Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Jantan

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Bising
Bising adalah bunyi yang tidak diinginkan atau tidak disukai dan sangat
mengganggu. Secara objektif bising terjadi dari getaran yang kompleks dari
berbagai frekuensi dan amplitude, baik yang getarannya bersifat periodik maupun
non periodik (Bashiruddin, 2002).
Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki
ataupun yang merusak kesehatan. Saat ini kebisingan merupakan salah satu
penyebab “penyakit lingkungan” yang penting. Pada tahun 1970-an di Amerika
Serikat, tingkat kebisingan kota bertambah dengan 1 dB per tahun dan 10 dB per
dekade. Penyebabnya adalah bertambahnya jalan bebas hambatan di perkotaan,
peningkatan kepadatan lalu-lintas udara, bertambahnya aktivitas konstruksi, dan
bertambahnya

mekanisasi

baik


di

daerah

pemukiman

maupun

daerah

perindustrian, seperti sepeda motor, pemotong rumput bermotor, mesin cuci, dan
peralatan masak bermotor. Semakin cepat pergerakan peralatan semakin tinggi
taraf kebisingan yang ditimbulkan. Di Indonesia yang masih terus membangun,
taraf kebisingan akan terus naik, terutama dari jalan raya dan dari industri
(Slamet, 2009).
Bunyi atau suara yang masuk telinga akan diterima sebagai suatu
rangsangan akibat adanya getaran-getaran yang terjadi melalui media elastik. Kuat
atau lemahnya suatu bunyi atau suara akan dipersepsikan berbeda pada masingmasing individu yang mendengarnya, hal ini sangat bergantung pada subjektivitas
frekuensi dan intensitas bunyi atau suara (Leksono, 2009).


2.2 Karakteristik Suara
Karakteristik dasar suara secara garis besar terbagi atas 2, yaitu karakteristik fisik
gelombang suara dan karakteristik mekanik gelombang suara. Karakteristik
gelombang suara terdiri dari frekuensi, periode, amplitude dan panjang.

Universitas Sumatera Utara

5

Frekuensi merupakan jumlah perubahan tekanan dalam setiap detiknya
atau frekuensi setiap detiknya dalam satuan cycles per second (cls) atau Hertz
(Hz). Setiap orang relatif sedikit berbeda, tetapi respon pendengaran orang muda
terletak pada 16-2.000 Hz. Kecepatan rambatan suara bervariasi tergantung pada
medium dan suhu, tetapi untuk kecepatan perambatan suara pada medium udara
pada suhu 200C berkisar 344 m/s, pada kondisi tersebut maka panjang gelombang
suara berkisar 13 inch (0,344m) pada frekuensi 1000 Hz. Frekuensi bunyi yang
terpenting adalah 250 Hz, 1.000 Hz, 2.000 Hz, 8.000 Hz (naik 1 oktaf). Frekuensi
bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia adalah 16 - 20.000 Hz. Bunyi
yang kurang dari 16 Hz dinamakan bunyi infrasonik dan bunyi yang lebih dari

20.000 Hz dinamakan bunyi ultrasonik. Frekuensi bunyi antara 250 - 3000 Hz
pada tekanan suara 1 x 10-3 dyne/cm2 sampai kurang dari 1,2 x 10-2 dyne/cm2
merupakan frekuensi dimana manusia dapat melakukan percakapan dengan baik,
sehingga pada tekanan 1 x 10-3 dyne/cm2 merupakan suara yang sudah tidak
nyaman. Frekuensi 4000 Hz merupakan frekuensi yang paling peka ditangkap
oleh pendengaran kita, biasanya ketulian pemaparan bising atau adanya gangguan
pendengaran terjadi pada frekuensi ini (Wardhana, 2001).
Amplitudo sebuah gelombang suara adalah tingkat gerakan molekulmolekul udara dalam gelombang, yang sesuai terhadap perubahan dalam tekanan
udara yang sesuai gelombang. Lebih besar amplitudo gelombang maka lebih keras
molekul-molekul udara untuk menabrak gendang telinga dan lebih keras suara
yang terdengar (Tambunan, 2005).
Panjang gelombang merupakan jarak antara dua gelombang yang dekat
dengan perpindahan dan kecepatan partikel yang sama dalam satu bidang bunyi
datar, sehingga dengan mengetahui kecepatan dan frekuensi bunyi dapat
ditentukan panjang gelombangnya. Panjang gelombang suara yang dapat didengar
telinga manusia mulai dari beberapa centimeter sampai kurang dari 20 meter
(Wahyu, 2003).
Karakteristik mekanik gelombang suara terdiri dari pemantulan gelombang
suara, penggabungan gelombang suara dan kualitas suara. Menurut Wardhana
(2001), untuk menyatakan kualitas bunyi atau suara digunakan pengertian sebagai


