Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan Dengan Sistem Pengendalian Intern Sebagai Variabel Moderating

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Penelitian
Pemerintah daerah mempunyai kewajiban mempublikasikan informasi

melalui laporan keuangan pemerintah daerah yang digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan. Dalam penyusunan laporan keuangannya, pemerintah
daerah mempunyai beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kualitas laporan
keuangannya

dikategorikan

baik.

Laporan

keuangan


yang

berkualitas

menunjukkan bahwa kepala daerah bertanggung jawab sesuai dengan wewenang
yang dilimpahkan kepadanya dalam pelaksanaan tanggung jawab mengelola
organisasi.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan
negara, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP mengatur prinsip-prinsip
akuntansi yang harus diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan pemerintah pusat maupun daerah. Oleh sebab itu, SAP merupakan
persyaratan sekaligus menjadi pedoman yang mempunyai kekuatan hukum dalam
upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia.
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (pasal 30-32), laporan keuangan pemerintah merupakan media
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara oleh Presiden selaku kepala
pemerintahan dan pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara serta para

gubernur/bupati/walikota selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan

daerah. Laporan keuangan pemerintah yang meliputi Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). LKPP merupakan
gabungan seluruh Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKK/L) dengan
Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LKBUN) sedangkan LKPD
merupakan laporan keuangan masing-masing Pemda.
LKPD (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah) harus mengikuti Standar
Akuntansi Pemerintahan sesuai Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005. Tujuan
diberlakukannya hal tersebut adalah agar lebih accountable dan semakin
diperlukannya peningkatan kualitas laporan keuangan. Kualitas laporan keuangan
pemerintah sangat dipengaruhi oleh faktor kepatuhan terhadap standar akuntansi,
kapabilitas sumber daya manusia, serta dukungan sistem akuntansi yang ada.
Tidak pula terlepas dinamika perubahan eksternal yang tidak dapat dikendalikan
oleh organisasi. Laporan keuangan pemerintah kemudian disampaikan kepada
DPR/DPRD dan masyarakat umum setelah diaudit oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).
Apabila informasi yang terdapat di dalam Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah memenuhi kriteria karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah
seperti yang disyaratkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005,
berarti pemerintah daerah mampu mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

dalam pengelolaan keuangan daerah. Informasi yang terkandung di dalam laporan

keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah harus sesuai dengan kriteria
nilai informasi yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan.
Salah satu indikator kualitas laporan keuangan adalah perolehan opini
BPK atas kewajaran penyajian laporan keuangan. Sebagai auditor intern
pemerintah, BPKP bersama-sama dengan APIP lainnya berkewajiban untuk
meningkatkan dan menjaga kualitas laporan keuangan pemerintah (LKPP,
LKK/L/BUN, dan LKPD). Untuk itu, BPKP melakukan kegiatan pengawasan
berupa reviu atas LKPP, audit atas laporan keuangan proyek yang didanai
Pinjaman Hibah Luar Negeri (PHLN), pendampingan pengelolaan keuangan
negara di K/L dan Pemda, dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) pengelola keuangan melalui program pendidikan dan pelatihan serta
transfer of knowledge oleh SDM BPKP yang dipekerjakan pada beberapa K/L
dan Pemda.
Akuntabilitas pelaporan keuangan, baik di lingkungan pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah (Pemda) menunjukkan adanya peningkatan kualitas.
Berdasarkan data hasil pemeriksaan BPK, sampai dengan akhir Juni 2014, dari 87
Kementerian/ Lembaga (K/L) yang telah diaudit oleh BPK sebanyak 65 K/L
memeroleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Dari 65 K/L tersebut,

sebanyak 22 K/L (34%) didampingi oleh BPKP. Badan Pemeriksa Keuangan
menilai kualitas penyusunan laporan keuangan di daerah rata-rata masih rendah,
terlihat dari masih sedikitnya daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa
pengecualian (Sumber www.bpk.go.id).

