BAB II KAJIAN TEORI A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi - EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROJEK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI ( Studi Eksperimental terhadap Siswa Kelas X MIA Madrasah Aliyah

BAB II KAJIAN TEORI A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan

  manusia. Dengan motivasi, orang akan melakukan aktivitas untuk melakukan sesuatu yang terdorong oleh adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Motivasi akan semakin meningkat apabila hal-hal yang berkaitan kebutuhan untuk mencapai tujuan semakin mendesak.

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Selain itu dapat juga diartikan sebagi usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

  Menurut Sardiman (2011: 75) motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu. Sedangkan dalam kegiatan belajar lebih lanjut Sardiman (2011: 75) mengemukakan bahwa motivasi dikategorikan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dicapai. Motivasi juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang menghidupkan (energize), mengarahkan, dan mempertahankan perilaku; motivasi membuat siswa bergerak, menempatkan mereka dalam suatu arah tertentu, dan menjaga mereka agar terus bergerak (Ormrod, 2008: 58). Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non- intelektual yang dapat berasal dari faktor luar namun tumbuh di dalam diri seseorang serta memiliki peran kuat untuk menumbuhkan gairah, merasa senang, dan semangat untuk belajar.

  Menurut Djamarah (dalam Djamarah dan Zain, 2010: 148) terdapat enam hal yang dapat dikerjakan oleh guru dalam usaha untuk membangkitkan gairah belajar siswa, yaitu: a. Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar.

  b. Menjelaskan secara konkret kepada siswa apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran.

  c. Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai siswa sehingga dapat merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik dikemudian hari.

  d. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

  e. Membantu kesulitan belajar siswa secara individual maupun kelompok.

  f. Menggunakan metode yang bervariasi.

  Selain itu agar pembelajaran terus menerus membangkitkan kreativitas dan keingintahuan siswa, kegiatan pembelajaran kompetensi dilakukan dengan langkah sebagai berikut.

  a. Menyajikan atau mengajak siswa mengamati fakta atau fenomena baik secara langsung dan/ atau rekonstruksi sehingga siswa mencari informasi, membaca, melihat, mendengar, atau menyimak fakta/fenomena tersebut.

  b. Memfasilitasi diskusi dan tanya jawab dalam menemukan konsep, prinsip, hukum,dan teori.

  c. Mendorong siswa aktif mencoba melaui kegiatan eksperimen.

  d. Memaksimalkan pemanfaatan tekonologi dalam mengolah data, mengembangkan penalaran dan memprediksi fenomena.

  e. Memberi kebebasan dan tantangan kreativitas dalam presentasi dengan aplikasi baru yang terduga sampai tak terduga.

  Eggen dan Kauchak (2012: 170) mengemukakan bahwa terdapat dua faktor penting untuk dapat meningkatkan potensi siswa. Pertama, siswa secara umum sebagai bentuk sukses di dalam kegiatan kelompok dan kesuksesan itu penting bagi motivasi. Kedua, keterlibatan adalah kontributor utama bagi motivasi.

  Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa motivasi pada dasarnya adalah proses untuk mencoba memengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu. Hal ini sangat penting dilakukan karena motivasi sangat penting untuk mendorong seseorang untuk meningkatkan kemampuannya dalam berbagai hal.

2. Jenis Motivasi

  Motivasi merupakan sesuatu yang kontekstual dan bisa berubah seiring waktu. Perubahan tersebut terjadi karena pada dasarnya manusia sebagai makhluk sosial memiliki berbagai kebutuhan atau keinginan yang ingin dicapai dengan hasil yang maksimal.

  Jenis atau macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang (Sardiman, 2011: 86-91) a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

  1) Motif-motif bawaan Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir dan tanpa dipelajari. Misalnya dorongan untuk makan, minum bekerja, istirahat. Arden N. Frandsen memberi istilah jenis motif Physiological drives .

  2) Motif yang dipelajari Motif ini timbul karena dipelajari. Misalnya dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif ini sering disebut dengan motif yang diisyaratkan secara sosial. Frandsen mengistilahkan dengan affiliative needs, sebab dengan memiliki kemampuan berhubungan, kerja sama di dalam masyarakat akan tercapai kepuasan diri.

  Selain itu Frandsen, masih menambahkan jenis-jenis motif berikut ini:

  1) Cognitive motives

  Motivasi ini berkaitan dengan kepuasan individual dalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk . motif ini sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama berkaitan dengan pengembangan intelektual.

  2) Self-expression

  Motivasi ini berkaitan dengan keinginan seseorang untuk mengaktualisasi diri.

  3) Self-enhancement

  Motivasi ini berkaitan dengan keinginan seseorang untuk memperoleh ketinggian dan kemajuan diri. Sehingga dalam hal proses pembelajaran perlu diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi peserta didik untuk mencapai suatu prestasi.

  b. Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk makan, minum, bernapas, berbuat, dan kebutuhan untuk beristirahat c. Motivasi jasmaniah dan rohaniah

  Motivasi jasmaniah biasanya meliputi refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan. d. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik 1) Motivasi intrinsik

  Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu

  2) Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.

