Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari status sosial ekonomi : studi kasus masyarakat Pedukuhan Sembung, Kelurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY - USD Repository

  

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU

DARI STATUS SOSIAL EKONOMI

Studi kasus: Masyarakat Padukuhan Sembung, Kelurahan Purwobinangun,

Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

  

Disusun Oleh :

Anastasia Tantri Damarwati

NIM: 041334031

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN A KUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  MOTTO

  HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk :

  • >

  

ABSTRAK

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU

DARI STATUS SOSIAL EKONOMI

  Studi Kasus Pada Masyarakat Padukuhan Sembung, Kelurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY

  

Anastasia Tantri Damarwati

041334031

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

  

2009

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat pendidikan; (2) persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut jenis pekerjaan; (3) persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat pendapatan.

  Sampel dalam penelitian ini adalah Masyarakat Padukuhan Sembung, Kelurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY yang berjumlah 100 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2008.

  Teknik pengumpulan data yang digunakan kuesioner dan wawancara. Untuk menjawab masalah penelitian digunakan Independent Sample T Test.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat pendidikan (Probabilitas = 0,465); (2) tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut jenis pekerjaan (Probabilitas = 0,356); (3) tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat pendapatan (Probabilitas = 0,831).

  ABSTRACT

PEOPLE’S PERCEPTION ON THE PROFESSION OF TEACHER

PERCEIVED FROM THEIR SOCIAL ECONOMIC STATUS

  A case study on the people of Sembung Hamlet, Purwobinangun Village, Pakem District, Sleman Regency, Yogyakarta Province

  

Anastasia Tantri Damarwati

041334031

Sanata Dharma University

Yogyakarta

  

2009

  The purpose of this study is to find out (1) people’s perception on the profession of teacher based on their education level (2) people’s perception on the profession of teacher based on their type of occupation (3) people’s perception on the profession on teacher based on their level of income.

  The samples of this study were 100 people of Sembung Hamlet, Purwobinangun Village, Pakem District, Sleman Regency, Yogyakarta Province. This study was conducted from April to May 2008. The data collection methods used in this study were questionnaire and interview. To answer the problem formulated in this study, Independent Sample T Test was used.

  The result of this study shows that (1) there is no different perception on the profession of teacher based on people’s education level (probability = 0,465); (2) there is no different perception on the profession of teacher based on people’s type of occupation (probability = 0,356); there is no different perception on the profession of teacher based on people’s level of income (probability = 0,831).

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Bapa Yang Maha Kasih dan Maha Murah atas berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan sehingga dengan segala keterbatasan yang ada, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Skripsi ini berjudul Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi. Pada kesempatan ini penulis dengan sepenuh hati menyampaikan rasa terima kasih kepada:

  1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  4. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan penuh pengertian dan kesabaran hati memberikan bimbingan, kritik, saran serta motivasi dalam penulisan skripsi ini sehingga dapat berjalan lancar.

  5. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji yang telah memberi masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini.

  6. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si selaku dosen penguji yang telah memberi masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini.

  7. Bapak Drs. H. Suharno selaku lurah desa yang telah memberi ijin penelitian.

  8. Staff sekretariat Pendidikan Akuntansi : Mbak Aris dan Bapak Wawiek atas bantuan dalam mengurusi kepentingan-kepentingan mahasiswa.

  9. Masyarakat Padukuhan Sembung, Kalurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY yang telah rela meluangkan waktu atas kesediaannya menjadi responden dalam penelitian ini.

  10. Kedua orang tuaku Y. Suhardi dan Th. Supartinah, terima kasih telah sabar, mendoakan penulis agar lancar mengerjakan skripsi serta memberikan apapun yang tak dapat disebutkan satu per satu.

  11. Kakakku mba lien, mba ndut, mas brabat dan mas ipam terima kasih atas segala doa, pengertian dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  12. Ponakan-ponakanku yang selalu menggangguku Sera dan Amabel. Terima kasih atas canda dan tawanya yang bikin semangat menyelesaikan skripsi ini.

  13. Mas awang terima kasih atas segala bantuan, kesabaran dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini. Maafin ya mas kalau aku sering marah-marah.

  14. Bu susi dan De Mun. Terima kasih atas dukungan, doa dan semangatnya. Ayo de mun kapan nyusul jangan lama-lama.

  15. Mio hitamku yang selama 5 tahun dengan setia menemani perjalanan dari pakem sampai mrican. Segala halangan dan rintangan telah kita lalui berdua.

  16. Sahabat-sahabatku: Evi, Eli, Nucki, Nia, Gareth, Yanita, Heru, Pungki, Agung yang telah mendahuluiku. Akhirnya aku menyusul kalian juga.

