Profil UsahaPerusahaan 16 Subsektor Ekonomi Kreatif profil usaha

(1)

(2)

PROFIL USAHA/

PERUSAHAAN

16 SUBSEKTOR

EKRAF

BERDASARKAN SENSUS

EKONOMI 2016 (SE2016)


(3)

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016) ISBN: 978-602-438-196-7

No. Publikasi: 06320.1802 No. Katalog: 9102060 Ukuran Buku: 17,6 x 25 cm

Jumlah Halaman: xxxii + 382 halaman

Naskah: Subdirektorat Statistik Komunikasi dan Teknologi Informasi

Penyunting/Editor: Subdirektorat Statistik Komunikasi dan Teknologi Informasi Gambar Kulit: Badan Ekonomi Kreatif

Gambar: Subdirektorat Statistik Komunikasi dan Teknologi Informasi Diterbitkan oleh: Badan Pusat Statistik

Dicetak oleh: CV. Dharmaputra

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik


(4)

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016) iii

E

konomi kreatif (ekraf ) sebagai konsep ekonomi baru yang mengandalkan ide kreatiitas, budaya, dan teknologi diyakini mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian nasional kedepan. Ekonomi kreatif menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyambut baik disusunnya Buku Statistik Ekonomi Kreatif sebagai perwujudan hasil kerjasama antara BPS

dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf ) tahun 2017. Buku ini menyajikan data Statistik Ekonomi Kreatif yang merupakan bagian dari Big Data ekonomi kreatif. Gambaran tentang potensi dan pengembangan bidang ekonomi kreatif ini dituangkan dalam 7 (tujuh) jenis output yang meliputi: Proil Usaha/Perusahaan 16 Subsektor Ekraf Berdasarkan

Sensus Ekonomi 2016 (SE2016); Ekspor Ekonomi Kreatif 2010-2016; Klasiikasi Jabatan Ekraf dalam KBJI 2014; Laporan PDB Ekonomi Kreatif Tahun 2014-2016; Laporan Penyusunan PDRB Ekraf 5 Provinsi 2010-2016 Menurut Lapangan Usaha; Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2010-2016 dan Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2010-2016; serta Tabel Input Output Updating Ekonomi Kreatif 2014.

Buku ini diharapkan memberikan fakta dan data sebagai basis pengambilan keputusan dan monitoring perkembangan dan kebijakan di bidang ekonomi kreatif. Selain itu buku ini diwacanakan untuk memberikan perspektif terkini bagi para pelaku usaha ekraf maupun masyarakat luas tentang potensi ekraf di Indonesia sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai penelitian dan pengembangan dunia usaha di bidang ekraf.

Akhirnya ucapan syukur kehadirat Allah SWT dan terima kasih serta penghargaan kepada seluruh Tim BPS yang telah bekerjasama dan bekerja keras untuk menyelesaikan seluruh publikasi dari 7 (tujuh) kegiatan utama yang menjadi cakupan dalam kerjasama BPS-Bekraf. Semoga buku ini dapat memberi manfaat tidak hanya kepada Bekraf dan BPS saja, tetapi juga bagi para pelaku usaha ekraf dan pengguna data di Indonesia maupun dunia internasional.

Semoga Allah SWT meridhai upaya penerbitan buku ini.

KATA PENGANTAR

Jakarta, Desember 2017 Kepala Badan Pusat Statistik,


(5)

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)


(6)

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016) v

KATA PENGANTAR

I

ndonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman karakteristik geograis, suku, dan budaya. Keberagaman tersebut tentu saja menghasilkan potensi ekonomi kreatif yang berbeda antar wilayah. Masyarakat yang tinggal di daerah geograis berbatasan dengan pantai akan memiliki sumber daya alam dan budaya yang berbeda dengan masyarakat yang tinggal di pegunungan. Hal ini menghasilkan potensi ekonomi kreatif yang berbeda pula. Karena itulah analisis potensi ekonomi kreatif

tidak bisa dilakukan secara umum atau secara nasional saja, tetapi perlu dilakukan analisis potensi untuk ukuran

wilayah yang lebih kecil, yaitu provinsi atau kabupaten/ kota.

Mengumpulkan data tiga puluh empat provinsi tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit, apalagi hingga level kabupaten/kota. Atas dasar alasan tersebutlah, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf ) menggandeng Badan Pusat Statistik (BPS) untuk bekerja sama menyusun analisis potensi ekonomi kreatif secara spasial dengan memanfaatkan data hasil Sensus Ekonomi 2016 (SE2016). Hasil analisis spasial ekonomi kreatif ini diharapkan bisa membantu pengambil kebijakan untuk lebih fokus pada masing-masing wilayah sesuai dengan potensi yang telah diidentiikasi.

Buku Analisis Sensus Ekonomi 2016 mengulas potensi ekonomi kreatif di tiga puluh empat provinsi di Indonesia. Buku ini menyajikan sebaran usaha enam belas subsektor ekonomi kreatif dan juga karakteristik demograi dari pelaku usahanya. Selain itu, aspek keuangan, pemasaran, dan pendukung usaha juga disajikan dengan detail.

Akhir kata, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada BPS dan pihak-pihak yang terkait atas partisipasi-nya dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pengembangan kebijakan dan memberikan pemahaman mengenai ekonomi kreatif ke seluruh masyarakat Indonesia.

Jakarta, Desember 2017 Kepala Badan Ekonomi Kreatif,


(7)

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

vi

Naskah Subdirektorat Statistik Komunikasi dan Teknologi Informasi

Penanggung Jawab Umum Dr. Titi Kanti Lestari, SE, M.Com Penanggung Jawab Teknis Eni Lestariningsih, S.Si, MA, Editor Mitra Wardhini, S.Si,

Eka Sari, SE,

Tedjo Sudjono, S.Si, MM. Penulis Naskah Sarip Utoyo, SST, M.Si,

Tri Sutarsih, SE, MM. Pengolah Data Nia Anggraini Rozama, SST,

Vera Citra Wulandari, S.Si, Zumrotul Ilmiyah, SST Atika Nashirah Hasyyati, SST, Khairul Amri,

Susi Susyanti, SST, Gusnisa siswayu, SST, Karmila Maharani, SST Jimmy Maratis, SST,

Roy Suerlianto, SST, SAP, M.S.E, Gilang Alip Utama, SST, Kurnia Adhiwibowo, A.Md, Jodi Jhouranda Siregar, SST, Agustika Indah Mayangsari, SST,


(8)

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016) vii

KATA PENGANTAR _______________________________________ iii DAFTAR ISI _____________________________________________ vii DAFTAR GAMBAR ________________________________________ ix DAFTAR LAMPIRAN TABEL _________________________________ xv DAFTAR LAMPIRAN RSE ___________________________________ xxi RINGKASAN EKSEKUTIF ___________________________________ xxvii

BAB 1 PENDAHULUAN ________________________________ 3 BAB 2 KEGIATAN UTAMA USAHA/PERUSAHAAN ____________ 15 BAB 3 JENIS KELAMIN PENGUSAHA ______________________ 21 BAB 4 TAHUN MULAI BEROPERASI _______________________ 27 BAB 5 STATUS BADAN USAHA __________________________ 33 BAB 6 LAPORAN KEUANGAN ___________________________ 39 BAB 7 JARINGAN USAHA ______________________________ 47 BAB 8 KETENAGAKERJAAN _____________________________ 53 BAB 9 PENGGUNAAN INTERNET ________________________ 65 BAB 10 FENOMENA E-COMMERCE ________________________ 71 BAB 11 WARALABA ____________________________________ 79 BAB 12 PENDAPATAN USAHA ____________________________ 85

LAMPIRAN TABEL ________________________________________ 93 LAMPIRAN RSE __________________________________________ 273

DAFTAR ISI


(9)

(10)

ix

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. SkemaSampling Pendataan Usaha/Perusahaan

SE2016 _______________________________________ 9 Gambar 2. Diagram Alur Prosedur Penyusunan Estimasi Usaha Ekonomi Kreatif dari Data SE2016 _________________ 11 Gambar 3. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Pulau, 2016 ____________________________ 13 Gambar 4. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Provinsi, 2016 __________________________ 16 Gambar 5. Persentase Sebaran Usaha/Perusahaan Ekonomi

Kreatif menurut Subsektor, 2016 __________________ 17 Gambar 6. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Kota, 2016 _____________________________ 17 Gambar 7. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Jenis Kelamin Pengusaha, 2016 ____________ 21 Gambar 8. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Subsektor Ekraf, 2016 ____________________ 22 Gambar 9. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Pulau dan Jenis Kelamin Pengusaha, 2016 ___ 23 Gambar 10. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Pengusaha, 2016 _ 23 Gambar 11. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut 99 Kota dan Jenis Kelamin Pengusaha, 2016 _ 24 Gambar 12. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Tahun Mulai Beroperasi, 2016 _____________ 27 Gambar 13. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut


(11)

x PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Gambar 14. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Badan Usaha, 2016 ______________________ 33 Gambar 15. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Subsektor Ekraf dan Badan Usaha, 2016 _____ 34 Gambar 16. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif pada

Subsektor Periklanan dan Televisi & Radio, 2016 ______ 35 Gambar 17. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Pulau dan Status Badan Usaha, 2016 _______ 36 Gambar 18. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut 99 Kota dan Status Badan Usaha, 2016 ______ 37 Gambar 19. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif yang

Berizin Khusus dan Tidak Berbadan Usaha menurut Kepemilikan Laporan Keuangan, 2016 ______________ 41 Gambar 20. Tujuh Provinsi dengan Persentase Kepemilikan

Laporan Keuangan Tertinggi, 2016 _________________ 42 Gambar 21. Tujuh Kota dengan Persentase Kepemilikan Laporan

Keuangan Tertinggi, 2016 ________________________ 43 Gambar 22. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif yang

Memiliki Laporan Keuangan menurut Subsektor Ekraf, 2016 _________________________________________ 44 Gambar 23. Persentase Jaringan Usaha Ekonomi Kreatif di

Indonesia, 2016 ________________________________ 48 Gambar 24. Persentase Jaringan Usaha Ekonomi Kreatif

berdasarkan Subsektor Ekraf, 2016 _________________ 49 Gambar 25. Persentase Jaringan Usaha Tunggal Ekonomi Kreatif

berdasarkan Pulau di Indonesia, 2016 ______________ 49 Gambar 26. Persentase Jaringan Usaha Ekonomi Kreatif Terbesar di

99 Kota Sensus, 2016 ____________________________ 50 Gambar 27. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Jumlah Tenaga Kerja, 2016 _______________ 54 Gambar 28. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

