Laporan Praktikum Kimia Organik Karbohid (1)
I.
PENDAHULUAN
A. Judul
Karbohidrat
B. Tujuan
Mengenali beberapa sifat monosakarida, disakarida, dan polisakarida
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Irawan (2007), karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari
molekul karbon, hidrogen, dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi
utama karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Tiap 1 gram
karbohidrat yang dikonsumsi menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energi hasil
proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh
tubuh untuk menjalankan sebagai fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontraksi
jantung dan otot serta juga untuk menjalankan berbagai aktivitas fisik seperti
berolahraga atau bekerja.
Karbohidrat didefinisikan secara umum sebagai senyawa dengan rumus
molekul Cm(H2O)n. Namun, kata karbohidrat umumnya digunakan dalam
pengertian lebih terbatas untuk menunjukkan zat yang terdiri atas polihidroksi
aldehid dan keton serta turunannya (Pine, 1988).
Nama karbohidrat dikemukakan pertama kali oleh para ahli kimia Perancis.
Nama tersebut diberikan untuk golongan senyawa-senyawa organik yang tersusun
atas unsur karbon, hidrogen, dan oksigen; dalam senyawa-senyawa ini, dua unsur
yang terakhir mempunyai perbandingan 2:1, seperti perbandingan hidrogen dan
oksigen pada air. Mereka menganggap senyawa-senyawa ini merupakan hidrat
dari karbon yang mempunyai rumus perbandingan Cn(H2O)m ; n = m atau
kelipatan urutan bilangan bulat seterusnya. Akhirnya, pada tahun 1880-an disadari
bahwa anggapan “hidrat dari karbon” merupakan anggapan yang keliru, dan
karbohidrat sebenarnya adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton atau
turunan dari keduanya. (Sumardjo, 2009).
Menurut Risnoyatiningsih (2008), karbohidrat merupakan sumber kalori
utama bagi manusia selain protein dan lemak. Karbohidrat yang mempunyai
rumus empiris (CH2O)n ini juga mempunyai peranan penting dalam menentukan
karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur dan lain-lain.
Sedangkan dalam tubuh, karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya
pemecahan-pemecahan protein tubuh yang berlebihan, kehilangan mineral dan
berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein.
Karbohidrat merupakan makromolekul yang paling banyak ditemukan di
alam dengan rumus umum Cn(H2O)n dan banyak terdapat pada tumbuh-tubuhan
yang berwarna hijau melalui proses yang disebut dengan photosinethesa dengan
menggunaka bantuan energi matahari. Karbohidrat terbentuk pada proses
fotosintesis dengan bantuan energi matahari, dengan reaksi kimia :
pengubahan energi matahari menjadi energi kimia dalam biomolekul menjadikan
karbohidrat sebagai sumber utama energi metabolit untuk organisme hidup
(Sunarya dan Setiabudi, 2009).
Menurut James dkk. (2008), karbohidrat hanya mengandung karbon, hidrogen,
dan oksigen. Dinamakan karbohidrat karena rasio hidrogen terhadap oksigen
adalah 2:1, yang sama dengan rasio pada air. Kata sakarida berarti gula, dan nama
gula mempunyai akhiran –osa. Semua karbohidrat mengandung gugus fungsional
hidroksil –OH yang termasuk kelompok alkohol. Dulu karbohidrat disebut gula
alkohol.
Karbohidrat dibagi menjadi beberapa klas atau golongan sesuai dengan sifatsifatnya terhadap zat-zat penghidrolisis. Karbohidrat atau gula dibagi menjadi
empat golongan yaitu :
1.
Gula yang sederhana atau monosakarida, kebanyakan adalah senyawasenyawa yang mengandung lima dan enam atom karbon. Karbohidrat
yang mengandung 6 karbon disebut heksosa. Gula yang mengandung
5 karbon disebut pentosa. Kebanyakan gula sederhana adalah
merupakan polihidroksi aldehida yang disebut aldosa dan polihidroksi
2.
keton disebut ketosa.
Oligosakarida, senyawa berisi dua atau lebih gula sederhana yang
dihubungkan oleh pembentukan asetal antara gugus aldehida dan
gugus keton dengan gugus hidroksil. Bila dua gula digabungkan
diperoleh disakarida, bila tiga diperoleh trisakarida dan seerusnya
3.
ikatan penggabungan bersama-sama gula ini disebut ikatan glikosida.
Polisakarida, di mana di dalamnya terikat lebih dari satu gula
sederhana yang dihubungkan dalam ikatan glikosida. Polisakarida
4.
meliputi pati, sellulosa dan dekstrin.
Glikosida, dibedakan dari oligo dan polisakarida yaitu oleh kenyataan
bahwa mereka mengandung molekul bukan gula yang dihubungkan
dengan gula oleh ikatan glikosida (Sastrohamidjojo, 2005).
Karbohidrat adalah turunan aldehid atau keton dari alkohol polihidroksi atau
senyawa turunan sebagai hasil hidrolisis senyawa kompleks (misal gliko protein
dan gliko lipid). Pada sel-sel binatang karbohidrat mempunyai peranan spesifik
yang penting, misalnya ribosa sebagai penyusun nukleoprotein sel, galaktosa
sebagai penyusun lipid-lipid tertentu dan laktosa sebagai komponen air susu
(Girinda, 1986).
Monosakarida merupakan gula sederhana. Monosakarida terdapat dalam
bentuk ‘rantai terbuka’ dan bentuk cincin. Kedua bentuk ini dengan mudah saling
bertukar bentuk. Di dalam larutan bentuk ‘rantai terbuka’ menutup dan
membentuk struktur cincin yang lebih stabil (James dkk., 2008).
Hanya ada tiga monosakarida yang sering terdapat dalam makanan.
Monosakarida tersebut adalah glukosa (gula darah atau dekstrosa), fruktosa (gula
buah), dan galaktosa. Ketiganya memiliki rumus molekul C6H12O6 dan disebut
juga heksosa karena memiliki enam atom karbon. Monosakarida dengan lima
atom karbon disebut pentosa, contohnya ribosa dan deoksiribosa. Fruktosa,
galaktosa, dan glukosa merupakan isomer- memiliki rumus molekul yang sama
tetapi rumus strukturnya berbeda. Jadi ketiganya memiliki sifat kimiawi yang
berbeda (James dkk, 2008).
Menurut Marks dkk. (2000), suatu monosakarida, unit gula yang paling kecil,
dapat digambarkan sebagai suatu rantai lurus dari atom-atom karbon, yang salah
satunya membentuk sebuah gugus karbonil melalui ikatan rangkap dengan
oksigen. Karbon lain pada monosakarida biasanya mengandung gugus hidroksil.
Apabila gugus karbonilnya adalah suatu aldehida, gula tersebut diberi nama
aldosa. Gula dengan sebuah gugus keton disebut ketosa. Pada monosakarida yang
paling sering dijumpai, jumlah karbon berkisar dari 3 (disebut triosa) sampai 7
(heptosa). Gula dengan karbon berjumlah 4, 5, 6 masing-masing disebut tetrosa,
pentosa, dan heksosa. Menurut James dkk. (2008), semua monosakarida
merupakan gula pereduksi karena mudah bereaksi dengan reagen seperti larutan
Benedict dan Fehling. Monosakarida akan mereduksi larutan reagen yang
berwarna biru menjadi merah bata.
Menurut Sumardjo (2009), aldosa adalah monosakarida yang mempunyai
struktur kimia gugus aldehida bebas atau gugus formil bebas. Aldosa yang
mempunyai tiga atom karbon disebut aldotriosa; yang mempunyai empat atom
karbon disebut aldotetrosa; yang mempunyai lima atom karbon disebut
aldopentosa; yang mempunyai enam atom karbon disebut aldoheksosa, dan
seterusnya. Ketosa adalah monosakarida yang mempunyai struktur kimia gugus
keton bebas atau gugus karbonil bebas. Ketosa mempunyai struktur kimia yang
mengandung tiga atom karbon, disebut ketotriosa; empat atom karbon disebut
ketotetrosa; lima atom karbon disebut ketopentosa; enam atom karbon disebut
ketoheksosa; tujuh atom karbon disebut ketoheptosa; dan seterusnya.
Monosakarida biasanya memiliki tiga sampai sembilan atom karbon,
berdasarkan jumlah atom karbon penyusunnya, monosakarida dibedkan atas
triosa, tetrosa, pentosa, heksosa, heptosa, oktosa, dan nonosa. Monosakarida yang
paling banyak ditemukan di alam adalah pentosa dan heksosa. Meskipun
demikian, triosa, bebrapa tetrosa, dan beberapa heptosa juga berperanan penting
dalam metabolisme hewan, manusia, dna tanaman (Sumardjo, 2009).
Menurut Sumardjo (2009), oligosakarida tersusun atas sedikit “oligos” satuan
atau unit monosakarida. Unit-unit penyusun oligosakarida dapat sama, tetapi
dapat juga berbeda dan umumnya tersusun atas 2-6 satuan monosakarida.
Oligosakarida berupa zat padat berbentuk kristal yang dapat larut dalam air.
Oligosakarida yang terdapat di alam adalah disakarida, trisakarida, dan
tetrasakarida.
