onsekuensi yuridis tindak pidana pencur 28ebcf51
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
KONSEKUENSI YURIDIS TINDAK PIDANA PENCURIAN OLEH ANAK
PASCA DIKELUARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG
NOMOR 2 TAHUN 2012 MENGENAI PENYESUAIAN BATASAN
TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP
(Consequences Juridis of Policy Criminal Arrangement
by Regulation No. 2 Year 2012 Regarding Limitation of Lightning Action and
Number of Funds in Criminal Code)
Noor Azizah1
Fakultas Hukum Universitas Islam Kalimantan MAAB
Jalan Adhyaksa No. 2 Kayutangi Banjarmasin Kalimantan Selatan
E-mail: azizahshmh@yahoo.com
Abstract
Case of the theft crime by the child is a law crime that should be examined wisely,
in other side that action is a criminal crime that should be punished, but in
another side, Child Juvenile Justice Law no. 3 Year 1997 about Juvenile Justice
said that when the crime was done by the kid so Child Juvenile Justice Law no. 3
Year 1997 on Juvenile Justice become Lex Specialist against the procedural law
applicable at all of justice levels, however this provision face symmetrically with
the Supreme Court Regulation no. 2 of 2012 Concerning Adjustment of Limit
Crime and Number of Penalties in the criminal code which become the guidance
for the judges in deciding cases of light criminal hearing so that such matter will
bring legal problem in court for judges to decide criminal case of theft as criminal
acts (Tipiring) where the perpetrators are children.
Keywords: Theft Crime, Adjustment of the Criminal Act and Theft Crime Limit by
the Child.
Abstrak
Persoalan Tindak Pidana Pencurian yang dilakukan oleh seorang anak merupakan
problema hukum yang mesti dicermati secara bijak, disatu sisi perbuatan
pencurian anak adalah perbuatan pidana yang seharusnya mendapatkan hukuman
pemidanaan, tetapi pada posisi lainnya Undang-Undang Peradilan Anak No. 3
Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak menegaskan bahwa ketika pencurian
tersebut dilakukan oleh anak-anak maka Undang-Undang Peradilan Anak No. 3
Tahun 1997 sebagai suatu Lex Spesialis terhadap hukum acara yang berlaku pada
semua tingkat peradilan,Namun ketentuan ini berhadapan secara simetris
denganPeraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 Mengenai Penyesuaian
Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP yang menjadi
pegangan bagi para hakim dalam memutus perkara Tindak Pidana Ringan yang
disidangkannya, sehingga hal demikian akan memunculkan problema hukum
1
Dosen Fakultas Hukum Uniska Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin
109
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
dipengadilan bagi para hakim untuk memutus perkara Tindak Pidana pencurian
sebagai Tindak Pidana Ringan (Tipiring) dimana pelakunya adalah anak-anak.
Kata Kunci: Tindak Pidana Pencurian ,Penyesuaian Batasan Tindak Pidana
Ringan dan Pidana Pencurian oleh Anak.
Undang-Undnag
PENDAHULUAN
Beberapa unsur agar dapat
Maka
Tindak
Hukum
Pidana
Pidana
Pencurian
dikatagorikan sebagai suatu tindak
dibagi menjadi beberapa klasifikasi
pidana pencurian
yaitu Pencurian Biasa yang diatur
perbuatan
adalah adanya
obyektif
(perbuatan
dalam pasal 362 Kitab Undang-
mengambil, obyeknya suatu benda,
Undang
dan unsur keadaan yang melekat
Pencurian dengan pemberatan atau
pada benda untuk dimiliki secara
bisa disebut juga dengan pencurian
sebagian
yang
dengan kualifikasi (gegualificeerd
merupakan milik orag lain dan
diefstal) yang diatur dalam pasal 363
adanya unsur subyektif dalam hal ini
dan 365 Kitab Undang Hukum
adalah maksud yang ditujukan untuk
Pidana; kemudian Pencurian Ringan
memiliki , dengan maksud melawan
yang diatur didalam pasal 364 Ktab
hukum). Oleh karenannya tindak
Undang-Undang Hukum Pidana; dan
pidana pencurian merupakan suatu
Pencurian dengan Kekerasan Pasal
tindak pidana umum yang dalam
365 Kitab Undang-Undang Hukum
pelaksanaannya terdapat unsur-unsur
Pidana semua itu termasuk pada
yang dapat dikatagorikan sehingga
delik harta kekayaan karena dalam
dapat dikatakan sebagai terjadinya
hal ini menyangkut kejahatan terhap
perlanggaran
harta benda seseorang.
atau
seluruhnya
tindak
pidana
Hukum
Pidana;
Pasal
pencurian, dengan suatu ancaman
Dalam Kitab Undang-Undang
hukuman 5 tahun penjara dan juga
Hukum Pidana juga terdapat apa
adanya suatu ancaman hukuman
yang
lainya berupa denda sebesar Rp.
ringan.
900,- (sembilan ratus rupiah).
sehingga dapat dikatagorikan dengan
disebut
dengan
Kualifikasi
pencurian
atau
unsur
Apabila kita merujuk kepada
pencurian ringan disini yaitu merujuk
pasal yang terdapat dalam Kitab
pada nilai barang yang menjadi
110
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
obyek curian yang semula nilai
seterusnya pada saat umurnya) belum
barang tersebut tidak lebih dari Rp.
16
25,-
rupiah)
berdasarkan undang-undang terbaru
sehingga dalam hal orang tidak
No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
merasa jahat atas perbuatan tersebut.
Peradilan
Misalnya dalam hal ini ketika merasa
dalam hal ini dapat saja menjatuhkan
harus bekerja di trik matahari maka
suatu tindakan berupa menyerahkan
diambillah
atau
anak tersebut kepada negara untu
seorang
dilakukan suatu pembinaan yang
tetangga. Namun dalam hal ini
dalam hal ini adalah juga penderitaan
seiring
berkembangnya
bagi anak tersebut. Akan tetapi
waktu, maka nilai yang diancamkan
penderitaan yang terjadi disini masih
pada pasal ini tidak lagi sesuai
tergolong ringan dibandingkan ketika
dengan
ia harus dipenjara dan juga menjalin
(dua
kelapa
puluh
sebuah
dari
lima
mangga
halaman
dengan
perkembangan
zaman,
tahun
(ketetuan
Pidana
dihapus
Anak),
sehingga pada zaman sekarang tidak
penjara
ada lagi barang yang bernilai kurang
pendidikan/pembinaan anak karena
dari Rp. 25 (dua puluh lima rupiah).
suatu
Oleh karena itu pada tahun 1960
menjatuhkan
pemerintah dengan suatu peraturan
ringan daraipada menjalani suatu
perundang-undangan
tindak pidana.2
yaitu
no.
16/Prp/1960 Pemerintah menaikan
tersebut.
hakim
putusan
Menjalani
hakim
tindakan
ini
yang
lebih
Pada tanggal 27 Februari
nilai Rp. 25,- tersebut menjadi Rp
2012
250,- dan kemudian sejalan atas hal
Menerbitkan
tersebut ancaman hukum dinaikan
Mahkamah
menjadi 15 kali.
disingkat dengan Perma No. 2 Tahun
Mahkamah
suatu
Agung
Agung
Peraturan
atau
yang
Demikian pula jika pencurian
2012 Tentang Penyelesaian Batas
tersebut dilakukan oleh anak-anak
tindak pidana ringan atau tipiring dan
maka Kitab Undang-Undang Hukum
juga jumlah denda dalam KUHP.
Pidana bagi anak yang melakukan
Peraturan Mahkamah Agung Nomor
suatu
tindak
pidana
menurut
ketentuan pasal 489, 490, 492 dan
2
Adami Chazawi, 2002, Pembelajaran
Hukum Pidana I, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hlm. 23.
111
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
2 Tahun 2012 Mengenai Penyesuaian
ringan tersebut, oleh kerana atas hal
Batasan Tindak Pidana Ringan dan
tersebut
Jumlah
mengangkat
Denda
Dalam
KUHP
penulis
tertarik
judul
untuk
“Konsekwensi
mempunyai hal yang positif apabila
Yuridis Tindak Pidana Pencurian
ditinjau dari pelaksanaan tekhnis di
yang Dilakukan Oleh Anak Pasca
masyarakat,
Dikeluarkan Peraturan Mahkamah
menciptakan
dalam
rasa
rangka
keadilan
di
Agung
Nomor
2
Tahun
Penyesuaian
2012
masyarakat namun disisi lain juga
Mengenai
Batasan
menimbulkan Legal Issue (issue
Tindak Pidana Ringan dan Jumlah
hukum)yaitu dimana dalam konteks
Denda Dalam KUHP”.
yuridis akan menimbulkan suatu
pertanyaan dalam wilayah hukum
acara apabila pencurian tersebut
dilakukan oleh anak, dalam hal ini
didalam Undang-Undang Peradilan
Anak No. 3 Tahun 1997 Tentang
Peradilan Anak menegaskan bahwa
ketika pencurian tersebut dilakukan
oleh
anak-anak
maka
Undang-
Undang Peradilan Anak No. 3 Tahun
1997 sebagai suatu Lex Spesialis
terhadap hukum acara yang berlaku
pada semua tingkat peradilan, namun
ketika permasalahan ini nantinya
menyangkut masuk pencurian yang
dilakukan oleh anak-anak dengan
nilai pencurian tidak lebih dari Rp.
2.500.000,- (dua juta lima ratus) akan
menimbulkan suatu persolan karena
dalam
Perma
tersebut
mengatur
hukum acara terhadap pencurian
PERUMUSAN MASALAH
Dari
latar
belakang
sebagaimana yang telah diuraikan
pada uraian diatas, terdapat banyak
hal yang dapat dikaji akan tetapi
dalam penelitian ini maka akan
dibatasi permasalahan yang akan
dibahas, yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Konsekwensi
Yuridis
Terhadap
Tindak
Pidana
Pencurian
Setelah
Dikeluarkannya
Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 2
Tahun
2012
Mengenai
Penyesuaian Batasan Tindak
Pidana Ringan dan Jumlah
Denda Dalam KUHP?
2. Bagaimanakah
Konsekwesi
Yuridis hukum acara yang
digunakan terhadap tindak
112
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
pidana
Pencurian
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
yang
Apabila kita berpijak pada ketentuan
dilakukan oleh Anak setelah
umum yaitu kamus besar bahasa
dikeluarkannya
Peraturan
Indonesia arti dari kata “curi” adalah
Mahkamah Agung Nomor 2
mengambil hak miliki orang lain
Tahun
tanpa izin atau dengan kata lain
2012
Mengenai
Penyesuaian Batasan Tindak
secara
Pidana Ringan dan Jumlah
kepunyaan
Denda Dalam KUHP.
biasanya
tidak
sah
orang
mengambil
lain,
dilakukan
hal
ini
dengan
sembunyi-sembunyi. Sedangkan arti
PEMBAHASAN
dari pencurian merupakan proses,
A. Konsekwensi
Terhadap
Yuridis
Tindak
Pidana
Pencurian
Setelah
Dikeluarkannya
Mahkamah
Tahun
Peraturan
Agung
2012
Penyesuaian
No.
2
Mengenai
Batas
Tindak
Pidana Ringan dan Jumlah
Denda Dalam KUHAP.
tindak
pidana
pencurian
merupakan suatu proses sosial yang
seperti yang kita ketahui perbuatan
tersebut dilarang oleh masyarakat,
namun dalam hal ini perbuatan
mencuri
karena
dilarang
oleh
undang-undang yang secara umum
tertuang dalam ketentuan UndangUndang lebih tepatnya didalam Kitab
Undang-Undang
Hukum
Seperti yang sudah dijelaskan
bahwa
pencurian
secara
umum
terdapat dalam ketentuan pasal 362
Kitab
Pidana,
Undang-Undang
adalah
suatu
Hukum
bentuk
pencurian dalam bentuk rumusan
pokok yang dalam hal ini berbunyi,
barang siapa yang mengambil suatu
Apabila kita telaah lebih jauh
proses
cara, perbuatan.
Pidana
yaitu yang terdapat dalam pasal 362.
benda yang seluruhnya atau sebagian
miliki orang lain, dengan maksud
untuk
dimiliki
secara
melawan
hukum, diancam dengan suatu tindak
pidana pencurian, dengan pidana
penjara paling lama 5 tahun atau
denda paling banyak Rp. 900,-.
Oleh
karenannya
tindak
pidana pencurian merupakan suatu
tindak pidana umum yang dalam
pelaksanaannya terdapat unsur-unsur
yang dapat dikatagorikan sehingga
113
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
dapat dikatakan sebagai terjadinya
umurnya) belum 16 tahun (ketetuan
perlanggaran
pidana
dihapus berdasarkan undang-undang
pencurian, dengan suatu ancaman
terbaru No. 11 Tahun 2012 Tentang
hukuman 5 tahun penjara dan juga
Sistem
adanya suatu ancaman hukuman
hakim dalam hal ini dapat saja
lainya berupa denda sebesar Rp.
menjatuhkan suatu tindakan berupa
900,- (sembilan ratus rupiah). Dalam
menyerahkan anak tersebut kepada
dimensi ini tentunya adanya suatu
negara
hal dimana ada suatu ancaman
pembinaan yang dalam hal ini adalah
pidana
dikatakan
juga penderitaan bagi anak tersebut.
sebagai suatu hal yang sudah tidak
Akan tetapi penderitaan yang terjadi
relevan lagi dengan keadaan pada
disini
zaman sekarang ini, sehingga dalam
dibandingkan
penjatuhan pidana denda tidak pada
dipenjara dan juga menjalin penjara
tindak pidana pencurian ini tidak
tersebut.
sesuai
pendidikan/pembinaan anak karena
tindak
denda
lagi
dapat
dengan
sendir-sendi
suatu
keadilan masyarakat.
Pada dasarnya pidana dan
Peradilan
untu
Pidana
dilakukan
masih
tergolong
ketika
ia
Anak),
suatu
ringan
harus
Menjalani
putusan
menjatuhkan
hakim
tindakan
ini
yang
lebih
tindakan adalah sama, yaitu dalam
ringan daraipada menjalani suatu
hal ini merupakan suatu penderitaan.
tindak pidana.3
Perbedaan yang paling mendasar
Mengenai
wujud
jenis
dalam hal ini adalah
penderitaan
penderitaan itu dimuat dalam pasal
pada
merupakan
10 Kitab Undang-Undang Hukum
tindakan
adalah
lebih
daripada
yang
adala
kecil
atau
diakibatkan
ringan
Pidana. Akan tetapi dalam hal ini
oleh
wujud dan batas-batas berat atau
penjatatuhan pidana. Misal dalam hal
ringannya
ini pada
dimuat dalam rumusan mengenai
Kitab Undang-Undang
dalam
menjatuhkan
Hukum Pidana bagi anak yang
masing-masing
melakukan
hukum pidana yang bersangkutan.
suatu
tindak
pidana
menurut ketentuan pasal 489, 490,
492
dan
seterusnya
pada
saat
larangan
dalam
3
Adami Chazawi, 2002, Pembelajaran
Hukum Pidana I, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hlm. 23.