  17. Sahabat seperjuangan yang telah menemaniku selama ujian pendadaran: Siska, Venti, Mami, Lastme, Ember, Brahma, Agus 03, Via, Susi, Wibi, Anton, Wina. Terima kasih atas dukungan, canda tawa dan semangatnya.

  18. Rekan-rekan angkatan 2004 Program Studi Pendidikan Akuntansi, atas bantuan dan kerjasama serta semangat yang telah diberikan dalam proses penyempurnaan skripsi ini.

  19. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan atu persatu atas semua dukungan semua dukungan yang telah diberikan dalam penulisan skripsi ini.

  Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran dari pembaca yang berguna bagi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

  Penulis

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii HALAMAN KEASLIAN KARYA ....................................................................... iv HALAMAN MOTTO ............................................................................................ v HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACT .......................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiv

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 B. Batasan Masalah ........................................................................................ 4 C. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5 D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5 E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritik........................................................................................ 7

  1. Pengertian Persepsi......................................................................... 7

  2. Pengertian Masyarakat.................................................................... 9

  3. Pengertian Profesi........................................................................... 10

  4. Pengertian Status Sosial Ekonomi .................................................. 13

  B. Kerangka Berfikir....................................................................................... 24

  C. Hipotesis Penelitian.................................................................................... 27

  BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian........................................................................................... 28 B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 28 C. Subjek dan Objek Penelitian....................................................................... 29 D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel........................................ 29 E. Operasionalisasi Variabel ........................................................................... 30 F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 32 G. Teknik Pengujian Instrumen....................................................................... 33 H. Teknik Analisis Data .................................................................................. 35 BAB IV. DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data............................................................................................ 38 B. Pengujian Prasyarat .................................................................................... 42 C. Pengujian Hipotesis.................................................................................... 47 D. Pembahasan ............................................................................................... 49 BAB V. KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN A. Kesimpulan ................................................................................................ 56 B. Saran ......................................................................................................... 56 C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 57 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

  Tabel

  III.1 Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner..................................................................... 30

  III.2 Persepsi Masyarakat....................................................................................... 31

  III.3 Hasil Pengujian Reliabilitas............................................................................ 35

  IV.1 Data Responden Terhadap Prosfesi Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan.... 39

  IV.2 Data Respoden Terhadap Profesi Guru Ditinjau dari Tingkat Pekerjaan ......... 40

  IV.3 Data Responden terhadap Profesi Guru Ditinjau dari Tingkat Pendapatan ..... 42

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sosok guru sangat berperan dalam pendidikan. Guru merupakan

  suatu profesi yang mengandung arti suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Oleh karena profesi guru merupakan jenis pekerjaan yang berkualifikasi profesional yaitu memerlukan persiapan atau pendidikan khusus maka jenis pekerjaan ini semestinya tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang kependidikan walaupun kenyataannya masih dilakukan orang diluar kependidikan.

  Dalam undang-undang no 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Guru memegang peranan penting dalam mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional karena guru merupakan kunci pokok bagi keberhasilan anak didiknya.

  Guru tidak hanya diperlukan oleh murid di ruang kelas, tetapi juga diperlukan oleh masyarakat dalam menyelesaikan aneka permasalahan yang dihadapi. Masyarakat menempatkan guru pada kedudukan yang tinggi yaitu Ing Ngarso sung tuladha, ing madya mangun karso tut wuri handayani artinya adalah didepan memberi teladan, ditengah-tengah membangun serta dibelakang memberi dorongan dan motivasi. Kedudukan seperti ini merupakan penghargaan masyarakat yang tidak mudah bagi guru, sekaligus merupakan tantangan untuk mengembangkan prestasi bukan saja di depan kelas, tidak saja di batas-batas pagar sekolah, tetapi juga di tengah-tengah masyarakat.

  Namun dibalik keteladanan yang diberikan guru kepada masyarakat, terdapat keprihatinan yang menimpa para guru yaitu penghasilan atau kesejahteraan guru yang relatif rendah. Masalah ekonomi tersebut mempengaruhi para guru dalam menjalankan tugas pokoknya.

  Secara sederhana kita dapat memperkirakan bahwa seseorang akan merasa lebih tenang dalam melaksanakan tugasnya bila beban ekonomi keluarga secara minimal sudah terpenuhi. Sebaliknya bila beban itu tidak terpenuhi, konsentrasinya dalam menjalankan tugas bisa terganggu. Jadi tingkat kesejahteraan para guru memberikan dampak secara sosial-psikologis pada mereka.

