Perbandingan Penerapan Insentif Pajak di
Insentif Pajak di Indonesia dan Philippines
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Seminar Perpajakan
Disusun Oleh :
Rizka Puji Lestari D. Habibie (125030407111060)
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PERPAJAKAN
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
petunjuk-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan tugas terstruktur.
Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu baik moril
maupun materil dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada bapak Yuniadi Mayowan,
S.sos., MAB selaku dosen mata kuliah seminar perpajakan.
Tugas ini berisikan tentang informasi mengenai fasilitas insentif pajak khususnya
membahas tentang perbandingan insentif pajak di Indonesia dan Philippines serta masalah
yang ditimbulkan akibat fasilitas perpajakan ini. Dengan maksud penulisan ini dapat
memenuhi tugas mata kuliah Seminar Perpajakan.
Saya menyadari bahwa penulisan ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saya sangat menerima berbagai saran sebagai perbaikan untuk kedepannya agar lebih baik
lagi.
Malang, Maret 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk menghadapi perkembangan aktivitas ekonomi global banyak cara yang
ditawarkan berbagai negara untuk menarik investor terutama investasi yang memiliki efek
multiplier yang signifikan bagi perekonomian nasional termasuk Indonesia dan Philippines.
Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan berbagai kemudahan untuk investor
agar tertarik melakukan investasi meliputi kepastian hukum, ketersediaan infrastruktur,
kemudahan perizinan usaha dan kesederhanaan sistem perpajakan yang berlaku di negara
tersebut.
Walaupun memiliki harapan dan tujuan yang sama dalam perekonomian global.
Negara Indonesia dan tetangganya khususnya Philippines tentu memiliki perbedaan
penerapan kebijakan, khususnya dalam bidang perpajakan yaitu penerapan insentif pajak.
Perbedaan penerapan insentif pajak ini diakibatkan beragam faktor salah satunya jumlah
penduduk, potensi negara yang berbeda dan faktor lainnya.
Indonesia dengan potensi alam yang luar biasa uniknya dan kualitas sumber daya
manusia sepadan dengan kuantitasnya, turut berkontribusi dalam menawarkan berbagai
advantage bagi dunia investasi dan keberlangsungannya. Hal ini dilakukan dengan tanpa
menyampingkan keselarasan antara peraturan perpajakan dengan perkembangan
implementasi dalam dunia usaha. Dengan harapan mampu menarik investor sebanyak
mungkin yang dapat membawa pengaruh terhadap perluasan lapangan kerja, penurunan
tingkat pengangguran, turut menambah kontribusi dalam meningkatkan pendapatan nasional
dan kemandirian bangsa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakangnya, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah :
1.
2.
3.
4.
Apa yang dimaksud dengan kebijakan fiskal dan fasilitas insentif pajak?
Bagaimana penerapan fasilitas insentif pajak di Indonesia?
Bagaimana penerapan fasilitas insentif pajak di Philippines?
Dilihat dari penerapan insentif pajak dikedua negara yang memiliki ciri khas sendiri,
apa saja yang ditimbulkan akibat perbedaan penerapan fasilitas perpajakan tersebut?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalahnya, maka tujuan penulisannya meliputi :
1. Untuk memahami pengertian kebijakan fiskal dan fasilitas insentif pajak.
2. Untuk mengetahui penerapan fasilitas insentif pajak sebagai suatu bentuk kebijakan
yang diterapkan di Indonesia.
3. Untuk mengetahui penerapan fasilitas insentif pajak di Philippines.
4. Mampu menganalisis perbedaan penerapan insentif pajak di Indonesia dengan negara
tetangga khususnya Philippines.
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Kebijakan Fiskal dan Insentif Pajak
2.1.1 Pengertian Kebijakan Fiskal
Istilah kebijakan fiskal atau fiscal policy di Indonesia, pertama kali dikemukan oleh
Djojohadikoesoemo pada tahun 1954 dalam tulisannya yang berjudul Fiscal Policy, Foreign
Exchange
Control
and
Economic
Development.
Didalam
buku
tersebut,
beliau
mendefinisikan kebijakan fiskal dapat diartikan sebagai suatu instrumen dalam mencapai
suatu tujuan tertentu yang dilakukan secara serentak, baik secara langsung dapat memperoleh
dana yang diperlukan untuk investasi publik (negara), atau secara tidak langsung menggali
uang tabungan pribadi ke sektor produktif.
2.1.2 Pengertian Insentif Pajak
Insentif adalah suatu sarana memotivasi berupa materi, yang diberikan sebagai suatu
pendorong dengan sengaja kepada para pekerja agar dalam diri mereka timbul semangat yang
besar untuk meningkatkan produktivitas kerjanya dalam organisasi (Gorda, 2004:141).
Sedangkan Manullang (2003 :147) menyatakan, Insentif merupakan sarana motivasi atau
sarana yang menimbulkan dorongan. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat saya simpulkan
bahwa insentif pajak adalah salah satu upaya atau kebijakan dalam perpajakan yang
dilakukan oleh pihak yang berwenang dalam menentukan arah perpajakan di Indonesia untuk
mendorong investor agar melakukan investasi di Indonesia.
2.2 Penerapan Fasilitas Insentif Pajak di Indonesia
Khususnya pada pajak penghasilan, berbagai fasilitas dan insentif pajak di tawarkan
oleh pemerintah Indonesia untuk menarik sebanyak-banyaknya investor di Indonesia. Hal ini
meliputi tax holiday, tax allowance atau investment allowance untuk penanaman modal di
bidang usaha tertentu dan atau daerah tertentu , pemberian insentif pada kawasan ekonomi
khusus, pengurangan pajak penghasilan pasal 25 dan/atau penundaan pembayaran pajak
penghasilan pasal 29 bagi wajib pajak industri tertentu, pengurangan 50% tarif pajak
penghasilan bagi wajib pajak badan, pengurangan ansuran pajak penghasilan pasal 25 dalam
tahun berjalan, serta fasilitas insentif pajak lainnya.
Dalam penulisan ini, penyusun lebih memfokuskan insentif pajak hanya mengenai tax
holiday, tax allowance atau investment allowance untuk penanaman modal di bidang usaha
tertentu dan atau daerah tertentu dan pemberian insentif pada kawasan ekonomi khusus
sebelum dilakukan revisi. Berdasarkan informasi yang beredar melalui media massa dan
internet khususnya ketiga insentif pajak ini akan mengalami perubahan yang akan
diumumkan pada semeter pertama 2015 yang meliputi, revisi peraturan menteri keuangan
nomor 130/PMK 011/2011 terkait tax holiday, revisi peraturan pemerintah nomor 52 tentang
tax allowance, dan revisi peraturan menteri keuangan nomor 130/PMK 022/ 2011 tentang
pemberian fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan.