Dalam sebuah media kabar elektronik (republika.co.id) ketua Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) menyebutkan bahwa laporan keuangan pemerintah
daerah masih sedikit yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (WTP).
Hal ini mungkin didasari akibat belum memadainya kualitas sumber daya
manusia.
Ketua BPK menyebutkan sesuai data audit BPK tahun 2013 dari sebanyak
456 pemerintahan daerah, baru 34 daerah yang laporan keuangannya memperoleh
opini WTP. Sementara di tingkat pemerintahan pusat, 75 persen telah menerima
opini WTP.Meski demikian, ketua BPK mengatakan penyusunan laporan
keuangan

yang

baik atau


tergolong

WTP,

belum

tentu

serta

merta

merepresentasikan pencapaian kesejahteraan rakyat.
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Harry Azhar Azis meminta
pemerintah daerah untuk memperbaiki kualitas dan tata kelola yang masih rendah
dalam penyusunan laporan keuangan, sebagai upaya mendorong peningkatan
opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Berdasarkan data BPK, kualitas laporan keuangan WTP dari pemerintah
daerah yang tergolong baik disusun sesuai dengan standar dan aturan yang ada
baru mencapai 34 persen, jika dibandingkan dengan laporan keuangan pemerintah

pusat yang telah mencapai kisaran 74 persen (Sumber www.bpk.go.id).
Penelitian-penelitian terdahulu terkait dengan kualitas laporan keuangan
pemerintah

daerah diantaranya

penelitian Andini

(2015)

dimana

hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa kompetensi Sumber daya manusia dan

penerapan sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah berpengaruh baik secara
parsial maupun simultan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Sementara dalam penelitian Anjani (2014) dimana hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa baik secara parsial maupun simultan akuntabilitas dan

transparansi mempunyai pengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah.
Sementara dalam penelitian Masita (2015) dimana hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa semakin baik SDM maka laporan keuangan yang dihasilkan
juga akan semakin baik.
Laporan keuangan pemerintah kota Medan selama 4 tahun berturut-turut
dikategorikan baik. Hal ini terlihat predikat opini Wajar Tanpa Pengecualian dari
Badan Pemeriksa Keuangan dari tahun 2011-2014 diberikan kepada kota Medan.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu indikator kualitas laporam
keuangan adalah opini BPK. Sebab jika opini yang diperoleh baik maka laporan
keuangan disusun sudah sesuai dengan standar dan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Namun sejak diberlakukannya pencatatan akuntansi berbasis akrual dalam
lingkungan pemerintah daerah yang diterapkan tahun 2015 sesuai dengan PP
Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP sebagai pengganti PP Nomor 24 Tahun 2005
yang isinya mewajibkan penggunaan berbasis akrual untuk pendapatan, belanja,
aset, kewajiban, dan ekuitas untuk tahun 2015 pemerintah kota Medan tidak lagi
mendapat opini WTP melainkan mengalami penurunan menjadi WDP.

Berdasarkan sumber situs resmi BPK (www.bpk.go.id) dijelaskan bahwa
opini WDP yang diterima oleh pemko Medan ini disebabkan oleh keterlambatan

penyampaian LKPD ke BPK. Wakil Wali Kota Medan, Nasution (2015) mengatakan
keterlambatan itu juga terjadi karena baru pertama kali ini laporan keuangan harus
berbasis akrual. Untuk tahun depan, Akhyar optimistis penyerahan Laporan
Keuangan ke BPK tidak akan terlambat lagi. (sumber www. koran-sindo.com)
Dari 28 kabupaten/kota yang telah menyerahkan Laporan Keuangan, hanya lima
kabupaten/kota yang benar-benar menyiapkan Laporan Keuangan dalam waktu
tiga bulan (sumber www. bpk.go.id).
Dalam sebuah berita di harian Analisa Wakil Ketua Fraksi Partai Gerindra
DPRD Medan, Lubis (2016) sangat menyesalkan keterlambatan Pemko Medan
dalam menyerahkan LKPD 2015 pada BPK RI. LKPD baru diserahkan tanggal 31
Maret. Ia juga menyayangkan baru kali ini Pemko Medan Mendapat opini Wajar
Dengan Pengecualian (WDP) dari BPK RI terkait LKPD 2015 dimana beberapa
tahun sebelumnya Pemko Medan selalu memperoleh opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP).
Penurunan opini yang diperoleh pemko Medan sendiri menunjukkan
penurunan kualitas laporan keuangannya jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Hal ini terjadi akibat mulai diberlakukannya sistem pencatatan
berbasis akrual semenjak tahun 2015.
Banyak tantangan yang dihadapi dengan perubahan pencatatan berbasis
akrual ini. Mulai dari persiapan sistem informasi akuntansinya, persiapan sumber