  Pemberian gelar bahwa guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa untuk saat ini bisa tidak menguntungkan bagi para guru dan profesi keguruan. Gelar tersebut akan memberikan kesan bahwa guru merupakan sekelompok orang yang melakukan pekerjaan terhormat, bernilai dan agung dalam mendidik, namun mereka menerima apa adanya. Para guru tidak bisa menuntut atau mengharapkan sesuatu yang lebih dari apa yang mereka dapatkan sekarang, mereka harus menerima gaji yang sebenarnya itu tidak cukup untuk membiayai hidup mereka, tetapi guru tidak dapat menuntut kepada pemerintah untuk menaikkan kesejahteraan para guru.

  Hal tersebut tidak sesuai dengan keadaan sekarang sebab mereka memerlukan tanda jasa yang memadai.

  Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah menjadi berkualitas. Peningkatan program lain yaitu; peningkatan kualifikasi akademik guru menjadi S1/D4, peningkatan kompetensi guru, pembinaan karir guru, pemberian tunjangan guru, pemberian maslahat tambahan, penghargaan, dan perlindungan guru.

  Program sertifikasi yang dicanangkan pemerintah seakan menjadi angin segar untuk para guru karena selain dituntut untuk terus meningkatkan kualitas dan prestasinya dalam rangka mendapatkan sertifikat profesi, para guru yang telah mendapatkan sertifikasi akan mendapat tunjangan profesi yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan para guru itu sendiri. Peningkatan kesejahteraan ini lambat laun akan menaikkan pamor profesi guru diantara profesi yang lain, yang pada akhirnya para guru akan berkompetensi terus meningkatkan kualitas dan profesionalismenya dengan fokus memajukan kualitas pendidikan Indonesia, selain itu para calon guru akan lebih mantap lagi untuk menjadi seorang guru.

  Program sertifikasi yang dicanangkan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan ternyata masih kurang disadari oleh para guru karena masih banyak pemberitaan di media massa yang menyangkut tentang sosok guru juga ikut ambil bagian dalam menurunkan citra guru dalam pandangan masyarakat. Hal ini tidak bisa dihindari oleh guru karena memang ditemukan sosok guru yang tidak mencerminkan kepribadian yang memang sepatutnya dimiliki oleh seorang pendidik.

  Akan tetapi masyarakat juga tidak boleh melupakan jasa-jasa yang telah diberikan guru yang memang berkompeten dalam bidangnya. Masyarakat harus juga melihat sisi positifnya sosok guru. Gambaran positif tentang sosok guru yang diberikan masyarakat akan memotivasi guru dalam menjalankan tugasnya dan berusaha untuk semakin meningkatkan profesionalitas mereka sehingga menimbulkan gairah untuk semakin memajukan dunia pendidikan. Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Persepsi Masyarakat Terhadap

  Profesi Guru Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi”, studi kasus pada masyarakat Padukuhan Sembung, Kelurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY B. Batasan Masalah

  Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap profesi guru. Namun dengan pertimbangan lebih memiliki pengaruh daripada faktor lain maka penulis hanya mengkhususkan pada status sosial ekonomi masyarakat.

  C. Rumusan Masalah

  Apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru antara masyarakat yang berasal dari status sosial ekonomi tinggi dengan masyarakat yang berasal dari status ekonomi rendah?

  D. Tujuan Penelitian

  Untuk memberikan bukti tentang adanya perbedaan persepsi terhadap profesi guru ditinjau dari perbedaan status sosial ekonomi masyarakat.

  E. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Guru Untuk memberikan gambaran yang kongkret mengenai persepsi masyarakat terhadap profesi guru. Agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk memperbaiki citra guru di masyarakat.

  2. Bagi Pemerintah Untuk memberikan masukan bagi pemerintah supaya lebih memperhatikan nasib para guru.

  3. Bagi Penulis Sebagai tambahan pengetahuan tentang profesi guru.

  4. Bagi Universitas Sanata Dharma Untuk menambah kepustakaan yang berguna bagi mahasiswa atau pihak lain yang membutuhkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritik

1. Persepsi

  Persepsi pada hakikatnya adalah pemahaman yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman.

  (Thoha,1983:138) Persepsi adalah proses mengorganisasikan, menginterprestasikan sehingga individu mengerti tentang apa yang diinderakan.