Oligosakarida merupakan polimer dari 2-10 monosakarida. Biasanya bersifat
larut dalam air. Oligoskarida yang terdiri dari 2 molekul monosakarida disebut
disakarida. Contoh paling umum disakarida adalah sukrosa. Oligosakarida dapat
diperoleh dari hasil hidrolisis polisakarida dengan bantuan enzim tertentu atau
hidrolisis dengan asam (Risnoyatiningsih, 2008).
Menurut Kuchel dan Ralston (2006), polisakarida adalah polimer yang tersusun
atas sejumlah besar monosakarida yang bertautan melalui ikatan glikosidik.
Fungsi utamanya adalah sebagai komponen struktural atau sebagai bentuk
penyimpanan energi. Polisakarida merupakan karbohidrat yang tersusun lebih dari
sepuluh satuan monosakarida dan dapat berantai lurus atau bercabang.
Polisakarida dapat dihidrolisis oleh asam atau enzim tertentu yang kerjanya
spesifik. Hidrolisis sebagian polisakarida menghasilkan oligosakarida dan dapat
digunakan untuk menentukan struktur molekul polisakarida. Contoh: amilum,
dekstrin, glikogen, dan sellulosa (Riawan, 1990).
Menurut Untara (2014), glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan
dua bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh
suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen.
Menurut Fennema (1996), sukrosa merupakan disakarida yang tersusun atas
sebuah α-D-glucophyranosil dan β-D-fructofuranosyl yang berikatan antar ujung
reduksinya. Sukrosa tidak mempunyai ujung pereduksi sehingga termasuk dalam
gula non pereduksi (Fennema, 1996). Menurut Pontoh (2013), sukrosa merupakan
bahan yang sangat diperlukan tubuh manusia, hewan dan tumbuhan. Senyawa ini
dalam jaringan tumbuhan tertentu seperti tebu dan bit disimpan sebagai cadangan
makanan.
Menurut Stansfield, Colome, dan Cano (2003), glukosa adalah monosakarida
berkarbon enam (heksosa) yang digunakan sebagai sumber dasar energi oleh
kebanyakan sel heterotrofik. Glukosa meru[akan gula utama yang ditranspor pada
sel-sel hewan. Menurut Marks dkk. (2000), glukosa merupakan pusat dari semua
metabolise. Glukosa adalah bahan bakar universal bagi sel manusia dan
merupakan sumber krbon untuk sintesis sebagian besar senyawa lainnya.
Gula fruktosa ditemukan dalam makanan sebagai gula bebas misalnya sebagai
madu atau sebagai komponen disakarida sukrosa dalam buah atau permen.
Fruktosa juga dapat disintesis dari glukosa melalui jalur poliol. Fruktosa
dimetabolis melalui perubahan menjadi zat antara glikolisis (Marks dkk. 2000).
Menurut Sumardjo (2009), fruktosa biasanya ditemukan pada berbagai bahan
makanan seperti madu dan buah, dan merupakan gula darah penting berasama
glukosa dan galaktosa. Fruktosa ini dapat menyebabkan kegemukan dan memiliki
rumus struktur :
Menurut Makfoeld (2002), maltosa merupakan disakarida paling sederhana,
kedua rantai glukosa dalam bentuk piranosa yang terdiri atas dua molekul glukosa
yang dihubungkan dengan ikatan α (1-4) glikosidik. Maltosa adalah gula
pereduksi karena memiliki gugus karbonil bebas yang dapat dioksidasi.
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Barangkali tidak ada satu senyawa
organik lain yang tersebar begitu luas sebagai kandungan tanaman seperti halnya
pati. Dalam jumlah besar, pati dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai
wujud penympanan sementara dari produk fotosintesis. Pati juga tersimpan dalam
bahan makanan cadangan permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras,
kulit batang, akar tanaman menahun dan umbi. Pati merupakan 50-65% berat
kering biji gandum dan 80% bahan kering umbi kentang (Sumardjo, 2009).
Menurut Marks dkk. (2000), uji fehling memiliki 2 pereaksi yang dapat direduksi
selain oleh karbohidrat yang memiliki sifat mereduksi, juga dapat direduksi oleh
reduktor lain. Pereaksi fehling ini terdiri atas fehling A dan fehling B. Larutan
fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air, sedangkan fehling B adalah larutan
garam K Nartartat dan NaOH dalam air. Kedua macam larutan ini disimpan
terpisah. Dalam rekasi ini, ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasan
basa akan diendapkan sebagai Cu2O. Reaksinya :
2 Cu+ + 2OH-
Cu2O + H2O
(endapan)
Uji Iod pelarutnya adalah iodin. Iodin membentuk adsorpsi warna yang
kompleks dengan polisakarida. Kanji akan menunjukan warna biru bila ditambah
iodin. Sementara itu glikogen dan hidrolisa sebagian dari kanji akan bereaksi
untuk membentuk warna merah kecoklatan. Iodin terdiri dari larutan iodin
sebanyak 30 gr/l dan selulosa, glikogen, kanji, dan inulin sebanyak 10 gr/l
(Plummer, 1982).
Menurut Poedjiadi (1994), uji molisch, pereaksinya terdiri atas larutan L-nafbal
dalm alkohol. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan glukosa, kemudian
secara hati-hati ditambahkan asam sulfat pekat, akan terbentuk dua lapisan zat
cair. Pada batas anatara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi
reaksi kondensasi antara furfural dengan L-naftol. Walaupun reaksi ini tidak
spesifik untuk karbohidrat, namun dapat digunakan sebagai reaksi pendahuluan
dalam analisis kualitatif karbohidrat. Hasil negatif merupakan suatu bukti bahwa
tidak ada karbohidrat.
Menurut Plummer (1982), uji moore disebut reaksi pendamaran yaitu suatu
reaksi yang memisahkan sifat-sifat karbohidrat. Pada uji moore ini, pereaksinya
adalah NaOH. Selain ditambah NaOH juga dilakukan pemanasan. Hal ini
dilakukan supaya reaksi yang terjadi lebih cepat agar dihasilkan warna.
Hidrolisis merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil / OH oleh suatu
senyawa. Di dalam larutan yang kondisinya asam, karbohidrat jenis polisakarida
dan disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil monomernya
sehingga terjadi kondensasi yang akhrinya membentuk kompleks warna tertentu
(Riawan, 1990).
Menurut Plummer (1982), uji Luff adalah uji kimia kualitatif yang bertujuan
menguji adanya gugus aldehid (-CHO). Komponen utama reagent Luff adalah
CuO. Uji ini dilakukan dengan menambahkan reagen luff pada sampel, kemudian
dipanaskan. Reaksi positif pada uji Luff ditandai dengan adanya endapan merah.
III. METODE
A. Alat dan bahan
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Pro pipet
5. Pipet ukur
6. Bunsen
7. Korek elektrik
8. Gelas beker
9. Penjepit tabung
10. Mesin vortex
Bahan :
1. Larutan sampel A (glukosa)
2. Larutan sampel B (fruktosa)
3. Larutan sampel C (maltosa)
4. Larutan sampel D (amilum)
5. Larutan sampel E (sukrosa)
6. Larutan Iod 0,1 N
7. Indikator phenolphtalein
8. Reagen Luff
9. Reagen Molisch
10. Larutan H2SO4 pekat
11. Larutan H2SO4 10%
12. Larutan NaOH 10%
13. Fehling A
14. Fehling B
15. Kertas label
B. Cara Kerja
1. Fehling test
Masing-masing sampel (glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa dan
amilum) yang telah disiapkan diambil dan dimasukan ke dalam masing-
masing tabung reaksi sebanyak 2 ml. Kemudian ditambah Fehling A dan
Fehling B masing-masing sebanyak 2 ml. Lalu larutan diteteskan larutan
NaOH 10% sebanyak 2 tetes. Setelah itu larutan dipanaskan sampai
mendidih. Perubahan warna pada larutan diamati.
2. Moore test
Masing-masing sampel (glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa dan
amilum) yang telah disiapkan diambil dan dimasukan ke dalam masingmasing tabung reaksi sebanyak 5 ml. Kemudian larutan ditambahkan
larutan NaOH 10% sebanyak 5 ml. Lalu larutan dipanaskan hingga
mendidih. Setelah dipanaskan, perubahan warna pada larutan diamati.
3. Hidrolisa
Masing-masing sampel (glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa dan
amilum) yang telah disiapkan diambil dan dimasukan ke dalam masingmasing tabung reaksi sebanyak 5 ml. Kemudian ditambah larutan H2SO4
10% sebanyak 1 ml. Larutan dipanaskan hingga mendidih lalu
didinginkan. Setelah dingin, ditambah larutan NaOH 10% sebanyak 2 ml
dan indikator PP sebanyak 2 tetes. Kemudian ditambah Fehling A dan
Fehling B masing-masing sebanyak 2 ml. Lalu larutan dipanaskan hingga
mendidih dan diamati perubahan warnanya.
4. Iod test
Masing-masing sampel (glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa dan
amilum) yang telah disiapkan diambil dan dimasukan ke dalam masingmasing tabung reaksi sebanyak 5 ml. Kemudian ditambahkan larutan Iod
sebanyak 5 tetes dan diamati perubahan warna pada larutan.
