Pengaruh pemberian madu hutan terhadap aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag pada hewan uji tikus jantan galur wistar - USD Repository

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS

DAN KAPASITAS FAGOSITOSIS MAKROFAG PADA HEWAN UJI

TIKUS JANTAN GALUR WISTAR

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh :

  Perthy Melati Kasih NIM : 088114004

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2012

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS

DAN KAPASITAS FAGOSITOSIS MAKROFAG PADA HEWAN UJI

TIKUS JANTAN GALUR WISTAR

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh :

  Perthy Melati Kasih NIM : 088114004

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2012

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERSEMBAHAN

  

Kebahagiaan dapat ditemukan, bahkan di saat-saat paling

kelam, asalkan seseorang ingat untuk menghidupkan sisi

terangnya.

  • J.K. Rowling-

  Sebuah karya kecil kupersembahkan kepada : TUHAN YESUS KRISTUS sebagai wujud rasa syukurku.

  Mamah Yukesih & Papah Medio , ungkapan terima kasih, cinta, dan sayangku.

  Tanpa kalian aku tidak bisa menjadi seperti ini, kalian tidak pernah lelah dan bosan untuk selalu mengingatkan dan mendengar keluh kesahku. Kalianlah orang yang paling setia menemaniku saat kuatku dan lemahku. Tidak akan ada yang bisa membalas semua jasa kalian.

  Adikku Curtina Melati Kasih sebagai tanda sayangku dan motivasi buatmu.

  Yohanes Hermawan yang selalu menghadirkan cinta dan kebahagiaan dalam hidupku.

  Seorang sahabat yang selalu memberi warna dan rasa tersendiri dalam hidupku.

  Teman-teman Farmasi USD 2008 dan almamater tersayang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PRAKATA

  Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Sang Maha Kasih Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat dan anugerah-Nya yang Ia limpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul

  “Pengaruh Pemberian Madu Hutan terhadap Aktivitas dan Kapasitas Fagositosis Makrofag pada Hewan Uji Tikus Jantan Galur Wistar

  ” merupakan karya ilmiah penulis untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu, memberikan dukungan, bimbingan, kritik, dan saran selama proses penyelesaian skripsi ini. Semoga kebaikan yang telah diberikan dibalas oleh Tuhan yang Maha Kuasa. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  2. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji yang telah banyak memberi bimbingan, arahan, dan masukan dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat menjadi lebih baik.

  3. Bapak Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt selaku Dosen Penguji yang telah m em berikan m asukan yan g berart i terhadap skripsi ini.

  4. Bapak Drs. Ag. Yuswanto, S.U., PhD, Apt selaku Dosen Penguji yang telah m em berikan kri t ik sert a saran terhadap skripsi ini.

  5. Ibu C.M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt selaku Ketua Program Studi sekaligus Ketua Tim Panitia Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  6. Pimpinan dan staff LPPT UGM : Ibu Istini dan Pak Sutari yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian serta membantu selama masa penelitian.

  7. Teman-teman seperjuangan penelitian yang selalu mendukung dan mengingatkan : Ellen Naomi Nauli Sinaga dan Kartika Sari Senas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  8. Para sahabat yang tak pernah bosan menjadi tempat berbagi tawa dan air mata : Mezcovits Team, Adityawarman, Primaboti Nurwidaningrum, Christina Putranti Rose Widani, Wiria Sende Paiman, Eureka Gracia Letitia, Agatha Novita Ika Hayuningtyas, Ketut Ary Widiasih, Liani, Alfonsus Rosario Heppy Dwi Yoga, Incipit Vita Nova Marthadiwangsa dan Brigita Ivana Amanda Susilo.

  9. Teman-teman angkatan 2008, khususnya FKK A 2008 yang sudah mengajarkan aku untuk menertawakan hidup. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi informasi bagi pembaca.

  Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................... v PRAKATA ....................................................................................................... vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

  INTISARI ......................................................................................................... xv

  

ABSTRACT ....................................................................................................... xvi

  BAB I. PENGANTAR ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................ 1 1. Permasalahan .......................................................................................... 3 2. Keaslian penelitian.................................................................................. 3 3. Manfaat penelitian .................................................................................. 3 a. Manfaat teoritis .................................................................................. 3 b. Manfaat praktis .................................................................................. 3 B. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4 1. Tujuan umum .......................................................................................... 4 2. Tujuan khusus ......................................................................................... 4 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA.............................................................. 5 A. Madu ............................................................................................................ 5 B. Sistem Imun ................................................................................................. 8 C. Makrofag ..................................................................................................... 11 D. Imunomodulator .......................................................................................... 13 E. Landasan Teori ............................................................................................ 15

  F.