Subsektor Arsitektur menurut Jumlah Tenaga Kerja, 2016 _________________________________________ 55


(12)

xi

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Gambar 29. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif Subsektor Desain Interior menurut Jumlah Tenaga

Kerja, 2016 ____________________________________ 55 Gambar 30. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

Subsektor Desain Komunikasi Visual menurut Jumlah Tenaga Kerja, 2016 ______________________________ 55 Gambar 31. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

Subsektor Desain Produk menurut Jumlah Tenaga

Kerja, 2016 ____________________________________ 56 Gambar 32. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

Subsektor Film, Animasi, Video menurut Jumlah

Tenaga Kerja, 2016 ______________________________ 56 Gambar 33. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

Subsektor Fotograi menurut Jumlah Tenaga Kerja,

2016 _________________________________________ 56 Gambar 34. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

Subsektor Kriya menurut Jumlah Tenaga Kerja, 2016 __ 57 Gambar 35. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

Subsektor Kuliner menurut Jumlah Tenaga Kerja,

2016 _________________________________________ 57 Gambar 36. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

Subsektor Fashion menurut Jumlah Tenaga Kerja,

2016 _________________________________________ 57 Gambar 37. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

Subsektor Musik menurut Jumlah Tenaga Kerja, 2016 _ 58 Gambar 38. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

Subsektor Aplikasi dan Game Developer menurut

Jumlah Tenaga Kerja, 2016 _______________________ 58 Gambar 39. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

Subsektor Penerbitan menurut Jumlah Tenaga Kerja, 2016 _________________________________________ 58 Gambar 40. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

Subsektor Periklanan menurut Jumlah Tenaga Kerja, 2016 _________________________________________ 59


(13)

xii PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Gambar 41. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif Subsektor Televisi dan Radio menurut Jumlah Tenaga Kerja, 2016 ____________________________________ 59 Gambar 42. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

Subsektor Seni Pertunjukan menurut Jumlah Tenaga Kerja, 2016 ____________________________________ 59 Gambar 43. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

Subsektor Seni Rupa menurut Jumlah Tenaga Kerja, 2016 _________________________________________ 60 Gambar 44. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Wilayah dan Jumlah Tenaga Kerja, 2016 _____ 62 Gambar 45. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Pulau dan Pemanfaatan Media Internet,

2016 _________________________________________ 66 Gambar 46. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Kota dan Pemanfaatan Media Internet

Terbesar dan Terendah, 2016 _____________________ 67 Gambar 47. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Kota dan Pemanfaatan Media Internet

Terbesar dan Terendah, 2016 _____________________ 68 Gambar 48. Persentase Penerapan E-commerce Usaha/Perusahaan

Ekonomi Kreatif, 2016 ___________________________ 71 Gambar 49. Persentase Penerapan E-commerce Usaha/Perusahaan

Ekonomi Kreatif menurut Pulau, 2016 ______________ 72 Gambar 50. Persentase Penerapan E-commerce Usaha/Perusahaan

Ekonomi Kreatif menurut Provinsi, 2016 ____________ 73 Gambar 51. Persentase Penerapan E-commerce Usaha/Perusahaan

Ekonomi Kreatif pada 20 Kota Terbesar yang

Menerapkan, 2016 ______________________________ 74 Gambar 52. Persentase Penerapan E-commerce Usaha/ Perusahaan

Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekraf, 2016 ______ 75 Gambar 53. Persentase Sebaran Usaha/Perusahaan Ekonomi

Kreatif yang Menerapkan Sistem Waralaba Menurut Provinsi, 2016 __________________________________ 79


(14)

xiii

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Gambar 54. Persentase Tujuh Kota dengan Usaha/Perusahaan Paling Dominan dalam Menerapkan Sistem Waralaba, 2016 _________________________________________ 80 Gambar 55. Persentase Penerapan Sistem Waralaba Tertinggi

Menurut Subsektor Ekraf, 2016 ____________________ 81 Gambar 56. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

Indonesia menurut Pendapatan, 2016 ______________ 85 Gambar 57. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

Berskala Mikro menurut Subsektor Ekraf, 2016 _______ 86 Gambar 58. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

Kelompok Pendapatan diatas 300 Juta sampai dengan 2,5 Miliar Rupiah menurut Subsektor Ekraf, 2016 _________________________________________ 87 Gambar 59. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

Kelompok Pendapatan diatas 2,5 Miliar Rupiah sampai dengan 50 Miliar Rupiah menurut Subsektor Ekraf,

2016 _________________________________________ 87 Gambar 60. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

Kelompok Pendapatan diatas 50 Miliar Rupiah menurut Subsektor Ekraf, 2016 ___________________________ 88 Gambar 61. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

Kelompok Pendapatan ≤ 300 Juta Rupiah pada Lima Kota dengan Persentase Terbesar, 2016 _____________ 89 Gambar 62. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

Kelompok Pendapatan diatas 50 Miliar Rupiah pada Lima Kota dengan Persentase Terbesar, 2016 ________ 89


(15)

(16)

xv

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

DAFTAR LAMPIRAN TABEL

Tabel 1.1.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

Subsektor Ekraf, 2016 ___________________________ 93 Tabel 1.1.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Subsektor Ekraf, 2016 ___________________ 94 Tabel 1.2.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

Wilayah dan Subsektor Ekraf, 2016 _________________ 95 Tabel 1.2.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Wilayah dan Subsektor Ekraf, 2016 _________ 99 Tabel 1.3.a Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Wilayah dan Subsektor Ekraf, 2016 ________ 103 Tabel 1.3.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut 99 Kota dan Subsektor Ekraf, 2016 ________ 119 Tabel 2.1.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

Subsektor Ekraf dan Jenis Kelamin Pengusaha, 2016 _ 135 Tabel 2.1.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Subsektor Ekraf dan Jenis Kelamin

Pengusaha, 2016 ______________________________ 136 Tabel 2.2.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

Provinsi dan Jenis Kelamin Pengusaha, 2016 ________ 137 Tabel 2.2.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Pengusaha,

2016 ________________________________________ 139 Tabel 2.3.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

99 Kota dan Jenis Kelamin Pengusaha, 2016 ________ 141 Tabel 2.3.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut


(17)

xvi PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Tabel 3.1.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekraf dan Tahun Mulai Beroperasi, 2016 ___ 149 Tabel 3.1.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Subsektor dan Tahun Mulai Beroperasi,

2016 ________________________________________ 150 Tabel 3.2.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

Provinsi dan Tahun Mulai Beroperasi, 2016 _________ 151 Tabel 3.2.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

Provinsi dan Tahun Mulai Beroperasi, 2016 _________ 153 Tabel 3.3.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

99 Kota dan Tahun Mulai Beroperasi, 2016 _________ 155 Tabel 3.3.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut 99 Kota dan Tahun Mulai Beroperasi, 2016 __ 159 Tabel 4.1.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

Subsektor Ekraf dan Status Badan Usaha, 2016 _____ 163 Tabel 4.1.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Subsektor Ekraf dan Status Badan Usaha,

2016 ________________________________________ 164 Tabel 4.2.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

Provinsi dan Status Badan Usaha, 2016 ____________ 165 Tabel 4.2.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Provinsi dan Status Badan Usaha, 2016 ____ 167 Tabel 4.3.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

99 Kota dan Status Badan Usaha, 2016 ____________ 169 Tabel 4.3.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut 99 Kota dan Status Badan Usaha, 2016 _____ 173 Tabel 5.1.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif dengan

Izin Khusus atau Tidak Berbadan Usaha menurut Subsektor Ekraf dan Kepemilikan Laporan Keuangan, 2016 ________________________________________ 177 Tabel 5.1.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

dengan Izin Khusus atau Tidak Berbadan Usaha menurut Subsektor Ekraf dan Kepemilikan Laporan Keuangan, 2016 _______________________________ 178


(18)

xvii

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Tabel 5.2.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif dengan Izin Khusus atau Tidak Berbadan Usaha menurut

Provinsi dan Kepemilikan Laporan Keuangan, 2016 __ 179 Tabel 5.2.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif dengan

Izin Khusus atau Tidak Berbadan Usaha menurut

Provinsi dan Kepemilikan Laporan Keuangan, 2016 __ 181 Tabel 5.3.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif dengan

Izin Khusus atau Tidak Berbadan Usaha menurut

Kepemilikan Laporan Keuangan di 99 Kota, 2016 ____ 183 Tabel 5.3.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif dengan

Izin Khusus atau Tidak Berbadan Usaha menurut

Kepemilikan Laporan Keuangan di 99 Kota, 2016 ____ 187 Tabel 6.1.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

Subsektor Ekraf dan Jaringan Usaha, 2016 __________ 191 Tabel 6.1.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Subsektor Ekraf dan Jaringan Usaha, 2016 __ 192 Tabel 6.2.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

Provinsi dan Jaringan Usaha, 2016 ________________ 193 Tabel 6.2.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Provinsi dan Jaringan Usaha, 2016 ________ 195 Tabel 6.3.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut 99

Kota dan Jaringan Usaha, 2016 ___________________ 197 Tabel 6.3.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut 99 Kota dan Jaringan Usaha, 2016 ________ 201 Tabel 7.1.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

Subsektor Ekraf dan Jumlah Tenaga Kerja, 2016 _____ 205 Tabel 7.1.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Subsektor Ekraf dan Jumlah Tenaga Kerja, 2016 ________________________________________ 206 Tabel 7.2.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

Wilayah dan Jumlah Tenaga Kerja, 2016 ___________ 207 Tabel 7.2.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif


(19)

xviii PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Tabel 7.3.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut 99 Kota dan Jumlah Tenaga Kerja, 2016 ____________ 209 Tabel 7.3.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut 99 Kota dan Jumlah Tenaga Kerja, 2016 ____ 213 Tabel 8.1.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

Subsektor Ekraf dan Pemanfaatan Media Internet,

2016 ________________________________________ 217 Tabel 8.1.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Subsektor Ekraf dan Pemanfaatan Media

Internet, 2016 ________________________________ 218 Tabel 8.2.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

Provinsi dan Pemanfaatan Media Internet, 2016 _____ 219 Tabel 8.2.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Provinsi dan Pemanfaatan Media Internet, 2016 ________________________________________ 221 Tabel 8.3.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

99 Kota dan Pemanfaatan Media Internet. 2016 _____ 223 Tabel 8.3.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut 99 Kota dan Pemanfaatan Media Internet, 2016 ________________________________________ 227 Tabel 9.1.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif yang

