Efektivitas Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata Sebagai Antibakteri untuk Mencegah Perkembangan Bakteri Edwardsiella tardapada Ikan Mas (Cyprinuscarpio L.)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Mangrove Rhizophora mucronata
Nama lokal dari R. mucronata adalah bakau kurap, bakau belukap, bakau
gelukap, bakau jankar, bakau hitam, (Mal.) bangka itam, dongoh korap, bakau
korap, bakau merah, jankar, lenggayong, belukap, lolaro (Ind.). Tanaman ini
memiliki tegak pohon yang tinggi mencapai 27 – 30 m, kulit batang kasar,
berwarna abu-abu kehitaman. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari
cabang yang rendah. Stipula berukuran 5,5 – 8,5 cm. Tangkai daun berukuran 2,5
– 4 cm. Daun berbentuk elips sampai bulat panjang, ukuran 8,5 – 23 x 5 – 13 cm,
ujung meruncing dengan duri (mucronatus) permukaan bawah tulang daun
berwarna kehijauan, berbintik-bintik hitam tidak merata. Perbungaan yang
bercabang 2 – 3 kali tersusun atas 4 – 8 bunga tunggal, kelopak berukuran 7 – 9
mm, warna kuning gading, mahkota 4, berambut pada bagian pinggir dan
belakang, benang sari 8, 4 berada di dasar kelopak, 4 berada pada sepal, 6 – 8
mm; kepala sari melekat. Tangkai putik panjang 1 – 2 mm dengan ujung berbelah
dua. Buah berbentuk mirip jambu air, ukuran 2 – 2,3 cm, warna hijau kekuningan,
hipokotil silindris dengan panjang dapat mencapai 30 – 65 cm dan lebar hingga 2
cm, dengan permukaan berbintik-bintik, warna hijau kekuningan (Setyawan dan
Yaya, 2012). Tanaman mangrove R. mucronata dapat dilihat pada Gambar 2.


Universitas Sumatera Utara

Gambar 2. Tanaman mangrove Rhizophora mucronata
Habitat alami dari Rhizophora mucronata adalah muara, sungai pasang
surut dan daerah pantai yang datar kena banjir pasang sehari-hari. Tampaknya
menjadi lebih toleran terhadap genangan dibandingkan jenis mangrove lainnya
dan sering membentuk pinggiran hijau untuk kawasan mangrove (Batool, dkk.,
2014). Mangrove ini tersebar di Afrika Timur di seluruh Southwest Asia, Asia
Selatan, Asia Tenggara, Asia Timur, tropis Australia, ke Kepulauan Pasifik Barat.
Kayu R. mucronata digunakan untuk kayu bakar dan pembuatan arang (Setyawan
dan Yaya, 2012).
Rhizophora

antimikroba,

mucronata

antijamur,

mengandung


antivirus,

antitumor,

senyawa

bioaktif

insektisida

dan

dengan
kegiatan

antileukemia. Secara tradisional, masyarakat pesisir menggunakan tanaman ini
untuk mengobati hematuria (perdarahan dalam urin). Di Jepang dan Cina bakau
ini digunakan sebagai antidiare (Rahman, dkk., 2011). Ekstrak metanol kulit
batang R. mucronata juga mengandung senyawa terpenoid (Diastuti dan

Suwandri, 2009).
Kandungan Kimiawi Tanaman R. mucronata
Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan
busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering

Universitas Sumatera Utara

menyebabkan hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer
saponin sangat beracun untuk ikan, dan tumbuhan yang mengandung saponin
telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus-ratus tahun. Beberapa saponin
juga bekerja sebagai antimikroba (Robinson, 1995). Darsana dkk. (2012) dalam
Mubarokah (2014) menyatakan mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri
adalah mengganggu stabilitas membran sel bakteri yang mengakibatkan
kerusakan membran sel dan menyebabkan keluarnya komponen penting dalam sel
bakteri yaitu protein dan asam nukleat.
Fenol (asam karboksilat) digunakan secara luas sebagai desinfektan dan
antiseptik. Golongan fenol diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang bersifat
bakterisidal namun tidak bersifat sporisidal. Fenol sebagai disinfektan cair tidak
dipengaruhi oleh bahan organik, aktivitasnya rendah terhadap endospora bakteri,
efektif pada konsentrasi 2 – 5% dengan mendenaturasi protein dan merusak

membran sel bakteri serta aktif pada pH asam. Aktivitas antimikroba senyawa
fenolik adalah dengan merusak lipid pada membran plasma mikroorganisme,
sehingga menyebabkan isi sel keluar (Pratiwi, 2008).
Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui
mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan
antioksidan. Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat kompleks,
terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal,
mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut
(Desmiaty, dkk., 2008). Hagerman (2002) tanin dibagi menjadi dua kelompok
yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin memiliki peranan biologis
yang kompleks mulai dari pengendap protein hingga pengkhelat logam. Menurut

