EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERATING PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUANGENERATINGPADA MATERI

HIDROLISIS GARAM

Oleh

DEANITA NASTITI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pendekatan saintifik dalam meningkatkan kemampuangeneratingpada materi hidrolisis garam. Tek-nik pengambilan sampel menggunakanpurposive samplingdan menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desainNon Equivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas XI MIA SMA Negeri 3 Ban-dar Lampung tahun ajaran 2014/2015 dan sampel dalam penelitian yaitu kelas XI MIA 4 (kelas kontrol) dan XI MIA 5 (kelas eksperimen). Efektivitas pendekatan saintifik ditunjukkan oleh perbedaan rata-ratan-Gainyang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan rata-ratan-Gain kemampuangeneratingpada kelas kontrol sebesar 0,41 dan kelas eksperimen sebesar 0,56. Berdasarkan uji perbedaan dua rata-rata (Uji-t), disimpulkan bahwa


(2)

Deanita Nastiti

pendekatan saintifik efektif dalam meningkatkan kemampuangeneratingpada materi hidrolisis garam yaitu pada tahap menanya dan menalar.


(3)

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUANGENERATINGPADA MATERI

HIDROLISIS GARAM

Oleh

DEANITA NASTITI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUANGENERATINGPADA MATERI

HIDROLISIS GARAM

(Skripsi)

Oleh

DEANITA NASTITI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ranah pendekatan saintifik ... 11 2. Perbandingan taksonomi Bloom lama dengan taksonomi Bloom Revisi 21 3. Alur penelitian ... 39 4. Rata-rata nilai pretes dan rata-rata nilai postes kemampuangenerating

di kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 47 5. Rata-ratan-Gainkemampuangeneratingkelas kontrol dan kelas


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Efektivitas Pembelajaran ... 8

B. Pendekatan Saintifik ... 9

C. Taksonomi Bloom ... 20

D. Analisis Konsep Garam Menghidrolisis ... 23

E. Kerangka Pemikiran ... .. 30

F. Anggapan Dasar ... 33

G. Hipotesis Umum ... 33

III. METODOLOGI PENELITIAN... 34

A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

B. Jenis dan Sumber Data ... 35

C. Metode dan Desain Penelitian ... 35

D. Variabel Penelitian ... 36

E. Instrumen Penelitian... 36


(7)

iii

G. Hipotesis kerja... 40

H. Teknik Analisi Data dan Pengujian Hipotesis ... 40

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data... 47

B. Pembahasan ... 54

V . SIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Simpulan ... 64

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN 1. Analisis Standar Kompetensi, KI dan KD ... 70

2. Silabus... 75

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 86

4. Lembar Kerja Siswa 1 ... 102

5. Lembar Kerja Siswa 2 ... 109

6. Lembar Kerja Siswa 3 ... 117

7. Kisi-Kisi Soal Pretes ... 131

8. Rubrikasi Pretes ... 132

9. Soal Pretes ... 135

10. Kisi-Kisi Soal Postes... 136

11. Rubrikasi Postes ... 137

12. Soal Postes ... 139

13. Perhitungan Nilai Siswa... 140

14. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata ... 142

15. Perhitungann-Gain... 146


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kegiatan pembelajaran dalam pendekatan saintifik... 12

2. Analisis konsep materi garam menghidrolisis ... 25

3. Desain penelitian ... 35

4. Data normalitas nilai pretes kemampuangenerating ... 48

5. Data nilai Fhitung, nilai Ftabelterhadap nilai pretes kemampuan generating... 49

6. Nilai-nilai untuk uji kesamaan dua rata-rata terhadap nilai pretes ... 50

7. Nilai-nilai untuk uji normalitasn-Gainkemampuangenerating... 52

8. Nilai-nilai pada uji homogenitas terhadap nilain-Gain... 52 9. Data thitung, t(1-a), kriteria uji dan keputusan uji kemampuangenerating 53


(9)

(10)

(11)

MOTO

Manusia yang paling baik adalah yang bisa memberi manfaat bagi manusia lainnya

(HR Al-Thabarani)

Ilmu tidak mencari kamu, tapi perlu dicari (Imam Malik)

Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena ia akan menjadi ibu. Ibu-ibu cerdas akan

menghasilkan anak-anak cerdas (Dian Sastrowardoyo)

Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi kita (Andrea Hirata)


(12)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil alamin, syukurku kepada Allah SWT yang selalu memberikan nikmat dan inspirasi-Nya, dengan kerendahan hati

kupersembahkan tulisan ini untuk :

♥Ibu,

Wanitapaling luar biasa yang tanpa lelah selalu menemani dan mendoakanku, memberikan semangat serta tanpa lelah mengingatkanku untuk bersyukur.

♥Ayah,

Figur terhebat yang paling aku kagumi, yang selalu sabar mendidik dan memberikan yang terbaik untukku serta mengajarkan banyak arti kesabaran

hidup.

♥Adik-adikku, dek Nanda, dek Destia dan dek Yoga,

Adik-adik yang selalu mampu menghadirkan bahagia, membagi cerita, cinta, canda, suka, tangis, dan tawa.


(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 12 Maret 1993 sebagai putri pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Purn. Nur Abadi dan Ibu Husnul Hatimah.

Pendidikan formal diawali di TK Bina Harapan pada tahun 1997 dan TK Dinniyah Putri Lampung yang diselesaikan tahun 1999. SD Negeri 02 Sumberejo yang diselesaikan tahun 2005, SMP Negeri 26 Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2008, dan SMA Negeri 3 Bandar Lampung tahun 2011. Kemudian pada tahun 2011 terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Pen-didikan Kimia Jurusan PenPen-didikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu PenPen-didikan Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN tertulis.

Pada tahun 2014, penulis mengikuti program Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di SMP N 2 Pugung, Desa Sumanda, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus.


(14)

SANWACANA

Puji syukur kepada Sang Maha Pengasih, ALLAH S.W.T., sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul“Pendekatan Saintifik Dalam Meningkatkan KemampuanGeneratingPada Materi Hidrolisis Garam”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah untuk Nabiallahu Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya ke jalan yang dirihoi Allah.

Ucapan terimakasih pun tak lupa penulis haturkan kepada:

1. Bapak Dr.Bujang Rahman,M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr.Caswita,M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia.

4. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si. selaku pembimbing I, terimakasih atas kesediaannya dan keikhlasannya membimbing dan memotivasi di sela-sela kesibukan.

5. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si. selaku Pembimbing II, terimakasih atas kesediaannya membimbing dan memotivasi.

6. Ibu Dr. Ratu Beta Rudibyani, M.Si. selaku Pembahas, terima kasih atas kritik, saran, dan motivasi untuk skripsi yang lebih baik.


(15)

8. Ibu Dra. Hj. Rospardewi, MM.Pd. selaku Kepala SMAN 3 Bandar Lampung beserta para jajarannya, atas izin yang diberikan untuk melaksanakan

penelitian.

9. Keluarga besarku yang selalu memberikan semangat, perhatian, dan kasih sayang serta doanya. Terutama Ayah dan Ibuku yang selalu memberikan segala yang terbaik, adik-adikku dek Nanda, dek Tia dan dek Yoga. 10. Teman seperjuanganku, Dynda, Diska dan Abil serta teman-teman

Pen-didikan Kimia 2011. Terimakasih telah berbagi semangat dan berjuang bersama.

