ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KRED

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KREDIT DAN INSTRUMENT
DERIVATIF PADA PT. BANK PANIN DUBAI SYARIAH TBK.

Muhammad Luqman Nurhakim
Universitas Trilogi

1. Latar Belakang Masalah
Risiko pada umumnya dikenal sebagai seberapa besar kemungkinan kerugian akibat suatu
peristiwa tertentu. Risiko dalam dunia perbankan tidak hanya dikaitkan dengan risiko
keuangan tapi juga berkaitan dengan risiko dalam kegiatan operasi dan tujuan strategis
sebuah bank. Risiko meliputi peristiwa yang mungkin teradi di masa mendatang yang
menyebabkan tidak tercapainya tujuan operasional dan tujuan strategis bank, serta
kemungkinan mengalami timbulnya “opportunity-cost” sebagai akibat dari hilangnya
peluang pasar. Risiko meski dianggap sebagai sesuatu yang belum terjadi namun sangat
penting untuk dipahami bahwa risiko harus dikelola karena akan berpengaruh terhadap
perusahaan secara keseluruhan. Peengelolaan risiko dikenal dengan sebutan manajemen
risiko yaitu sebagai sebuah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh
kegiatan usaha bank.
Manajemen risiko sangat penting perannya bagi perbankan hingga hal ini diatur pertama kali
oleh Bank Indonesia pada Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei

2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum. PBI tentang Penerapan
Manajemen Risiko ini dilengkapi dengan aturan-aturan lainnya baik dalam aturan PBI
lainnya atau dalam bentuk Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI). Manajemen risiko
dilakukan untuk meningkatkan kualitas tata kelola dengan mengelola risiko yang berkaitan
dengan seluruh aktivitas fungsional bank.
Dalam mengendalikan risiko, bank kerap menggunakan instrumen derivatif sebagai alat
untuk meminimalkan atau menghindari kerugian jika terjadi kejadian tertentu. Menurut
Utomo (2000 : 53) instrumen derivatif merupakan kontrak perjanjian antara dua pihak untuk
menjual atau membeli sejumlah barang (baik itu aktiva finansial maupun komoditas) pada
tanggal tertentu di masa datangdengan harga yang telah disepakati saat ini.
2. Tujuan Penulisan

Penulisan kali ini berkaitan dengan bagaimana PT. Bank Panin Dubai Syariah Tbk. dalam
manajemen risiko kreditnya yaitu dengan menentukan dan menganalisa instrumen derivatif
yang dipilih untuk mengatasi risiko kreditnya.
3. Literatur
Isi
Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah serangkaian dari identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian risiko. identifikasi risiko adalah mengetahui sumber risiko dan jenis risiko

yang dihadapi bank. Pengukuran risiko adalah pengkajian terhadap dampak potensial dari
risiko yang ada dan pengukuran dilakukan secara menyeluruh dengan memerhatikan seluruh
sumber eskposur. Pemantauan risiko adalah pelaporan yang tepat dan akurat terkait informasi
pada risiko dan manajemen memastikan bahwa risiko tidak menimbulkan kerugian yang
dapat mengancam kelangsungan usaha bank. Pengendalian risiko adalah menentukan
tindakan yang dapat diambil untuk menghilangkan atau mengurangi risiko serta
mengantisipasi dampak dari peristiwa yang tidak dapat diperkirakan dan menimbulkan
kerugian.
Risiko
Dalam Bank risiko-risiko yang jadi prioritas adalah sebagai berikut:
- Risiko Kredit, risiko yang terjadi akibat kegagalan debitur dan pihak lain dalam
-

memenuhi kewajiban kepada Bank.
Risiko pasar, risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi

-

derivatif. Risiko pasar terbagi atas dua yaitu, risiko suku bunga dan risiko nilai tukar
Risiko Likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan Bank memenuhi kewajiban yang

jatuh tempo.

Risiko Kredit
Risiko kredit muncul karena adanya kredit bermasalah. Menurut Bank Indonesiia kredit
bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet. Jumlah kredit
bermasalah dapat diketahui melalui rumus:

NPL=

kredit bermasalah
×100
Total kredit

Instrumen Derivatif
Instrumen derivatif adalah instrumen yang didapatkan dari penurunan nilai aset yang menjadi
dasarnya.
Pembahasan
Pada Bank Panin Syariah risiko kredit yang terjadi dapat bersumber dari:

-


financing risk, risiko karena tidak mampunya nasabah untuk memenuhi kewajibannya

-

kepada bank sesuai dengan perjanjian dalam pembiayaan
counterparty risk, risiko karena counterparty tidak mampu melunasi utangnya kepada

-

bank baik sebelum ataupun pada saat jatuh tempo
concentration risk, risiko karena adanya pembiayaan dalam jumlah tinggi kepada

-

nasabah
issuer risk, risiko yang timbul karena penerbit surat berharga tidak mampu melunasi
sejumlah nilai surat berharga yang dimiliki bank.