  Motivasi ekstrinsik merujuk pada motivasi untuk terlibat dalam satu kegiatan sebagai sarana mencapai tujuan, sementara motivasi intrinsik adalah motivasi untuk terlibat di dalam kegiatan untuk kegiatan itu sendiri (Schunk dkk. dalam Eggen dan Kauchak, 2012: 67). Pada dasarnya motivasi ekstrinsik dan intrinsik adalah dua hal yang terpisah. Penelitian menunjukkan bahwa motivasi intrinsik lebih disukai karena fokusnya pada pembelajaran dan pemahaman. Motivasi itu bersifat kontekstual dan bisa berubah seiring waktu (Wigfield dalam Eggen dan Kauchak, 2012: 68). Namun motivasi intrinsik tidak mudah dan tidak selalu dapat timbul. Sehingga diperlukan upaya dari guru untuk membangkitkan motivasi ekstrinsik siswa, dengan harapan siswa akan tumbuh motivasi sendiri (self motivation) atau kesadaran diri untuk melakukan kegiatan belajar. Siswa pada dasarnya akan termotivasi secara intrinsik oleh pengalaman-pengalaman yang a. Memberikan tantangan. Tantangan terjadi ketika tujuan lebih sukar dan keberhasilan tidak terjamin pasti. Memenuhi tantangan juga lebih memuaskan secara emosional (Ryan dan Deci, Stipek dalam Eggen dan Kauchak, 2012: 68)

  b. Mendorong perasaan otonomi siswa. Siswa akan lebih termotivasi ketika mereka merasa dapat memengaruhi pembelajaran mereka sendiri (Perry, Ryan, dan Deci dalam Eggen dan Kauchak, 2012: 68).

  c. Membangkitkan rasa ingin tahu. Pengalaman yang baru, mengejutkan atau ganjil dapat memicu motivasi intrinsik.

  d. Melibatkan kreativitas dan fantasi. Pembelajaran kreatif memungkinkan siswa untuk membuat materi lebih personal lewat imajinasi mereka (Lepper dan Hodell dalam Eggen dan Kauchak, 2012: 68).

  e. Memberikan investasi pribadi. Guru yang berpengalaman menggambarkan usaha membuat materi lebih pribadi sebagai salah satu cara untuk mendorong minat siswa di dalam kegiatan belajar (Scraw dan Lehman dalam Eggen dan Kauchak, 2012: 68) dan siswa merasakan semacam otonomi saat mereka mempelajari topik-topik yang bisa mereka rasakan hubungannya secara pribadi (Iyengar dan Lepper dalam Eggen dan Kauchak, 2012: 68).

  Hamalik (2014: 113) mengemukakan bahwa munculnya motivasi intrinsik maupun ekstrinsik juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni

  a. Tingkat kesadaran diri siswa atas kebutuhan tingkah laku/perbuatannya dan kesadaran atas tujuan belajar yang hendak dicapainya.

  b. Sikap guru terhadap kelas. Motivasi intrinsik akan tumbuh apabila guru merangsang siswa untuk melakukan kegiatan ke arah tujuan yang jelas dan bermakna. Tetapi apabila guru lebih menitikberatkan pada rangsangan-rangsangan sepihak maka motivasi ekstrinsik akan lebih terlihat.

  c. Pengaruh kelompok siswa. Bila pengaruh kelompok terlalu kuat maka motivasinya lebih condong ke sifat ekstrinsik.

  d. Suasana kelas mempengaruhi munculnya sifat tertentu pada motivasi belajar siswa. Suasana kebebasan yang bertanggung jawab lebih mendorong munculnya motivasi intrinsik dibandingkan dengan suasana penuh paksaan dan tekanan

  Berdasarkan hal-hal di atas dapat diketahui bahwa siswa akan lebih termotivasi secara intrinsik apabila pembelajaran dilakukan dengan lebih bermakna dan menggunakan metode yang dapat merangsang reaksi emosional siswa. Meningkatnya motivasi intrinsik siswa, diharapkan proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lebih efektif, menyenangkan, dan tujuan pembelajaran pun dapat tercapai dengan lebih baik. Namun pada dasarnya motivasi ekstrinsik juga tetap diperlukan, karena tidak semua pembelajaran di sekolah menarik minat, atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan demikian siswa perlu ditumbuhkan motivasi belajarnya sesuai keadaan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

3. Fungsi Motivasi dalam Belajar

  Motivasi dapat mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan/pekerjaan. Demikian halnya dalam belajar yang juga memerlukan motivasi. Hasil belajar akan menjadi optimal, apabila menggunakan motivasi yang tepat. Motivasi sangat berkaitan erat dengan tujuan. Berkaitan dengan hal tersebut menurut Sardiman (2011: 85) terdapat tiga fungsi motivasi: a. Mendorong manusia untuk berbuat. Dalam hal ini motivasi merupakan penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

  b. Menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak dicapai.

  Dalam hal ini motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

  c. Menyeleksi perbuatan. Dalam hal ini motivasi dapat menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan maupun yang harus disisihkan agar tujuan dapat tercapai.

  Fungsi motivasi serupa juga dikemukakan oleh Hamalik (2014: 108)

  a. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.

  b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

  c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan.

  Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa motivasi merupakan hal yang sangat penting untuk mendorong, mempengaruhi bahkan mengubah tingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu. Tingkat keberhasilan seseorang dalam pencapaian prestasi tergantung pada intensitas motivasinya. Semakin tepat motivasi yang digunakan, maka prestasi seseorang akan tercapai secara maksimal.

4. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah Motivasi sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar.

