ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I

06

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
6.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya
adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak huni (livable),
aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan. Permukiman merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia. Untuk itu Perintah wajib memberikan akses kepada
masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang laya huni, sejahtera, berbudaya,
dan berkeadilan sosial.
Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar
perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat
berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota,
serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan permukiman, diantaranya
adalah :
1. Peran Kabupaten/Kota dalam pengembangan wilayah
2. Rencana pembangunan Kabupaten/Kota
3. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan, seperti

struktur dan morfologi tanah, topografi, dan sebagainya
4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
5. Dalam penyusunan RPIJM mengacu pada Rencana Induk (Masterplan)
Pengembangan Permukiman.
6. Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi dalam
Pengembangan Permukiman.
7. Keterpaduan Pengembangan Permukiman dengan sektor lainnya dilaksanakan pada
setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan
pada tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam
perencanaan teknik.
8. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia.
9. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi dalam Pengembangan
Perkotaan pada kota bersangkutan.
10. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun
swasta.
11. Kelembagaan dalam penyelenggaraan Pengembangan Permukiman
12. Investasi PS Air Minum dengan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal
pemulihan biaya.
13. Safeguard Sosial dan Lingkungan.


Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 1
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I
6.1.1

Permukiman Prioritas Kabupaten Halmahera Selatan

Sebaran dari hasil pelaksanaan FGD 1 SPPIP Kabupaten Halmahera Selatan, disepakati
4 (kawasan) yang menjadi prioritas penangan, antara lain; Kawasan Labuha Amasing,
Kawasan Tomori Marabose, Kawasan Babang Sayoang dan Kawasan Mandaong
Panamboang. Kajian potensi kawasan permukiman prioritas Kabupaten Halmahera
Selatan, sebagai berikut :
a. Kawasan industry
b. Kawasan pariwisata
c. Kawasan perikanan
d. Kawasan Bandar udara perintis
e. Pusat kegiatan transportasi antar wilayah
f. Potensi kawasan pesisir sebagai sarana rekreasi pantai

g. Pusat kerajinan tradisionil (cendramata) di Amasing
h. Pusat pelayanan pemerintahan kabupaten
i. Pengembangan kota tepian air (water from city dan river front city)
6.1.2

Isu Strategi, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan tantangan Pengembangan
Permukiman Kabupaten Halmahera Selatan

1. Isu Strategis
Kajian isu-isu permukiman dan infrastruktur perkotaan pada kawasan prioritas pada
dasarnya merupakan kajian untuk mengetahui sejauh mana kegiatan pembangunan yang
telah dilaksanakan pada kawasan yang menjadi obyek dalam perumusan SPPIP
Kabupaten Halmahera Selatan. Kawasan yang dimaksud meliputi;
Tabel.6.1 Isu-Isu Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Kawasan Priotas
Kabupaten Halmahera Selatan
No
1
1

2


3

4

Kawasan
2
Kawasan Labuha
Amasing
(Pengembangan Kearah
Utara)
Kawasan Tomori
Marabose
(Pengembangan Kearah
Selatan)
Kawasan Babang
Sayoang
(Pengembangan Kearah
Selatan)
Kawasan Mandaong

Panambuang
(Pengembangan Kearah
Timur)

Isu-Isu Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
3
Pengembangan kawasan perdagangan
Antisipasi pengembangan kawasan bantaran Sungai
Inggoi dan pesisir Amasing
Penanganan permukiman kumuh
Pengembangan kawasan pemerintahan
Pengembangan kawasan permukiman untuk
mendukung kawasan perkantoran
Pengembangan kawasan pelabuhan Babang
Pengembangan pasar bari di Babang
Pengembangan kawasan pelabuhan
Pengembangan kawasan perdagangan dan
permukiman untuk mendukung kawasan pelabuhan
Antisipasi pengembangan kawasan bantaran Sungai
Mandaong


Sumber : SPPIP Kab. Halmahera Selatan

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 2
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I
2. Kondisi Eksisting dan Potensi
a. Kawasan Prioritas Labuha Amasing
Potensi Kawasan Labuha Amasing, sebagai berikut:
 Aspek Fisik, Luas kawasan prioritas Labuha Amasing 291,33 ha, kemiringan lereng
berada pada kisaran 0-15%, ketinggian 0-200 Mdpl, dengan fungsi utama
perdagangan dan jasa, fungsi penunjang permukiman, pelabuhan dan perikanan.
 Aspek Ekonomi, Dominan bergerak pada sektor perdagangan dan jasa.
 Aspek Sosial, Tradisi Saruma sebagai sistem kekerabatan dalam hal memutuskan
sesuatu, baik dalam kegiatan-kegiatan keagamaan maupun kegiatan-kegiatan tertentu.
Tradisi Saruma merupakan modal sosial dalam pembangunan.
 Pola Permukiman, Pola Permukiman liniear mengikuti jaringan jalan dan garis pantai
 Sarana Permukiman, Sarana permukiman yang ada meliputi; fasilitas perkantoran,
kesehatan, perdagangan dan jasa.