Berdasar laporan keuangan PT. Panin Dubai Syariah tahun 2017:

Piutang Murabahah dengan status kredit bermasalah adalah sebesar:
Kurang lancar
17.667.234
(1.387.664)

Jumlah
Cadangan

Diragukan
7.289.019
(801.663)

Macet
19.540.722
(6.398.983)

total
44.496.975
(8.588.310)


kerugian
penurunan nilai
Piutang bersih
16.279.570
6.487.356
13.141.749
35.908.675
Dengan perhitungan rumus NPL untuk menghitung NPF (Non-Performin Financing) maka
besar NPF adalah sebesar

NPL=

44.496 .975
× 100
987.017 .639

= 4,5%

Angka tersebut meningkat dari tahun 2016 yang besarannya adalah 3,32%.
Kemudian, pembiayaan mudharabah yang bermasalah sebagai berikut:


Jumlah
Cadangan kerugian
penurunan nilai

Kurang lancar
32.945.928

Diragukan
68.493.925

(1.754.250)

total
101.439.853
-

(1.754.250)

Piutang bersih

31.191.678
68.493.925
99.685.603
Pada pembiayaan Mudharabah ini tingkat NPF sekitar 19,03% meningkat cukup jauh dari
tahun 2016 yang NPF-nya hanya sebesar 1,39%.
Pembiayaan musyarakah yang bermasalah tercatat sebagai berikut:
Kurang lancar
Jumlah

261.298.966

Diragukan
52.488.567

Macet
359.192.493

total
672.980.026


Cadangan
kerugian
penurunan

-139.309.112

-7.544.951

-345.910.732

-492.764.795

121.989.854

44.943.616

13.281.761

180.215.231


nilai
Piutang bersih

Tingkat NPF pada 2017 adalah sebesar 13,4% meningkat dari tahun 2016 dengan tingkat
NPF 2,14%.
Manajemen Risiko Kredit dengan Instrumen Derivatif
Pada PT. Bank Panin Dubai Syariah Tbk. manajemen mengelola risiko kredit dengan cara
melaksanakan kebijakan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). Sebagaimana telah
disebutkan bahwa nilai suatu instrumen derivatif ditentukan berdasar penurunan nilai aset
dasarnya. Dalam hal ini aset dasar yang digunakan adalah piutang baik dalam bentuk
murabahah, mudharabah, dan musyarakah. Pinjaman qardh tidak termasuk ke dalamnya
karena dianggap tidak bermasalah atau diklasifikasin sebagai kredit lancar sehingga tidak
menimbulkan risiko kredit.
Penentuan nilai CKPN dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti metode individual atau
kolektif dan perhitungannya disesuaikan dengan aturan yang telah dibuat oleh Bank
Indonesia. PT. Bank Panin Dubai Syariah Tbk. dalam melakukan perhitungan CKPN
dilakukan dengan memberikan peringkat terhadap piutangnya yang mana termasuk high
grade, medium grade, dan low grade serta tidak memiliki peringkat. High grade
diperuntukan bagi kualitas kredit yang baik atau sangat rendah risiko. Medium grade
digunakan untuk kualitas kredit baik dengan risiko rendah. Low grade diberikan untuk kredit

dengan risiko moderat. Tidak memiliki peringkat untuk kredit yang tidak memiliki kualitas
sebagaimaa disebutkan sebelumnya.
Melalui penggunaan instrumen derivatif CKPN manajemen PT. Bank Panin Dubai Syariah
Tbk. berpendapat bahwa kerugian dari risiko kredit dapat ditutup atau dihapuskan.
4. Rekomendasi
Dalam melakukan berbagai usaha sebaiknya diperhatikan bagaimana cara mengelola risiko
agar tidak terjadi atau meminimalisir kerugian yang tidak diinginkan. Dalam hal kegiatan
perbankan pengelolaan risiko kredit sebagaimana diketahui adalah sebagai risiko yang paling
umum dikenal dan dirasakan karena sangat berpengaruh terhadap kondisi bank secara
keseluruhan. Dalam melakukan penilaian insrumen derivaatif dalam hal ini CKPN harus

dilakukan dengan perhitungan yang komprehensif dan tepat karena akan sangat berpengaruh
terhadap kinerja keuangan bank.
5. Kesimpulan
PT. Bank Panin Dubai Syariah Tbk. dalam mengelola risiko kreditnya yang pada umumnya
timbul dari aktivitas pembiayaan dan peminjaman kepada nasabahnya atau pihak berelasi
lainnya menggunakan instrumen derivatif. Instrumen yang digunakan adalah Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai yang dinilai dengan metode perhitungan tertentu dan standar yang
telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Daftar Pustaka

1)

Kisman, Z. Model for Overcoming Decline in Credit Growth (Case Study of Indonesia with Time Series
Data 2012M1-2016M12). Journal of Internet Banking and Commerce.Vol.22, No. 3, 2017.

2)

Kisman, Z., & Shintabelle Restiyanita, M. The Validity of Capital Asset Pricing Model (CAPM)
and Arbitrage Pricing Theory (APT) in Predicting the Return of Stocks in Indonesia Stock
Exchange. American Journal of Economics, Finance and Management Vol. 1, No. 3, 2015, pp.

3)

184-189
Kisman, Z. Disappearing Dividend Phenomenon: A Review of Theories and Evidence.

4)

Transylvanian Review. Vol XXIV, No. 08, 2016.
Pratiwi, Y. W., Dwiatmanto., Endang M. G. Analisis Manajemen Risiko Kredit untuk

5)

Mmeminimalisir Kredit Modal Kerja Bermasalah. Vol. 38 No.1, 2016 hal. 156-163
Utomo, L. L. Instrumen Derivatif : Pengenalan dalam Strategi Manajemen Risiko Perusahaan.
Vol. 2, No. 1, 2000, hal. 53-68