  Motivasi dapat mendorong seseorang mengembangkan aktivitas, inisiatif, mengarahkan, dan memelihara ketekunan dalam kegiatan belajar. Untuk menumbuhkan motivasi perlu dipertimbangkan secara matang, karena apabila tidak sesuai dapat merugikan perkembangan belajar siswa.

  Beberapa bentuk dan cara menumbuhkan motivasi (Sardiman, 2011: 92)

  a. Memberi angka Angka merupakan simbol dari nilai kegiatan belajar. Angka yang baik bagi siswa dapat menjadi motivasi yang kuat.

  b. Hadiah Hadiah dapat dikategorikan sebagai motivasi, meskipun tidak selamanya demikian. Hal tersebut harus sesuai dengan kebutuhan, maupun ketertarikan seseorang terhadap sesuatu.

  c. Saingan/kompetisi Saingan/kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa, sehingga kegiatan belajar siswa dapat meningkat.

  d. Ego-involment Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri merupakan bentuk motivasi yang penting.

  e. Memberi ulangan Memberikan ulangan merupakan sarana motivasi. Siswa akan giat belajar apabila mengetahui akan ada ulangan. Namun pemberian ulangan tidak boleh diberikan terlalu sering karena cenderung akan memicu kebosanan siswa. f. Mengetahui hasil Mengetahui hasil pekerjaan terutama dengan hasil yang maksimal dapat mendorong siswa untuk lebih giat belajar.

  g. Pujian Pujian merupakan bentuk motivasi yang positif. Pemberian pujian yang tepat dapat meningkatkan gairah belajar dan membangkitkan harga diri.

  h. Hukuman Pemberian hukuman secara tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi. i. Hasrat untuk belajar

  Hasrat untuk belajar merupakan tindakan yang disertai unsur kesengajaan. Dengan demikian, siswa telah memiliki motivasi untuk belajar sehingga hasil yang diharapkan akan baik pula. j. Minat Motivasi memiliki hubungan yang sangat erat dengan minat.

  Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, demikian juga minat. Proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar kalau disertai dengan minat. Minat dapat digolongkan sebagai alat motivasi yang pokok. Minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:

  1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan; 2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau; 3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik;

  4) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar. k. Tujuan yang diakui

  Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna, dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar

  Berbagai macam bentuk motivasi tersebut harus dapat dikembangkan dan diarahkan secara maksimal agar hasil belajar dapat tercapai secara memuaskan. Oleh karena itu, guru memiliki peranan yang sangat penting dalam memutuskan penggunaan motivasi secara tepat sehingga proses pembelajaran akan tercipta secara lebih bermakna, sehingga hasil yang diperoleh juga akan bermakna bagi kehidupan siswa.

5. Pengaruh Motivasi terhadap Pembelajaran dan Perilaku

  Seorang guru perlu melakukan berbagai hal untuk memotivasi dan mempengaruhi perilaku belajar siswa sesuai tujuan yang hendak dicapai. Menurut Ormrod (2008: 58) pada dasarnya motivasi memiliki beberapa pengaruh terhadap pembelajaran dan perilaku siswa dalam meningkatkan kesuksesan dan produktivitas jangka panjang. Beberapa hal tersebut meliputi: a. Motivasi mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu

  Motivasi memiliki peranan yang sangat penting bagi siswa untuk mengarahkan usaha yang dilakukannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. b. Motivasi meningkatkan usaha dan energi Motivasi dapat meningkatkan jumlah usaha dan energi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh siswa.

  c. Motivasi meningkatkan prakarsa (inisiasi) dan kegigihan terhadap berbagai aktivitas Siswa memiliki kecenderungan untuk memilih menyelesaiakan tugas yang mereka inginkan. Dengan adanya keinginan tersebut siswa akan meningkatkan waktu untuk menyelesaikan tugas hingga tuntas meskipun terkadang mengalami kendala.

  d. Motivasi memengaruhi proses-proses kognitif Motivasi memiliki pengaruh terhadap besarnya perhatian dan usaha siswa dalam memahami serta menerapkan hal yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari .

  e. Motivasi menentukan dampak konsekuensi Besarnya motivasi yang dimiliki siswa untuk mencapai prestasi yang maksimal akan semakin meningkatkan potensi yang mereka miliki.

  f. Motivasi meningkatkan performa Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran maupun berbagai aktivitas berpotensi lebih sukses.

  Berdasarkan hal-hal di atas dapat terlihat bahwa motivasi memiliki pengaruh yang sangat positif dalam proses pembelajaran.

  Tujuan pembelajaran akan dapat tercapai apabila siswa memiliki motivasi yang tinggi, sehingga secara tidak langsung akan mengubah perilaku belajar siswa ke arah yang lebih baik.

B. Menulis 1. Pengertian Menulis

  Salah satu keterampilan berbahasa adalah menulis. Dalam kegiatan sehari-hari orang tidak akan terlepas dari kegiatan menulis.

  Kegiatan menulis berbeda dengan kegiatan menyimak atau berbicara. Kegiatan menyimak dan berbicara sudah dimiliki manusia sejak lahir. Berbeda dengan menulis yang memerlukan keterampilan khusus terutama keterampilan berbahasa.

