EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN PADA MATERI

HIDROLISIS GARAM

Oleh

DYNDA MEUTIA TYFFANI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pendekatan saintifik dalam meningkatkan kemampuan membedakan siswa pada materi hidrolisis garam. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 3 Bandar Lampung semester genap tahun 2014-2015. Teknik pengambilan sampel menggunakanpurposive sampling. Adapun sampel yang diambil adalah kelas XI-4 sebagai kelas kontrol dan XI-5 sebagai kelas eksperimen. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen denganNon Equivalent(Pretest-Posttest) Control Group Design. Efektivitas penggunaan pendekatan saintifik ditunjukkan oleh perbedaann-Gainyang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-ratan-Gain siswa kelas kontrol sebesar 0,37 dan rata-ratan-Gainkelas kontrol sebesar 0,44. Berdasarkan uji-t disimpul-kan bahwa pembelajaran materi hidrolisis garam menggunadisimpul-kan pendekatan sain-ztifik efektif dalam meningkatkan kemampuan membedakan siswa khususnya pada tahap mengamati dan menalar


(2)

Dynda Meutia Tyffani


(3)

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN PADA MATERI

HIDROLISIS GARAM

Oleh

DYNDA MEUTIA TYFFANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN PADA MATERI

HIDROLISIS GARAM

(Skripsi)

Oleh

DYNDA MEUTIA TYFFANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

xviii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tahap-Tahap Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik ... 10

2. Ranah Hasil Belajar Menggunakan Pendekatan Saintifik.... ... 16

3. Taksonomi Bloom Revisi ... 18

4. Alur Penelitian ... 39

5. Rata-Rata Nilai Pretes dan Rata-Rata Nilai Postes Kemampuan Membedakan di Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 46

6. Rata-Ratan-GainKemampuan Membedakan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 50


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Efektivitas Pembelajaran ... 8

B. Pendekatan Saintifik ... 9

C. Taksonomi Bloom... 18

D. Analisis Konsep Garam Menghidrolisis ... 23

E. Kerangka Pemikiran ... .. 31

F. Anggapan Dasar ... 33


(7)

xv

III. METODOLOGI PENELITIAN... 34

A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

B. Jenis dan Sumber Data ... 35

C. Metode dan Desain Penelitian ... 35

D. Variabel Penelitian ... 36

E. Instrumen Penelitian... 36

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 37

G. Hipotesis kerja... 40

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 40

IV. HASIL PENELITIAN, TEMUAN DAN PEMBAHASAN... 46

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 46

B. Pembahasan... 53

V. SIMPULAN DAN SARAN... 64

A. Simpulan ... 64

B. Saran... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN 1. Analisis Standar Kompetensi, KI dan KD ... 69

2. Silabus... 74

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 89


(8)

xvi

5. Lembar Kerja Siswa 2 ... 115

6. Lembar Kerja Siswa 3 ... 122

7. Kisi-Kisi Soal Pretes ... 133

8. Rubrikasi Pretes ... 134

9. Soal Pretes ... 138

10. Kisi-Kisi Soal Postes... 139

11. Rubrikasi Postes ... 140

12. Soal Postes ... 142

13. Perhitungan Nilai Pretes, Postes, dann-Gain... 143

14. Uji Normalitas Kelas Kontrol (Pretes) ... 145

15. Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Pretes) ... 147

16. Uji Homogenitas (Pretes) ... 149

17. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata ... 150

18. Uji Normalitas Kelas Kontrol(n-Gain)... 152

19. Uji Normalitas Kelas Eksperimen(n-Gain)... 154

20. Uji Homogenitas(n-Gain)... 156


(9)

xvii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Analisis Konsep Materi Hidrolisis Garam ... 24

2. Desain Penelitian ... 35

3. Data Normalitas Nilai Pretes Kemampuan Membedakan ... 48

4. Data Homogenitas Nilai Pretes Kemampuan Membedakan ... 48

5. Data Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Terhadap Nilai Pretes Kemampuan Membedakan ... 49

6. Data Normalitasn-GainKemampuan Membedakan ... 51

7. Data Homogenitasn-GainKemampuan Membedakan ... 52


(10)

(11)

(12)

(13)

MOTO

Orang yang tidak pernah membuat kesalahan adalah orang yang tidak pernah mencoba hal baru

People who never make mistakes are those who never try new things (Albert Einsten)

Semakin mereka mencaci, semakin mereka memberi kekuatan padamu, tutup telingamu, pejamkan matamu, ikuti kata hatimu dan melangkah lebih maju


(14)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT, maka dengan ini saya persembahkan karya kecil Kepada :

1. Keluarga saya tercinta, yang senantiasa berusaha untuk memberikan segala yang terbaik dalam hidup saya, terimakasih atas Doa serta dukungannya. 2. Almamaterku tercinta.


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 28 Juli 1995 sebagai putri ter-akhir dari tiga bersaudara, dari pasangan Bpk. Drs. Purnomo, S.H. dan Ibu Siti Aisyah, S.Kep..

Pendidikan diawali pada tahun 2000 di TK Satria, SD Negeri 1 Sukarame tahun 2001 dan diselesaikan pada tahun 2007, SMP Negeri 2 Bandar Lampung di-selesaikan pada tahun 2009, dan SMA Negeri 2 Bandar Lampung didi-selesaikan pada tahun 2011.

Terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pen-didikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu PenPen-didikan Universitas Lampung pada tahun 2011 melalui jalur SNMPTN tertulis, mengantarkan penulis aktif sebagai staf Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta) pada 2012-2013. Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintergrasi dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kependidikan juga diikuti oleh penulis di SMP Negeri 2 Liwa, Desa Pantau, Kel. Pasar Liwa, Kec. Balik Bukit, Kab. Lampung Barat.


(16)

SANWACANA

Puji syukur hanyalah untuk-Mu Allah, Rabb semesta alam, yang senantiasa men-cucurkan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi “Efektivitas Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Kemampuan Membeda-kan pada Materi Hidrolisis Garam”sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah untuk Nabi besar, Muhammad SAW, seorang manusia biasa namun luar biasa karena kebiasaannya.

Ucapan terima kasih pun tak lupa penulis haturkan kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

2. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia,

3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si selaku pembimbing I, atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi;

4. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si., selaku Pembimbing II, atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi;


(17)

5. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M. Si, selaku Pembahas atas segala bimbingan, saran dan kritik yang diberikan dalam memperbaiki penulisan skripsi ini; 6. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.Si, selaku pembimbing akademik, atas

kesedia-annya memberi bimbingan dan motivasi di sela-sela kesibukan, meminjami segala fasilitas, dan selalu sudi menjadi tempat mencurahkan segala keluh kesah;

7. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Kimia dan dosen lain yang telah memberikan ilmunya selama lebih dari tiga tahun ini dan segenap civitas akademik Jurusan Pendidikan MIPA;

8. Ibu Dra. Hj. Rospardewi, M.M.Pd, selaku kepala sekolah dan Ibu Endah Winarni, S.Pd, sebagai Guru Mitra SMAN 3 Bandar Lampung, atas izin dan waktu yang diberikan untuk melaksanakan penelitian;

9. Ibu dan bapak sayayang senantiasa memberikan do’a, restu, dan dukungan untuk kelancaran studi ini; dan kedua kakak saya Eva Elisa dan Puspa Indah Pratiwi serta adik saya Raihan Tanjung Purnomo atas semangat, do’a dan dukungan;

10. Ketiga rekan penelitian saya Deanita Nastiti, Pradiska Nawang Anggara dan Abil Malik yang senantiasa memberikan semangat, do’a dan kerjasama. Sahabatku PKB, Bundo Siska, Jupe, Aulia, Kudik, Ticha, Teh Pilah, Ruru, Ria, Nur, Pipit, Mbak Sevi, Dang, dan Eko, serta genk KKN yang saya sayangi Karyanti, Ayu dan Veni, terima kasih atas senyum, ceria, dukungan dan kepercayaan yang selalu kalian beri;

Setiap karya pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Segala kelebihan dan manfaat yang bisa diambil merupakan hasil dari bimbingan dan bantuan segenap pengajar, dan segala kelemahan dalam karya ini merupakan akibat kurangnya


(18)

pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh sebab itu saran dan kritik yang mem-bangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Bandarlampung, Juli 2015 Penulis,


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung untuk meningkatkan kemaju-an suatu Negara dalam berbagai sektor. Kualitas pendidikkemaju-an di Indonesia saat ini sudah mulai berkembang. Hal ini dibuktikan dengan adanya data UNESCO (2012) mengenai peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index) yang menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia mulai meningkat. Dari 127 negara di dunia, Indonesia menempati posisi ke-64. Untuk mempercepat peningkatan mutu pendidikan di Indonesia ada tiga hal penting yang harus menjadi perhatian yaitu: sumber daya manusia (SDM), fasilitas, dan kuriku-lum.