  (Bimo,1994:53) Persepsi berarti mengenal sesuatu alat indra dengan secara global dan belum disertai kesadaran, sedang subyek dan objeknya belum terbedakan satu dari yang lainnya. (Shalahudin, 1991:91)

  Menurut himpunan istilah psikologi untuk SMU dan Umum, pengertian persepsi adalah objek-objek disekitar, kita tangkap melalui alat indra dan diproyeksikan pada bagian tertentu dalam otak sehingga kita dapat mengamati objek tertentu. (Husaini dan Noor, 1981:103)

  Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung berhubungan dengan dunia luarnya. Mulai saat itu individu menerima secara langsung stimulus atau rangsangan dari luar disamping dari dalam dirinya sendiri. Individu mulai merasa kedinginan, sakit, tidak senang dan sebagainya, kesan seperti itu yang diperoleh dari lingkungannya merupakan hasil dari persepsi, karena persepsi merupakan proses memahami dunianya. (Walgito, 1994:53)

  Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan menginterprestasikan rangsangan dari lingkungannya melalui panca indra, sehingga individu menyadari dan mengerti apa yang diinderakannya. Syarat-syarat agar individu dapat menyadari dan mengadakan persepsi menurut (Walgito, 1994:54) adalah sebagai berikut.

  a. Adanya obyek yang dipersepsi Obyek menimbulkan stimulus mengenai alat indra atau reseptor, dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima (sensoris) yang bekerja sebagai reseptor.

  b. Alat indra Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf motoris.

  c. Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu diperlukan adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi. Tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan persepsi Thoha (1983:148) yaitu.

  Faktor-faktor perhatian dari luar yakni faktor-faktor yang terdiri dari pengaruh-pengaruh lingkungan antara lain: 1) Intensitas, 2) Ukuran, 3) Keberlawanan, 4) Pengulangan 5) Gerakan.

  Faktor-faktor dari dalam terdiri dari: 1) Proses Belajar (learning) 2) Motivasi 3) Kepribadian.

2. Masyarakat

  Menurut Soelaeman (1992:55) dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal kata socius yang berarti kawan. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa arab, yaitu syirk, artinya bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia secara perorangan melainkan oleh unsur-unsur lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.

  Menurut J. L Gilin, dan J. P Gilin (Soelaeman 1992:55) bahwa adanya saling bergaul dan interaksi karena mempunyai nilai-nilai, norma-norma, dan prosedur yang merupakan kebutuhan bersama sehingga masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu, yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

3. Profesi Guru

  C.V. Good (Samana, 1994:27) menjelaskan bahwa jenis pekerjaan yang berkualifikasi profesional memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu: memerlukan persiapan atau pendidikan khusus bagi calon pelakunya (membutuhkan pendidikan pra jabatan yang relevan), kecakapan seorang pekerja profesional dituntut prasyarat yang telah ditentukan oleh pihak yang berwewenang (misal: organisasi profesional, konsorium, dan pemerintah), dan jabatan profesional tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat atau negara (dengan segala civil

  effect -nya)

  Maksud dari guru yang profesional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruannya dengan kemampuan tinggi (profisien) sebagai sumber kehidupan. Menurut jurnal terkemika manajemen pendidikan, Education Leadership edisi maret 1993

  (Supriyadi, 1998:98), untuk menjadi guru yang profesional, seorang guru dituntut memiliki 5 hal.

  a. Guru memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswa.

  b. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarkannya kepada para siswa. Bagi guru, hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

  c. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.

  d. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukan, dan belajar dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa.

  e. Guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya, misalnya kalau di kita, PGRI dan organisasi profesi lainnya. B.J Chandler (Sahertian, 1994:27) menegaskan tentang profesi mengajar. Dikatakannya bahwa profesi mengajar adalah suatu jabatan yang mempunyai kekhususan. Kekhususan itu memerlukan kelengkapan mengajar dan/atau keterampilan yang menggambarkan bahwa seseorang melakukan tugas mengajar, yaitu membimbing manusia.

  Apalagi dilihat dari ciri-ciri keprofesian, profesi guru memiliki ciri- ciri sebagai berikut: 1) Mengutamakan layanan sosial, lebih dari kepentingan pribadi.

  2) Mempunyai status yang tinggi. 3) Memiliki pengetahuan yang khusus (dalam hal mengajar dan mendidik).

  4) Memiliki kegiatan intelektual. 5) Memiliki hak untuk memperoleh standar kualitas profesi. 6) Memiliki kode etik yang ditentukan organisasi profesi. Lebih jauh dikemukakan bahwa profesionalisme dibidang pendidikan mendapat pengakuan karena tiga alasan. (Supeno, 1995:28-29) Pertama, lapangan pekerjaan keguruan atau kependidikan bukan merupakan suatu lapangan kerja rutin yang dapat dilakukan karena pengulangan-pengulangan atau kebiasaan. Lapangan kerja ini memerlukan perencanaan yang mantap, suatu manajemen yang memperhitungkan komponen-komponen sistemnya. Kedua, lapangan kerja ini memerlukan dukungan ilmu atau teori yang akan memberikan konsepsi teoritis ilmu kependidikan dengan cabang-cabangnya. Ketiga, lapangan kerja ini memerlukan waktu pendidikan dan latihan yang sama, berupa pendidikan dasar basic education untuk taraf sarjana ditambah pendidikan profesional.