  Definisi tentang menulis telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Menurut Alwasilah (2005: 43) menulis merupakan mekanisme curahan ide, gagasan atau ilmu yang ditulis dengan struktur yang benar, berkoherensi dengan baik antarparagraf dan bebas dari kesalahan- kesalahan mekanik seperti ejaan dan tanda baca. Menulis adalah sebuah kemampuan, kemahiran, kepiawaian seseorang dalam menyampaikan gagasannya ke dalam sebuah wacana agar dapat diterima oleh pembaca yang heterogen baik secara intelektual maupun sosial.

  Menurut Syamsuddin (1994: 1) menulis adalah salah satu jenis keterampilan berbahasa yang dimiliki dan digunakan oleh manusia sebagai alat komunikasi tidak langsung. Hal ini terjadi karena dalam kenyataan hidup bermasyarakat, kontak komunikasi itu tidak selalu dapat dilakukan dengan tatap muka (kontak langsung). Menulis dapat diartikan juga sebagai mengarang. Menurut Syamsudin (1994: 2) mengarang diartikan merangkai, menyusun secara cermat buah pikiran ke dalam bentuk tulisan yang beruntun dan teratur tentang suatu masalah.

  Mengarang sering dianggap sebagai suatu keterampilan yang paling sulit dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Kesulitan tersebut disebabkan karena pada saat mengarang dibutuhkan keterampilan berbahasa yang kompleks dan melibatkan seluruh kemampuan berbahasa yang telah dipelajari secara teoritis sekaligus nalar yang tepat.

  Sementara itu, pendapat lain mengenai menulis dipaparkan oleh Rusyana (dalam Samsudin 2012: 3) “Menulis adalah kemampuan menggunakan pola-pola bahasa dalam penampilannya secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan. Selanjutnya Tarigan (2008: 22) menjelaskan, menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan- kesatuan bahasa. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.

  Sesuai dengan visi misi masa depan pendidikan yang lebih menitikberatkan pada penggalian potensi siswa, kegiatan menulis dapat dijadikan sebagai wadah bagi siswa sebagai bentuk pencurahan gagasan. Tarigan (2008: 26) berpendapat bahwa keterampilan menulis dapat dikuasai dan diperoleh dengan jalan praktik dan latihan yang tersistematis

  Berdasarkan konsep di atas, dapat dikatakan bahwa menulis merupakan komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan lambang-lambang grafik sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh lambang-lambang tersebut. Dengan kata lain, menulis merupakan proses kreatif melahirkan pikiran atau perasaan menjadi tulisan dengan menggunakan bahasa yang dipahami, sehingga orang lain dapat memahami maksud tulisan.

2. Fungsi menulis

  Fungsi utama tulisan menurut Tarigan (2008: 22) adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Zainurrahman (2011: 188) bahwa fungsi menulis adalah kegiatan komunikatif, dimana penulis menuangkan ide atau pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Tulisan pada dasarnya dapat membantu menjelaskan pikiran-pikiran kita. Keberhasilan sebuah tulisan dalam menyampaikan ide atau pesan sangat ditentukan oleh keterbacaan tulisan dan kemampuan pembaca dalam memahami tulisan tersebut. Dengan demikian, menulis merupakan kegiatan yang sangat penting, karena kegiatan menulis ternyata berhubungan dengan proses kegiatan sosial yang dapat memudahkan manusia dalam berinteraksi atau berkomunikasi satu sama lain. Bahkan dalam dunia pendidikan menulis dapat memudahkan para pelajar untuk berpikir bahkan berpikir secara kritis. Hal terpenting sebagai seorang penulis adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan berpikir sehingga hal yang dikemukakan dapat mencapai maksud dan tujuannya.

3. Tujuan Menulis

  Tujuan menulis adalah untuk mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap, dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada pembaca (Keraf, 2004: 38). Seorang penulis perlu menguasai objek, gagasan dan pengembangan gagasannya dalam kalimat yang jelas serta terperinci sehingga tulisan yang dihasilkan efektif. Sedangkan menurut Hartig dalam Tarigan (2008: 25-26) tujuan menulis adalah a) Assignment purpose (tujuan penugasan). Dalam tujuan penugasan, penulis memiliki tujuan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan bukan atas kemauan penulis itu sendiri.

  b) Altruistic purpose (tujuan altruistik). Dalam tujuan altruistik, penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, menolong pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya.

  c) Persuasive purpose (tujuan persuasif). Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan. d) Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan).

  Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca.

  e) Self-expresive purpose (tujuan pernyataan diri). Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

  f) Creative purpose (tujuan kreatif). Dalam tulisan ini, penulis lebih menonjolkan kreativitas atau keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman.

  g) Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah). Dalam tujuan ini, penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi dengan cara menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi, serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

  Berdasarkan beberapa tujuan menulis di atas , dapat diketahui bahwa seorang penulis hendaknya tidak hanya cermat dalam memilih pokok pembahasan yang akan ditulis. Namun alangkah baiknya jika seorang penulis juga memperhatikan apa yang hendak dicapai dari tulisan tersebut, sehingga hasil karyanya dapat diterima secara terbuka oleh masyarakat dan mencapai sasaran yang diinginkan oleh penulis.