Telah banyak dilakukan usaha-usaha dalam rangka meningkatkan kualitas pendi-dikan. Salah satunya dalam kependidikan MIPA, telah banyak dilakukan pemba-haruan, perbaikan maupun pemantapan. Ilmu kimia adalah bagian dari pendidi-kan IPA. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahpendidi-kan, yaitu kimia sebagai produk, kimia sebagai proses dan kimia sebagai sikap. Kimia se-bagai produk merupakan pengetahuan kimia yang berupa fakta-fakta, konsep konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum dan teori-teori. Kimia sebagai proses ber-kaitan dengan cara kerja ilmiah, sehingga kimia bukan hanya penguasaan kumpul-an pengetahukumpul-an ykumpul-ang berupa fakta fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja


(20)

2 tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan antara kimia sebagai produk, proses dan sikap. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses, produk dan sikap (Tim Penyusun, 2014).

Salah satu strategi yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia yaitu dengan mengembangkan kurikulum, yaitu dari kuri-kulum tingkat satuan berbasis kompetensi (KTSP) menuju kurikuri-kulum 2013. Dalam kurikulum 2013 terdapat beberapa komponen dalam kompetensi inti, yaitu: (1) kompetensi inti sikap spiritual, (2) kompetensi inti sikap sosial, (3) kompetensi inti pengetahuan dan (4) kompetensi inti keterampilan.

Pada kurikulum 2013 menggunakan konsep saintifikapproach(pendekatan sainti-fik) dimana siswa mampu menemukan sebuah jawaban yang tidak berdasarkan angan-angan akan tetapi melalui proses ilmiah yang struktural. Model pembel-ajaran pendekatan saintifik memiliki beberapa tahapan yaitu: (1) mengamati ( ob-serving), (2) menanya (questioning), (3) mencoba (experimenting), (4) menalar (associating), dan (5) mem-bentuk jejaring (networking). Tahap pertama yaitu mengamati(observing), siswa diberikan fenomena atau fakta yang bersangkutan dengan materi yang diajarkan. Setelah mengamati fenomena, siswa akan mene-mukan hal-hal yang tidak mereka pahami sehingga dalam diri siswa muncul ber-bagai pertanyaan. Tahap kedua ialah menanya (questioning), pada tahap ini siswa diminta menuliskan hal-hal yang tidak mereka pahami dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Tahap ketiga yaitu mencoba (experimenting), pada tahap ini siswa di-minta untuk merancang sebuah percobaan dan melakukan percobaan yang telah


(21)

3 mereka rancang sendiri. Setelah itu, siswa melakukan percobaan dan mencatat hasil percobaan dengan cara mereka masing-masing. Tahap keempat yaitu mena-lar (associating) dalam hal ini siswa diharapkan dapat menganalisis data percoba-an. Pada tahap ini, siswa diberikan pertanyaan dalam bentuk soal yang harus di-diskusikan bersama kelompoknya. Siswa menganalisis data dan informasi yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya sehingga dapat menemukan suatu kesimpulan. Tahap terakhir adalah membentuk jejaring (networking). Membentuk jejaring dapat berupa mengkomunikasikan hasil diskusi yang telah dilakukan bersama anggota kelompoknya yaitu presentasi hasil diskusi di depan kelas.

Tahapan pada pendekatan saintifik dapat melatihkan kemampuan berpikir siswa. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lain-nya. Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan kemampuan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran. Hal ini merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka me-mecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemung-kinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua kemampuan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Pendapat senada dikemukakan Anggelo (1995), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal perma-salahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Dari dua penda-pat tersebut, tampak adanya persamaan dalam hal sistematika berpikir yang ter-nyata berproses. Berpikir kritis harus melalui beberapa tahapan untuk sampai


(22)

4 kepada sebuah kesimpulan atau penilaian. Menurut Bloom, dalam ranah kognitif-nya kemampuan intelektual dibagi pada tingkatan-tingkatan, yaitu C1 sampai dengan C6: mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, evaluasi, dan membuat. Salah satu proses kognitif dalam menganalisis adalah kemampuan membedakan yaitu membedakan bagian yang memiliki hubungan dengan bagian yang tidak memiliki hubungan atau memisahkan bagian yang penting dengan ba-gian yang tidak penting dari materi yang telah disajikan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 3 Bandar Lampung, diketahui bahwa pembelajaran kimia telah menggunakan pendekatan saintifik namun belum maksimal. Masih terdapat beberapa materi kimia yang mengguna-kan metode ceramah. Hal ini disebabmengguna-kan oleh kurangnya pengetahuan guru ten-tang pendekatan saintifik. Sehingga pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru memberikan informasi melalui metode ceramah dan siswa hanya diminta untuk mendengarkan dan memperhatikan. Siswa tidak dituntut untuk berusaha berpikir apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kurang terlatih khususnya pada kemampuan membedakan siswa, hal ini ditunjukkan dengan aktivitas siswa yang pasif saat pembelajaran berlangsung, dan juga nilai hasil tes yang masih relatif rendah. sehingga tidak sesuai dengan amanat dari kurikulum 2013 dan ka-rakter ilmu kimia.

Hal ini didukung oleh hasil penelitian Marhan dkk (2014) terhadap siswa kelas X SMA Negeri 9 Malang tahun 2013/2014 yang menunjukkan bahwa penerapan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian Ikaningrum dan Gultom (2013) yang


(23)

5 menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar dan sikap ilmiah siswa kelas X SMA Negeri 4 Magelang sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah, dimana pende-katan ilmiah lebih baik daripada pendepende-katan konvensional dan pendepende-katan ilmiah juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa.

Salah satu materi kimia yang sebagian konsepnya bersifat abstrak adalah materi hidrolisis garam. Materi ini dipenuhi dengan rumus-rumus dan reaksi-reaksi kimia sehingga memerlukan pemahaman dalam segala aspek representasi khusus-nya aspek mikroskopik dan simbolik agar lebih mudah dipahami dan dimengerti. Melalui materi ini, siswa diajak untuk mengamati fenomena hidrolisis garam. Pada proses mengamati ini banyak pertanyaan yang muncul pada di benak siswa, seperti mengapa garam ada yang bersifat asam dan basa. Kemudian siswa diminta untuk me-nentukan variabel kontrol, terikat dan bebas untuk percobaan identifikasi senyawa garam. Lalu siswa juga harus menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan serta merancang prosedur percobaan tersebut. Dari tahap tersebut diharapkan kemampuan berpikir kritis khususnya kemampuan membedakan siswa dapat terlatih. Setelah melakukan percobaan siswa diharapkan dapat membedakan senyawa garam berdasarkan sifatnya. Lalu siswa juga dituntut untuk bisa membeda-kan antara hidrolisis sebagian (parsial), hidrolisis total dan yang tidak mengalami hidrolisis melalui gambarmikroskopis hidrolisis garam yang disajikan. Hal ini pula yang dapat melatih kemampuan berpikir kritis khususnya kemampuan membedakan. Berdasarkan uraian di atas, dalam upaya meningkatkan kemampuan membedaan khususnya pada materi pokok hidrolisis garam menggunakan pendekatan saintifik maka dilakukan penelitian ini dengan judul : “Efektivitas Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Kemampuan Membedakan pada Materi Hidrolisis Garam“


(24)

6 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah efektivitas pendekatan saintifik pada materi hidrolisis garam dalam meningkatkan kemampuan membedakan pada siswa kelas XI MIA SMA Negeri 3 Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan efektivitas pendekatan saintifik pada materi hidrolisis garam dalam meningkatkan kemampuan membedakan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Siswa

Mempermudah siswa dalam mencapai kompetensi dasar pada pembelajaran kimia, khususnya pada materi hidrolisis garam dan menambah referensi siswa dalam belajar.

2. Guru

Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dapat menjadi salah satu pen-dekatan pembelajaran yang inovatif dan kreatif bagi guru.

3. Sekolah

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.


