Analisa Kandungan Escherichia Coli, Salmonella, Danstaphylococcus Aureus Pada Daging Sapi Beku Dan Tidak Beku Di Pasar Modern Medan Tahun 2016
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 70
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. komposisi Kimia Daging Tanpa Lemak (%) .................................. 12
Tabel 2.2. Masa Simpan Daging Dalam Freezer ............................................. 13
Tabel 2.3. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Pada Pangan ......................... 37
Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia coli,
Salmonella dan Staphylococcus aureus Pada Daging Sapi beku
dan tidak beku di Laboratorium FMIPA-USU Medan .................... 53
Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Jumlah kandungan bakteri Escherichia coli
Pada Daging Sapi tidak Beku di Laboratorium FMIPA-USU
Medan............................................................................................ 54
Tabel 4.3. Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Pemilihan BahanMakanan
di pasar modern Brastagi Supermarket dan Transmart Medan
fair Tahun 2016.............................................................................. 55
Tabel 4.4.Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Penyimpanan Bahan
Makanan di pasar modern Brastagi Supermarket dan Transmart
Medan fair Tahun 2016 .................................................................. 56
Tabel4.5.Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Pengolahan Bahan
Makanan di pasar modern Brastagi Supermarket dan Transmart
Medanfair Tahun 2016 ................................................................... 57
Tabel 4.6. Distribusi Hasil Observasi di Pasar Modern Medan Tahun ............ 58
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bakteri Escherichia coli ................................................................ 28
Gambar 2. Bakteri Salmonella Sp .................................................................. 29
Gambar 3. Bakteri Staphylococcus aureus ...................................................... 33
Gambar 4. Kerangka Konsep ......................................................................... 38
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pangan atau makanan merupakan kebutuhan primer setiap manusia.
Keamanan serta kebersihan makanan tersebut menjadi faktor yang penting untuk
diperhatikan oleh masyarakat. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari
adanya efek samping yang ditimbulkan dari beragam makanan seperti terjadinya
kontaminasi, penyalahgunaan bahan makanan, dan keracunan makanan (Depkes,
2007).
Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam memenuhi kebutuhan
gizi. Menurut Soeparno (2009), daging didefinisikan sebagai semua jaringan
hewan dan semua produk pengolahan jaringan-jaringan yang sesuai untuk
dimakan
serta
tidak
menimbulkan
gangguan
kesehatan
bagi
yang
mengkonsumsinya. Daging terbagi ke dalam dua jenis, yaitu daging ternak besar
seperti sapi dan kerbau, maupun daging ternak kecil seperti domba, kambing, dan
lainnya.Meskidengan adanya berbagai ragam jenis daging, produk utama
penjualan komoditi peternakan adalah daging sapi.
Daging sapi adalah bahan makanan bernilai gizi tinggi baik bagi manusia
maupun mikroorganisme (kuman). Kandungan gizi pada daging sapi terdiri dari
protein, zat besi, zat seng, dan vitamin B.Daging sapi telah menjadi salah satu
bahan pangan yang dibutuhkan masyarakat, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya
konsumsi daging nasional yang harus dipenuhi. Permintaan masyarakat terhadap
daging saat ini di sertai oleh adanya kecemasan masyarakat terhadap kasus bahaya
pangan.
Universitas Sumatera Utara
Kualitas daging yang baik dilihat dari segi warna daging, kenampakan, bau,
tingkat elastisitas dan kadar air atau tingkat kebasahan daging jika dipegang
(Astawan,2008).Produk
hasil
ternak
mempunyai
resiko
tinggi
terhadap
kontaminasi bakteri sehingga diperlukan adanya penanganan yang baik untuk
memperpanjang masa simpan daging (Rahayu, 2006).Menurut Harsojo dkk.
(2005), daging segar yang tidak langsung diolah akan cepat mengalami
pembusukan karena adanya aktivitas bakteri. Menurut penelitian Purwani dkk
(2008), berhasil mengisolasibakteri yang terdapat pada daging sapi yaitu
Escherichia coli, Salmonella, dan Staphylococcus aureus.