C. Teks 1. Pengertian Teks

  Teks merupakan sarana pembelajaran dalam kurikulum 2013, khususnya untuk mata pelajaran bahasa Indonesia. Hal tersebut dapat dinyatakan bahwa kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran berbasis teks. Istilah teks dan wacana dianggap sama dan hanya dibedakan dalam hal bahwa wacana lebih bersifat abstrak dan merupakan realisasi makna dari teks. Menurut Priyatni (2014: 65) teks merupakan ujaran (lisan) atau tulis bermakna yang berfungsi untuk mengekspresikan gagasan. Sedangkan menurut Rohmah (2014: 1) teks adalah satuan lingual yang dimediakan secara tulis atau lisan dengan tata organisasi tertentu untuk mengungkapkan makna secara kontekstual. Dengan demikian dapat diketahui bahwa teks eksposisi adalah pengungkapan gagasan secara lisan atau tulis berdasarkan tata organisasi mengungkapkan maksud tertentu 2.

   Jenis-jenis Teks

  Sebagaimana sudah dikemukakan sebelumnya bahwa kurikulum 2013 untuk mata pelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Menurut Anderson (dalam Priyatni, 2014: 66) teks dikelompokkan menjadi dua kategori besar (genre), yaitu genre sastra dan genre faktual. Genre sastra bertujuan untuk mengajak emosi dan imajinasi pembaca atau penyima. Pembaca atau penyimak dibuat untuk dapat tertawa, menangis, dan merefleksi diri atau menyucikan diri. Genre sastra dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu teks naratif (cerpen, novel), puitik dan dramatik. Sedangkan genre faktual bertujuan untuk menggambarkan, menceritakan, atau meyakinkan pembaca atau penyimak. Beberapa teks yang termasuk di dalam genre faktual, antara lain teks eksposisi, deskripsi, prosedur, laporan hasil observasi, dan lain-lain.

  Pada jenjang SMA/ MA dan SMK/MAK terdapat 15 jenis teks, yaitu (1) teks anekdot, (2) teks eksposisi, (3) teks laporan hasil observasi, (4) teks prosedur kompleks, (5) teks negosiasi, (6) teks cerita pendek, (7) teks pantun, (8) teks cerita ulang, (9) teks eksplanasi kompleks, (10) teks film/drama, (11) teks cerita sejarah, (12) teks berita, (13) teks iklan, (14) teks editorial/opini, (15) teks novel (Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013). Jenis-jenis teks tersebut mempunyai struktur berpikir/struktur isi, unsur kebahasaan, dan tujuan sosial yang berbeda Struktur teks dan bentuk-bentuk bahasa (misalnya, jenis verba, konjungsi, partisipan, dan kelompok kata) itu menjadi ciri-ciri yang menandai teks-teks tersebut.

  Secara umum beberapa jenis teks tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

  a. Anekdot Anekdot merupakan jenis teks yang berisi peristiwa-peristiwa lucu, konyol, atau menjengkelkan sebagai akibat dari krisis yang ditanggapi dengan reaksi (Latifah, 2013: 133). b. Deskripsi Deskripsi merupakan jenis teks yang memaparkan suatu objek/hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah mendengar, melihat, atau merasakan hal yang dipaparkan (Priyatni, 2014: 72).

  c. Editorial Editorial merupakan jenis teks pada koran atau majalah yang merupakan ungkapan wawasan atau gagasan terhadap sesuatu yang mewakili koran atau majalah tersebut (Latifah, 2013: 184). Editorial juga disebut tajuk rencana.

  d. Eksemplum Eksemplum merupakan jenis teks rekaan yang berisi insiden yang menurut partisipannya tidak perlu terjadi (Latifah, 2013: 184).

  e. Eksplanasi Eksplanasi merupakan jenis teks yang menjelaskan hubungan logis dari beberapa peristiwa. Pada teks eksplanasi, sebuah peristiwa timbul karena ada peristiwa lain sebelumnya dan peristiwa tersebut mengakibatkan peristiwa yang lain lagi sesudahnya (Latifah, 2013: 184).

  f. Eksposisi Eksposisi merupakan jenis teks yang berisi paparan, pendapat, atau opini seseorang dalam menanggapi suatu isu atau permasalahan (Suryanta, 2014: 44) g. Naratif Naratif merupakan teks rekaan yang berisi komplikasi yang menimbulkan masalah dan memerlukan waktu untuk melakukan evaluasi agar dapat memecahkan masalah tersebut (Latifah, 2013: 184). Teks naratif umumnya dijumpai pada dongeng, hikayat, cerita pendek, atau novel.

  h. Negosiasi Negosiasi merupakan bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk mencari penyelesaian bersama di antara pihak-pihak yang mempunyai perbedaan kepentingan (Latifah, 2013: 184). i. Prosedur Kompleks

  Prosedur merupakan jenis teks menjelaskan langkah-langkah secara lengkap dan jelas tentang cara melakukan sesuatu (Kosasih, 2013: 65). j. Laporan Hasil Observasi

  Laporan hasil observasi merupakan teks yang mengemukakan fakta- fakta yang diperoleh melalui pengamatan (Kosasih, 2013: 6).

D. Eksposisi 1. Teks Eksposisi

  a. Pengertian Teks Eksposisi Hakikat teks eksposisi terletak pada adanya opini dan argumen penulis. Teks eksposisi biasanya memuat isu atau persoalan tentang topik tertentu dan pernyataan yang menunjukkan posisi penulis dalam menaggapi isu atau persoalan tersebut. Kosasih (2013: 122) mengemukakan bahwa teks eksposisi adalah teks yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi. Selanjutnya teks eksposisi juga dapat didefinisikan sebagai adalah teks yang berisi paparan, pendapat, atau opini seseorang dalam menanggapi atau menyikapi suatu isu atau permasalahan (Suryanta, 2014: 44). Teks eksposisi adalah teks untuk meyakinkan pembaca terhadap opini dengan sejumlah argumen pendukung (Priyatni, 2014: 91).

  Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa teks eksposisi yaitu teks untuk meyakinkan pembaca dengan memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi dalam menanggapi suatu isu atau permasalahan.

  b. Tujuan Teks Ekposisi Setiap teks memiliki tujuan penulisan yang berbeda-beda.

  Menurut Kosasih (2013: 122), teks eksposisi bertujuan agar pembaca mendapat informasi dan pengetahuan sejelas-jelasnya. Pendapat lain dikemukakan oleh Priyatni (2014: 91) bahwa teks eksposisi bertujuan untuk menjelaskan, mengklarifikasi, atau mengevaluasi sebuah persoalan atau isu tentang topik tertentu. Pendapat serupa dikemukakan Suryanta (2014: 44) bahwa teks ekposisi bertujuan untuk memperjelas pemahaman masyarakat akan suatu persoalan yang perlu dicermati dan disikapi bersama dan menawarkan solusi untuk mengatasinya (Suryanta, 2014: 44) Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan penulisan teks eksposisi yaitu memberikan penjelasan kepada pembaca tentang suatu informasi sehingga pembaca bertambah pengetahuannya tentang informasi tersebut.

  c. Karakteristik Teks Eksposisi Setiap jenis teks memiliki struktur isi, ciri kebahasaan dan tujuan sosial yang berbeda. Struktur isi teks eksposisi meliputi judul, tesis/opini/pendapat, argumen, dan simpulan. Priyatni (2014: 91) menjabarkan struktur isi teks eksposisi tersebut sebagai berikut

  1) Judul Judul harus memunculkan isu, atau persoalan topik tertentu.

  2) Tesis/opini/pendapat Berisi pernyataan yang menunjukkan sudut andang penulis terhadap isu atau persoalan topik tertentu

  3) Argumen Berisi sejumlah bukti atau alasan untuk mendukung atau membuktikan kebenaran tesis

  4) Simpulan Merangkum atau menegaskan kembali sudut pandang penulis terhadap isu atau persoalan topik tertentu Bentuk teks eksposisi meliputi berita, resep, artikel, laporan maupun buku pelajaran. Meskipun tiap bentuk teks eksposisi tersebut memiliki struktur yang berbeda, namun secara umum memiliki kesamaan dalam kata-kata yang digunakanyaitu menggunakan kata-kata yang lugas.

  Maksudnya bermakna apa adanya; tidak mengandung kata kias atau penambahan arti dari makud tertentu.

  Menurut Kosasih (2013: 122) teks eksposisi memiliki karakteristik sebagai berikut, 1) memaparkan, 2) menyajikan sejumlah fakta, 3) pembaca memperoleh wawasan, 4) menggunakan kata-kata lugas. Sedangkan menurut Suryanta (2014:70) karakteristik teks eksposisi dapat dikenali dari bahasa yang digunakan, meliputi 1) Ditulis menggunakan bahasa formal atau baku.

  2) Kalimat-kalimatnya berstruktur lengkap, jarang terdapat kalimat minor atau elipsis.

  3) Paragraf-paragrafnya bersifat koheren dan kohesif. 4) Banyak menggunakan konjungsi, baik antar klausa maupun antar kalimat.

  5) Diksi bersifat denotatif daripada konotatif. 6) Menggunakan kata ganti orang pertama, baik tunggal maupun majemuk.

2. Prosedur Penulisan Teks Eksposisi

  Prosedur penulisan teks eksposisi secara umum sama dengan penulisan teks lain. Menurut Suryanta (2014: 50-51) prosedur penulisan tersebut meliputi, 1) memilih dan menetapkan topik, 2) mengumpulkan bahan/informasi pendukung, berupa bukti, data-data, keterangan atau opini narasumber, tinjauan teoretis yang akan dipergunakan untuk memperjelas opini dan memperkuat argumen, 3) menulis kerangka karangan, yaitu berisi tesis atau teori, opini-opini pokok, dan butir-butir argumen yang akan dikemukakan, 4) mengembangkan kerangka karangan, 5) mengedit yaitu memperbaiki aspek isi, bahasa, struktur teks yang belum tepat, dan 6) mempublikasikan, yaitu mengirimkan artikel ke media massa atau media lain sehingga bisa dibaca publik. Prosedur penulisan teks eksposisi yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Kosasih (2013: 154-155), yaitu meliputi 1) menemukan topik yang menarik yang kita kuasai, 2) menspesifikan topik ke dalam gagasan yang lebih fokus atau menyusun kerangka tulisan, 3) mempertimbangkan sasaran pembacadan keluasan isi tulisan serta pilihan kata yang digunakan, yaitu berkaitan dengan kedalaman , 4) mengumpulkan bahan, 5) mengembangkan kerangka menjadi tulisan secara lengkap dan utuh. Selain itu kegiatan penyuntingan teks eksposisi atau pengeditan juga perlu dilakukan agar memperoleh tulisan yang baik. Penyuntingan ini meliputi tiga aspek, yaitu 1) aspek isi, berkaitan dengan kebenaran, kelogisan pemaparan, kejelasan dan kelengkapan fakta, 2) aspek sistematika, berkaitan dengan kepaduan paragraf atau kalimat, keteraturan pola pengembangan, 3) aspek bahasa, berkaitan dengan keefektifan kalimat, ketepatan ejaan/tanda baca.