  Hipotesis ...................................................................................................... 15

  BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 16 A. Jenis dan Rancang Penelitian ...................................................................... 16 B. Variabel dan Definisi Operasional .............................................................. 17 1. Variabel penelitian .................................................................................. 17 2. Definisi operasional ................................................................................ 17 C. Bahan Penelitian .......................................................................................... 18 1. Bahan utama ........................................................................................... 18 2. Hewan uji ................................................................................................ 18 3. Bahan untuk uji fagositosis makrofag .................................................... 18 D. Alat Penelitian ............................................................................................. 18 1. Preparasi sampel ..................................................................................... 18 2. Pengujian aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag ......................... 19 E. Tata Cara Penelitian .................................................................................... 19 1. Tahap penentuan dosis madu hutan ........................................................ 19 2. Tahap praperlakuan hewan uji ................................................................ 19 3. Tahap orientasi dosis madu hutan........................................................... 20 4. Tahap percobaan ..................................................................................... 21 5. Pengukuran aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag ...................... 22 F. Analisis Hasil ............................................................................................. 23 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 24 A. Uji Fagositosis Makrofag ............................................................................ 24 B. Tahap Orientasi Dosis Madu Hutan ............................................................ 28 C. Pengaruh Pemberian Madu Hutan Dosis 0,27 ml/200 g BB; 0,54 ml/200 g BB; dan 1,08 ml/200 g BB terhadap Aktivitas Fagositosis Makrofag pada Hewan Uji Tikus Jantan Galur Wistar ................................................ 34 D. Pengaruh Pemberian Madu Hutan Dosis 0,27 ml/200 g BB; 0,54 ml/200 g BB; dan 1,08 ml/200 g BB terhadap Kapasitas Fagositosis Makrofag pada Hewan Uji Tikus Jantan Galur Wistar ................................................ 37

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 41 A. Kesimpulan .................................................................................................. 41 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  B.

  Saran ............................................................................................................ 41 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 42 LAMPIRAN ..................................................................................................... 45 BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 64

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL

  Tabel I. Purata ± SD Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan pada Tahap Orientasi Dosis ..................................... 28

  Tabel II. Hasil Analisis Uji Post-Hoc Tukey Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan pada Tahap Orientasi Dosis .............................................................................................. 29

  Tabel III. Peningkatan Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan Dibanding Kontrol Negatif ...................................... 29

  Tabel IV. Purata ± SD Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan pada Tahap Orientasi Dosis ..................................... 32

  Tabel V. Peningkatan Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan Dibanding Kontrol Negatif ...................................... 32

  Tabel VI. Purata ± SD Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan ................................................................................... 34

  Tabel VII. Hasil Analisis Uji Post-Hoc Tukey Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan .................................... 35

  Tabel VIII. Peningkatan Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan Dibanding Kontrol Negatif ...................................... 35

  Tabel IX. Purata ± SD Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan ................................................................................... 37

  Tabel X. Hasil Analisis Uji Post-Hoc Tukey Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan .................................... 38

  Tabel XI. Peningkatan Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan Dibanding Kontrol Negatif ...................................... 38

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Gambaran Umum Sistem Imun .................................................. 8 Gambar 2. Mekanisme Pertahanan Sistem Imun Non-Spesifik ................... 10 Gambar 3. Makrofag ..................................................................................... 12 Gambar 4. Sel Makrofag Peritoneal dengan Pengecatan Giemsa

  Perbesaran 100x .......................................................................... 25 Gambar 5. Hasil Pengamatan Mikroskopis Sel Makrofag dengan

  Pengecatan Giemsa Perbesaran 100x ......................................... 26 Gambar 6. Perbandingan Morfologi Makrofag Tikus dengan Pengecatan

  Giemsa Perbesaran 100x ............................................................. 27 Gambar 7. Grafik Rata-rata ± SD Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah

  Pemberian Madu Hutan pada Tahap Orientasi ........................... 29 Gambar 8. Grafik Rata-rata ± SD Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah

  Pemberian Madu Hutan pada Tahap Orientasi ........................... 32 Gambar 9. Grafik Rata-rata ± SD Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah

  Pemberian Madu Hutan .............................................................. 35 Gambar 10. Grafik Rata-rata ± SD Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah

  Pemberian Madu Hutan .............................................................. 38

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Surat Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance) .............. 46 Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian ..................................................... 47 Lampiran 3. Foto Perbandingan Warna antara Madu Hutan dengan Madu

  Ternak ....................................................................................... 48 Lampiran 4. Komposisi Media Tumbuh Makrofag ...................................... 49 Lampiran 5. Perhitungan Dosis Pemberian Madu Hutan pada Hewan Uji

