Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sawah (Studi Kasus : Petani Padi Sawah, Kec. Rawang Panca Arga, Kab. Asahan)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Padi
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Padi
Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut:
Divisi

: Spermatophyte

Sub Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Monotyledonae

Keluarga

: Gramineae


Genus

: Oryza

Spesies

: Oryza spp. (Sujatmoko, 2011)
Menurut AAK (1990) padi termasuk tergolong tanaman semusim atau

tanaman muda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu
tahun dan hanya satu kali berproduksi dan setelah itu akan mati atau dimatikan.
Tanaman padi merupakan salah satu komoditas pertanian yang
menghasilkan limbah yang berupa jerami sebanyak 3,0 – 3,7 ton/ha.
2.1.2 Varietas Tanaman Padi
Varietas padi merupakan salah satu teknologi utama yang mampu
meningkat produktivitas padi dan pendapatan petani. Dengan tersedianya varietas
yang telah di lepas pemerintah. Kini petani dapat memilih varietas yang sesuai
dengan kondisi lingkungan setempat, berdaya hasil dan benilai jual tinggi.
Varietas padi merupakan teknologi yang paling mudah di adopsi oleh petani dan
praktis. Penggunaan benih bersertifikat dan benih dengan benih vigor tinggi

sangat disarankan, karena:

6
Universitas Sumatera Utara

1. Benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang
banyak
2. Benih yang baik akan menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhaan
yang seragam
3. Ketika ditanam pindah, bibit dari benih yang baik dapat tumbuh lebih
cepat dan tegar
4. Benih yang baik akan memperoleh hasil yang tinggi (Helmi,2009).
2.2 Luas Lahan
Tingkat kesejahteraan petani merupakan salah satu faktor penting dalam
pembangunan sektor pertanian. Pada saat ini tingkat kesejahteraan petani sedang
menjadi perhatian utama, karena tingkat kesejahteraan petani diperkirakan makin
menurun. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab menurunnya tingkat
kesejahteraan petani antara lain sebagai berikut :
1. Makin sempitnya lahan yang dimiliki petani.
2. Harga gabah yang cenderung rendah pada saat panen raya.

3. Naiknya beberapa faktor input produksi usahatani. (Soetrisno, 1999)
Tingkat kesejahteraan petani secara utuh perlu dilihat dari berbagai hal
antara lain perkembangan jumlah pengeluaran mereka baik untuk kebutuhan
konsumsi maupun untuk produksi. Dalam hal ini petani sebagai produsen dan juga
konsumen dihadapkan kepada pilihan dalam mengalokasikan pendapatannya
yaitu :
1. Memenuhi kebutuhan pokok (konsumsi) demi kelangsungan hidup petani serta
keluarganya.
2. Pengeluaran untuk budidaya pertanian yang merupakan ladang penghidupannya

Universitas Sumatera Utara

yang mencakup biaya operasional produksi dan investasi.
Unsur kedua ini hanya mungkin dilakukan apabila kebutuhan pokok petani
telah terpenuhi, dengan demikian investasi dan pembentukan barang modal
merupakan faktor penentu bagi tingkat kesejahteraan petani (Rianse, 2009).
Lahan sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil
pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan sumber hasil produksi
keluar. Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini
terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh lahan dibandingkan oleh

faktor – faktor

lainnya atau dapat dikatakan besar kecilnya produksi dari

usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas-sempitnya lahan yang digunakan
petani ( Mubyarto, 1991).
2.3 Biaya Produksi
biaya produksi di klasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. Biaya tetap (fixed cost)
2. Biaya tidak tetap (variable cost)
Biaya tetap di definisikan sebagai biaya yang relatif jumlahnya dan terus
di keluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya
variable dapat di definisikan sebagai biaya yang besar kecilnya mempengaruhi
produksi yang di peroleh (Soekartawi, 1995).
Menurut kebanyakan data menghubungkan hasil (output) tanaman atau
produksi

terhadap tingkat penggunaan masukan (input) yang berbeda–beda

diperoleh dari percobaan agronomi. Dalam hal ini terutama berhubungan dengan

penggunaan masukan yang dianggap penting seperti bibit, pupuk, pestisida,

Universitas Sumatera Utara

penyusutan, iuran P3A, iuran PBB, sewa lahan dan tenaga kerja (Soekartawi,
dkk,1984)
1. Bibit
Gabah padi dapat di kelompokkan dalam dua kelompok yaitu gabah yang
memiliki Densitas Tinggi (DT) dan gabah dengan Densitas Rendah (DR). Di
lapangan, bibit yang berasal dari gabah dengan Densitas Tinggi akan lebih baik
dibandingkan yang berasal dari Densitas Rendah (BPTP-SU,2008).
2. Pupuk
Tanaman padi memerlukan makanan (hara) untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Unsur hara yang terkandung pada setiap bahan untuk
melengkapi unsur hara yang ada pada tanah yang di perlukan tanaman dinamakan
pupuk. Biasanya, unsur hara diperlukan tanaman dalam jumlah besar adalah unsur
hara makro (AAK,1990).
3. Pestisida
Salah satu faktor kunci dalam mencapai keberhasilan peningkatan
produksi padi dan program peningkatan produksi pertanian lainnya adalah adanya