Memanfaatkan Media Internet menurut Subsektor Ekraf dan Penerapan E–Commerce, 2016 ___________ 231 Tabel 9.1.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif yang

Memanfaatkan Media Internet menurut Subsektor Ekraf dan Penerapan E–Commerce, 2016 ___________ 232 Tabel 9.2.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif yang

Memanfaatkan Media Internet menurut Provinsi dan Penerapan E–Commerce, 2016 ___________________ 233 Tabel 9.2.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif yang

Memanfaatkan Media Internet menurut Provinsi dan Penerapan E–Commerce, 2016 ___________________ 235


(20)

xix

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Tabel 9.3.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif yang Memanfaatkan Media Internet menurut 99 Kota

dan Penerapan E–Commerce, 2016 ________________ 237 Tabel 9.3.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif yang

Memanfaatkan Media Internet menurut 99 Kota dan Penerapan E–Commerce, 2016 ___________________ 241 Tabel 10.1.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

Subsektor Ekraf dan Penerapan Sistem Waralaba,

2016 ________________________________________ 245 Tabel 10.1.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Subsektor Ekraf dan Penerapan Sistem

Waralaba, 2016 _______________________________ 246 Tabel 10.2.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

Provinsi dan Penerapan Sistem Waralaba, 2016 ______ 247 Tabel 10.2.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Provinsi dan Penerapan Sistem Waralaba,

2016 ________________________________________ 249 Tabel 10.3.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

99 Kota dan Penerapan Sistem Waralaba, 2016 ______ 251 Tabel 10.3.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut 99 Kota dan Penerapan Sistem Waralaba,

2016 ________________________________________ 255 Tabel 11.1.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

Subsektor Ekraf dan Pendapatan Selama Satu Tahun _ 259 Tabel 11.1.b Persentase Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi

Kreatif menurut Subsektor Ekraf dan Pendapatan

Selama Satu Tahun ____________________________ 260 Tabel 11.2.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

Wilayah dan Pendapatan Selama Satu Tahun _______ 261 Tabel 11.2.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut Wilayah dan Pendapatan Selama Satu


(21)

xx PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Tabel 11.3.a Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut 99 Kota dan Pendapatan Selama Satu Tahun ________ 263 Tabel 11.3.b Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

menurut 99 Kota dan Pendapatan Selama Satu


(22)

xxi

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

DAFTAR LAMPIRAN RSE

Tabel 1 Estimasi Sampling Error (Relative Standard Error) Jumlah

Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Pulau dan Subsektor Ekraf __________________________________ 273 Tabel 2 Estimasi Sampling Error (Relative Standard Error) Jumlah

Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Provinsi

dan Subsektor Ekraf ______________________________ 290 Tabel 3 Estimasi Sampling Error(Relative Standard Error) Jumlah

Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekraf dan Jenis Kelamin Pengusaha _________________ 307 Tabel 4 Estimasi Sampling Error (Relative Standard Error) Jumlah

Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Provinsi

dan Jenis Kelamin Pengusaha ______________________ 310 Tabel 5 Estimasi Sampling Error(Relative Standard Error)

Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut

Subsektor Ekraf dan Tahun Mulai Beroperasi __________ 313 Tabel 6 Estimasi Sampling Error (Relative Standard Error) Jumlah

Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Provinsi dan Tahun Mulai Beroperasi ___________________________ 317 Tabel 7 Estimasi Sampling Error(Relative Standard Error) Jumlah

Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekraf dan Status Badan Usaha ______________________ 321 Tabel 8 Estimasi Sampling Error (Relative Standard Error) Jumlah

Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Provinsi dan Status Badan Usaha ______________________________ 327


(23)

xxii PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Tabel 9 Estimasi Sampling Error (Relative Standard Error) Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekraf dan Kepemilikan Laporan Keuangan ____________ 333 Tabel 10 Estimasi Sampling Error(Relative Standard Error) Jumlah

Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Provinsi dan Kepemilikan Laporan Keuangan ____________________ 336 Tabel 11 Estimasi Sampling Error (Relative Standard Error) Jumlah

Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekraf dan Jaringan usaha __________________________ 339 Tabel 12 Estimasi Sampling Error (Relative Standard Error) Jumlah

Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Provinsi

dan Jaringan Usaha ______________________________ 342 Tabel 13 Estimasi Sampling Error (Relative Standard Error) Jumlah

Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekraf dan Jumlah Tenaga Kerja _____________________ 345 Tabel 14 Estimasi Sampling Error (Relative Standard Error) Jumlah

Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Wilayah

dan Jumlah Tenaga Kerja __________________________ 350 Tabel 15 Estimasi Sampling Error (Relative Standard Error) Jumlah

Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekraf dan Pemanfaatan Media Internet _______________ 355 Tabel 16 Estimasi Sampling Error (Relative Standard Error) Jumlah

Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Provinsi dan Pemanfaatan Media Internet _______________________ 358 Tabel 17 Estimasi Sampling Error (Relative Standard Error) Jumlah

Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekraf dan Penerapan E-Commerce ___________________ 361 Tabel 18 Estimasi Sampling Error (Relative Standard Error) Jumlah

Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Provinsi dan Penerapan E-Commerce ___________________________ 364 Tabel 19 Estimasi Sampling Error (Relative Standard Error) Jumlah

Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekraf dan Menerapkan Sistem Waralaba ______________ 367


(24)

xxiii

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Tabel 20 Estimasi Sampling Error(Relative Standard Error) Jumlah Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Provinsi

dan Penerapan Sistem Waralaba ____________________ 370 Tabel 21 Estimasi Sampling Error (Relative Standard Error) Jumlah

Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekraf dan Pendapatan Selama Satu Tahun ____________ 373 Tabel 22 Estimasi Sampling Error (Relative Standard Error) Jumlah

Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Wilayah


(25)

(26)

RINGKASAN

EKSEKUTIF


(27)

(28)

xxvii

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Era perdagangan bebas menjadi sinyal untuk terus mengembangkan potensi besar dari ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini. Hal ini didorong oleh perwujudan nilai tambah yang diciptakan oleh usaha/perusahaan ekonomi kreatif yang dapat meningkatkan daya saing produk dan daya saing usaha/perusahaan Indonesia.

Cakupan ekonomi kreatif meliputi enam belas subsektor yaitu arsitektur; desain interior; desain komunikasi visual; desain produk; ilm, animasi, dan video; fotograi; kriya; kuliner; musik; fashion, aplikasi dan game developer; penerbitan; periklanan; televisi dan radio; seni pertunjukan; dan seni rupa. Dari hasil listing Sensus Ekonomi 2016 (SE2016) memperlihatkan bahwa enam belas subsektor menyebar ke 34 provinsi.

Jumlah usaha/perusahaan ekonomi kreatif berdasarkan hasil Listing Sensus Ekonomi 2016 sebanyak 8.203.826 usaha. Sebaran usaha ekonomi kreatif menurut pulau masih dominan berada di pulau Jawa sebanyak 65,37 persen sedangkan menurut provinsi didominasi oleh provinsi Jawa Barat sebanyak 18,33 persen. Gambaran subsektor usaha/perusahaan ekonomi kreatif berdasarkan hasil Listing Sensus Ekonomi 2016 yang dominan hanya terdapat pada 3 subsektor yaitu: kuliner 67,66 persen, fashion 15,00 persen dan kriya 14,56 persen. Sedangkan subsektor ekonomi kreatif yang lainnya secara keseluruhan hanya 2,77 persen.

Ringkasan Eksekutif

£

Jumlah usaha/ perusahaan ekonomi

kreatif berdasarkan hasil Listing Sensus Ekonomi 2016 sebanyak 8.203.826 usaha, dengan didominasi oleh 3 subsektor yaitu kuliner (67,66%), fashion (15,01%), dan kriya (14,56%).


(29)

xxviii PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Pengusaha ekonomi kreatif didominasi oleh pengusaha perempuan yaitu sebesar 54,96 persen, untuk pengusaha laki-laki sebesar 45,04 persen. Fenomena dominasi pengusaha perempuan sebenarnya hanya terlihat pada subsektor kuliner dan fashion, yaitu sebesar 58,68 persen dan 54,25 persen. Sementara subsektor yang lain menunjukkan hal sebaliknya, pengusaha laki-laki mendominasi dibandingkan pengusaha perempuan. Pengusaha ekonomi kreatif laki-laki mayoritas berada di Kota Jakarta Barat (65,08 persen), Kota Tangerang (62,56 persen), dan Kota Bekasi (61,49 persen). Sedangkan untuk pengusaha ekonomi kreatif perempuan, lebih banyak terdapat di Kota Bima (78,69 persen), Kabupaten Kepulauan Seribu (74,21 persen), dan Kota Ambon (72,19 persen).

Berdasarkan hasil Listing Sensus Ekonomi 2016 (SE2016), usaha start up di Indonesia ditemukan sebesar 19,79 persen, yaitu usaha yang berdiri setelah tahun 2014. Di sisi lain, potret usaha ekonomi kreatif yang diperoleh menggambarkan mayoritas usaha/ perusahaan ekonomi kreatif beroperasi pada rentang tahun 1990 - 2014, yaitu sebesar 74,81 persen. Sedangkan usaha ekonomi kreatif yang beroperasi sebelum tahun 1990 sebesar 5,40 persen. Bila dilihat berdasarkan 99 kota sensus di Indonesia, persentase usaha start up ekonomi kreatif tertinggi terdapat di kota-kota di luar Pulau Jawa yaitu di Kota Tarakan (34,85 persen), Batam (34,45 persen), Bontang (32,67 persen), Banjar Baru (30,62 persen), dan Subulussalam (30,61 persen). Hal ini menunjukkan bahwa potensi ekonomi kreatif mulai berkembang pesat di kota-kota di luar Pulau Jawa. Sementara itu, usaha start up dengan persentase tertinggi di Pulau Jawa yaitu Kota Depok (27,67 persen).

Berdasarkan hasil Listing Sensus Ekonomi 2016, ditemukan gambaran bahwa mayoritas usaha/perusahaan ekonomi kreatif adalah usaha/perusahaan yang tidak berbadan usaha, yaitu sebesar 96,61 persen di mana persentase terbesar di subsektor kuliner (67,66 persen). Sedangkan usaha/perusahaan ekonomi kreatif yang berbentuk PT/PT Persero sebesar 0,60 persen, izin khusus sebesar 2,33 persen, CV sebesar 0,36 persen, dan yang berbentuk badan usaha lainnya sebesar 0,10 persen. Berdasarkan pengelompokan kabupaten/kota, tiga kabupaten/kota dengan persentase tertinggi yang usaha/perusahaannya tidak berbadan usaha berada di Kepulauan Seribu (99,86 persen), Kota Magelang (98,07 persen), dan Kota Tasikmalaya (98,04 persen).