  Tahap Orientasi Dosis .............................................................. 50 Lampiran 6. Data Aktivitas Fagositosis Makrofag Tahap Orientasi

  Dosis ......................................................................................... 51 Lampiran 7. Data Kapasitas Fagositosis Makrofag Tahap Orientasi

  Dosis ......................................................................................... 52 Lampiran 8. Hasil Analisis Aktivitas Fagositosis Makrofag Tahap

  Orientasi Dosis ......................................................................... 53 Lampiran 9. Hasil Analisis Kapasitas Fagositosis Makrofag Tahap

  Orientasi Dosis ......................................................................... 55 Lampiran 10. Perhitungan Dosis Pemberian Madu Hutan pada Hewan Uji

  Tahap Percobaan ...................................................................... 56 Lampiran 11. Penimbangan Berat Badan Hewan Uji untuk Tahap

  Percobaan ................................................................................. 57 Lampiran 12. Data Aktivitas Fagositosis Makrofag Tahap Percobaan ......... 58 Lampiran 13. Data Kapasitas Fagositosis Makrofag Tahap Percobaan.......... 59 Lampiran 14. Hasil Analisis Aktivitas Fagositosis Makrofag Tahap

  Percobaan ................................................................................. 60 Lampiran 15. Hasil Analisis Kapasitas Fagositosis Makrofag Tahap

  Percobaan ................................................................................. 62

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

INTISARI

  Penyakit disebabkan oleh banyak hal salah satunya diantaranya terjadi karena penurunan sistem kekebalan tubuh. Madu hutan mengandung beberapa senyawa organik, salah satunya flavonoid. Flavonoid memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan antibakteri serta dapat pula meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi penyakit sehingga madu hutan berpotensi sebagai imunomodulator. Tujuan penelitian adalah memperoleh informasi mengenai pengaruh pemberian madu hutan terhadap aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag.

  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian acak pola searah. Sebanyak 20 ekor tikus dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok perlakuan diberikan madu hutan dengan dosis 0,27 ml/200 g BB tikus; 0,54 mL/200 g BB tikus; dan 1,08 ml/200 g BB tikus; serta kelompok kontrol negatif diberikan aquadest 2,5 mL/200 g BB tikus. Aktivitas fagositosis makrofag dinyatakan sebagai ratio fagositik, yaitu persentase sel makrofag yang melakukan fagositosis tiap 100 sel. Kapasitas fagositosis makrofag ditetapkan berdasarkan jumlah bakteri yang difagositosis oleh 100 sel makrofag. Respon imun seluler ditandai dengan peningkatan kemampuan fagositosis makrofag berdasarkan peningkatan jumlah makrofag yang memfagositosis lateks dan peningkatan jumlah lateks yang difagositosis oleh makrofag.. Data dianalisis dengan uji one way ANOVA taraf kepercayaan 95% yang dilanjutkan dengan uji

  Tukey .

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian madu hutan berpengaruh terhadap aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag berupa peningkatan aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag.

  

Kata kunci : Madu hutan, imunomodulator, aktivitas fagositosis makrofag,

  kapasitas fagositosis makrofag

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRACT

  Many factor contribute to disease, one of them due to weakenning of immune system. Forest honey contains some organic compounds, true of the active compounds are the flavonoids. Flavonoids have antioxidant and antibacterial activity and can also boost the immune system against infectious diseases so that the honey of forest has a potential as immunomodulator. The aim of this research was to obtain information on the effect of forest honey on the phagocytic activity and phagocytic capacity of macrophages.

  This research is experimental with one way randomized complete design. Each group was given honey forest with dose of 0,27 ml/200 g BW; 0,540 mL/200 g BW; 1,080 ml/200 g BW, and negative control group was given aquadest 2,5 mL/200 g BW. Phagocytic activity of macrophages, expressed as a phagocytic ratio, the percentage of cells that perform phagocytosis of macrophages per 100 cells. Phagocytic capacity of macrophages determined based on number of engulfed bacteria per 100 macrophages. Cellular immune response was used to evaluate the increasing capability of macrophage phagocyte (the amount of latex that was phagocyted by macrophage). Data were analyzed by one way ANOVA test with a confidence level of 95%, followed by Tukey test.

  The result showed that administration of forest honey has an effect on activity and capacity phagocytosis of macrophages.