(25)

7 E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah :

a. Materi pokok dalam penelitian ini adalah hidrolisis garam yang merupakan materi pembelajaran kimia kelas XI MIA semester II yang meliputi pengertian senyawa garam, sifat senyawa garam, garam yang tidak mengalami hidrolisis, hidrolisis garam sebagian (parsial) dan total, serta perumusan dan perhitungan pH senyawa hidrolisis garam.

b. Pendekatan saintifik yang digunakan memiliki beberapa tahap: (1) mengamati (observing), (2) menanya (questioning), (3) mencoba (experimenting), (4) menalar (associating), dan (5) membentuk jejaring (networking).

c. Pembelajaran dikatakan efektif apabila secara statistik hasil belajar siswa me-nunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pema-haman setelah pembelajaran yang ditunjukkan dengan gain yang signifikan antara kelas kontrol dan eksperimen (Nuraeni, 2010).

d. Menurut taksonomi Bloom, kemampuan membedakan merupakan kegiatan berpikir membedakan bagian-bagian yang menyusun suatu struktur berdasar-kan relevansi, fungsi dan penting tidaknya. Membedaberdasar-kan menuntut adanya ke-mampuan untuk menentukan mana yang relevan/esensial dari suatu perbedaan terkait dengan struktur yang lebih besar (Anderson, 2001).


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas berasal dari bahasa Inggris, effective yang berarti berhasil, tepat, atau manjur. Efektivitas menunjukkan tingkat keberhasilan pencapaian suatu tujuan. Dalam kamus bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti memiliki efek, pengaruh, atau akibat. Dari definisi mengenai efektivitas, maka efektivitas berkaitan erat dengan pencapaian suatu tujuan tertentu, tujuan dari pembelajaran sendiri adalah ketercapaian kompetensi (Wibowo, 2010).

Menurut Soemosasmito dalam Trianto (2010), suatu pembelajaran dikatakan efek-tif apabila memenuhi persyaratan utama keefekefek-tifan pengajaran, yaitu: (1) presen-tasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap kegiatan belajar meng-ajar, (2) rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa, (3) tetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi ke-berhasilan belajar) diutamakan, dan (4) mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas yang mengandung butir (2) tanpa mengabaikan butir (4). Sedangkan menurut Suryosubroto (2009), peng-ajaran merupakan hasil proses belajar mengajar, efektivitasnya tergantung dari terlaksana tidaknya perencanaan. Karena perencanaan maka pelaksanaan peng-ajaran menjadi lebih baik dan efektif.


(27)

9

Menurut Hamalik (2002), pembelajaran dikatakan efektif jika memberikan ke-sempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk bel-ajar. Dengan menyediakan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan siswa dapat mengembangkan potensinya dengan baik. Hal ini sependapat dengan Sutikno (2005), yang mengemukakan sebagai berikut.

Pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah., menyenangkan, dan dapat men-capai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut Nieveen (1999) dalam Sunyono (2013) menjelaskan bahwa keefektifan model pembelajaran sangat terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Model pembelajaran dikatakan efektif bila pelajar dilibatkan secara aktif dalam mengorganisasi dan menemukan hubungan dan informasi-informasi yang diberi-kan, dan tidak hanya secara pasif menerima pengetahuan dari guru/dosen. Indikator keefektifan meliputi:

1) Pencapaian tujuan pembelajaran dan ketuntasan belajar pembelajar 2) Pencapaian aktivitas pembelajar dan guru/dosen

3) Pencapaian kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran 4) Pembelajar memberi respon positif dan minat yang tinggi terhadap

pembelajaran yang dilaksanakan.

Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.

B. Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang pada dasar gaya berpikirnya mengadopsi dari metode saintifik. Upaya penerapan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran bukan hal yang aneh dan mengada-ada tetapi memang itulah


(28)

10

yang seharusnya terjadi dalam proses pembelajaran, karena sesungguhnya pembe-lajaran itu sendiri adalah sebuah proses saintifik (keilmuan). Banyak para ahli yang meyakini bahwa melalui pendekatan saintifik, selain dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian. Artinya, dalam proses pembelajaran, siswa di-belajarkan dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran saintifik, bukan diajak untuk beropini dalam melihat suatu fenomena (Sudrajat, 2013).

Tim Penyusun (2013a) memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah dalam pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan membentuk jejaring (networking).

Gambar 1. Tahap-tahap pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah.

1. Mengamati (Observing)

Mengamati ialah melakukan pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakan inderanya. Metode mengamati mengutamakan kebermak-naan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggul-an tertentu, seperti menyajikkeunggul-an objek secara nyata sehingga siswa senkeunggul-ang dkeunggul-an ter-tantang. Dengan metode observasi siswa menemukan fakta bahwa ada hubungan


(29)

11

antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru (Tim Penyusun, 2013a).

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan bagi siswa untuk melaku-kan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. (Tim Penyusun, 2013b).

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut:

a. Menentukan objek yang akan diobservasi.

b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi.

c. Menentukan data-data yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder.

d. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi.

e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.

f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

Selama proses pembelajaran, siswa dapat melakukan observasi dengan dua cara pelibatan diri. Kedua cara pelibatan yang dimaksud yaitu observasi berstruktur dan observasi tidak berstruktur. Pada observasi berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh siswa telah direncanakan secara sistematis di bawah bimbingan guru. Pada observasi yang tidak berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh siswa ditentukan secara baku oleh guru. Dalam kerangka ini, siswa membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori secara spontan atas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi.


(30)

12

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan siswa selama observasi pembelajaran disajikan berikut:

a. Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.

b. Banyak atau sedikit serta homogenitas atau heterogenitas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan heterogen subjek, objek, atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan. Sebelum obsevasi dilaksanakan, guru dan siswa sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan.

c. Guru dan siswa perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi (Tim Penyusun, 2013a).

2. Menanya (Questioning)

Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat pada ke-giatan mengamati. Guru perlu membimbing siswa untuk dapat mengajukan per-tanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan hasil pengamatan objek yang kon-kret sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan tersebut dapat bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana siswa dilatih mengajukan pertanyaan oleh guru, siswa tersebut masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana siswa mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.

Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu siswa. Siswa yang se-makin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahunya sese-makin dapat dikem-bangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan siswa, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. Menanya


(31)

13

memiliki banyak fungsi dalam kegiatan pembelajaran. Fungsi bertanya adalah se-bagai berikut:

a. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian siswa tentang suatu tema atau topik pembelajaran.

b. Mendorong dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar, serta mengem-bangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

c. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.

d. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas subs-tansi pembelajaran yang diberikan.

e. Membangkitkan keterampilan siswa dalam berbicara, mengajukan per-tanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan mengguna-kan bahasa yang baik dan benar.

f. Mendorong partisipasi siswa dalam berdiskusi, berargumen, mengem-bangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.

g. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pen-dapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan tole-ransi sosial dalam hidup berkelompok.

h. Membiasakan siswa berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam meres-pon persoalan yang tiba-tiba muncul.

i. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain (Tim Penyusun, 2013a).

3. Mencoba (Experimenting)

Tindak lanjut dari menanya adalah mencoba. Dalam hal ini, siswa menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu siswa dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan terse-but terkumpul sejumlah informasi yang menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu menalar (Tim Penyusun, 2013c).

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, siswa harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, peserta siswa memahami konsep-konsep IPA dan kait-annya dengan kehidupan sehari-hari. Siswa pun harus memiliki keterampilan


(32)

14

proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Akti-vitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

4. Menalar (Associating)

Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 digunakan untuk menggambarkan bahwa guru dan siswa merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.

Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pem-belajaran asosiatif. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah terse-dia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar (Tim Penyusun, 2013a).


(33)

15

Dalam kegiatan ini, siswa melakukan pemrosesan informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keter-kaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang di-temukan (Tim Penyusun 2013c).

5. Membentuk Jejaring (Networking)

Membentuk jejaring atau pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat per-sonal, lebih dari sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempat-kan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja sedemikian rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan seba-gai satu falsafah pribadi, maka ia menyentuh tentang identitas siswa terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru.

Dalam situasi kolaboratif itu, siswa berinteraksi dengan empati, saling menghor-mati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara se-macam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkin siswa menghadapi ber-bagai perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Dalam kegiatan ini, siswa menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasi, dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa ter-sebut.

Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu


(34)

16

kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Berikut beberapa kriteria dalam pendekatan ilmiah:

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat di-jelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam me-lihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pem-belajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung-jawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun me-narik sistem penyajiannya.

Proses pembelajaran pendekatan ilmiah menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, penge-tahuan, dan keterampilan. Integrasi dari ketiga ranah tersebut seperti terlihat pada gambar berikut ini:

1. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu mengapa”.

2. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu bagaimana”.

3. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu apa”.


(35)

17

Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur adalah kemampuan berpikir kreatif (Tim Penyusun, 2013a).

Sebuah proses pembelajaran yang digenjot oleh seorang guru di kelasnya akan dapat disebut saintifik bila proses pembelajaran tersebut memenuhi kriteria-kriteria berikut ini:

1) Substansi atau materi pembelajaran benar-benar berdasarkan fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. 2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif

guru-peserta didik harus terbebas dari prasangka yang serta-merta, pe-mikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran. 4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir

hipo-tetik (membuat dugaan) dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran. 5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami,

me-nerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objek-tif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.

6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung-jawabkan.

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya.

Konsep Pendekatan Scientific dalam Kurikulum 2013. Pada penerapan (imple-mentasi Kurikulum 2013) di lapangan, guru salah satunya harus menggunakan pendekatan saintifik (saintifik), karena pendekatan ini lebih efektif hasilnya dibandingkan pendekatan tradisional (Kemendikbud. 2013).


(36)

18

C. Taksonomi Bloom

Bloom (Filsaime, 2008) mendaftar enam tingkatan berpikir kritis dari tingkatan berpikir kritis yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Daftar ter-sebut mulai dalam pengetahuan dan bergerak atas menuju penguasaan, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pendagogi berpikir kritis selalu mengacu pada teori Bloom. Menurut Bloom, seseorang harus menguasai satu tingkatan berpikir se-belum dia bisa menuju ke tingkatan atas berikutnya. Alasannya adalah kita tidak bisa meminta seseorang untuk mengevaluasi jika dia tidak mengetahui, tidak me-mahaminya, tidak bisa menginterprestasikannya, tidak bisa menerapkannya, dan tidak bisa menganalisisnya.

Gambar 3. Taksonomi Bloom Revisi

1. Mengingat (remembering)

Mengingat kembali pengetahuan yang diperoleh oleh ingatan jangka panjang. Adapun proses dalam ranah kognitif ini adalah:

1.1. Mengenali (recognizing) atau mengindentifikasi yaitu menemukan pe-ngetahuan dari ingatan jangka panjang yang sesuai dengan materi yang disajikan

1.2. Mengingat (recalling) atau menemukan kembali yaitu menemukan hubungan atau kaitan antara pengetahuan dari ingatan jangka panjang


(37)

19

2. Memahami (understand)

Membangun pengertian atau makna dari pesan berupa perintah atau intruksi, termasuk secara lisan, tertulis dan hubungan dengan kejadian yang sebenar-nya atau dalam bentuk gambar. Adapun proses dalam ranah kognitif tingkat ini meliputi:

2.1. Menafsirkan (interpreting) atau mengartikan/menggambarkan ulang yaitu mengubah dari suatu bentuk gambaran ke bentuk lain.

2.2. Memberi contoh (exampliying) yaitu menemukan contoh yang sesuai dan cocok atau mengilustrasikan suatu konsep

2.3. Mengklasifikasikan (classifying) yaitu menentukan konsep yang ada pada suatu materi atau kategori.

2.4. Meringkas (summarizing) yaitu meringkas suatu bagian yang umum atau poin-poin utama dari suatu tema

2.5. Menduga (inferring) atau mengambil kesimpulan yaitu menggambarkan kesimpulan secara nyata dari informasi yang disajikan.

2.6. Membandingkan (compairing) yaitu mendeteksi atau mencari kesesuai-an kesesuai-antara dua ide, objek dkesesuai-an hal-hal ykesesuai-ang serupa.

2.7. Menjelaskan (explaining) yaitu membangun hubungan sebab-akibat dari suatu sistem

3. Mengaplikasikan (apply)

3.1. Menjalankan (executing) yaitu menerapkan suatu cara yang telah dikenal untuk tugas yang telah biasa dijumpai.

3.2. Mengimplementasikan (implementing) yaitu menggunakan cara yang telah ada untuk menyelesaikan tugas yang belum dikenal sebelumnya. 4. Menganalisis (analyze)

4.1. Membedakan (differentiating) yaitu membedakan bagian yang memiliki hubungan dengan bagian yang tidak memiliki hubungan atau memisah-kan bagian yang penting dengan bagian yang tidak penting dari materi yang telah disajikan.

4.2. Mengorganisir (organizing) yaitu menentukan bagaimana suatu unsur atau fungsi sesuai dengan strukturnya.

4.3. Menemukan makna tersirat (attributing) yaitu menentukan pokok per-masalahan, bias, nilai atau maksud tersembunyi dari materi yang ada. 5. Evaluasi (evaluate)

5.1. Memeriksa (checking) yaitu menemukan ketidaksesuaian atau kesalahan antara proses dan hasil, menemukan bahwa proses dan hasil memiliki kesesuaian, mengawasi ketidakefektifan suatu cara dalam penerapan 5.2. Mengkritik (critiquing) yaitu menemukan ketidaksesuaian antara hasil

dan criteria dari luar, menemukan bahwa hasil sesuai atau tidak,

menemukan kesalahan dari suatu cara yang menyebabkan suatu masalah. 6. Membuat (create)


(38)

20

6.1. Merumuskan (generating) yaitu membuat hipotesis atau dugaan sementara sebagai alternative berdasarkan criteria yang ada.

6.2. Merencanakan (planning) atau mendesain yaitu merencanakan cara untuk menyelesaikan tugas

6.3. Memproduksi (producing) yaitu menemukan atau menghasilkan suatu produk

Dalam berbagai aspek dari setelah melalui revisi, taksonomi Bloom tetap meng-gambarkan suatu proses pembelajaran, cara kita memproses suatu informasi se-hingga dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa prinsip di antaranya adalah:

1) Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih dahulu

2) Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu

3) Sebelum kita mengevaluasi dampaknya maka kita harus mengukur atau menilai

4) Sebelum kita berkreasi sesuatu maka kita harus menginga, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, dan mengevaluasi, serta memper-baharui.

Ditinjau dari tingkat kesulitan dan kerumitannya, keterampilan berpikir dibagi menjadi dua kelompok, yaitu keterampilan berpikir dasar dan keterampilan ber-pikir kompleks. Berber-pikir tingkat tinggi berbeda dengan berber-pikir biasa. Berber-pikir biasa tidak mempunyai standar dan sederhana, sedangkan berpikir tingkat lebih kompleks dan berdasarkan standar objektif, kegunaan atau kemantapan. Perkem-bangan setiap kecerdasan dapat ditransformasikan ke dalam bentuk taksonomi ke-mampuan kognitif. Disajikan dalam bentuk tabel yang menjelaskan proses ber-pikir di dalam ber-pikiran ke dalam domain kecerdasan yang berbeda pada tingkat pe-mikiran yang berbeda berdasarkan versi sederhana taksonomi Bloom (Rustaman, 2011).

Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian


(39)

21

tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan per-masalahan. Kemampuan menganalisis merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan ter-hadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif yang lain seperti mengevaluasi dan men-ciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung (Gunawan, 2012).

Menurut Ennis (dalam Maulana, 2008 : 4) berpikir kritis bertujuan untuk men-capai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan yang logis. Dengan berpikir kritis, seseorang dapat mengambil keputusan untuk bertindak lebih tepat. Orang yang berpikir kritis ada-lah individu yang berpikir, bertindak secara normatif, dan siap bernalar tentang kualitas dari apa yang mereka lihat, dengar, atau yang mereka pikirkan. Dari defi-nisi di atas dapat dikatakan bahwa berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus diperca-yai atau dilakukan, melalui tahapan – tahapan menganalisis, mensintesis, me-ngenal masalah dan pemecahannya,menyimpulkan, dan menilai.

Menurut Costa dalam Liliasari (2007) membagi keterampilan berpikir menjadi dua, yaitu keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks atau tingkat tinggi. Berpikir kompleks atau tingkat tinggi dapat dikategorikan menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Diantara proses berpikir tingkat tinggi, salah satu yang di-gunakan dalam pembentukan sistem konseptual IPA adalah berpikir kritis.