£

Pengusaha ekonomi kreatif didominasi oleh pengusaha perempuan (54,96%). Usaha/perusahaan start up ekraf di indonesia, berdasarkan hasil SE2016, ditemukan sebesar 19,79%. Sebagian besar usaha/perusahaan ekraf di indonesia tidak berbadan usaha, yaitu sebesar 96,61%.


(30)

xxix

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Sedangkan usaha/perusahaan yang berstatus badan usaha PT/ Persero, tiga kota dengan persentase tertinggi berada di Kota Jakarta Selatan (6,19 persen), Kota Jakarta Pusat (3,76 persen), dan Kota Bekasi (3,12 persen).

Hasil Listing SE2016 menunjukkan bahwa dari usaha/perusahaan ekonomi kreatif yang berizin khusus atau tidak berbadan usaha, hanya 3,86 persennya saja yang telah memiliki laporan keuangan. Dari sebagian kecil usaha/perusahaan yang memiliki laporan keuangan, dua pertiganya adalah usaha-usaha yang beroperasi di Pulau Jawa. Jika diulas menurut subsektor ekonomi kreatif, menunjukkan bahwa subsektor televisi dan radio merupakan subsektor yang paling banyak menyusun laporan keuangan dibandingkan dengan 15 subsektor lainnya. Konsentrasi kepemilikan laporan keuangan di level kota terjadi di Kota Banda Aceh, Kota Administrasi Jakarta Pusat, Kota Bukittinggi, Kota Tanjung Pinang, Kota Jayapura, Kota Batam, dan Kota Yogyakarta yang merupakan tujuh kota yang memiliki persentase kepemilikan laporan keuangan tertinggi.

Sebagian besar usaha/perusahaan ekonomi kreatif merupakan usaha tunggal, yaitu sebesar 98,81 persen. Hal ini menunjukkan bahwa usaha/perusahaan ekonomi kreatif yang ada di Indonesia adalah usaha tunggal yang tidak memiliki hubungan vertikal dengan usaha lain dan belum melakukan ekspansi ke daerah lain. Hanya 1,19 persen usaha/perusahaan yang memiliki jejaring usaha, dimana sekitar 0,72 persen usaha/perusahaan merupakan cabang usaha/perusahaan dan sebesar 0,35 persen sebagai unit pembantu/penunjang. Sebagian kecil lainnya merupakan kantor pusat, perwakilan ataupun pabrik. Jika dilihat detail di 99 kabupaten/kota, jumlah usaha ekonomi kreatif dengan jaringan usaha tunggal terbesar berada pada Surabaya (6,41 persen), Jakarta Barat (5,97 persen), Bandung (5,68 persen), Jakarta Timur (4,39 persen), Jakarta Selatan (4,12 persen), Jakarta Utara (4,01 persen), Medan (3,70 persen), Jakarta Pusat (3,23 persen), Bekasi (3,05 persen), dan Semarang (2,78 persen).

Berdasarkan hasil SE2016, diperoleh gambaran bahwa usaha/ perusahaan ekonomi kreatif di Indonesia dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang mendominasi seluruh usaha ekonomi kreatif di Indonesia yaitu sebesar 95,59 persen. Sedangkan usaha/ perusahaan ekonomi kreatif dengan jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih hanya 0,07 persen.

£

Hanya sekitar 3,86% usaha/ perusahaan ekraf yang memiliki laporan keuangan. Pelaku usaha ekraf cenderung masih belum melakukan ekspansi usaha, belum mempunyai cabang/perwakilan. Sebesar 98,81% usaha/perusahaan bersifat tunggal. Dominasi usaha/ perusahaan ekraf mayoritas memiliki tenaga kerja 1-4 orang (95,59%).


(31)

xxx PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Usaha/perusahaan ekonomi kreatif yang menggunakan internet di Indonesia secara keseluruhan masih relatif rendah, yakni hanya sebesar 3,90 persen dari keseluruhan usaha/perusahaan ekonomi kreatif yang ada di Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh sebagian besar usaha/perusahaan Indonesia masih merupakan usaha mikro dan kecil dimana usaha ini biasanya masih beroperasi dengan menggunakan sistem konvensional. Dilihat dari subsektor ekonomi kreatif, usaha/perusahaan ekonomi kreatif yang tinggi proporsinya dalam menggunakan internet berada pada tiga subsektor yaitu desain komunikasi visual (73,70 persen), periklanan (62,84 persen), dan arsitektur (52,19 persen). Sedangkan menurut 99 kota, pemanfaatan internet oleh usaha/perusahaan ekonomi kreatif paling banyak di Kota Depok (8,03 persen), Bandung (7,83 persen), Medan (6,82 persen), Surabaya (5,98) persen dan Kota Jakarta Selatan 5,15 persen.

Penjualan dan pembelian barang/jasa dengan internet biasa disebut e-commerce. Jika dilihat berdasarkan provinsi, persentase terbesar usaha/perusahaan ekonomi kreatif yang menerapkan e-commerce berada pada Provinsi DI Yogyakarta (75,70 persen), Banten (69,64 persen), dan Jawa Tengah (65,97 persen). Jika dilihat dari subsektor, fenomena e-commerce yang paling banyak berada pada subsektor desain komunikasi visual (81,72 persen), aplikasi dan game developer (77,24 persen), serta desain produk (72,21 persen). Sedangkan untuk 99 kabupaten/kota, usaha/perusahaan ekonomi kreatif yang paling banyak menerapkan e-commerce berada pada Kota Bandung (8,84 persen), Kota Surabaya (7,05 persen), dan Kota Jakarta Selatan (6,29 persen).

Waralaba (franchise) merupakan bentuk kerjasama bisnis, dimana ada pihak yang menerima/memanfaatkan hak kekayaan intelektual (HAKI) berupa merek dagang, nama, hingga manajemen usaha dari pihak pemberi/pemilik. Tren bisnis waralaba di Indonesia dinilai cukup prospektif. Namun, dari 8,2 juta usaha/perusahaan ekonomi kreatif, hanya 0,26 persen usaha saja yang telah menerapkan konsep bisnis waralaba. Hal ini mengindikasikan bahwa penerapan konsep bisnis waralaba pada usaha-usaha ekonomi kreatif belum cukup diminati. Dari 0,26 persen usaha ekonomi kreatif yang menerapkan konsep bisnis waralaba, jika dilihat menurut subsektor diperoleh gambaran bahwa tiga subsektor yang dominan menerapkan konsep waralaba yaitu kuliner (80,01 persen), fashion (10,52 persen), dan kriya (4,64 persen).

£

Penggunaan internet usaha/perusahaan ekraf di Indonesia sebesar 3,90%. Fenomena

e-commerce usaha ekonomi kreatif mencapai 50,87%. Usaha ekraf yang menerapkan waralaba hanya 0,26%.


(32)

xxxi

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Sedangkan fenomena di level 99 kabupaten/kota di Indonesia, tercatat bahwa Kota Administrasi Jakarta Selatan yang paling dominan menerapkan sistem waralaba.

Berdasarkan hasil SE2016 diperoleh gambaran bahwa usaha/ perusahaan ekonomi kreatif yang memiliki pendapatan kurang dari atau sama dengan 300 juta rupiah merupakan kelompok usaha yang mendominasi yaitu sebesar 92,56 persen dari total usaha ekonomi kreatif di Indonesia. Sedangkan usaha ekonomi kreatif yang memiliki pendapatan di atas atau lebih dari 50 miliar rupiah per tahun ditemukan sebesar 0,04 persen dari total usaha ekonomi kreatif di Indonesia. Fenomena lain yang ditemukan adalah subsektor yang memiliki pendapatan di atas 50 miliar setahun yaitu kriya, kuliner, fashion, aplikasi dan game developer, penerbitan, dan periklanan.

£

Dominasi usaha/ perusahaan ekraf mayoritas cenderung memiliki pendapatan kurang dari 300 juta setahun (92,56%).


(33)

(34)

PENDAHULUAN


(35)

2 PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)


(36)

3

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

1.1 Latar Belakang

Ekonomi kreatif (ekonomi kreatif ) menjadi harapan Indonesia di tengah gejolak perekonomian global saat ini. Hal ini didorong oleh perwujudan nilai tambah yang diciptakan oleh usaha/perusahaan ekonomi kreatif yang dapat meningkatkan daya saing produk dan daya saing usaha/perusahaan Indonesia. Munculnya Start Up di dunia usaha ekonomi kreatif menunjukkan bahwa daya saing produk dan daya saing usaha/perusahaan Indonesia juga memiliki prospek yang cukup cerah. Era perdagangan bebas menjadi sinyal untuk terus mengembangkan potensi besar dari ekonomi kreatif. Sinyal ini semakin kuat setelah mulai diberlakukannya era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 1 Januari 2016 lalu. Selain era perdagangan bebas, Indonesia juga menghadapi tantangan yang muncul akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi yang dialami beberapa tahun terakhir. Ekonomi kreatif dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah kondisi perekonomian saat ini.

Sejak beberapa tahun lalu, Indonesia telah mengalami perubahan struktur ekonomi yang semula bertumpu pada sektor pertanian berubah ke sektor industri, hingga ke sektor informasi yang masih berlangsung saat ini. Menurunnya kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia membutuhkan inovasi dan kreativitas sebagai sumber pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Bab 1

Pendahuluan

£

Ekonomi kreatif (ekraf) menjadi harapan Indonesia di tengah gejolak perekonomian global saat ini. Ekonomi kreatif dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi Indonesia


(37)

4 PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Ekonomi kreatif adalah ekonomi yang berlandaskan pada kreativitas dan inovasi. Kreativitas dan inovasi inilah yang dapat meningkatkan daya saing produk Indonesia baik di pasar domestik maupun internasional. Potensi peningkatan inovasi dan kreativitas berasal dari kearifan lokal masing-masing daerah di Indonesia. Peningkatan daya saing produk dan daya saing sumber daya manusia usaha/perusahaan ekonomi kreatif baik itu usaha/perusahaan yang berskala mikro, kecil, menengah, maupun berskala besar, dapat dilakukan dengan mula-mula mengetahui proil dari pengusaha dan karakteristik usaha/ perusahaan ekonomi kreatif di Indonesia. Dengan begitu, diharapkan usaha/perusahaan ekonomi kreatif dapat bersaing dalam pasar domestik dan internasional.