  

Key words : Forest honey, immunomodulator, phagocytic activity of

macrophages, phagocytic capacity of macrophage

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Penyakit disebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi bakteri atau

  virus dan dapat pula disebabkan kondisi tertentu seperti penurunan pertahanan tubuh. Saat kondisi pertahanan tubuh tidak baik maka zat asing yang berasal dari luar tubuh (xenobiotic) maupun dari dalam tubuh mudah menginfeksi sehingga menimbulkan penyakit. Sistem imun merupakan salah satu bagian dari sistem pertahanan tubuh. Senyawa alam maupun sintetik yang meningkatkan sistem pertahanan tubuh tidak bekerja secara langsung menghadapi penyebab penyakit seperti halnya antibiotik. Sistem pertahanan tubuh akan dipacu oleh senyawa tersebut melalui mekanisme efektor sistem imun, sehingga digolongkan sebagai imunomodulator (Munawaroh, 2008). Salah satu bahan alam yang telah digunakan masyarakat Indonesia untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mengatasi alergi adalah madu (Aden, 2010).

  Madu merupakan bahan alam berbentuk cairan, berasal dari nektar tanaman yang diproses oleh lebah (Mulu, Tessema, and Derby, 2004). Di Indonesia terdapat beberapa jenis madu berdasarkan jenis flora yang menjadi sumber nektarnya. Madu monoflora merupakan madu yang diperoleh dari satu tumbuhan utama, seperti madu kelengkeng, madu rambutan, dan madu randu sedangkan jenis yang lain adalah madu poliflora (Suranto, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2 Madu poliflora merupakan madu yang berasal dari nektar beberapa jenis tumbuhan bunga. Madu ini biasanya berasal dari hutan yang diproduksi oleh lebah-lebah liar. Madu hutan bersifat alamiah, dalam arti terbebas dari pengaruh pupuk, pestisida, dan polusi (Ambrosio, 2010). Madu hutan yang berbeda sumber nektarnya ini dimungkinkan memiliki aktivitas terhadap sistem imun yang lebih baik daripada madu yang hanya berasal dari satu jenis bunga saja, sebab mengandung antibiotik alami yang diproduksi lebah-lebah liar (Hariyati, 2010).

  Madu mengandung flavonoid, zat fitokimia yang berperan sebagai antioksidan (Cahanar dan Irwan, 2006). Menurut Krell (1996) kandungan flavonoid dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Senyawa flavonoid diketahui dapat meningkatkan kemampuan fagositosis makrofag peritoneum pada tikus galur Wistar (Arsani, 2010).

  Makrofag merupakan sel yang berperan dalam respon imun baik peran fungsional dalam fagositosis maupun perannya sebagai antigen presenting cells (APC) (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). Fagositosis makrofag lebih aktif dalam menghadapi patogen seperti mikroorganisme maupun antigen lain bahkan sel atau jaringan sendiri yang mengalami kerusakan atau mati, sehingga makrofag merupakan sel efektor utama pada respon imun alamiah (Abbas, Lichtman, and Pober, 2000).

  Penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh pemberian madu hutan pada sistem imun, dengan mengkaji kemampuan fagositosis makrofag menggunakan metode Leijh, Furtth, and Zwet (1986) (cit.Vanani, 2011), yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  3 dengan menggunakan latex beads, sehingga dapat diperoleh informasi penggunaan madu hutan sebagai imunomodulator untuk meningkatkan respon imun.

  1. Permasalahan

  Apakah madu hutan berpengaruh terhadap aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag pada hewan uji tikus jantan galur Wistar?

  2. Keaslian penelitian

  Berdasarkan pengetahuan dan penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis penelitian mengenai “Pengaruh Pemberian Madu Hutan terhadap Aktivitas dan Kapasitas Fagositosis Makrofag pada Hewan Uji

  Tikus Jantan Galur Wistar ” belum pernah dilakukan.

  3. Manfaat penelitian

  a. Manfaat teoritis

  1) Memberikan informasi ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai manfaat madu hutan sebagai imunomodulator.

  2) Menjadi dasar dalam pengembangan penelitian di bidang ilmu kefarmasian khususnya tentang madu hutan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

  b. Manfaat praktis

  Memberikan informasi dan tambahan wawasan bagi masyarakat dalam memanfaatkan madu hutan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  4

B. Tujuan P enelitian Tujuan umum 1.

  Memperoleh informasi mengenai pengaruh pemberian madu hutan pada hewan uji tikus jantan galur Wistar sebagai imunomodulator.

   Tujuan khusus 2.

  Memperoleh informasi mengenai pengaruh pemberian madu hutan terhadap aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag pada hewan uji tikus jantan galur Wistar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Madu Madu adalah cairan alami yang umumnya memiliki rasa manis, dari

  sari bunga tanaman (floral nectar) atau bagian lain dari tanaman (extra floral

  Madu merupakan hasil sekresi lebah, karena nectar ) atau ekskresi serangga.

madu ditempatkan dalam bagian khusus di perut lebah yang disebut perut madu

yang terpisah dari perut besar

  (Sambodo, 2009).