daya manusia sebagai pengelola keuangannya dan sistem pengendalian intern.

Sistem

Pengendalian

Intern

Pemerintah

(SPIP)

adalah

Sistem

Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah sedangkan Pengawasan Intern adalah
seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam

rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan
sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk
kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Sistem pengendalian pemerintah dapat dibagi menjadi pengendalian intern
dan ekstern. Pengendalian intern meliputi Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara
fungsional melaksanakan pengawasan intern adalah aparat pengawasan intern
pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Menteri/Pimpinan
Lembaga; Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota. Sedangkan
pengawas ekstern pemerintah seperti BPK (Badan Pengawas Tertinggi
Keuangan), DPR dan DPRD (pengawasan politis), masyarakat (wasmas) dan
lembaga peradilan (pengawasan yudikatif).
Dalam hal sistem pengendalian intern pemerintah kota Medan dalam
sebuah situs resmi www. bpkp.go.id disebutkan bahwa guna meningkatkan sistem
pengendalian

internalnya

pemerintah


kota

Medan

menggandeng

BPKP

melakukan sosialisasi SPIP (Sistem Pengendalian Internal Pemerintah). Walikota
Medan berharap sistem pengendalian intern pemerintah kota Medan dapat

menjadi lebih baik dari waktu ke waktu guna meningkatkan kinerja aparatur
negara.
Namun, yang menjadi masalah adalah peserta sosialisasi SPIP pada
pemerintah daerah dari tahun ke tahun mengalami penurunan hal ini berbanding
terbalik dengan tujuan untuk meningkatkan sistem pengendalian intern. Tujuan
yang diharapkan sebelumnya untuk meningkatkan sistem pengendalian intern
pemerintah tidak akan terealisasi dengan mudah jika pesertanya mengalami
penurunan. Berikut adalah grafik peserta sosialisasi SPIP pada pemerintah daerah:
Gambar 1.1 Peserta Sosialisasi SPIP Pemda

Sumber : www.bpkp.go.id

Dalam sebuah berita online, juga dijelaskan bahwa dari hasil audit BPK
atas laporan keuangan pemerintah daerah kota Medan TA 2015, BPK menemukan
adanya kelemahan sistem pengendalian intern dan penyusunan laporan keuangan.
Menurut PP Nomor 60 tahun 2008, setiap instansi pemerintah
berkewajiban menerapkan SPIP dalam kegiatannya. Penerapan SPIP dengan baik
dan benar akan meningkatkan citra instansi pemerintah karena mampu mencapai

tujuannya secara efektif dan efisien, menampilkan laporan keuangan yang andal,
serta menghindarkan negara dari kerugian karena memiliki SDM yang taat pada
peraturan. Jika pemerintah daerah sendiri mempunyai sistem pengendalian intern
yang kurang baik maka bagaimana kualitas laporan keuangannya juga akan baik.
Begitu juga sebaliknya jika sistem pengendalian internnya baik maka kualitas
laporan keuangannya juga akan baik.
Meskipun dengan standar yang sudah ditetapkan dan SDM yang
berkompeten jika tidak ada pengendalian intern yang baik di masing-masing
pemda kualitas laporan keuangan daerah yang dihasilkan juga tidak akan
menghasilkan hasil yang baik. Sebagimana yang sudah dijelaskan sebelumnya
dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang tujuan adanya Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah.
Berdasarkan referensi penelitian terdahulu dan beberapa fenomena yang
telah dijelaskan dari berbagai sumber resmi, maka penulis melakukan penelitian
dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Kota Medan dengan Sistem Pengendalian Intern sebagai
Variabel Moderasi”.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah maka

permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1.