Dalam upaya meningkatkan potensi ekonomi kreatif di Indonesia, dikeluarkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2015 tentang Badan Ekonomi Kreatif. salah satu tugas Badan Ekonomi Kreatif adalah mengelola 16 subsektor ekonomi kreatif yang meliputi arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, ilm, animasi, dan video, fotograi, kriya, kuliner, musik, fashion, aplikasi dan game developer, penerbitan, periklanan, televisi dan radio, seni pertunjukan, dan seni rupa. Potensi ekonomi kreatif dapat terus dikembangkan dengan fokus pada karakteristik dari masing-masing enam belas subsektor tersebut dan memetakan potensi ekonomi kreatif yang dimiliki oleh setiap provinsi di Indonesia. Oleh karena itu, pada tahun 2016 Badan Pusat Statistik bekerjasama dengan Badan Ekonomi Kreatif menyelenggarakan Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2016 yang bertujuan untuk memperoleh proil usaha/perusahaan ekonomi kreatif. Tidak hanya menggambarkan proil usaha/perusahaan, SKEK 2016 juga menggambarkan proil pengusaha ekonomi kreatif.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap terkait dengan ekonomi kreatif di Indonesia, diperlukan data yang lengkap, akurat, dan dapat mewakili populasi di Indonesia. Pada tahun 2016 Badan Pusat Statistik telah melaksanakan kegiatan Listing Sensus Ekonomi 2016. Dengan memanfaatkan data Sensus Ekonomi 2016, pada tahun 2017 BPS dan Badan Ekonomi Kreatif bekerjasama untuk menyajikan proil usaha/ perusahaan 16 subsektor ekonomi kreatif berdasarkan Sensus Ekonomi 2016 sehingga diperoleh gambaran proil usaha/perusahaan ekonomi kreatif di Indonesia secara lebih lengkap. Karakteristik usaha/perusahaan ekonomi kreatif berdasarkan SE2016 disajikan berdasarkan variabel kegiatan utama, tahun mulai beroperasi, laporan keuangan, badan usaha, jaringan usaha, pemanfaatan internet, e-commerce, waralaba, tenaga kerja, dan pendapatan usaha/perusahaan selama tahun 2016.

£

Ekonomi kreatif adalah ekonomi yang berlandaskan pada kreativitas dan inovasi, potensi peningkatan inovasi dan kreativitas berasal dari kearifan lokal masing-masing daerah di Indonesia


(38)

5

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

£

Profil usaha/ perusahaan ekonomi kreatif berdasarkan SE2016 dipetakan berdasarkan kegiatan utama, tahun mulai beroperasi, laporan keuangan, badan usaha, jaringan usaha, pemanfaatan internet, e-commerce, waralaba, tenaga kerja, dan pendapatan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penyusunan publikasi ini adalah:

1. Memetakan karakteristik dari 16 subsektor ekonomi kreatif berdasarkan hasil Listing Sensus Ekonomi 2016 (SE2016). Pemetaan proil ekonomi kreatif ini meliputi karakteristik usaha/perusahaan, proil pengusaha, dan potensi pengembangan usaha ekonomi kreatif.

2. Menyajikan tabulasi proil usaha/perusahaan ekonomi kreatif menurut subsektor prioritas, pulau, dan wilayah potensial.

1.3 Metodologi

a. Konsep dan Deinisi

• Usaha/Perusahaan adalah unit yang memproduksi barang dan jasa untuk tujuan mendapatkan laba atau keuntungan inansial lainnya bagi pemiliknya (market product). Pada umumnya, unit tersebut mempunyai badan hukum, namun jika tidak berbadan hukum unit tersebut mempunyai catatan keuangan/pembukuan yang telah dipisahkan dari keuangan pemilik usaha/perusahaan (quasi corporation). Dalam kegiatan Listing SE2016, unit yang dimaksud mencakup unit usaha/perusahaan yang terletak:

• di dalam atau di lokasi bangunan tempat tinggal (dalam bentuk kuasi korporasi), seperti unit usaha percetakan, pemborong bangunan, toko kelontong, warung makan, dan salon kecantikan yang menjadi satu dengan bangunan tempat tinggal.

• di luar bangunan tempat tinggal dan menggunakan bangunan tetap (dalam bentuk korporasi), seperti kantor/ lokasi pertambangan, kantor/lokasi pembangkit dan pendistribusian listrik, kantor/lokasi penjernihan air, kantor/ pabrik (seluruh jenis industri manufaktur), kantor cabang bank, toko sepatu, restoran, apotik, hotel, kantor usaha transportasi (seluruh moda), sekolah, pesantren, rumah sakit, organisasi bisnis, kantor perwakilan badan/organisasi internasional, dan lain-lain.

Klasiikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) adalah klasiikasi dari unit usaha/perusahaan, yang mengacu pada jenis kegiatan usaha dan barang/jasa yang dihasilkan.

Badan Usaha adalah kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomi yang bertujuan mencari laba atau keuntungan.

1. Perseroan Terbatas (PT), dulu disebut juga Naamloze Vennootschaap (NV) adalah perusahaan yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan undang-undang.


(39)

6 PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

2. Perseroan (PT Persero), adalah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 persen sahamnya dimiliki oleh negara yang tujuan utamanya mengejar keuntungan (contohnya perusahaan BUMN dan BUMD).

3. Perseroan Terbatas Terbuka (PT Tbk) adalah perusahaan yang melakukan penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

4. Perusahaan Umum (Perum) adalah perusahaan yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.

5. Commanditaire Vennootschap (CV) adalah perusahaan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang, didirikan antara seseorang atau antara beberapa orang persero yang bertanggung jawab secara tanggung-renteng untuk keseluruhannya dan satu orang atau lebih sebagai pemberi pinjaman uang.

6. Firma adalah persekutuan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama, masing-masing anggota irma bertanggung jawab sepenuhnya atas segala perikatan. Laba yang diperoleh dibagi bersama-sama dan rugi dari perusahaan ditanggung bersama pula.

7. Koperasi/Dana Pensiun Koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan. 8. Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan

menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. 9. Yayasan adalah sebuah badan usaha dengan kekayaan

yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan dan bukan untuk mencari keuntungan.

10. Izin khusus dari instansi terkait adalah perizinan yang diberikan oleh instansi pemerintah (sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota) pada usaha/perusahaan untuk melakukan kegiatan usaha. Izin khusus sifatnya lebih spesiik, misal: izin dari instansi pemerintah daerah setempat untuk usaha penggilingan padi.

11. Perwakilan perusahaan/lembaga asing adalah bentuk badan usaha suatu perusahaan yang mengikuti nama bentuk badan usaha perusahaan yang membawahinya di luar wilayah Indonesia.


(40)

7

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

12. Tidak berbadan usaha adalah suatu usaha yang tidak memiliki badan usaha/izin khusus. Termasuk dalam kelompok ini usaha-usaha perorangan. Lembaga pendidikan (berbagai jenjang pendidikan) milik pemerintah status badan usahanya adalah tidak berbadan usaha.

Laporan/catatan keuangan merupakan pencatatan secara teratur, rutin, dan sistematis terkait perubahan yang terjadi pada penghasilan usaha pada periode waktu tertentu. Dari pembukuan tersebut, dapat menyusun laporan keuangan, dalam bentuk laporan rugi laba dan neraca.

Jaringan Usaha terdiri dari:

1. Tunggaladalah usaha/perusahaan yang berdiri sendiri, tidak mempunyai cabang di tempat lain dan pengelolaan seluruh kegiatan usaha dilakukan oleh usaha/perusahaan yang bersangkutan. Usaha/perusahaan tunggal disebut juga usaha/perusahaan tanpa cabang.

2. Kantor pusat adalah perusahaan yang mempunyai cabang/ perwakilan/unit pembantu di tempat lain yang secara administratif melakukan pengkoordinasian kegiatan dan pengawasan terhadap seluruh perusahaan cabang/ perwakilan/unit pembantu/unit penunjang.

3. Cabang adalah kegiatan ekonomi yang d i p e r b o l e h k a n menjalankan semua jenis kegiatan dari kegiatan ekonomi yang secara struktural berada di atasnya dan menyelenggarakan tata usaha/pembukuan sendiri, tetapi dalam mengatur usahanya tetap mengacu pada segala ketentuan yang diberikan oleh kantor pusat.

4. Perwakilan adalah kegiatan ekonomi yang dalam melakukan kegiatannya berdasarkan petunjuk dan aturan yang telah ditetapkan dan kepanjangan tangan dari kegiatan ekonomi (perusahaan) yang secara struktural berada di atasnya/kantor pusat.

5. Pabrik (manufaktur) adalah tempat berlangsungnya kegiatan pengolahan/proses produksi, yaitu mengubah bahan dasar/ baku menjadi barang jadi atau setengah jadi (dari barang yang kurang nilainya menjadi lebih bernilai).

6. Unit pembantu/penunjang adalah kegiatan ekonomi yang dalam memproduksi barang/jasa terutama untuk keperluan kegiatan ekonomi yang secara struktural berada di atasnya, baik kantor pusat, cabang, maupun perwakilan. Unit pembantu pada umumnya tidak mempunyai kewenangan sebagaimana layaknya perusahaan.

Pekerja adalah semua orang yang terlibat secara langsung dalam pekerjaan/kegiatan usaha/perusahaan, termasuk pekerja outsourcing yang terlibat dalam proses produksi (yang dibayar langsung oleh perusahaan). Banyaknya pekerja yang dicatat pada usaha/perusahaan adalah pekerja dibayar dan pekerja tidak dibayar. Termasuk juga pekerja honorer atau kontrak (pekerja tidak tetap).


(41)

8 PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Kualiikasi perusahaan adalah penggolongan perusahaan konstruksi menurut tingkat/kedalaman kompetensi kemampuan usaha, yang selanjutnya dibagi menurut kemampuan melaksanakan pekerjaan berdasarkan kriteria risiko, dan/atau kriteria penggunaan teknologi, dan/atau kriteria besaran biaya.

Jaringan internet adalah sekumpulan komputer dalam jumlah yang besar yang saling berhubungan dalam suatu jaringan yang terhubung internet protokol, tidak hanya terbatas pada spek perangkat keras tetapi juga mencakup perangkat lunak, sehingga banyak pengguna (user) dapat menggunakan kunci sharing, misalnya saling memperoleh informasi, mengirimkan data berupa teks, pesan, grais, maupun suara. Dalam dunia bisnis untuk saat ini, internet dijadikan sebagai media komunikasi untuk mencari informasi perkembangan pasar, media untuk menjual produk barang dan jasa, transaksi dan sejenisnya dengan mengakses website/homepage/blog/e-mail/media sosial.