dukungan sarana produksi secara tepat, diantaranya melalui penyediaan pestisida
secara bijaksana sesuai dengan prinsip dan kaidah Pengendalian Hama Terpadu
(PHT). ( Kementrian Pertanian, 2011).
4. Penyusutan
Penyusutan berarti penurunan dari alat produksi yang turut serta dalam
proses produksi. Biasanya berlaku terhadap fixed cost

seperti mesin–mesin,

gedung– gedung dan alat–alat produksi lainya yang dalam akuntansinya disebut
modal tidak lancer ( Gultom,1997).

Universitas Sumatera Utara

5. Iuran P3A
Menurut AAK (1990) mengartikan pengairan sebagai tataguna air
ditingkat usahatani. Peranan air pada usahatani padi sawah cukup besar dan
pemberian air harus sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pada umumnya, untuk
mengalirkan air diperlukan irigasi yang selalu dipelihara baik–baik, terutama
jaringan tersier yang pemeliharaannya dibebankan kepada kelompok tani P3A.

6. Iuran PBB
Mangkusubroto (1993) dalam Sasana (2005) pajak di definisikan sebagai
suatu pungutan yang merupakan hak pemerintah, pungutan tersebut didasarkan
pada Undang – Undang serta dapat dipaksakan kepada subjek pajak dengan tidak
ada balas jasa yang langsung dapat ditunjukkan penggunaannya.
7. Sewa Lahan
Sistem sewa lahan merupakan pemindahan hak guna pakai lahan dari
pemilik lahan kepada pengguna lahan. Menurut Kasryno (1984) harga sewa tanah
bagi penyewa yang langsung menggarap berbeda dengan harga sewa tanah bagi
penyewa yang harus menunggu beberapa musim kemudian baru dapat mengarap,
memperoleh harga lebih murah daripada mereka yang langsung menggarap.
8. Tenaga Kerja
Di samping penggunaan lahan dan rotasi tanaman, perlu di rencanakan
pula penggunaan tenaga kerja, apakah tenaga kerja keluarga yang tersedia biasa
memenuhi kebutuhan. Jika tenaga kerja yang di butuhkan lebih besar dari potensi
harus menganggarkan seberapa besar kebutuhan tenaga kerja luar keluarga yang
diperlukan. Hal ini akan mempengaruhi biaya usahatani karena tenaga kerja luar
keluarga harus diberi upah (Suratiyah, 2008).

Universitas Sumatera Utara


Banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengusahakan satu jenis
komoditas per satuan luas dinamakan intensitas tenaga kerja tergantung pada
tingkat teknologi yang digunakan, tujuan dan sifat usahataninya, topografi dan
tanah serta jenis komoditas yang di usahakan (Suratiyah, 2008)
2.4 Produksi
Produksi suatu proses merubah kombinasi berbagai input menjadi output.
Pengertian produksi tidak hanya terbatas pada proses pembuatan saja, tetapi juga
penyimpanan,distribusi,pengangkutan,pengemasan kembali hingga pemasaran
hasilnya. Istilah produksi berlaku untuk barang maupun jasa. Bahkan sebenarnya
perbedaan barang dan jasa itu sendiri dari sudut pandang ekonomi sangat tipis.
Keduanya sama–sama dihasilkan dengan mengerahkan modal dan tenaga kerja.
Setiap produsen dalam melakukan kegiatan produksi di asumsikan dengan tujuan
memaksimumkan keuntungan. (Pracoyo, 2006).
Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisien
teknis) kalau faktor produksi yang di pakai menghasilkan produksi maksimum
(Soekartawi, 2001)
Dalam proses produksi ada ketergantungan hubungan antara tingkat
penggunaan faktor–faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan di
peroleh. Hal ini disebut juga dengan hubungan antara input dengan output.