Apakah standar akuntansi berbasis akrual, kompetensi sumber daya manusia
dan akuntabilitas secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah kota Medan?

2.

Apakah sistem pengendalian intern mampu memoderasi hubungan standar
akuntansi berbasis akrual, kompetensi sumber daya manusia dan
akuntabilitas dengan kualitas laporan keuangan pemerintah kota Medan?

1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan diatas, maka penelitian

ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.

Mengetahui pengaruh standar akuntansi berbasis akrual, kompetensi sumber
daya manusia, dan akuntabilitas baik secara simultan dan parsial terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah kota Medan.

2.

Mengetahui sistem pengendalian intern mampu memoderasi hubungan
standar akuntansi berbasis akrual, kompetensi sumber daya manusia, dan
akuntabilitas dengan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah kota
Medan.

1.4

Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, adapun manfaat penelitian yang diperoleh

adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti dalam menyelesaikan
studi magisternya dan diharapkan mampu memberikan ilmu tambahan
berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
2. Bagi Praktisi
Sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan dalam pengambilan
kebijakan, membantu memberikan kontribusi bagi praktik akuntansi di Indonesia
di masa yang akan datang, dan memberikan wawasan sertam wacana kepada

pihak SKPD dalam mengembangkan sumber daya, sistem akuntansi keuangan,
teknologi informasi, dan sistem pengendalian intern, dalam rangka meningkatkan
efektifitas dan efisiensi akuntabilitas keuangan.
3. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mengembangkan ilmu
pengetahuan akuntansi pada umumnya, dan akuntansi pemerintahan di Indonesia
pada khususnya.
4. Bagi Pemerintah Daerah
Sebagai wawasan tentang pengaruh penerapan standar akuntansi berbasis
akrual, kompetensi sumber daya manusia, akuntabilitas dan sistem pengendalian
intern terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah
1.5

Originalitas
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Andini (2015)

yang berjudul “Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia dan Penerapan
Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah” Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian
terdahulu adalah sebagai berikut:
1. Tahun Pengamatan
Tahun pengamatan yang dilakukan pada penelitian terdahulu dilakukan
pada tahun 2015 sedangkan dalam penelitian ini dilakukan pada tahun 2016.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian terdahulu yaitu SKPD Pemerintah Kabupaten Empat
Lawang Sumatera Selatan sedangkan pada penelitian ini pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Medan.

3. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan pada penelitian terdahulu yaitu kompetensi
sumber daya manusia dan penerapan sistem akuntansi keuangan pemerintah
daerah sedangkan pada penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah
penerapan standar akuntansi pemerintah berbasis akrual, kompetensi sumber daya
manusia dan akuntabilitas dengan sistem pengendalian intern sebagai variabel
moderating.

Peneliti menambah variabel akuntabilitas, penerapan standar

akuntansi pemerintah berbasis akrual dan variabel sistem pengendalian intern
sebagai variabel moderating.
4. Alasan Meneliti Kembali
Peneliti meneliti penelitian ini kembali dan objek penelitian dipilih
pemerintah kota medan adalah penerapan akrual dimulai pada tahun 2015 dan
pada tahun 2016 pemerintah mengharuskan setiap SKPD melakukan pencatatan
berbasis akrual yang sebelumnya belum pernah menggunakan standar ini hal ini
sesuai dengan PP No. 71 Tahun 2010. Fakta yang terjadi di lapangan yang dilihat
peneliti sendiri di tempat bekerja peneliti di salah satu SKPD di Kota Medan
adalah tidak siapnya SKPD untuk penerapan akrual ini. Hal ini dilihat dari
penurunan opini yang didapat selama empat tahun berturut-turut mendapat WTP
dan kemudian menjadi WDP.
Berdasarkan sumber situs resmi BPK dijelaskan bahwa opini WDP yang
diterima oleh pemko Medan ini disebabkan oleh keterlambatan penyampaian
LKPD ke BPK. Wakil Wali Kota Medan, Nasution (2015) mengatakan
keterlambatan itu juga terjadi karena baru pertama kali ini laporan keuangan harus