114
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Jadi dalam hal ini negara bebas
jenis
memilih sekehendaknya dari jenis-
dirumuskan dalam pasal 10 Kitab
jenis pidana dalam pasal 10 Kitab
Undang-Undang
Undang-Undang Hukum Pidana tadi.
Menurut
stelsel
Hal ini erat kaitannya dengan fungsi
Undang
Hukum
dari
dibedakan
hukum
pidana
sebagai
pidana,
sebagaimana
Hukum
Pidana.
Kitab
Undang-
Pidana,
menjadi
(2)
pidana
dua
membatasi suatu kekuasaan negara
Kelompok antara pidana Pokok dan
dalam arti memberi perlindungan
jug pidana tambahan yaitu pidana
hukum bagi warga negara dari
pokok Pidana mati; pidana penjara;
tindakan
pidana kurungan;
negara
menjalankan
dalam
fungsi
rangka
menegakkan
hukum. 4
pidana
tutupan
pidana denda;
(ditambahkan
berdasarkan Undang-Undang No. 20
Stelsel pidana di Indonesia
Tahun 1946).5 Sementara pidana
pada dasarnya diatur dalam Buku I
tambahan terdiri atas pencabutan
Kitab
hak-hak tertentu; pidana perampasan
Undang-Undang
Hukum
Pidana dalam bab 2 dari pasal 10
barang-barang
tertentu;
pidana
sampai 43 yang dalam hal kemudian
pengumuman
keputusan
hakim.
diatur lebih jauh mengenai hal-hal
Berdasarkan pasal 69 KUHAP untuk
tertentu dalam beberapa peraturan
pidana pokok, berat atau ringannya
yaitu : (1). Reglemen Penjara (Stb
bagi
1917
No.
708)
yang kemudian
diubah dengan LN 1948 No. 77; (2).
pidana
didasarkan pada urut-urutan dalam
rumusan pasal 10 tersebut.
Apabila kita merujuk kepada
Ordonansi Pelepasan Bersyarat (stb
1917
No.
749);
(3)
Reglemen
yang tidak sejenis
pasal yang terdapat dalam Kitab
Pendidikan Paksaaan (stb 1917 No.
Undang-Undnag
741); UU No. 20 Tahun 1946
Maka
tentang
Kitab
dibagi menjadi beberapa klasifikasi
Pidana
yaitu Pencurian Biasa yang diatur
sebagai induk atau sumber utama
dalam pasal 362 Kitab Undang-
hukum pidana telah merinci jenis-
Undang
Pidana
Undang-Undang
4
Ibid.
Tutupan.
Hukum
Tindak
Hukum
Pidana
Hukum
Pidana
Pencurian
Pidana;
Pasal
5
Ibid., hlm. 25.
115
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Pencurian dengan pemberatan atau
seiring
bisa disebut juga dengan pencurian
waktu, maka nilai yang diancamkan
dengan kualifikasi (gegualificeerd
pada pasal ini tidak lagi sesuai
diefstal) yang diatur dalam pasal 363
dengan
dan 365 Kitab Undang Hukum
sehingga pada zaman sekarang tidak
Pidana; kemudian Pencurian Ringan
ada lagi barang yang bernilai kurang
yang diatur didalam pasal 364 Ktab
dari Rp. 25 (dua puluh lima rupiah).
Undang-Undang Hukum Pidana; dan
Oleh karena itu pada tahun 1960
Pencurian dengan Kekerasan Pasal
pemerintah dengan suatu peraturan
365 Kitab Undang-Undang Hukum
perundang-undangan
Pidana semua itu termasuk pada
16/Prp/1960 Pemerintah menaikan
delik harta kekayaan karena dalam
nilai Rp. 25,- tersebut menjadi Rp
hal ini menyangkut kejahatan terhap
250,- dan kemudian sejalan atas hal
harta benda seseorang.
tersebut ancaman hukum dinaikan
Dalam Kitab Undang-Undang
disebut
ringan.
dengan
Kualifikasi
pencurian
atau
unsur
berkembangnya
perkembangan
zaman,
yaitu
no.
menjadi 15 kali.
Pada tanggal 27 Februari
Hukum Pidana juga terdapat apa
yang
dengan
2012
Mahkamah
Menerbitkan
Agung
suatu
sehingga dapat dikatagorikan dengan
Mahkamah
pencurian ringan disini yaitu merujuk
disingkat dengan Perma No. 2 Tahun
pada nilai barang yang menjadi
2012 Tentang Penyelesaian Batas
obyek curian yang semula nilai
tindak pidana ringan atau tipiring dan
barang tersebut tidak lebih dari Rp.
juga jumlah denda dalam KUHP.
25,-
Perma
(dua
puluh
lima
rupiah)
ini
Agung
Peraturan
lahir
atau
karena
yang
banyak
sehingga dalam hal orang tidak
bermunculan aksi protes terhadap
merasa jahat atas perbuatan tersebut.
terhadap rasa keadilan yang terjadi di
Misalnya dalam hal ini ketika merasa
masyarakat seperti kasus pencurian
harus bekerja di trik matahari maka
seorang nenek yang bernama nenek
diambillah
minah,
sebuah
mangga
atau
pencurian
sandal
jepit,
seorang
pencurian kakao, segenggam merica
tetangga. Namun dalam hal ini
oleh seorang nenek, pencurian kartu
kelapa
dari
halaman
116
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
perdana Rp. 10.000,- (sepuluh ribu
sepuluh ribu dari tiap-tiap denda
miasalnya Rp. 250,- menjadi Rp.
2.500.000,- atau dua juta lima
ratus ribu rupiah, sehingga
denda Rp. 2.500.000,- atau dua
juta lima ratus ribu rupiah tidak
masuk dalam upaya hukum
kasasi;
(5) Pasal 4, menangani perkara
tindak pidana yang didakwa
dengan pasal-pasal KUHP yang
dapat dijatuhkan pidana denda,
hakim wajib memperhatikan
pasal 3 diatas;
(6)
Pasal
5,
Peraturan
Mahkamah Agung ini dimulai
pada hari ditetapkan.
rupiah) oleh seorang siswa Sekolah
Menengah
Pertama
dan
lain
sebagainya. Adapun pasal-pasal yang
terdapat
dalam
Perma
Tersebut
adalah:
(1). Pasal 1 dijelaskan kata-kata
yang dijelaskan sebanyak 250
(dua ratus lima puluh rupiah)
dalam pasal 364, 373, 379, 384,
407, dan 482 Kitab UndangUndang Hukum Pidana dibaca
menjadi Rp. 2.500.000,- atau
dua juta lima ratus ribu rupiah;
(2). Pasal 2 ayat (1) dalam
menerima pelimpahan perkara
pencurian,
penipuan,
penggelapan,
penadahan,
penuntut umum, dan ketua
pengadilan
wajib
memperhatikan nilai barang atau
uang yang menjadi obyek
perkara dan memperhatikan
pasal (1) diatas;
(3) Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3)
dijelaskan, apabila nilai barang
atau uang tersebut tidak lebih
dari Rp. 2.500.000,- atau dua
juta lima ratus ribu rupiah, ketua
pengadilan segera menetapkan
hakim tunggal untuk memeriksa,
mengadili, dan memutus perkara
tersebut
dengan
acara
pengadilan cepat yang diatur
dalam pasal 205 sampai 210
KUHAP dan ketua pengadilan
tidak
tidak
menetapkan
penahanan
ataupun
perpanjangan penahanah;
(4) Pasal 3 mengenai denda,
dipersamakan dengan pasal
penahanan pada PermaNo. 2
Tahun 2012 yaitu dikalikan
Diterbitkannya
Peraturan
Mahkamah Agung ini atau yang
disebut Perma ini ditujukan untuk
menyelesaikan
nilai
uang
penafsiran tentang
pada
tipiring
dalam
KUHP. Perma in diharapkan mampu
memberikan
Terdakwa
kemudahan
yang
terlibat
kepada
dalam
perkara tipiring agar tidak menunggu
persidangan
yang
berlaru-larut
sampai pada tahap kasasi seperti
yang
terjadi
Rasmiah.
pada
Perma
kasus
ini
nenek
diharapkan
untuk menjadi suatu jembatan bagi
para hakim sehingga dapat lebih
cepat memberikan rasa keadilan yang
terjadi dimasyarakat terutama bagi
penyelesaian perkara tipiring sesuai
dengan bobot tindak pidanannya.
117
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
Perma
ini
menghidari
juga
ditujuan
masuknya
untuk
perkara-
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
apabila dalam jalannya peradilan
terdapat
kekurangan
atau
perkara yang berpotensi menggangu
kekosongan hukum dalam suatu hal,
rasa keadilan yang tumbuh ditengah
Mahkamah
Agung
masyarakat
membuat
peraturan
dan
secara
tidak
berwenang
sebagai
langsung akan membantu sistem
pelengkap untuk mengisi kekurangan
peradilan pidana untuk bekerja lebih
dan kekosongan hukum tadi. Dengan
efektif dan efisien.
6
undang-undang
Apabila kita melihat perturan
Agung
ini
Mahkamah
berwenang
membuat
pasal 79 Undang-Undang No. 14
peraturan pelengkap untuk mengisi
Tentang
kekurangan dan kekosongan tadi.
Mahkamah
Undang-Undang
No.
Agung
4
jo
tentang
Dengan
Undang-Undang
ini
Perubahan Pertama Undang-Undang
Mahkamah Agung berwenang untuk
No.
tentang
menentukan pengaturan tentang cara
Mahakamahh Agung jo Undnag-
penyelesaian suatu hal yang belum
Undang No. 3 Tahun 2009 Tentang
ada atau tidak diatur dalam undang-
Perubahan Kedua Undang-Undang
undang
No.
beserta
Perma ini sacara kontekstual hukum
penjelasnnnya berbunyi “ Mahkamah
tidak dimaksudkan dalam rangka
Agung dapat mengatur lebih lanjut
untuk mengubah ketentuan yang
hal-hal
terdapat
14
Tahun
14
1985
Tahun
yang
kelancaran
1985
diperlukan
bagi
penyelenggaraan
ini.
Pada
dalam
pertimbangan
Kitab
Undang-
Undang Hukum Pidana, melainkan
peradilan apabila terhadap hal-hal
dalam
yang belum diatur dalam undang-
melakukan penyesuaian nilai uang
undang ini”. Pada penjelasan ini
yang tidak sesuai dengan kondisi
Undang-Undang
yang ada pada zaman sekarang ini.
6
ini
dinyatakan
Anonim. Peraturan Mahkamah Agung
No. 2 Tahun 2012 Tentang Penyelesaian
Batas Tindak Pidana Ringan (Tipiring) dan
Jumlah
Denda
Dalam
KUHP.
http://yessyanjani.blogspot.com/2012/03/pro
-dan-kontra-peraturan-mahkamahagung.html, diakses tanggal 22 Februari
2015.
hal
ini
adalah
untuk
Namun apabila ditelaah pada hal-hal
yang
diatur
dalam
Peraturan
Mahkamah Agung atau Perma ini
tidak secara langsung untuk merubah
ketentuan dalam
Kitab Undang-
118
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Undang Hukum Pidana dan seakan
Tentang perbuatan curang, Pasal 407
menjadi suatu Lex Spesialis dari
Kitab
KUHP
Pidana Tentang Pengrusakan, dan
yang
mengatur
tentang
Undang-Undang
Hukum
Hukum Pidana materiil bukan pada
Pasal
ranah Hukum Pidana Formil, karena
Hukum Pidana Tentang Penadahan.
ketentuan materiilnya dirubah secara
Maka tindak pidana pencurian pun
otomatis
hukum
masuk dalam konsekwensi, artinya
formilnya juga akan menyesuaikan,
dalam suatu ruang lingkup pencurian
apabila hal ini terjadi maka akan
yang nilai barangnya kurang Rp
menimbulkan kerancuan dan tidak
2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu
sejalan dengan pasal 79 Undang-
rupiah) dilakukan dengan hakim
Undang Mahkamah Agung. Tahap
tunggal dan pelakunya tidak wajib
formulasi dari adanya Perma ini
ditahan
bertitik
pelaksanaannya apabila hal tersebut
pelaksanaan
tolak
permikiran
dari
pemikiran-
berdasarkan
prilaku
482 Kitab Undang-Undang
sehingga
menyangkut
masyarakat yang menuntut keadilan
peradilan
bagi seorang terdakwa tipiring.7
mengindahkan
proses
permasalahan
hakim
proses
wajib
peraturan-perturan
ruang
yang mengikat yang dalam hal ini
lingkup suatu pidana umum dalam
tentu saja berkaitan dengan Perma
artian bahwa tidak pidana yang
No.
dimaksud disini menyangkut seluruh
Penyelesaian Batas tindak pidana
tindak tindak pidana yang tercantum
ringan atau tipiring dan juga jumlah
dalam pasal 364 Kitab Undang-
denda dalam KUHP ini.
Perma
Undang
ini
Hukum
dalam
Pidana
Hukum
penggelepan,
Pidana
Pasal
Undang-Undang
379
Hukum
tentang
Kitab
Pidana
tentang Penipuan, Pasal 384 Kitab
Undang-Undang
Hukum
Tahun
2012
Tentang
tentang
pencurian , Pasal 373 Kitab UndangUndang
2
Pidana
B. Konsekwensi Yuridis Hukum
Acara
yang
Digunakan
Terhadap
Tindak
Pencurian
yang
Oleh
Anak
Dikeluarkannya
Pidana
Dilakukan
Setelah
Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 2
7
Ibid.
119
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
Tahun
2012
Penyesuaian
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Mahkamah
Agung,
Mahkamah Konstitusi, Badan
Pemeriksa Keuangan, Komisi
Yudisial, Bank Indonesia,
Menteri, Badan, Lembaga
atau komisi yang setingkat
yang
dibentuk
dengan
Undang-Undang
atau
Pemerintah atas pemerintah
Undang-Undang,
Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi, Gubenur, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota,
Bupati/Walikota,
Kepala
Daerah atau yang setingkat.
Apabila suatu undang-undang
ini dianggap bertentangan
dengan
Undang-Undang
Dasar
Negara
Republik
Indonesia Tahun 1945, maka
pengujianya dilakukan oleh
Mahkamah
Konstitusi.
Sedangkan dalam hal ini
suatu peraturan perundangundangan dibawah undangundang diduga bertentangan
dengan
undang-undang,
pengujiannya dilakukan oleh
Mahkamah Agung.”
Mengenai
Batas
Tindak
Pidana Ringan dan Jumlah
Denda Dalam KUHP.
Apabila kita telaah mengenai
peraturan Mahkamah Agung maka
secara tegas tidak disebutkan di
dalam didalam Undang-Undang No.