Akhirnya, penulis memohon maaf atas segala khilaf yang menyakiti. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandarlampung, Juli 2015 Penulis,


(16)

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menjadi suatu bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Tidak ada bangsa yang mampu mencapai kemajuan tanpa meletakkan pendidikan sebagai dasar utama pembangunannya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi mengem-bangkan kemampuan dan membentuk watak serta perabadan bangsa yang bermar-tabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkem-bangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu upaya Pemerintah untuk mewujudkan kemajuan bangsa khususnya da-lam meningkatkan mutu pendidikan yaitu dilakukan dengan cara mengeluarkan kurikulum baru, Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memi-liki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasya-rakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Tim Penyusun, 2014). Terda-pat tiga aspek penilaian dalam Kurikulum 2013, yaitu aspek pengetahuan, aspek


(18)

2

keterampilan dan aspek sikap. Ketiga aspek tersebut berkaitan dengan karak-teristik ilmu kimia yaitu kimia sebagai proses, produk dan sikap.

Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang se-cara garis besar mencakup dua bagian yakni kimia sebagai proses dan kimia seba-gai produk. Kimia sebaseba-gai proses meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap yang harus dimiliki untuk memperoleh dan mengembangkan produk kimia. Se-dangkan kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip ilmu kimia (Tim Penyusun, 2006). Berkaitan dengan hakikat ilmu kimia sebagai proses dan produk, maka dalam pembelajaran kimia tidak hanya dapat dilakukan dengan pemberian fakta dan konsep, tetapi harus memerhatikan juga bagaimana siswa dilatih untuk mengem-bangkan keterampilan-keterampilan dan sikap ilmiah.

Namun faktanya, pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Akibat-nya, pembelajaran kimia menjadi kehilangan daya tariknya dan lepas relevansinya dengan dunia nyata yang seharusnya menjadi obyek ilmu pengetahuan tersebut (Tim Penyusun, 2003). Pemaparan tersebut menunjukkan bahwa ternyata ada kaitan antara rendahnya pemahaman konsep kimia siswa dengan proses pembel-ajaran yang diterapkan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di SMA Negeri 3 Bandar Lampung, sejak tahun ajaran 2013/2014 pembelajaran di sekolah telah menggunakan Kurikulum 2013. Namun dalam pelaksanaannya, tidak semua proses pembelajaran kimia sesuai dengan anjuran


(19)

3

Kurikulum 2013 yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa(student-centred). Guru masih kurang maksimal dalam penerapan pembelajaran dengan Kurikulum 2013. Bahkan dalam proses pembelajaran terkadang guru masih menggunakan metode ceramah, misalnya dalam memberikan suatu persamaan rumus tertentu. Pembelajaran yang tidak sesuai dengan anjuran kurikulum 2013 ini menyebabkan tiga aspek yang harus ditingkatkan dalam diri siswa yaitu aspek sikap, pengetahu-an dpengetahu-an keterampilpengetahu-an tidak meningkat secara efektif, terutama kemampupengetahu-an gene-ratingsiswa. Kemampuangeneratingharus dimiliki siswa agar siswa dapat aktif dalam berpikir maupun aktif dalam proses pembelajaran. Kemampuangenerating yang kurang dilatihkan dapat menyebabkan beberapa dampak bagi siswa, misal-nya nilai, motivasi dan keaktifan siswa menjadi rendah. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat memunculkan kemam-puangeneratingsiswa sehingga siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Taksonomi Bloom revisi memiliki enam tingkat kategori dalam proses kognitif yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan me-ncipta. Mencipta mengacu pada tahap mensintesis dan menghasilkan produk baru (Vick dan Garvey, 2011). Salah satu proses kognitif dalam kategori mencipta adalah kemampuangeneratingyaitu menyusun hipotesis dan menyimpulkan alternatif jawaban dari suatu fenomena atau masalah yang ada. Kemampuan generatingdiperlukan siswa untuk memecahkan berbagai masalah yang akan mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang diharapkan dapat sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 dan dapat meningkatkan kemampuangeneratingsiswa yang


(20)

4

meliputi konsep-konsep dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari adalah pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang diterapkan pada aplikasi Kurikulum 2013. Pendekatan ini berbeda dari pen-dekatan pembelajaran sebelumnya. Dalam penerapan penpen-dekatan saintifik siswa akan melalui beberapa tahap yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Setelah pelaksanaan proses pembelajaran dengan pendekat-an saintifik inilah, maka akpendekat-an diperoleh peningkatpendekat-an terhadap penilaipendekat-an sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa.

Sari (2014) melaporkan hasil penelitiannya bahwa pendekatan ilmiah efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi asam basa. Selain itu hasil penelitian oleh Rismalinda (2014) juga menyatakan bahwa pende-katan ilmiah efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir lancar pada materi kesetimbangan kimia. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran dengan pendekatan saintifik ternyata efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir. Kemampuan generatingadalah salah satu keterampilan berpikir, dengan demikian pembelajar-an dengpembelajar-an pendekatpembelajar-an saintifik diharapkpembelajar-an dapat meningkatkpembelajar-an kemampupembelajar-an generatingsiswa.

Salah satu materi kimia yang dapat dibelajarkan dengan pendekatan saintifik dan dapat meningkatkan kemampuangeneratingsiswa yaitu hidrolisis garam. Kom-petensi Dasar dari KomKom-petensi Inti 3 yaitu menganalisis garam-garam yang meng-alami hidrolisis. Dengan menggunakan pendekatan saintifik siswa diajak untuk mengamati fenomena alam yang erat kaitannya dengan hidrolisis garam dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sebuah tabel pH suatu garam yang bersifat netral,


(21)

5

asam dan basa, serta beberapa gambar submikroskopis garam menghidrolisis. Pada proses ini, akan timbul rasa ingin tahu siswa dan berbagai pertanyaan mengenai bagaimana menentukan sifat suatu senyawa garam, bagaimana suatu garam mengalami hidrolisis dan bagaimana cara mencari suatu pH dari suatu senyawa garam yang mengalami hidrolisis secara teoritis. Pertanyaan-pertanyaan dari rasa ingin tahu siswa ini dituliskan dalam lembar kerja siswa yang telah diberikan oleh guru. Pada tahapan menanya ini kemampuangeneratingsiswa dilatihkan. Selanjutnya, siswa akan melakukan diskusi dalam kelompok kecil dan kemudian akan berdiskusi antar kelompok. Berbagai fakta serta fenomena yang diberikan guru akan memacu siswa untuk mencoba mencari jawaban-jawaban dari rasa ingin tahu mereka, dan selanjutnya menggeneralisasikan kesimpulan dari hasil kegiatan menalar mereka. Dengan demikian, maka peningkatkan kemam-puangeneratingsiswa dengan pendekatan saintifik akan dicapai.

Berdasarkan uraian di atas, dalam upaya meningkatkan kemampuangenerating siswa khususnya pada materi pokok hidrolisis garam perlu menggunakan pende-katan saintifik maka dilakukan penelitian ini dengan judul :“Efektivitas Pendekat -an Saintifik dalam Meningkatk-an Kemampu-anGeneratingpada Materi Hidrolisis Garam”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah efektivitas pendekatan saintifik dalam me-ningkatkan kemampuangeneratingsiswa pada materi hidrolisis garam?


(22)

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas pendekatan saintifik dalam mening-katkan kemampuangeneratingpada materi hidrolisis garam.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu:

1. Siswa

Dengan diterapkannya pendekatan saintifik dalam kegiatan belajar mengajar maka akan memberi pengalaman baru bagi siswa dalam memecahkan masalah kimia.

2. Guru

Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dapat menjadi salah satu pendekatan pembelajaran yang inovatif dan kreatif bagi guru.

3. Sekolah

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahan penafsiran istilah dalam penelitian ini, maka perlu adanya batasan istilah, yaitu sebagai berikut :

1. Materi pokok dalam penelitian ini adalah hidrolisis garam yang merupakan materi pembelajaran kimia kelas XI MIA semester II yang meliputi pengertian senyawa garam, sifat senyawa garam, garam yang tidak menghidrolisis, garam


(23)

7

yang menghidrolisis sebagian dan total, serta perumusan dan perhitungan pH senyawa hidrolisis garam.

2. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013 dengan membagi proses pembelajaran meliputi beberapa tahapan, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan.

3. Pembelajaran dikatakan efektif apabila secara statistik hasil belajar siswa me-nunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pema-haman setelah pembelajaran yang ditunjukkan dengann-Gainyang signifikan antara kelas kontrol dan eksperimen (Nuraeni dkk, 2010).

4. Indikator proses kognitif dalam Taksonomi Bloom revisi adalah kemampuan generatingyaitu menyusun hipotesis dan menyimpulkan alternatif jawaban dari suatu fenomena.


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif berarti dapat membawa ha-sil, berhasil guna, manjur atau mujarab, ada efeknya (akibat, pengaruhnya, kesan-nya). Menurut E. Mulyasa (2003), efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional. Efektivitas seringkali berkaitan erat dengan perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah ditetapkan sebelum-nya, atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan.

Menurut Abdurahmat (2008), efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi ter-capai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mende-kati keberhasilan berarti semakin tinggi efektivitasnya. Menurut Nieveen (1999) dalam Sunyono (2013), keefektifan model pembelajaran sangat terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Model pembelajaran dikatakan efektif bila pem-belajar dilibatkan secara aktif dalam mengorganisasi dan menemukan hubungan dan informasi-informasi yang diberikan, dan tidak hanya secara pasif menerima pengetahuan dari guru atau dosen.


(25)

9

Indikator keefektifan meliputi:

1. Pencapaian tujuan pembelajaran dan ketuntasan belajar pembelajar 2. Pencapaian aktivitas pembelajar dan guru/dosen

3. Pencapaian kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran 4. Pembelajar memberi respon positif dan minat yang tinggi terhadap

pembelajaran yang dilaksanakan.

Sedangkan menurut Wicaksono (2008) dalam Andriani (2013) kriteria keefektifan mengacu pada:

1. Ketuntasan belajar, pembelajaran, dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75 dari siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam peningkatan hasil belajar.

2. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah

pembelajaran (gain yang signifikan).

3. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.

Menurut Djamarah (1995) tingkat keberhasilan proses mengajar ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Istimewa/maksimal : apabila seluruh bahan pengajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

2. Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pembelajaran yang dikuasai oleh siswa.

3. Baik/maksimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% saja dikuasi oleh siswa.

4. Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

B. Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran merupakan asumsi atau aksioma ilmiah yang melandasi proses pembelajaran. Proses pembelajaran dengan berbasis pen-dekatan saintifik harus dipandu dengan kaidah-kaidah ilmiah. Penpen-dekatan ini


(26)

10

penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan

penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah (Abidin, 2014). Proses pembelajaran tersebut disebut saintifik jika memenuhi kriteria-kriteria berikut ini:

1. Substansi atau materi pembelajaran benar-benar berdasarkan fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik harus terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik (membuat dugaan) dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerap-kan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung-jawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya (Tim Penyusun, 2013b)


(27)

11

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan de-ngan menggunakan pendekatan saintifik dan mencakup tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan saintifik, ranah sikap bertujuan agar peserta didik tahu tentang ‘mengapa’. Ranah keterampilan bertujuan agar peserta didik tahu tentang ‘bagaimana’. Ranah pengetahuan bertujuan agar peserta didik tahu tentang ‘apa’. Hasil akhirnya ada-lah penguasaan kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang seimbang sehingga menjadi manusia yang baik(soft skills)dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills).

Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas“ menerima, menjalankan, meng-hargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas“ mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Ke-terampilan diperoleh melalui aktivitas“ mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta” (Tim Penyusun,2013c). Ketiga ranah tersebut dapat dilihat pada gambar 1 berikut.


(28)

12

Adapun bentuk kegiatan pembelajaran melalui pendekatan saintifik dapat dilihat pada tabel berikut (Hosnan,2014).

Tabel 1. Kegiatan Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik Kegiatan Aktivitas Belajar

Mengamati (observing)

Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak (tanpa dan dengan alat).

Menanya (questioning)

Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke yang bersifat hipotesis; diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan).

Pengumpulan data (experimenting)

Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan, menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, ekperimen), mengumpulkan data.

Mengasoasiasi (associating)

Menganalisis data dalam bentuk kategori, menentukan hubungan data/kategori, menyimpulkan dari hasil analisis data; dimulai dariunstructured-uni structure-multistructure-complicated structure.

Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya.

Secara komprehensif dan terperinci tahap-tahap dalam pendekatan saintifik dalam kediatan pembelajaran adalah sebagai berikut (Tim Penyusun, 2013b).

1. Mengamati (Observing)

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan objek secara nyata sehingga siswa senang dan tertantang. Dengan metode observasi siswa menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru (Tim Penyusun, 2013b).


(29)

13

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut:

1. Menentukan objek yang akan diobservasi.

2. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi.

3. Menentukan data-data yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder.

4. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi.

5. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.

6. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan bagi siswa untuk melaku-kan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu ben-da atau objek (Tim Penyusun, 2013b).

Kegiatan observasi dalam kegiatan harus memahami bentuk keterlibatan peserta didik dalam observasi tersebut. Ada beberapa tipe pengamatan yang dikemuka-kan Gold seperti yang dikutip Denzin dan Lincoln (2009). Tipe-tipe pengamatan tersebut diklasifikasikannya berdasarkan perannya dalam penelitian kualitatif.


(30)

14

Tipe-tipe tersebut adalah sebagai berikut.

1. Pengamat sebagai partisipan sempurna (penuh), yaitu ketika seorang peng-amat berperan sebagai partisipan secara sempurna (penuh) dalam observa-sinya. Identitasnya tidak diketahui oleh individu-individu yang diteliti. Pengamat berinteraksi dengan anggota kelompok selama mungkin.

2. Partisipan sebagai pengamat, pada peran ini pengamat berpartisipasi penuh pada aktivitas kelompok yang sedang diteliti. Namun, pengamat menje-laskan bahwa dia sedang meneliti kelompok tersebut.

3. Pengamat sebagai partisipan, ketika pengamat sebgai partisipan, dia

mengidentifikasi dirinya sebagai pengamat tetapi tidak berperan serta dalam aktivitas kelompok yang sedang diteliti.

4. Pengamat sempurna, pengamat mengobservasi aktivitas suatu kelompok tanpa menjadi suatu bagian dari aktivitas kelompok yang sedang diteliti. Kelompok yang sedang diteliti pun tidak menyadari bahwa mereka sedang diteliti.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan siswa selama observasi pembelajaran disajikan berikut:

1. Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.

2. Banyak atau sedikit serta homogenitas atau heterogenitas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan heterogen subjek, objek, atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan.


(31)

15

Sebelum obsevasi dilaksanakan, guru dan siswa sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan.

3. Guru dan siswa perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi (Tim Penyusun, 2013b).

2. Menanya (Questioning)

Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat pada kegiatan mengamati. Guru perlu membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan hasil pengamatan objek yang konkret sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan tersebut dapat bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana siswa dilatih mengajukan pertanyaan oleh guru, siswa tersebut masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana siswa mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.

Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu siswa. Siswa yang semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahunya semakin dapat dikem-bangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan siswa, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. Menanya me-miliki banyak fungsi dalam kegiatan pembelajaran.


(32)

16

Fungsi bertanya adalah sebagai berikut:

1. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian siswa tentang suatu tema atau topik pembelajaran.

2. Mendorong dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar, serta mengem-bangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

3. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.

4. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas subs-tansi pembelajaran yang diberikan.

5. Membangkitkan keterampilan siswa dalam berbicara, mengajukan per-tanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan mengguna-kan bahasa yang baik dan benar.