(40)

Ber-22

pikir kritis sangat diperlukan oleh setiap individu untuk menyikapi permasalahan kehidupan yang dihadapi. Berpikir kritis membuat seseorang dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah atau memperbaiki pikirannya sehingga dia dapat ber-tindak lebih cepat. Seseorang di-katakan berpikir kritis, apabila ia mencoba untuk membuat berbagai pertimbangan ilmiah untuk menentukan pilihan terbaik dengan menggunakan berbagai kriteria. Berpikir kritis berbeda dengan berpikir biasa. Berpikir biasa tidak mempunyai standar dan sederhana, sedangkan berpikir kritis lebih komplek dan berdasarkan standar objektif, kegunaan atau kemantapan.

Ada tiga proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis yaitu membedakan (differentiating), mengorganisir (organizing), dan menghubungkan makna tersirat (attributing). Lebih lanjut Anderson (2011) menyatakan bahwa membedakan (differentiating) merupakan kegiatan berpikir membedakan bagian-bagian yang menyusun suatu struktur berdasarkan relevansi, fungsi dan penting tidaknya. Membedakan (differentiating) berbeda dari membandingkan (compairing). Mem-bedakan menuntut adanya kemampuan untuk menentukan mana yang relevan / esensial dari suatu perbedaan terkait dengan struktur yang lebih besar. Sedangkan mengorganisasi (organizing) adalah mengidentifikasi unsur-unsur suatu keadaan dan mengenali bagaimana unsur-unsur tersebut terkait satu sama lain untuk mem-bentuk suatu struktur yang padu. Dan menghubungkan pesan tersirat (attributing) meliputi ketika siswa menemukan sudut pandang, bias, dan tujuan dari suatu bentuk komunikasi.

Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur kemampuan berpikir kritis tingkat tinggi adalah kemampuan membedakan (differentiating).


(41)

23

D. Analisis Konsep Hidrolisis garam

Herron et al. (1977) dalam Fadiawati (2011) berpendapat bahwa belum ada defi-nisi tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan dengan ide. Markle dan Tieman dalam Fadiawati (2011) mendefinisi-kan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satu-pun definisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep. Untuk itu diperlukan suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, se-kaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.

Lebih lanjut lagi, Herron et al. (1977) dalam Fadiawati (2011) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk me-nolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan non contoh.


(42)

24 Tabel 1. Analisis Konsep Materi Hidrolisis Garam

No Nama/ Label

Definisi Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

Contoh Kritis Variabel

Super

Ordinat Ordinat

Sub Ordinat

1 Garam Garam

adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Komponen kation dan anion garam dapat berupa senyawa anorganik seperti klorida(Cl−), dan bisa juga berupa senyawa Konsep konkret Senyawa ionik ion positif (kation), ion negatif (anion) hasil reaksi asam dan basa senyawa anorganik senyawa organic ion monoatomi k ion poliatomik Jenis anion dan kation Teori asam-basa Brownsted Lowry Reaksi asam-basa Garam netral garam asam garam basa NaCl, CH3COONa

,CH3COOK,

NH4Cl,

NH4Br,

NaF Na2SO4

NaOH, HCl, NH4OH


(43)

25

No Nama/ Label

Definisi Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

Contoh Kritis Variabel

Super

Ordinat Ordinat

Sub Ordinat organik

seperti asetat (CH3COO−) dan ion monoatomik seperti fluorida (F−), serta ion poliatomik seperti sulfat (SO42−). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa.

2 Garam

netral Garam netral adalah garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat dan tidak mengubah warna kertas lakmus Konsep konkret Berasal dari asam kuat dan basa kuat Jenis kation dan anion Teori asam-basa Reaksi asam-basa NaCl, NaBr, NaI, LiNO3

CH3COO

Na, NH4Cl


(44)

26

No Nama/ Label

Definisi Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

Contoh Kritis Variabel

Super

Ordinat Ordinat

Sub Ordinat

3 Garam

asam Garam asam adalah garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah dan dapat mengubah kertas lakmus menjadi berwarna merah Konsep konkret terbentuk dari asam kuat dan basa lemah Jenis kation dan anion Teori asam-basa Reaksi asam-basa

NH4Cl,

Al2(SO4)3

(NH4)2SO4

CH3COO

Na, NaBr, NaI

4 Garam basa Garam basa yaitu garam yang terbentuk dari basa kuat dan asam lemah Konsep konkret terbentuk dari basa kuat dan asam lemah Jenis kation dan anion Teori asam-basa Reaksi asam-basa

CH3COONa

, Na2CO3

CH3COOK

CH3COO

NH4,

NaBr,

5 Hidrollisi s garam Hidrollisis garam adalah reaksi anion atau kation Konsep abstrak reaksi anion atau kation suatu Jenis kation dan anion Teori asam dan basa Reaksi asam basa

Penyangga Hidrolisis parsial(se bagian) Hidrolisis

CH3COONa

, (NH4)2SO4,

NaClO4,

Li3PO4,

NaCl, NaBrNaI, LiNO3


(45)

27

No Nama/ Label

Definisi Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

Contoh Kritis Variabel

Super

Ordinat Ordinat

Sub Ordinat suatu garam, atau keduanya, dengan air sehingga menggeser kesetimbang an air. Reaksi ini biasanya mempengaru hi ph larutan

garam, atau keduanya, dengan air Reaksi kesetimban gan

total NH4Cl,

NH4Br,

CH3COON

H4

6 Hidrolisis parsial Hidrolisis parsial adalah reaksi antara kation atau anion yang berasal dari asam lemah atau basa lemah dengan air yang terjadi ketika garam dari asam lemah dan basa kuat(garam basa) atau Konsep abstrak Reaksi kation dari asam lemah bereaksi dengan air Reaksi anion dari basa lemah bereaksi dengan air Garage asam dan garage basa dilarutkan dalam air Jenis kation dan anion Teori asam dan basa Reaksi asam basa Reaksi kesetimban gan

Penyangga Hidrolisis garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah Hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat

CH3COONa

, (NH4)2SO4,

NaClO4,

Li3PO4,

NH4Cl,

NH4Br

NaCl, NaBr, NaI, LiNO3


(46)

28

No Nama/ Label

Definisi Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

Contoh Kritis Variabel

Super

Ordinat Ordinat

Sub Ordinat garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat(garam asam) dilarutkan dalam air 7 Hidrolisis

total Hidrolisis total adalah reaksi antara kation dan anion yang berasal dari asam lemah dan basa lemah dengan air yang terjadi ketika garam dari asam lemah dan basa lemah dilarutkan dalam air, dan sifat netral atau asam atau Reaksi kation dengan air Reaksi anion dengan air terjadi ketika garam dari asam lemah dan basa lemah dilarutkan dalam air harga Ka harga Kb Jenis kation dan anion Teori asam dan basa Reaksi asam basa Reaksi kesetimban gan

Penyangga Hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah

CH3COON

H4

Al2(CO3)3

NaCl, NaBr, NaI, LiNO3


(47)

29

No Nama/ Label

Definisi Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

Contoh Kritis Variabel

Super

Ordinat Ordinat

Sub Ordinat basa dari

larutannya bergantung pada nilai Ka dan Kb untuk ion-ion yang terhidrolisis. 8 Tetapan

Hidrolisis (Kh)

Tetapan Kesetmbanga n dari reaksi Hidrolisis Berdasa rkan prinsip Tetapan kesetimban gan Jenis kation dan anion Teori asam dan basa Reaksi asam basa Reaksi kesetimban gan

Penyangga Tetapan

hidrolisis larutan garam NH4Cl

0,001 M jika harga Kb= 10–5 adalah 10-9 M . Tetapan hidrolisis larutan garam NH4Cl

0,001 M jika harga Kb= 10–5 adalah 10 M

9 pH

hidrollisi s garam

PH garam terhidrolisis adalah bilangan yang menyatakan tingkat keasaman larutan Berdasa rkan prinsip Bilangan Tingkat keasaman larutan garam yang menghidrol isis air [H+], [OH-] zatGaram terhidrolis is PH larutan asam dan basa

Penyangga PH larutan penyangg a

pH dari larutan (CH3COO)2

Ca 0,2 M. (Diketahui harga Ka CH3COOH

= 1,8 × 10– 5) adalah

pH dari larutan (CH3CO

O)2Ca

0,2 M. (Diketah ui harga Ka CH3COO


(48)

30

No Nama/ Label

Definisi Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

Contoh Kritis Variabel

Super

Ordinat Ordinat

Sub Ordinat garam yang

menghidrolis is air

9,18 H = 1,8

× 10–5) adalah 10


(49)

31 E. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, terutama dalam membelajarkan materi hidrolisis garam, merupakan pembelajaran yang mengadopsi dari metode saintifik. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan membentuk jejaring (networking).