5. Molisch test
Masing-masing sampel (glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa dan
amilum) yang telah disiapkan diambil dan dimasukan ke dalam masingmasing tabung reaksi sebanyak 5 ml. Lalu ditambahkan reagen Molisch
sebanyak 2 ml. Kemudian larutan divortex. Setelah itu, ditambahkan
larutan H2SO4 pekat sebanyak 1 ml dengan hati-hati melalui dinding
tabung reaksi.
6. Luff test
Masing-masing sampel (glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa dan
amilum) yang telah disiapkan diambil dan dimasukan ke dalam masing-
masing tabung reaksi sebanyak 5 ml. Kemudian ditambah reagen Luff
sebanyak 2 ml. Lalu larutan dipanaskan hingga mendidih dan perubahan
warna pada larutan diamati.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Setelah dilakukan percobaan, hasil Fehling test yang didapatkan sebagai
berikut :
Warna
Sampel
Warna
+Fehling
A+B
A
(Glukosa)
B
(Fruktosa)
C
(Maltosa)
D
(Amilum)
E
(Sukrosa)
Dipanaskan
+NaOH
10%
Endapan
Warna
Bening
Biru tua
Biru tua
Ada
Coklat (+)
Bening
Biru tua
Biru tua
Ada
Coklat (+)
Bening
Biru tua
Biru tua
Ada
Biru tua
Biru tua
Ada
Tidak ada (-)
Biru tua
Biru tua
Ada
Jingga (-)
Keruh
(putih)
Bening
Kuning
kunyit (+)
Setelah dilakukan percobaan, hasil Moore test yang didapatkan sebagai
berikut :
Warna
Sampel
Warna
+NaOH 10%
Dipanaskan
Endapan
Warna
Coklat
A
(Glukosa)
B
(Fruktosa)
C
(Maltosa)
Bening
-
kemerahan
(+)
Coklat
Bening
Bening
-
kekuningan
(+)
Coklat
Bening
D
Keruh
(Amilum)
E
(putih)
(Sukrosa)
Bening
Bening
Bening
-
Putih keruh
-
Bening
-
kekuningan
(+)
Kuning
bening (+)
Bening (-)
Setelah dilakukan percobaan, hasil Molisch test yang didapatkan sebagai
berikut :
Sampel
Warna
Warna
Warna
Terbentuk
Ditambah H2SO4
Endapan
Terbentuk
cincin
awal
A
Bening
(Glukosa)
Putih keruh,
Putih keruh
-
cincin
warna ungu
Terbentuk
didasar
Putih keruh,
B
Bening
(Fruktosa)
Putih keruh
-
cincin
warna ungu
Terbentuk
didasar
Putih keruh,
C
Bening
(Maltosa)
Putih keruh
-
cincin
warna ungu
Terbentuk
didasar
D
Keruh
(Amilum)
(putih)
Putih keruh
-
Putih keruh
-
Putih keruh,
E
Bening
(Sukrosa)
Putih keruh
-
cincin
warna ungu
terbentuk
didasar
Setelah dilakukan percobaan, hasil Luff test yang didapatkan sebagai
berikut :
Sampel
Warna
Warna
Warna
Akhir
A (Glukosa)
awal
Bening
Biru
B (Fruktosa)
Bening
Biru
Orange, ada endapan
Hijau kecoklatan, ada
C (Maltosa)
Bening
Putih
Biru
D (Amilum)
E (Sukrosa)
keruh
Bening
Biru
Biru
endapan
Jingga, ada endapan
Hijau tosca tidak ada
endapan
Coklat, ada endapan
Setelah dilakukan percobaan, hasil Iod test yang didapatkan sebagai
berikut :
Warna
Sampel
Awal
Akhir
Orange tua pada
A (Glukosa)
permukaan tabung,
Bening
kuning pada dasar
tabung
Orange. Pada dasar
B (Fruktosa)
Bening
tabung warna orange
C (Maltosa)
D (Amilum)
Bening
Bening
lebih tua
kuning
Ungu kehitaman
Pada permukaan tabung
E (Sukrosa)
Bening
berwarna orange. Pada
dasar tabung berwarna
kuning
Setelah dilakukan percobaan, hasil uji hidrolisa yang didapatkan sebagai
berikut :
Warna
awal
sampel
Glukosa
Warna
Endapan
Setelah
dipanaska
Awal
+
+
+
hidrolisa
Fehlin
Fehling
NaOH
Bening
gA
Ungu
B
Hijau
10%
Orang
Orange
Orange
violet
tua
e muda
muda
muda pada
n
permukaan
hingga
tengah
tabung. Ada
endapan
orange pada
dasar
Fruktosa
Bening
Ungu
Hijau
Orang
violet
tua
e muda
Orange tua
tabung
Coklat pada
permukaan
tabung,
hijau pada
tengah
tabung,
endapan
orange tua
di dasar
Maltosa
Bening
Ungu
Hijau
Orang
violet
tua
e muda
Orange tua
tabung.
Coklat pada
permukaan
tabung,
hijau tua
pada tengah
tabung,
endapan
orange tua
di dasar
Amilum
Bening
Ungu
Hijau
Orang
violet
tua
e muda
Orange tua
tabung
Hijau tua
pada
permukaan
hingga
tengah
tabung,
endapan
orange
muda pada
dasar
Sukrosa
Bening
Ungu
Hijau
Orang
Orange
tabung
Merah bata
violet
tua
e muda
muda
di
permukaan
tabung,
hijau tua di
tengah
tabung,
endapan
orange di
dasar
tabung
B. Pembahasan
Menurut Rahayu (2009), karbohidrat merupakan polimer alami yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan dan terdiri atas unsur C,H,O dengan rumus
molekul Cn(H2O)n dan berasal dari hidrat dan karbon, karena rumus
molekulnya bermacam-macam tetapi tidak berarti semua karbohidrat dapat
cocok dengan rumus Cn(H2O)n. Menurut Lehninger (1982), karbohidrat
merupakan polihidroksi aldehida atau keton. Nama karbohidrat ini berasal
dari kenyataan bahwa kebanyakan senyawa dari golongan ini mempunyai
rumus empiris yang menunjukan bahwa senyawa tersebut adalah karbon dan
hidrat dan memiliki nisbah karbon terhadap hidrogen dan terhadap O2
sebagai 1 : 2 : 1.
Pada percobaan ini, dalam menentukan karbohidrat digunakan 6 tipe
pengujian yaitu :
1. Uji Fehling
Menurut James dkk. (2008), dalam percobaan Uji Fehling sampel
glukosa, dan sukrosa yang diuji dengan pereaksi Fehling (Fehling A +
Fehling B) pada masing-masing tabung dan kemudian dipanaskan,
maka glukosa dan sukrosa akan menghasilkan endapan merah bata.
Hal yang menyebabkan dihasilkannya endapan merah bata ini karena
ini berasal dari Fehling yang memiliki ion Cu 2+ direduksi menjadi ion
Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan berwarna merah bata
(Cu2O). Sedangkan pada sampel amilum yang diuji dengan pereaksi
Fehling (Fehling A + Fehling B) dan kemudian dipanaskan larutan
akan berwarna biru dengan sedikit endapan merah bata. Hal ini
disebabkan karena amilum merupakan polisakarida yang tidak dapat
bereaksi positif dengan Fehling. Amilum bukan gula pereduksi yang
tidak mempunyai gugus aldehid dan keton bebas, sehingga tidak
terjadi oksidasi antara amilum + larutan Fehling, maka tidak terbentuk
endapan dan larutan tetap berwarna biru setelah dipanaskan.
Reaksi kimia yang terjadi adalah :
Pada uji ini dilakukan pemanasan dengan tujuan untuk
mempercepat reaksi sehingga endapan merah bata cepat dihasilkan.
Selain itu, agar gugus aldehid pada sampel terbongkar ikatannya dan
dapat bereaksi dengan ion OH- membentuk asam karboksilat, Cu2O
(endapan merah bata) yang terbentuk merupakan hasil samping dari
reaksi pembentukan asam karboksilat. Pada Uji Fehling ini, diperoleh
hasil ketiga sampel yaitu glukosa, fruktosa, dan maltosa terbentuk
endapan merah bata yang menandakan bahwa pada larutan tersebut
mengandung gugus aldehid dan termasuk dalam monosakarida (reaksi
positif). Menurut Fessenden dan Fessenden (1997), reaksi positif
menghasilkan endapan merah bata. Endapan merah bata itu terbentuk
setelah sampel diberi pereaksi fehling dan dipanaskan selama beberapa
menit. Maka percobaan pada sampel glukosa, fruktosa, dan maltosa
sesuai dengan teori Fessenden. Pada dua sampel yang lain yaitu (E)
sukrosa dan (D) amilum setelah di panaskan larutannya berwarna
jingga dan tidak berubah warna. Untuk sampel amilum tidak terdapat
endapan dan pada sampel sukrosa endapannya berwarna jingga. Pada
sampel amilum dan sukrosa menghasilkan reaksi negatif karena
disebabkan oleh ketidaktelitian praktikan dalam mengukur volume
larutan, dan kurang lama proses pemanasannya.