Menurut Sumiarto (2004), infeksi Escherichia coli pada manusia seringkali
disebabkan oleh konsumsi makanan produk hewan yang tercemar, misalnya
daging.Hitti (2008), melaporkan beberapa kasuskeracunan makanan yang
disebabkan olehmikroba patogen dibeberapa negara bagian tercatat kasus
keracunan makanan yang disebabkan oleh Escherichia coli sebanyak 718
kasus.Handayani dkk (2004), menyatakan bahwa pencemaran Escherichia coli
perlu diwaspadai karena jenis bakteri ini dapat menyebabkan gastroentritis
padamanusia. Salah satu bakteri patogen lain yang dapat mengkontaminasi daging
sapi
adalahSalmonella,penyakit
yang
disebabkan
olehSalmonelladisebut
salmonellosis. Menurut Arifah (2010), Salmonella yang mengkontaminasi pangan
terdapat di udara, air, tanah, sisa kotoran manusia maupun hewan atau makanan
hewan. Mikroba patogen dapat terbawa sejak sapi masih hidup dikandang. Begitu
juga dengan bakteri Staphylococcus aureusyang dapat menimbulkan terjadinya
Universitas Sumatera Utara
gastroenteritis akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung satu atau lebih
enterotoksin yang dihasilkannya.
Foodborne disease merupakan penyakit yang timbul karena mengkonsumsi
makanan yang tercemar. Foodborne disease digolongkan menjadi dua jenis, yaitu
food infection dan food intoxication. Food infection terjadi karena mengkonsumsi
makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme (contoh: Clostridium
perfringens,
Vibrio
arahaemolyticusdanSalmonella
sp),
sedangkanfood
intoxication disebabkan oleh termakannya toksin dari mikroorganisme yang
tumbuh dalam jumlah tertentu di makanan (contoh yang disebabkan oleh bakteri
adalah toksin Clostridium botulinum dan enterotoksin Staphylococcus aureus)
(BPOM RI, 2008).Toksin yang dihasilkan bersifat tahan dalam suhu tinggi,
meskipun bakteri mati dengan pemanasan namun toksin yang dihasilkan tidak
akan rusak (STEHULAK, 1998) dan masih dapat bertahan meskipun dengan
pendinginan ataupun pembekuan (ALBRECHT dan SUMMER, 1995).
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Ashley Wilson dari University
of York, diperoleh hasil bahwa daging yang telah dibekukan sangat mudah
menjadi tempat pertumbuhan bakteri (Anonimous,2002).Sementara penelitian
yang telah dilakukan oleh Suhartini (2003) bahwa pada daging sapi yang masih
segar terdapat bakteri dan jumlahnya lebih besar daripada jumlah bakteri pada
daging sapi yang telah dibekukan.Kebusukan akan kerusakan daging ditandai oleh
terbentuknya senyawa-senyawa berbau busuk seperti amonia, H 2 S, indol, dan
amin, yang merupakan hasil pemecahan protein oleh mikroorganisme.Dagingyang
Universitas Sumatera Utara
rusak memperlihatkan perubahan organoleptik, yaitu bau, warna, kekenyalan,
penampakan, dan rasa. (Siagian, 2002).
Penyediaan daging sapi yang kandungan mikrobanya tidak melebihi batas
maksimum cemaran mikroba (BMCM) sangat diharapkan dalam memenuhi
persyaratan untuk mendapatkan daging sapi yang aman, sehat, utuh, dan halal
(ASUH). Produk makanan asal hewani terutama daging sapi dapat di kategorikan
aman jika total koloni bakteri (Total Plate Count/TPC) tidak melebihi 1 x 106
Coloni Forming Unit per gram (CFU/gram), untuk bakteri Escherichia coli 1 x
101 (CFU/gram), untuk bakteri Salmonella negatif/25 gram, dan untuk bakteri
Staphylococcus aureus 1 x 102koloni/g (BSNI 7388-2009). Rumah pemotongan
hewan (RPH) juga merupakan tempat yang rawan dan berisiko cukup tinggi
terhadap cemaran mikroba patogen. Setelah ternak dipotong, mikroba yang
terdapat pada hewan mulai merusak jaringan sehingga bahan pangan hewani cepat
mengalami kerusakan bila tidak mendapat penanganan yang baik (Rahayu, 2007).