12 Tahun 2011. Karena dalam pasal
ayat (1) disebutkan jenis dan Hirarki
Peraturan Perundang-Undangan yang
dalam hal ini terdiri atas UndangUndang dasar Republik Indonesia
Tahun
1945;
Ketetapan
Majelis
Permusyawaratan Rakyat ; Undang –
Undang dan Peraturan Pemerintah
Pengganti
Peraturan
Undang-Undang;
Pemerintah;
Peraturan
Presiden; Peraturan Daerah Propinsi
dan Peraturan Daerah Kabupaten
Dalam konstruksi walaupun
Kota.
Kemudian pada pasal 8 ayat
(1) Undang-Undang No. 12 Tahun
2012 menegaskan bahwa :
“Jenis Peraturan PerundangUndangan
selain
sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 7 ayat (1)
mencakup peraturan yang
ditetapkan
oleh
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah,
tidak secara tegas disebutkan namun
peraturan
Mahakamah
Agung
merupakan suatu peraturan yang
diakui keberadaannya sebagai salah
satu
lembaga
negara.
Apabila
melihat dalam hal ini maka kekuatan
mengikat dari Peraturan Mahkamah
Agung dijelaskan pada pasal 8 ayat
(2) Undang-Undang No. 12 tahun
120
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
2012 yang dalam hal ini mengatakan
delegasi
bahwa
perundang-undangan.
“peraturan
perundang-
pembentukan
peraturan
yang
Berpijak pada suatu persoalan
dimaksudkan pada ayat (1) diakui
keberadaan dan kekuatan mengikat
keberadaannya
mempunyai
peraturan perundang-undangan yang
kekuatan hukum mengikat sepanjang
diatur dalam pasal 8 ayat (1)
dalam hal ini diperintahkan oleh
Undang-Undang No. 12 tahun 2012
Peraturan Perundang-Undangan yang
pasal 8 ayat (2) Undang-Undang No.
lebih
12 Tahun 2011 tidak hanya mengatur
undangan
sebagaimana
dan
tinggi
atau
dibentuk
berdasarkan kewenangan”.
keberadaan
Melihat suatu ketentuan hal
undangan
peraturan
atas
perundang-
dasar
delegasi
diatas maka terdapat 2 (dua) syarat
(peraturan yang diperintahkan oleh
sehingga
peraturan-peraturan
peraturan perundang-undangan yang
tersebut sebagaimana yang dimaksud
lebih tinggi). Pasal 8 ayat (2)
pada pasal 8 ayat (1) Undang-
Undang-Undang No. 12 Tahun 2011
Undang
2012
juga menegaskan adanya peraturan
mempunyai suatu kekuatan mengikat
perundang-undangan yang dibentuk
sebagaimana peraturan perundang-
atas dasar kewenangan. Keadaan ini
undangan
ini
memang pada dasarnya perlu dikaji
peraturan
lebih lanjut dari presfektif ilmu
No.
11
yaitu
diperintahkan
Tahun
dalam
oleh
perundang-undangan
hal
yang
lebih
perundang-undangan
tinggi dan dibentuk berdasarkan
kaitannya
kewenangannnya.
undangan sebagai suatu norma yang
Melihat
dalam
peraturan
terutama
kinstruksi dokrin maka dikenal 2
bersifat
(dua) macam peraturan perundang-
hukum yang lebih rendah mencari
undangan
validitasnya pada norma hukum yang
dilihat
dari
dasar
hirarkis
perundang-
tinggi
dimana
sebagaimana
norma
kewenangan pembentukannya, yaitu
lebih
yang
peraturan perundang-undangan yang
dikemukakan oleh Hans Kelsen atau
dibentuk atas dasar suatu atribusi
yaitu
pembentukan
perundang-undangan
peraturan
dan
juga
121
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
yang disbut oleh Josep Raz sebagai
suatu chain of validity.
8
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Mahkamah Konstitusi disini tidak
membawahi suatu badan Peradilan.
Melihat dalam konstruksi ini
Apabila kita melihat fungsi
maka kedudukan Mahkamah Agung
Mahkamah Agung maka terdapat
merupakan lembaga tinggi negara
adalah sebagai berikut :
a. Sebagai
Pengadilan
Negara
Tertinggi,
Mahkamah
Agung
merupakan
pengadilan
kasasi yang bertugas
membina
keseragaman
dalam penerapan hukum
melalui putusan kasasi
dan peninjaun kembali
menjaga agar semua
hukum dan peraturan
perundang-undangan
diseluruh
negara
RI
diterapkan dengan adil,
tepat dan juga benar.
b. Erat kaitannya dengan
fungsi peradilan ialah hak
uji
materiil,
yaitu
wewenang
menguji/
menilai secara materiil
peraturan
perundangundangan
dibawah
undang-undang tentang
hal apa suatu peraturan
ditinjau
dari
isinya
(materinya) bertentangan
dengan peraturan yang
tingkatan lebih tinggi
(pasal 31 Undnag-Undang
Mahkamah Agung No. 14
tahun 1985)
sebagaimana yang tercantum dalam
Ketetapan Majelis Permusyawaran
Rakyat Republik Indonesia Nomor
III/MPR/ 1978 dan merupakan suatu
lembaga peradilan tertinggi
dari
semua lembaga peradilan yang dalam
melaksanakan tugasnya terlepas dari
pengaruh pemerintah dan pengaruhpengaruh lainya. Mahkamah Agung
disini membawahi 4 (empat) badan
peradilan yaitu peradilan umum,
Peradilan Militer, Peradilan Agama,
dan juga Peradilan Tata Usaha
Negar. Sejak adanya amandemen 3
(tiga) Undang-Undang Dasar 1945
kedudukan Mahkamah Agung tidak
lagi menjadi satu-satunya puncak
kekuasaan
berdirinya
tahun
kehakiman,
Mahkamah
2003
Puncak
dengan
Konstitusi
kekuasaan
kehakiman dalam hal ini menjadi 2
(dua) yaitu Mahkamah Agung dan
Mahkamah
Konstitusi,
namun
Kemudian Mahkamah Agung
Erat
Kaitannya
Pengawasan
Jimly Asshiddiqie & M. Ali Safa’at.
2006. Teori Hans Kelsen Tentang Hukum,
Konpress, Jakarta, hlm. 157.
8
dengan
fungsi
yaitu dalam hal ini
berupa:
122
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
a. Mahkamah
Agung
melalukan
pengawasan
tertinggi
terhadap
jalannya
peradilan
disemua
lingkungan
peradilan dengan tujuan
agar
peradilan
yang
dilakukan
pengadilanpengadilan
diselengarakan
dengan
seksama
dan
wajar
dengan
berpedoman
dengan asas peradilan
yang sederhana, cepat,
biaya
ringan,
tanpa
mengurangi
kebebasan
hakim dalam memeriksa
dan memutus perkara
(pasal 4 dan Pasal 10
Undang-Undang
Ketentuan
Pokok
Kekuasaan Kehakiman);
b. Mahkamah Agung juga
melakukan Pengawasan
terhadap
pekerjaan
pengadilan dan tingkah
laku para hakim dan
perbuatan
pejabat
pengadilan
dalam
menjalankan
tugasnya
berkaitan
dengan
pelaksanaan tugas pokok
kekuasaan
kehakiman,
yakni
dalam
hal
menerima,
memeriksa,
dan
mengadili
dan
menyelesaikan
setiap
perkara yang diajukan
kepadanya, serta meminta
keterangan tentang halhal yang bersangkutan
dengan tekhnis peradilan
serta dalam hal ini
memberi
peringatan,
teguran dan petunjuk
yang diperlukan tanpa
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
mengurangi
kebebasan
hakim (pasal 32 UndangUndang
Mahkamah
Agung No. 14 tahun
1985).
Terhadap
Penasehat Hukum dan
Notaris sepanjang yang
menyangkut
peradilan
(pasal 36 Undang-Undang
Mahkamah Agung Nomor
14 tahun 1985).
Kemudian fungsi berikutya
adalah fungsi untuk mengatur
a. Mahkamah
Agung
dapat mengatur lebih
lanjut hal-hal yang
diperlukan
bagi
kelancaran
penyelenggaran
peradilan
apabila
terdapat hal-hal yang
diperlukan
bagi
kelancaran
penyelengaraan
peradilan
apabila
terdapat hal-hal yang
cukup diatur dalam
undang-undang
tentang
Mahkamah
Agung
sebagai
pelengkap
untuk
mengisi kekurangan
atau
kekosongan
hukum
yang
diperlukan
bagi
kelancaran
penyelenggaraan
peradilan (pasal 27
Undang-Undang No.
14 Tahun 1970, pasal
79 Undang-Undang
No. 14 Tahun 1985);
b. Mahkamah
Agung
dapat
membuat
123
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
peraturan
acara
tersendiri
bilamana
dianggap perlu untuk
mencukupi
hukum
acara
bilamana
dianggap perlu untuk
mencukupi hukuma
acara yang sudah
diatur dalam undangundang.
Kitab
Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) merupakan
induk peraturan hukum pidana positif
Indonesia
yang
secara
tegas
diberlakukan sejak tahun tahun 1946
melalui UU No. 1 Tahun 1946
tentang Peraturan Hukum Pidana
indonesia.
Pada
mengeluarkan
1960,
Presiden
penetapan
melalui
Perppu No. 16 Tahun 1960 tentang
Beberapa Perubahan Dalam KUHP.
Perubahan yang dimaksud dalam
Perppu ini adalah terkait tindak
pidana
ringan
yaitu
Pasal
364
(pencurian ringan), 373 (penggelapan
ringan), 379 (penipuan ringan), 384
(pengrusakan barang), dan Pasal 407
ayat (1) (penadahan ringan) KUHP.
Saat itu perubahan dilakukan dengan
alasan untuk melakukan penyesuaian
nilai
barang
yang
mengalami
perubahan dan peningkatan, sehingga
jika ketentuan yang ada di KUHP—
asli—diterapkan tidak sesuai lagi
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
dengan keadaan saat itu (1960).
Dalam ketentuan–ketentuan tindak
pidana ringan pada KUHP tersebut
terdapat kata–kata “vijf en twintig
gulden”
yang
setelah
Indonesia
merdeka pada 1945 dibaca sebagai
“vijf en twintig rupiah” yang berarti
“dua puluh lima rupiah”. Ketentuan
nilai barang tersebut diubah dengan
di undangkannya
Perppu No. 16
Tahun 1960 yang di dalam Pasal 1nya diubah menjadi “dua ratus lima
puluh rupiah”. Celakanya, hingga
saat ini Perppu tersebut belum ada
perubahan lagi, bahkan tidak ada satu
aturan pun yang mencabut aturan
tersebut,
padahal
rupiah
telah
mengalami peningkatan nilai lebih
dari sepuluh ribu kali. Meski KUHP
telah
beberapa
perubahan,
legislasi
kali
baik
atau
melalui
mengenai
proses
proses
pengujian
di
Mahkamah
namun
ketentuan
Undang–Undang
Konstitusi,
mengalami
“nilai”
tidak
pernah
berubah. Hal ini menunjukkan bahwa
tindak pidana ringan tidak pernah
mendapat perhatian cukup serius
dalam
perubahan
aturan
hukum
pidana. Padahal situasi dan kondisi
perekonomian
selalu
mengalami
124
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
perkembangan,
penahanan terhadap perkara yang
termasuk peningkatan nilai harga
nilainya setara atau di atas Rp
barang.
250,00.Untuk itu, Tim Advokasi
perubahan
dan
Terkait dengan Mahkamah
Pembaharuan Hukum Pidana dalam
Agung yang sudah mengeluarkan
rangka
menghidupkan
kembali
Perma tentang Penyesuaian Batasan
pidana
ringan
KUHP,
Tindak Pidana Ringan dan Jumlah
berupaya
Denda
secara
melalui permohonan pengujian Pasal
normatif peraturan tersebut tidak
I Perppu No. 16 Tahun 1960 tentang
cukup untuk menggantikan cakupan
beberapa perubahan dalam KUHP
dan ruang lingkup dari Perppu No.
kepada Mahkamah Konstitusi.
Dalam
KUHP,
setingkat
dengan
Perma
cakupan
undang-undang.
melakukan
Pengujian
16 Tahun 1960 yang kedudukannya
dalam
advokasi
ini
dilakukan
dengan alasan bahwa Pasal 1 Perppu
ruang
No. 16 Tahun 1960 bertentangan
lingkupnya hanya menjangkau para
dengan Pasal 1 ayat (3) jo Pasal 28 D
pelaku
ayat (1) UUD 1945.Tidak dapat
kekuasaan
lingkungan
dan
kehakiman
Mahkamah
di
Agung.
diterapkannya
lagi
Aparat penegak hukum yang lain
pidana
seperti kepolisian yang memiliki
mengakibatkan persoalan yang serius
kewenangan
dan
dalam konteks penegakkan hukum di
memiliki
Indonesia, yaitu Maraknya perkara –
dan
perkara tindak pidana yang dianggap
memungkinkan
ringan, seperti perkara pencurian
kejaksaan
penyidikan
yang
kewenangan
peyidikan
penuntutan masih
untuk
mempergunakan
substansi
ringan
ringan
Pasal-Pasal
yang
dalam
diadili
KUHP
berdasarkan
Perppu a quo, karena mereka tidak
ketentuan (Pasal) pencurian biasa
secara eksplisit dan langsung terikat
karena tidak ada lagi nilai barang
oleh
yang
yang setara dengan “dua ratus lima
dikeluarkan oleh Mahkamah Agung.
puluh rupiah” untuk barang – barang
Situasi
tetap
yang bernilai ekonomis, sehingga
memungkinkan bagi penyidik dan
Pasal pencurian ringan tidak dapat
penuntut untuk tetap melakukan
diterapkan. Dan berdampak pula
suatu
peraturan
semacam
ini
125
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
dapat
ditahannya
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
karena
fungsi
putusan
yang
Tersangka/Terdakwa
karena
dilahirkan oleh lembaga peradilan
dianggap
memenuhi
syarat
pada
berdasarkan
ketentuan
penahanan
hakikatnya
melengkapi
ketentuan-ketentuan hukum tertulis
melalui pembentukan dan penemuan
Pasal 21 UU No. 8 Tahun 1981.
Seperti yang sudah dijelaskan
hukum. Hakim melalui yurisprudensi
Mahkamah Agung melalui Perma
mempunyai fungsi membuat hukum
No. 2 Tahun 2012 tertanggal 27
baru (creation of new law).
Februari 2012 tentang Penyesuian
Penyesuaian betasan tindak
batasan tindak pidana ringan dan
pidana ringan dan jumlah denda
jumlah denda dalam KUHP, yang
didalam
pada
Agung
prinsifnya
menyesuiakan
peraturan
No.
2
Mahakamah
Tahun
2012
penafisiran nilai uang denda dan
diperintahkan oleh peraturan yang
kerugian pada tindak pidana ringan
lebih
dalam KUHP yang dalam hal ini
berdasarkan kewenangan dalam hal
untuk memberikan rasa keadilan
ini
dalam masyarakat.