6. Mendorong partisipasi siswa dalam berdiskusi, berargumen, mengem-bangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.

7. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.

8. Membiasakan siswa berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam meres-pon persoalan yang tiba-tiba muncul.

9. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain (Tim Penyusun, 2013b).


(33)

17

Dalam membina siswa agar terampil bertanya, perlu diketahui pula kriteria perta-nyaan yang baik (Abidin, 2014). Kriteria pertaperta-nyaan yang baik tersebut adalah sebagai berikut.

1. Singkat dan jelas. 2. Menginspirasi jawaban. 3. Memiliki fokus.

4. BersifatProbingatauDivergen. 5. Bersifat validatif atau penguatan.

6. Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang. 7. Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif. 8. Merangsang proses interaksi

3. Mencoba (Experimenting)

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, peserta didik memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecah-kan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Akti-vitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari


(34)

18

cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, meng-analisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar (1) Guru hendaknya merumus-kan tujuan eksperimen yang amerumus-kan dilaksanamerumus-kan murid, (2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang hendak digunakan, (3) Perlu memperhitung-kan tempat dan waktu, (4) Guru menyediamemperhitung-kan kertas kerja untuk pengerahan kegiatan murid, (5) Guru membicakan masalah yang akan dijadikan eksperimen, (6) Membagi kertas kerja kepada murid, (7) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal (Abidin, 2014).

4. Menalar (Associating)

Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 digunakan untuk menggambarkan bahwa guru dan siswa merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Istilah menalar di sini merupakan pandanan dari assosiating; bukan merupakan terjemahan darireasioning, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran (Abidin, 2014). Istilah aktivitas menalar dalam


(35)

19

konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi de-ngan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar (Tim Penyusun, 2013b). Dalam kegiatan ini, siswa melaku-kan pemrosesan informasi untuk menemumelaku-kan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan (Tim Penyusun 2013c).

5. Mengkomunikasikan (Communicating)

Mengkomunikasikan dalam pembelajaran dapat berupa sebuah pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar teknik pembel-ajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja sedemikian rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama. Jika pem-belajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah pribadi, maka ia menyentuh tentang identitas siswa terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi

dengan yang lain atau guru.

Dalam situasi kolaboratif itu, siswa berinteraksi dengan empati, saling menghor-mati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara se-macam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkin siswa menghadapi ber-bagai perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Dalam kegiatan ini,


(36)

20

siswa menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasi, dan menemukan pola. Hasil tersebut dapat berupa lapor-an dalam bentuk baglapor-an, diagram, atau grafik; menyusun laporlapor-an tertulis; dlapor-an menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan (Tim Penyusun, 2013a).

C. Taksonomi Bloom

Menurut Imam Gunawan dan Anggarini Retno Palupi (2012), taksonomi ialah klasifikasi atau pengelompokan benda menurut ciri-ciri tertentu. Taksonomi dalam bidang pendidikan, digunakan untuk klasifikasi tujuan instruksional; ada yang menamakannya tujuan pembelajaran, tujuan penampilan, atau sasaran belajar, yang digolongkan dalam tiga klasifikasi umum atau ranah (domain), yaitu: (1) ranah kognitif, berkaitan dengan tujuan belajar yang berorientasi pada kemampuan berpikir; (2) ranah afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sis-tem nilai, dan sikap hati); dan (3) ranah psikomotor (berorientasi pada keteram-pilan motorik atau penggunaan otot kerangka).

Taksonomi Bloom mengklasifikasikan perilaku menjadi enam kategori, dari yang sederhana (mengetahui) sampai dengan yang lebih kompleks (mengevaluasi). Ranah kognitif terdiri atas (berturut-turut dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks), ialah:

1. Pengetahuan (Knowledge ) / C–1 2. Pemahaman (Comprehension) / C–2 3. Penerapan (Application) / C–3 4. Analisis (Analysis) / C–4


(37)

21

5. Sintesis (Synthesis) / C–5 6. Evaluasi (Evaluation) / C–6

Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl (2001:66-88) yakni: mengingat (remember), memahami/mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create). Ada empat macam pengetahuan, yaitu: pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Jenis-jenis pengetahuan ini sesungguhnya menunjukkan penjen-jangan dari yang sifatnya konkret (faktual) hingga yang abstrak (metakognitif). Dalam taksonomi yang lama, pengetahuan metakognitif belum dicantumkan sebagai jenis pengetahuan yang juga harus dipelajari siswa (Widodo, 2006).

Berikut ini adalah bagan perbandingan antara taksonomi bloom yang lama dan revisi :

Gambar 2. Perbandingan Taksonomi Bloom Lama dengan Taksonomi Bloom Revisi

Taksonomi Bloom revisi memiliki dua dimensi yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi kognitif proses. Terdapat sembilan belas proses kognitif di dalam enam


(38)

22

kategori taksonomi Bloom revisi. Keenam kategori tersebut yaitu: mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta (Anderson dan Krathwohl, 2001).

Kategori mencipta (create) merupakan kategori C6 dalam Taksonomi Bloom revisi. Mencipta mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersama untuk membentuk satu kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan. Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpi-kir kognitif lainnya adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru (Gunawan, 2012).

Menciptakan meliputigeneratingdan memproduksi (producing).Generating adalah kegiatan merepresentasikan permasalahan, menyusun hipotesis dan me-nyimpulkan alternatif jawaban dari suatu fenomena. Generatingini berkaitan de-ngan berpikir divergen yang merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi mengarah pada perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu


(39)

penge-23

tahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahu-an metakognisi.

Arifin (2003) menyatakan bahwa berpikir merupakan proses mental yang dapat menghasilkan pengetahuan. Berpikir juga merupakan kemampuan jiwa taraf tinggi yang dicapai dan dimiliki oleh manusia. Sugiarto dalam Amri (2010) mengkategorikan proses berpikir kompleks atau berpikir tingkat tinggi ke dalam empat kelompok yang meliputi pemecahan masalah (problem solving),

pengambilan keputusan (decision making), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking).

Secara teknis, kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom diartikan sebagai kemampuan intelektual atau ranah kognitif, yaitu kemampuan meng-analisis, mensintesis, dan mengevaluasi (Bloom). Dalam bahasa lain kemam-puan-kemampuan ini dapat dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis (Khowiyah, 2012). Hal ini berarti terdapat kaitan antara berpikir kritis dengan taksonomi Bloom.

D. Analisis Konsep Hidrolisis Garam

Markle dan Tieman (Fadiawati, 2011) mendefinisikan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satupun definisi yang dapat meng-ungkapkan arti dari konsep. Untuk itu diperlukan suatu analisis konsep yang me-mungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.


(40)

24

Lebih lanjut lagi, Herronet al.(Fadiawati, 2011) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru da-lam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk. Ana-lisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan non contoh.