4. Status Sosial Ekonomi

  Status sosial merupakan kedudukan seseorang (individu) dalam suatu kelompok pergaulan hidupnya (Soedjono, 1973:100).

  Kedudukan (status) sosial adalah tempat orang secara umum dalam masyarakat, sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestigenya dan hak-hak serta kewajiban-kewajiban (Soekanto, 1982:233). Status seorang individu dalam masyarakatnya dapat dilihat dari dua aspek (Soedjono, 1973:100).

  a. Aspek Statis yaitu kedudukan dan derajat seseorang didalam suatu kelompok yang dapat dibedakan dengan derajat atau kedudukan individu lainnya.

  b. Aspek Dinamis yaitu berhubungan erat dengan peranan sosial tertentu yang berhubungan dengan pertimbangan jabatan, fungsi, dan tingkah laku yang formil serta jasa yang diharapkan fungsi dan jabatan tertentu.

  Masyarakat pada umumnya mempertimbangkan dua macam kedudukan yaitu sebagai berikut.

  a. Ascribed Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya kedudukan anak seorang bangsawan, adalah bangsawan pula; seorang warga kasta Brahmana dari India memperoleh kedudukan demikian karena orang tuanya tergolong dalam kasta yang bersangkutan.

  b. Achieved Status, yaitu kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh melalui kelahiran akan tetapi bersifat terbuka bagi siapapun saja dan ini tergantung bagi kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuannya. Kadang-kadang kedudukan ini dibedakan dengan satu macam kedudukan yaitu Assigned Status yang merupakan kedudukan yang diberikan (Soekanto, 1982:234-235). Ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai untuk menggolongkan masyarakat yang satu dengan yang lainnya adalah sebagai berikut.

  a) Ukuran Kekayaan Ukuran kekayaan (kebendaan) dapat dijadikan suatu ukuran: barang siapa memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat dalam bentuk rumah yang bersangkutan, berupa mobil pribadinya, cara-cara mempergunakan pakaian yang dipakainya, kebiasaan berbelanja barang mahal dan sebagainya.

  b) Ukuran Kekuasaan Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan tertinggi.

  c) Ukuran Kehormatan Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran- ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati mendapat tempat teratas. Aturan ini banyak dijumpai dalam masyarakat tradisional, biasanya mereka adalah golongan tua atau pernah berjasa pada masyarakat.

  d) Ukuran Ilmu Pengetahuan Ukuran ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat-masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan.

  Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat negatif, oleh karena kemudian ternyata bukan ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal ini mengakibatkan segala macam usaha untuk mendapatkan gelar tersebut, walaupun secara tidak halal (Soekanto, 1982:231-232)

  Tiap-tiap orang atau keluarga akan mempunyai unsur-unsur yang terkandung dalam konsep status sosial ekonomi. Sedikit banyaknya unsur-unsur yang dimiliki, baik secara kualitas maupun kuantitas akan menunjukkan tinggi rendahnya status sosial ekonomi yang dimilikinya.

  Melly G Tan (Koentjaraningrat 1983:53) menyatakan bahwa konsep kedudukan sosial ekonomi dalam ilmu pengetahuan masyarakat mencakup tiga faktor yaitu: tingkat pendidikan, faktor pekerjaan dan faktor penghasilan.

1. Tingkat Pendidikan

  Dalam TAP MPR RI No IV tahun 1973 dikatakan bahwa: pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadiannya dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan sekolah dan keluarga. (GBHN, 1973: 89) Pendidikan (Joesoef, 1981:121) diklasifikasikan menjadi.

  a. Pedidikan formal, merupakan pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan sistem pendidikan yang mengkhususkan diri pada penyelanggaraan pendidikan generasi muda (dari usia 5 atau 6 tahun sampai sekitar 24 tahun) secara sistematik.

  b. Pendidikan Informal, yaitu proses pendidikan yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari, baik secara sadar dan tidak sadar, sejak seseorang lahir sampai didalam keluarga dalam perusahaan atau pengalaman sehari-hari, pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis. c. Pendidikan Non Formal, yaitu pendidikan yang teratur, dengan sadar tetapi tidak selalu mengikuti peraturan yang ketat dan tetap.