Undang-Undang No. 14 Tahun 1985
Berkaitan dengan penyesuian
tinggi
berdasarkan
Tentang
atau
atas
dibentuk
pasal
Mahkamah
79
Agung
batasan tindak pidana ringan dan
sebagaimana telah diubah melalui
jumlah
Peraturan
Undang-Undang No. 5 Tahun 2004
Mahakamah Agung No. 2 Tahun
jo Undang-Undang No. 3 Tahun
2012 maka dalam hal ini menurut
2009 yang berbunyi “Mahkamah
Prof. Mochtar Kusumaatmadja dan
Agung dapat mengatur lebih lanjut
B. Arif Sidharta lembaga peradilan
hal-hal
termasuk
kelancaran
denda
dalam
Mahakamh
Agung
yang
diperlukan
bagi
penyelenggaraan
mempunyai kedudukan yang penting
peradilan apabila terdapat
dalam sistem hukum di Indonesia,
yang belum cukup diatur dalam
karena
yang
undang-undanga ini. Bersumber pada
dilahirkan oleh lembaga peradilan
suatu ketentuan pasal 24 ayat (1)
mempunyai kedudukan yang penting
Undang-Undang
dalam sistem hukum di Indonesia,
Republik Indonesia Tahun 1945 yang
fungsi
putusan
Dasar
hal-hal
Negara
126
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
mengamanatkan bahwa “kekuasaan
mengadili perkara dapat dilakukan
kehakiman
suatu
secara proforsional dan memberikan
untuk
suatu kepastian hukum di masyarakat
menyelanggarakan peradilan guna
karena pemeriksaan dapat dilakukan
menegakan hukum dan keadilan”.
secara cepat.
merupakan
kekuasaan
yang
merdeka
Apabila
Walaupun begitu penyesuian
kita
pasal 364, 373, dan 379, 384, 407,
ketentuan
dan 482 KUHP menjadi Rp. 2.
ketentuan Perma Mahkamah Agung
500.000,- (dua juta lima ratus ribu
yang
rupiah)
oleh
internal kedalam Mahkamah Agung
Mahkamah Agung dalam hal ini
sediri artinya berdasarkan aturan
sebagai upaya untuk memberikan
administrasi yang dikerluarkan oleh
keadilan
yang
Mahakamah Agung maka aturan ini
diadilinya. Tentunya dalam hal ini
tidak mengikat terhadap penegak
hakim
mempertimbangkan
hukum lainnya seperti Kepolisian
berat ringannya perbuatan pelaku
dan Kejaksanaan. Apabila merujuak
tindak pidana serta rasa keadilan di
pada ketentuan Undang-Undang No.
masyarakat.
11 Tahun 2012 Tentang Sistem
yang
dilakukan
bagi
tetap
perkara
Penyesuaian
jumlah
yang
melihat
sifatnya
terdapat
hanya
mengikat
maksimum hukuman denda yang
Peradilan
diancam
KUHP
merupakan pengganti dari Undang-
dilipatgandakan menjadi 1000 kali
Undang Nomor 3 Tahun 1997
dalam hal ini sejauh mungkin para
Tentang
hakim
bertujuan agar terwujud peradilan
dalam
dalam memberikan suatu
Pidana
dalam
Pengadilan
pertimbangan sangksi denda sebagai
yang
pilihan
perlindungan
pemidanaan
dijatuhkannya.
Selain
mengefektifkan
benar-banar
Anak
akan
itu
untuk
terhadap
anak
pidana
dengan
hukum.
yang
anak
yang
menjamin
kepentingan
yang
kembali
Anak
terbaik
berhadapan
Undang-Undang
denda serta mengurangi beban kerja
Nomor 3 Tahun 1997 Tentang
lembaga pemasyarakatan yang dalam
Pengadilan Anak dinilai tidak sesuai
hal
lagi dengan kebutuhan hukum dalam
ini
banyak
melampaui
kapasitasnya. Oleh karenanya dalam
masyarakat
dan
belum
secara
127
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
komprehensif
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Undang-undang
memberikan
yaitu
yang
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012
berhadapan dengan hukum. Adapun
Tentang Sistem Peradilan Pidana
subtansi yang diatur dalam Undang-
Anak yang didalam terdapat suatu
Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang
upaya diversi dengan menaungi suatu
Sistem Peradilan Pidana Anak antara
anak
lain mengenai penempatan anak yang
permasalahan hukum agar dapat
menjalani proses peradilan dapat
diadili dan dibina dengan cara yang
ditempatkan di Lembaga Pembinaan
sesuai
Khusus Anak (LPKA). Subtansi
konteks Undang-Undang No. 11
yang paling mendasar dalam undang-
tahun
undang ini adalah pengaturan secara
Peradilan
tegas mengenai keadilan restoratif
tentang Diversi Dalam pasal 5
dan diversi yang dalam hal ini yang
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012
dimaksudkan untuk menghindari dan
Tentang Sistem Peradilan Pidana
menjauhkan
anak
proses
Anak menyebutkan bahwa “Sistem
peradilan
sehingga
dapat
Peradilan Anak wajib mengutamakan
perlindungan
kepada
anak
dari
yang
dengan
pendekatan
anak
pasal
berhadapan
dengan
6
suatu
usianya.
2012
menghindari stigmatisasi terhadap
yang
mendapat
Dalam
Tentang
Pidana
Sistem
Anak
restoratif”,
dimana
Bab
kemudian
dalam
diversi
hukum dan diharapkan anak dapat
bertujuan
kembali ke dalam lingkungan secara
perdamaian antara korban dan anak;
wajar. Demikian antara lain yang
menyelesaikan perkara anak diluar
disebutkan dalam Undang-Undang
proses
No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
anak
Peradilan Pidana Anak.
9
untuk
II
peradilan;
dari
mencapai
menghindarkan
proses
kemerdekaan;
masyarakat
perampasan
mendorong
untuk
dapat
berpartisipasi ; dan juga dalam
9
Tri Jata Ayu Premsti. Hal-Hal Penting
Yang diatur Dalam Undang-Undang Sistem
Peradilan Anak.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt
53f55d0f46878/hal-hal-penting-yang-diaturdalam-uu-sistem-peradilan-pidana-anak,
diakses tanggal 24 Agustus 2014.
rangka menjalankan rasa tanggung
jawab terhadap anak. Setelah itu
Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No.
11 Tahun 2012 Tentang Sistem
128
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
Peradilan
Pidana
Anak
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Ciri khas tentang yang diatur
juga
mengamanatkan bahwa dalam semua
dalam
Undang-Undang
tingkat pemeriksaan baik penyidikan,
Tahun
penuntutan dan pemeriksaan perkara
Peradilan
di pengadilan negeri wajib dilakukan
dikedepankannya keadilan Restoratif
upaya “diversi”, namun disini suatu
merupakan yang dalam hal ini adalah
apabila
2012
No.
Tentang
Pidana
11
Sistem
Anak
adalah
diversi
tersebut
suatu proses diversi yaitu semua
kegagalan
maka
pihak yang terlibat dalam suatu
pemeriksaan pada semua tingkatan
tindak pidana tertentu bersama-sama
maka perkara dilanjutkan melalui
mengatasi masalah serta bersama-
proses hukum yang diatur dalam
sama menciptakan suatu kewajiban
undang-undang
ini.
untuk membuat segala sesuatunya
diharapkan
akan
upaya
mengalami
Proses
ini
mampu
menjadi
lebih
baik
memberikan suatu jalan keluar bagi
melibatkan
seorang anak yang terlibat dalam
masyarakat dalam mencari solusi
permasalahan hukum.
untuk memperbaiki, rekonsiliasi, dan
Apabila merujuk pada suatu
korban,
dengan
anak,
dan
menentramkan hati yang berdasarkan
yang
pada pembalasan. Diversi merupakan
dilakukan oleh seroang anak maka
suatu pengalihan perkara anak dari
ketentuan-ketentuan
proses
tindak
pidana
pencurian
yang
diatur
peradilan
pidana
keluar
11
peradilan pidana. Sehingga dengan
Sistem
dibentuk suatu undang-undang yaitu
Peradilan Pidana Anak merupakan
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012
pengganti
Undang-Undang
Tentang Sistem Peradilan Pidana
Nomor 3 Tahun 1997 Tentang
Anak yang didalam terdapat suatu
Pengadilan Anak yang bertujuan agar
upaya diversi dengan menaungi suatu
terwujud peradilan yang benar-banar
anak
menjamin perlindungan kepentingan
permasalahan hukum agar dapat
terbaik
diadili dan dibina dengan cara yang
dalam
Undang-Undang
Tahun
2012
No.
Tentang
dari
terhadap
anak
berhadapan dengan hukum.
yang
sesuai
yang
dengan
mendapat
usianya.
suatu
Dalam
konteks Undang-Undang No. 11
129
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
tahun
2012
Peradilan
Tentang
Pidana
Sistem
Anak
Bab
II
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
menjelaskan bahwa “diversi adalah
pengalihan
penyelesaian
perkara
tentang Diversi Dalam pasal 5
anak dari proses peradilan pidana ke
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012
proses
Tentang Sistem Peradilan Pidana
Sementara
Anak menyebutkan bahwa “Sistem
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012
Peradilan Anak wajib mengutamakan
Tentang Sistem Peradilan Pidana
pendekatan
pasal
6
restoratif”,
dimana
kemudian
dalam
diversi
luar
Anak
peradilan
pidana”.
ketentuan
menetukan
pasal
bahwa
disini berujuan untuk a.
6
diversi
mencapai
mencapai
perdamaian antara korban dan anak;
perdamaian antara korban dan anak;
b. menyelesaikan perkara anak diluar
menyelesaikan perkara anak diluar
peradilan; c. menghidarkan anak dari
proses
perampasan
bertujuan
anak
untuk
peradilan;
dari
menghindarkan
proses
kemerdekaan;
masyarakat
kemerdekaan;
perampasan
mendorong
mendorong
berpartisifasi; e. menanamkan rasa
untuk
dapat
tanggung
masyarakat
d.
jawab
untuk
terhadap
anak.
berpartisipasi ; dan juga dalam
Kemudian dalam pasal 7 Undang-
rangka menjalankan rasa tanggung
Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang
jawab terhadap anak. Setelah itu
Sistem
Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No.
mengemukakan bahwa “ pada tingkat
11 Tahun 2012 Tentang Sistem
penyidikan,
Peradilan
pemeriksaan
Pidana
Anak
juga
Peradilan
Pidana
Anak
penuntutan,
perkara
dan
anak
di
mengamanatkan bahwa dalam semua
Pengadilan Negeri wajib diupayakan
tingkat pemeriksaan baik penyidikan,
diverisi, kemudan pada pasal 7 angka
penuntutan dan pemeriksaan perkara
(2)
di pengadilan negeri wajib dilakukan
menjelaskan
upaya “diversi”.
sebagaimana yang dimaksud dalam
Apabila
kita
merujuk
Undang-undang
ayat
(1)
ini
bahwa
dalam
juga
“diversi
tindak
pidana
penjelasan pasal 1 angka 7 Undang-
dilakukan yang dilakukan a. diancam
Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang
dengan pidana penjara dibawah 7
Sistem
(tujuh)
Peradilan
Pidana
Anak
tahun
dan
;
b.
bukan
130
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
merupakan suatu pengulangan suatu
walaupun tanpa persetujuan dari
tindak pidana.
pihak si korban, sehingga dalam hal
Adalah hal penting ketika
ini si anak dapat terbebas dari proses
merujuk pada pasal 9 Undang-
pemeriksaan dan penjalanan pidana
undang No. 11 Tahun 2012 Tentang
yang dilakukannya. Namun melihat
Sistem
Peradilan
Anak
ketentuan pasal 9 huruf angka 2
dimana
dalam
2
huruf d dimana mengetengahkan
mengetengahkan bahwa persetujuan
bahwa untuk dapat melakukan upaya
korban dan/ atau keluarga anak
diversi
korban serta kesedian anak dan
korban dan/ atau keluarga anak
keluarganya, kecuali dalam hal a.
korban serta kesedian anak dan
tindak pidana berupa pelanggaran; b.
keluarganya tindak pidana dilakukan
tindak pidana ringan; c. tindak
dimana nilai kerugian tidak melebihi
pidana
nilai
dari nilai upah minimun provinsi
kerugian tidak lebih dari nilai upah
setempat”, maka Undang-Undang
minimun provinsi setempat”.
No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
tanpa
Apabila
Pidana
angka
korban;
merujuk
d.
dengan
tanpa
persetujuan
pihak
Peradilan Pidana Anak memberikan
ketentuan yang diketengahkan oleh
suatu
Undang-undang No. 11 Tahun 2012
mengenai upaya diversi tersebut.
Tentang Sistem Peradilan Pidana
Sehingga
apa
Anak dimana ketentuan suatu tindak
ketentuan
Peraturan
pidana ringan terhadap Peraturan
Agung
Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun
Mengenai Penyesuaian Batas Tindak
2012 Mengenai Penyesuaian Batas
Pidana Ringan dan Jumlah Denda
Tindak Pidana Ringan dan Jumlah
Dalam KUHP Tentang bahwa nilai
Denda Dalam KUHP adalah nilai
kerugian tindak pidana pencurian
tidak lebih dari Rp. 2.500.000,- (dua
adalah Rp.2.500.000, (dua juta lima
juta lima ratus ribu rupiah), artinya
ratus ribu rupiah) dan merujuk pada
dalam hal ini setiap pencurian yang
ketentuan pasal
dilakukan dibawah nilai tersebut
huruf d Undang-Undang No. 11
maka
Tahun
diversi
wajib
dilakukan
batas
yang
Nomor
2012
komprehensif
merujuk
2
pada
Mahkamah
Tahun
2012
9 huruf angka 2
Tentang
Sistem
131
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Peradilan Pidana Anak dimana nilai
dilakukan, namun sebaliknya apabila
maksimum
pidana
atas
tindak
disini juga nilai pencurian tersebut
adalah
upah
diatas Rp. 2.500.000,- (dua juta lima
kerugian
pencurian
ratus ribu rupiah) namun dibawah
minimum provinsi setempat.