(41)

25 Tabel 2. Analisis konsep garam menghidrolisis

Ti Nama/ Label

Definisi Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep Contoh Non

Contoh Kritis variabel Super

Ordinat

Ordinat Sub Ordinat 1 Garam garam adalah

senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Komponen kation dan anion garam dapat berupa senyawa anorganik seperti

klorida(Cl−), dan bisa juga berupa senyawa organik seperti asetat (CH3COO−) dan ion monoatomik seperti fluorida (F−), serta ion poliatomik seperti sulfat Konsep konkret Senyawa ionik ion positif (kation), ion negative (anion) hasil reaksi asam dan basa senyawa anorganik senyawa organik ion mono-atomik ion poliatomik Jenis anion dan kation Teori asam-basa Brownsted Lowry Reaksi asam-basa Garam netral garam asam garam basa NaCl, CH3COONa,

CH3COOK,

NH4Cl,

NH4Br,

NaF Na2SO4

NaOH, HCl, NH4OH


(42)

26 Ti Nama/

Label

Definisi Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep Contoh Non

Contoh Kritis variabel Super

Ordinat

Ordinat Sub Ordinat (SO42−). Garam

terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa. 2 Garam

netral

Garam netral adalah garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat dan tidak mengubah warna kertas lakmus Konsep konkret Berasal dari asam kuat dan basa kuat Jenis kation dan anion Teori asam-basa Reaksi asam-basa NaCl, NaBr, NaI, LiNO3

CH3COO

Na, NH4Cl

3 Garam asam

Garam asam adalah garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah dan dapat mengubah kertas lakmus menjadi berwarna merah Konsep konkret terbentuk dari asam kuat dan basa lemah Jenis kation dan anion Teori asam-basa Reaksi asam-basa

NH4Cl,

Al2(SO4)3

(NH4)2SO4

CH3COO

Na, NaBr, NaI 4 Garam basa Garam basa yaitu garam yang terbentuk dari basa kuat dan asam lemah

Konsep konkret terbentuk dari basa kuat dan asam lemah Jenis kation dan anion Teori asam-basa Reaksi asam-basa

CH3COONa,

Na2CO3

CH3COOK

CH3COO

NH4,


(43)

27 Ti Nama/

Label

Definisi Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep Contoh Non

Contoh Kritis variabel Super

Ordinat Ordinat Sub Ordinat 5 Garam menghi drolisis Garam menghidrolisis adalah reaksi anion atau kation suatu garam, atau keduanya, dengan air sehingga menggeser kesetimbangan air. Reaksi ini biasanya mempengaruhi ph larutan Konsep abstrak reaksi anion atau kation suatu garam, atau keduanya, dengan air Jenis kation dan anion Teori asam dan basa Reaksi asam basa Reaksi kesetimbang an Penyangga Hidrolisis parsial(seb agian) Hidrolisis total

CH3COONa,

(NH4)2SO4,

NaClO4,

Li3PO4,

NH4Cl,

NH4Br,

CH3COONH 4 NaCl, NaBrNaI, LiNO3 6 Hidrolis is parsial Hidrolisis parsial adalah reaksi antara kation atau anion yang berasal dari asam lemah atau basa lemah dengan air yang terjadi ketika garam dari asam lemah dan basa kuat(garam Konsep abstrak Reaksi kation dari asam lemah bereaksi dengan air Reaksi anion dari basa lemah bereaksi dengan air Garage asam dan garage basa Jenis kation dan anion Teori asam dan basa Reaksi asam basa Reaksi kesetimbang an Penyangga Hidrolisis garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah Hidrolisis garam yang berasal dari asam

CH3COONa,

(NH4)2SO4,

NaClO4,

Li3PO4,

NH4Cl,

NH4Br

NaCl, NaBr, NaI, LiNO3


(44)

28 Ti Nama/

Label

Definisi Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep Contoh Non

Contoh Kritis variabel Super

Ordinat

Ordinat Sub Ordinat basa) atau

garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat(garam asam) dilarutkan dalam air dilarutkan dalam air lemah dan basa kuat 7 Hidrolis is total Hidrolisis total adalah reaksi antara kation dan anion yang berasal dari asam lemah dan basa lemah dengan air yang terjadi ketika garam dari asam lemah dan basa lemah dilarutkan dalam air, dan sifat netral atau asam atau basa dari larutannya bergantung pada nilai Ka dan Kb untuk ion-ion yang terhidrolisis. Reaksi kation dengan air Reaksi anion dengan air terjadi ketika garam dari asam lemah dan basa lemah dilarutkan dalam air harga Ka harga Kb Jenis kation dan anion Teori asam dan basa Reaksi asam basa Reaksi kesetimbang an Penyangga Hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah

CH3COONH 4

Al2(CO3)3

NaCl, NaBr, NaI, LiNO3


(45)

29 Ti Nama/

Label

Definisi Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep Contoh Non

Contoh Kritis variabel Super

Ordinat Ordinat Sub Ordinat 8 Tetapan Hidrolis is (Kh) Tetapan Kesetmbangan dari reaksi Hidrolisis Berdasa rkan prinsip Tetapan kesetimbang an Jenis kation dan anion Teori asam dan basa Reaksi asam basa Reaksi kesetimbang an Penyangga Tetapan hidrolisis larutan garam NH4Cl 0,001

M jika harga Kb= 10–5 adalah 10-9M .

Tetapan hidrolisis larutan garam NH4Cl

0,001 M jika harga Kb= 10–5 adalah 10 M 9 pH garam menghi drolisis PH garam terhidrolisis adalah bilangan yang menyatakan tingkat keasaman larutan garam yang menghidrolisis air Berdasa rkan prinsip Bilangan Tingkat keasaman larutan garam yang menghidroli sis air [H+], [OH-] zatGaram terhidrolisi s PH larutan asam dan basa

Penyangga PH larutan penyangga

pH dari larutan (CH3COO)2C

a 0,2 M. (Diketahui harga Ka CH3COOH =

1,8 × 10–5) adalah 9,18

pH dari larutan (CH3COO

)2Ca 0,2

M.

(Diketahui harga Ka CH3COO

H = 1,8 × 10–5) adalah 1


(46)

30

E. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran kimia dilakukan untuk mencapai pemahaman kimia serta untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan siswa, salah satunya meningkat-kan kemampuangenerating. Salah satu pendekatan pembelajaran yang efisien dalam meningkatkan keterampilan siswa khususnya pada mata pelajaran kimia adalah pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran sebagai-mana dimaksud meliputimengamati(observing), menanya(questioning),

men-coba(experimenting), menalar(associating), dan mengkomunikasikan. Hidrolisis

garam adalah salah satu materi yang dipakai untuk mengaplikasikan pendekatan ini. Kompetensi dasar pengetahuan yang harus dikuasai siswa yaitu menganalisis hidrolisis garam-garam.

Pada pendekatan saintifik , kegiatan pada tahap pertama yaitu kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Kegi-atan ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Pada ke-giatan ini siswa mengamati fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari seperti siswa mengamati tabel pH beberapa senyawa garam dan juga mengamati beberapa gambar submikroskopis hidrolisis garam. Kegiatan mengamati sangat bermanfaat untuk memenuhi rasa ingin tahu peserta didik sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi

Langkah kedua dalam pembelajaran saintifik adalah bertanya. Bertanya disini dapat pertanyaan dari guru atau dari siswa. Pertanyaan siswa yang mungkin akan muncul setelah kegiatan mengamati yaitu apakah senyawa garam memiliki sifat


(47)

31

yang berbeda-beda seperti asam, basa dan nertal, bagaimanakah senyawa garam memiliki sifat asam, basa dan netral, apakah hidrolisis garam, apakah semua senyawa garam mengalami hidrolisis, atau bagaimana cara menentukan pH secara teoritis. Di dalam pembelajaran kegiatan bertanya berfungsi: 1) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran. 2) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. 3) Mendiag-nosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya. 4) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan. 5) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. 6)

Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembang-kan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan. 7) Membangun sikap keterbu-kaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok. 8) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam meres-pon persoalan yang tiba-tiba muncul. 9) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain. Dengan memberi

kesempatan siswa bertanya atau menjawab pertanyaan guru menumbuhkan suasana pembelajaran yang akrab dan menyenangkan.


(48)

32

Pada tahap ini, kemampuangeneratingsiswa dilatihkan, dimana siswa menuliskan rumusan masalah dari kegiatan mengamati yang telah mereka lakukan.

Pada tahap ketiga, yaitu tahap mencoba. Hasil belajar yang nyata akan diperoleh peserta didik dengan mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada kegiatan ini siswa akan mencoba menemukan jawaban dari pertanyaan mereka. Dalam pembelajaran ini siswa diajak untuk me-rencanakan percobaan, melakukan percobaan dan mengerjakan lembar kerja siswa.