(Suratiyah, 2008).
Dalam kegiatan usahatani sebagai salah satu bentuk unit produksi, selalu
ada upaya memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya dalam
keterbatasan sumberdaya yang ada dimiliki. Untuk itu perlu di rumuskan
perencanaan usahatani dengan mengkombinasikan berbagai input dalam berbagai

Universitas Sumatera Utara

karakter, keterbatasan untuk memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan
biaya (soekartawi dkk, 1984).
Petani yang sudah sangat berjasa dalam usaha meningkatkan padi yang
ditunjukkan dengan tingginya produksi per hektar. Hal ini menyebabkan
Indonesia menduduki peringkat ketiga diantara negara produsen padi di dunia
setelah Amerika Serikat dan Cina dengan hasil rata–rata di atas 4000 kg per
hektar. Meskipun peningkatan produksi padi tersebut tidak hanya karena jasa
petani padi, tetapi juga jasa dan peran semua pihak termasuk pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sejak awal tahun 1970-an. Pihak lain
yang turut berperan antara lain Departemen Pertanian termasuk penyuluh
pertanian lapangan, Departemen Pekerjaan Umum khususnya yang menangani
pengairan, berbagai lembaga produksi

sarana pertanian, perbankan yang menyalurkan kredit dan sebagainya (Adiriatma,
2004).
2.5 Harga Gabah
Kebijakan harga dasar gabah telah dimulai sejak musim tanam awal
Repelita I yaitu tahun 1969/1970 dan terus berlangsung hingga saat analisis ini
dilaksanakan (2008). Setiap tahunnya, harga dasar gabah ditetapkan melalui
Instruksi Presiden (Inpres) Republik Indonesia tentang Penetapan Harga Dasar
Universitas Sumatera Utara Gabah. Ada beberapa macam harga dasar yang
ditetapkan pada setiap Inpres,
yaitu harga dasar gabah, harga pembelian gabah terendah oleh BULOG dan harga
pembelian beras oleh BULOG (Hadi, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Gabah dalam ketentuan tersebut adalah Gabah Kering Giling (GKG), yaitu
gabah yang memenuhi persyaratan kualitas sebagai berikut: kadar air maksimum
14%, butir hampa/kotoran maksimum 3%, butir kuning/rusak maksimum 3%,
butir mengapur/hijau maksimum 5% dan butir merah maksimum 3%. Bilamana
petani atau kelompok tani belum mampu memenuhi persyaratan kualitas tersebut,
mereka dapat menjual hasilnya dalam berbagai kondisi kualitas gabah kepada

BULOG sesuai dengan tabel harga yang berlaku. Harga beli BULOG dari petani
untuk tiga kualitas gabah, yaitu Gabah Kering Giling (GKG), Gabah Kering
Simpan (GKS) dan Gabah Kering Panen (GKP) untuk tahun 2000. Harga dasar
GKP merupakan 85,55% dari harga dasar GKS atau 73,33% dari harga dasar
GKG, sedangkan harga dasar GKS merupakan 85,71% dari harga dasar GKG.
Pembedaan harga antar kualitas gabah tersebut

tidak hanya didasarkan atas

perbedaan kadar air saja, tetapi juga perbedaan komponen kualitas lainnya (Hadi,
2000).
Ketentuan-ketentuan tentang harga pembelian gabah oleh BULOG dari
petani di tingkat BULOG adalah:
1. Apabila harga gabah sama atau di bawah harga dasar, maka untuk
pengamanan harga dasar itu BULOG harus membeli gabah dari petani
atau kelompok tani pada berbagai tingkat kualitas sesuai dengan pedoman
harga pembelian.
2. Apabila pembelian gabah oleh BULOG dilakukan di tempat petani, maka
harga pembelian adalah harga dasar dikurangi ongkos angkut ke gudang
BULOG.

Universitas Sumatera Utara

3.

Apabila di suatu kecamatan tidak ada BULOG atau apabila BULOG yang
ada tidak mampu mengamankan harga dasar, maka BULOG dapat
menurunkan Satuan Tugas (Satgas) Operasional Pengadaan Dalam Negeri
(OPDN) untuk melakukan pembelian langsung dari petani (Hadi, 2000).

2.6 Pendapatan
Pada dasarnya dalam kehidupan ekonomi itu hanya ada dua kelompok
yaitu rumah tangga produsen dan rumah tangga konsumen. Dalam rumah tangga
produsen dilakukan proses produksi. Pemilik faktor produksi yang telah
menyerahkan atau mengikut sertakan faktor produksinya ke dalam proses
produksi akan memperoleh balas jasa. Pemilik alam (tanah akan memperoleh
sewa, pemilik tenaga akan memperoleh upah, pemilik modal akan memperoleh
bunga dan pengusaha akan memperoleh keuntungan. Semua balas jasa yang di
terima

oleh

pemilik

faktor

produksi

tersebut

merupakan

pendapatan

nasional.(soekartawi,1995).
Pendekatan nominal tanpa memperhitungkan nilai uang menurut waktu
(time value of money) tetapi yang dipakai adalah harga yang berlaku, sehingga
dapat langsung di hitung jumlah pengeluaran dan jumlah penerimaan dalam suatu
priode proses produksi. Formula menghitung pendapatan nominal adalah sebagai
berikut:
TC