2.2.1 Tax Holiday untuk Industri Pionir
Bentuk fasilitas yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia dalam hal ini antara lain
adalah pembebasan pajak penghasilan badan (tax holiday) 5 sampai 10 tahun sejak
dimulainya produksi komersial, pengurarangan pajak penghasilan badan 50% selama 2 tahun
setelah periode tax holiday dan Menteri Keuangan dapat memberikan fasilitas dengan jangka
waktu lebih panjang dengan mempertimbangkan kepentingan daya saing industri nasional
dan nilai strategis dari kegiatan usaha tertentu. Namun pemberian fasilitas ini hanya
dikhususkan untuk wajib pajak badan baru atau yang telah berdiri paling lama 12 bulan
sebelum 15 agustus 2011 dengan syarat merupakan industri pionir yaitu industri logam dasar,
pengilangan minyak bumi dan/atau kimia dasar organik yang bersumber dari minyak bumi
dan gas alam, permesinan, sumber daya terbaru, dan/atau peralatan komunikasi, investasi
minimal Rp. 1.000.000.000.000 (triliun), serta menempatkan dana di perbankan Indonesia
minimal 10% dari total rencana investasi. Wajib pajak dapat memanfaatkan tax holiday ini
jika seluruh penanaman modal telah direalisasikan, telah berproduksi secara komersial dan
telah mengajukan permohonan kepada direktur jenderal pajak.
2.2.2 Tax Allowance/ Investment Allowance untuk Penanaman Modal Bidang Usaha Tertentu
dan/atau Daerah Tertentu
Bentuk fasilitas yang ditawarkan oleh pemerintah dalam hal ini antara lain adalah
keringanan atau pengurangan pajak (investment allowance) 30% dari jumlah penanaman
modal yang dibebankan selama 6 tahun, masing-masing sebesar 5%, penyusutan dan
amortisasi dipercepat, tarif pajak penghasilan 10% atas deviden kepada subjek pajak luar
negeri atau tarif lebih rendah menurut Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B), dan
kompensasi kerugian 5 sampai 10 tahun dengan berbagai ketentuan yang telah diatur. Namun
fasilitas ini hanyak dikhususkan untuk wajib pajak badan berbentuk PT atau koperasi yang
melakukan penanaman modal pada 52 bidang usaha dan 77 bidang usaha di daerah tertentu
yang telah memiliki izin penanaman modal sebelum berlakunya peraturan pemerintah nomor
52 tahun 2011 dengan syarat, rencana penanaman modal minimal Rp. 1.000.000.000.000
(triliun) dan belum beroperasi secara komersial pada saat peraturan pemerintah nomor 52
tahun 2011 berlaku. Fasilitas ini dapat dimanfaatkan setelah wajib pajak merealisasikan
rencana penanaman modal minimal 80%, kecuali bagi wajib pajak yang telah mendapatkan
fasilitas berdasarkan peraturan pemerintah nomor 1 tahun 2007 atau peraturan pemerintah
nomor 62 tahun 2008.
2.2.3 Pemberian Insentif pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Pemberian insentif pajak pada kawasan ekonomi khusus di berikan kepada wajib
pajak yang melakukan kegiatan di kawasan ini sebagai dukungan pemerintah dalam
mempercepat pengembangan ekonomi diwilayah tertentu dengan memberikan fasilitas
berupa pajak penghasilan, tambahan fasilitas ini dapat diberikan sesuai karakteristik zona,
dan tidak dipungut pajak penghasilan impor barang ke kawasan ini.
2.3 Penerapan Fasilitas Insentif pajak di Philippines
Setelah melakukan reformasi terhadap pajak pertambahan nilai (VAT) di Philippines
dan mengalami kesuksesan maka pihak yang berwenang menyadari betul bahwa selain
melakukan reformasi di bidang administrasi perpajakan tersebut, pendapatan pajak di Negara
Philippines ini juga perlu melakukan reformasi intensif pajak yang bertujuan untuk
mengurangi redundansi. Redundansi adalah pemberian intensif pajak untuk suatu kegiatan
yang harus dilakukan dengan perkiraan dapat mengurangi biaya sekitar 1% terhadap GDP
pendapatan terdahulu.
Sebagaimananya Indonesia, Philipina juga memiliki kebijakan akan pajaknya yang
salah satunya adalah pajak insentif. Hal ini meliputi pembebasan pajak penghasilan selama 3
hingga 8 tahun, tarif pajak 5% atas Gross Income Earned (GIE) atau peredaran bruto, kredit
pajak, peningkatan pemotongan pajak dan pembebasan VAT atau PPN, bea masuk dan biaya
lainnya. Kebijakan ini di atur dalam peraturan yang atur oleh BOI, PEZA dan otoritas lain
yang khususnya membahas dalam ruang lingkup ekonomi seperti Cayagan Economic Zone
Authority, Clark Development Corporation, Zamboanga City Economic Authority and Subic
Bay Metropolitan Authority. Diperkirakan ada sekitar 180 peraturan perundang-undangan
yang membahas mengenai intensif pajak.
2.4 Analisis Perbedaan Penerapan Insentif Pajak di Philippines dan Indonesia
Sumber : Incentives in the Philippines, IMF Working Paper 01/181, Washington, DC; FIAS, 2007, Transition Issues in
Investment Incentives Reform, Draft, April; Various editions of deloitte tax guides.
No
.
1.
INDONESIA
PHILIPPINES
Sektor, wilayah
Yang termasuk sektor prioritas Bidang
geografi, dan tenaga
investasi adalah peran strategi indentifikasi setiap tahun
kerja yang berkualitas
dalam pembangunan ekonomi, di Investment Priorities
untuk penerapan
penciptaan lapangan kerja, dan Plan
insentif pajak
kerja sama dengan koperasi.
(IPP)
di
atau
setidaknya 50 atau 70 %
(tarif PPh badan luar negeri = dari
20%)
investasi
produksi
untuk
diekspor ke perusahaan
negara lain.
2.