Pada tahap awal pembelajaran dengan pendekatan saintifik ialah mengamati (ob-serving), siswa diberikan tabel berupa beberapa larutan garam yang telah diukur pHnya menggunakan indikator universal. Kemudian siswa diminta untuk memahami, mengidentifikasi dan menemukan data berdasarkan fenomena tersebut. Dengan melakukan pengamatan fenomena secara langsung siswa dilatihkan untuk mampu membedakan fakta dengan pendapat dari suatu peristiwa yang terjadi. Setelah mengamati fenomena, siswa akan menemukan hal-hal yang tidak mereka pahami sehingga dalam diri siswa muncul berbagai pertanyaan.

Tahap selanjutnya ialah menanya (questioning). Pada tahap ini, siswa diminta menuliskan hal-hal yang tidak mereka pahami dalam bentuk pertanyaan-pertanya-an. Langkah selanjutnya ialah mencoba (experimenting), pada tahap ini, siswa diminta untuk merancang sebuah percobaan dan melakukan percobaan yang telah mereka rancang sendiri. Dalam merancang percobaan, siswa diminta menentukan variabel-variabel percobaan, menyusun prosedur percobaan, dan kemudian me-nentukan alat serta bahan yang digunakan dalam percobaan. Melalui kegiatan ini siswa akan dilatihkan untuk menemukan perbedaan dari suatu fenomena yang terjadi berdasarkan relevansinya terhadap struktur yang lebih besar, yang merupakan indikator keterampilan membedakan. Pada tahap ini keterampilan membedakan siswa dilatih. Sehingga siswa dapat


(50)

32 memperoleh berbagai informasi yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan pada tahap selanjutnya.

Langkah berikutnya yaitu menalar (associating) dalam hal ini menganalisis data percobaan. Pada tahap ini, siswa diberikan pertanyaan dalam bentuk soal diskusi. Siswa menganalisis data dan informasi yang diperoleh dari langkah-langkah sebe-lumnya untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya sehingga dapat menemukan suatu kesimpulan. Pada langkah ini, siswa dilatih untuk mengenali, memahami, dan menanggapi suatu masalah dari informasi maupun data yang diperoleh.

Langkah terakhir adalah membentuk jejaring (networking). Membentuk jejaring dapat berupa mengkomunikasikan hasil diskusi yang telah dilakukan bersama anggota kelompoknya yaitu presentasi hasil diskusi di depan kelas. Pada tahap ini, siswa dapat menemukan kebenaran suatu pertanyaan atau kebenaran suatu rencana penyelesaian masalah serta mempunyai alasan yang dapat dipertanggung-jawabkan untuk mencapai suatu keputusan. Hal ini karena ketika presentasi hasil diskusi, siswa diminta memberikan tanggapan dengan sopan terhadap presentasi temannya.

Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas dengan diterapkannya pembel-ajaran menggunakan pendekatan saintifikpada materi hidrolisis garam akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis terutama pada indikator keterampilan membedakan.


(51)

33 F. Anggapan Dasar

Beberapa hal yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tingkat kedalaman dan keluasan materi yang dibelajarkan sama;

2. Perbedaan keterampilan membedakan pada materi hidrolisis garam semata-mata karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran;

3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan membedakan materi pokok larutan hidrolisis garam siswa kelas XI semester genap SMA Negeri 3

Bandarlampung T.A. 2014-2015 diabaikan.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah penggunaaan pendekatan saintifik efektif dalam meningkatkan kemampuan membedakan pada materi hidrolisis garam


(52)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014-2015 yang berjumlah 153 siswa. Siswa tersebut merupakan satu kesatuan populasi, karena adanya kesamaan-kesamaan sebagai berikut:

a. Siswa-siswa tersebut berada dalam lima kelas yang sama, yaitu kelas XI MIA SMA Negeri 3 Bandar Lampung.

b. Siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu semester genap. c. Dalam pelaksanaan pengajarannya, siswa-siswa tersebut diajar dengan

kuri-kulum 2013 dan jumlah jam belajar yang sama (empat jam pelajaran dalam setiap minggu).

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknikpurposive sampling. Purposive samplingyaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertim-bangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Syaodih, 2009). Dalam pelaksanaan-nya, peneliti meminta bantuan guru bidang studi kimia untuk memperoleh infor-masi karakteristik siswa di sekolah tersebut untuk menentukan kelas yang akan


(53)

35 dijadikan sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Peneliti mendapatkan kelas XI MIA 4 dan XI MIA 5 sebagai sampel penelitian. Kemudi-an peneliti menetapkKemudi-an kelas XI MIA 4 sebagai kelas kontrol, sedKemudi-angkKemudi-an kelas XI MIA 5 sebagai kelas eksperimen.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data pen-dukung. Data primer berupa data nilai tes kemampuan membedakan sebelum pe-nerapan pembelajaran (pretes) dan data nilai tes kemampuan membedakan setelah penerapan pembelajaran (postes). Sedangkan data pendukung berupa data afektif, data psikomotor dan data kinerja guru. Data penelitian ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desainNon Equivalence Control Group Design(Creswell, 1997). Ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 2. Desain Penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Kelas kontrol O1 - O2

Kelas eksperimen O1 X O2

Keterangan:

O1 : Kelas kontrol dan eksperimen diberi pretes

X : Perlakuan berupa penerapan pembelajaran pendekatan saintifik O2 : Kelas kontrol dan eksperimen diberi postes

Non Equivalence Control Group Designhampir sama denganPretest-Posttest Control Group Design,hanya saja pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain ini, baik kelompok


(54)

36 eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok terse-but dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada di-beri pretes, kemudian didi-berikan perlakuan, dan terakhir didi-berikan postes (James, 1973).

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai va-riabel bebas adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan, yaitu pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah dan pembelajaran konvensional. Sebagai varia-bel terikat adalah kemampuan membedakan pada materi pokok hidrolisis garam kelas XI MIA SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014-2015.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instru-men pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data un-tuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2004). Pada peneliti-an ini, instrumen ypeneliti-ang digunakpeneliti-an peneliti-antara lain adalah silabus, rencpeneliti-ana pelakspeneliti-anapeneliti-an pembelajaran (RPP), LKS kimia yang menggunakan pendekatan saintifik pada materi hidrolisis garam sejumlah 3 LKS, soal pretes dan soal postes yang berupa soal uraian yang mewakili kemampuan membedakan,lembar penilaian afektif, lembar penilaian psikomotor, lembar observasi kinerja guru.

Agar data yang diperoleh sahih dan dapat dipercaya, maka instrumen yang digu-nakan harus valid. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu


(55)

37 instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang di-inginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Pengujian instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Pengujian kevali-dan isi ini dilakukan dengan carajudgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator keterampilan, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang ber-sangkutan. Oleh karena dalam melakukanjudgmentdiperlukan keteliti-an dketeliti-an keahliketeliti-an penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukketeliti-annya. Dalam hal ini dilakukan oleh Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si. dan Ibu Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si. sebagai dosen pembimbing untuk mengujinya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah: 1. Pra-penelitian

Prosedur pra-penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 3 Bandar Lampung untuk me-laksanakan penelitian

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan informasi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan sarana-pra-sarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana-pra-sarana pendu-kung pelaksanaan penelitian.


(56)

38 2. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap persiapan, peneliti menyusun analisis KI-KD-indikator, analisis konsep, silabus, RPP, LKS, kisi-kisi soal pretes dan postes,soal pretes dan postes,lembar penilaian afektif, lembar penilaian psikomotor, dan lembar kinerja guru.

b. Validasi instrumen, dalam hal ini dilakukan oleh ibu Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si. dan Ibu Emmawati Sofya, S.Si., M.Si. sebagai dosen pembimbing untuk mengujinya.

c. Tahap pelaksanaan penelitian, adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah (1) melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas kotrol dan kelas eksperimen; (2) melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi hidrolisis garam sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas, pembelajaran pendekatan saintifik diterapkan di kelas eksperimen serta pembelajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol; (3) melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eks-perimen dan kelas kontrol; dan

3. Analisis dan pelaporan

Analisis data dan pelaporan pada penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Menganalisis jawaban tes tertulis siswa yang berupa hasil pretes dan postes.

b. Melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian dan penarikan kesimpulan.