1. Jenis madu

  Jenis madu berdasarkan sumber nektarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu madu monoflora dan madu poliflora. Madu monoflora merupakan madu yang diperoleh dari satu tumbuhan utama, seperti madu kelengkeng, madu rambutan, dan madu randu, sedangkan madu poliflora adalah madu yang berasal dari nektar beberapa jenis tumbuhan bunga, contoh dari madu jenis ini adalah madu hutan (Aden, 2010).

  Madu hutan berasal dari lebah liar yang bernama Apis Dorsata. Sumber pakan dari lebah ini adalah tumbuh-tumbuhan yang banyak tumbuh di dalam hutan hujan tropis di Indonesia. Madu hutan juga sangat baik untuk kesehatan karena mengandung antibiotik alami yang diproduksi oleh lebah- lebah liar. Kualitas madu hutan dianggap lebih baik daripada madu hasil lebah ternak sebab bunga yang dikonsumsi lebah-lebah tersebut bebas pengaruh pupuk dan pestisida yang kemungkinan besar ditemukan pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  6 tanaman atau pohon yang sengaja ditanam untuk perternakan lebah (Suranto, 2007).

  2. Kualitas madu Madu yang berkualitas ditentukan oleh beberapa hal, yaitu waktu pemanenan madu, kadar air, warna, rasa, dan aroma madu. Ketika madu telah matang dan sel-sel madu mulai ditutup oleh lebah maka saat tersebut sangat tepat untuk memanen madu. Warna madu cenderung akan mengikuti tanaman penghasil nektarnya. Rasa dan aroma madu yang paling enak adalah ketika madu baru dipanen dari sarangnya (Sambodo, 2009).

  Menurut Sumoprastowo dan Suprapto (1980), kualitas madu secara sensoris biasanya ditentukan oleh warna, aroma khas madu, dan keadaannya (kekentalan dan penampakan). Beberapa ahli menyatakan bahwa madu yang berwarna gelap mengandung banyak mineral, terutama Fe, Cu, dan Mn.

  Oleh karena itu madu yang berwarna gelap sebagai bahan makanan tidak kalah pentingnya dengan madu yang berwarna terang. Biasanya untuk madu yang berwarna gelap ini terjadi pada madu hutan.

  3. Komposisi madu

  Zat-zat yang terkandung dalam madu sangatlah kompleks dan kini telah diketahui tidak kurang dari 181 macam zat yang terkandung dalam madu.

  Karbohidrat merupakan komponen terbesar yang terkandung dalam madu, yaitu berkisar lebih dari 75%. Jenis karbohidrat yang paling dominan dalam hampir semua madu adalah dari golongan monosakarida yang biasanya terdiri fruktosa dan glukosa. Fruktosa dan glukosa mencakup 85%-90% dari total karbohidrat yang terdapat dalam madu. Komposisi terbesar kedua setelah karbohidrat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  7

  adalah air. Jumlahnya biasanya berkisar dari 15%-25%. Bervariasinya kadar air dalam madu disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya kelembapan udara, jenis nektar, proses produksi dan penyimpanan (Suranto, 2007).

  Madu mengandung beberapa senyawa organik, yang telah terindentifikasi antara lain seperti polifenol, flavonoid, dan glikosida. Madu juga mengandung berbagai jenis enzim, antara lain enzim glukosa oksidase dan enzim invertase yang dapat membantu proses pengolahan sukrosa untuk diubah menjadi glukosa dan fruktosa yang keduanya mudah diserap dan dicerna (Aljady et al., 2000).

  Menurut Febrita (2011), penapisan fitokimia yang dilakukan pada madu hutan menunjukkan adanya kandungan senyawa flavonoid. Flavonoid bermanfaat sebagai antibiotik, bekerja dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme dari bakteri atau virus. Efek lainnya adalah mencegah alergi karena flavonoid mampu mencegah lepasnya zat utama penyebab alergi yaitu histamin dan serotonin (Suranto, 2007). Flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan untuk mencegah kanker dan melindungi sel. Hal inilah yang menyebabkan flavonoid sebagai zat yang sangat kuat menetralisir radikal bebas, mendukung sistem kekebalan tubuh alami manusia pada tingkat seluler dan membantu regenerasi sel (Kusmardi, Kumala, dan Triana, 2007).