Tahap keempat adalah menalar yaitu mengolah informasi (asosiasi). Menurut te-ori asosiasi, proses pembelajaran akan berhasil secara efektif jika terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik. Ada dua cara melakukan asosiasi, yaitu dengan logika induktif dan deduktif. Logika induktif merupakan cara mena-rik kesimpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang ber-sifat umum. Sedangkan logika deduktif merupakan cara menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Dengan pola ini siswa dapat mengolah informasi dengan logika induktif dari percobaan yang telah dilakukan sebelumnya, dan dengan menggu-nakan logika deduktif dengan membandingkan teori-teori yang telah ada dengan hasil percobaannya. Pada tahap ini siswa mengolah data hasil percobaan maupun hasil pengumpulan data mereka agar diperoleh suatu kesimpulan. Pada tahap ini kemampuangeneratingsiswa dilatihkan.


(49)

33

Tahap yang terakhir adalah mengkomunikasikan yaitu dengan memberi kesempat-an kepada siswa untuk mengkomunikasikkesempat-an hasil percobakesempat-an dkesempat-an asosiasinya kepa-da siswa lain kepa-dan guru untuk menkepa-dapatkan tanggapan. Langkah ini memberikan keuntungan kepada siswa dalam meningkatkan rasa percaya diri dan kesungguhan dalam belajar. Dengan mengkomunikasikan hasil percobaan dan asosiasi yang telah dilakukan peserta didik dalam pembelajaran akan memperkuat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah disajikan dalam pembelajaran

(Nasution, 2013).

Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas dengan diterapkannya pembela-jaran menggunakan pendekatan saintifik, maka akan dapat meningkatkan kemam-puangeneratingsiswa pada materi hidrolisis garam.

F. Anggapan Dasar

Angggapan dasar penelitian ini adalah :

1. Perbedaan nilaiN-gainkemampuangeneratingsiswa semata-mata terjadi karena perubahan perlakuan dalam proses belajar.

2. Faktor-faktor lain diluar perilaku pada kedua kelas penelitian diabaikan.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Pendekatan saintifik efektif dalam meningkatkan kemampuangeneratingpada materi hidrolisis garam.


(50)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014-2015 yang berjumlah 153 siswa. Siswa tersebut merupakan satu kesatuan populasi, karena adanya kesamaan-kesamaan sebagai berikut:

a. Siswa-siswa tersebut berada dalam lima kelas yang sama, yaitu kelas XI MIA SMA Negeri 3 Bandar Lampung.

b. Siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu semester genap. c. Dalam pelaksanaan pengajarannya, siswa-siswa tersebut diajar dengan

kuri-kulum 2013 dan jumlah jam belajar yang sama (empat jam pelajaran dalam setiap minggu).

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknikpurposive sampling. Purposive samplingyaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertim-bangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Syaodih, 2009). Dalam pelaksanaan-nya, peneliti meminta bantuan guru bidang studi kimia untuk memperoleh


(51)

infor-35

masi karakteristik siswa di sekolah tersebut untuk menentukan kelas yang akan dijadikan sampel penelitian yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Peneliti mendapatkan kelas XI MIA 4 sebagai kelas kontrol dan XI MIA 5 sebagai kelas eksperimen dalam penelitian.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data pendukung. Data primer berupa data nilai tes kemampuangeneratingsebelum penerapan pembelajaran (pretes) dan data nilai tes kemampuangeneratingsetelah penerapan pembelajaran (postes). Sedangkan data pendukung berupa data afektif, data psikomotor dan data kinerja guru. Data penelitian ini bersumber dari seluruh siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desainNon Equivalence Control Group Design(Creswell, 1997). Ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3. Desain Penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Kelas eksperimen O1 X O2

Kelas kontrol O1 - O2

Keterangan:

O1 : Kelas kontrol dan ekspeimen diberi pretes


(52)

36

O2 : Kelas kontrol dan eksperimen diberi postes

Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1). Kemudian pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional dan pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik (X). Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan postes (O2).

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai va-riabel bebas adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan, yaitu pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah kemampuangeneratingpada materi pokok hidrolisis garam kelas XI MIA SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014-2015.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instru-men pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data un-tuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997). Pada peneliti-an ini, instrumen ypeneliti-ang digunakpeneliti-an peneliti-antara lain adalah silabus, rencpeneliti-ana pelakspeneliti-anapeneliti-an pembelajaran (RPP), LKS kimia yang menggunakan pendekatan saintifik pada materi hidrolisis garam sejumlah 3 LKS, soal pretes dan soal postes yang berupa soal uraian yang mewakili kemampuangenerating,lembar observasi penilaian afektif, lembar observasi penilaian psikomotor, dan lembar observasi kinerja guru.

Agar data yang diperoleh sahih dan dapat dipercaya, maka instrumen yang digu-nakan harus valid. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur


(53)

37

apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instru-men. Pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan carajudgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator keterampilan, dan butir-butir pertanyaan-nya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena dalam melakukan judgmentdiperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah: 1. Pra-penelitian

Prosedur pra-penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 3 Bandar Lampung untuk me-laksanakan penelitian

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan informasi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pen-dukung pelaksanaan penelitian.

c. Menentukan populasi dan sampel penelitian. 2. Pelaksanaan Penelitian


(54)

38

a. Tahap persiapan, peneliti menyusun analisis KI-KD-indikator, analisis konsep, silabus, RPP, LKS, kisi-kisi soal pretes dan postes,soal pretes dan postes,lembar penilaian afektif, lembar penilaian psikomotor, dan lembar kinerja guru.

b. Validasi instrumen, dalam hal ini dilakukan oleh Dra. Nina Kadaritna, M.Si. dan Emmawati Sofya, S.Si., M.Si. sebagai dosen pembimbing untuk mengujinya.

c. Tahap pelaksanaan penelitian, adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah (1) melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas kon-trol dan kelas eksperimen; (2) melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi hidrolisis garam sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas, pembelajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol serta pembelajaran pendekatan saintifik diterapkan di kelas ekspe-rimen; (3) melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eks-perimen dan kelas kontrol.

3. Analisis dan pelaporan

Analisis data dan pelaporan pada penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Menganalisis jawaban tes tertulis siswa yang berupa hasil pretes dan postes.

b. Melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian dan penarikan kesimpul-an.


(55)

39

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian sebagai berikut:

Gambar 3. Alur penelitian

Pra-Penelitian 2. Observasi Pendahuluan

3. Menentukan populasi dan sampel 1. Meminta izin ke SMA

kelas eksperimen pembelajaran

pendekatan saintifik kelas kontrol

pembelajaran konvensional

pretes

postes

Pelaksanaan Penelitian 1. Pembuatan instrumen

2. Validasi instrumen

3. Pelaksanaan penelitian

Analisis dan Pelaporan 1. Analisis data

2. Pembahasan


(56)

40

G. Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja pada penelitian ini adalah rata-ratan-Gainkemampuangenerating pada materi hidrolisis garam pada kelas yang diterapkan pembelajaran mengguna-kan pendekatan saintifik lebih tinggi daripada rata-ratan-Gainkemampuan generatingpada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Teknik analisis data

Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hi-potesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

a. Perhitungan nilai siswa

Salah satu data primer yang diperoleh pada penelitian ini adalah skor kemampuan generatingsebelum penerapan pembelajaran pretes dan skor tes kemampuan generatingsiswa setelah penerapan pembelajaran (postes). Skor pretes dan pos-tes ini selanjutnya diubah menjadi nilai. Nilai pretes dan postes pada penilaian kemampuangeneratingmenurut Meltzer (2002) dirumuskan sebagai berikut:

Nilai Siswa=skor jawaban yang diperoleh

skor maksimal ×100% ...(1)

b. Perhitungann-GainTernormalisasi

Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretes dan postes dari kedua kelas. Rumusn-Gainmenurut Sudjana (2005) adalah sebagai berikut:

n-Gain= skor postes-skor pretes

skor maksimum-skor pretes


(57)

41

Datagainternormalisasi yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya, ke-mudian digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.

2. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji perbedaan dua rata-rata. Sebelum dilakukan uji perbedaan dua rata-rata, ada beberapa uji prasyarat, yaitu uji normalitas, uji homogenitas dan uji persamaan dua rata-rata.

a. Uji normalitas

Untuk uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat, menurut Sudjana (2005), langkah-langkah uji normalitas sebagai berikut:

1. Hipotesis

H0: kedua sampel berdistribusi normal H1: kedua sampel tidak berdistribusi normal

2. Statistik Uji

x2= (fi-fh) 2 fh k

i=1

(3)

dengan:

fi= frekuensi pengamatan fh= frekuensi yang diharapkan 3. Keputusan Uji

Tolak H0jika ( )( )atau dengan taraf= taraf nyata


(58)

42

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk menentu-kan statistik yang amenentu-kan digunamenentu-kan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama (populasi dengan varians yang homogen) atau sebaliknya. Menurut Sudjana (2005) untuk menguji homogenitas varians dapat menggunakan uji F.

1. Hipotesis

H = (kedua populasi memiliki varians yang homogen)

H (kedua populasi memiliki varians yang tidak homogen)

2. Statistik Uji

F=varians terbesar

varians terkecil (4)

s2=n fixi 2

-( fixi)2 n(n-1)

(5)

dengan:

F = Kesamaan dua varians S = Simpangan

n= jumlah siswa

3. Kriteria Uji

Tolak H0jikaF F½ ( , ) atauF F denganF½ ( , ) didapat dari

distribusi F dengan peluang½α, derajat kebebasan = 1dan = 1. α = taraf nyata. Dalam hal lainnya H0diterima.


(59)

43

c. Uji kesamaan dua rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan apakah pada awalnya kedua kelas penelitian memiliki kemampuangeneratingyang berbeda secara signifikan atau tidak. Uji kesamaan dua rata-rata dalam penelitian ini mengguna-kan analisis statistik, yaitu uji-t (Sudjana, 2005). Hipotesis dirumusmengguna-kan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Rumusan Hipotesis:

H0: µ1x= µ2x : Rata-rata nilai pretes kemampuangeneratingsiswa pada kelas eksperimen sama dengan rata-rata nilai pretes kemampuan

generatingsiswa pada kelas kontrol pada materi hidrolisis garam. H1: µ1x≠µ2x : Rata-rata nilai pretes kemampuangeneratingsiswa pada kelas

eksperimen tidak sama dengan rata-rata nilai pretes kemampuan generatingsiswa pada kelas kontrol pada materi hidrolisis garam. Keterangan:

µ1 : Rata-rata nilai pretes (x) pada kelas eksperimen pada materi hidrolisis garam. µ2 : Rata-rata nilai pretes (x) pada kelas kontrol pada materi hidrolisis garam. x : kemampuangenerating.

Data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen ( = ), maka penguji-an menggunakpenguji-an uji statistik parametrik, yaitu menggunakpenguji-an uji-t dalam Sudjpenguji-ana (2005) yang dirumuskan sebagai berikut.

t = s =( ) ( )

Keterangan:

thitung= Kesamaan dua rata-rata.

= Rata-rata nilai pretes kemampuangeneratingsiswa pada kelas eksperimen pada materi hidrolisis garam.


(60)

44

= Rata-rata nilai pretes kemampuangeneratingsiswa pada kelas kontrol pada materi hidrolisis garam.

= Simpangan baku gabungan.

= Jumlah siswa pada kelas eksperimen. = Jumlah siswa pada kelas kontrol.

= Simpangan baku siswa pada kelas eksperimen. = Simpangan baku siswa pada kelas kontrol.

Dengan kriteria uji : terima H0jika -t(1-1 2α)< t < t(1-1 2α)dengan derajat

kebebasan d(k) = n1+ n2– 2 pada taraf signifikan α = 5% dan peluang (1-1 2α ). Untuk harga t lainnya H0ditolak.

d. Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif perla-kuan terhadap sampel dengan melihatn-Gainkemampuangeneratingpada materi hidrolisis garam yang lebih tinggi antara pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dengan pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Uji perbedaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, yaitu uji-t. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Rumusan Hipotesis yang digunakan pada uji perbedaan dua rata-rata adalah seba-gai berikut:

H0: µ1x> µ2x : Rata-ratan-Gainkemampuangeneratingsiswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik lebih tinggi daripada rata-ratan-Gain kemampuangeneratingsiswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional pada materi hidrolisis garam.


(61)

45

H1: µ1x<µ2x : Rata-ratan-Gainkemampuangeneratingsiswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik lebih rendah daripada rata-ratan-Gainkemampuangeneratingsiswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional pada materi hidrolisis garam.

Keterangan:

µ1 : Rata-ratan-Gain(x) pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik pada materi hidrolisis garam.

µ2 : Rata-ratan-Gain(x) pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional pada materi hidrolisis garam.

x : kemampuangenerating.

Data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen ( = ), maka penguji-an menggunakpenguji-an uji statistik parametrik, yaitu menggunakpenguji-an uji-t. Uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t dalam Sudjana (2005) yang dirumuskan se-bagai berikut:

t = dengan s =( ) ( )

Keterangan:

thitung= Perbedaan dua rata-rata.

= Rata-ratan-Gainkemampuangeneratingsiswa pada kelas yang dite-rapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik pada materi hidrolisis garam.

= Rata-ratan-Gainkemampuangeneratingsiswa pada kelas yang dite-rapkan pembelajaran konvensional pada materi hidrolisis garam. = Simpangan baku gabungan.

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik.

= Jumlah siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional. ...(7)


(62)

46

= Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran menggunakan pen-dekatan saintifik.

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan kriteria uji : terima H0jika thitung< t (1-α) dengan derajat kebebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α ).


(63)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan dalam pene-litian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pendekatan saintifik efektif dalam meningkatkan kemampuangenerating siswa pada materi hidrolisis garam.

2. Rata-rata nilain-Gainkemampuangeneratingpada materi hidrolisis garam pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik berbeda secara signifikan dari kelas yang diterapkan pembelajaran konven-sional.

3. Kemampuangeneratingsiswa dilatihkan pada tahap menanya dan menalar dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik hendaknya dapat digunakan oleh guru dalam membelajarkan materi hidrolisis garam dan materi lain dengan karakteristik materi yang sama.

2. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih memper-hatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran


(64)

65

lebih maksimal, serta memperhatikan tersedianya sumber belajar sehingga tu-juan pembelajaran tercapai dengan baik.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahmat. 2008.Efektivitas Organisasi Edisi Pertama. Airlangga. Jakarta Abidin, Yunus. 2014.Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum

2013.Refika Aditama. Bandung.

Amri, S,dan Ahmadi I, K 2010.Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

Arends, R. I. 2008. Learning to Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Arifin, M. 2003Strategi Belajar Mengajar Kimia.Jurusan Pendidikan Kimia

FMIPA UPI. Bandung.

Arikunto, S. 2004.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Anderson, L.w. dan Kratwohl, D.R. 2001.A Taxonomy for Learning, teaching,

and Assesing : A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objective. Addison Wesley Longman, Inc. New York.