(57)

39 Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian sebagai berikut:

Gambar 4. Alur penelitian

Pra-Penelitian 2. Observasi Pendahuluan

3. Menentukan populasi dan sampel 1. Meminta izin ke SMA

kelas eksperimen pembelajaran

pendekatan saintifik kelas kontrol

pembelajaran konvensional

pretes

postes

3. Pelaksanaan penelitian

1. Analisis data

2. Pembahasan

Analisis dan Pelaporan

3. Kesimpulan

Pelaksanaan Penelitian 1. Pembuatan instrumen


(58)

40 G. Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja pada penelitian ini adalah rata-ratan-Gainkemampuan membeda-kan pada materi hidrolisis garam pada kelas yang diterapmembeda-kan pembelajaran meng-gunakan pendekatan saintifik lebih tinggi daripada rata-ratan-Gainkemampuan membedakan pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Teknik analisis data

Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hi-potesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

a. Perhitungan nilai siswa

Salah satu data primer yang diperoleh pada penelitian ini adalah skor kemampuan membedakan sebelum penerapan pembelajaran pretes dan skor tes kemampuan berpikir kritis setelah penerapan pembelajaran (postes). Skor pretes dan postes ini selanjutnya diubah menjadi nilai. Nilai pretes dan postes pada penilaian ke-mampuan membedakan secara operasional dirumuskan sebagai berikut:

100 x maksimal

skor Jumlah

diperoleh yang

jawaban skor

Jumlah siswa

Nilai  ………...(1)

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitungn-Gain, yang selan-jutnya digunakan pengujian hipotesis.

b. Perhitungann-Gain

Untuk mengetahui kemampuan membedakan pada materi pokok hidrolisis garam antara pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dengan pembelajaran


(59)

41 konvensional, maka dilakukan analisis skor gain ternormalisasi. Menurut Meltzer (2002), besarnya perolehan dihitung dengan rumusnormalized gain, yaitu:

= nilai postes nilai pretes

nilai maksimum nilai pretes

Datagainternormalisasi yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya, ke-mudian digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.

2. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji ke-samaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata. Uji keke-samaan dua rata-rata dilakukan pada nilai pretes kemapuan membedakan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Sedangkan uji perbedaan dua rata-rata dilakukan pada n-Gain kema-mpuan membedakan siswa pada materi pokok hidrolisis garam. Sebelum dilaku-kan uji kesamaan dan perbedaan dua rata-rata, ada uji pra-syarat yang harus di-lakukan, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Hipotesis untuk uji normalitas: H0= sampel yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1= sampel yang berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :

=

( ) ………(3)

Keterangan :

= uji Chi-kuadrat fo = frekuensi observasi


(60)

42 fe = frekuensi harapan

Data akan berdistribusi normal jika χ2hitung≤ χ2tabel dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan dk = k–3 (Sudjana, 2005).

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berasal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk menentu-kan statistik-t yang amenentu-kan digunamenentu-kan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sa-ma atau tidak.

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) :

kecil

Varian ter

terbesar

Varians

F

Keterangan :

F = Kesamaan dua varians S = Simpangan baku x=n-Gainsiswa

= rata-ratan-Gain n = jumlah siswa

Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:

H0:σ12 σ22 (kedua kelas penelitian mempunyai variansi yang homogen) H1:σ12 σ22 (kedua kelas penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen) Kriteria uji: tolak H0jikaF F½ ( , ) atauF F denganF½ ( , ) didapat dari distribusi F dengan peluang½α, derajat kebebasan = 1dan

= 1. α = taraf nyata. Dalam hal lainnya H0diterima.

s =

( ) …...(4)


(61)

43 c. Uji kesamaan dua rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan apakah pada awalnya kedua kelas penelitian memiliki kemampuan membedakan yang berbeda secara signifikan atau tidak. Uji kesamaan dua rata-rata dalam penelitian ini mengguna-kan analisis statistik, yaitu uji-t. Hipotesis dirumusmengguna-kan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Rumusan Hipotesis:

H0: µ1x= µ2x : Rata-rata nilai pretes kemampuan membedakan siswa pada kelas

kontrol sama dengan rata-rata nilai pretes kemampuan membeda-kan siswa pada kelas eksperimen pada materi hidrolisis garam. H1: µ1x≠µ2x : Rata-rata nilai pretes kemampuan membedakan siswa pada kelas

kontrol tidak sama dengan rata-rata nilai pretes kemampuan mem-bedakan siswa pada kelas eksperimen pada materi hidrolisis garam.

Keterangan:

µ1 : Rata-rata nilai pretes (x) pada kelas kontrol pada materi hidrolisis garam.

µ2 : Rata-rata nilai pretes (x) pada kelas eksperimen pada materi hidrolisis garam.

x : kemampuan membedakan.

Data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen ( = ), maka penguji an menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t dalam Sudjana (2005) yang dirumuskan sebagai berikut:

t = s =( ) ( )

Keterangan:

thitung= Kesamaan dua rata-rata.

= Rata-rata nilai pretes kemampuan membedakan siswa pada kelas kontrol pada materi hidrolisis garam.

= Rata-rata nilai pretes kemampuan membedakan siswa pada kelas eksperimen pada materi hidrolisis garam.

= Simpangan baku gabungan. = Jumlah siswa pada kelas kontrol.


(62)

44 = Jumlah siswa pada kelas eksperimen.

= Simpangan baku siswa pada kelas kontrol. = Simpangan baku siswa pada kelas eksperimen.

Dengan kriteria uji : terima H0jika -t(1-1 2α)< t < t(1-1 2α)dengan derajat kebe-basan d(k) = n1+ n2– 2 pada taraf signifikan α = 5% dan peluang (1-1 2α ).

Untuk harga t lainnya H0ditolak.

d. Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif perla-kuan terhadap sampel dengan melihatn-Gainkemampuan membedakan pada ma-teri hidrolisis garam yang lebih tinggi antara pembelajaran menggunakan pende-katan saintifik dengan pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Uji perbedaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, yaitu uji-t. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipo-tesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Rumusan Hipotesis yang digunakan pada uji perbedaan dua rata-rata adalah seba-gai berikut:

H0: µ1x> µ2x : Rata-ratan-Gainkemampuan membedakan siswa pada kelas yang

diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik lebih tinggi daripada rata-ratan-Gainkemampuan membedakan siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional pada materi hidrolisis garam.

H1: µ1x< µ2x : Rata-ratan-Gainkemampuan membedakan siswa pada kelas yang

diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah lebih rendah daripada rata-ratan-Gain kemampuan membedakan siswa


(63)

45 pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional pada materi hidrolisis garam.

Keterangan:

µ1 : Rata-ratan-Gain(x) pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan

pendekatan saintifik pada materi hidrolisis garam.

µ2 : Rata-ratan-Gain(x) pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional

pada materi hidrolisis garam. x : Kemampuan membedakan.

Data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen ( = ), maka penguji-an menggunakpenguji-an uji statistik parametrik, yaitu menggunakpenguji-an uji-t. Uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t dalam Sudjana (2005) yang dirumuskan se-bagai berikut:

t = dengan s =( ) ( )

Keterangan:

thitung= Perbedaan dua rata-rata.

= Rata-ratan-Gainkemampuan membedakan siswa pada kelas yang dite-rapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik pada materi hidrolisis garam.

= Rata-ratan-Gainkemampuan membedakan siswa pada kelas yang dite-rapkan pembelajaran konvensional pada materi hidrolisis garam.

= Simpangan baku gabungan.

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik.

= Jumlah siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional. = Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran menggunakan

pen-dekatan saintifik.

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan kriteria uji : terima H0jika thitung< t (1-α) dengan derajat kebebasan

d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf

signifikan α = 5% peluang (1-α ).


(64)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan dalam pene-litian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pendekatan saintifik efektif dalam meningkatkan kemampuan membedakan pada materi hidrolisis garam.

2. Rata-ratan-Gainkemampuan membedakan pada materi hidrolisis garam pada kelas yang diterapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih tinggi dari kelas yang diterapkan pembelajaran dengan pendekatan konvensional di SMA 3 Bandar Lampung.