2. Uji Iod
Uji Iod pelarutnya adalah iodin. Iodin membentuk adsorpsi warna
yang kompleks dengan polisakarida. Uji Iod digunakan untuk
mengetahui suatu larutan apakah termasuk monosakarida, disakarida,
atau polisakarida. Suatu larutan termasuk monosakarida apabila
berwarna bening, sedangkan bila berwarna merah termasuk disakarida
atau oligosakarida, dan termasuk polisakarida bila berwarna biru.
Pada percobaan ini, sampel glukosa, fruktosa, sukrosa,
menunjukan warna akhir orange. Sampel amilum menunjukan warna
ungu kehitaman (pekat) yang berarti sampel amilum tersebut banyak
mengandung polisakarida. Sampel maltosa menghasilkan warna akhir
kuning.
3. Uji Molisch
Menurut Poedjiadi (1994), uji molisch, pereaksinya terdiri atas
larutan L-nafbal dalam alkohol. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada
larutan glukosa, kemudian secara hati-hati ditambahkan asam sulfat
pekat, akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batas anatara kedua
lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi kondensasi
antara furfural dengan L-naftol. Walaupun reaksi ini tidak spesifik
untuk karbohidrat, namun dapat digunakan sebagai reaksi pendahuluan
dalam analisis kualitatif karbohidrat. Hasil negatif merupakan suatu
bukti bahwa tidak ada karbohidrat. Asam sulfat pekat yang
ditambahkan berfungsi untuk menghidrolisis ikatan glikosida yang
kemudian menghasilkan furfural atau hidroksi metil furfural dengan
Alpha Napthol akan menghasilkan cincin yang keunguan atau violet.
Reaksi yang terjadi adalah :
Pengocokan pada uji molisch ini dilakukan bertujuan agar larutan
yang ditambhakan ke dalam larutan yang lain dapat tercampur merata
dan warnanya pun sama. Pengocokan biasanya menggunakan sebuah
alat yang disebut vortex, karena apabila dilakukan secara manual
terkadang larutan tidak tercampur secara sempurna. Pada Uji Molish
ini, larutan H2SO4 pekat berfungsi menghidrolisis ikatan gliserida.
Semua sampel ketika ditambah reagen Molisch berubah menjadi putih
keruh. Ketika ditambah H2SO4 pekat, sampel glukosa, fruktosa,
maltosa, dan sukrosa menghasilkan perubahan warna yang sama yaitu
putih keruh dan terdapat cincin warna ungu pada dasar tabung.
4. Uji Moore
Menurut Plummer (1982), uji moore disebut reaksi pendamaran
yaitu suatu reaksi yang memisahkan sifat-sifat karbohidrat. Pada uji
moore ini, pereaksinya adalah NaOH. Selain ditambah NaOH juga
dilakukan pemanasan. Hal ini dilakukan supaya reaksi yang terjadi
lebih cepat agar dihasilkan warna. Fungsi penambahan larutan NaOH
10% (alkali/basa) yaitu sebagai pereaksi yang mengandung alkali, dan
sebagai sumber ion OH- (alkali) yang akan berikatan dengan rantai
aldehid dan membentuk aldol aldosa aldehid (aldehid dengan cabang
gugus alkohol) yang berwarna kekuningan. Reaksi yang terjadi yaitu :
Pada Uji Moore ini sampel glukosa, fruktosa, dan maltosa ketika
ditambah larutan NaOH 10% berwarna bening dan setelah dipanaskan
berwarnacoklat
kemerahan,
coklat
kekuningan,
dan
coklat
kekuningan. Hal ini menunjukan bahwa reaksi ketiga sampel tersebut
positif dan mengandung gugus alkali. Pada sampel sukrosa ketika
ditambah larutan NaOH 10% berwarna bening dan setelah dipanaskan
sukrosa berwarna bening. Pada amilum ketika ditambah larutan NaOH
10% berwarna putih keruh. Setelah dipanaskan berwarna kuning
bening. Hal ini menunjukan reaksi yang negatif. Sukrosa bukan
termasuk gula pereduksi.
5. Uji Luff
Menurut Plummer (1982), uji Luff adalah uji kimia kualitatif yang
bertujuan menguji adanya gugus aldehid (-CHO). Komponen utama
reagent Luff adalah CuO. Uji ini dilakukan dengan menambahkan
reagen luff pada sampel, kemudian dipanaskan. Reaksi positif pada uji
Luff ditandai dengan adanya endapan merah.
Uji
Luff
atau
uji
kualitatif digunakan untuk mengetahui ada tidaknya disakarida,
apabila setelah dipanaskan larutan berwarna merah bata atau
kecoklatan. Demikian itu, menunjukan bahwa larutan tersebut
mengandung disakarida. Komponen utama reagen Luff adalah CuO.
Uji ini dilakukan dengan menambahkan reagen Luff pada sampel,
kemudian dipanaskan. Reaksi positif ditandai dengan adanya endapan
merah. Reaksi yang terjadi adalah :
Pada reaksi tersebut terjadi reduksi CuO menjadi Cu 2O. Cu2O
kemudian membentuk endapan merah bata. Salah satu manfaat uji Luff
adalah mengetahui adanya gula pereduksi atau aldosa (contoh :
sukrosa), yang memiliki gugus aldehid.
6. Hidrolisis
Hidrolisis merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil / OH oleh
suatu senyawa. Di dalam larutan yang kondisinya asam, karbohidrat
jenis polisakarida dan disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi
sebagian kecil monomernya sehingga terjadi kondensasi yang akhrinya
membentuk kompleks warna tertentu (Riawan, 1990).
Pada percobaan ini, sampel glukosa di hasil akhir menghasilkan
warna orange. Sampel fruktosa menghasilkan warna coklat pada
permukaan tabung dan warna orange di dasar tabung. Sampel maltosa
menghasilkan warna coklat pada permukaan tabung, hijau tua di tengah
tabung dan orange tua di dasar tabung. Pada sampel sukrosa dan
amilum negatif atau tidak mengandung disakarida karena glukosa
berwarna biru. Sampel glukosa menghasilkan warna orange muda pada
permukaan hingga tengah tabung dan ada endapan orange pada dasar
tabung. Sampel sukrosa menghasilkan warna merah bata di permukaan
tabung, hijau tua di tengah tabung, endapan orange di dasar tabung.
Sampel amilum menghasilkan warna hijau tua pada permukaan hingga
tengah tabung, endapan orange muda pada dasar tabung.
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan karbohidrat yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan :
1. Glukosa mengandung gugus aldehid, gugus karboksilnya aldosa,
merupakan bagian dari karbohidrat, terdapat monosakarida dan bukan
merupakan polisakarida.
2. Fruktosa mengandung gugus aldehid, gugus karboksilnya ketosa, bagian
dari
karbohidrat,
terdapat
monosakarida
dan
bukan
merupakan
polisakarida.
3. Maltosa mengandung gugus aldehid, gugus karboksilnya ketosa, bagian
dari karbohidrat, bukan monosakarida dan bukan merupakan polisakarida.
4. Amilum mengandung gugus aldehid, gugus karboksilnya ketosa, bagian
dari karbohidrat, ada monosakaridanya dan merupakan polisakarida.
5. Sukrosa mengandung gugus aldehid, gugus karboksilnya ketosa, bagian
dari karbohidrat, bukan monosakarida dan bukan merupakan polisakarida.
VI.
DAFTAR PUSTAKA
Fennema, O. R. 1996. Food Chemistry Third Edition. University of Wiscorsin
Madison. New York
Fessenden, R.J. dan J.S. Fessenden. 1997. Kimia Organik. Erlangga:Jakarta.
Girinda, A. 1986. Biokimia. Gramedia, Jakarta.
Irawan, M.A. 2007. Karbohidrat. Jurnal Sports Science Brief. 1(3):1-4.
Kuchel, P., dan Ralston, G.B. 2006. Biokimia. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Makfoeld, D. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Marks, D.B., Marks, A.D., dan Smith, C.M. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar:
Sebuah Pendekatan Klinis. Penerbit EGC, Jakarta.
Pine, S.H. 1988. Kimia Organik 2. ITB Press, Bandung.
Plummer, D.T. 1982. An Introduction to Practical Biochemistry. Tata Mc Graw
Hill Publishing Company Ltd, New Delhi.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. UII Press. Jakarta.
Pontoh, J. 2013. Penentuan Kandungan Sukrosa pada Gula Aren dengan Metode
Enzimatik. Jurnal Chemistry Progress. 6(1):1.
Riawan. 1990. Kimia Organik. Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Risnoyatiningsih, S. 2008. Yellow Sweet Potato Strach Hydrolysis Into Glucose
Enzymatically. Jurnal Teknik Kimia. 3(1):1.
Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Organik. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Stansfield, W.D., Colome, J.S., dan Cano, R.J. 2006. Biologi Molekuler dan Sel.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Mahasiswa Kedokteran
dan
Program Strata I. Penerbit EGC. Jakarta.
Sunarya, Y dan Setiabudi, A. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Kimia 3.
Penerbit pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Untara, R. 2014. Kamus Sains. Indonesia Tera, Yogyakarta.