4. Manfaat madu

  Berdasarkan hasil penelitian para ahli yang dipadukan dengan pengalaman langsung konsumen dan masyarakat penggemar madu, setiap jenis madu dan sumber nektar, ternyata memiliki manfaat dan khasiat yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  8 berbeda pula (Haviva, 2011). Manfaat madu hutan antara lain meningkatkan daya tahan tubuh, mengatasi susah tidur, mengatasi alergi, mengobati reumatik, memperlancar fungsi otak, dan menyembuhkan luka bakar (dioles pada bagian yang luka) (Aden 2010).

B. Sistem Imun

  Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi. Gabungan sel, molekul, jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap mikroba serta bahan lainnya disebut respon imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan dari berbagai bahan dalam lingkungan hidup (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).

  

Gambar 1. Gambaran Umum Sistem Imun (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010)

  Respon imun sangat tergantung pada kemampuan sistem imun untuk mengenali molekul asing yang terdapat pada patogen potensial dan kemudian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  9 membangkitkan reaksi yang tepat untuk mengeliminasi sumber antigen bersangkutan. Respon imun akan diberikan oleh tubuh jika terdeteksi adanya benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Benda asing tersebut dapat berupa mikroorganisme eksogenous seperti bakteri, virus atau jamur dapat pula zat-zat kimia eksogenous (polen atau racun tanaman) atau sel-sel endogenous (sel maligna). Respon imun mempunyai tiga fungsi utama, yaitu pertahanan tubuh terhadap infeksi organisme asing, menjaga keseimbangan pergantian sel (homeostasis) dengan mengeliminasi sel-sel tubuh yang sudah tua, dan pengawasan (surveillance) untuk mengawasi sel-sel abnormal yang selalu timbul dalam tubuh. Respon imun merupakan suatu sistem pertahanan agar tubuh dapat menjaga keseimbangan antara lingkungan luar dan di dalam tubuh (Mardilah, Zakaria, dan Asydhah, 2006).

  Sistem imun yang mempertahankan keutuhan tubuh terdiri atas sistem imun bawaan (natural/ nonspesifik/ innate/ native immunity) dan sistem imun perolehan (spesifik/ adaptive/ acquired immunity) (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).

1. Sistem imun non-spesifik

  Sistem imun non-spesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan antigen karena dapat memberikan respon cepat dan langsung terhadap antigen. Sistem imun non-spesifik sudah ada dan berfungsi sejak lahir dan tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  10

  Gambar 2. Mekanisme Pertahanan Sistem Imun Non-Spesifik (Baratawidjaja dan

Rengganis, 2010)

  Bila ada antigen yang masuk, misalnya antigen bakteri, maka bakteri akan melakukan invasi disertai proses inflamasi pada tempat infeksi.

  Inflamasi bertujuan memusatkan agen pertahanan tubuh ke lokasi yang terinfeksi. Selama inflamasi sel-sel fagosit seperti neutrofil dan makrofag meninggalkan aliran darah dan berpindah menuju tempat infeksi sebagai respon terhadap kemikal (chemoattractants) yang dilepas di tempat infeksi.

  Tugas sel-sel fagosit adalah menghancurkan bakteri tersebut secara non- spesifik dengan proses fagositosis (Basuki, 2005).

2. Sistem imun spesifik

  Sistem imun spesifik merupakan bentuk respon imun yang dimediasi oleh sel limfosit dan membutuhkan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum memberikan responnya. Sistem imun spesifik memiliki karakteristik dan spesifitasi yang lebih baik serta memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  11 sel memori sehingga respon yang diberikan lebih cepat dan lebih baik terhadap antigen yang telah masuk sebelumnya ke dalam tubuh (Abbas and Lichtman, 2005). Benda asing yang pertama kali muncul dalam tubuh akan segera dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun. Bila sel imun yang sudah tersensitisasi tersebut terpapar kembali dengan benda asing yang sama, maka benda asing ini akan dikenal dengan cepat kemudian dihancurkan (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).

C. Makrofag

  Makrofag berasal dari promonosit sumsum tulang lalu mengalami diferensiasi menjadi monosit darah dan akhirnya tinggal di jaringan sebagai makrofag dewasa serta membentuk sistem fagosit mononuklear (Roitt, 2002). Makrofag merupakan sel fagosit yang hampir ditemui di setiap organ di seluruh tubuh, terutama pada jaringan ikat longgar.

  Makrofag berukuran 10-30 µm, bentuk tidak teratur, inti lonjong, mengandung granula azurofilik, dan bertahan berbulan-bulan dalam jaringan.