Universitas Sumatera Utara

Ajizah (2004) tanin memiliki aktivitas antibakteri dengan cara mengkerutkan
dinding sel atau membran sel, sehingga mengganggu permeabilitas sel yang dapat
mengakibat terganggunya aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat
dan mati.
Flavonoid diturunkan dari unit C6 – C3 (fenil-propana) yang bersumber
dari asam sikimat (via fenilalanin) dan unit C6 yang diturunkan dari jalur

poliketida. Makanan yang kaya flavanoid dianggap penting untuk mengobati
penyakit-penyakit seperti kanker dan penyakit jantung (yang dapat memburuk
akibat oksidasi lipoprotein densitas-rendah). Kuarsetin merupakan suatu flavanoid
yang banyak terdapat dalam berbagai makanan dan antioksidan kuat
(Heinrich, dkk., 2010).
Alkaloid dapat ditemukan pada daun, kuncup muda, akar, pada getah yang
diproduksi di tabung-tabung getah dalam epidermis dan sel-sel yang langsung di
bawah epidermis seperti pada korteks. Oleh sebab itu, untuk simplisia-simplisia
alkaloid digunakan akar, daun, buah, biji dan kulit (Sirait, 2007). Simbala (2009)
menyatakan alkaloid merupakan salah satu metabolisme sekunder yang terdapat
pada tumbuhan, yang bisa dijumpai pada bagian daun, ranting, biji, dan kulit
batang. Alkaloid mempunyai efek dalam bidang kesehatan berupa pemicu sistem
saraf, menaikkan tekanan darah, mengurangi rasa sakit, antimikroba, obat
penenang, obat penyakit jantung dan lain-lain lain.
Triterpen adalah terpenoid turunan –C30 yang terdistribusi sangat luas,
termasuk pada manusia, tanaman, fungi, bakteri, karang lunak dan amfibi.
Triterpen juga merupakan resin dan eksudat resin dari tanaman. Resin ini lazim
ditemui pada tanaman dari famili Burseraceae dan diproduksi jika pohon menjadi

Universitas Sumatera Utara


rusak sebagai pelindung fisik terhadap serangan oleh fungi dan bakteri. Selain itu
banyak komponen terpenoid resin ini memiliki aktivitas antimikroba yang tinggi,
baik membunuh mikroba yang berpotensi menyerang maupun memperlambat
pertumbuhannya

hingga

pohon

dapat

memperbaiki

kerusakannya

(Heinrich dkk., 2010).
Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan pemisahan kandungan kimia yang dapat larut
dan terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Depkes RI,

2000). Sari (2008) menyatakan bahwa ekstraksi terdiri atas tahap penghancuran
sampel, maserasi, penyaringan dan evaporasi. Penghancuran bertujuan untuk
memperkecil ukuran partikel sehingga meningkatkan kontak antara bahan dengan
pelarutnya. Maserasi adalah proses perendaman sampel dalam pelarut dengan
waktu tertentu sehingga senyawa dalam sampel larut dalam pelarut tersebut dan
umumnya proses maserasi dibantu dengan pengadukan. Pengadukan dimaksudkan
untuk mencapai waktu ekstraksi yang lebih singkat. Teknik ekstraksi didasarkan
pada kenyataan bahwa jika suatu zat dapat larut dalam dua fase yang tercampur,
maka zat itu dapat dialihkan dari satu fase ke-fase lainnya dengan mengocoknya
bersama-sama. Beberapa pertimbangandalam memilih pelarut yaitu:
1) Pelarut polar akan melarutkan senyawa polar dan pelarut non-polar akan
melarutkan senyawa non-polar,
2) Pelarut organik cenderung melarutkan senyawa organik,
3) Air cenderung melarutkan senyawa anorganik dan garam dari asam maupun
basa organik,

Universitas Sumatera Utara

4) Asam-asam organik yang larut dalam pelarut organik dapat diekstraksi ke
dalam air dengan menggunakan basa (NaOH, Na2CO3 dan NaHCO3).