LAMPIRAN
1. Uji Molisch
2. Uji Luff setelah dipanaskan
3. Uji Moore
4. Uji Luff sebelum dipanaskan
5. Uji Fehling setelah dipanaskan
6. Uji Iod
7. Uji Hidrolisis
PENDAHULUAN
A. Judul
Karbohidrat
B. Tujuan
Mengenali beberapa sifat monosakarida, disakarida, dan polisakarida
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Irawan (2007), karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari
molekul karbon, hidrogen, dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi
utama karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Tiap 1 gram
karbohidrat yang dikonsumsi menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energi hasil
proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh
tubuh untuk menjalankan sebagai fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontraksi
jantung dan otot serta juga untuk menjalankan berbagai aktivitas fisik seperti
berolahraga atau bekerja.
Karbohidrat didefinisikan secara umum sebagai senyawa dengan rumus
molekul Cm(H2O)n. Namun, kata karbohidrat umumnya digunakan dalam
pengertian lebih terbatas untuk menunjukkan zat yang terdiri atas polihidroksi
aldehid dan keton serta turunannya (Pine, 1988).
Nama karbohidrat dikemukakan pertama kali oleh para ahli kimia Perancis.
Nama tersebut diberikan untuk golongan senyawa-senyawa organik yang tersusun
atas unsur karbon, hidrogen, dan oksigen; dalam senyawa-senyawa ini, dua unsur
yang terakhir mempunyai perbandingan 2:1, seperti perbandingan hidrogen dan
oksigen pada air. Mereka menganggap senyawa-senyawa ini merupakan hidrat
dari karbon yang mempunyai rumus perbandingan Cn(H2O)m ; n = m atau
kelipatan urutan bilangan bulat seterusnya. Akhirnya, pada tahun 1880-an disadari
bahwa anggapan “hidrat dari karbon” merupakan anggapan yang keliru, dan
karbohidrat sebenarnya adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton atau
turunan dari keduanya. (Sumardjo, 2009).
Menurut Risnoyatiningsih (2008), karbohidrat merupakan sumber kalori
utama bagi manusia selain protein dan lemak. Karbohidrat yang mempunyai
rumus empiris (CH2O)n ini juga mempunyai peranan penting dalam menentukan
karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur dan lain-lain.
Sedangkan dalam tubuh, karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya
pemecahan-pemecahan protein tubuh yang berlebihan, kehilangan mineral dan
berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein.
Karbohidrat merupakan makromolekul yang paling banyak ditemukan di
alam dengan rumus umum Cn(H2O)n dan banyak terdapat pada tumbuh-tubuhan
yang berwarna hijau melalui proses yang disebut dengan photosinethesa dengan
menggunaka bantuan energi matahari. Karbohidrat terbentuk pada proses
fotosintesis dengan bantuan energi matahari, dengan reaksi kimia :
pengubahan energi matahari menjadi energi kimia dalam biomolekul menjadikan
karbohidrat sebagai sumber utama energi metabolit untuk organisme hidup
(Sunarya dan Setiabudi, 2009).
Menurut James dkk. (2008), karbohidrat hanya mengandung karbon, hidrogen,
dan oksigen. Dinamakan karbohidrat karena rasio hidrogen terhadap oksigen
adalah 2:1, yang sama dengan rasio pada air. Kata sakarida berarti gula, dan nama
gula mempunyai akhiran –osa. Semua karbohidrat mengandung gugus fungsional
hidroksil –OH yang termasuk kelompok alkohol. Dulu karbohidrat disebut gula
alkohol.
Karbohidrat dibagi menjadi beberapa klas atau golongan sesuai dengan sifatsifatnya terhadap zat-zat penghidrolisis. Karbohidrat atau gula dibagi menjadi
empat golongan yaitu :
1.
Gula yang sederhana atau monosakarida, kebanyakan adalah senyawasenyawa yang mengandung lima dan enam atom karbon. Karbohidrat
yang mengandung 6 karbon disebut heksosa. Gula yang mengandung
5 karbon disebut pentosa. Kebanyakan gula sederhana adalah
merupakan polihidroksi aldehida yang disebut aldosa dan polihidroksi
2.
keton disebut ketosa.
Oligosakarida, senyawa berisi dua atau lebih gula sederhana yang
dihubungkan oleh pembentukan asetal antara gugus aldehida dan
gugus keton dengan gugus hidroksil. Bila dua gula digabungkan
diperoleh disakarida, bila tiga diperoleh trisakarida dan seerusnya
3.
ikatan penggabungan bersama-sama gula ini disebut ikatan glikosida.
Polisakarida, di mana di dalamnya terikat lebih dari satu gula
sederhana yang dihubungkan dalam ikatan glikosida. Polisakarida
4.
meliputi pati, sellulosa dan dekstrin.
Glikosida, dibedakan dari oligo dan polisakarida yaitu oleh kenyataan
bahwa mereka mengandung molekul bukan gula yang dihubungkan
dengan gula oleh ikatan glikosida (Sastrohamidjojo, 2005).
Karbohidrat adalah turunan aldehid atau keton dari alkohol polihidroksi atau
senyawa turunan sebagai hasil hidrolisis senyawa kompleks (misal gliko protein
dan gliko lipid). Pada sel-sel binatang karbohidrat mempunyai peranan spesifik
yang penting, misalnya ribosa sebagai penyusun nukleoprotein sel, galaktosa
sebagai penyusun lipid-lipid tertentu dan laktosa sebagai komponen air susu
(Girinda, 1986).
Monosakarida merupakan gula sederhana. Monosakarida terdapat dalam
bentuk ‘rantai terbuka’ dan bentuk cincin. Kedua bentuk ini dengan mudah saling
bertukar bentuk. Di dalam larutan bentuk ‘rantai terbuka’ menutup dan
membentuk struktur cincin yang lebih stabil (James dkk., 2008).
Hanya ada tiga monosakarida yang sering terdapat dalam makanan.
Monosakarida tersebut adalah glukosa (gula darah atau dekstrosa), fruktosa (gula
buah), dan galaktosa. Ketiganya memiliki rumus molekul C6H12O6 dan disebut
juga heksosa karena memiliki enam atom karbon. Monosakarida dengan lima
atom karbon disebut pentosa, contohnya ribosa dan deoksiribosa. Fruktosa,
galaktosa, dan glukosa merupakan isomer- memiliki rumus molekul yang sama
tetapi rumus strukturnya berbeda. Jadi ketiganya memiliki sifat kimiawi yang
berbeda (James dkk, 2008).
Menurut Marks dkk. (2000), suatu monosakarida, unit gula yang paling kecil,
dapat digambarkan sebagai suatu rantai lurus dari atom-atom karbon, yang salah
satunya membentuk sebuah gugus karbonil melalui ikatan rangkap dengan
oksigen. Karbon lain pada monosakarida biasanya mengandung gugus hidroksil.
Apabila gugus karbonilnya adalah suatu aldehida, gula tersebut diberi nama
aldosa. Gula dengan sebuah gugus keton disebut ketosa. Pada monosakarida yang
paling sering dijumpai, jumlah karbon berkisar dari 3 (disebut triosa) sampai 7
(heptosa). Gula dengan karbon berjumlah 4, 5, 6 masing-masing disebut tetrosa,
pentosa, dan heksosa. Menurut James dkk. (2008), semua monosakarida
merupakan gula pereduksi karena mudah bereaksi dengan reagen seperti larutan
Benedict dan Fehling. Monosakarida akan mereduksi larutan reagen yang
berwarna biru menjadi merah bata.
Menurut Sumardjo (2009), aldosa adalah monosakarida yang mempunyai
struktur kimia gugus aldehida bebas atau gugus formil bebas. Aldosa yang
mempunyai tiga atom karbon disebut aldotriosa; yang mempunyai empat atom
karbon disebut aldotetrosa; yang mempunyai lima atom karbon disebut
aldopentosa; yang mempunyai enam atom karbon disebut aldoheksosa, dan
seterusnya. Ketosa adalah monosakarida yang mempunyai struktur kimia gugus
keton bebas atau gugus karbonil bebas. Ketosa mempunyai struktur kimia yang
mengandung tiga atom karbon, disebut ketotriosa; empat atom karbon disebut
ketotetrosa; lima atom karbon disebut ketopentosa; enam atom karbon disebut
ketoheksosa; tujuh atom karbon disebut ketoheptosa; dan seterusnya.
Monosakarida biasanya memiliki tiga sampai sembilan atom karbon,
berdasarkan jumlah atom karbon penyusunnya, monosakarida dibedkan atas
triosa, tetrosa, pentosa, heksosa, heptosa, oktosa, dan nonosa. Monosakarida yang
paling banyak ditemukan di alam adalah pentosa dan heksosa. Meskipun
demikian, triosa, bebrapa tetrosa, dan beberapa heptosa juga berperanan penting
dalam metabolisme hewan, manusia, dna tanaman (Sumardjo, 2009).
Menurut Sumardjo (2009), oligosakarida tersusun atas sedikit “oligos” satuan
atau unit monosakarida. Unit-unit penyusun oligosakarida dapat sama, tetapi
dapat juga berbeda dan umumnya tersusun atas 2-6 satuan monosakarida.
Oligosakarida berupa zat padat berbentuk kristal yang dapat larut dalam air.
Oligosakarida yang terdapat di alam adalah disakarida, trisakarida, dan
tetrasakarida.