Cara yang dapat dilakukan agar daging terhindar dari kerusakan yang
disebabkan
oleh
mikroorganisme
maka
daging
disimpan
dengan
cara
pendinginan. Pendinginan daging biasanya diterapkan pada komoditi telur,
daging, hasil laut, dan buah-buahan (Anonimous,2001). Selain itu cara yang dapat
dilakukan agar daging tidak terkontaminasi oleh bakteri adalah dengan cara
memasak daging hingga matang. Akan tetapi, dikhawatirkan cara yang dilakukan
tersebut pun tidak menjadikan daging terbebas dari cemaran mikroorganisme
karena tidak semua jenis makanan yang menggunakan daging dimasak dengan
sempurna misalnya sate daging sapi dan daging sapi bakar.
Universitas Sumatera Utara
Adapun alasan penulis tertarik untuk mengetahui gambaran kandungan
baktri Escherichia coli, Salmonella, dan Staphylococcus aureus pada daging sapi
beku dan tidak beku karena permintaan akan daging sapi di Indonesia dari tahun
ketahun semakin meningkat, hal tersebut selain dipengaruhi oleh peningkatan
jumlah penduduk juga dipengaruhi oleh peningkatan pengetahuan penduduk itu
sendiri terhadap pentingnya protein hewani, sehingga pola konsumsi juga
berubah. Semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat
namun saat ini sudah banyak yang mengkonsumsi daging, telur dan susu. Untuk
memenuhi kebutuhan protein dari ayam dan telur sudah dapat dipenuhi dari dalam
negeri akan tetapi susu dan daging sapi masih perlu impor. (Outlook Komoditas
Daging Sapi 2015).
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun
2014, konsumsi daging sapi di Indonesia sebesar 2,08 kg/kapita/tahun.
Berdasarkan hasil perhitungan Neraca Bahan Makanan (NBM) perkembangan
tingkat konsumsi daging sapi per kapita masyarakat Indonesia dari Tahun 1993
hingga Tahun 2014 berfluktuasi dan cenderung naik, pada Tahun 1993 tingkat
konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia adalah sebesar 0,704 kg/kapita/tahun
naik menjadi 2,36 kg/kapita/tahun pada Tahun 2014, dan menurut Dinas
Peternakan Provinsi Sumatera Utara di kota Medan produksi daging sapi sebesar
5 778,28 ton pada tahun 2014.
Universitas Sumatera Utara
1.2
Rumusan Masalah
Menurut penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa daging segar
dan yang telah dibekukan masih menjadi tempat pertumbuhan bakteri. Oleh
karena itu, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah daging
sapi beku dan tidak beku yang berasal dari pasar modern Medan dapat menjadi
pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Salmonella, dan Staphylococcus aureus ”.
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan
bakteri Escherichia coli, Salmonella, dan Staphylococcus aureus pada daging sapi
beku dan tidak beku di pasar modern Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.
Mengetahui adanya kandungan bakteri Escherichia coli, Salmonella,dan
Staphylococcus aureus pada daging sapi beku dan tidak beku di pasar
modern Medan.
2.
Mengetahui jumlah kandungan bakteri Escherichia coli, Salmonella,dan
Staphylococcus aureus pada daging sapi beku dan tidak beku di pasar
modern Medan dan membandingkannya dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI) Tahun 2009.
3.
Mengetahui gambaran higiene sanitasi penjualan daging sapi di pasar
modern Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.4
Manfaat Penelitian
1.
Dari sudut akademis, diharapkan dapat bermanfaat sebagai data awal
tentang keberadaan bakteri pada daging sapi yang dapat dijadikan sebagai
bahan informasi bagi penulis lain untuk penelitian lebih lanjut.
2.
Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi konsumen daging sapi beku dan tidak beku agar tetap
waspada dan mengambil tindakan pengolahan yang tepat terhadap daging
sapi sebelum dikonsumsi.
3.
Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan penulis tentang kandungan
bakteri Escherichia coli, Salmonella,dan Staphylococcus aureus pada
daging sapi beku dan tidak beku.
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. komposisi Kimia Daging Tanpa Lemak (%) .................................. 12
Tabel 2.2. Masa Simpan Daging Dalam Freezer ............................................. 13
Tabel 2.3. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Pada Pangan ......................... 37
Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia coli,
Salmonella dan Staphylococcus aureus Pada Daging Sapi beku
dan tidak beku di Laboratorium FMIPA-USU Medan .................... 53
Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Jumlah kandungan bakteri Escherichia coli
Pada Daging Sapi tidak Beku di Laboratorium FMIPA-USU
Medan............................................................................................ 54
Tabel 4.3. Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Pemilihan BahanMakanan
di pasar modern Brastagi Supermarket dan Transmart Medan
fair Tahun 2016.............................................................................. 55
Tabel 4.4.Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Penyimpanan Bahan
Makanan di pasar modern Brastagi Supermarket dan Transmart
Medan fair Tahun 2016 .................................................................. 56
Tabel4.5.Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Pengolahan Bahan
Makanan di pasar modern Brastagi Supermarket dan Transmart
Medanfair Tahun 2016 ................................................................... 57
Tabel 4.6. Distribusi Hasil Observasi di Pasar Modern Medan Tahun ............ 58
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bakteri Escherichia coli ................................................................ 28
Gambar 2. Bakteri Salmonella Sp .................................................................. 29
Gambar 3. Bakteri Staphylococcus aureus ...................................................... 33
Gambar 4. Kerangka Konsep ......................................................................... 38
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pangan atau makanan merupakan kebutuhan primer setiap manusia.
Keamanan serta kebersihan makanan tersebut menjadi faktor yang penting untuk
diperhatikan oleh masyarakat. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari
adanya efek samping yang ditimbulkan dari beragam makanan seperti terjadinya
kontaminasi, penyalahgunaan bahan makanan, dan keracunan makanan (Depkes,
2007).
Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam memenuhi kebutuhan
gizi. Menurut Soeparno (2009), daging didefinisikan sebagai semua jaringan
hewan dan semua produk pengolahan jaringan-jaringan yang sesuai untuk
dimakan
serta
tidak
menimbulkan
gangguan
kesehatan
bagi
yang
mengkonsumsinya. Daging terbagi ke dalam dua jenis, yaitu daging ternak besar
seperti sapi dan kerbau, maupun daging ternak kecil seperti domba, kambing, dan
lainnya.Meskidengan adanya berbagai ragam jenis daging, produk utama
penjualan komoditi peternakan adalah daging sapi.
Daging sapi adalah bahan makanan bernilai gizi tinggi baik bagi manusia
maupun mikroorganisme (kuman). Kandungan gizi pada daging sapi terdiri dari
protein, zat besi, zat seng, dan vitamin B.Daging sapi telah menjadi salah satu
bahan pangan yang dibutuhkan masyarakat, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya
konsumsi daging nasional yang harus dipenuhi. Permintaan masyarakat terhadap
daging saat ini di sertai oleh adanya kecemasan masyarakat terhadap kasus bahaya
pangan.
Universitas Sumatera Utara
Kualitas daging yang baik dilihat dari segi warna daging, kenampakan, bau,
tingkat elastisitas dan kadar air atau tingkat kebasahan daging jika dipegang
(Astawan,2008).Produk
hasil
ternak
mempunyai
resiko
tinggi
terhadap
kontaminasi bakteri sehingga diperlukan adanya penanganan yang baik untuk
memperpanjang masa simpan daging (Rahayu, 2006).Menurut Harsojo dkk.
(2005), daging segar yang tidak langsung diolah akan cepat mengalami
pembusukan karena adanya aktivitas bakteri. Menurut penelitian Purwani dkk
(2008), berhasil mengisolasibakteri yang terdapat pada daging sapi yaitu
Escherichia coli, Salmonella, dan Staphylococcus aureus.