Melihat pada ketentuan diatas
upah minimum provinsi setempat
maka upaya diversi adalah wajib
maka
dilakukan
memerlukan
pada
tindak
pidana
upaya
diversi
ini
persetujuan
tidak
pihak
pencurian pada anak namuan apakah
korban dan/ atau keluarga anak
dalam memerlukan persetujuan pihak
korban serta kesedian anak dan
korban dan/ atau keluarga anak
keluarganya
korban serta kesedian anak dan
dilakukan. Ketentuan mengenai batas
keluarganya tindak pidana dilakukan
tingkat pencurian yang dilakukan
merujuk pada ketentuan pada upah
oleh anak mengenai sebagaimana
maximum provinsi setempat. Hal ini
yang
berlaku
perlakuan
Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun
perundang-
2012 Mengenai Penyesuaian Batas
undangan dimana dalam hal ini
Tindak Pidana Ringan dan Jumlah
berlaku asas “Lex superior derogat
Denda
pasa
peraturan
legi
asas
peraturan
inferior “
dimana
ketentuan
atas
terdapat
dalam
Dalam
didalamnya
tindak
Per
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
KONSEKUENSI YURIDIS TINDAK PIDANA PENCURIAN OLEH ANAK
PASCA DIKELUARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG
NOMOR 2 TAHUN 2012 MENGENAI PENYESUAIAN BATASAN
TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP
(Consequences Juridis of Policy Criminal Arrangement
by Regulation No. 2 Year 2012 Regarding Limitation of Lightning Action and
Number of Funds in Criminal Code)
Noor Azizah1
Fakultas Hukum Universitas Islam Kalimantan MAAB
Jalan Adhyaksa No. 2 Kayutangi Banjarmasin Kalimantan Selatan
E-mail: azizahshmh@yahoo.com
Abstract
Case of the theft crime by the child is a law crime that should be examined wisely,
in other side that action is a criminal crime that should be punished, but in
another side, Child Juvenile Justice Law no. 3 Year 1997 about Juvenile Justice
said that when the crime was done by the kid so Child Juvenile Justice Law no. 3
Year 1997 on Juvenile Justice become Lex Specialist against the procedural law
applicable at all of justice levels, however this provision face symmetrically with
the Supreme Court Regulation no. 2 of 2012 Concerning Adjustment of Limit
Crime and Number of Penalties in the criminal code which become the guidance
for the judges in deciding cases of light criminal hearing so that such matter will
bring legal problem in court for judges to decide criminal case of theft as criminal
acts (Tipiring) where the perpetrators are children.
Keywords: Theft Crime, Adjustment of the Criminal Act and Theft Crime Limit by
the Child.
Abstrak
Persoalan Tindak Pidana Pencurian yang dilakukan oleh seorang anak merupakan
problema hukum yang mesti dicermati secara bijak, disatu sisi perbuatan
pencurian anak adalah perbuatan pidana yang seharusnya mendapatkan hukuman
pemidanaan, tetapi pada posisi lainnya Undang-Undang Peradilan Anak No. 3
Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak menegaskan bahwa ketika pencurian
tersebut dilakukan oleh anak-anak maka Undang-Undang Peradilan Anak No. 3
Tahun 1997 sebagai suatu Lex Spesialis terhadap hukum acara yang berlaku pada
semua tingkat peradilan,Namun ketentuan ini berhadapan secara simetris
denganPeraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 Mengenai Penyesuaian
Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP yang menjadi
pegangan bagi para hakim dalam memutus perkara Tindak Pidana Ringan yang
disidangkannya, sehingga hal demikian akan memunculkan problema hukum
1
Dosen Fakultas Hukum Uniska Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin
109
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
dipengadilan bagi para hakim untuk memutus perkara Tindak Pidana pencurian
sebagai Tindak Pidana Ringan (Tipiring) dimana pelakunya adalah anak-anak.
Kata Kunci: Tindak Pidana Pencurian ,Penyesuaian Batasan Tindak Pidana
Ringan dan Pidana Pencurian oleh Anak.
Undang-Undnag
PENDAHULUAN
Beberapa unsur agar dapat
Maka
Tindak
Hukum
Pidana
Pidana
Pencurian
dikatagorikan sebagai suatu tindak
dibagi menjadi beberapa klasifikasi
pidana pencurian
yaitu Pencurian Biasa yang diatur
perbuatan
adalah adanya
obyektif
(perbuatan
dalam pasal 362 Kitab Undang-
mengambil, obyeknya suatu benda,
Undang
dan unsur keadaan yang melekat
Pencurian dengan pemberatan atau
pada benda untuk dimiliki secara
bisa disebut juga dengan pencurian
sebagian
yang
dengan kualifikasi (gegualificeerd
merupakan milik orag lain dan
diefstal) yang diatur dalam pasal 363
adanya unsur subyektif dalam hal ini
dan 365 Kitab Undang Hukum
adalah maksud yang ditujukan untuk
Pidana; kemudian Pencurian Ringan
memiliki , dengan maksud melawan
yang diatur didalam pasal 364 Ktab
hukum). Oleh karenannya tindak
Undang-Undang Hukum Pidana; dan
pidana pencurian merupakan suatu
Pencurian dengan Kekerasan Pasal
tindak pidana umum yang dalam
365 Kitab Undang-Undang Hukum
pelaksanaannya terdapat unsur-unsur
Pidana semua itu termasuk pada
yang dapat dikatagorikan sehingga
delik harta kekayaan karena dalam
dapat dikatakan sebagai terjadinya
hal ini menyangkut kejahatan terhap
perlanggaran
harta benda seseorang.
atau
seluruhnya
tindak
pidana
Hukum
Pidana;
Pasal
pencurian, dengan suatu ancaman
Dalam Kitab Undang-Undang
hukuman 5 tahun penjara dan juga
Hukum Pidana juga terdapat apa
adanya suatu ancaman hukuman
yang
lainya berupa denda sebesar Rp.
ringan.
900,- (sembilan ratus rupiah).
sehingga dapat dikatagorikan dengan
disebut
dengan
Kualifikasi
pencurian
atau
unsur
Apabila kita merujuk kepada
pencurian ringan disini yaitu merujuk
pasal yang terdapat dalam Kitab
pada nilai barang yang menjadi
110
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
obyek curian yang semula nilai
seterusnya pada saat umurnya) belum
barang tersebut tidak lebih dari Rp.
16
25,-
rupiah)
berdasarkan undang-undang terbaru
sehingga dalam hal orang tidak
No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
merasa jahat atas perbuatan tersebut.
Peradilan
Misalnya dalam hal ini ketika merasa
dalam hal ini dapat saja menjatuhkan
harus bekerja di trik matahari maka
suatu tindakan berupa menyerahkan
diambillah
atau
anak tersebut kepada negara untu
seorang
dilakukan suatu pembinaan yang
tetangga. Namun dalam hal ini
dalam hal ini adalah juga penderitaan
seiring
berkembangnya
bagi anak tersebut. Akan tetapi
waktu, maka nilai yang diancamkan
penderitaan yang terjadi disini masih
pada pasal ini tidak lagi sesuai
tergolong ringan dibandingkan ketika
dengan
ia harus dipenjara dan juga menjalin
(dua
kelapa
puluh
sebuah
dari
lima
mangga
halaman
dengan
perkembangan
zaman,
tahun
(ketetuan
Pidana
dihapus
Anak),
sehingga pada zaman sekarang tidak
penjara
ada lagi barang yang bernilai kurang
pendidikan/pembinaan anak karena
dari Rp. 25 (dua puluh lima rupiah).
suatu
Oleh karena itu pada tahun 1960
menjatuhkan
pemerintah dengan suatu peraturan
ringan daraipada menjalani suatu
perundang-undangan
tindak pidana.2
yaitu
no.
16/Prp/1960 Pemerintah menaikan
tersebut.
hakim
putusan
Menjalani
hakim
tindakan
ini
yang
lebih
Pada tanggal 27 Februari
nilai Rp. 25,- tersebut menjadi Rp
2012
250,- dan kemudian sejalan atas hal
Menerbitkan
tersebut ancaman hukum dinaikan
Mahkamah
menjadi 15 kali.
disingkat dengan Perma No. 2 Tahun
Mahkamah
suatu
Agung
Agung
Peraturan
atau
yang
Demikian pula jika pencurian
2012 Tentang Penyelesaian Batas
tersebut dilakukan oleh anak-anak
tindak pidana ringan atau tipiring dan
maka Kitab Undang-Undang Hukum
juga jumlah denda dalam KUHP.
Pidana bagi anak yang melakukan
Peraturan Mahkamah Agung Nomor
suatu
tindak
pidana
menurut
ketentuan pasal 489, 490, 492 dan
2
Adami Chazawi, 2002, Pembelajaran
Hukum Pidana I, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hlm. 23.
111
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
2 Tahun 2012 Mengenai Penyesuaian
ringan tersebut, oleh kerana atas hal
Batasan Tindak Pidana Ringan dan
tersebut
Jumlah
mengangkat
Denda
Dalam
KUHP
penulis
tertarik
judul
untuk
“Konsekwensi
mempunyai hal yang positif apabila
Yuridis Tindak Pidana Pencurian
ditinjau dari pelaksanaan tekhnis di
yang Dilakukan Oleh Anak Pasca
masyarakat,
Dikeluarkan Peraturan Mahkamah
menciptakan
dalam
rasa
rangka
keadilan
di
Agung
Nomor
2
Tahun
Penyesuaian
2012
masyarakat namun disisi lain juga
Mengenai
Batasan
menimbulkan Legal Issue (issue
Tindak Pidana Ringan dan Jumlah
hukum)yaitu dimana dalam konteks
Denda Dalam KUHP”.
yuridis akan menimbulkan suatu
pertanyaan dalam wilayah hukum
acara apabila pencurian tersebut
dilakukan oleh anak, dalam hal ini
didalam Undang-Undang Peradilan
Anak No. 3 Tahun 1997 Tentang
Peradilan Anak menegaskan bahwa
ketika pencurian tersebut dilakukan
oleh
anak-anak
maka
Undang-
Undang Peradilan Anak No. 3 Tahun
1997 sebagai suatu Lex Spesialis
terhadap hukum acara yang berlaku
pada semua tingkat peradilan, namun
ketika permasalahan ini nantinya
menyangkut masuk pencurian yang
dilakukan oleh anak-anak dengan
nilai pencurian tidak lebih dari Rp.
2.500.000,- (dua juta lima ratus) akan
menimbulkan suatu persolan karena
dalam
Perma
tersebut
mengatur
hukum acara terhadap pencurian
PERUMUSAN MASALAH
Dari
latar
belakang
sebagaimana yang telah diuraikan
pada uraian diatas, terdapat banyak
hal yang dapat dikaji akan tetapi
dalam penelitian ini maka akan
dibatasi permasalahan yang akan
dibahas, yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Konsekwensi
Yuridis
Terhadap
Tindak
Pidana
Pencurian
Setelah
Dikeluarkannya
Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 2
Tahun
2012
Mengenai
Penyesuaian Batasan Tindak
Pidana Ringan dan Jumlah
Denda Dalam KUHP?
2. Bagaimanakah
Konsekwesi
Yuridis hukum acara yang
digunakan terhadap tindak
112
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
pidana
Pencurian
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
yang
Apabila kita berpijak pada ketentuan
dilakukan oleh Anak setelah
umum yaitu kamus besar bahasa
dikeluarkannya
Peraturan
Indonesia arti dari kata “curi” adalah
Mahkamah Agung Nomor 2
mengambil hak miliki orang lain
Tahun
tanpa izin atau dengan kata lain
2012
Mengenai
Penyesuaian Batasan Tindak
secara
Pidana Ringan dan Jumlah
kepunyaan
Denda Dalam KUHP.
biasanya
tidak
sah
orang
mengambil
lain,
dilakukan
hal
ini
dengan
sembunyi-sembunyi. Sedangkan arti
PEMBAHASAN
dari pencurian merupakan proses,
A. Konsekwensi
Terhadap
Yuridis
Tindak
Pidana
Pencurian
Setelah
Dikeluarkannya
Mahkamah
Tahun
Peraturan
Agung
2012
Penyesuaian
No.
2
Mengenai
Batas
Tindak
Pidana Ringan dan Jumlah
Denda Dalam KUHAP.
tindak
pidana
pencurian
merupakan suatu proses sosial yang
seperti yang kita ketahui perbuatan
tersebut dilarang oleh masyarakat,
namun dalam hal ini perbuatan
mencuri
karena
dilarang
oleh
undang-undang yang secara umum
tertuang dalam ketentuan UndangUndang lebih tepatnya didalam Kitab
Undang-Undang
Hukum
Seperti yang sudah dijelaskan
bahwa
pencurian
secara
umum
terdapat dalam ketentuan pasal 362
Kitab
Pidana,
Undang-Undang
adalah
suatu
Hukum
bentuk
pencurian dalam bentuk rumusan
pokok yang dalam hal ini berbunyi,
barang siapa yang mengambil suatu
Apabila kita telaah lebih jauh
proses
cara, perbuatan.
Pidana
yaitu yang terdapat dalam pasal 362.
benda yang seluruhnya atau sebagian
miliki orang lain, dengan maksud
untuk
dimiliki
secara
melawan
hukum, diancam dengan suatu tindak
pidana pencurian, dengan pidana
penjara paling lama 5 tahun atau
denda paling banyak Rp. 900,-.
Oleh
karenannya
tindak
pidana pencurian merupakan suatu
tindak pidana umum yang dalam
pelaksanaannya terdapat unsur-unsur
yang dapat dikatagorikan sehingga
113
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
dapat dikatakan sebagai terjadinya
umurnya) belum 16 tahun (ketetuan
perlanggaran
pidana
dihapus berdasarkan undang-undang
pencurian, dengan suatu ancaman
terbaru No. 11 Tahun 2012 Tentang
hukuman 5 tahun penjara dan juga
Sistem
adanya suatu ancaman hukuman
hakim dalam hal ini dapat saja
lainya berupa denda sebesar Rp.
menjatuhkan suatu tindakan berupa
900,- (sembilan ratus rupiah). Dalam
menyerahkan anak tersebut kepada
dimensi ini tentunya adanya suatu
negara
hal dimana ada suatu ancaman
pembinaan yang dalam hal ini adalah
pidana
dikatakan
juga penderitaan bagi anak tersebut.
sebagai suatu hal yang sudah tidak
Akan tetapi penderitaan yang terjadi
relevan lagi dengan keadaan pada
disini
zaman sekarang ini, sehingga dalam
dibandingkan
penjatuhan pidana denda tidak pada
dipenjara dan juga menjalin penjara
tindak pidana pencurian ini tidak
tersebut.
sesuai
pendidikan/pembinaan anak karena
tindak
denda
lagi
dapat
dengan
sendir-sendi
suatu
keadilan masyarakat.
Pada dasarnya pidana dan
Peradilan
untu
Pidana
dilakukan
masih
tergolong
ketika
ia
Anak),
suatu
ringan
harus
Menjalani
putusan
menjatuhkan
hakim
tindakan
ini
yang
lebih
tindakan adalah sama, yaitu dalam
ringan daraipada menjalani suatu
hal ini merupakan suatu penderitaan.
tindak pidana.3
Perbedaan yang paling mendasar
Mengenai
wujud
jenis
dalam hal ini adalah
penderitaan
penderitaan itu dimuat dalam pasal
pada
merupakan
10 Kitab Undang-Undang Hukum
tindakan
adalah
lebih
daripada
yang
adala
kecil
atau
diakibatkan
ringan
Pidana. Akan tetapi dalam hal ini
oleh
wujud dan batas-batas berat atau
penjatatuhan pidana. Misal dalam hal
ringannya
ini pada
dimuat dalam rumusan mengenai
Kitab Undang-Undang
dalam
menjatuhkan
Hukum Pidana bagi anak yang
masing-masing
melakukan
hukum pidana yang bersangkutan.
suatu
tindak
pidana
menurut ketentuan pasal 489, 490,
492
dan
seterusnya
pada
saat
larangan
dalam
3
Adami Chazawi, 2002, Pembelajaran
Hukum Pidana I, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hlm. 23.