Tax holidays
Penerapan
tax
holiday
(tarif PPh badan = 35%)
di Penerapannya 3 sampai 8
Indonesia 5 sampai 10 tahun tahun (BOI, PEZA) sejak
sejak
dimulainya
produksi dimulainya
produksi
komersial. Investor domestik komesial.
dan
asing
akan
diberikan • 6 tahun: proyek baru
fasilitas tax holiday berupa dengan statusnya pelopor
pengurangan PPh badan 50% atau
proyek
di
lokasi
selama 2 tahun setelah periode kurang maju.
tax holiday Sebagaimana di • 4 tahun: proyek - proyek
atur dalam PP 94/2010, PMK- bukan pelopor baru
130/PMK
44/PJ/2011,
011/2011,
dan
PER- • 3 tahun: ekspansi dan
PER- modernisasi proyek (ITH
45/PJ/2011 dengan syarat : terbatas untuk penjualan,
Merupakan
industri
pionir, tambahan
dalam
investasi minimal Rp. 1 triliun, pendapatan / volume)
dan
menempatkan
dana • Tambahan (hingga 2)
diperbankan Indonesia minimal tahun
10%
dari
total
dapat
rencana tergantung
investasi.
diberikan
pada
bahan
baku, modal untuk rasio
pekerja, atau netto devisa
3.
Tax Allowance
asing.
Keringanan atau pengurangan Pemotongan
penuh
pajak (investment allowance) belanja
infrastruktur
30% dari jumlah penanaman daerah
-
daerah
di
yang
modal yang dibebankan selama kurang berkembang;
6
tahun,
masing-masing • 50% pengurangan biaya
sebesar 5%, penyusutan dan tenaga
amortisasi
dipercepat,
tarif jika
kerja
rasio
pajak penghasilan 10% atas tenaga
tambahan
aset
kerja
deviden kepada subjek pajak terpenuhi
modal
tahunan
(100%
jika
luar negeri atau tarif lebih berada di daerah yang
rendah menurut Persetujuan kurang berkembang)
Penghindaran Pajak Berganda • kredit pajak untuk pajak
(P3B),
dan
kompensasi penghasilan yang dibayar
kerugian 5 sampai 10 tahun kan ke luar negeri jika
dengan
berbagai
yang telah diatur
ketentuan tidak ada pemotongan atas
tuntutan dan pajak yang
dibayar
untuk
input
produk ekspor, saham dan
bahan genetik.
PEZA:
setelah
holiday,
tax
pembebasan
pajak nasional dan lokal,
tetapi
pajak
bukan
5%
penghasilan bruto.
atas
Berdasarkan data di atas tarif pajak penghasilan badan di Philippines lebih tinggi
daripada tarif pajak badan luar negeri di Indonesia. Hal ini diakibatkan karena perhitungan
tarif pajak yang berlaku memperhitungkan karakteristik utama pajak penghasilan badan suatu
negara, manfaat dari aset dan/atau metode dalam pelaporan keuangan serta metode
penyusutan yang berlaku di negara tersebut. Dalam hal, Philippines hanya menerapkan
metode garis lurus, double-declining balance atau the sum of the years digits methods,
sedangkan Indonesia dalam penyusutan menerapkan garis lurus (kelompok bangunan baik
permanen atau tidak permanen) dan metode garis lurus atau saldo menurun untuk kelompok
bukan bangunan. Selain itu tarif ini didasarkan pada pilihan dalam mempertimbangkan
pembiayaan khusunya pengurangan bunga dalam kasus pembiayaan hutang dan kehidupan
ekonomi di Philippines yang berbeda dengan negara Indonesia.
Jika dilihat dari durasi atau lamanya penerapan suatu periode tax holidays di kedua
negara memliki perbedaan. Durasi atau periode tax holidays di Indonesia yaitu 5 sampai 10
tahun sedangkan untuk Philippines yaitu 3 sampai 8 tahun. Insentif investasi ini menargetkan
ekspor yang dilakukan oleh perusahaan berorientasi teknologi dan bertujuan untuk
mempromosikan investasi di daerah terpencil atau terbelakangan. Kompensasi kerugian yang
ditawarkan oleh Indonesia adalah selama 5 tahun sedangkan Philippines berangam mulai dari
3 tahun disesuaikan dengan proyek yang telah di atur di dalam BOI dan PEZA.
Pertimbanga lain dilihat dari tax allowance, sebagain besar negara menyediakan
pembebesan bea masuk dan PPN untuk proyek investasi berkualifikasi dengan penggunaan
outputnya tidak hanya untuk ekspor tetapi dapat digunakan produsen untuk mendukung
industrinya. Di beberapa negara seperti Laos, Thailand dan Vietnam menggunakan
pengecualian yang lebih selektif dan cenderung lebih mengurangi tarif daripada pengecualian
tersebut. Sedangkan di Philippines menawarkan pemotongan biaya infrastruktur dan tenaga
kerja dalam kondisi tertentu.
Upaya pemerintah dalam menarik minat investor tidak selamanya mendapat dukungan
dari berbagai pihak diakibatkan ada berbagai kerugian yang diperoleh jika melakukan insentif
pajak. Tidak terkecuali di Indonesia, beragam pendapat yang terlontarkan sebagai hasil
penelitian salah satunya dari pak Gunadi selaku dosen perpajakan FISIP UI yang
menyampaikan pendapatnya melalui situs internet (infopajak). Menurut beliau, pemberian
insentif pajak langsung berupa investment allowances, extended loss carry forward, dan
withholding tax cut akan menurunkan tarif efektif pajak penghasilan dari sisi pengguna cost
of capital.
Selain itu menurut Center for International Private Enterprise (yang tertulis dalam sebuah
paper terbitan September 1992) kriteria pertimbangan investasi yaitu karakteristik pasar
lokal, akses pasar, tenaga kerja, resiko moneter, repatriasi modal, perlindungan HaKI,
kebijakan perdagangan, regulasi pemerintah, tarif pajak dan insentif, stabilitas politik,
kebijakan makro ekonomi, dan infrastruktur dan kemudahan pendukung. Jika dilihat tarif
pajak, tarif pajak negara tetangga bukanlah unsur yang mudah dikesampingkan. Contohnya
saja dalam pengenaan tarif pajak pertambahan nilai, Singapura hanya memungut 5%
sementara Indonesia 10%. Sehingga insentif pajak bukan hanya salah satu hal yang
dipertimbangkan oleh investor.
Tidak hanya Indonesia, negara Philippines juga mendapatkan berbagai kritikan dan
dorongan untuk mereformasikan insentif pajak yang berlaku di negara tersebut. Salah satunya
bersumber dari jurnal internasional “Investment Incentives and Effective Tax Rates in the
Philippines”, yang mengemukakan bahwa :
Berdasarkan pengalaman yang telah terjadi di berbagai negara bahwa tax holiday
hanya memiliki efek perpajakan yang relatif kecil terhadap investasi jangka panjang.
(The international experience is described in detail in Guin-Siu (2004). See also Zee, Stotsky, and Ley
(2002).)
Umumnya dalam penerapan tax holidays tidak tepat sasaran.