Universitas Sumatera Utara

6

berikut: Frekuensi bunyi, yaitu jumlah getaran per detik. Satuan bunyi dinyatakan
dalam Hertz (Hz). Intensitas bunyi, yaitu perbandingan tegangan suara yang
datang dan tegangan suara standar yang dapat didengar oleh manusia normal pada
frekuensi 1000 Hz dinyatakan dalam desibel (dB).
Tingkat kebisingan dinyatakan dalam desibel (dB) yang membandingkan
tingkat tekanan suara. Berikut beberapa contoh tingkat suara: 60-70 dB untuk
pembicaraan biasa, 80-90 dB untuk lalu lintas ramai dan 140-150 dB untuk bunyi
mesin jet. Tingkat maksimal yang dapat didengar telinga manusia adalah 130 dB,
walaupun dianjurkan sebaiknya manusia jangan sampai dihadapkan pada tingkat
suara setinggi itu. Intensitas suara 90-95 dB dapat merusak pendengaran (Irianto,
2004).

2.3 Sumber Suara
Menurut Tambunan (2005), di lingkungan kerja, jenis dan jumlah sumber
suara sangat beragam, beberapa diantaranya adalah:

a.

Suara mesin
Jenis mesin penghasil suara di tempat kerja sangat bervariasi, demikian pula
karakteristik suara yang dihasilkan. Contohnya adalah mesin pembangkit tenaga
listrik seperti genset, mesin diesel, dan sebagainya. Di tempat kerja, mesin
pembangkit tenaga listrik umumnya menjadi sumber-sumber kebisingan
berfrekuensi rendah adalah 115
140

16 jam
8 jam
4 jam
2 jam
1 jam
30 menit
15 menit
7,5 menit
Tidak pernah
10000 microsec


B. Impulsif
3
Pola tidur
A. Terbangun
55-60
Sewaktu-waktu
B. Pergantian jam tidur
35-45
Sewaktu-waktu
Sumber: Jain, R.K. et al: Enviromental impact Analysis, 1981: 280.

2.10 Lambung
2.10.1 Anatomi umum
Lambung adalah ruang berbentuk kantung mirip huruf J yang terletak diantara
esophagus dan usus halus. Lambung dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan
perbedaan anatomis, histologist dan fungsional. Fundus adalah bagian lambung
yang terletak di bagian atas lubang esophagus. Bagian tengah atau utama lambung
adalah korpus (badan). Lapisan otot polos di fundus dan korpus relatif tipis, tetapi
bagian bawah lambung, antrum, memiliki otot yang lebih tebal. Diantara regionregio tersebut terdapat perbedaan kelenjar di mukosa. Bagian akhir lambung

adalah stingfer pylorus, yang berfungsi sebagai sawar antara lambung dan bagian
atas usus halus, duodenum (Sherwood, 1996).
Kardia dan pylorus letaknya cukup dekat satu sama lain, sehingga secara
keseluruhan mengesankan berbentuk seperti buah besar yang membengkak. Hal

Universitas Sumatera Utara

14

ini menghasilkan suatu sisi yang berbentuk sangat konkaf antara kardia dan
pilorus yang disebut lengkungan pendek (lesser curvature), serta sisi lainnya yang
konveks disebut lengkungan besar (greater curvature). Ada suatu tonjolan besar
yang terletak di dekat kardia yang disebut fundus (Frandson, 1992).