114
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Jadi dalam hal ini negara bebas
jenis
memilih sekehendaknya dari jenis-
dirumuskan dalam pasal 10 Kitab
jenis pidana dalam pasal 10 Kitab
Undang-Undang
Undang-Undang Hukum Pidana tadi.
Menurut
stelsel
Hal ini erat kaitannya dengan fungsi
Undang
Hukum
dari
dibedakan
hukum
pidana
sebagai
pidana,
sebagaimana
Hukum
Pidana.
Kitab
Undang-
Pidana,
menjadi
(2)
pidana
dua
membatasi suatu kekuasaan negara
Kelompok antara pidana Pokok dan
dalam arti memberi perlindungan
jug pidana tambahan yaitu pidana
hukum bagi warga negara dari
pokok Pidana mati; pidana penjara;
tindakan
pidana kurungan;
negara
menjalankan
dalam
fungsi
rangka
menegakkan
hukum. 4
pidana
tutupan
pidana denda;
(ditambahkan
berdasarkan Undang-Undang No. 20
Stelsel pidana di Indonesia
Tahun 1946).5 Sementara pidana
pada dasarnya diatur dalam Buku I
tambahan terdiri atas pencabutan
Kitab
hak-hak tertentu; pidana perampasan
Undang-Undang
Hukum
Pidana dalam bab 2 dari pasal 10
barang-barang
tertentu;
pidana
sampai 43 yang dalam hal kemudian
pengumuman
keputusan
hakim.
diatur lebih jauh mengenai hal-hal
Berdasarkan pasal 69 KUHAP untuk
tertentu dalam beberapa peraturan
pidana pokok, berat atau ringannya
yaitu : (1). Reglemen Penjara (Stb
bagi
1917
No.
708)
yang kemudian
diubah dengan LN 1948 No. 77; (2).
pidana
didasarkan pada urut-urutan dalam
rumusan pasal 10 tersebut.
Apabila kita merujuk kepada
Ordonansi Pelepasan Bersyarat (stb
1917
No.
749);
(3)
Reglemen
yang tidak sejenis
pasal yang terdapat dalam Kitab
Pendidikan Paksaaan (stb 1917 No.
Undang-Undnag
741); UU No. 20 Tahun 1946
Maka
tentang
Kitab
dibagi menjadi beberapa klasifikasi
Pidana
yaitu Pencurian Biasa yang diatur
sebagai induk atau sumber utama
dalam pasal 362 Kitab Undang-
hukum pidana telah merinci jenis-
Undang
Pidana
Undang-Undang
4
Ibid.
Tutupan.
Hukum
Tindak
Hukum
Pidana
Hukum
Pidana
Pencurian
Pidana;
Pasal
5
Ibid., hlm. 25.
115
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Pencurian dengan pemberatan atau
seiring
bisa disebut juga dengan pencurian
waktu, maka nilai yang diancamkan
dengan kualifikasi (gegualificeerd
pada pasal ini tidak lagi sesuai
diefstal) yang diatur dalam pasal 363
dengan
dan 365 Kitab Undang Hukum
sehingga pada zaman sekarang tidak
Pidana; kemudian Pencurian Ringan
ada lagi barang yang bernilai kurang
yang diatur didalam pasal 364 Ktab
dari Rp. 25 (dua puluh lima rupiah).
Undang-Undang Hukum Pidana; dan
Oleh karena itu pada tahun 1960
Pencurian dengan Kekerasan Pasal
pemerintah dengan suatu peraturan
365 Kitab Undang-Undang Hukum
perundang-undangan
Pidana semua itu termasuk pada
16/Prp/1960 Pemerintah menaikan
delik harta kekayaan karena dalam
nilai Rp. 25,- tersebut menjadi Rp
hal ini menyangkut kejahatan terhap
250,- dan kemudian sejalan atas hal
harta benda seseorang.
tersebut ancaman hukum dinaikan
Dalam Kitab Undang-Undang
disebut
ringan.
dengan
Kualifikasi
pencurian
atau
unsur
berkembangnya
perkembangan
zaman,
yaitu
no.
menjadi 15 kali.
Pada tanggal 27 Februari
Hukum Pidana juga terdapat apa
yang
dengan
2012
Mahkamah
Menerbitkan
Agung
suatu
sehingga dapat dikatagorikan dengan
Mahkamah
pencurian ringan disini yaitu merujuk
disingkat dengan Perma No. 2 Tahun
pada nilai barang yang menjadi
2012 Tentang Penyelesaian Batas
obyek curian yang semula nilai
tindak pidana ringan atau tipiring dan
barang tersebut tidak lebih dari Rp.
juga jumlah denda dalam KUHP.
25,-
Perma
(dua
puluh
lima
rupiah)
ini
Agung
Peraturan
lahir
atau
karena
yang
banyak
sehingga dalam hal orang tidak
bermunculan aksi protes terhadap
merasa jahat atas perbuatan tersebut.
terhadap rasa keadilan yang terjadi di
Misalnya dalam hal ini ketika merasa
masyarakat seperti kasus pencurian
harus bekerja di trik matahari maka
seorang nenek yang bernama nenek
diambillah
minah,
sebuah
mangga
atau
pencurian
sandal
jepit,
seorang
pencurian kakao, segenggam merica
tetangga. Namun dalam hal ini
oleh seorang nenek, pencurian kartu
kelapa
dari
halaman
116
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
perdana Rp. 10.000,- (sepuluh ribu
sepuluh ribu dari tiap-tiap denda
miasalnya Rp. 250,- menjadi Rp.
2.500.000,- atau dua juta lima
ratus ribu rupiah, sehingga
denda Rp. 2.500.000,- atau dua
juta lima ratus ribu rupiah tidak
masuk dalam upaya hukum
kasasi;
(5) Pasal 4, menangani perkara
tindak pidana yang didakwa
dengan pasal-pasal KUHP yang
dapat dijatuhkan pidana denda,
hakim wajib memperhatikan
pasal 3 diatas;
(6)
Pasal
5,
Peraturan
Mahkamah Agung ini dimulai
pada hari ditetapkan.
rupiah) oleh seorang siswa Sekolah
Menengah
Pertama
dan
lain
sebagainya. Adapun pasal-pasal yang
terdapat
dalam
Perma
Tersebut
adalah:
(1). Pasal 1 dijelaskan kata-kata
yang dijelaskan sebanyak 250
(dua ratus lima puluh rupiah)
dalam pasal 364, 373, 379, 384,
407, dan 482 Kitab UndangUndang Hukum Pidana dibaca
menjadi Rp. 2.500.000,- atau
dua juta lima ratus ribu rupiah;
(2). Pasal 2 ayat (1) dalam
menerima pelimpahan perkara
pencurian,
penipuan,
penggelapan,
penadahan,
penuntut umum, dan ketua
pengadilan
wajib
memperhatikan nilai barang atau
uang yang menjadi obyek
perkara dan memperhatikan
pasal (1) diatas;
(3) Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3)
dijelaskan, apabila nilai barang
atau uang tersebut tidak lebih
dari Rp. 2.500.000,- atau dua
juta lima ratus ribu rupiah, ketua
pengadilan segera menetapkan
hakim tunggal untuk memeriksa,
mengadili, dan memutus perkara
tersebut
dengan
acara
pengadilan cepat yang diatur
dalam pasal 205 sampai 210
KUHAP dan ketua pengadilan
tidak
tidak
menetapkan
penahanan
ataupun
perpanjangan penahanah;
(4) Pasal 3 mengenai denda,
dipersamakan dengan pasal
penahanan pada PermaNo. 2
Tahun 2012 yaitu dikalikan
Diterbitkannya
Peraturan
Mahkamah Agung ini atau yang
disebut Perma ini ditujukan untuk
menyelesaikan
nilai
uang
penafsiran tentang
pada
tipiring
dalam
KUHP. Perma in diharapkan mampu
memberikan
Terdakwa
kemudahan
yang
terlibat
kepada
dalam
perkara tipiring agar tidak menunggu
persidangan
yang
berlaru-larut
sampai pada tahap kasasi seperti
yang
terjadi
Rasmiah.
pada
Perma
kasus
ini
nenek
diharapkan
untuk menjadi suatu jembatan bagi
para hakim sehingga dapat lebih
cepat memberikan rasa keadilan yang
terjadi dimasyarakat terutama bagi
penyelesaian perkara tipiring sesuai
dengan bobot tindak pidanannya.
117
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
Perma
ini
menghidari
juga
ditujuan
masuknya
untuk
perkara-
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
apabila dalam jalannya peradilan
terdapat
kekurangan
atau
perkara yang berpotensi menggangu
kekosongan hukum dalam suatu hal,
rasa keadilan yang tumbuh ditengah
Mahkamah
Agung
masyarakat
membuat
peraturan
dan
secara
tidak
berwenang
sebagai
langsung akan membantu sistem
pelengkap untuk mengisi kekurangan
peradilan pidana untuk bekerja lebih
dan kekosongan hukum tadi. Dengan
efektif dan efisien.
6
undang-undang
Apabila kita melihat perturan
Agung
ini
Mahkamah
berwenang
membuat
pasal 79 Undang-Undang No. 14
peraturan pelengkap untuk mengisi
Tentang
kekurangan dan kekosongan tadi.
Mahkamah
Undang-Undang
No.
Agung
4
jo
tentang
Dengan
Undang-Undang
ini
Perubahan Pertama Undang-Undang
Mahkamah Agung berwenang untuk
No.
tentang
menentukan pengaturan tentang cara
Mahakamahh Agung jo Undnag-
penyelesaian suatu hal yang belum
Undang No. 3 Tahun 2009 Tentang
ada atau tidak diatur dalam undang-
Perubahan Kedua Undang-Undang
undang
No.
beserta
Perma ini sacara kontekstual hukum
penjelasnnnya berbunyi “ Mahkamah
tidak dimaksudkan dalam rangka
Agung dapat mengatur lebih lanjut
untuk mengubah ketentuan yang
hal-hal
terdapat
14
Tahun
14
1985
Tahun
yang
kelancaran
1985
diperlukan
bagi
penyelenggaraan
ini.
Pada
dalam
pertimbangan
Kitab
Undang-
Undang Hukum Pidana, melainkan
peradilan apabila terhadap hal-hal
dalam
yang belum diatur dalam undang-
melakukan penyesuaian nilai uang
undang ini”. Pada penjelasan ini
yang tidak sesuai dengan kondisi
Undang-Undang
yang ada pada zaman sekarang ini.
6
ini
dinyatakan
Anonim. Peraturan Mahkamah Agung
No. 2 Tahun 2012 Tentang Penyelesaian
Batas Tindak Pidana Ringan (Tipiring) dan
Jumlah
Denda
Dalam
KUHP.
http://yessyanjani.blogspot.com/2012/03/pro
-dan-kontra-peraturan-mahkamahagung.html, diakses tanggal 22 Februari
2015.
hal
ini
adalah
untuk
Namun apabila ditelaah pada hal-hal
yang
diatur
dalam
Peraturan
Mahkamah Agung atau Perma ini
tidak secara langsung untuk merubah
ketentuan dalam
Kitab Undang-
118
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Undang Hukum Pidana dan seakan
Tentang perbuatan curang, Pasal 407
menjadi suatu Lex Spesialis dari
Kitab
KUHP
Pidana Tentang Pengrusakan, dan
yang
mengatur
tentang
Undang-Undang
Hukum
Hukum Pidana materiil bukan pada
Pasal
ranah Hukum Pidana Formil, karena
Hukum Pidana Tentang Penadahan.
ketentuan materiilnya dirubah secara
Maka tindak pidana pencurian pun
otomatis
hukum
masuk dalam konsekwensi, artinya
formilnya juga akan menyesuaikan,
dalam suatu ruang lingkup pencurian
apabila hal ini terjadi maka akan
yang nilai barangnya kurang Rp
menimbulkan kerancuan dan tidak
2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu
sejalan dengan pasal 79 Undang-
rupiah) dilakukan dengan hakim
Undang Mahkamah Agung. Tahap
tunggal dan pelakunya tidak wajib
formulasi dari adanya Perma ini
ditahan
bertitik
pelaksanaannya apabila hal tersebut
pelaksanaan
tolak
permikiran
dari
pemikiran-
berdasarkan
prilaku
482 Kitab Undang-Undang
sehingga
menyangkut
masyarakat yang menuntut keadilan
peradilan
bagi seorang terdakwa tipiring.7
mengindahkan
proses
permasalahan
hakim
proses
wajib
peraturan-perturan
ruang
yang mengikat yang dalam hal ini
lingkup suatu pidana umum dalam
tentu saja berkaitan dengan Perma
artian bahwa tidak pidana yang
No.
dimaksud disini menyangkut seluruh
Penyelesaian Batas tindak pidana
tindak tindak pidana yang tercantum
ringan atau tipiring dan juga jumlah
dalam pasal 364 Kitab Undang-
denda dalam KUHP ini.
Perma
Undang
ini
Hukum
dalam
Pidana
Hukum
penggelepan,
Pidana
Pasal
Undang-Undang
379
Hukum
tentang
Kitab
Pidana
tentang Penipuan, Pasal 384 Kitab
Undang-Undang
Hukum
Tahun
2012
Tentang
tentang
pencurian , Pasal 373 Kitab UndangUndang
2
Pidana
B. Konsekwensi Yuridis Hukum
Acara
yang
Digunakan
Terhadap
Tindak
Pencurian
yang
Oleh
Anak
Dikeluarkannya
Pidana
Dilakukan
Setelah
Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 2
7
Ibid.
119
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
Tahun
2012
Penyesuaian
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Mahkamah
Agung,
Mahkamah Konstitusi, Badan
Pemeriksa Keuangan, Komisi
Yudisial, Bank Indonesia,
Menteri, Badan, Lembaga
atau komisi yang setingkat
yang
dibentuk
dengan
Undang-Undang
atau
Pemerintah atas pemerintah
Undang-Undang,
Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi, Gubenur, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota,
Bupati/Walikota,
Kepala
Daerah atau yang setingkat.
Apabila suatu undang-undang
ini dianggap bertentangan
dengan
Undang-Undang
Dasar
Negara
Republik
Indonesia Tahun 1945, maka
pengujianya dilakukan oleh
Mahkamah
Konstitusi.
Sedangkan dalam hal ini
suatu peraturan perundangundangan dibawah undangundang diduga bertentangan
dengan
undang-undang,
pengujiannya dilakukan oleh
Mahkamah Agung.”
Mengenai
Batas
Tindak
Pidana Ringan dan Jumlah
Denda Dalam KUHP.
Apabila kita telaah mengenai
peraturan Mahkamah Agung maka
secara tegas tidak disebutkan di
dalam didalam Undang-Undang No.