  Prosedur penulisan teks eksposisi tersebut dilakukan untuk menghindari dangkalnya isi tulisan dan bisa memberikan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi pembaca, sehingga penulis perlu menyiapkan berbagai sumber agar dapat mengembangkan topik yang akan ditulis.

3. Kemampuan Menulis Teks Eksposisi

  Kemampuan atau keterampilan menulis dapat dikategorikan sebagai keterampilan produktif, yaitu keterampilan mencipta dan menyajikan bahasa. Keterampilan menulis bukan merupakan keterampilan alamiah. Keterampilan ini hanya dapat diperoleh melalui latihan-latihan dengan penguasaan konsep-konsep tertentu secara terus menerus atau berkesinambungan. Dalam dunia akademik, setiap unsur yang ada di dalamnya dituntut untuk dapat menguasai keterampilan menulis. Hal yang perlu diperhatikan dalam menulis adalah kemampuan membangun teks agar mudah dipahami oleh orang lain. Salah satu teks yang dipelajari dalam pelajaran bahasa Indonesia untuk tingkat SMA/MA adalah teks eksposisi.

  Kemampuan menulis teks eksposisi yaitu kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan yang harus dimiliki siswa dalam menulis teks eksposisi secara logis dan sistematis. Siswa dikatakan mampu menulis teks eksposisi jika tulisan yang dibuat tersusun secara logis dan sistematis. Logis berarti jika keterangan atau alasan yang dikemukakan masuk akal. Sedangkan disebut sistematis jika keterangan yang ditulis disusun dalam satuan-satuan yang berurutan dan saling berhubungan. Adapun kriteria yang harus dipenuhi agar siswa mampu dalam menulis teks eksposisi, yaitu meliputi aspek pemahaman (1) gagasan utama (2) kalimat utama, (3) kalimat penjelas, (4) unsur-unsur paragraf, (5) diksi, dan (6) ejaan dan tanda baca.

  Teks eksposisi bersifat menjelaskan sesuatu hal secara objektif. Ini berarti tulisan eksposisi harus menyajikan topik yang faktual, isinya mempunyai manfaat yang mengkomunikasikan informasi, ide, atau fakta.

  Tujuan yang diharapkan adalah bisa memberikan informasi yang sejelas- jelasnya, dan dapat membuktikan kebenarannya, sering pula dilampirkan daftar angka-angka, statistik, gambar, denah, peta, diagram, organisasi dan sebagainya. Menulis eksposisi yang efektif, perlu memperhatikan, tujuan yang akan dicapai, sifat paparan, penetuan ide, masalah, gagasan, pikiran yang akan ditulis, lalu pembuatan kerangka tulisan, setelah itu pengumpulan data-data atau keterangan untuk dijadikan bahan tulisan, dan terakhir pembatan simpulan. Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menulis karangan eksposisi harus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: (1) menentukan topik yang akan disajikan, (2) menentukan tujuan eksposisi, (3) membuat kerangka yang lengkap dan sistematis, (4) isi kerangka karangan eksposisi harus sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh penulis, (5) mengembangkan eksposisi sesuai dengan kerangka karangan, (6) agar eksposisi dapat diterima oleh pembaca, paparannya harus disertai contoh, gambar, dan lain-lain yang dianggap perlu.

E. Pendekatan Saintifik

  Pembelajaran kurikulum 2013 adalah pembelajaran kompetensi dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya,mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.

  Hal itu sesuai dengan yang dikemukakan Kemendikbud (2013: 165) bahwa pendekatan saintifik adalah sebuah pendekatan ilmiah yang lebih mengedepankan penalaran induktif daripada deduktif. Dalam pendekatan ilmiah ini, siswa diajak untuk terlibat langsung dalam proses pemerolehan ilmu. Karena itu, penerapan dari pendekatan ini akan menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hasil pembelajaran yang berbasis pendekatan ilmiah ini akan melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Oleh karena itu, pengintegrasian pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam penerapan pendekatan saintifik membuat pendekatan ini dipandang sebagai titian emas untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa diyakini aktif dalam mengonstruksi pengetahuan dan keterampilannya karena dalam prosesnya siswa dibiasakan untuk menemukan fakta-fakta dari sebuah fenomena. Artinya, siswa diajak untuk memahami pentingnya fakta-fakta tersebut.

  Konsep pendekatan saintifik seperti yang diungkapkan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (dalam Wikanengsih, 2013: 335) memiliki beberapa kriteria, yaitu 1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata; 2) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis; 3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran; 4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran; 5) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran; 6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan; 7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

  Berdasarkan konsep tersebut, pembelajaran saintifik merupakan proses pembelajaran yang menghendaki siswa belajar aktif dalam menemukan ilmu pengetahuan.

F. Model Pembelajaran Berbasis Projek 1. Pengertian pembelajaran berbasis projek

  Pembelajaran berbasis projek adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan (Kemendikbud, 2013: 19). Pembelajaran berbasis projek memberi kesempatan siswa untuk berpikir kritis dan mampu mengembangkan kreativitasnya melalui pengembangan inisiatif untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Dalam Pembelajaran berbasis projek siswa diperkenankan untuk bekerja secara perseorangan maupun kelompok yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Penerapan pembelajaran berbasis projek agar memotivasi siswa lebih aktif dan berinisiatif untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar melalui pembelajaran yang inovatif dan kontekstual.