  Oleh karena itu dengan pendidikan yang cukup akan mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai pula dan mempunyai cakrawala kehidupan yang lebih luas, sehingga mempermudah bagi orang itu untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat luas.

  Tingkat pendidikan artinya kurang lebih adalah jenjang sekolah yang telah diselesaikan oleh masyarakat yang telah dibuktikan dengan adanya ijazah yang paling akhir diperolehnya, misalnya SD, SMP, SMU, Diploma, Sarjana Muda atau Sarjana.

2. Jenis Pekerjaan

  Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan jenis pekerjaan adalah bidang pekerjaan yang ditekuni oleh masyarakat setiap harinya Spillane (1982:14) mengelompokkan pekerjaan atau jabatan dalam 9 golongan sebagai berikut.

  a. Golongan A Meninggal dunia Pensiunan Tidak mempunyai pekerjaan

  b. Golongan B Buruh nelayan Buruh tani

  Petani kecil Penebang kayu

  c. Golongan C Petani menyewa Buruh tidak tetap Penarik becak

  d. Golongan D Pembantu Penjual keliling Tukang cuci

  e. Golongan E Seniman Buruh tetap Montir Pandai besi Penjahit Sopir bus/colt Tukang kayu Tukang listrik Tukang mesin

  f. Golongan F Pemilik bus/colt Pengawas keamanan

  Petani pemilik tanah Pegawai sipil (ABRI) Mandor Pemilik perusahaan/toko/pabrik Pedagang Pegawai kantor Peternak Tuan tanah

  g. Golongan G ABRI (Tamtama s/d Bintara) Pegawai badan hukum Kepala kantor pos cabang Manager perusahaan kecil Supervisor/pengawas Pamong praja Guru SD Kepala bagian Pegawai negeri sipil (Golongan I A s/d I D)

  h. Golongan H Guru SLTA/SLTP Juru rawat Pekerja sosial Perwira ABRI (Letda, Lettu, Kapten)

  Pegawai negeri sipil (Golongan II A s/d II D) Kepala sekolah Kontraktor wartawan i. Golongan I

  Ahli hukum Manager perusahaan Ahli ilmu tanah Apoteker Arsitek Dokter Dosen/guru besar Gubernur Kepala kantor Menteri Pegawai negeri sipil (Golongan III A keatas) Pengarang Peneliti Penerbang Walikota/bupati Kontraktor besar

3. Pendapatan

  Pendapatan adalah keseluruhan pendapatan masyarakat yang bersumber dari pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan. Yang dihitung sebagai pendapatan adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa atas sumbangan seseorang atas jasanya (Gilarso, 1986:4). Pendapat dapat bersumber pada usaha sendiri (berwiraswasta), bekerja pada orang dan badan usaha dan hasil milik (menyewakan). Menurut Biro Pusat Statistik, pendapatan dapat dibedakan menjadi tiga bentuk (Sumardi dan Evers, 1982:92) yaitu.

  a. Pendapatan berupa uang

  b. Pendapatan berupa barang

  c. Lain-lain penerimaan uang dan barang Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya reguler dan diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi. Sumber-sumber yang utama adalah gaji dan upah serta lain-lain balas jasa serupa dari majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas, pendapatan dari penjualan barang yang dipelihara di halaman rumah, hasil investasi, serta keuntungan sosial. Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler dan biasa tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk barang dan jasa.

  Barang-barang dan jasa yang diperoleh dinilai dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi dan disertai transaksi uang oleh yang menikmati barang dan jasa tersebut, demikian pula penerimaan barang secara cuma-cuma, pemberian barang dan jasa dengan harga subsidi atau reduksi dari majikan merupakan pendapatan berupa barang.

  Untuk lain-lain penerimaan uang dan barang yang dipakai sebagai pedoman adalah segala penerimaan yang bersumber transfer atau redistribusi dan biasanya membawa perubahan dalam keuangan rumah tangga, misalnya penjualan barang-barang yang dipakai, pinjaman uang, hasil undian, warisan, penagihan piutang, kiriman uang, menang judi. Menurut (Spillane, 1982:16) ketiga bentuk pendapatan dapat dirinci dalam kategori sebagai berikut.

  a. Pendapatan berupa uang

  a) Dari gaji dan upah yang diperoleh dari: Kerja Pokok Kerja Sampingan Kerja Lembur Kerja kadang-kadang

  b) Dari usaha sendiri meliputi: Hasil bersih dari usaha sendiri Komisi Penjualan dari kerajinan rumah c) Dari investasi, yaitu pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah.

  d) Dari keuntungan sosial yaitu pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial.