12 Tahun 2011. Karena dalam pasal
ayat (1) disebutkan jenis dan Hirarki
Peraturan Perundang-Undangan yang
dalam hal ini terdiri atas UndangUndang dasar Republik Indonesia
Tahun
1945;
Ketetapan
Majelis
Permusyawaratan Rakyat ; Undang –
Undang dan Peraturan Pemerintah
Pengganti
Peraturan
Undang-Undang;
Pemerintah;
Peraturan
Presiden; Peraturan Daerah Propinsi
dan Peraturan Daerah Kabupaten
Dalam konstruksi walaupun
Kota.
Kemudian pada pasal 8 ayat
(1) Undang-Undang No. 12 Tahun
2012 menegaskan bahwa :
“Jenis Peraturan PerundangUndangan
selain
sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 7 ayat (1)
mencakup peraturan yang
ditetapkan
oleh
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah,
tidak secara tegas disebutkan namun
peraturan
Mahakamah
Agung
merupakan suatu peraturan yang
diakui keberadaannya sebagai salah
satu
lembaga
negara.
Apabila
melihat dalam hal ini maka kekuatan
mengikat dari Peraturan Mahkamah
Agung dijelaskan pada pasal 8 ayat
(2) Undang-Undang No. 12 tahun
120
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
2012 yang dalam hal ini mengatakan
delegasi
bahwa
perundang-undangan.
“peraturan
perundang-
pembentukan
peraturan
yang
Berpijak pada suatu persoalan
dimaksudkan pada ayat (1) diakui
keberadaan dan kekuatan mengikat
keberadaannya
mempunyai
peraturan perundang-undangan yang
kekuatan hukum mengikat sepanjang
diatur dalam pasal 8 ayat (1)
dalam hal ini diperintahkan oleh
Undang-Undang No. 12 tahun 2012
Peraturan Perundang-Undangan yang
pasal 8 ayat (2) Undang-Undang No.
lebih
12 Tahun 2011 tidak hanya mengatur
undangan
sebagaimana
dan
tinggi
atau
dibentuk
berdasarkan kewenangan”.
keberadaan
Melihat suatu ketentuan hal
undangan
peraturan
atas
perundang-
dasar
delegasi
diatas maka terdapat 2 (dua) syarat
(peraturan yang diperintahkan oleh
sehingga
peraturan-peraturan
peraturan perundang-undangan yang
tersebut sebagaimana yang dimaksud
lebih tinggi). Pasal 8 ayat (2)
pada pasal 8 ayat (1) Undang-
Undang-Undang No. 12 Tahun 2011
Undang
2012
juga menegaskan adanya peraturan
mempunyai suatu kekuatan mengikat
perundang-undangan yang dibentuk
sebagaimana peraturan perundang-
atas dasar kewenangan. Keadaan ini
undangan
ini
memang pada dasarnya perlu dikaji
peraturan
lebih lanjut dari presfektif ilmu
No.
11
yaitu
diperintahkan
Tahun
dalam
oleh
perundang-undangan
hal
yang
lebih
perundang-undangan
tinggi dan dibentuk berdasarkan
kaitannya
kewenangannnya.
undangan sebagai suatu norma yang
Melihat
dalam
peraturan
terutama
kinstruksi dokrin maka dikenal 2
bersifat
(dua) macam peraturan perundang-
hukum yang lebih rendah mencari
undangan
validitasnya pada norma hukum yang
dilihat
dari
dasar
hirarkis
perundang-
tinggi
dimana
sebagaimana
norma
kewenangan pembentukannya, yaitu
lebih
yang
peraturan perundang-undangan yang
dikemukakan oleh Hans Kelsen atau
dibentuk atas dasar suatu atribusi
yaitu
pembentukan
perundang-undangan
peraturan
dan
juga
121
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
yang disbut oleh Josep Raz sebagai
suatu chain of validity.
8
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Mahkamah Konstitusi disini tidak
membawahi suatu badan Peradilan.
Melihat dalam konstruksi ini
Apabila kita melihat fungsi
maka kedudukan Mahkamah Agung
Mahkamah Agung maka terdapat
merupakan lembaga tinggi negara
adalah sebagai berikut :
a. Sebagai
Pengadilan
Negara
Tertinggi,
Mahkamah
Agung
merupakan
pengadilan
kasasi yang bertugas
membina
keseragaman
dalam penerapan hukum
melalui putusan kasasi
dan peninjaun kembali
menjaga agar semua
hukum dan peraturan
perundang-undangan
diseluruh
negara
RI
diterapkan dengan adil,
tepat dan juga benar.
b. Erat kaitannya dengan
fungsi peradilan ialah hak
uji
materiil,
yaitu
wewenang
menguji/
menilai secara materiil
peraturan
perundangundangan
dibawah
undang-undang tentang
hal apa suatu peraturan
ditinjau
dari
isinya
(materinya) bertentangan
dengan peraturan yang
tingkatan lebih tinggi
(pasal 31 Undnag-Undang
Mahkamah Agung No. 14
tahun 1985)
sebagaimana yang tercantum dalam
Ketetapan Majelis Permusyawaran
Rakyat Republik Indonesia Nomor
III/MPR/ 1978 dan merupakan suatu
lembaga peradilan tertinggi
dari
semua lembaga peradilan yang dalam
melaksanakan tugasnya terlepas dari
pengaruh pemerintah dan pengaruhpengaruh lainya. Mahkamah Agung
disini membawahi 4 (empat) badan
peradilan yaitu peradilan umum,
Peradilan Militer, Peradilan Agama,
dan juga Peradilan Tata Usaha
Negar. Sejak adanya amandemen 3
(tiga) Undang-Undang Dasar 1945
kedudukan Mahkamah Agung tidak
lagi menjadi satu-satunya puncak
kekuasaan
berdirinya
tahun
kehakiman,
Mahkamah
2003
Puncak
dengan
Konstitusi
kekuasaan
kehakiman dalam hal ini menjadi 2
(dua) yaitu Mahkamah Agung dan
Mahkamah
Konstitusi,
namun
Kemudian Mahkamah Agung
Erat
Kaitannya
Pengawasan
Jimly Asshiddiqie & M. Ali Safa’at.
2006. Teori Hans Kelsen Tentang Hukum,
Konpress, Jakarta, hlm. 157.
8
dengan
fungsi
yaitu dalam hal ini
berupa:
122
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
a. Mahkamah
Agung
melalukan
pengawasan
tertinggi
terhadap
jalannya
peradilan
disemua
lingkungan
peradilan dengan tujuan
agar
peradilan
yang
dilakukan
pengadilanpengadilan
diselengarakan
dengan
seksama
dan
wajar
dengan
berpedoman
dengan asas peradilan
yang sederhana, cepat,
biaya
ringan,
tanpa
mengurangi
kebebasan
hakim dalam memeriksa
dan memutus perkara
(pasal 4 dan Pasal 10
Undang-Undang
Ketentuan
Pokok
Kekuasaan Kehakiman);
b. Mahkamah Agung juga
melakukan Pengawasan
terhadap
pekerjaan
pengadilan dan tingkah
laku para hakim dan
perbuatan
pejabat
pengadilan
dalam
menjalankan
tugasnya
berkaitan
dengan
pelaksanaan tugas pokok
kekuasaan
kehakiman,
yakni
dalam
hal
menerima,
memeriksa,
dan
mengadili
dan
menyelesaikan
setiap
perkara yang diajukan
kepadanya, serta meminta
keterangan tentang halhal yang bersangkutan
dengan tekhnis peradilan
serta dalam hal ini
memberi
peringatan,
teguran dan petunjuk
yang diperlukan tanpa
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
mengurangi
kebebasan
hakim (pasal 32 UndangUndang
Mahkamah
Agung No. 14 tahun
1985).
Terhadap
Penasehat Hukum dan
Notaris sepanjang yang
menyangkut
peradilan
(pasal 36 Undang-Undang
Mahkamah Agung Nomor
14 tahun 1985).
Kemudian fungsi berikutya
adalah fungsi untuk mengatur
a. Mahkamah
Agung
dapat mengatur lebih
lanjut hal-hal yang
diperlukan
bagi
kelancaran
penyelenggaran
peradilan
apabila
terdapat hal-hal yang
diperlukan
bagi
kelancaran
penyelengaraan
peradilan
apabila
terdapat hal-hal yang
cukup diatur dalam
undang-undang
tentang
Mahkamah
Agung
sebagai
pelengkap
untuk
mengisi kekurangan
atau
kekosongan
hukum
yang
diperlukan
bagi
kelancaran
penyelenggaraan
peradilan (pasal 27
Undang-Undang No.
14 Tahun 1970, pasal
79 Undang-Undang
No. 14 Tahun 1985);
b. Mahkamah
Agung
dapat
membuat
123
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
peraturan
acara
tersendiri
bilamana
dianggap perlu untuk
mencukupi
hukum
acara
bilamana
dianggap perlu untuk
mencukupi hukuma
acara yang sudah
diatur dalam undangundang.
Kitab
Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) merupakan
induk peraturan hukum pidana positif
Indonesia
yang
secara
tegas
diberlakukan sejak tahun tahun 1946
melalui UU No. 1 Tahun 1946
tentang Peraturan Hukum Pidana
indonesia.
Pada
mengeluarkan
1960,
Presiden
penetapan
melalui
Perppu No. 16 Tahun 1960 tentang
Beberapa Perubahan Dalam KUHP.
Perubahan yang dimaksud dalam
Perppu ini adalah terkait tindak
pidana
ringan
yaitu
Pasal
364
(pencurian ringan), 373 (penggelapan
ringan), 379 (penipuan ringan), 384
(pengrusakan barang), dan Pasal 407
ayat (1) (penadahan ringan) KUHP.
Saat itu perubahan dilakukan dengan
alasan untuk melakukan penyesuaian
nilai
barang
yang
mengalami
perubahan dan peningkatan, sehingga
jika ketentuan yang ada di KUHP—
asli—diterapkan tidak sesuai lagi
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
dengan keadaan saat itu (1960).
Dalam ketentuan–ketentuan tindak
pidana ringan pada KUHP tersebut
terdapat kata–kata “vijf en twintig
gulden”
yang
setelah
Indonesia
merdeka pada 1945 dibaca sebagai
“vijf en twintig rupiah” yang berarti
“dua puluh lima rupiah”. Ketentuan
nilai barang tersebut diubah dengan
di undangkannya
Perppu No. 16
Tahun 1960 yang di dalam Pasal 1nya diubah menjadi “dua ratus lima
puluh rupiah”. Celakanya, hingga
saat ini Perppu tersebut belum ada
perubahan lagi, bahkan tidak ada satu
aturan pun yang mencabut aturan
tersebut,
padahal
rupiah
telah
mengalami peningkatan nilai lebih
dari sepuluh ribu kali. Meski KUHP
telah
beberapa
perubahan,
legislasi
kali
baik
atau
melalui
mengenai
proses
proses
pengujian
di
Mahkamah
namun
ketentuan
Undang–Undang
Konstitusi,
mengalami
“nilai”
tidak
pernah
berubah. Hal ini menunjukkan bahwa
tindak pidana ringan tidak pernah
mendapat perhatian cukup serius
dalam
perubahan
aturan
hukum
pidana. Padahal situasi dan kondisi
perekonomian
selalu
mengalami
124
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
perkembangan,
penahanan terhadap perkara yang
termasuk peningkatan nilai harga
nilainya setara atau di atas Rp
barang.
250,00.Untuk itu, Tim Advokasi
perubahan
dan
Terkait dengan Mahkamah
Pembaharuan Hukum Pidana dalam
Agung yang sudah mengeluarkan
rangka
menghidupkan
kembali
Perma tentang Penyesuaian Batasan
pidana
ringan
KUHP,
Tindak Pidana Ringan dan Jumlah
berupaya
Denda
secara
melalui permohonan pengujian Pasal
normatif peraturan tersebut tidak
I Perppu No. 16 Tahun 1960 tentang
cukup untuk menggantikan cakupan
beberapa perubahan dalam KUHP
dan ruang lingkup dari Perppu No.
kepada Mahkamah Konstitusi.
Dalam
KUHP,
setingkat
dengan
Perma
cakupan
undang-undang.
melakukan
Pengujian
16 Tahun 1960 yang kedudukannya
dalam
advokasi
ini
dilakukan
dengan alasan bahwa Pasal 1 Perppu
ruang
No. 16 Tahun 1960 bertentangan
lingkupnya hanya menjangkau para
dengan Pasal 1 ayat (3) jo Pasal 28 D
pelaku
ayat (1) UUD 1945.Tidak dapat
kekuasaan
lingkungan
dan
kehakiman
Mahkamah
di
Agung.
diterapkannya
lagi
Aparat penegak hukum yang lain
pidana
seperti kepolisian yang memiliki
mengakibatkan persoalan yang serius
kewenangan
dan
dalam konteks penegakkan hukum di
memiliki
Indonesia, yaitu Maraknya perkara –
dan
perkara tindak pidana yang dianggap
memungkinkan
ringan, seperti perkara pencurian
kejaksaan
penyidikan
yang
kewenangan
peyidikan
penuntutan masih
untuk
mempergunakan
substansi
ringan
ringan
Pasal-Pasal
yang
dalam
diadili
KUHP
berdasarkan
Perppu a quo, karena mereka tidak
ketentuan (Pasal) pencurian biasa
secara eksplisit dan langsung terikat
karena tidak ada lagi nilai barang
oleh
yang
yang setara dengan “dua ratus lima
dikeluarkan oleh Mahkamah Agung.
puluh rupiah” untuk barang – barang
Situasi
tetap
yang bernilai ekonomis, sehingga
memungkinkan bagi penyidik dan
Pasal pencurian ringan tidak dapat
penuntut untuk tetap melakukan
diterapkan. Dan berdampak pula
suatu
peraturan
semacam
ini
125
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
dapat
ditahannya
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
karena
fungsi
putusan
yang
Tersangka/Terdakwa
karena
dilahirkan oleh lembaga peradilan
dianggap
memenuhi
syarat
pada
berdasarkan
ketentuan
penahanan
hakikatnya
melengkapi
ketentuan-ketentuan hukum tertulis
melalui pembentukan dan penemuan
Pasal 21 UU No. 8 Tahun 1981.
Seperti yang sudah dijelaskan
hukum. Hakim melalui yurisprudensi
Mahkamah Agung melalui Perma
mempunyai fungsi membuat hukum
No. 2 Tahun 2012 tertanggal 27
baru (creation of new law).
Februari 2012 tentang Penyesuian
Penyesuaian betasan tindak
batasan tindak pidana ringan dan
pidana ringan dan jumlah denda
jumlah denda dalam KUHP, yang
didalam
pada
Agung
prinsifnya
menyesuiakan
peraturan
No.
2
Mahakamah
Tahun
2012
penafisiran nilai uang denda dan
diperintahkan oleh peraturan yang
kerugian pada tindak pidana ringan
lebih
dalam KUHP yang dalam hal ini
berdasarkan kewenangan dalam hal
untuk memberikan rasa keadilan
ini
dalam masyarakat.
