The Reborn of Indo-oriental Stories

ABSTRAK

Kawasan Labuhan Deli, Medan, menyimpan banyak potensi sejarah
dan budaya. Saat ini potensi-potensi tersebut masih tersimpan bahkan hampir
terabaikan. Peninggalan-peninggalan bangunan bersejarah yaitu Vihara,
Deretan Ruko Cina, Masjid Al-Oesmani, dan tanah bekas Istana Deli,
memiliki potensi yang besar jika dikembangkan untuk kepentingan pariwisata
dan pendapatan daerah. Saat ini, potensi-potensi tersebut masih terabaikan.
Revitalisasi berupa perencanaan kota yang baik perlu dilakukan untuk
memaksimalkan potensi-potensi bangunan bersejarah tersebut. Selain
bangunan bersejarah, pada kawasan Labuhan Deli juga terdapat Sungai Deli
yang dulunya merupakan sarana transportasi masyarakat setempat. Secara
budaya, kawasan Labuhan Deli dihuni oleh tiga etnis yaitu Melayu, Arab, dan
Tionghoa yang saling berpengaruh. Perencanaan kawasan ini kemudian diberi
nama Labuhan Heritage Town dengan konsep “Urban Heritage Tourism”
yang berfokus di sektor pariwisata Sumatera Utara, khususnya Kota Medan.
Labuhan Deli yang terletak di bagian Utara Kota Medan memiliki aksesibiltas
yang cukup mudah karena dilengkapi dengan jalan raya, jalur kereta api dan
jalan tol berhubungan langsung dengan pusat Kota Medan. Sebagai destinasi
pariwisata, kawasan perencanaan Labuhan Heritage Town memerlukan
fasilitas hotel untuk menampung wisatawan yang menginap. Pada masterplan

Labuhan Heritage Town, area yang dipergunakan untuk perencanaan Hotel
adalah area di pinggir Sungai Deli, sehingga hotel dirancang untuk
berorientasi terhadap sungai. Judul untuk perancangan hotel ini adalah “The
Reborn of Indo-Oriental Stories” yang artinya kembalinya kisah-kisah IndoChina (Peranakan). Kawasan Labuhan Deli dulunya bukan hanya pusat
aktifitas kerajaan Deli, namun juga kawasan perdagangan. Hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya banyak bangunan-bangunan komersil dengan
suasana asimilasi indo-china (peranakan) bahkan rumah Tjong A Fie (seorang
pedagang dari China yang berpengaruh pada aktifitas perdagangan Kota
Medan) di kawasan ini. Namun saat ini nilai-nilai dari sejarah dan arsitektur
peranakan di kawasan Labuhan Deli seakan ditinggalkan. Oleh karena itu,
kisah-kisah kejayaan dan pengaruh budaya peranakan di kawasan ini harus
dibangkitkan kembali. Dengan menerapkan tema arsitektur eklektik
kontekstual dengan fungsi hotel butik resort, rancangan hotel yang baru akan
mengembalikan nilai-nilai peranakan tersebut dan berbaur dengan lingkungan
sekitarnya, baik secara sosial maupun visual.

Kata kunci: Labuhan Deli, Pariwisata, Peranakan, Revitalisasi, Urban Heritage
Tourism, Hotel Butik

viii

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

The District of Labuhan Deli, Medan, is keeping plenty of cultural and
historical potentials. Nowadays, these potentials are still kept hidden and
even almost forgotten. Historical buildings such as Buddhist Temple,
shophouses, Masjid Al-Oesmani, and the remainings of Istana Deli, contain a
huge potential in the develompments of tourism and regional income.
Presently, they are remained forgotten. Revitalization in the form of good
urban planning is needed to maximize these potentials. Besides historical
buildings, in Labuhan Deli, there is Deli River which was functioned as
transportation facility for local people. Culturally, Labuhan Deli is occupied
by three ethnics such as Melayu, Arab and Tionghoa, which mutually affect
each other. The planing of this district then named as Labuhan Heritage
Town in the concept of “Urban Heritage Tourism” which focuses in the
sector of tourism in North Sumatera, specifically Medan City. Labuhan Deli,
which is located in the north of Medan City, can be reached conveniently
because it is linked to main roadway, railway and highway which are directly
connected to the heart of Medan City. As a tourism destination, Labuhan

Heritage Town requires hotel facility to accommodate those staying visitors.
In the masterplan of Labuhan Heritage Town, the occupied area for hotel
islocated along the sides of Deli River, so the hotel is designed to be
riverside-oriented. The title is The Reborn of Indo-Oriental Stories which
means to return the values of Indo-oriental cultures. Labuhan Deli was once
not only the mainland of Deli Kingdom, but also the mainland for economic
activities. This is proven by the standing relics of commercial buildings in the
atmosphere of indo-chinese assimilations and a house owned by Tjong A Fie
(a trader from China who had great influences in the economic developments
of Medan) in this area. But these days the value of indo-oriental architecture
in Labuhan Deli is somewhat left behind. Therefore, the glory stories and the
influences of oriental culture in this area, need to be returned. By applying
the contextual eclectic architecture theme and functioned as a boutique resort
hotel, the new design will return those indo-oriental values and collaborate
with its surroundings, both socially and visually.

Keywords: Labuhan Deli, Tourism, Revitalization, Urban Heritage Tourism,
Boutique Hotel

ix

Universitas Sumatera Utara