Oligosakarida merupakan polimer dari 2-10 monosakarida. Biasanya bersifat
larut dalam air. Oligoskarida yang terdiri dari 2 molekul monosakarida disebut
disakarida. Contoh paling umum disakarida adalah sukrosa. Oligosakarida dapat
diperoleh dari hasil hidrolisis polisakarida dengan bantuan enzim tertentu atau
hidrolisis dengan asam (Risnoyatiningsih, 2008).
Menurut Kuchel dan Ralston (2006), polisakarida adalah polimer yang tersusun
atas sejumlah besar monosakarida yang bertautan melalui ikatan glikosidik.
Fungsi utamanya adalah sebagai komponen struktural atau sebagai bentuk
penyimpanan energi. Polisakarida merupakan karbohidrat yang tersusun lebih dari
sepuluh satuan monosakarida dan dapat berantai lurus atau bercabang.
Polisakarida dapat dihidrolisis oleh asam atau enzim tertentu yang kerjanya
spesifik. Hidrolisis sebagian polisakarida menghasilkan oligosakarida dan dapat
digunakan untuk menentukan struktur molekul polisakarida. Contoh: amilum,
dekstrin, glikogen, dan sellulosa (Riawan, 1990).
Menurut Untara (2014), glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan
dua bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh
suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen.
Menurut Fennema (1996), sukrosa merupakan disakarida yang tersusun atas
sebuah α-D-glucophyranosil dan β-D-fructofuranosyl yang berikatan antar ujung
reduksinya. Sukrosa tidak mempunyai ujung pereduksi sehingga termasuk dalam
gula non pereduksi (Fennema, 1996). Menurut Pontoh (2013), sukrosa merupakan
bahan yang sangat diperlukan tubuh manusia, hewan dan tumbuhan. Senyawa ini
dalam jaringan tumbuhan tertentu seperti tebu dan bit disimpan sebagai cadangan
makanan.
Menurut Stansfield, Colome, dan Cano (2003), glukosa adalah monosakarida
berkarbon enam (heksosa) yang digunakan sebagai sumber dasar energi oleh
kebanyakan sel heterotrofik. Glukosa meru[akan gula utama yang ditranspor pada
sel-sel hewan. Menurut Marks dkk. (2000), glukosa merupakan pusat dari semua
metabolise. Glukosa adalah bahan bakar universal bagi sel manusia dan
merupakan sumber krbon untuk sintesis sebagian besar senyawa lainnya.
Gula fruktosa ditemukan dalam makanan sebagai gula bebas misalnya sebagai
madu atau sebagai komponen disakarida sukrosa dalam buah atau permen.
Fruktosa juga dapat disintesis dari glukosa melalui jalur poliol. Fruktosa
dimetabolis melalui perubahan menjadi zat antara glikolisis (Marks dkk. 2000).
Menurut Sumardjo (2009), fruktosa biasanya ditemukan pada berbagai bahan
makanan seperti madu dan buah, dan merupakan gula darah penting berasama
glukosa dan galaktosa. Fruktosa ini dapat menyebabkan kegemukan dan memiliki
rumus struktur :
Menurut Makfoeld (2002), maltosa merupakan disakarida paling sederhana,
kedua rantai glukosa dalam bentuk piranosa yang terdiri atas dua molekul glukosa
yang dihubungkan dengan ikatan α (1-4) glikosidik. Maltosa adalah gula
pereduksi karena memiliki gugus karbonil bebas yang dapat dioksidasi.
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Barangkali tidak ada satu senyawa
organik lain yang tersebar begitu luas sebagai kandungan tanaman seperti halnya
pati. Dalam jumlah besar, pati dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai
wujud penympanan sementara dari produk fotosintesis. Pati juga tersimpan dalam
bahan makanan cadangan permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras,
kulit batang, akar tanaman menahun dan umbi. Pati merupakan 50-65% berat
kering biji gandum dan 80% bahan kering umbi kentang (Sumardjo, 2009).
Menurut Marks dkk. (2000), uji fehling memiliki 2 pereaksi yang dapat direduksi
selain oleh karbohidrat yang memiliki sifat mereduksi, juga dapat direduksi oleh
reduktor lain. Pereaksi fehling ini terdiri atas fehling A dan fehling B. Larutan
fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air, sedangkan fehling B adalah larutan
garam K Nartartat dan NaOH dalam air. Kedua macam larutan ini disimpan
terpisah. Dalam rekasi ini, ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasan
basa akan diendapkan sebagai Cu2O. Reaksinya :
2 Cu+ + 2OH-
Cu2O + H2O
(endapan)
Uji Iod pelarutnya adalah iodin. Iodin membentuk adsorpsi warna yang
kompleks dengan polisakarida. Kanji akan menunjukan warna biru bila ditambah
iodin. Sementara itu glikogen dan hidrolisa sebagian dari kanji akan bereaksi
untuk membentuk warna merah kecoklatan. Iodin terdiri dari larutan iodin
sebanyak 30 gr/l dan selulosa, glikogen, kanji, dan inulin sebanyak 10 gr/l
(Plummer, 1982).
Menurut Poedjiadi (1994), uji molisch, pereaksinya terdiri atas larutan L-nafbal
dalm alkohol. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan glukosa, kemudian
secara hati-hati ditambahkan asam sulfat pekat, akan terbentuk dua lapisan zat
cair. Pada batas anatara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi
reaksi kondensasi antara furfural dengan L-naftol. Walaupun reaksi ini tidak
spesifik untuk karbohidrat, namun dapat digunakan sebagai reaksi pendahuluan
dalam analisis kualitatif karbohidrat. Hasil negatif merupakan suatu bukti bahwa
tidak ada karbohidrat.
Menurut Plummer (1982), uji moore disebut reaksi pendamaran yaitu suatu
reaksi yang memisahkan sifat-sifat karbohidrat. Pada uji moore ini, pereaksinya
adalah NaOH. Selain ditambah NaOH juga dilakukan pemanasan. Hal ini
dilakukan supaya reaksi yang terjadi lebih cepat agar dihasilkan warna.
Hidrolisis merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil / OH oleh suatu
senyawa. Di dalam larutan yang kondisinya asam, karbohidrat jenis polisakarida
dan disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil monomernya
sehingga terjadi kondensasi yang akhrinya membentuk kompleks warna tertentu
(Riawan, 1990).
Menurut Plummer (1982), uji Luff adalah uji kimia kualitatif yang bertujuan
menguji adanya gugus aldehid (-CHO). Komponen utama reagent Luff adalah
CuO. Uji ini dilakukan dengan menambahkan reagen luff pada sampel, kemudian
dipanaskan. Reaksi positif pada uji Luff ditandai dengan adanya endapan merah.
III. METODE
A. Alat dan bahan
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Pro pipet
5. Pipet ukur
6. Bunsen
7. Korek elektrik
8. Gelas beker
9. Penjepit tabung
10. Mesin vortex
Bahan :
1. Larutan sampel A (glukosa)
2. Larutan sampel B (fruktosa)
3. Larutan sampel C (maltosa)
4. Larutan sampel D (amilum)
5. Larutan sampel E (sukrosa)
6. Larutan Iod 0,1 N
7. Indikator phenolphtalein
8. Reagen Luff
9. Reagen Molisch
10. Larutan H2SO4 pekat
11. Larutan H2SO4 10%
12. Larutan NaOH 10%
13. Fehling A
14. Fehling B
15. Kertas label
B. Cara Kerja
1. Fehling test
Masing-masing sampel (glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa dan
amilum) yang telah disiapkan diambil dan dimasukan ke dalam masing-
masing tabung reaksi sebanyak 2 ml. Kemudian ditambah Fehling A dan
Fehling B masing-masing sebanyak 2 ml. Lalu larutan diteteskan larutan
NaOH 10% sebanyak 2 tetes. Setelah itu larutan dipanaskan sampai
mendidih. Perubahan warna pada larutan diamati.
2. Moore test
Masing-masing sampel (glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa dan
amilum) yang telah disiapkan diambil dan dimasukan ke dalam masingmasing tabung reaksi sebanyak 5 ml. Kemudian larutan ditambahkan
larutan NaOH 10% sebanyak 5 ml. Lalu larutan dipanaskan hingga
mendidih. Setelah dipanaskan, perubahan warna pada larutan diamati.
3. Hidrolisa
Masing-masing sampel (glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa dan
amilum) yang telah disiapkan diambil dan dimasukan ke dalam masingmasing tabung reaksi sebanyak 5 ml. Kemudian ditambah larutan H2SO4
10% sebanyak 1 ml. Larutan dipanaskan hingga mendidih lalu
didinginkan. Setelah dingin, ditambah larutan NaOH 10% sebanyak 2 ml
dan indikator PP sebanyak 2 tetes. Kemudian ditambah Fehling A dan
Fehling B masing-masing sebanyak 2 ml. Lalu larutan dipanaskan hingga
mendidih dan diamati perubahan warnanya.
4. Iod test
Masing-masing sampel (glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa dan
amilum) yang telah disiapkan diambil dan dimasukan ke dalam masingmasing tabung reaksi sebanyak 5 ml. Kemudian ditambahkan larutan Iod
sebanyak 5 tetes dan diamati perubahan warna pada larutan.