Undang-Undang No. 14 Tahun 1985
Berkaitan dengan penyesuian
tinggi
berdasarkan
Tentang
atau
atas
dibentuk
pasal
Mahkamah
79
Agung
batasan tindak pidana ringan dan
sebagaimana telah diubah melalui
jumlah
Peraturan
Undang-Undang No. 5 Tahun 2004
Mahakamah Agung No. 2 Tahun
jo Undang-Undang No. 3 Tahun
2012 maka dalam hal ini menurut
2009 yang berbunyi “Mahkamah
Prof. Mochtar Kusumaatmadja dan
Agung dapat mengatur lebih lanjut
B. Arif Sidharta lembaga peradilan
hal-hal
termasuk
kelancaran
denda
dalam
Mahakamh
Agung
yang
diperlukan
bagi
penyelenggaraan
mempunyai kedudukan yang penting
peradilan apabila terdapat
dalam sistem hukum di Indonesia,
yang belum cukup diatur dalam
karena
yang
undang-undanga ini. Bersumber pada
dilahirkan oleh lembaga peradilan
suatu ketentuan pasal 24 ayat (1)
mempunyai kedudukan yang penting
Undang-Undang
dalam sistem hukum di Indonesia,
Republik Indonesia Tahun 1945 yang
fungsi
putusan
Dasar
hal-hal
Negara
126
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
mengamanatkan bahwa “kekuasaan
mengadili perkara dapat dilakukan
kehakiman
suatu
secara proforsional dan memberikan
untuk
suatu kepastian hukum di masyarakat
menyelanggarakan peradilan guna
karena pemeriksaan dapat dilakukan
menegakan hukum dan keadilan”.
secara cepat.
merupakan
kekuasaan
yang
merdeka
Apabila
Walaupun begitu penyesuian
kita
pasal 364, 373, dan 379, 384, 407,
ketentuan
dan 482 KUHP menjadi Rp. 2.
ketentuan Perma Mahkamah Agung
500.000,- (dua juta lima ratus ribu
yang
rupiah)
oleh
internal kedalam Mahkamah Agung
Mahkamah Agung dalam hal ini
sediri artinya berdasarkan aturan
sebagai upaya untuk memberikan
administrasi yang dikerluarkan oleh
keadilan
yang
Mahakamah Agung maka aturan ini
diadilinya. Tentunya dalam hal ini
tidak mengikat terhadap penegak
hakim
mempertimbangkan
hukum lainnya seperti Kepolisian
berat ringannya perbuatan pelaku
dan Kejaksanaan. Apabila merujuak
tindak pidana serta rasa keadilan di
pada ketentuan Undang-Undang No.
masyarakat.
11 Tahun 2012 Tentang Sistem
yang
dilakukan
bagi
tetap
perkara
Penyesuaian
jumlah
yang
melihat
sifatnya
terdapat
hanya
mengikat
maksimum hukuman denda yang
Peradilan
diancam
KUHP
merupakan pengganti dari Undang-
dilipatgandakan menjadi 1000 kali
Undang Nomor 3 Tahun 1997
dalam hal ini sejauh mungkin para
Tentang
hakim
bertujuan agar terwujud peradilan
dalam
dalam memberikan suatu
Pidana
dalam
Pengadilan
pertimbangan sangksi denda sebagai
yang
pilihan
perlindungan
pemidanaan
dijatuhkannya.
Selain
mengefektifkan
benar-banar
Anak
akan
itu
untuk
terhadap
anak
pidana
dengan
hukum.
yang
anak
yang
menjamin
kepentingan
yang
kembali
Anak
terbaik
berhadapan
Undang-Undang
denda serta mengurangi beban kerja
Nomor 3 Tahun 1997 Tentang
lembaga pemasyarakatan yang dalam
Pengadilan Anak dinilai tidak sesuai
hal
lagi dengan kebutuhan hukum dalam
ini
banyak
melampaui
kapasitasnya. Oleh karenanya dalam
masyarakat
dan
belum
secara
127
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
komprehensif
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Undang-undang
memberikan
yaitu
yang
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012
berhadapan dengan hukum. Adapun
Tentang Sistem Peradilan Pidana
subtansi yang diatur dalam Undang-
Anak yang didalam terdapat suatu
Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang
upaya diversi dengan menaungi suatu
Sistem Peradilan Pidana Anak antara
anak
lain mengenai penempatan anak yang
permasalahan hukum agar dapat
menjalani proses peradilan dapat
diadili dan dibina dengan cara yang
ditempatkan di Lembaga Pembinaan
sesuai
Khusus Anak (LPKA). Subtansi
konteks Undang-Undang No. 11
yang paling mendasar dalam undang-
tahun
undang ini adalah pengaturan secara
Peradilan
tegas mengenai keadilan restoratif
tentang Diversi Dalam pasal 5
dan diversi yang dalam hal ini yang
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012
dimaksudkan untuk menghindari dan
Tentang Sistem Peradilan Pidana
menjauhkan
anak
proses
Anak menyebutkan bahwa “Sistem
peradilan
sehingga
dapat
Peradilan Anak wajib mengutamakan
perlindungan
kepada
anak
dari
yang
dengan
pendekatan
anak
pasal
berhadapan
dengan
6
suatu
usianya.
2012
menghindari stigmatisasi terhadap
yang
mendapat
Dalam
Tentang
Pidana
Sistem
Anak
restoratif”,
dimana
Bab
kemudian
dalam
diversi
hukum dan diharapkan anak dapat
bertujuan
kembali ke dalam lingkungan secara
perdamaian antara korban dan anak;
wajar. Demikian antara lain yang
menyelesaikan perkara anak diluar
disebutkan dalam Undang-Undang
proses
No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
anak
Peradilan Pidana Anak.
9
untuk
II
peradilan;
dari
mencapai
menghindarkan
proses
kemerdekaan;
masyarakat
perampasan
mendorong
untuk
dapat
berpartisipasi ; dan juga dalam
9
Tri Jata Ayu Premsti. Hal-Hal Penting
Yang diatur Dalam Undang-Undang Sistem
Peradilan Anak.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt
53f55d0f46878/hal-hal-penting-yang-diaturdalam-uu-sistem-peradilan-pidana-anak,
diakses tanggal 24 Agustus 2014.
rangka menjalankan rasa tanggung
jawab terhadap anak. Setelah itu
Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No.
11 Tahun 2012 Tentang Sistem
128
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
Peradilan
Pidana
Anak
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Ciri khas tentang yang diatur
juga
mengamanatkan bahwa dalam semua
dalam
Undang-Undang
tingkat pemeriksaan baik penyidikan,
Tahun
penuntutan dan pemeriksaan perkara
Peradilan
di pengadilan negeri wajib dilakukan
dikedepankannya keadilan Restoratif
upaya “diversi”, namun disini suatu
merupakan yang dalam hal ini adalah
apabila
2012
No.
Tentang
Pidana
11
Sistem
Anak
adalah
diversi
tersebut
suatu proses diversi yaitu semua
kegagalan
maka
pihak yang terlibat dalam suatu
pemeriksaan pada semua tingkatan
tindak pidana tertentu bersama-sama
maka perkara dilanjutkan melalui
mengatasi masalah serta bersama-
proses hukum yang diatur dalam
sama menciptakan suatu kewajiban
undang-undang
ini.
untuk membuat segala sesuatunya
diharapkan
akan
upaya
mengalami
Proses
ini
mampu
menjadi
lebih
baik
memberikan suatu jalan keluar bagi
melibatkan
seorang anak yang terlibat dalam
masyarakat dalam mencari solusi
permasalahan hukum.
untuk memperbaiki, rekonsiliasi, dan
Apabila merujuk pada suatu
korban,
dengan
anak,
dan
menentramkan hati yang berdasarkan
yang
pada pembalasan. Diversi merupakan
dilakukan oleh seroang anak maka
suatu pengalihan perkara anak dari
ketentuan-ketentuan
proses
tindak
pidana
pencurian
yang
diatur
peradilan
pidana
keluar
11
peradilan pidana. Sehingga dengan
Sistem
dibentuk suatu undang-undang yaitu
Peradilan Pidana Anak merupakan
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012
pengganti
Undang-Undang
Tentang Sistem Peradilan Pidana
Nomor 3 Tahun 1997 Tentang
Anak yang didalam terdapat suatu
Pengadilan Anak yang bertujuan agar
upaya diversi dengan menaungi suatu
terwujud peradilan yang benar-banar
anak
menjamin perlindungan kepentingan
permasalahan hukum agar dapat
terbaik
diadili dan dibina dengan cara yang
dalam
Undang-Undang
Tahun
2012
No.
Tentang
dari
terhadap
anak
berhadapan dengan hukum.
yang
sesuai
yang
dengan
mendapat
usianya.
suatu
Dalam
konteks Undang-Undang No. 11
129
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
tahun
2012
Peradilan
Tentang
Pidana
Sistem
Anak
Bab
II
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
menjelaskan bahwa “diversi adalah
pengalihan
penyelesaian
perkara
tentang Diversi Dalam pasal 5
anak dari proses peradilan pidana ke
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012
proses
Tentang Sistem Peradilan Pidana
Sementara
Anak menyebutkan bahwa “Sistem
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012
Peradilan Anak wajib mengutamakan
Tentang Sistem Peradilan Pidana
pendekatan
pasal
6
restoratif”,
dimana
kemudian
dalam
diversi
luar
Anak
peradilan
pidana”.
ketentuan
menetukan
pasal
bahwa
disini berujuan untuk a.
6
diversi
mencapai
mencapai
perdamaian antara korban dan anak;
perdamaian antara korban dan anak;
b. menyelesaikan perkara anak diluar
menyelesaikan perkara anak diluar
peradilan; c. menghidarkan anak dari
proses
perampasan
bertujuan
anak
untuk
peradilan;
dari
menghindarkan
proses
kemerdekaan;
masyarakat
kemerdekaan;
perampasan
mendorong
mendorong
berpartisifasi; e. menanamkan rasa
untuk
dapat
tanggung
masyarakat
d.
jawab
untuk
terhadap
anak.
berpartisipasi ; dan juga dalam
Kemudian dalam pasal 7 Undang-
rangka menjalankan rasa tanggung
Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang
jawab terhadap anak. Setelah itu
Sistem
Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No.
mengemukakan bahwa “ pada tingkat
11 Tahun 2012 Tentang Sistem
penyidikan,
Peradilan
pemeriksaan
Pidana
Anak
juga
Peradilan
Pidana
Anak
penuntutan,
perkara
dan
anak
di
mengamanatkan bahwa dalam semua
Pengadilan Negeri wajib diupayakan
tingkat pemeriksaan baik penyidikan,
diverisi, kemudan pada pasal 7 angka
penuntutan dan pemeriksaan perkara
(2)
di pengadilan negeri wajib dilakukan
menjelaskan
upaya “diversi”.
sebagaimana yang dimaksud dalam
Apabila
kita
merujuk
Undang-undang
ayat
(1)
ini
bahwa
dalam
juga
“diversi
tindak
pidana
penjelasan pasal 1 angka 7 Undang-
dilakukan yang dilakukan a. diancam
Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang
dengan pidana penjara dibawah 7
Sistem
(tujuh)
Peradilan
Pidana
Anak
tahun
dan
;
b.
bukan
130
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
merupakan suatu pengulangan suatu
walaupun tanpa persetujuan dari
tindak pidana.
pihak si korban, sehingga dalam hal
Adalah hal penting ketika
ini si anak dapat terbebas dari proses
merujuk pada pasal 9 Undang-
pemeriksaan dan penjalanan pidana
undang No. 11 Tahun 2012 Tentang
yang dilakukannya. Namun melihat
Sistem
Peradilan
Anak
ketentuan pasal 9 huruf angka 2
dimana
dalam
2
huruf d dimana mengetengahkan
mengetengahkan bahwa persetujuan
bahwa untuk dapat melakukan upaya
korban dan/ atau keluarga anak
diversi
korban serta kesedian anak dan
korban dan/ atau keluarga anak
keluarganya, kecuali dalam hal a.
korban serta kesedian anak dan
tindak pidana berupa pelanggaran; b.
keluarganya tindak pidana dilakukan
tindak pidana ringan; c. tindak
dimana nilai kerugian tidak melebihi
pidana
nilai
dari nilai upah minimun provinsi
kerugian tidak lebih dari nilai upah
setempat”, maka Undang-Undang
minimun provinsi setempat”.
No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
tanpa
Apabila
Pidana
angka
korban;
merujuk
d.
dengan
tanpa
persetujuan
pihak
Peradilan Pidana Anak memberikan
ketentuan yang diketengahkan oleh
suatu
Undang-undang No. 11 Tahun 2012
mengenai upaya diversi tersebut.
Tentang Sistem Peradilan Pidana
Sehingga
apa
Anak dimana ketentuan suatu tindak
ketentuan
Peraturan
pidana ringan terhadap Peraturan
Agung
Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun
Mengenai Penyesuaian Batas Tindak
2012 Mengenai Penyesuaian Batas
Pidana Ringan dan Jumlah Denda
Tindak Pidana Ringan dan Jumlah
Dalam KUHP Tentang bahwa nilai
Denda Dalam KUHP adalah nilai
kerugian tindak pidana pencurian
tidak lebih dari Rp. 2.500.000,- (dua
adalah Rp.2.500.000, (dua juta lima
juta lima ratus ribu rupiah), artinya
ratus ribu rupiah) dan merujuk pada
dalam hal ini setiap pencurian yang
ketentuan pasal
dilakukan dibawah nilai tersebut
huruf d Undang-Undang No. 11
maka
Tahun
diversi
wajib
dilakukan
batas
yang
Nomor
2012
komprehensif
merujuk
2
pada
Mahkamah
Tahun
2012
9 huruf angka 2
Tentang
Sistem
131
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Peradilan Pidana Anak dimana nilai
dilakukan, namun sebaliknya apabila
maksimum
pidana
atas
tindak
disini juga nilai pencurian tersebut
adalah
upah
diatas Rp. 2.500.000,- (dua juta lima
kerugian
pencurian
ratus ribu rupiah) namun dibawah
minimum provinsi setempat.
Melihat pada ketentuan diatas
upah minimum provinsi setempat
maka upaya diversi adalah wajib
maka
dilakukan
memerlukan
pada
tindak
pidana
upaya
diversi
ini
persetujuan
tidak
pihak
pencurian pada anak namuan apakah
korban dan/ atau keluarga anak
dalam memerlukan persetujuan pihak
korban serta kesedian anak dan
korban dan/ atau keluarga anak
keluarganya
korban serta kesedian anak dan
dilakukan. Ketentuan mengenai batas
keluarganya tindak pidana dilakukan
tingkat pencurian yang dilakukan
merujuk pada ketentuan pada upah
oleh anak mengenai sebagaimana
maximum provinsi setempat. Hal ini
yang
berlaku
perlakuan
Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun
perundang-
2012 Mengenai Penyesuaian Batas
undangan dimana dalam hal ini
Tindak Pidana Ringan dan Jumlah
berlaku asas “Lex superior derogat
Denda
pasa
peraturan
legi
asas
peraturan
inferior “
dimana
ketentuan
atas
terdapat
dalam
Dalam
didalamnya
tindak
Per