3. Kemampuan siswa dalam membedakan dilatihkan pada tahap mengamati dan menalar.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik seharusnya wajib di-gunakan bagi guru pada materi hidrolisis garam dan materi lain dengan karak-teristik materi yang sama.

2. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian ini diharapkan untuk lebih memperhatikan alokasi waktu pada masing-masing pertemuan, sehingga pem-belajaran lebih maksimal


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arief. 2007. Memahami Berpikir Kritis. [online]

http://researchengines.com/1007arief3.html. Diakses pukul 03.00 pm tanggal 15 November 2014.

Ali, Mohammad. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung Anderson, L., W., dan Krathwohl, D.R. 2001.A Taxonomy for Learning, Teaching

and Assesing : A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objective. Addison Westey Longman, Inc. New York.

Arikunto. 1997. Penilaian Program Pendidikan(Edisi Ketiga). Bina Aksara. Jakarta.

________. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta Creswell, John W. 1997. Qualitative Inquiry And Research Design. Saga

Publications India Pvt. New Delhi India .

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs-UPI Bandung. Bandung. Filsaime, D.K. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Preatasi

Pustaka . Jakarta.

Fitriani, Ery. 2011.Efektivitas Penggunaan Peta Konsep Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Pada Materi Pokok Suku Banyak. Skripsi. Fakultas Tarbiyah-Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Semarang Halpen. 1996. Memahami Berpikir Kritis. Artikel Pendidikan. Bandung.

Hamalik, Oemar. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. P.T Bumi Aksara. Jakarta Handayaningrat, Soewarno. 1994. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan


(1)

44 = Jumlah siswa pada kelas eksperimen.

= Simpangan baku siswa pada kelas kontrol. = Simpangan baku siswa pada kelas eksperimen.

Dengan kriteria uji : terima H0jika -t(1-1 2α)< t < t(1-1 2α)dengan derajat

kebe-basan d(k) = n1+ n2– 2 pada taraf signifikan α = 5% dan peluang (1-1 2α ). Untuk harga t lainnya H0ditolak.

d. Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif perla-kuan terhadap sampel dengan melihatn-Gainkemampuan membedakan pada ma-teri hidrolisis garam yang lebih tinggi antara pembelajaran menggunakan pende-katan saintifik dengan pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Uji perbedaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, yaitu uji-t. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipo-tesis nol (H0) dan hipohipo-tesis alternatif (H1).

Rumusan Hipotesis yang digunakan pada uji perbedaan dua rata-rata adalah seba-gai berikut:

H0: µ1x> µ2x : Rata-ratan-Gainkemampuan membedakan siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik lebih tinggi daripada rata-ratan-Gainkemampuan membedakan siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional pada materi hidrolisis garam.

H1: µ1x< µ2x : Rata-ratan-Gainkemampuan membedakan siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah lebih rendah daripada rata-ratan-Gain kemampuan membedakan siswa


(2)

45 pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional pada materi hidrolisis garam.

Keterangan:

µ1 : Rata-ratan-Gain(x) pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik pada materi hidrolisis garam.

µ2 : Rata-ratan-Gain(x) pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional pada materi hidrolisis garam.

x : Kemampuan membedakan.

Data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen ( = ), maka penguji-an menggunakpenguji-an uji statistik parametrik, yaitu menggunakpenguji-an uji-t. Uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t dalam Sudjana (2005) yang dirumuskan se-bagai berikut:

t = dengan s =( ) ( )

Keterangan:

thitung= Perbedaan dua rata-rata.

= Rata-ratan-Gainkemampuan membedakan siswa pada kelas yang dite-rapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik pada materi hidrolisis garam.

= Rata-ratan-Gainkemampuan membedakan siswa pada kelas yang dite-rapkan pembelajaran konvensional pada materi hidrolisis garam.

= Simpangan baku gabungan.

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik.

= Jumlah siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional. = Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran menggunakan

pen-dekatan saintifik.

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan kriteria uji : terima H0jika thitung< t (1-α) dengan derajat kebebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α ).


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan dalam pene-litian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pendekatan saintifik efektif dalam meningkatkan kemampuan membedakan pada materi hidrolisis garam.

2. Rata-ratan-Gainkemampuan membedakan pada materi hidrolisis garam pada kelas yang diterapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih tinggi dari kelas yang diterapkan pembelajaran dengan pendekatan konvensional di SMA 3 Bandar Lampung.

3. Kemampuan siswa dalam membedakan dilatihkan pada tahap mengamati dan menalar.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik seharusnya wajib di-gunakan bagi guru pada materi hidrolisis garam dan materi lain dengan karak-teristik materi yang sama.

2. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian ini diharapkan untuk lebih memperhatikan alokasi waktu pada masing-masing pertemuan, sehingga pem-belajaran lebih maksimal


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arief. 2007. Memahami Berpikir Kritis. [online]

http://researchengines.com/1007arief3.html. Diakses pukul 03.00 pm tanggal 15 November 2014.

Ali, Mohammad. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung Anderson, L., W., dan Krathwohl, D.R. 2001.A Taxonomy for Learning, Teaching

and Assesing : A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objective. Addison Westey Longman, Inc. New York.

Arikunto. 1997. Penilaian Program Pendidikan(Edisi Ketiga). Bina Aksara. Jakarta.

________. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta Creswell, John W. 1997. Qualitative Inquiry And Research Design. Saga

Publications India Pvt. New Delhi India .

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs-UPI Bandung. Bandung. Filsaime, D.K. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Preatasi

Pustaka . Jakarta.

Fitriani, Ery. 2011.Efektivitas Penggunaan Peta Konsep Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Pada Materi Pokok Suku Banyak. Skripsi. Fakultas Tarbiyah-Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Semarang Halpen. 1996. Memahami Berpikir Kritis. Artikel Pendidikan. Bandung.

Hamalik, Oemar. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. P.T Bumi Aksara. Jakarta Handayaningrat, Soewarno. 1994. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan


(5)

66 Ikaningrum, M. N. N. dan T.Gultom. 2013. Efektivitas Pendekatan Scientific

Inquiry Terhadap Prestasi Belajar dan Sikap Ilmiah Peserta Didik Kelas X. Jurnal Program Studi Pendidikan Kimia UNY Vol.II No.2. UNY. Yogyakarta. Liliasari. 2007. Scientific Concepts and Generic Science Skills Relationship in the 21stCentury Science Education. Seminar Proceeding of the First International Seminar of Science Education. UPI PRESS. Bandung.

Marhan, dkk. 2014. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Inovasi Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Matematika. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Neneng, Nuraeni. 2010. Efektivas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Skripsi Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer FMIPA UPI. Bandung

Rustaman, N Y. 2011. Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Karakter.(jurnal). Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi. Prosiding Seminar. Bandung. Sembel, R. 2008. Apakah Anda Sudah Berpikir Kritis?[online]

http://sinarharapan.co.id. Diakses pukul 3.30 pm tanggal 15 November 2014. Sudjana, Nana. 2002. Metode Statistika. PT. Tarsito. Bandung.

___________. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. P.T Remaja Rosdikarya. Bandung.

Sudrajat, A. 2013. Pendekatan Ilmiah Dalam Proses Pembelajaran. [online] http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/07/18/pendekatan-saintifikilmiah-dalam-proses-pembelajaran/. Diakses pukul 10.34am tanggal 10 November 2014.

Sunyono. 2013. Buku Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi (Model SiMaYang). Aura Press. Bandar Lampung.

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. P.T Gramedia Pustaka. Jakarta.

Sutikno, M. Sobry. 2005. Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna. NTP Press. Mataram.


(6)

67 Tim Penyusun. 2013a.Diklat Guru. Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013.

Analisis Materi Ajar. Konsep Pendekatan Scientific. Kemdikbud. Jakarta. ___________. 2013b.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum. Kemdikbud. Jakarta.

___________. 2013c.Rambu-rambu Penyusunan RPP. Kemdikbud. Jakarta. Tim Penyusun. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59

Tahun 2014 Lampiran III 10.d Tentang Pedoman Mata Pelajaran Kimia Minat Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah. Jakarta: Kemdikbud Trianto. 2010.Model Pembelajaran Terpadu. Prestasi Pustaka. Jakarta. Wibowo, Adi. 2010. Metodologi Penelitian. UPI Press. Bandung.