Tax holidays sebagai insentif pajak menarik industri atau perusahaan yang cenderung
akan keluar dari negara yang menerapkan insentif pajak tersebut jika periode
pajaknya berakhir.
Berdasarkan sumber jurnal internasional lain “Road Map for a Pro-Growth and Equitable
Tax System” meembagi dua sisi kontra atas penerapan insentif pajak. Dampak buruk yang
ditimbulkan dengan adanya penerapan insentif pajak di berbagai negara pada umumnya :
Kurangnya pendapatan negara yang bersumber dari pajak sehingga untuk mengatasi
hal tersebut, pemerintah menaikan pajak yang berasal dari kegiatan lain. Hal ini
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dan efisiensi ekonomi yang menyebabkan
ketidakadilan.
Insentif pajak mendorong terjadinya penyalahgunaan pajak seperti transfer pricing.
Pengeluaran terhadap infrastruktur sosial lebih efektif dibandingkan memberikan tax
holidays untuk menarik investasi di daerah-daerah yang kurang berkembang.
Bukan hanya pajak yang dapat mempengaruhi investasi disuatu negara. Sehingga
insentif pajak tidak selamanya mampu menarik minat investor.
Selain masalah umum yang terjadi di berbagai negara, Philippines memiliki masalah
tertentu yang diakibatkan oleh penerapan insentif pajak di negaranya. Antara lain :
Pemberian insentif pajak oleh beberapa lembaga hukum dan peraturan perundangundangan di Philippines menimbulkan persaingan yang seharusnya tidak perlu terjadi
diantara lembaga tersebut karena dapat menimbulkan kebingungan bagi investor.
Pelayanan insentif yang sama dari berbagai lembaga
Dengan adanya insentif pajak dapat melemahkan pemantauan terhadap kepatuhan
investor
Keterlibatan DOF yang terbatas di dalam mengambilan keputusan insentif investasi
mempengaruhi kedisiplinan fiskal di Philippines
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berbagai cara dilakukan oleh suatu negara untuk menarik minat investor tidak
terkecuali negara Indonesia dan Philippines, salah satu upayanya dengan menerapkan
kebijakan fiskal yaitu insentif pajak.
Namun perlu diketahui, bahwa terdapat berbagai
macam faktor yang dapat menimbulkan keinginan investor untuk berinvestasi selain tarif dan
insentif pajak. Faktor-faktor itu meliputi karakteristik pasar lokal, akses pasar, tenaga kerja,
resiko moneter, repatriasi modal, perlindungan HaKI, kebijakan perdagangan, regulasi
pemerintah, stabilitas politik, kebijakan makro ekonomi, dan infrastruktur dan kemudahan
pendukung. Sumber daya manusia dan sumber daya alam, menurut penyusun juga tidak
dapat dipungkiri mampu menarik minat suatu indutri atau perusahaan dalam melakukan
investasi
Dalam penerapakan kebijakan peraturan perpajakan khususnya insentif pajak di
Indonesia dan Philippines tentunya terdapat perbedaan dalam penetapan ketentuan tarif,
pengguna fasilitas, syarat menggunakan fasilitas insentif pajak, tanggapan positif dan negatif
terhadap penerapan fasilitas ini. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi suatu negara dan
sumber daya manusianya yang beragam.
3.2 Saran
Berdasarkan berbagai faktor yang menimbulkan minat investor untuk melakukan
investasi, untuk itu perlu adanya perhatian khusus dari berbagai pihak dalam menyelaraskan
kebijakan peraturan perpajakan dengan perkembangan implementasi dalam dunia usaha.
Terkait tanggapan negatif dari berbagai pihak mengenai penerapan insentif pajak di Indonesia
sebagaimana telah saya tuliskan di bab sebelumnya, menurut saya itu hal yang wajar dalam
setiap penerapan sebuah kebijakan. Tanggapan negatif ini sebagai bentuk upaya peduli
dan/atau kontribusi masyarakat akan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia.
Dengan harapan pemerintah Indonesia selalu mengupayakan keputusan terbaik dengan tidak
menyampingkan hak rakyat.
Menyadari bahwa penulisan ini
masih jauh dari kata sempurna, penulis
mengharapkan adanya saran dan kritikan membangun untuk kesempurnaan penulisan
selanjutnya. Semoga penulisan mengenai insentif pajak yang berlaku di Indonesia dan
Philippinies bermanfaat.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
o PP 94/2010 Tentang Perhitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak
Penghasilan dalam Tahun Berjalan.
o PMK-130/PMK.011/2011 Tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan
Pajak Penghasilan Badan
o PER-44/PJ/2011 Tentang Tata Cara Pelaporan Penggunaan Dana dan Realisasi
Penanaman Modal bagi Wajib Pajak Badan yang Mendapatkan Fasilitas Pembebasan
atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan
o PER-45/PJ/2011 Tentang Tata Cara Penetapan Saat Dimulainya Berproduksi Secara
Komersial bagi Wajib Pajak Badan yang Mendapatkan Fasilitas Pembebasan atau
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan
o Pasal 31 A Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
o PP 1/2007 s.t.d.t.d PP 52/2011 Tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman
Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-daerah Tertentu
sebagaimana telah diubah terakhir dengan PP Nomor 52 Tahun 2011
o PMK-16/PMK.03/2007 s.t.d.t.d PMK-144/PMK.011/2012 Tentang Pemberian Fasilitas
Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau
di Daerah-Daerah Tertentu
o PER-67/PJ/2007 s.t.d.d PER-41/PJ/2013 Tata Cara Pemberian Fasilitas Pajak
Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha tertentu dan/atau di
Daerah-Daerah Tertentu
o SE-16/PJ/2007 Tentang Penyampaian PP Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Fasilitas Pajak
Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di
o
o
o
o
o
Daerah-Daerah Tertentu beserta Peraturan- Peraturan Pelaksanaannya
UU No.39 tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
PP 2/2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus
PP 26/2012 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung
PP 29/2012 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei
Nakayama, Kiyoshi. Caner, Selcuk. Mullins, Peter. (2011). “ROAD MAP FOR A PRO-
GROWTH AND EQUITABLE TAX SYSTEM”. IMF Country Report. 12 (60)
o Botman, Dennis. Klemm, Alexander. Baqir, Reza. (2008). “Investment Incentives and
Effective Tax Rates in the Philippines”. IMF Country Report. 08 (207)
o http://smail-tcom.blogspot.com/2009/09/kebijakan-perpajakan-tax-policy.html
o http://www.kajianpustaka.com/2013/03/pengertian-bentuk-dan-tujuan-insentif.html
o https://moviezhunter.wordpress.com/2010/06/09/insentif-pajak/
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Seminar Perpajakan
Disusun Oleh :
Rizka Puji Lestari D. Habibie (125030407111060)
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PERPAJAKAN
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
petunjuk-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan tugas terstruktur.
Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu baik moril
maupun materil dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada bapak Yuniadi Mayowan,
S.sos., MAB selaku dosen mata kuliah seminar perpajakan.
Tugas ini berisikan tentang informasi mengenai fasilitas insentif pajak khususnya
membahas tentang perbandingan insentif pajak di Indonesia dan Philippines serta masalah
yang ditimbulkan akibat fasilitas perpajakan ini. Dengan maksud penulisan ini dapat
memenuhi tugas mata kuliah Seminar Perpajakan.
Saya menyadari bahwa penulisan ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saya sangat menerima berbagai saran sebagai perbaikan untuk kedepannya agar lebih baik
lagi.
Malang, Maret 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk menghadapi perkembangan aktivitas ekonomi global banyak cara yang
ditawarkan berbagai negara untuk menarik investor terutama investasi yang memiliki efek
multiplier yang signifikan bagi perekonomian nasional termasuk Indonesia dan Philippines.
Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan berbagai kemudahan untuk investor
agar tertarik melakukan investasi meliputi kepastian hukum, ketersediaan infrastruktur,
kemudahan perizinan usaha dan kesederhanaan sistem perpajakan yang berlaku di negara
tersebut.
Walaupun memiliki harapan dan tujuan yang sama dalam perekonomian global.
Negara Indonesia dan tetangganya khususnya Philippines tentu memiliki perbedaan
penerapan kebijakan, khususnya dalam bidang perpajakan yaitu penerapan insentif pajak.
Perbedaan penerapan insentif pajak ini diakibatkan beragam faktor salah satunya jumlah
penduduk, potensi negara yang berbeda dan faktor lainnya.
Indonesia dengan potensi alam yang luar biasa uniknya dan kualitas sumber daya
manusia sepadan dengan kuantitasnya, turut berkontribusi dalam menawarkan berbagai
advantage bagi dunia investasi dan keberlangsungannya. Hal ini dilakukan dengan tanpa
menyampingkan keselarasan antara peraturan perpajakan dengan perkembangan
implementasi dalam dunia usaha. Dengan harapan mampu menarik investor sebanyak
mungkin yang dapat membawa pengaruh terhadap perluasan lapangan kerja, penurunan
tingkat pengangguran, turut menambah kontribusi dalam meningkatkan pendapatan nasional
dan kemandirian bangsa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakangnya, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah :
1.
2.
3.
4.
Apa yang dimaksud dengan kebijakan fiskal dan fasilitas insentif pajak?
Bagaimana penerapan fasilitas insentif pajak di Indonesia?
Bagaimana penerapan fasilitas insentif pajak di Philippines?
Dilihat dari penerapan insentif pajak dikedua negara yang memiliki ciri khas sendiri,
apa saja yang ditimbulkan akibat perbedaan penerapan fasilitas perpajakan tersebut?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalahnya, maka tujuan penulisannya meliputi :
1. Untuk memahami pengertian kebijakan fiskal dan fasilitas insentif pajak.
2. Untuk mengetahui penerapan fasilitas insentif pajak sebagai suatu bentuk kebijakan
yang diterapkan di Indonesia.
3. Untuk mengetahui penerapan fasilitas insentif pajak di Philippines.
4. Mampu menganalisis perbedaan penerapan insentif pajak di Indonesia dengan negara
tetangga khususnya Philippines.
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Kebijakan Fiskal dan Insentif Pajak
2.1.1 Pengertian Kebijakan Fiskal
Istilah kebijakan fiskal atau fiscal policy di Indonesia, pertama kali dikemukan oleh
Djojohadikoesoemo pada tahun 1954 dalam tulisannya yang berjudul Fiscal Policy, Foreign
Exchange
Control
and
Economic
Development.
Didalam
buku
tersebut,
beliau
mendefinisikan kebijakan fiskal dapat diartikan sebagai suatu instrumen dalam mencapai
suatu tujuan tertentu yang dilakukan secara serentak, baik secara langsung dapat memperoleh
dana yang diperlukan untuk investasi publik (negara), atau secara tidak langsung menggali
uang tabungan pribadi ke sektor produktif.
2.1.2 Pengertian Insentif Pajak
Insentif adalah suatu sarana memotivasi berupa materi, yang diberikan sebagai suatu
pendorong dengan sengaja kepada para pekerja agar dalam diri mereka timbul semangat yang
besar untuk meningkatkan produktivitas kerjanya dalam organisasi (Gorda, 2004:141).
Sedangkan Manullang (2003 :147) menyatakan, Insentif merupakan sarana motivasi atau
sarana yang menimbulkan dorongan. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat saya simpulkan
bahwa insentif pajak adalah salah satu upaya atau kebijakan dalam perpajakan yang
dilakukan oleh pihak yang berwenang dalam menentukan arah perpajakan di Indonesia untuk
mendorong investor agar melakukan investasi di Indonesia.
2.2 Penerapan Fasilitas Insentif Pajak di Indonesia
Khususnya pada pajak penghasilan, berbagai fasilitas dan insentif pajak di tawarkan
oleh pemerintah Indonesia untuk menarik sebanyak-banyaknya investor di Indonesia. Hal ini
meliputi tax holiday, tax allowance atau investment allowance untuk penanaman modal di
bidang usaha tertentu dan atau daerah tertentu , pemberian insentif pada kawasan ekonomi
khusus, pengurangan pajak penghasilan pasal 25 dan/atau penundaan pembayaran pajak
penghasilan pasal 29 bagi wajib pajak industri tertentu, pengurangan 50% tarif pajak
penghasilan bagi wajib pajak badan, pengurangan ansuran pajak penghasilan pasal 25 dalam
tahun berjalan, serta fasilitas insentif pajak lainnya.
Dalam penulisan ini, penyusun lebih memfokuskan insentif pajak hanya mengenai tax
holiday, tax allowance atau investment allowance untuk penanaman modal di bidang usaha
tertentu dan atau daerah tertentu dan pemberian insentif pada kawasan ekonomi khusus
sebelum dilakukan revisi. Berdasarkan informasi yang beredar melalui media massa dan
internet khususnya ketiga insentif pajak ini akan mengalami perubahan yang akan
diumumkan pada semeter pertama 2015 yang meliputi, revisi peraturan menteri keuangan
nomor 130/PMK 011/2011 terkait tax holiday, revisi peraturan pemerintah nomor 52 tentang
tax allowance, dan revisi peraturan menteri keuangan nomor 130/PMK 022/ 2011 tentang
pemberian fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan.