Gambar 1. Anatomi eksternal dan internal lambung mamalia
Lambung tikus terbagi menjadi 2 bagian, sisi glandular dan sisi lambung
depan non-glandular yang berdinding tipis. Kedua bagian tersebut dibatasi oleh
sebuah jembatan (ridge) yang sekaligus melapisi pintu masuknya esophagus.
Struktur lambung ini mencegah terjadinya muntah pada tikus. Sisi lambung depan
non-glandular memiliki lapisan mukosa yang menyerupai mukosa lumen dan

dilapisi oleh sel epitel skuamosa bertingkat dan berperan sebagai reservoir. Sisi
glandular lambung (korpus) memilki karakteristik adanya sumur lambung yang
dilapisi oleh epitel kolumnar selapis. Kelenjar lambung terdiri dari sel parietal dan
chief cell/ sel zimogen. Bagian pislorus lambung tikus dilapisi oleh epitel

kolumnar selapis yang juga melapisi perpanjangan sumur lambung. Dibawah
lapisan tersebut terdapat kelenjar pilorus (Harris, 2009).

2.10.2 Fungsi Lambung
Fungsi lambung adalah sebagai berikut:
a. Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh
peristaltik

lambung

dan

getah

lambung.


Kapasitas

lambung

normal

Universitas Sumatera Utara

15

memungkinkan adanya interval waktu yang panjang antara saat makan dan
kemampuan menyimpan makanan dalam jumlah besar sampai makanan ini dapat
terakomodasi di bagian bawah saluran.
b. Produksi kimus, aktivitas lambung mengakibatkan terbentuknya kimus (massa
homogen setengah cair, berkadar asam tinggi yang berasal dari bolus) dan
mendorongnya ke dalam duodenum.
c. Digesti protein, lambung memulai digesti protein melalui sekresi tripsin dan asam
klorida.
d. Produksi mukus. Mukus yang dihasilkan dari kelenjar membentuk barier setebal 1

mm untuk melindungi lambung terhadap aksi pencernaan dan sekresinya sendiri.
e. Produksi faktor intrinsik, yaitu glikoprotein yang disekresi sel parietal dan vitamin
B12 yang didapat dari makanan yang dicerna di lambung yang terikat pada faktor
intrinsik. Komplek faktor intrinsik vitamin B12 dibawa ke ileum usus halus,
dimana tempat vitamin B12 diabsorbsi.
f. Absorbsi. Di lambung hanya terjadi sedikit absorbsi nutrien. Beberapa zat yang
diabsorbsi antara lain adalah beberapa obat yang larut lemak (aspirin) dan alkohol
diabsorbsi pada dinding (Setiadi, 2007).

2.10.3 Histologi Lambung
Dinding lambung disusun oleh beberapa lapisan yaitu lapisan mukosa,
submukosa, muskularis eksterna atau muskularis propia, dan serosa
a.

Mukosa
Mukosa lambung

terdiri dari epitel permukaan

yang berlekuk,


mengandung kelenjar dan sumur lambung (faveolae/ gastric pits) dengan sedikit
lamina propia. Mukosa lambung menghasilkan asam dan enzim pencernaan, dan
mangabsorbsi sejumlah air. Sel yang terdapat di permukaan mukosa lambung dan
sumur lambung disusun oleh epitel silindris sebaris yang dinamakan sel mukus
permukaan, menghasilkan mukus yang membentuk lapisan tebal yang melindungi
sel-sel ini terhadap pengaruh asam kuat yang dihasilkan lambung dan mencegah
otodigestion mukosa lambung. Bentuk dan kedalaman proporsional lubang dan
sifat-sifat kelenjarnya berbeda pada bagian dari lambung (Junqueira, 2003).