Andriani, J.W. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Learning Cycle 3e dalam Meningkatkan Keterampilan Prediksi dan Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Asam-Basa.Skripsi. FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Bell, G.M.E. 1994.Belajar dan Membelajarkan.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Creswell, J.W. 1997.Research Design Qualitative & Quantitative Approaches. Thousand Oaks-London-New. Sage Publications. New Delhi.

Djamarah, S. B. dan Zain, A. 2000.Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Denzin, N.K dan Lincoln, Y.S. 2009.HandBook of Qualitative reasearch Terjemahan oleh Dariyanto dkk.Pustaka Pelajar.Yogyakarta.


(66)

67

Ennis .R. H. 1996.Critical Thingking. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur

Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. (Disertasi). SPs-UPI Bandung. Bandung.

Gunawan, dan Anggraini Retno P. 2012. Taksonomi Bloom Revisi Ranah

Kognitif:Kerangka Landasan untuk pembelajaran Pengajaran dan Penilaian (Jurnal). Madiun Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI. Madiun. Hosnan, M. 2014.Pendekatan Scientific dan Kontekstual dalam Pembelajaran

Abad 21. Ghalia. Jakarta.

Khowiyah. 2012. Kemampuan berpikir kritis.(Jurnal). UHAMKA. Jakarta .Vol.3 No.5.

Meltzer, David E. 2002. The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Leraning Gain in Phiysic : A Posibble hidden variabel in diagnostic pretes scores.American Journal Physicc.

Nasution, Khairiah. 2013. Aplikasi Model Pembelajaran Dalam Perspektif Pendekatan Saintifik. Jurnal.BDK Medan. Medan

Nuraeni, N. dkk. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.(Jurnal). UPI. Bandung.

Rismalinda, Ayu. 2014. Efektivitas Pendekatan Ilmiah dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Lancar pada Materi Kesetimbangan Kimia.Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sari, A.N. 2014. Pembelajaran Pendekatan Ilmiah dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Orisinil Siswa Materi Asam Basa.Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sudjana, N. 2005.Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Syaodih, N. 2009.Metode Penelitian Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Sunyono, 2013. Buku Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi (Model SiMaYang).Aura. Bandar Lampung.

Tim Penyusun. 2003.Pedoman khusus Pegembangan Silabus dan Penilaian Kurikulum 2003.Depdiknas. Jakarta.

Tim Penyusun. 2006.Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP. Jakarta.


(67)

68

Tim Penyusun. 2014.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.Kemdikbud. Jakarta.

Tim Penyusun. 2013a.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.Kemdikbud. Jakarta.

. 2013b.Diklat Guru dalam rangka Implementasi Kurikulum 2013 Analisis Materi Ajar Konsep Pendekatan ScientificKemdikbud. Jakarta.

. 2013c.Rambu-rambu Penyusun RPPKemdikbud. Jakarta. Trianto. 2010.Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bumi Aksara. Jakarta.

Vick, M dan Garvey, M.P. 2011. Levels of Cognitive Processes : Scounting’s Science Merid Badges and the Revised Bloom’s Taxonomy.Inter J of Envi & Sci Educ.

Widodo, A. 2006. Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal.(Buletin Puspendik). UPI. Bandung.


(1)

46

= Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran menggunakan pen-dekatan saintifik.

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan kriteria uji : terima H0jika thitung< t (1-α) dengan derajat kebebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α ).


(2)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan dalam pene-litian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pendekatan saintifik efektif dalam meningkatkan kemampuangenerating siswa pada materi hidrolisis garam.

2. Rata-rata nilain-Gainkemampuangeneratingpada materi hidrolisis garam pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik berbeda secara signifikan dari kelas yang diterapkan pembelajaran konven-sional.

3. Kemampuangeneratingsiswa dilatihkan pada tahap menanya dan menalar dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik hendaknya dapat digunakan oleh guru dalam membelajarkan materi hidrolisis garam dan materi lain dengan karakteristik materi yang sama.

2. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih memper-hatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran


(3)

65

lebih maksimal, serta memperhatikan tersedianya sumber belajar sehingga tu-juan pembelajaran tercapai dengan baik.


(4)

Abdurahmat. 2008.Efektivitas Organisasi Edisi Pertama. Airlangga. Jakarta Abidin, Yunus. 2014.Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum

2013.Refika Aditama. Bandung.

Amri, S,dan Ahmadi I, K 2010.Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

Arends, R. I. 2008. Learning to Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Arifin, M. 2003Strategi Belajar Mengajar Kimia.Jurusan Pendidikan Kimia

FMIPA UPI. Bandung.

Arikunto, S. 2004.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Anderson, L.w. dan Kratwohl, D.R. 2001.A Taxonomy for Learning, teaching,

and Assesing : A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objective. Addison Wesley Longman, Inc. New York.

Andriani, J.W. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Learning Cycle 3e dalam Meningkatkan Keterampilan Prediksi dan Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Asam-Basa.Skripsi. FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Bell, G.M.E. 1994.Belajar dan Membelajarkan.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Creswell, J.W. 1997.Research Design Qualitative & Quantitative Approaches. Thousand Oaks-London-New. Sage Publications. New Delhi.

Djamarah, S. B. dan Zain, A. 2000.Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Denzin, N.K dan Lincoln, Y.S. 2009.HandBook of Qualitative reasearch Terjemahan oleh Dariyanto dkk.Pustaka Pelajar.Yogyakarta.


(5)

67

Ennis .R. H. 1996.Critical Thingking. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur

Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. (Disertasi). SPs-UPI Bandung. Bandung.

Gunawan, dan Anggraini Retno P. 2012. Taksonomi Bloom Revisi Ranah

Kognitif:Kerangka Landasan untuk pembelajaran Pengajaran dan Penilaian (Jurnal). Madiun Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI. Madiun. Hosnan, M. 2014.Pendekatan Scientific dan Kontekstual dalam Pembelajaran

Abad 21. Ghalia. Jakarta.

Khowiyah. 2012. Kemampuan berpikir kritis.(Jurnal). UHAMKA. Jakarta .Vol.3 No.5.

Meltzer, David E. 2002. The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Leraning Gain in Phiysic : A Posibble hidden variabel in diagnostic pretes scores.American Journal Physicc.

Nasution, Khairiah. 2013. Aplikasi Model Pembelajaran Dalam Perspektif Pendekatan Saintifik. Jurnal.BDK Medan. Medan

Nuraeni, N. dkk. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.(Jurnal). UPI. Bandung.

Rismalinda, Ayu. 2014. Efektivitas Pendekatan Ilmiah dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Lancar pada Materi Kesetimbangan Kimia.Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sari, A.N. 2014. Pembelajaran Pendekatan Ilmiah dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Orisinil Siswa Materi Asam Basa.Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sudjana, N. 2005.Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Syaodih, N. 2009.Metode Penelitian Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Sunyono, 2013. Buku Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi (Model SiMaYang).Aura. Bandar Lampung.

Tim Penyusun. 2003.Pedoman khusus Pegembangan Silabus dan Penilaian Kurikulum 2003.Depdiknas. Jakarta.

Tim Penyusun. 2006.Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP. Jakarta.


(6)

Tim Penyusun. 2014.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.Kemdikbud. Jakarta.

Tim Penyusun. 2013a.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.Kemdikbud. Jakarta.

. 2013b.Diklat Guru dalam rangka Implementasi Kurikulum 2013 Analisis Materi Ajar Konsep Pendekatan ScientificKemdikbud. Jakarta.

. 2013c.Rambu-rambu Penyusun RPPKemdikbud. Jakarta. Trianto. 2010.Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bumi Aksara. Jakarta.

Vick, M dan Garvey, M.P. 2011. Levels of Cognitive Processes : Scounting’s Science Merid Badges and the Revised Bloom’s Taxonomy.Inter J of Envi & Sci Educ.

Widodo, A. 2006. Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal.(Buletin Puspendik). UPI. Bandung.