5. Molisch test
Masing-masing sampel (glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa dan
amilum) yang telah disiapkan diambil dan dimasukan ke dalam masingmasing tabung reaksi sebanyak 5 ml. Lalu ditambahkan reagen Molisch
sebanyak 2 ml. Kemudian larutan divortex. Setelah itu, ditambahkan
larutan H2SO4 pekat sebanyak 1 ml dengan hati-hati melalui dinding
tabung reaksi.
6. Luff test
Masing-masing sampel (glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa dan
amilum) yang telah disiapkan diambil dan dimasukan ke dalam masing-
masing tabung reaksi sebanyak 5 ml. Kemudian ditambah reagen Luff
sebanyak 2 ml. Lalu larutan dipanaskan hingga mendidih dan perubahan
warna pada larutan diamati.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Setelah dilakukan percobaan, hasil Fehling test yang didapatkan sebagai
berikut :
Warna
Sampel
Warna
+Fehling
A+B
A
(Glukosa)
B
(Fruktosa)
C
(Maltosa)
D
(Amilum)
E
(Sukrosa)
Dipanaskan
+NaOH
10%
Endapan
Warna
Bening
Biru tua
Biru tua
Ada
Coklat (+)
Bening
Biru tua
Biru tua
Ada
Coklat (+)
Bening
Biru tua
Biru tua
Ada
Biru tua
Biru tua
Ada
Tidak ada (-)
Biru tua
Biru tua
Ada
Jingga (-)
Keruh
(putih)
Bening
Kuning
kunyit (+)
Setelah dilakukan percobaan, hasil Moore test yang didapatkan sebagai
berikut :
Warna
Sampel
Warna
+NaOH 10%
Dipanaskan
Endapan
Warna
Coklat
A
(Glukosa)
B
(Fruktosa)
C
(Maltosa)
Bening
-
kemerahan
(+)
Coklat
Bening
Bening
-
kekuningan
(+)
Coklat
Bening
D
Keruh
(Amilum)
E
(putih)
(Sukrosa)
Bening
Bening
Bening
-
Putih keruh
-
Bening
-
kekuningan
(+)
Kuning
bening (+)
Bening (-)
Setelah dilakukan percobaan, hasil Molisch test yang didapatkan sebagai
berikut :
Sampel
Warna
Warna
Warna
Terbentuk
Ditambah H2SO4
Endapan
Terbentuk
cincin
awal
A
Bening
(Glukosa)
Putih keruh,
Putih keruh
-
cincin
warna ungu
Terbentuk
didasar
Putih keruh,
B
Bening
(Fruktosa)
Putih keruh
-
cincin
warna ungu
Terbentuk
didasar
Putih keruh,
C
Bening
(Maltosa)
Putih keruh
-
cincin
warna ungu
Terbentuk
didasar
D
Keruh
(Amilum)
(putih)
Putih keruh
-
Putih keruh
-
Putih keruh,
E
Bening
(Sukrosa)
Putih keruh
-
cincin
warna ungu
terbentuk
didasar
Setelah dilakukan percobaan, hasil Luff test yang didapatkan sebagai
berikut :
Sampel
Warna
Warna
Warna
Akhir
A (Glukosa)
awal
Bening
Biru
B (Fruktosa)
Bening
Biru
Orange, ada endapan
Hijau kecoklatan, ada
C (Maltosa)
Bening
Putih
Biru
D (Amilum)
E (Sukrosa)
keruh
Bening
Biru
Biru
endapan
Jingga, ada endapan
Hijau tosca tidak ada
endapan
Coklat, ada endapan
Setelah dilakukan percobaan, hasil Iod test yang didapatkan sebagai
berikut :
Warna
Sampel
Awal
Akhir
Orange tua pada
A (Glukosa)
permukaan tabung,
Bening
kuning pada dasar
tabung
Orange. Pada dasar
B (Fruktosa)
Bening
tabung warna orange
C (Maltosa)
D (Amilum)
Bening
Bening
lebih tua
kuning
Ungu kehitaman
Pada permukaan tabung
E (Sukrosa)
Bening
berwarna orange. Pada
dasar tabung berwarna
kuning
Setelah dilakukan percobaan, hasil uji hidrolisa yang didapatkan sebagai
berikut :
Warna
awal
sampel
Glukosa
Warna
Endapan
Setelah
dipanaska
Awal
+
+
+
hidrolisa
Fehlin
Fehling
NaOH
Bening
gA
Ungu
B
Hijau
10%
Orang
Orange
Orange
violet
tua
e muda
muda
muda pada
n
permukaan
hingga
tengah
tabung. Ada
endapan
orange pada
dasar
Fruktosa
Bening
Ungu
Hijau
Orang
violet
tua
e muda
Orange tua
tabung
Coklat pada
permukaan
tabung,
hijau pada
tengah
tabung,
endapan
orange tua
di dasar
Maltosa
Bening
Ungu
Hijau
Orang
violet
tua
e muda
Orange tua
tabung.
Coklat pada
permukaan
tabung,
hijau tua
pada tengah
tabung,
endapan
orange tua
di dasar
Amilum
Bening
Ungu
Hijau
Orang
violet
tua
e muda
Orange tua
tabung
Hijau tua
pada
permukaan
hingga
tengah
tabung,
endapan
orange
muda pada
dasar
Sukrosa
Bening
Ungu
Hijau
Orang
Orange
tabung
Merah bata
violet
tua
e muda
muda
di
permukaan
tabung,
hijau tua di
tengah
tabung,
endapan
orange di
dasar
tabung
B. Pembahasan
Menurut Rahayu (2009), karbohidrat merupakan polimer alami yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan dan terdiri atas unsur C,H,O dengan rumus
molekul Cn(H2O)n dan berasal dari hidrat dan karbon, karena rumus
molekulnya bermacam-macam tetapi tidak berarti semua karbohidrat dapat
cocok dengan rumus Cn(H2O)n. Menurut Lehninger (1982), karbohidrat
merupakan polihidroksi aldehida atau keton. Nama karbohidrat ini berasal
dari kenyataan bahwa kebanyakan senyawa dari golongan ini mempunyai
rumus empiris yang menunjukan bahwa senyawa tersebut adalah karbon dan
hidrat dan memiliki nisbah karbon terhadap hidrogen dan terhadap O2
sebagai 1 : 2 : 1.
Pada percobaan ini, dalam menentukan karbohidrat digunakan 6 tipe
pengujian yaitu :
1. Uji Fehling
Menurut James dkk. (2008), dalam percobaan Uji Fehling sampel
glukosa, dan sukrosa yang diuji dengan pereaksi Fehling (Fehling A +
Fehling B) pada masing-masing tabung dan kemudian dipanaskan,
maka glukosa dan sukrosa akan menghasilkan endapan merah bata.
Hal yang menyebabkan dihasilkannya endapan merah bata ini karena
ini berasal dari Fehling yang memiliki ion Cu 2+ direduksi menjadi ion
Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan berwarna merah bata
(Cu2O). Sedangkan pada sampel amilum yang diuji dengan pereaksi
Fehling (Fehling A + Fehling B) dan kemudian dipanaskan larutan
akan berwarna biru dengan sedikit endapan merah bata. Hal ini
disebabkan karena amilum merupakan polisakarida yang tidak dapat
bereaksi positif dengan Fehling. Amilum bukan gula pereduksi yang
tidak mempunyai gugus aldehid dan keton bebas, sehingga tidak
terjadi oksidasi antara amilum + larutan Fehling, maka tidak terbentuk
endapan dan larutan tetap berwarna biru setelah dipanaskan.
Reaksi kimia yang terjadi adalah :
Pada uji ini dilakukan pemanasan dengan tujuan untuk
mempercepat reaksi sehingga endapan merah bata cepat dihasilkan.
Selain itu, agar gugus aldehid pada sampel terbongkar ikatannya dan
dapat bereaksi dengan ion OH- membentuk asam karboksilat, Cu2O
(endapan merah bata) yang terbentuk merupakan hasil samping dari
reaksi pembentukan asam karboksilat. Pada Uji Fehling ini, diperoleh
hasil ketiga sampel yaitu glukosa, fruktosa, dan maltosa terbentuk
endapan merah bata yang menandakan bahwa pada larutan tersebut
mengandung gugus aldehid dan termasuk dalam monosakarida (reaksi
positif). Menurut Fessenden dan Fessenden (1997), reaksi positif
menghasilkan endapan merah bata. Endapan merah bata itu terbentuk
setelah sampel diberi pereaksi fehling dan dipanaskan selama beberapa
menit. Maka percobaan pada sampel glukosa, fruktosa, dan maltosa
sesuai dengan teori Fessenden. Pada dua sampel yang lain yaitu (E)
sukrosa dan (D) amilum setelah di panaskan larutannya berwarna
jingga dan tidak berubah warna. Untuk sampel amilum tidak terdapat
endapan dan pada sampel sukrosa endapannya berwarna jingga. Pada
sampel amilum dan sukrosa menghasilkan reaksi negatif karena
disebabkan oleh ketidaktelitian praktikan dalam mengukur volume
larutan, dan kurang lama proses pemanasannya.