Menurut Sumiarto (2004), infeksi Escherichia coli pada manusia seringkali
disebabkan oleh konsumsi makanan produk hewan yang tercemar, misalnya
daging.Hitti (2008), melaporkan beberapa kasuskeracunan makanan yang
disebabkan olehmikroba patogen dibeberapa negara bagian tercatat kasus
keracunan makanan yang disebabkan oleh Escherichia coli sebanyak 718
kasus.Handayani dkk (2004), menyatakan bahwa pencemaran Escherichia coli
perlu diwaspadai karena jenis bakteri ini dapat menyebabkan gastroentritis
padamanusia. Salah satu bakteri patogen lain yang dapat mengkontaminasi daging
sapi
adalahSalmonella,penyakit
yang
disebabkan
olehSalmonelladisebut
salmonellosis. Menurut Arifah (2010), Salmonella yang mengkontaminasi pangan
terdapat di udara, air, tanah, sisa kotoran manusia maupun hewan atau makanan
hewan. Mikroba patogen dapat terbawa sejak sapi masih hidup dikandang. Begitu
juga dengan bakteri Staphylococcus aureusyang dapat menimbulkan terjadinya
Universitas Sumatera Utara
gastroenteritis akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung satu atau lebih
enterotoksin yang dihasilkannya.
Foodborne disease merupakan penyakit yang timbul karena mengkonsumsi
makanan yang tercemar. Foodborne disease digolongkan menjadi dua jenis, yaitu
food infection dan food intoxication. Food infection terjadi karena mengkonsumsi
makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme (contoh: Clostridium
perfringens,
Vibrio
arahaemolyticusdanSalmonella
sp),
sedangkanfood
intoxication disebabkan oleh termakannya toksin dari mikroorganisme yang
tumbuh dalam jumlah tertentu di makanan (contoh yang disebabkan oleh bakteri
adalah toksin Clostridium botulinum dan enterotoksin Staphylococcus aureus)
(BPOM RI, 2008).Toksin yang dihasilkan bersifat tahan dalam suhu tinggi,
meskipun bakteri mati dengan pemanasan namun toksin yang dihasilkan tidak
akan rusak (STEHULAK, 1998) dan masih dapat bertahan meskipun dengan
pendinginan ataupun pembekuan (ALBRECHT dan SUMMER, 1995).
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Ashley Wilson dari University
of York, diperoleh hasil bahwa daging yang telah dibekukan sangat mudah
menjadi tempat pertumbuhan bakteri (Anonimous,2002).Sementara penelitian
yang telah dilakukan oleh Suhartini (2003) bahwa pada daging sapi yang masih
segar terdapat bakteri dan jumlahnya lebih besar daripada jumlah bakteri pada
daging sapi yang telah dibekukan.Kebusukan akan kerusakan daging ditandai oleh
terbentuknya senyawa-senyawa berbau busuk seperti amonia, H 2 S, indol, dan
amin, yang merupakan hasil pemecahan protein oleh mikroorganisme.Dagingyang
Universitas Sumatera Utara
rusak memperlihatkan perubahan organoleptik, yaitu bau, warna, kekenyalan,
penampakan, dan rasa. (Siagian, 2002).
Penyediaan daging sapi yang kandungan mikrobanya tidak melebihi batas
maksimum cemaran mikroba (BMCM) sangat diharapkan dalam memenuhi
persyaratan untuk mendapatkan daging sapi yang aman, sehat, utuh, dan halal
(ASUH). Produk makanan asal hewani terutama daging sapi dapat di kategorikan
aman jika total koloni bakteri (Total Plate Count/TPC) tidak melebihi 1 x 106
Coloni Forming Unit per gram (CFU/gram), untuk bakteri Escherichia coli 1 x
101 (CFU/gram), untuk bakteri Salmonella negatif/25 gram, dan untuk bakteri
Staphylococcus aureus 1 x 102koloni/g (BSNI 7388-2009). Rumah pemotongan
hewan (RPH) juga merupakan tempat yang rawan dan berisiko cukup tinggi
terhadap cemaran mikroba patogen. Setelah ternak dipotong, mikroba yang
terdapat pada hewan mulai merusak jaringan sehingga bahan pangan hewani cepat
mengalami kerusakan bila tidak mendapat penanganan yang baik (Rahayu, 2007).
