah yang
memperoleh opini WTP dan WDP pada umumnya telah memiliki pengendalian
intern yang memadai. Disamping itu LKPD pemerintah yang memperoleh opini
TW dan TMP masih memerlukan perbaikan dalam pengendalian intern untuk
menyajikan informasi laporan keuangan terutama dalam pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja. Permasalahan ini terjadi pada dasarnya disebabkan oleh
beberapa hal seperti pejabat/pelaksana yang bertanggung jawab lalai dan tidak
cermat dalam menyajikan laporan keuangan, belum optimal dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab, tidak memahami ketentuan yang berlaku, kelemahan
pada sistem aplikasi yang digunakan, dan keterlambatan dalam penyampaian
laproan serta penerapan sistem akutansi pemerintah berbasis akrual yang belum
optimal. Hal ini sejalan dengan kewajiban pemerintah untuk menerapkan standar
akuntansi pemerintah berbasis akrual yang dimulai tahun 2015, ini merupakan
tantangan besar bagi Pemerintah Kota Tebing Tinggi agar dapat menyusun
laporan keuangannya dengan lebih baik sehingga dapat mempertahankan opini
WTP yang telah didapat.
Standar
akuntansi
pemerintahan
mengharuskan
pemerintah
untuk
menerapkan akuntansi berbasis akrual, sementara di Indonesia sampai dengan
Universitas Sumatera Utara
tahun 2004 masih menggunakan metode pembukuan single entry berbasis kas
belum menggunakan metode doble entry sehingga memerlukan proses untuk
menuju basis akrual. Sejalan dengan perkembanganya pemerintah menyiapkan
beberapa tahapan dengan menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis kas menuju akrual.
Selanjuntya pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menganut basis akrual baik
pencatatan pendapatan, belanja, aset kewajiban dan ekuitas.
Berdasarkan fenomena tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
LKPD yang dihasilkan belum memenuhi kriteria sebagai laporan keuangan yang
memberikan informasi yang memadai. LKPD salah satu sebagai dasar dalam
memberikan kontribusi untuk pengambilan keputusan untuk menentukan arah
pembangunan daerah kedepan, maka diperlukan LKPD yang memiliki kualitas
informasi laporan keuangan yang relevan, andal, dapat dipahami dan dapat
dibandingkan. Berdasarkan uraian diatas dan adanya inkonsistensi dari beberapa
peneliti sebelumnya untuk itu peneliti tertarik meneliti kembali dengan judul
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan
Pemerintah Kota Tebing Tinggi Dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Sebagai Variabel Moderating”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1.
Apakah kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi,
penerapan standar akuntansi pemerintahan, audit internal, dan pengelolaan
Universitas Sumatera Utara
aset tetap milik daerah berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap
kualitas informasi laporan keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi?
2.
Apakah sistem pengendalian intern pemerintah mampu memoderasi
hubungan antara kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi
informasi, penerapan standar akuntansi pemerintahan, audit internal, dan
pengelolaan aset tetap milik daerah dengan kualitas informasi laporan
keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan
diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kapasitas sumber daya
manusia, pemanfaatan teknologi informasi, penerapan standar akuntansi
pemerintahan, audit internal, dan pengelolaan aset tetap milik daerah secara
simultan dan parsial terhadap kualitas informasi laporan keuangan
Pemerintah Kota Tebing Tinggi.
2.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sistem pengendalian intern
pemerintah dalam memoderasi hubungan antara kapasitas sumber daya
manusia, pemanfaatan teknologi informasi, penerapan standar akuntansi
pemerintahan, audit internal, dan pengelolaan aset tetap milik daerah dengan
kualitas informasi laporan keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi/peranan
yang berarti kepada:
Universitas Sumatera Utara
1.
Peneliti, adalah sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan
tentang kualitas informasi laporan keuangan Pemerintah Kota Tebing
Tinggi.
2.
Pemerintah Kota Tebing Tinggi, hasil penelitian ini dapat memberikan
masukan dalam mengevaluasi tentang kualitas informasi laporan keuangan
untuk peningkatan kinerja Pemerintah Kota Tebing Tinggi.
3.
Akademisi, diharapkan dapat menambah, memperluas atau memperkaya
hasil penelitian dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.
1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan
oleh M. Ali Fikri (2015) dengan judul Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan, Kompetensi Aparatur dan Peran Audit Internal Terhadap Kualitas
Informasi Laporan Keuangan Dengan Sistem Pengendalian Intern Sebagai
Variabel Moderating (Studi Empiris Pada SKPD-SKPD di Pemprov. NTB).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu:
Tabel 1.2. Originalitas Penelitian
Kriteria
Judul Penelitian
Objek Penelitian
Tahun Penelitian
Variabel Independen
Variabel Dependen
Variabel Moderating
Penelitian Terdahulu
Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan, Kompetensi Aparatur dan
Peran Audit Internal Terhadap Kualitas
Informasi Laporan Keuangan Dengan
Sistem Pengendalian Intern Sebagai
Variabel Moderating
Studi Empiris Pada SKPD-SKPD di
Pemprov. NTB
2015
Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan
Kompetensi Aparatur
Peran Audit Internal
Sistem Pengendalian Intern
Kualitas Informasi Laporan Keuangan
Sistem Pengendalian Intern
Penelitian Sekarang
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kualitas Informasi Laporan Keuangan
Pemerintah Kota Tebing Tinggi
Dengan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah Sebagai Variabel
Moderating
Pemerintah Kota Tebing Tinggi
2016
Kapasitas Sumber daya Manusia
Pemanfaatan Teknologi Informasi
Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan
Internal Audit
Pengelolaan Aset Tetap Milik Daerah
Kualitas Informasi Laporan Keuangan
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Universitas Sumatera Utara