= FC + VC

Keterangan

: TC

= Total Cost ( Total Biaya ) (Rp)

FC

= Fixed Cost ( Biaya Tetap ) (Rp)

VC

= Variabel Cost ( Biaya Variabel ) (Rp)

Universitas Sumatera Utara

TR

= Py.Y

Keterangan

: TR = Total Revinew ( Total Penerimaan ) ( Rp )
Py = Harga Produksi ( Rp/kg)
Y = Jumlah Produksi

Pd

= TR – TC

Keterangan

: Pd

= Pendapatan ( Rp)

TR

= Total Revinew ( Total Penerimaan ) ( Rp )

TC

= Total Cost ( Total Biaya ) (Rp)

Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami
perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan tetapi harus
dalam batas tertentu. Artinya biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar
kecilnya kuantitas produksi yang di hasilkan. Biaya variable merupakan biaya
yang secara total berubah – ubah sesuai dengan perubahan volume produksi atau
penjualan. Artinya biaya variable berubah menurut tinggi rendahnya output yang
di hasilkan atau tergantung kepada skala produksi yang di lakukan (Soekartawi,
1995).
2.7 Penelitian Terdahulu
Didalam buku Ir. Entang sastraatmadja, 1984 menyebutkan bahwa
masyarakat tani selalu menjadi korban bijaksana. Apalagi jika di rangkaikan
dengan adanya lilitan ijon yang mencengkram kehidupan mereka, akibat perilaku
tengkulak yang sagat doyan mempermainkan tingkat harga yang terjadi dipasar.
Sedangkan usaha pemerintah yang di tekankan pada KUD ( Koperasi Unit Desa )
di pedesaan tampaknya masih belum berhasil mencapai titik puncak idealisme

Universitas Sumatera Utara

yang direncanakan. Akibatnya kaum tani sebagai warga negara yang kondisi
hidupnya sudah demikian parah.
Begitupun dengan BULOG sebagai lembaga pemerintah yang bertugas
untuk selalu menjaga kestabilan pangan nasional, juga belum mampu berfungsi
sebagaimana mestinya. Pengamanan harga dasar yang seharusnya mampu
menolong petani bagi peningkatan kualitas hidupnya terlihat hanya kosep belaka.
Dalam prakteknya harga yang terjadi di daerah produsen, ternyata banyak yang
berada dibawah harga dasar.
Pada mulanya hal ini terjadi di jawa barat utara seperti Karawang,
Cirebon, Indramayu, dan Subang pada saat itu di daerah ini adanya panen raya
yang secara serempak. Kemudian disusul lagi kurang berfungsinya atau
berperannya KUD di daerah tersebut yang mengakibatkan tengkulak pesta pora,
para pemilik modal yang senantiasa menyiksa atau menekan para petani agar
menjual hasil panen rayanya di bawah harga dasar yang ditetapkan. Penekanan –
penekanan yang di lakukan oleh para tengkulak ini pada umumnya wajar terjadi di
pedesaan, asalkan tidak melampaui batasan.
2.8 Kerangka Pemikiran
Dalam usahatani banyak usaha yang di lakukan para petani untuk
meningkatkan pendapatan petani. Usaha yang di lakukan petani seperti
menghitung semua biaya selama produksi, meningkatkan hasil produksi,
memperluas lahan untuk melakukan atau meningkatkan hasil produksi, mencari
informasi terhadap harga GKP ( Gabah Kering Panen). Hal ini semua dilakukan
oleh para petani padi sawah untuk meningkatkan pendapatan petani padi sawah.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian diatas, maka secara ringkas dapat digambarkan skema
kerangka pemikiran pada Gambar 1.
PETANI

LUAS LAHAN

BIAYA PRODUKSI

HARGA

PENDAPATAN

Gambar 1

: Skema Kerangka PemikiranAnalisis Faktor-Faktor
Mempengaruhi Pendaptan Petani padi Sawah

Keterangan :
: Pengaruh
: Usaha
2.8 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah maka yang menjadi Hipotesis Penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan petani padi sawah di daerah penelitian sangat tinggi
2. Terdapat pengaruh luas lahan, biaya produksi, hasil produksi, dan harga
Gabah Kering Panen (GKP) terhadap pendapatan usaha tani padi sawah.

Universitas Sumatera Utara