Penyaringan bertujuan memisahkan sampel dengan senyawa bioaktif yang larut
dalam pelarutnya. Evaporasi dilakukan untuk menguapkan pelarut sehingga
ekstrak dapat terpisah dengan pelarutnya dan dilakukan pada suhu 30 – 40oC
untuk mengurangi kerusakan senyawa aktif pada suhu tinggi.
Bakteri Edwardsiella tarda
Edwardsiella tarda adalah bakteri penyebab Edwardsiellosis pada ikan,

bersifat gram negatif, bergerak dengan flagella, tidak membentuk spora atau
berkapsul, ukuran (0,3 – 1,2) x (1,0 – 6,03) m. E. tarda dapat hidup di lingkungan
air tawar (Austin dan Austin, 1999 dalam Firma, dkk., 2012). Bakteri E. tarda
dapat dilihat pada Gambar 3.

(a)

(b)

Gambar 3. Bakteri E. tarda (a) makroskopis, (b) mikroskopis
Bakteri E. tarda memiliki mekanisme toksisitas melalui produksi dua
eksotoksin dermatonekrosis. Kedua jenis toksin yang dihasilkan merupakan
antigenik dan tidak ditemukan pada sistem imun hewan. Toksin yang telah masuk

ke dalam tubuh hewan akan menyebabkan nekrosis dan produksi gas pada bagian
perut (dropsy). Gejala klinis yang muncul pada ikan uji berupa nekrosis dan
ditandai dengan depigmentasi kulit, hemoragi dan luka bahkan tukak, sedangkan

Universitas Sumatera Utara

pada organ dalam terlihat adanya gas pada bagian saluran pencernaan yang
menyebabkan perut ikan akan terlihat kembung (dropsy).
Bakteri E. tarda dilaporkan juga dapat menjadi patogen bagi manusia.
Infeksi yang terkait dengan spesies ini antara lain gastroenteritis (radang
lambung/usus), infeksi luka seperti selulitis atau ganggren gas berhubungan
dengan trauma pada mukosa/selaput lendir, dan meningitis. Faktor penyebab dari
infeksi E. tarda yaitu paparan dari lingkungan perairan atau hewan peliharaan
(jenis reptil atau amfibi), maupun dari kebiasaan memakan ikan mentah yang
mengandung bakteri E. tarda (Janda dan Abbot, 1993 dalam Supriadi, 2012).
Lesi patologis anatomis E. tarda adalah warna tubuh pucat. Infeksi ringan
ditandai dengan adanya luka kecil, sementara jika infeksi akut ditandai dengan
luka bernanah berisi gas dan berbau busuk (Firma, dkk., 2012).
Antimikroba
Senyawa antimikroba merupakan senyawa biologis atau kimia yang

memiliki kemampuan untuk menghambat atau bahkan membunuh pertumbuhan
dan aktivitas mikroba. Pengertian antimikroba secara umum adalah zat yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba dan digunakan untuk kepentingan pengobatan
infeksi pada manusia dan hewan. Antibakteri termasuk dalam antimikroba yang
digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Fitrial, 2009).
Antimikroba yang sangat toksik yang membahayakan inangnya bukan
merupakan antibiotik yang baik dan dianggap beracun. Antimikroba yang baik
adalah antimikroba yang mampu menyembuhkan penyakit tanpa menimbulkan
efek samping terhadap inangnya dan juga harus memiliki sifat toksisitas selektif
yang tinggi.

Zat

antimikroba

dalam

melakukan

efeknya


harus

dapat

Universitas Sumatera Utara

mempengaruhi bagian-bagian vital sel seperti membran sel, enzim-enzim dan
protein struktural (Widya, 2013). Sufriadi (2006) menyatakan bahwaada beberapa
faktor yang mempengaruhi efektivitas dari suatu antimikroba yaitu konsentrasi,
suhu, waktu, sifat fisik, dan kimia subtrat (pH, kadar air, jenis, dan jumlah zat
terlarut). Adanya aktivitas antimikroba dapat dilihat dari terbentuknya zona
bening di sekitar kertas cakram.
Senyawa antimikroba yang berasal dari tanaman, sebagian besar diketahui
merupakan metabolit sekunder tanaman, terutama golongan fenolik dan terpenoid
dalam minyak atsiri. Beberapa senyawa yang bersifat antimikroba alami berasal
dari tanaman diantaranya adalah fitoleksin, asam organik, minyak esensial (atsiri),
fenolik dan beberapa kelompok pigmen tanaman atau senyawa sejenis
(Mawaddah, 2008).
Ikan Mas (Cyprinus carpio )
Ikan Mas atau ikan Karper (Cyprinus carpio Linn) (Gambar 4) adalah
jenis ikan airtawar yang bernilai ekonomis. Di Indonesia, ikan mas memiliki
beberapa nama kedaerahan, seperti kancra, tikeu, tombro, raja, rayo danameh.
Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150 – 600 meter di atas
permukaan laut dan pada suhu antara 25 – 30oC (Hasrati dan Rini, 2011).
Klasifikasi Ikan Mas adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Pisces