E-commerceadalah transaksi penjualan atau pemesanan barang atau jasa yang dilakukan melalui internet.

Waralaba (franchise) adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain (Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 53/M-DAG/ PER/8/2012 tentang Penyelenggaraan Waralaba).

Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW) adalah bukti pendaftaran prospektus atau pendaftaran perjanjian yang diberikan kepada pemberi waralaba dan/atau penerima waralaba setelah memenuhi persyaratan pendaftaran yang ditentukan dalam Peraturan Menteri. Pemberi Waralaba (franchisor) wajib mendaftarkan prospektus penawaran waralaba, sedangkan penerima waralaba wajib mendaftarkan perjanjian waralaba untuk mendapatkan STPW. Masa berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.

Omzet adalah nilai produksi/penjualan/pendapatan dari seluruh kegiatan usaha/perusahaan.


(42)

9

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

a. Prosedur Estimasi Listing SE2016

Metode estimasi hanya dilakukan pada wilayah kabupaten perdesaan karena pendataan usaha skala menengah dan besar (UMB) secara sensus dan usaha skala mikro dan kecil (UMK) secara sampel. Sedangkan pada wilayah kota dan kabupaten perkotaan, karena pendataan baik UMB maupun UMK secara sensus lengkap maka tidak diperlukan metode estimasi. Artinya penghitungan hanya berdasarkan data hasil pencacahan lapangan.

Untuk keperluan perumusan metode weight dan estimasi hasil pendataan usaha SE 2016 dapat diperhatikan skema sampling berikut

Gambar 1. Skema Sampling Pendataan Usaha/Perusahaan SE2016

Wilayah/

Pendataan Unit Populasi Sampel Metode

Peluang (p)

Fraksi Sampling Kota (daerah perkotaan dan perdesaan) dan Kabupaten (daerah perkotaan) - r

Sensus lengkap

Blok Sensus Nr

h N

r

h Take all 1 1

UMK Mr

umk.h M

r

umk.h Take all 1 1

UMB Mr

umb.h M

r

umb.h Take all 1 1

Kabupaten (daerah perdesaan) - s Sensus

sampel

Blok Sensus Ns

hj n

s

hj Sistematik 1/ N

s

hj n

s hj / N

s hj

UMK Ms

umk.h M

s

umk.h Take all 1 1

Sensus

lengkap UMB M

s

umb.h M

s

umb.h Take all 1 1

Overall sampling fraction setiap UMK pada wilayah sampel:

Design weight UMK pada wilayah sampel:

Estimasi total usaha UMK hasil pendataan adalah:

s hj s hj s hj s hj N n N n f f

f =  = 1=

2 1 s N = = 1 s wilayah di UMK r wilayah di UMK

ˆumk= +

M





= = + = = =

= kc L

ˆ s wilayah di UMB r wilayah di UMB + = umb M Indonesia wilayah seluruh di UMB = umb M





= = + = =

= L N

s

M

umb umk M

M

Mˆ= ˆ +

s N = s n �̂ �̂��� ���� n =  =  = s hj s hj hi n N f w =1 =

s wilayah di UMK r wilayah di UMK

ˆumk= +

M





= = + = = = = M ˆ s wilayah di UMB r wilayah di UMB + = umb M Indonesia wilayah seluruh di UMB = umb M





= = + = = = M umb umk M M Mˆ= ˆ +

s N = s n �̂ �̂��� ����  =  =  = = = s wilayah di UMK r wilayah di UMK

ˆumk= +

M





= = + = = = = Mˆ s wilayah di UMB r wilayah di UMB + = umb M Indonesia wilayah seluruh di UMB = umb M





= = + = = = M umb umk M M Mˆ= ˆ +

s N = s n �̂ �̂��� ���� 

= UMK di wilayah r + UMK di wilayah s =  =  = = = s wilayah di UMK r wilayah di UMK

ˆumk= +

M





= = + = = = = L h N i s hi umk s hj s hj kc k L h N i hi umk umk s hij r hi M n N M M 1 1 . 1 1 1 . ˆ s wilayah di UMB r wilayah di UMB + = umb M Indonesia wilayah seluruh di UMB = umb M





= = + = = = umb umk M M Mˆ= ˆ +

s N = s n �̂ �̂��� ���� n


(43)

10 PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Total Jumlah Usaha UMB Hasil SE2016

Total Jumlah Usaha Hasil SE2016

Keterangan:

N2

hj = jumlah populasi Blok Sensus (BS) pada strata desa ke j

pada setiap kecamatan

n2

hj = jumlah sampel BS pada strata desa ke j pada setiap

kecamatan =  =  = = = s wilayah di UMK r wilayah di UMK

ˆumk= +

M





= = + = = = = ˆ s wilayah di UMB r wilayah di UMB + = umb M Indonesia wilayah seluruh di UMB = umb M





= = + = = = umb umk M M

Mˆ= ˆ +

=

�̂ �̂���

����

= estimasi jumlah usaha dalam kabupaten/kota =  =  = = = s wilayah di UMK r wilayah di UMK

ˆumk= +

M





= = + = = = = ˆ s wilayah di UMB r wilayah di UMB + = umb M Indonesia wilayah seluruh di UMB = umb M





= = + = = = umb umk M M Mˆ= ˆ +

=

�̂ �̂���

����

= estimasi jumlah usaha UMK dalam kabupaten/kota

MUMB = jumlah usaha UMB dalam kabupaten/kota

h = indeks strata urban rural (i=1(urban),2 (rural))

i = indeks BS sampel (i=1,... )

j = indeks strata desa (i=1(konsentrasi),2 (non konsentrasi))

k = indeks kecamatan (j = 1, …. kc)

Mumb = UMB di wilayah r + UMB di wilayah s Mumb = UMB di seluruh wilayah Indonesia

=  =  = = = s wilayah di UMK r wilayah di UMK

ˆumk= +

M





= = + = = = = ˆ s wilayah di UMB r wilayah di UMB + = umb M Indonesia wilayah seluruh di UMB = umb M





= = + = = = L h N i s hi um b L h N i r hi um b um b s h r h M M M 1 1 . 1 1 . umb umk M M Mˆ= ˆ +

= s n �̂ �̂��� ���� numb umk

M

M

M

ˆ

=

ˆ

+


(44)

11

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

b. Prosedur Penyusunan Estimasi Usaha Ekonomi kreatif dari Data SE2016

Untuk mendapatkan estimasi usaha ekonomi kreatif dari data SE2016 maka usaha-usaha pada data hasil pengolahan SE2016-L2 diberi tanda yang KBLI-nya sesuai dengan cakupan KBLI ekonomi kreatif berdasarkan Perpres No. 72/2015 pada Lampiran 1 Tabel 1. Cakupan KBLI 2015, Kategori KBLI 2015 dan share terbesar dalam sektor ekonomi kreatif menurut subsektor ekonomi kreatif 2016 sesuai Perpres 72/2015. Dari data yang sudah dipilih dilakukan proses penentuan subsektor ekonomi kreatif. Ada beberapa KBLI yang bisa masuk ke dalam beberapa subsektor ekonomi kreatif, sehingga dilakukan proses lebih lanjut, dengan melihat keterkaitan antara rincian B1R15a kegiatan utama, B1R15b KBLI dan pada kuesioner L2 SE2016 produk utama yang dihasilkan/dijual untuk menentukan usaha ini masuk ke dalam salah satu subsektor ekonomi kreatif.

Gambar 2. Diagram Alur Prosedur Penyusunan Estimasi Usaha Ekonomi Kreatif dari Data SE2016

c. Penyajian Level Estimasi Usaha Ekonomi kreatif dari Data Listing SE2016

Penyajian level estimasi usaha ekonomi kreatif dari data SE2016 Listing bisa berdasarkan wilayah administrasi dan subsektor ekonomi kreatif. Penyajian level estimasi usaha ekonomi kreatif dari Data SE2016 Listing tergantung kepada jumlah observasi dan nilai relative standar error untuk masing masing variabel yang akan dipublikasikan.


(45)

(46)

KEGIATAN

UTAMA USAHA/

PERUSAHAAN


(47)

(48)

15

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Berdasarkan hasil Listing SE2016 ditemukan sebanyak 8.203.826 usaha perusahaan ekonomi kreatif di Indonesia. Potensi usaha/ perusahaan ekonomi kreatif mayoritas berada di Pulau Jawa sebanyak 65,37 persen. Potensi usaha/perusahaan ekonomi kreatif lainnya berada di Pulau Sumatera 17,94 persen; Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) 6,52 persen; Pulau Bali dan Nusa Tenggrara 5,21 persen; serta Pulau Kalimantan 4,95 persen.

Jika dilihat sebaran usaha ekonomi kreatif menurut provinsi, maka Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang paling banyak usaha ekonomi kreatif yaitu sebesar 18,33 persen, kemudian Jawa Timur 18,23 persen dan Jawa Tengah 17,19 persen.

Gambar 3. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Pulau, 2016

Bab 2

Kegiatan Utama Usaha/

Perusahaan

£

Berdasarkan hasil Listing SE2016 terdapat 8.203.826 usaha/perusahaan ekonomi kreatif di Indonesia

Sumatera

17,94

Jawa

65,37 Bali & Nusra

5,21 Kalimantan 4,95 Sulawesi, Maluku, & Papua 6,52 1 2 3 4 5

67,66

15,00

14,56


(49)

16 PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Gambar 4. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Provinsi, 2016

Gambaran subsektor usaha/perusahaan ekonomi kreatif berdasarkan hasil Listing Sensus Ekonomi 2016 yang dominan hanya terdapat pada 3 subsektor saja yaitu: kuliner 67,66 persen, fashion 15,00 persen dan kriya 14,56 persen. Sedangkan subsektor ekonomi kreatif yang lainnya secara keseluruhan hanya 2,77 persen.


(50)

17

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Gambar 5. Persentase Sebaran Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Subsektor, 2016

Gambar 6. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Kota, 2016

KULINER 67,66%

FASHION 15,00% KRIYA 14,56%


(51)

18 PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Pemetaan usaha/perusahaan ekonomi kreatif berdasarkan hasil SE2016 untuk 99 kota di Indonesia menunjukkan bahwa terdapat 5 kota potensi usaha/perusahaan ekonomi kreatif yang berada di Kota Surabaya (6,44 persen), Kota Jakarta Barat (5,94 persen), Kota Bandung (5,70 persen), Kota Jakarta Timur (4,36 persen) dan Kota Jakarta Selatan (4,18 persen). Sebaran potensi usaha/perusahaan ekonomi kreatif di 20 kota dari 99 kota di Indonesia dapat dilihat pada graik di atas.