Universitas Sumatera Utara

16

b.

Submukosa
Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh
darah dan saluran limfa. Lapisan mukosa yang terdapat di sebelah dalam, tebal,
dan terdiri atas banyak kerutan atau rugae yang hilang bila organ itu mengembang
karena berisi makanan (Hirlan, 2001).

c.

Muskularis Propia
Muskularis mukosa tersusun dari 3 lapisan otot polos, yaitu lapis
longitudinal di bagian luar, lapis serkuler di bagian tengah, dan lapis oblique di
bagian dalam. Susunan serat otot yang unik ini memungkinkan berbagai macam
kombinasi kontraksi yang diperlukan untuk memecah makanan menjadi partikelpartikel kecil, mengaduk dan mencampur makanan tersebut dengan cairan
lambung ke arah duodenum (Bevelander & Ramaley, 1998).

d.

Serosa
Serosa merupakan lapisan tipis yang terdiri atas jaringan ikat longgar, kaya
akan pembuluh darah dan jaringan adipose dan mesotel (Junqueira. 1983). Pada
lapis serosa terlihat suatu selaput dan jaringan areolar yang mengandung
pembuluh darah, jaringan lemak dan batang saraf (Bevelander & Ramaley, 1998).

2.10.4 Kerusakan yang Terjadi pada Lambung
2.10.4.1 Gastritis
Gastritis berarti peradangan mukosa lambung. Keadaan ini dapat
diakibatkan dari makanan yang mengiritasi mukosa lambung, ekskoriasi mukosa
lambung yang berlebihan oleh secret peptik lambung sendiri atau peradangan
bakteri. Mukosa yang meradang pada gastritis sering menimbulkan rasa nyeri,
menyebabkan perasaan nyeri terbakar difus yang dialihkan ke epigastrium bagian
atas. Refleks-refleks yang dimulai pada mukosa lambung menyebabkan kelenjar
saliva mengeluarkan saliva dalam jumlah besar (Guyton, 1990).

2.10.4.2 Ulkus Peptikum
Ulkus merupakan hilangnya sel epitel yang mencatat atau menembus muskularis
mukosa, dengan diameter kedalaman > 5mm. Ulkus dibedakan dengan erosi,

Universitas Sumatera Utara

17

dimana erosi berukuran lebih kecil (< 5mm) dan lebih superficial. Mukosa
superficial hanya memilki pembuluh kapiler, sehingga erosi hanya dapat
menyebabkan

pendarahan

ringan,

tidak

mungkin

sampai

menyebabkan

pendarahan yang signifikan. Bila ulkus mengenai otot dan menyebabkan
kerusakan otot, maka akan terbentuk jaringan fibrosis, dan akan menimbulkan
lekukan. Pada ulkus yang aktif dan terbentuk sempurna terdapat lapisan pada
permukaannya berupa eksudat purulen, bakteri atau debris nekrosis (Harris,
2009).
Ulkus peptikum merupakan daerah ekskoriasi mukosa yang disebabkan
kerja pencernaan getah lambung. Penyebab ulkus peptikum yang biasa adalah
terlalu banyak sekret getah lambung dalam hubungannya dengan derajat
perlindungan yang diberikan oleh lapisan mukus lambung dan duodenum serta
netralisasi asam lambung oleh getah duodenum. Semua daerah yang dalam
keadaan normal terpapar getah lambung disuplai banyak kelenjar mukosa, mulai
dengan kelenjar mukosa komposita pada bagian bawah esophagus, kemudian sel
mukosa yang meliputi mukosa lambung, sel leher mukosa glandula gastrika,
glandula pilorika dalam yang terutama menyekresi mukus, dan akhirnya kelenjar
brunner pada duodenum yang menyeksresi mukus yang sangat alkali (Guyton,

1990).

Universitas Sumatera Utara