  b. Pendapatan berupa barang

  a) Bagian pendapatan upah dan gaji yang diwujudkan dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan rekreasi.

  b) Barang yang diproduksi dan dikonsumsi di rumah, antara lain pemakaian barang yang diproduksi di rumah, sewa yang seharusnya dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati.

  c. Penerimaan yang bukan merupakan pendapatan

  a) Penghasilan tabungan

  b) Penjualan barang-barang yang dipakai

  c) Penaguhan piutang

  d) Pinjaman uang

  e) Kiriman uang

  f) Hadiah atau pemberian

  g) Warisan

  h) Menang judi

B. Kerangka Berfikir 1. Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan.

  Cara pandang masyarakat terhadap profesi guru sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan masyarakat tersebut. Masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain mempunyai pandangan yang berbeda- beda pula tentang profesi guru karena mereka memiliki tingkat pmikiran yang berbeda berdasarkan tingkat pendidikan yang dimiliki.

  Pada umumnya orang-orang sependapat bahwa dengan semakin tinggi tingkat pendidikan maka pengetahuan yang dimiliki juga akan semakin luas pula. Dengan pengetahuan yang luas tersebut maka masyarakat akan mengetahui keadaaan luar yang sekarang ini sedang terjadi. Masyarakat yang mempunyai pendidikan tinggi pasti akan mengetahui pekerjaan mana yang sangat menjanjikan pada saat seperti sekarang ini.

  Masyarakat yang mempunyai pendidikan tinggi pasti akan memilih pekerjaan yang menuntut tingkat pendidikan yang tinggi sehingga mereka akan memilih pekerjaan seperti dokter, pengacara, direktur atau konsultan IT yang mampu untuk menghidupi keluarganya. Sebaliknya masyarakat yang mempunyai pendidikan rendah mereka akan memilih pekerjaan sesuai dengan pendidikannya saja dan hasil yang diperolehnya cukup untuk membiayai hidup keluarganya.

  Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2001:89) menemukan tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan. Penelitian yang dilakukan oleh Noveanta (2002:86) menemukan tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan.

2. Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari Jenis Pekerjaan.

  Jenis pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh imbalan atau penghasilan.. Masyarakat akan memilih jenis pekerjaan yang dapat dijadikan sebagai sumber utama penghasilan. Profesi guru adalah profesi yang dapat diandalkan karena memberikan penghasilan rutin diterima setiap bulan meskipun jumlahnya tidak besar.

  Walaupun gaji yang diterima tidak terlalu besar, pekerjaan sebagai seorang guru tidak membutuhkan jam kerja yang lama. Seorang guru tidak perlu banyak membuang waktu untuk bekerja, profesi guru yang membutuhkan jam kerja setengah hari tersebut sangat menguntungkan karena akan banyak waktu digunakan untuk mengurus keluarga di rumah terutama dapat mengurus anak.

  Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2001:87) menemukan tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari jenis pekerjaan. Penelitian yang dilakukan oleh Rini (1999:73) dan Priyo (2001:97) menemukan tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari jenis pekerjaan.

3. Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari Pendapatan.

  Pendapatan adalah keseluruhan pendapatan masyarakat yang bersumber dari pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan.

  Dengan meningkatnya bahan-bahan kebutuhan pokok seperti sekarang ini sudah pasti semua masyarakat menginginkan pendapatan yang besar yang mampu memenuhi kebutuhan yang mereka inginkan.

  Masyarakat yang ingin memperoleh pendapatan yang besar mereka pasti akan memilih pekerjaan sebagai dokter, manajer, pengacara, dll sehingga dapat mencukupi semua kebutuhan yang mereka inginkan. Apabila masyarakat yang ingin memperoleh pendapatan yang cukup mereka akan memilih menjadi seorang guru. Sebenarnya selain mengandalkan gaji yang diterima dari setiap bulan, seorang guru bisa mencari pendapatan diluar pekerjaan mengajar di sekolah. Guru dapat membuka les privat di rumah atau dapat berwiraswasta sehingga pendapatannya dapat bertambah akhirnya dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

  Penelitian yang dilakukan oleh Yuniyanti (2005:61) menemukan ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari pendapatan.

C. Hipotesis

  1. Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru berdasarkan tingkat pendidikan.

  2. Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru berdasarkan jenis pekerjaan.