  Makrofag kadang-kadang mempunyai bentuk yang sangat tidak teratur dengan kaki-kaki palsu yang terjulur keseluruh arah, membran plasma yang melipat- lipat dan bertonjolan kecil-kecil. Keadaan permukaan demikian itu membantu perluasan fagositosis dan gerakan sel. Sel-sel sistem makrofag terdapat pada jaringan ikat longgar berupa makrofag jaringan atau histiosit, di dalam darah berupa monosit, di dalam hepar melapisi sinusoid yang dikenal sebagai sel

  

Kupffer , makrofag perivaskuler sinusoid limpa, limfonodus, dan sumsum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  12 tulang, sedangkan pada susunan saraf pusat berupa makroglia berasal dari mesoderm (Efendi, 2003).

  

Gambar 3. Makrofag (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010)

  Makrofag berfungsi untuk menelan dan melenyapkan partikel asing seperti antigen (mikroorganisme) maupun sel atau jaringan sendiri yang mengalami kerusakan atau mati (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). Makrofag dapat mengenali substansi asing dimungkinkan oleh adanya reseptor untuk fosfolipid sedangkan fungsinya sebagai efektor adalah menghancurkan mikroorganisme dan sel-sel ganas serta susbtansi asing dimungkinkan karena sel ini, antara lain mempunyai sejumlah lisosom yang mengandung enzim perusak seperti hidrolase dan peroksidase. Kemampuan fagositosis dalam menghancurkan substansi asing yang telah dilapisi (opsonisasi) antibodi atau komplemen dapat meningkat karena makrofag mempunyai reseptor terhadap Fc (Fragment crystallizable), Ig (immunoglobulin) G1, dan IgG3 serta IgE, dan reseptor terhadap komplemen (Kresno, 2010). Fungsi lain makrofag adalah sebagai antigen presenting cells (APC) dengan cara mengekspresikan MHC (Major Histocompatibility Complex) kelas II pada permukaan makrofag, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  13 ekspresi MHC II meningkat bila ada makrofag yang teraktivasi. Makrofag menampilkan antigen asing pada sel T yang dilakukannya bersama ekspresi MHC II (Abbas et al., 2000).

  Fagositosis merupakan suatu proses atau cara untuk memakan bakteri atau benda asing (Efendi, 2003). Proses fagositosis oleh makrofag secara berurutan berlangsung dalam lima fase, yaitu : fase pergerakan, perlekatan, penelanan (ingestion), degranulasi, dan pembunuhan (killing). Proses penelanan bakteri terjadi karena fagosit membentuk tonjolan pseudopodia, sehingga bakteri tertangkap dalam vakuola yang disebut fagosom. Selanjutnya lisosom yang berisi berbagai jenis enzim dan protein lain bergabung dengan fagosom membentuk fagolisosom, lalu terjadi degranulasi dan respiratory

  

burst. Enzim dan protein yang terdapat dalam lisosom mampu membunuh

  bakteri, baik dengan proses oksidatif maupun non-oksidatif (Abbas et al., 2000).

D. Imunomodulator

  Imunomodulator merupakan suatu senyawa yang bekerja dengan cara memodulasi sistem imun. Pada individu yang mengalami defisiensi sistem imun, imunomodulator akan bekerja dengan cara merangsang (imunostimulan). Sebaliknya, jika sistem imun bekerja terlalu berlebihan maka imunomodulator akan bekerja dengan cara menekan atau menormalkan kembali sistem imun tersebut (imunosupresan) (Tan and Vanitha, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  14

  1. Imunostimulan Imunostimulan adalah senyawa tertentu yang dapat meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non-spesifik, dan terutama terjadi pada induksi non-spesifik, baik mekanisme pertahanan seluler maupun humoral. Pertahanan non-spesifik terhadap antigen ini disebut paramunitas, dan zat berhubungan dengan penginduksi disebut paraimunitas. Induktor semacam ini biasanya tidak atau sedikit sekali kerja antigennya, akan tetapi sebagian besar bekerja sebagai mitogen yaitu meningkatkan proliferasi sel yang berperan pada imunitas. Sel tujuan adalah makrofag, granulosit, limfosit-T dan limfosit-B, karena induktor paramunitas ini bekerja menstimulasi mekanisme pertahanan seluler.

  Mitogen ini dapat bekerja langsung maupun tak langsung untuk meningkatkan fagositosis mikro dan makro. Mekanisme pertahanan spesifik maupun non spesifik umumnya saling berpengaruh (Widianto, 1987).