2.2.1 Tax Holiday untuk Industri Pionir
Bentuk fasilitas yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia dalam hal ini antara lain
adalah pembebasan pajak penghasilan badan (tax holiday) 5 sampai 10 tahun sejak
dimulainya produksi komersial, pengurarangan pajak penghasilan badan 50% selama 2 tahun
setelah periode tax holiday dan Menteri Keuangan dapat memberikan fasilitas dengan jangka
waktu lebih panjang dengan mempertimbangkan kepentingan daya saing industri nasional
dan nilai strategis dari kegiatan usaha tertentu. Namun pemberian fasilitas ini hanya
dikhususkan untuk wajib pajak badan baru atau yang telah berdiri paling lama 12 bulan
sebelum 15 agustus 2011 dengan syarat merupakan industri pionir yaitu industri logam dasar,
pengilangan minyak bumi dan/atau kimia dasar organik yang bersumber dari minyak bumi
dan gas alam, permesinan, sumber daya terbaru, dan/atau peralatan komunikasi, investasi
minimal Rp. 1.000.000.000.000 (triliun), serta menempatkan dana di perbankan Indonesia
minimal 10% dari total rencana investasi. Wajib pajak dapat memanfaatkan tax holiday ini
jika seluruh penanaman modal telah direalisasikan, telah berproduksi secara komersial dan
telah mengajukan permohonan kepada direktur jenderal pajak.
2.2.2 Tax Allowance/ Investment Allowance untuk Penanaman Modal Bidang Usaha Tertentu
dan/atau Daerah Tertentu
Bentuk fasilitas yang ditawarkan oleh pemerintah dalam hal ini antara lain adalah
keringanan atau pengurangan pajak (investment allowance) 30% dari jumlah penanaman
modal yang dibebankan selama 6 tahun, masing-masing sebesar 5%, penyusutan dan
amortisasi dipercepat, tarif pajak penghasilan 10% atas deviden kepada subjek pajak luar
negeri atau tarif lebih rendah menurut Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B), dan
kompensasi kerugian 5 sampai 10 tahun dengan berbagai ketentuan yang telah diatur. Namun
fasilitas ini hanyak dikhususkan untuk wajib pajak badan berbentuk PT atau koperasi yang
melakukan penanaman modal pada 52 bidang usaha dan 77 bidang usaha di daerah tertentu
yang telah memiliki izin penanaman modal sebelum berlakunya peraturan pemerintah nomor
52 tahun 2011 dengan syarat, rencana penanaman modal minimal Rp. 1.000.000.000.000
(triliun) dan belum beroperasi secara komersial pada saat peraturan pemerintah nomor 52
tahun 2011 berlaku. Fasilitas ini dapat dimanfaatkan setelah wajib pajak merealisasikan
rencana penanaman modal minimal 80%, kecuali bagi wajib pajak yang telah mendapatkan
fasilitas berdasarkan peraturan pemerintah nomor 1 tahun 2007 atau peraturan pemerintah
nomor 62 tahun 2008.
2.2.3 Pemberian Insentif pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Pemberian insentif pajak pada kawasan ekonomi khusus di berikan kepada wajib
pajak yang melakukan kegiatan di kawasan ini sebagai dukungan pemerintah dalam
mempercepat pengembangan ekonomi diwilayah tertentu dengan memberikan fasilitas
berupa pajak penghasilan, tambahan fasilitas ini dapat diberikan sesuai karakteristik zona,
dan tidak dipungut pajak penghasilan impor barang ke kawasan ini.
2.3 Penerapan Fasilitas Insentif pajak di Philippines
Setelah melakukan reformasi terhadap pajak pertambahan nilai (VAT) di Philippines
dan mengalami kesuksesan maka pihak yang berwenang menyadari betul bahwa selain
melakukan reformasi di bidang administrasi perpajakan tersebut, pendapatan pajak di Negara
Philippines ini juga perlu melakukan reformasi intensif pajak yang bertujuan untuk
mengurangi redundansi. Redundansi adalah pemberian intensif pajak untuk suatu kegiatan
yang harus dilakukan dengan perkiraan dapat mengurangi biaya sekitar 1% terhadap GDP
pendapatan terdahulu.
Sebagaimananya Indonesia, Philipina juga memiliki kebijakan akan pajaknya yang
salah satunya adalah pajak insentif. Hal ini meliputi pembebasan pajak penghasilan selama 3
hingga 8 tahun, tarif pajak 5% atas Gross Income Earned (GIE) atau peredaran bruto, kredit
pajak, peningkatan pemotongan pajak dan pembebasan VAT atau PPN, bea masuk dan biaya
lainnya. Kebijakan ini di atur dalam peraturan yang atur oleh BOI, PEZA dan otoritas lain
yang khususnya membahas dalam ruang lingkup ekonomi seperti Cayagan Economic Zone
Authority, Clark Development Corporation, Zamboanga City Economic Authority and Subic
Bay Metropolitan Authority. Diperkirakan ada sekitar 180 peraturan perundang-undangan
yang membahas mengenai intensif pajak.
2.4 Analisis Perbedaan Penerapan Insentif Pajak di Philippines dan Indonesia
Sumber : Incentives in the Philippines, IMF Working Paper 01/181, Washington, DC; FIAS, 2007, Transition Issues in
Investment Incentives Reform, Draft, April; Various editions of deloitte tax guides.
No
.
1.
INDONESIA
PHILIPPINES
Sektor, wilayah
Yang termasuk sektor prioritas Bidang
geografi, dan tenaga
investasi adalah peran strategi indentifikasi setiap tahun
kerja yang berkualitas
dalam pembangunan ekonomi, di Investment Priorities
untuk penerapan
penciptaan lapangan kerja, dan Plan
insentif pajak
kerja sama dengan koperasi.
(IPP)
di
atau
setidaknya 50 atau 70 %
(tarif PPh badan luar negeri = dari
20%)
investasi
produksi
untuk
diekspor ke perusahaan
negara lain.
2.