2. Uji Iod
Uji Iod pelarutnya adalah iodin. Iodin membentuk adsorpsi warna
yang kompleks dengan polisakarida. Uji Iod digunakan untuk
mengetahui suatu larutan apakah termasuk monosakarida, disakarida,
atau polisakarida. Suatu larutan termasuk monosakarida apabila
berwarna bening, sedangkan bila berwarna merah termasuk disakarida
atau oligosakarida, dan termasuk polisakarida bila berwarna biru.
Pada percobaan ini, sampel glukosa, fruktosa, sukrosa,
menunjukan warna akhir orange. Sampel amilum menunjukan warna
ungu kehitaman (pekat) yang berarti sampel amilum tersebut banyak
mengandung polisakarida. Sampel maltosa menghasilkan warna akhir
kuning.
3. Uji Molisch
Menurut Poedjiadi (1994), uji molisch, pereaksinya terdiri atas
larutan L-nafbal dalam alkohol. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada
larutan glukosa, kemudian secara hati-hati ditambahkan asam sulfat
pekat, akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batas anatara kedua
lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi kondensasi
antara furfural dengan L-naftol. Walaupun reaksi ini tidak spesifik
untuk karbohidrat, namun dapat digunakan sebagai reaksi pendahuluan
dalam analisis kualitatif karbohidrat. Hasil negatif merupakan suatu
bukti bahwa tidak ada karbohidrat. Asam sulfat pekat yang
ditambahkan berfungsi untuk menghidrolisis ikatan glikosida yang
kemudian menghasilkan furfural atau hidroksi metil furfural dengan
Alpha Napthol akan menghasilkan cincin yang keunguan atau violet.
Reaksi yang terjadi adalah :
Pengocokan pada uji molisch ini dilakukan bertujuan agar larutan
yang ditambhakan ke dalam larutan yang lain dapat tercampur merata
dan warnanya pun sama. Pengocokan biasanya menggunakan sebuah
alat yang disebut vortex, karena apabila dilakukan secara manual
terkadang larutan tidak tercampur secara sempurna. Pada Uji Molish
ini, larutan H2SO4 pekat berfungsi menghidrolisis ikatan gliserida.
Semua sampel ketika ditambah reagen Molisch berubah menjadi putih
keruh. Ketika ditambah H2SO4 pekat, sampel glukosa, fruktosa,
maltosa, dan sukrosa menghasilkan perubahan warna yang sama yaitu
putih keruh dan terdapat cincin warna ungu pada dasar tabung.
4. Uji Moore
Menurut Plummer (1982), uji moore disebut reaksi pendamaran
yaitu suatu reaksi yang memisahkan sifat-sifat karbohidrat. Pada uji
moore ini, pereaksinya adalah NaOH. Selain ditambah NaOH juga
dilakukan pemanasan. Hal ini dilakukan supaya reaksi yang terjadi
lebih cepat agar dihasilkan warna. Fungsi penambahan larutan NaOH
10% (alkali/basa) yaitu sebagai pereaksi yang mengandung alkali, dan
sebagai sumber ion OH- (alkali) yang akan berikatan dengan rantai
aldehid dan membentuk aldol aldosa aldehid (aldehid dengan cabang
gugus alkohol) yang berwarna kekuningan. Reaksi yang terjadi yaitu :
Pada Uji Moore ini sampel glukosa, fruktosa, dan maltosa ketika
ditambah larutan NaOH 10% berwarna bening dan setelah dipanaskan
berwarnacoklat
kemerahan,
coklat
kekuningan,
dan
coklat
kekuningan. Hal ini menunjukan bahwa reaksi ketiga sampel tersebut
positif dan mengandung gugus alkali. Pada sampel sukrosa ketika
ditambah larutan NaOH 10% berwarna bening dan setelah dipanaskan
sukrosa berwarna bening. Pada amilum ketika ditambah larutan NaOH
10% berwarna putih keruh. Setelah dipanaskan berwarna kuning
bening. Hal ini menunjukan reaksi yang negatif. Sukrosa bukan
termasuk gula pereduksi.
5. Uji Luff
Menurut Plummer (1982), uji Luff adalah uji kimia kualitatif yang
bertujuan menguji adanya gugus aldehid (-CHO). Komponen utama
reagent Luff adalah CuO. Uji ini dilakukan dengan menambahkan
reagen luff pada sampel, kemudian dipanaskan. Reaksi positif pada uji
Luff ditandai dengan adanya endapan merah.
Uji
Luff
atau
uji
kualitatif digunakan untuk mengetahui ada tidaknya disakarida,
apabila setelah dipanaskan larutan berwarna merah bata atau
kecoklatan. Demikian itu, menunjukan bahwa larutan tersebut
mengandung disakarida. Komponen utama reagen Luff adalah CuO.
Uji ini dilakukan dengan menambahkan reagen Luff pada sampel,
kemudian dipanaskan. Reaksi positif ditandai dengan adanya endapan
merah. Reaksi yang terjadi adalah :
Pada reaksi tersebut terjadi reduksi CuO menjadi Cu 2O. Cu2O
kemudian membentuk endapan merah bata. Salah satu manfaat uji Luff
adalah mengetahui adanya gula pereduksi atau aldosa (contoh :
sukrosa), yang memiliki gugus aldehid.
6. Hidrolisis
Hidrolisis merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil / OH oleh
suatu senyawa. Di dalam larutan yang kondisinya asam, karbohidrat
jenis polisakarida dan disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi
sebagian kecil monomernya sehingga terjadi kondensasi yang akhrinya
membentuk kompleks warna tertentu (Riawan, 1990).
Pada percobaan ini, sampel glukosa di hasil akhir menghasilkan
warna orange. Sampel fruktosa menghasilkan warna coklat pada
permukaan tabung dan warna orange di dasar tabung. Sampel maltosa
menghasilkan warna coklat pada permukaan tabung, hijau tua di tengah
tabung dan orange tua di dasar tabung. Pada sampel sukrosa dan
amilum negatif atau tidak mengandung disakarida karena glukosa
berwarna biru. Sampel glukosa menghasilkan warna orange muda pada
permukaan hingga tengah tabung dan ada endapan orange pada dasar
tabung. Sampel sukrosa menghasilkan warna merah bata di permukaan
tabung, hijau tua di tengah tabung, endapan orange di dasar tabung.
Sampel amilum menghasilkan warna hijau tua pada permukaan hingga
tengah tabung, endapan orange muda pada dasar tabung.
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan karbohidrat yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan :
1. Glukosa mengandung gugus aldehid, gugus karboksilnya aldosa,
merupakan bagian dari karbohidrat, terdapat monosakarida dan bukan
merupakan polisakarida.
2. Fruktosa mengandung gugus aldehid, gugus karboksilnya ketosa, bagian
dari
karbohidrat,
terdapat
monosakarida
dan
bukan
merupakan
polisakarida.
3. Maltosa mengandung gugus aldehid, gugus karboksilnya ketosa, bagian
dari karbohidrat, bukan monosakarida dan bukan merupakan polisakarida.
4. Amilum mengandung gugus aldehid, gugus karboksilnya ketosa, bagian
dari karbohidrat, ada monosakaridanya dan merupakan polisakarida.
5. Sukrosa mengandung gugus aldehid, gugus karboksilnya ketosa, bagian
dari karbohidrat, bukan monosakarida dan bukan merupakan polisakarida.
VI.
DAFTAR PUSTAKA
Fennema, O. R. 1996. Food Chemistry Third Edition. University of Wiscorsin
Madison. New York
Fessenden, R.J. dan J.S. Fessenden. 1997. Kimia Organik. Erlangga:Jakarta.
Girinda, A. 1986. Biokimia. Gramedia, Jakarta.
Irawan, M.A. 2007. Karbohidrat. Jurnal Sports Science Brief. 1(3):1-4.
Kuchel, P., dan Ralston, G.B. 2006. Biokimia. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Makfoeld, D. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Marks, D.B., Marks, A.D., dan Smith, C.M. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar:
Sebuah Pendekatan Klinis. Penerbit EGC, Jakarta.
Pine, S.H. 1988. Kimia Organik 2. ITB Press, Bandung.
Plummer, D.T. 1982. An Introduction to Practical Biochemistry. Tata Mc Graw
Hill Publishing Company Ltd, New Delhi.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. UII Press. Jakarta.
Pontoh, J. 2013. Penentuan Kandungan Sukrosa pada Gula Aren dengan Metode
Enzimatik. Jurnal Chemistry Progress. 6(1):1.
Riawan. 1990. Kimia Organik. Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Risnoyatiningsih, S. 2008. Yellow Sweet Potato Strach Hydrolysis Into Glucose
Enzymatically. Jurnal Teknik Kimia. 3(1):1.
Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Organik. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Stansfield, W.D., Colome, J.S., dan Cano, R.J. 2006. Biologi Molekuler dan Sel.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Mahasiswa Kedokteran
dan
Program Strata I. Penerbit EGC. Jakarta.
Sunarya, Y dan Setiabudi, A. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Kimia 3.
Penerbit pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Untara, R. 2014. Kamus Sains. Indonesia Tera, Yogyakarta.
LAMPIRAN
1. Uji Molisch
2. Uji Luff setelah dipanaskan
3. Uji Moore
4. Uji Luff sebelum dipanaskan
5. Uji Fehling setelah dipanaskan
6. Uji Iod
7. Uji Hidrolisis