  2. Imunosupresan Imunosupresan merupakan obat yang bekerja dengan menekan respon imun. Obat imunosupresi digunakan pada pasien yang akan menjalani transplantasi dan penyakit autoimun karena kemampuannya dapat menekan respon imun. Efek terhadap sistem imun berupa perubahan jalur sel sistem imun yang sementara dan efek yang lebih persisten terhadap fungsi sel individual tergantung dari golongan imunosupresan (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  15

E. Landasan Teori

  Madu hutan merupakan salah satu jenis madu, berasal dari sumber nektar yang berbeda, diproduksi oleh lebah-lebah liar. Madu hutan mengandung banyak senyawa organik, salah satu kandungan senyawa organik yang telah teridentifikasi adalah flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa fitokimia yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh karena memiliki kandungan antioksidan yang tinggi dan merupakan antibiotik alamiah.

  Beberapa penelitian terdahulu juga telah membuktikan bahwa senyawa flavonoid mampu meningkatkan kemampuan fagositosis makrofag. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Arsani (2010) membuktikan bahwa senyawa flavonoid dapat meningkatkan kemampuan fagositosis makrofag peritoneum pada tikus galur Wistar.

F. Hipotesis

  Madu hutan mempunyai pengaruh terhadap aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag pada hewan uji tikus jantan galur Wistar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni, yaitu

  penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok perlakuan dan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan.

  Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian acak pola searah, yaitu cara menetapkan sampel dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan pengacakan agar setiap sampel punya kesempatan yang sama untuk dapat masuk ke dalam kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. Pola searah ditunjukkan dengan adanya perlakuan yang sama pada kelompok perlakuan, yaitu pemberian larutan madu hutan.

  Penelitian ini dilakukan pada subjek uji tikus galur Wistar. Kriteria inklusi, yaitu tikus kelamin jantan, berat badan antara 100-300 g, berumur 2-3 bulan yang diperoleh dari Unit Praklinik Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Kriteria drop out adalah tikus mati selama perlakuan. Penelitian dilakukan di Unit Praklinik dan Unit III Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  17

B. Variabel dan Definisi Operasional Variabel penelitian 1.

  a.

  Variabel utama 1) : dosis madu hutan

  Variabel bebas 2) : aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag

  Variabel tergantung b. Variabel pengacau

  1) Variabel yang dikendalikan : jenis makanan, variasi genetik, jenis kelamin, berat badan, galur tikus, dan umur tikus.

  2) Variabel yang tidak terkendali : kondisi psikologis dan patofisiologis tikus.

   Definisi operasional 2.

  a.

  Madu hutan Madu poliflora yang berasal dari nektar beberapa jenis tumbuhan bunga di hutan yang diproduksi oleh lebah-lebah liar. Madu hutan yang digunakan diperoleh dari salah satu distributor madu di Yogyakarta.

  b.

  Aktivitas fagositosis makrofag Aktivitas fagositosis makrofag dinyatakan sebagai ratio fagositik, yaitu persentase sel makrofag yang melakukan fagositosis tiap 100 sel (Maqsood, Singh, Samoon, and Balange, 2010).

  c.

  Kapasitas fagositosis makrofag Kapasitas fagositosis makrofag sebagai indeks fagositik, yaitu jumlah bakteri yang difagositosis oleh 100 sel makrofag (Maqsood et al., 2010).

Dokumen yang terkait

Pengaruh pemberian madu klengkeng (Nephelium longata L). terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat pada tikus putih jantan galur wistar.

0 3 74

Pengaruh pemberian madu kelengkeng (Nephelium longata L.) terhadap jumlah sel darah putih pada hewan uji tikus putih jantan galus wistar.

0 2 88

Pengaruh pemberian madu hutan terhadap proliferasi limfosit pada hewan uji tikus jantan galur wistar.

0 0 8

Pengaruh pemberian madu klengkeng (Nephelium longata L). terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat pada tikus putih jantan galur wistar

0 0 72

Pengaruh pemberian diet tinggi lemak terhadap jumlah makrofag dan kadar tnf-a pada tikus putih galur wistar [CD-ROM] - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 14

Pengaruh pemberian diet tinggi lemak terhadap jumlah makrofag dan kadar tnf-a pada tikus putih galur wistar [CD-ROM] - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 19

Pengaruh pemberian ekstrak etanolik daun mimba [Azadirachta indica A.Juss] terhadap peningkatan kadar antibodi darah pada tikus putih jantan galur wistar - USD Repository

0 0 70

Pengaruh ekstrak etanolik daun mimba [Azadirachta indica A.Juss] terhadap proliferasi sel limfosit pada tikus jantan galur wistar - USD Repository

0 0 74

Pengaruh pemberian madu hutan terhadap imunoglobulin G dan imunoglobulin M pada hewan uji tikus jantan galur wistar - USD Repository

0 0 84

2. Bahan dan Metode - Pengaruh pemberian madu hutan terhadap proliferasi limfosit pada hewan uji tikus jantan galur wistar - USD Repository

0 0 6