  Tujuan pembelajaran berbasis projek seperti yang tercantum dalam Kemendikbud (2013: 20) adalah: a. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran.

  b. Meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah projek.

  c. Membuat siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah projek yang kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa.

  d. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola sumber/ bahan/alat untuk menyelesaikan projek.

  e. Meningkatkan kolaborasi siswa khususnya pada pembelajaran berbasis projek yang bersifat kelompok.

  Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran berbasis proyek yaitu metode pembelajaran yang berpusat pada siswa dalam menyelesaikan suatu projek dan memberi peluang kepada siswa beraktivitas serta berkreasi untuk menghasilkan produk nyata.

2. Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis projek

  Pembelajaran berbasis projek adalah metode pembelajaran yang menggunakan projek atau kegiatan sebagai media, (Kemendikbud 2013: 20). Para peserta didik bekerja secara kontekstual untuk menghasilkan produk riil dan realistis. Prinsip yang mendasar pada pembelajaran berbasis projek adalah:

  a. Pembelajaran berpusat pada siswa yang melibatkan tugas-tugas proyek pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.

  b. Tugas projek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran. c. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tema atau topik yang disusun dalam bentuk produk (laporan atau hasil karya). Produk tersebut kemudian dikomunikasikan untuk mendapat tanggapan dan umpan balik untuk perbaikan produk.

3. Langkah-langkah pembelajaran berbasis projek

  Pembelajaran berbasis projek dilakukan dengan memberikan tugas untuk mengembangkan tema atau topik dalam kegiatan projek yang realistis. Siswa didorong untuk menumbuhkan kreativitas, kemandirian, berpikir kritis, tanggung jawab, dan percaya diri dalam pembelajaran.

  Menurut Kemendikbud (2013: 21) terdapat enam langkah dalam pembelajaran berbasis projek.

  1

  2.Perancangan

  3.Penyusunan . Penentuan langkah- jadwal projek langkah pelaksanaan

  k

  penyelesaian proje projek

  5. Penyusunan

  6.Evaluasi

  4.Penyelesaia

  laporan dan

  proses dan n proyek

  presentasi/publika

  dengan hasil projek

  

si hasil projek

  fasilitasi dan monitoring guru Gambar 2.1.

  Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Projek

  (Sumber: Kemendikbud, 2013: 21) Berdasarkan bagan di atas, kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran berbasis projek setiap langkahnya adalah sebagai berikut: a. Penentuan Projek

  Siswa menentukan tema atau topik bersama guru. Siswa menentukan projek yang akan dikerjakan baik secara kelompok maupun mandiri.

  b. Perancangan Langkah-langkah Penyelesaian Projek Siswa merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian projek dari awal sampai akhir beserta pengelolaannya. Kegiatan perancangan projek ini berisi perumusan tujuan dan hasil yang diharapkan, pemilihan aktivitas untuk penyelesaian projek, perencanaan sumber/bahan/alat yang dapat mendukung penyelesaian tugas projek, dan kerja sama antar anggota kelompok.

  c. Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Projek Siswa dengan pendampingan guru melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancang untuk diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.

  d. Penyelesaian Projek dengan Fasilitasi dan Monitoring Guru Guru bertanggung jawab membimbing dan memonitor aktivitas siswa dalam melaksanakan projek mulai proses hingga penyelesaian.

  Selain itu, dalam tahap monitoring guru juga menyusun rubrik yang dapat merekam aktivitas siswa dalam menyelesaikan tugas projek.

  Penyusunan Laporan dan Presentasi/Publikasi Hasil Projek.

  e.

  Hasil projek dalam bentuk produk dipresentasikan dan atau dipublikasikan kepada siswa yang lain dan guru atau masyarakat dalam bentuk presentasi, publikasi, dan pameran produk pembelajaran.

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ATTRIBUTING PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

0 14 71

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERATING PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

0 7 67

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

11 59 67

BAB II LANDASAN TEORI A. Tijauan Tripusat Pendidikan (Lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat) 1. Pengertian Tripusat Pendidikan - Pengaruh Tripusat Pendidikan Terhadap Akhlakul Karimah Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Ma'arif Udanawu Blitar - Institutio

0 0 36

BAB II KAJIAN TEORITIS A.Kinerja 1. Pengertian - Pengaruh Kemampuan dan Motivasi Terhadap Kinerja Guru SMP di Yayasan Pendidikan X

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI BEALAJAR BAHASA MANDARIN 1. Definisi Motivasi Belajar - Gambaran Motivasi Belajar Bahasa Mandarin Siswa SMA Methodist 2 Medan

0 0 20

BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Kerja Dalam Tinjauan Umum Ekonomi Islam Tentang Motivasi Kerja 1. Pengertian Motivasi dan Dasar Hukum Kerja - PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi pada Kantor Camat Pugung

0 2 47

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Studi Kasus Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Karanganyar) - UNS Institutional Repository

0 0 14

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Studi Kasus Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Karanganyar) - UNS Institutional Repository

0 0 8

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Motivasi 1. Pengertian - Dwi BAB II

0 2 26