berbasis akrual (sumber www. koran-sindo.com). Dari 28 kabupaten/kota yang
telah menyerahkan Laporan Keuangan, hanya lima kabupaten/kota yang benarbenar menyiapkan Laporan Keuangan dalam waktu tiga bulan (sumber www.
bpk.go.id).
Dalam sebuah berita di harian Analisa Wakil Ketua Fraksi Partai Gerindra
DPRD Medan, Lubis (2016) sangat menyesalkan keterlambatan Pemko Medan
dalam menyerahkan LKPD 2015 pada BPK RI. LKPD baru diserahkan tanggal 31
Maret. Ia juga menyayangkan baru kali ini Pemko Medan Mendapat opini Wajar
Dengan Pengecualian (WDP) dari BPK RI terkait LKPD 2015 dimana beberapa
tahun sebelumnya Pemko Medan selalu memperoleh opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP).
Peneliti menambah vaiabel akuntabilitas sebagai variabel tambahan sebab
dengan terpenuhinya unsur transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan dapat
dikategorikan baik dalam pemerintah daerah. Varibel sistem pengendalian intern
ditambahkan peneliti berdasarkan fakta yang telah dijelaskan oleh BPK bahwa
sistem pengendalian intern pemerintah daerah belum terlaksana dengan cukup
baik. Dalam sebuah berita online (beritasore.com) yang terbit pada tanggal 10
Oktober 2016, juga dijelaskan bahwa dari hasil audit BPK atas laporan keuangan
pemerintah daerah kota Medan TA 2015, BPK menemukan adanya kelemahan
sistem pengendalian intern dan penyusunan laporan keuangan.
Menurut PP Nomor 60 tahun 2008, setiap instansi pemerintah
berkewajiban menerapkan SPIP dalam kegiatannya. Penerapan SPIP dengan baik
dan benar akan meningkatkan citra instansi pemerintah karena mampu mencapai

tujuannya secara efektif dan efisien, menampilkan laporan keuangan yang andal,
serta menghindarkan negara dari kerugian karena memiliki SDM yang taat pada
peraturan.
Tabel 1.1
Originalitas Penelitian
Uraian

Penelitian Terdahulu

Penelitian Sekarang

Tahun
Pengamatan

2015

2016

Objek
Penelitian

SKPD Pemerintah
Kabupaten Empat
Lawang Sumatera Selatan
Dependen:
Kualitas
Laporan Keuangan
Independen : Kompetensi
Sumber Daya Manusia
dan Sistem Akuntansi
Keuangan
Pemerintah
Daerah

Variabel
Penelitian

SKPD Pemerintah Kota Medan

Dependen : Kualitas Laporan
Keuangan
Independen : Standar Akuntansi
Berbasis Akrual, Kompetensi
Sumber Daya Manusia, dan
akuntabilitas
Moderasi : Sistem Pengendalian
Intern

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi Dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Sebagai Variabel Moderating

0 1 17

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi Dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Sebagai Variabel Moderating

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi Dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Sebagai Variabel Moderating

0 0 11

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi Dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Sebagai Variabel Moderating

0 0 21

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan Dengan Sistem Pengendalian Intern Sebagai Variabel Moderating

0 0 14

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan Dengan Sistem Pengendalian Intern Sebagai Variabel Moderating

0 0 2

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan Dengan Sistem Pengendalian Intern Sebagai Variabel Moderating

0 0 20

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan Dengan Sistem Pengendalian Intern Sebagai Variabel Moderating Chapter III VI

0 1 51

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan Dengan Sistem Pengendalian Intern Sebagai Variabel Moderating

0 3 3

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan Dengan Sistem Pengendalian Intern Sebagai Variabel Moderating

0 0 16