Tax holidays
Penerapan
tax
holiday
(tarif PPh badan = 35%)
di Penerapannya 3 sampai 8
Indonesia 5 sampai 10 tahun tahun (BOI, PEZA) sejak
sejak
dimulainya
produksi dimulainya
produksi
komersial. Investor domestik komesial.
dan
asing
akan
diberikan • 6 tahun: proyek baru
fasilitas tax holiday berupa dengan statusnya pelopor
pengurangan PPh badan 50% atau
proyek
di
lokasi
selama 2 tahun setelah periode kurang maju.
tax holiday Sebagaimana di • 4 tahun: proyek - proyek
atur dalam PP 94/2010, PMK- bukan pelopor baru
130/PMK
44/PJ/2011,
011/2011,
dan
PER- • 3 tahun: ekspansi dan
PER- modernisasi proyek (ITH
45/PJ/2011 dengan syarat : terbatas untuk penjualan,
Merupakan
industri
pionir, tambahan
dalam
investasi minimal Rp. 1 triliun, pendapatan / volume)
dan
menempatkan
dana • Tambahan (hingga 2)
diperbankan Indonesia minimal tahun
10%
dari
total
dapat
rencana tergantung
investasi.
diberikan
pada
bahan
baku, modal untuk rasio
pekerja, atau netto devisa
3.
Tax Allowance
asing.
Keringanan atau pengurangan Pemotongan
penuh
pajak (investment allowance) belanja
infrastruktur
30% dari jumlah penanaman daerah
-
daerah
di
yang
modal yang dibebankan selama kurang berkembang;
6
tahun,
masing-masing • 50% pengurangan biaya
sebesar 5%, penyusutan dan tenaga
amortisasi
dipercepat,
tarif jika
kerja
rasio
pajak penghasilan 10% atas tenaga
tambahan
aset
kerja
deviden kepada subjek pajak terpenuhi
modal
tahunan
(100%
jika
luar negeri atau tarif lebih berada di daerah yang
rendah menurut Persetujuan kurang berkembang)
Penghindaran Pajak Berganda • kredit pajak untuk pajak
(P3B),
dan
kompensasi penghasilan yang dibayar
kerugian 5 sampai 10 tahun kan ke luar negeri jika
dengan
berbagai
yang telah diatur
ketentuan tidak ada pemotongan atas
tuntutan dan pajak yang
dibayar
untuk
input
produk ekspor, saham dan
bahan genetik.
PEZA:
setelah
holiday,
tax
pembebasan
pajak nasional dan lokal,
tetapi
pajak
bukan
5%
penghasilan bruto.
atas
Berdasarkan data di atas tarif pajak penghasilan badan di Philippines lebih tinggi
daripada tarif pajak badan luar negeri di Indonesia. Hal ini diakibatkan karena perhitungan
tarif pajak yang berlaku memperhitungkan karakteristik utama pajak penghasilan badan suatu
negara, manfaat dari aset dan/atau metode dalam pelaporan keuangan serta metode
penyusutan yang berlaku di negara tersebut. Dalam hal, Philippines hanya menerapkan
metode garis lurus, double-declining balance atau the sum of the years digits methods,
sedangkan Indonesia dalam penyusutan menerapkan garis lurus (kelompok bangunan baik
permanen atau tidak permanen) dan metode garis lurus atau saldo menurun untuk kelompok
bukan bangunan. Selain itu tarif ini didasarkan pada pilihan dalam mempertimbangkan
pembiayaan khusunya pengurangan bunga dalam kasus pembiayaan hutang dan kehidupan
ekonomi di Philippines yang berbeda dengan negara Indonesia.
Jika dilihat dari durasi atau lamanya penerapan suatu periode tax holidays di kedua
negara memliki perbedaan. Durasi atau periode tax holidays di Indonesia yaitu 5 sampai 10
tahun sedangkan untuk Philippines yaitu 3 sampai 8 tahun. Insentif investasi ini menargetkan
ekspor yang dilakukan oleh perusahaan berorientasi teknologi dan bertujuan untuk
mempromosikan investasi di daerah terpencil atau terbelakangan. Kompensasi kerugian yang
ditawarkan oleh Indonesia adalah selama 5 tahun sedangkan Philippines berangam mulai dari
3 tahun disesuaikan dengan proyek yang telah di atur di dalam BOI dan PEZA.
Pertimbanga lain dilihat dari tax allowance, sebagain besar negara menyediakan
pembebesan bea masuk dan PPN untuk proyek investasi berkualifikasi dengan penggunaan
outputnya tidak hanya untuk ekspor tetapi dapat digunakan produsen untuk mendukung
industrinya. Di beberapa negara seperti Laos, Thailand dan Vietnam menggunakan
pengecualian yang lebih selektif dan cenderung lebih mengurangi tarif daripada pengecualian
tersebut. Sedangkan di Philippines menawarkan pemotongan biaya infrastruktur dan tenaga
kerja dalam kondisi tertentu.
Upaya pemerintah dalam menarik minat investor tidak selamanya mendapat dukungan
dari berbagai pihak diakibatkan ada berbagai kerugian yang diperoleh jika melakukan insentif
pajak. Tidak terkecuali di Indonesia, beragam pendapat yang terlontarkan sebagai hasil
penelitian salah satunya dari pak Gunadi selaku dosen perpajakan FISIP UI yang
menyampaikan pendapatnya melalui situs internet (infopajak). Menurut beliau, pemberian
insentif pajak langsung berupa investment allowances, extended loss carry forward, dan
withholding tax cut akan menurunkan tarif efektif pajak penghasilan dari sisi pengguna cost
of capital.
Selain itu menurut Center for International Private Enterprise (yang tertulis dalam sebuah
paper terbitan September 1992) kriteria pertimbangan investasi yaitu karakteristik pasar
lokal, akses pasar, tenaga kerja, resiko moneter, repatriasi modal, perlindungan HaKI,
kebijakan perdagangan, regulasi pemerintah, tarif pajak dan insentif, stabilitas politik,
kebijakan makro ekonomi, dan infrastruktur dan kemudahan pendukung. Jika dilihat tarif
pajak, tarif pajak negara tetangga bukanlah unsur yang mudah dikesampingkan. Contohnya
saja dalam pengenaan tarif pajak pertambahan nilai, Singapura hanya memungut 5%
sementara Indonesia 10%. Sehingga insentif pajak bukan hanya salah satu hal yang
dipertimbangkan oleh investor.
Tidak hanya Indonesia, negara Philippines juga mendapatkan berbagai kritikan dan
dorongan untuk mereformasikan insentif pajak yang berlaku di negara tersebut. Salah satunya
bersumber dari jurnal internasional “Investment Incentives and Effective Tax Rates in the
Philippines”, yang mengemukakan bahwa :
Berdasarkan pengalaman yang telah terjadi di berbagai negara bahwa tax holiday
hanya memiliki efek perpajakan yang relatif kecil terhadap investasi jangka panjang.
(The international experience is described in detail in Guin-Siu (2004). See also Zee, Stotsky, and Ley
(2002).)
Umumnya dalam penerapan tax holidays tidak tepat sasaran.