Ordo

: Osteriopshii

Famili

: Ciprinidae

Universitas Sumatera Utara

Genus

: Cyprinus

Spesies

: Cyprinus carpio

Gambar 4. Ikan Mas
Secara morfologis, ikan mas mempunyai bentuk tubuh agak memanjang
dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan.
Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Secara
umum, hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik berukuran besar dengan
tipe sisik sikloid (Hasrati dan Rini, 2011). Sirip punggung (dorsal) memanjang
dan bagian belakangnya berjari keras.Sementara itu sirip ketiga dan keempat
bergigi. Letak antara kedua sirip, punggung dan perut berseberangan, sirip dada
(pectoral) terletak di belakang tutup insang (operculum) (Laili, 2007).
Penyakit Ikan Mas
Ikan mas adalah salah satu ikan yang dibudidayakan dan merupakan ikan
konsumsi yang banyak diminati. Hal yang paling ditakutkan para pembudidaya
adalah serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus. Bakteri
E. tarda merupakan bakteri yang bersifat patogen yang dapat mematikan ikan.

Menurut Rajapakshe. dkk (2003) walaupun patogen ini tidak kelihatan
menyerang, di bawah kondisi yang kurang menguntungkan, organisme ini dapat
menjadi penyebab kematian yang berat. Organisme ini tidak hanya menjadi
patogen pada ikan, tetapi juga menyebabkan gastroenteritis, infeksi luka,

Universitas Sumatera Utara

meningitis, dan infeksi saluran kencing pada manusia. Sebenarnya peran
mikroorganisme bisa merubah dari patogen primer ke penyerangan oportunitis
yang ditularkan ke inang hingga hampir mati yang memicu proses penyakit.
Ikan mas merupakan ikan yang memiliki daya tahan tubuh yang kuat.
Namun ikan mas menjadi rentan terhadap penyakit apabila pada kondisi stres.
Kebanyakan bakteri patogen berkembang pada ikan air tawar dan bisa
menyebabkan kehilangan sebagian besar air bersih industri akuakultur di India
dan di tempat lain. Sebagian besar juga bakteri menyebabkan keadaan menjadi
tidak sehat dan menyebabkan kematian pada populasi ikan. Di antara kebanyakan
kerusakan akibat infeksi bakteri, Aeromonas dan Edwardsiella spp adalah yang
paling signifikan berkembang biak lebih cepat (Rajapakshe. dkk., 2003)

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol Kulit Batang Tanjung (Mimusopsi cortex) Terhadap Sel T47D

1 62 99

Uji Daya Hambat Ekstrak Kulit Batang Rhizophora MUCRONATA Terhadap Pertumbuhan Bakteri Aeromonas HYDROPHILA, Streptococcus AGALACTIAE Dan Jamur Saprolegnia SP. Secara In Vitro

9 60 98

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BAKAU HITAM (Rhizophora mucronata) TERHADAP BAKTERI PENYEBAB DIARE

1 7 10

Efektivitas Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata Sebagai Antibakteri untuk Mencegah Perkembangan Bakteri Edwardsiella tardapada Ikan Mas (Cyprinuscarpio L.)

2 14 79

EFEKTIVITAS EKSTRAK BUTANOL DAUN Rhizophora mucronata Lamk. SEBAGAI ANTIBAKTERI PADA UDANG WINDU (Penaeus monodon) YANG TERINFEKSI BAKTERI Vibrio harveyi.

0 1 1

Efektivitas Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata Sebagai Antibakteri untuk Mencegah Perkembangan Bakteri Edwardsiella tardapada Ikan Mas (Cyprinuscarpio L.)

0 0 15

Efektivitas Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata Sebagai Antibakteri untuk Mencegah Perkembangan Bakteri Edwardsiella tardapada Ikan Mas (Cyprinuscarpio L.)

0 0 2

Efektivitas Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata Sebagai Antibakteri untuk Mencegah Perkembangan Bakteri Edwardsiella tardapada Ikan Mas (Cyprinuscarpio L.)

0 0 5

Efektivitas Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata Sebagai Antibakteri untuk Mencegah Perkembangan Bakteri Edwardsiella tardapada Ikan Mas (Cyprinuscarpio L.)

0 0 5

Efektivitas Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata Sebagai Antibakteri untuk Mencegah Perkembangan Bakteri Edwardsiella tardapada Ikan Mas (Cyprinuscarpio L.)

0 0 16