Cara yang dapat dilakukan agar daging terhindar dari kerusakan yang
disebabkan
oleh
mikroorganisme
maka
daging
disimpan
dengan
cara
pendinginan. Pendinginan daging biasanya diterapkan pada komoditi telur,
daging, hasil laut, dan buah-buahan (Anonimous,2001). Selain itu cara yang dapat
dilakukan agar daging tidak terkontaminasi oleh bakteri adalah dengan cara
memasak daging hingga matang. Akan tetapi, dikhawatirkan cara yang dilakukan
tersebut pun tidak menjadikan daging terbebas dari cemaran mikroorganisme
karena tidak semua jenis makanan yang menggunakan daging dimasak dengan
sempurna misalnya sate daging sapi dan daging sapi bakar.
Universitas Sumatera Utara
Adapun alasan penulis tertarik untuk mengetahui gambaran kandungan
baktri Escherichia coli, Salmonella, dan Staphylococcus aureus pada daging sapi
beku dan tidak beku karena permintaan akan daging sapi di Indonesia dari tahun
ketahun semakin meningkat, hal tersebut selain dipengaruhi oleh peningkatan
jumlah penduduk juga dipengaruhi oleh peningkatan pengetahuan penduduk itu
sendiri terhadap pentingnya protein hewani, sehingga pola konsumsi juga
berubah. Semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat
namun saat ini sudah banyak yang mengkonsumsi daging, telur dan susu. Untuk
memenuhi kebutuhan protein dari ayam dan telur sudah dapat dipenuhi dari dalam
negeri akan tetapi susu dan daging sapi masih perlu impor. (Outlook Komoditas
Daging Sapi 2015).
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun
2014, konsumsi daging sapi di Indonesia sebesar 2,08 kg/kapita/tahun.
Berdasarkan hasil perhitungan Neraca Bahan Makanan (NBM) perkembangan
tingkat konsumsi daging sapi per kapita masyarakat Indonesia dari Tahun 1993
hingga Tahun 2014 berfluktuasi dan cenderung naik, pada Tahun 1993 tingkat
konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia adalah sebesar 0,704 kg/kapita/tahun
naik menjadi 2,36 kg/kapita/tahun pada Tahun 2014, dan menurut Dinas
Peternakan Provinsi Sumatera Utara di kota Medan produksi daging sapi sebesar
5 778,28 ton pada tahun 2014.
Universitas Sumatera Utara
1.2
Rumusan Masalah
Menurut penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa daging segar
dan yang telah dibekukan masih menjadi tempat pertumbuhan bakteri. Oleh
karena itu, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah daging
sapi beku dan tidak beku yang berasal dari pasar modern Medan dapat menjadi
pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Salmonella, dan Staphylococcus aureus ”.
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan
bakteri Escherichia coli, Salmonella, dan Staphylococcus aureus pada daging sapi
beku dan tidak beku di pasar modern Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.
Mengetahui adanya kandungan bakteri Escherichia coli, Salmonella,dan
Staphylococcus aureus pada daging sapi beku dan tidak beku di pasar
modern Medan.
2.
Mengetahui jumlah kandungan bakteri Escherichia coli, Salmonella,dan
Staphylococcus aureus pada daging sapi beku dan tidak beku di pasar
modern Medan dan membandingkannya dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI) Tahun 2009.
3.
Mengetahui gambaran higiene sanitasi penjualan daging sapi di pasar
modern Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.4
Manfaat Penelitian
1.
Dari sudut akademis, diharapkan dapat bermanfaat sebagai data awal
tentang keberadaan bakteri pada daging sapi yang dapat dijadikan sebagai
bahan informasi bagi penulis lain untuk penelitian lebih lanjut.
2.
Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi konsumen daging sapi beku dan tidak beku agar tetap
waspada dan mengambil tindakan pengolahan yang tepat terhadap daging
sapi sebelum dikonsumsi.
3.
Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan penulis tentang kandungan
bakteri Escherichia coli, Salmonella,dan Staphylococcus aureus pada
daging sapi beku dan tidak beku.
Universitas Sumatera Utara