(52)

JENIS KELAMIN

PENGUSAHA


(53)

(54)

21

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

3.1 Pengusaha Ekonomi Kreatif menurut Subsektor

Ekonomi Kreatif

Pengusaha ekonomi kreatif didominasi oleh pengusaha perempuan yaitu sebesar 54,96 persen. Sedangkan untuk pengusaha laki-laki sebesar 45,04 persen. Fenomena dominasi pengusaha perempuan sebenarnya hanya terlihat pada subsektor fashion dan kuliner. Sementara subsektor yang lain menunjukkan hal sebaliknya, pengusaha laki-laki lebih mendominasi dibandingkan pengusaha perempuan. Gambaran lain yang ditemukan adalah pengusaha ekonomi kreatif laki-laki banyak mendominasi pada subsektor arsitektur, desain komunikasi visual dan fotograi, yaitu di atas 90 persen.

Gambar 7. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Jenis Kelamin Pengusaha, 2016

Bab 3

Jenis Kelamin Pengusaha

£

Pengusaha ekonomi kreatif di Indonesia didominasi oleh pengusaha perempuan.


(55)

22 PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Gambar 8. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekraf, 2016

3.2 Pengusaha Ekonomi Kreatif menurut Pulau

Jika dilihat menurut sebaran pulau, sebagian besar pengusaha ekonomi kreatif laki-laki berada di Pulau Jawa, yaitu sebesar 47,60 persen. Persentase terbesar berikutnya yaitu di Pulau Sumatera sebesar 43,70 persen. Sedangkan untuk pengusaha ekonomi kreatif perempuan, banyak terdapat di Pulau Sulawesi, yaitu sebesar 67,61 persen. Persentase terbesar pengusaha ekonomi kreatif selanjutnya adalah Pulau Bali dan Nusa Tenggara sebesar 52,40 persen.


(56)

23

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Gambar 9. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Pulau dan Jenis Kelamin Pengusaha, 2016

3.3 Pengusaha Ekonomi Kreatif menurut Provinsi

Apabila dilihat per provinsi, mayoritas keberadaan pengusaha ekonomi kreatif laki-laki adalah di Provinsi DKI Jakarta (60,76 persen), Provinsi Jawa Barat (54,44 persen) dan Provinsi Banten (53,44 persen). Sedangkan pengusaha ekonomi kreatif perempuan, lebih banyak di Provinsi Gorontalo (76,18 persen), Maluku (73,96 persen) dan Nusa Tenggara Timur (73,78 persen).

Gambar 10. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Pengusaha, 2016

Pulau Sumatera Pulau Kalimantan

Pulau Sulawesi

Maluku dan Papua Pulau Jawa

Bali dan Nusra

43,70 42,34

47,60

35,09

32,39

36,62

56,30 57,66

67,61

63,38 64,91

52,40

   

 


(57)

24 PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

3.4 Pengusaha Ekonomi Kreatif menurut 99 Kota

Pengusaha ekonomi kreatif laki-laki mayoritas berada di Kota Jakarta Barat (65,08 persen), Kota Tangerang (62,56 persen), dan Kota Bekasi (61,49 persen). Sedangkan untuk pengusaha ekonomi kreatif perempuan, lebih banyak terdapat di Kota Bima (78,69 persen), Kabupaten Kepulauan Seribu (74,21 persen), dan Kota Ambon (72,19 persen).

Gambar 11. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut 99 Kota dan Jenis Kelamin Pengusaha, 2016

   

 


(58)

TAHUN MULAI

BEROPERASI


(59)

(60)

27

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Berdasarkan hasil Listing Sensus Ekonomi 2016 (SE2016), usaha start up di Indonesia ditemukan sebesar 19,79 persen, yaitu usaha/ perusahaan yang berdiri setelah tahun 2014. Disisi lain, potret usaha/ perusahaan ekonomi kreatif yang diperoleh menggambarkan mayoritas usaha/perusahaan ekonomi kreatif beroperasi pada rentang tahun 1990-2014, yaitu sebesar 74,81 persen. Sedangkan usaha/perusahaan ekonomi kreatif yang beroperasi sebelum tahun 1990 sebesar 5,40 persen.

Gambar 12. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Tahun Mulai Beroperasi, 2016

Bab 4

Tahun Mulai Beropersasi

£

Usaha start up ekonomi kreatif (beroperasi setelah 2014) sebesar 19,79 persen dengan dominasi terbesar pada subsektor aplikasi dan game developer (30,81 persen) dan desain komunikasi visual (25,32 persen).


(61)

28 PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Gambaran lain yang diperoleh dari hasil Listing Sensus Ekonomi 2016, start up usaha/perusahaan ekonomi kreatif didominasi pada subsektor aplikasi dan game developer ( 30,81 persen) serta subsektor desain komunikasi visual (25,32 persen)

Gambar 13. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekraf dan Tahun Mulai Beroperasi, 2016

Secara umum, usaha/perusahaan start up ekonomi kreatif ditemukan pada seluruh 16 subsektor ekonomi kreatif yaitu lebih dari 10 persen pada masing-masing subsektor. Fenomena menarik lainnya adalah subsektor musik mendominasi usaha/perusahaan ekonomi kreatif yang beroperasi pada periode 1990-2014, yaitu sebesar 83,60 persen.


(62)

29

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Potret lain dari hasil SE2016 terkait tahun mulai beroperasi untuk usaha/ perusahaan ekonomi kreatif juga disajikan berdasarkan 99 kota sensus di Indonesia. Usaha/perusahaan ekonomi kreatif yang paling lama berdiri (berdiri sebelum tahun 1990) paling banyak terdapat di Kota Administratif Jakarta Pusat yaitu sebanyak 228 usaha/perusahaan. Adapun persentase Start Up tertinggi terdapat di kota-kota di luar Pulau Jawa yaitu di Kota Tarakan (34,85 persen), Batam (34,45 persen), Bontang (32,67 persen), Banjar Baru (30,62 persen), dan Subulussalam (30,61 persen). Hal ini menunjukkan bahwa potensi ekonomi kreatif mulai berkembang pesat di kota-kota di luar Pulau Jawa. Sementara itu, start up dengan persentase tertinggi di Pulau Jawa yaitu Kota Depok (27,67 persen).


(63)

(64)

STATUS BADAN

USAHA


(65)

(66)

33

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Berdasarkan hasil Listing Sensus Ekonomi 2016, ditemukan gambaran bahwa mayoritas usaha/perusahaan ekonomi kreatif adalah usaha/ perusahaan yang tidak berbadan usaha yaitu sebesar 96,61 persen. Sedangkan usaha/perusahaan ekonomi kreatif yang berbentuk PT/PT Persero sebesar 0,60 persen, izin khusus 2,33 persen, CV 0,36 persen, dan yang berbentuk badan usaha lainnya sebesar 0,10 persen. Gambar ini mengindikasikan bahwa usaha/perusahaan ekonomi kreatif masih berbentuk usaha konvensional yang tidak berbadan hukum.

Gambar 14. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Badan Usaha, 2016

Bab 5


(67)

34 PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

5.1 Status Badan Usaha Pada Usaha/Perusahaan

Ekonomi Kreatif Berdasarkan Subsektor Ekraf

Dilihat dari subsektor dan status badan usaha, menunjukkan bahwa usaha/perusahaan ekonomi kreatif hasil Listing Sensus Ekonomi 2016 (SE2016) hampir di semua subsektor didominasi usaha/perusahaan yang tidak berbadan usaha. Kecuali, subsektor periklanan dan subsektor televisi dan radio mempunyai kecenderungan yang berbeda.

Untuk usaha/perusahaan pada subsektor periklanan mayoritas berbentuk PT/PT Persero yakni sebesar 47,95 persen. Sementara itu, usaha/perusahaan periklanan yang tidak berbadan usaha sebesar 31,52 persen, dan yang berbentuk CV sebesar 13,58 persen.

Gambar 15. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekraf dan Badan Usaha, 2016

£

Hampir semua subsektor ekonomi kreatif tidak berbadan usaha kecuali subsektor periklanan dan subsektor televisi dan radio yang berbadan usaha PT/ PT Persero.


(68)

35

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Sedangkan untuk usaha/perusahaan ekonomi kreatif subsektor televisi dan radio mayoritas berbentuk PT/PT Persero yaitu sebesar 36,56 persen. Untuk subsektor televisi dan radio yang tidak berbadan usaha sebesar 35,22 persen, hanya mempunyai izin khusus dalam melaksanakan usahanya sebesar 24,67 persen.

Gambar 16. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif pada Subsektor Periklanan dan Televisi & Radio, 2016

5.2 Status Badan Usaha Pada Usaha/Perusahaan

Ekonomi Kreatif menurut Pulau

Jika dilihat usaha/perusahaan ekonomi kreatif menurut pulau dan badan usaha, menunjukkan bahwa usaha/perusahaan ekonomi kreatif hasil Listing SE2016 didominasi oleh usaha/perusahaan yang tidak berbadan usaha, diikuti usaha/perusahaan yang mempunyai Izin Khusus dalam menjalankan usahanya.

Usaha/perusahaan yang status badan usahanya berizin khusus, persentase terbesar berada di Pulau Maluku dan Papua yakni sebesar 15,28 persen diikuti Pulau Kalimantan sebesar 4,98 persen.


(69)

36 PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

5.3 Status Badan Usaha Pada Usaha/Perusahaan

Ekonomi Kreatif menurut 99 Kota

Berdasarkan pengelompokkan menurut 99 Kota di Indonesia, status badan usaha di bidang ekonomi kreatif didominasi oleh usaha/ perusahaan yang tidak berbadan usaha yaitu sebesar 94,64 persen. Tiga kota dengan persentase tertinggi yang usaha/perusahaannya tidak berbadan usaha berada di Kepulauan Seribu (99,86 persen), Kota Magelang (98,07 persen), dan Kota Tasikmalaya (98,04 persen). Ketiga kota tersebut berada ke Pulau Jawa, tepatnya di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.

Sedangkan usaha/perusahaan yang berstatus badan usaha PT/Persero, tiga kota dengan persentase tertinggi berada di Kota Jakarta Selatan (6,19 persen), Kota Jakarta Pusat (3,76 persen), dan Kota Bekasi (3,12 persen). Ketiga kota tersebut berada di Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat.