  3. Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru berdasar pendapatan.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang akan penulis gunakan meliputi:

  1. Deskriptif Suatu penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan maksud dan keadaan sebagai mana adanya, sehingga hanya bersifat sekedar mengungkapkan fakta (Warsito, 1986:8)

  2. Studi Kasus Suatu penelitian tentang subyek tertentu, dimana subyek tersebut terbatas, maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada subyek yang diteliti (Arifin, 1986:137).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di Padukuhan Sembung, Kalurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY dan dilaksanakan bulan April-Mei. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut karena masyarakat di Kecamatan Pakem berasal dari keluarga yang status sosial ekonominya berbeda-beda sehingga penulis menganggap elevan untuk mencari jawaban atas masalah yang penulis ajukan.

  C. Subjek dan Objek Penelitian

  Subjek Penelitian : Masyarakat Padukuhan Sembung, Kalurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY

  Objek Penelitian : Persepsi masyarakat terhadap profesi guru

  D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

  1. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari atau kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 1999:72). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di kecamatan Pakem.

  2. Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dari penelitian adalah 100 masyarakat yang ada di kecamatan Pakem. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (1991:104), apabila subjeknya kurang dari seratus lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

  Selanjutnya apabila jumlah subeknya besar dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% atau lebih.

  Dalam penelitian ini, pengambilan sampel berjumlah 100 orang responden dilakukan dengan menggunakan teknik Simple Random

  Sampling yang dikenal juga dengan nama Sampling Acak Sederhana.

  Teknik Simple Random Sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang sama kepada tiap-tiap subjek untuk diambil sebagai anggota sampel.

E. Operasionalisasi Variabel

  Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat menjadi obyek penelitian atau faktor yang berperan atau gejala-gejala yang diteliti.

  1. Pengelompokkan Variabel

  a. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat terhadap profesi guru b. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah.

  Tingkat Pendidikan (X1) Jenis Pekerjaan (X2) Pendapatan (X3)

  2. Definisi dan Pengukuran Variabel

  a. Persepsi Masyarakat Adapun definisi operasional profesi guru adalah sebagai berikut.

  Tabel III.1 Kisi-kisi penyusunan kuesioner

  No Faktor Nomor item Pernyataan + Pernyataan -

  a. Pengabdian pada masyarakat. 1, 21, 29, 31, 32, 45, 47

  b. Dihormati masyarakat 11, 13, 30, 33, 57 6, 9, 20, 51, 60

  c. Pergaulan dengan anak-anak. 17, 27, 44

  14 e. Banyak waktu luang.

  f. Gaji cukup.

  4

  b. Indikator status sosial ekonomi yang digunakan adalah sebagai berikut.

  5

  1

  4 Sangat tidak setuju

  2

  3 Tidak setuju

  3

  2 Ragu-ragu

  1 Setuju

  g. Dituntut belajar terus.

  5

  Pernyataan + Pernyataan - Sangat setuju

  Tabel III.2 Persepsi Masyarakat

  41 Alternatif jawaban untuk kuesioner menggunakan skala pengukuran dari model Likert, yaitu.

  26

  8, 10, 40, 43, 58

  59 2, 22, 34, 35, 48, 54

  5, 12, 36 37, 38, 49, 53 16, 18, 25, 28, 56 4, 7, 23, 24, 39, 42, 50, 55,

  h. Kerja keras dan sulit. i. Tanggung jawab besar. j. Kerjanya selalu diteropong orang.

Dokumen yang terkait

Sikap masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jenis kelamin : studi kasus masyarakat Dusun Pringwulung, RW 39, Kelurahan Condong Catur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

0 0 124

Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan usia : studi kasus masyarakat Padukuhan Sabrang Kidul, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Propinsi D.I. Yogyakart

0 6 178

Persepsi guru terhadap pekerjaan sambilan ditinjau dari jenis kelamin, status karyawan, dan status sosial ekonomi : studi kasus guru-guru SMA negeri dan swasta kabupaten Sleman.

0 1 123

Persepsi masyarakat perkotaan terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan, jenis profesi dan tingkat pendapatan : studi kasus pada masyarakat perumahan Villa Bintaro Indah, kelurahan Jombang, kecamatan Ciputat, kotamadya Tangerang Selatan, prov

0 6 152

Persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan : studi kasus masyarakat Desa Watuagung RW 02, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

0 2 136

Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari status sosial ekonomi : studi kasus masyarakat Pedukuhan Sembung, Kelurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.

1 10 115

Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan, tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan.

1 2 114

Persepsi guru terhadap pekerjaan sambilan ditinjau dari jenis kelamin, status karyawan, dan status sosial ekonomi studi kasus guru guru SMA negeri dan swasta kabupaten Sleman

0 0 121

Persepsi masyarakat perkotaan terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan, jenis profesi dan tingkat pendapatan studi kasus pada masyarakat perumahan Villa Bintaro Indah, kelurahan Jom

0 1 150

Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan, tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan - USD Repository

0 0 112