Tax holidays sebagai insentif pajak menarik industri atau perusahaan yang cenderung
akan keluar dari negara yang menerapkan insentif pajak tersebut jika periode
pajaknya berakhir.
Berdasarkan sumber jurnal internasional lain “Road Map for a Pro-Growth and Equitable
Tax System” meembagi dua sisi kontra atas penerapan insentif pajak. Dampak buruk yang
ditimbulkan dengan adanya penerapan insentif pajak di berbagai negara pada umumnya :
Kurangnya pendapatan negara yang bersumber dari pajak sehingga untuk mengatasi
hal tersebut, pemerintah menaikan pajak yang berasal dari kegiatan lain. Hal ini
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dan efisiensi ekonomi yang menyebabkan
ketidakadilan.
Insentif pajak mendorong terjadinya penyalahgunaan pajak seperti transfer pricing.
Pengeluaran terhadap infrastruktur sosial lebih efektif dibandingkan memberikan tax
holidays untuk menarik investasi di daerah-daerah yang kurang berkembang.
Bukan hanya pajak yang dapat mempengaruhi investasi disuatu negara. Sehingga
insentif pajak tidak selamanya mampu menarik minat investor.
Selain masalah umum yang terjadi di berbagai negara, Philippines memiliki masalah
tertentu yang diakibatkan oleh penerapan insentif pajak di negaranya. Antara lain :
Pemberian insentif pajak oleh beberapa lembaga hukum dan peraturan perundangundangan di Philippines menimbulkan persaingan yang seharusnya tidak perlu terjadi
diantara lembaga tersebut karena dapat menimbulkan kebingungan bagi investor.
Pelayanan insentif yang sama dari berbagai lembaga
Dengan adanya insentif pajak dapat melemahkan pemantauan terhadap kepatuhan
investor
Keterlibatan DOF yang terbatas di dalam mengambilan keputusan insentif investasi
mempengaruhi kedisiplinan fiskal di Philippines
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berbagai cara dilakukan oleh suatu negara untuk menarik minat investor tidak
terkecuali negara Indonesia dan Philippines, salah satu upayanya dengan menerapkan
kebijakan fiskal yaitu insentif pajak.
Namun perlu diketahui, bahwa terdapat berbagai
macam faktor yang dapat menimbulkan keinginan investor untuk berinvestasi selain tarif dan
insentif pajak. Faktor-faktor itu meliputi karakteristik pasar lokal, akses pasar, tenaga kerja,
resiko moneter, repatriasi modal, perlindungan HaKI, kebijakan perdagangan, regulasi
pemerintah, stabilitas politik, kebijakan makro ekonomi, dan infrastruktur dan kemudahan
pendukung. Sumber daya manusia dan sumber daya alam, menurut penyusun juga tidak
dapat dipungkiri mampu menarik minat suatu indutri atau perusahaan dalam melakukan
investasi
Dalam penerapakan kebijakan peraturan perpajakan khususnya insentif pajak di
Indonesia dan Philippines tentunya terdapat perbedaan dalam penetapan ketentuan tarif,
pengguna fasilitas, syarat menggunakan fasilitas insentif pajak, tanggapan positif dan negatif
terhadap penerapan fasilitas ini. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi suatu negara dan
sumber daya manusianya yang beragam.
3.2 Saran
Berdasarkan berbagai faktor yang menimbulkan minat investor untuk melakukan
investasi, untuk itu perlu adanya perhatian khusus dari berbagai pihak dalam menyelaraskan
kebijakan peraturan perpajakan dengan perkembangan implementasi dalam dunia usaha.
Terkait tanggapan negatif dari berbagai pihak mengenai penerapan insentif pajak di Indonesia
sebagaimana telah saya tuliskan di bab sebelumnya, menurut saya itu hal yang wajar dalam
setiap penerapan sebuah kebijakan. Tanggapan negatif ini sebagai bentuk upaya peduli
dan/atau kontribusi masyarakat akan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia.
Dengan harapan pemerintah Indonesia selalu mengupayakan keputusan terbaik dengan tidak
menyampingkan hak rakyat.
Menyadari bahwa penulisan ini
masih jauh dari kata sempurna, penulis
mengharapkan adanya saran dan kritikan membangun untuk kesempurnaan penulisan
selanjutnya. Semoga penulisan mengenai insentif pajak yang berlaku di Indonesia dan
Philippinies bermanfaat.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
o PP 94/2010 Tentang Perhitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak
Penghasilan dalam Tahun Berjalan.
o PMK-130/PMK.011/2011 Tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan
Pajak Penghasilan Badan
o PER-44/PJ/2011 Tentang Tata Cara Pelaporan Penggunaan Dana dan Realisasi
Penanaman Modal bagi Wajib Pajak Badan yang Mendapatkan Fasilitas Pembebasan
atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan
o PER-45/PJ/2011 Tentang Tata Cara Penetapan Saat Dimulainya Berproduksi Secara
Komersial bagi Wajib Pajak Badan yang Mendapatkan Fasilitas Pembebasan atau
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan
o Pasal 31 A Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
o PP 1/2007 s.t.d.t.d PP 52/2011 Tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman
Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-daerah Tertentu
sebagaimana telah diubah terakhir dengan PP Nomor 52 Tahun 2011
o PMK-16/PMK.03/2007 s.t.d.t.d PMK-144/PMK.011/2012 Tentang Pemberian Fasilitas
Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau
di Daerah-Daerah Tertentu
o PER-67/PJ/2007 s.t.d.d PER-41/PJ/2013 Tata Cara Pemberian Fasilitas Pajak
Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha tertentu dan/atau di
Daerah-Daerah Tertentu
o SE-16/PJ/2007 Tentang Penyampaian PP Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Fasilitas Pajak
Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di
o
o
o
o
o
Daerah-Daerah Tertentu beserta Peraturan- Peraturan Pelaksanaannya
UU No.39 tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
PP 2/2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus
PP 26/2012 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung
PP 29/2012 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei
Nakayama, Kiyoshi. Caner, Selcuk. Mullins, Peter. (2011). “ROAD MAP FOR A PRO-
GROWTH AND EQUITABLE TAX SYSTEM”. IMF Country Report. 12 (60)
o Botman, Dennis. Klemm, Alexander. Baqir, Reza. (2008). “Investment Incentives and
Effective Tax Rates in the Philippines”. IMF Country Report. 08 (207)
o http://smail-tcom.blogspot.com/2009/09/kebijakan-perpajakan-tax-policy.html
o http://www.kajianpustaka.com/2013/03/pengertian-bentuk-dan-tujuan-insentif.html
o https://moviezhunter.wordpress.com/2010/06/09/insentif-pajak/