0,60% PT

0,36% CV

96,61%

TIDAK BERBADAN USAHA

2,33%IZINKHUSUS

2,33%LAINNYA SUMATERA

JAWA JAWA

BALI & NUSA KALIMANTAN

SULAWESI MALUKU & PAPUA

0,58% 0,43% 3,96% 94,95% 0,08% 0,72% 0,38% 1,28% 97,52% 0,11% 0,30% 0,25% 3,62% 95,74% 0,09% 0,39% 0,43% 4,98% 94,04% 0,15% 0,39% 0,40% 4,12% 95,01% 0,08% 0,38% 0,48% 15,28% 83,76% 0,10%

Gambar 17. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut Pulau dan Status Badan Usaha, 2016


(70)

37

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Status badan usaha berbentuk CV, tiga kota dengan persentase tertingginya adalah Kota Kupang (1,98 persen), Kota Semarang (1,38 persen), dan Kota Tanjung Pinang (1,36 persen). Ketiga kota tersebut berturut-turut berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah, dan Kepulauan Riau.

Usaha/perusahaan yang berizin khusus di bidang ekonomi kreatif di 99 kota mempunyai persentase terkecil dibandingkan dengan status usaha lainnya yaitu hanya sebesar 0,15 persen. Tiga kota tertinggi yang usaha/perusahaannya berizin khusus adalah Kota Padang Panjang (0,35 persen), Kota Pontianak (0,34 persen), dan Kota Jakarta Selatan (0,31 persen). Ketiga kota tersebut berada di Provinsi Sumatera Barat, Kalimantan Barat, dan DKI Jakarta.

Selain status badan usaha yang telah dibahas sebelumnya, usaha/ perusahaan yang termasuk dalam usaha lainnya adalah Firma, Koperasi/ Dana Pensiun, Yayasan, dan Perwakilan Perusahaan/Lembaga Asing. Tiga kota dengan persentase tertinggi dengan status usahanya badan usaha lainnya ada di Kota Tual (39,81 persen) Provinsi Maluku, Kota Sungai Penuh (21,78 persen) Provinsi Jambi, dan Kota Gunung Sitoli (17,62 persen) Provinsi Sumatera Utara.

£

Usaha/perusahaan ekonomi kreatif di Indonesia hampir di semua sektor didominasi usaha/

perusahaan yang tidak berbadan usaha

Gambar 18. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif menurut 99 Kota dan Status Badan Usaha, 2016


(71)

(72)

LAPORAN

KEUANGAN


(73)

(74)

41

PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Salah satu data yang dihasilkan dari Listing Sensus Ekonomi 2016 (SE2016) adalah potret kepemilikan laporan keuangan usaha/ perusahaan. Informasi kepemilikan laporan keuangan pada bagian ini khusus disajikan untuk usaha/perusahaan ekonomi kreatif yang berizin khusus atau tidak berbadan usaha. Hasil Listing SE2016 menunjukkan bahwa usaha/perusahaan ekonomi kreatif yang berizin khusus atau tidak berbadan usaha, hanya 3,86 persennya saja yang telah memiliki laporan keuangan.

Gambar 19. Persentase Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif yang Berizin Khusus dan Tidak Berbadan Usaha menurut

Kepemilikan Laporan Keuangan, 2016

Bab 6

Laporan Keuangan

£

Usaha/perusahaan ekonomi kreatif cenderung masih bersifat informal. diindikasikan dari usaha/perusahaan yang memiliki laporan keuangan (3,86%)


(75)

42 PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

Laporan keuangan yang dimaksud adalah pencatatan yang dilakukan secara teratur, rutin, dan sistematis terkait perkembangan penghasilan usaha dalam periode tertentu. Bagi sebuah usaha/perusahaan, pencatatan tersebut akan bermanfaat sebagai alat ukur untuk melihat kondisi terkini terkait laba rugi usahanya sekaligus prospek di masa mendatang.

Dari sebagian kecil usaha/perusahaan yang memiliki laporan keuangan, dua pertiganya adalah usaha-usaha yang beroperasi di Pulau Jawa. Sementara itu, 34,52 persen sisanya merupakan usaha-usaha yang beroperasi di luar Jawa.

Gambar 20. Tujuh Provinsi dengan Persentase Kepemilikan Laporan Keuangan Tertinggi, 2016

Jika dilihat lebih detil, gambar di samping menyajikan beberapa provinsi dengan persentase kepemilikan laporan keuangan tertinggi. Terdapat 19 provinsi yang memiliki persentase kepemilikan laporan keuangan di atas persentase nasional (3,86 persen). Provinsi Papua, Kepulauan Riau, DI Yogyakarta, Kalimantan Utara, DKI Jakarta, Papua Barat dan Aceh


(1)

Wilayah

Pendapatan ≤ 300 juta

Estimasi SE RSE

Selang Kepercayaan 95%

Jumlah Kasus Batas Bawah Batas Atas

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Pulau Sumatera 1.371.189 4.723,32 0,34 1.361.931 1.380.447 1.018.204 Provinsi DKI Jakarta 404.069 2.584,23 0,64 399.004 409.134 404.069 Provinsi Jawa Barat 1.374.383 4.422,68 0,32 1.365.715 1.383.051 1.168.595 Provinsi Jawa Tengah 1.332.514 5.408,11 0,41 1.321.914 1.343.114 1.001.241 Provinsi DI Yogyakarta 159.616 1.722,11 1,08 156.240 162.992 134.276 Provinsi Jawa Timur 1.409.249 5.106,81 0,36 1.399.240 1.419.258 1.073.011 Provinsi Banten 267.716 2.030,52 0,76 263.736 271.696 230.560 Pulau Bali dan Nusa Tenggara 398.361 3.606,10 0,91 391.293 405.429 287.390 Pulau Kalimantan 375.773 2.486,87 0,66 370.899 380.647 281.867 Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua 500.850 3.360,30 0,67 494.264 507.436 344.625


(2)

Wilayah

Pendapatan

300 juta < pendapatan ≤ 2,5 miliar

Estimasi SE RSE

Selang Kepercayaan 95%

Jumlah Kasus Batas Bawah Batas Atas

(1) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

Pulau Sumatera 95.813 899,08 0,94 94.051 97.575 83.513 Provinsi DKI Jakarta 67.823 1.111,54 1,64 65.644 70.002 67.823 Provinsi Jawa Barat 122.337 1.231,69 1,01 119.923 124.751 114.331 Provinsi Jawa Tengah 73.487 659,50 0,90 72.194 74.780 64.018 Provinsi DI Yogyakarta 11.705 235,82 2,01 11.243 12.167 10.976 Provinsi Jawa Timur 80.255 723,93 0,90 78.836 81.674 69.485 Provinsi Banten 28.591 478,34 1,67 27.653 29.529 27.401 Pulau Bali dan Nusa Tenggara 26.998 440,33 1,63 26.135 27.861 23.932 Pulau Kalimantan 29.231 454,31 1,55 28.341 30.121 25.964 Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua 32.732 518,32 1,58 31.716 33.748 28.188

Indonesia 568.972 2.348,87 0,41 564.368 573.576 515.631


(3)

Wilayah

Pendapatan

2,5 miliar < pendapatan ≤ 50 miliar

Estimasi SE RSE

Selang Kepercayaan 95%

Jumlah Kasus Batas Bawah Batas Atas

(1) (14) (15) (16) (17) (18) (19)

Pulau Sumatera 4.689 137,06 2,92 4.420 4.958 4.678 Provinsi DKI Jakarta 9.118 329,35 3,61 8.472 9.764 9.118 Provinsi Jawa Barat 6.697 332,61 4,97 6.045 7.349 6.624 Provinsi Jawa Tengah 3.788 84,52 2,23 3.622 3.954 3.682 Provinsi DI Yogyakarta 868 43,99 5,07 782 954 861 Provinsi Jawa Timur 5.155 181,58 3,52 4.799 5.511 5.056 Provinsi Banten 2.673 102,19 3,82 2.473 2.873 2.666 Pulau Bali dan Nusa Tenggara 1.636 66,52 4,07 1.506 1.766 1.611 Pulau Kalimantan 1.261 64,96 5,15 1.134 1.388 1.260 Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua 1.641 70,76 4,31 1.502 1.780 1.623


(4)

Wilayah

Pendapatan > 50 miliar

Estimasi SE RSE

Selang Kepercayaan 95%

Jumlah Kasus Batas Bawah Batas Atas

(1) (20) (21) (22) (23) (24) (25)

Pulau Sumatera 255 18,01 7,06 220 290 253

Provinsi DKI Jakarta 1.084 55,00 5,07 976 1.192 1.084 Provinsi Jawa Barat 686 32,40 4,72 623 749 685 Provinsi Jawa Tengah 366 24,66 6,74 318 414 366

Provinsi DI Yogyakarta 41 6,54 15,96 28 54 41

Provinsi Jawa Timur 489 26,20 5,36 438 540 489

Provinsi Banten 405 25,45 6,28 355 455 405

Pulau Bali dan Nusa Tenggara 95 10,42 10,97 75 115 95

Pulau Kalimantan 73 9,21 12,61 55 91 73

Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua 114 12,07 10,59 90 138 114

Indonesia 3.608 82,18 2,28 3.447 3.769 3.605


(5)

Wilayah

Total

Estimasi SE RSE

Selang Kepercayaan 95%

Jumlah Kasus Batas Bawah Batas Atas

(1) (26) (27) (28) (29) (30) (31)

Pulau Sumatera 1.471.946 5.111,54 0,35 1.461.927 1.481.965 1.106.648 Provinsi DKI Jakarta 482.094 3.205,91 0,66 475.810 488.378 482.094 Provinsi Jawa Barat 1.504.103 4.935,75 0,33 1.494.429 1.513.777 1.290.235 Provinsi Jawa Tengah 1.410.155 5.608,20 0,40 1.399.163 1.421.147 1.069.307 Provinsi DI Yogyakarta 172.230 1.801,33 1,05 168.699 175.761 146.154 Provinsi Jawa Timur 1.495.148 5.341,24 0,36 1.484.679 1.505.617 1.148.041 Provinsi Banten 299.385 2.231,19 0,75 295.012 303.758 261.032 Pulau Bali dan Nusa Tenggara 427.090 3.724,11 0,87 419.791 434.390 313.028 Pulau Kalimantan 406.338 2.661,98 0,66 401.120 411.556 309.164 Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua 535.337 3.536,94 0,66 528.405 542.270 374.550


(6)