 Prasana Permukiman, Prasarana permukiman yang ada antara lain; prasarana jalan,
drainase, air minum dan persampahan.
 Perkembangan Penduduk, Data jumlah penduduk kawasan prioritas 2 tahun terakhir
menunjukkan jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak 17.305 jiwa, dan
mengalami kenaikan menjadi 19.092 jiwa pada tahun 2010. Hal tersebut
memperlihatkan adanya kenaikan perkembangan penduduk selama kurun waktu 2
tahun terakhir, dengan rata-rata pertumbuhan 10,68% pertahun. Perkembangan
jumlah penduduk Kawasan Prioritas Labuha Amasing pada setiap desa/kelurahan
selama kurun waktu tahun 2009 hingga 2010.

b. Kawasan Prioritas Tomori Marabose
Potensi Kawasan Tomori Marabose, sebagai berikut:
 Aspek Fisik, Luas kawasan prioritas Tomori Marabose 1.129,87 ha, kemiringan lereng
berada pada kisaran 15-40%, ketinggian 0-200 Mdpl, dengan fungsi utama Bandar
dara, perkantoran, fungsi penunjang permukiman.
 Aspek ekonomi, Dominan bergerak pada sektor pertanian dan perkebunan.
 Aspek sosial, Tradisi Saruma sebagai sistem kekerabatan dalam hal memutuskan
sesuatu, baik dalam kegiatan-kegiatan keagamaan maupun kegiatan-kegiatan tertentu.
Tradisi Saruma merupakan modal sosial dalam pembangunan.
 Aspek pola permukiman, Pola Permukiman liniear mengikuti jaringan jalan.

 Aspek Sarana Permukiman, yang ada meliputi; fasilitas perkantoran, kesehatan, dan
pendidikan
 Aspek Prasarana Permukiman, yang ada antara lain; prasarana jalan, drainase, air
minum dan persampahan
 Aspek Perkembangan Penduduk, Data jumlah penduduk kawasan prioritas 2 tahun
terakhir menunjukkan jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak 4.177 jiwa, dan
mengalami kenaikan menjadi 4.898 jiwa pada tahun 2010. Hal tersebut
memperlihatkan adanya kenaikan perkembangan penduduk selama kurun waktu 2
tahun terakhir, dengan rata-rata pertumbuhan 17,26% pertahun. Perkembangan
jumlah penduduk Kawasan Prioritas Tomori Marabose pada setiap desa/kelurahan
selama kurun waktu tahun 2009 hingga 2010

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 3
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I
c. Kawasan Prioritas Mandaong Panamboang
Potensi kawasan prioritas mandaong panamboang, sebagai berikut:
 Aspek Fisik, luas kawasan prioritas Mandaong Panamboang 711,56 ha, kemiringan
lereng berada pada kisaran 0-15%, ketinggian 0-200 Mdpl, dengan fungsi utama

permukiman, fungsi penunjang kebun campuran, hutan dan pelabuhan.
 Aspek ekonomi, dominan bergerak pada sektor perikanan
 Aspek sosial, Tradisi Saruma sebagai sistem kekerabatan dalam hal memutuskan
sesuatu, baik dalam kegiatan-kegiatan keagamaan maupun kegiatan-kegiatan tertentu.
Tradisi Saruma merupakan modal sosial dalam pembangunan
 Aspek Pola Permukiman liniear mengikuti jaringan jalan
 Aspek pembiayaan, dilaksanakan oleh pemda
 Aspek Sarana permukiman yang ada meliputi; fasilitas perkantoran, kesehatan,
pendidikan, perdagangan dan jasa
 Aspek Prasarana permukiman yang ada antara lain; prasarana jalan, drainase, dan
persampahan
 Aspek Perkembangan Jumlah Penduduk, Data jumlah penduduk kawasan prioritas
Mandaong Panambuang 2 tahun terakhir menunjukkan jumlah penduduk pada tahun
2009 sebanyak 8.475 jiwa, dan mengalami kenaikan menjadi 9.321 jiwa pada tahun
2010. Hal tersebut memperlihatkan adanya kenaikan perkembangan penduduk selama
kurun waktu 2 tahun terakhir, dengan rata-rata pertumbuhan 9,98% pertahun.
Perkembangan jumlah penduduk kawasan prioritas Mandaong Panambuang pada
setiap desa/kelurahan selama kurun waktu tahun 2009 hingga 2010.
d. Kawasan Prioritas Babang Sayoang
Potensi Kawasan Prioritas Babang Sayoang, sebagai berikut:

 Aspek Fisk, Luas kawasan prioritas Mandaong Panamboang 193,51 ha, kemiringan
lereng berada pada kisaran 0-30%, ketinggian 0-150 Mdpl, dengan fungsi utama
permukiman, fungsi penunjang pelabuhan.
 Aspek ekonomi, Dominan bergerak pada sektor perikanan, perdagangan dan jasa.
 Aspek sosial, Tradisi Saruma sebagai sistem kekerabatan dalam hal memutuskan
sesuatu, baik dalam kegiatan-kegiatan keagamaan maupun kegiatan-kegiatan tertentu.
Tradisi Saruma merupakan modal sosial dalam pembangunan.
 Aspek Pola Permukiman liniear mengikuti jaringan jalan dan membentuk clustercluster.
 Aspek Sarana permukiman yang ada meliputi; fasilitas perkantoran, kesehatan,
pendidikan, peribadatan, perdagangan dan jasa.
 Aspek Prasarana permukiman yang ada antara lain; prasarana jalan, drainase, dan
persampahan.
 Aspek Perkembangan Penduduk, Data jumlah penduduk kawasan prioritas Babang
Sayoang 2 tahun terakhir menunjukkan jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak
5.277 jiwa, dan mengalami kenaikan menjadi 5.943 jiwa pada tahun 2010. Hal tersebut
memperlihatkan adanya kenaikan perkembangan penduduk selama kurun waktu 2
tahun terakhir, dengan rata-rata pertumbuhan 12,62% pertahun. Perkembangan
jumlah penduduk kawasan prioritas Babang Sayoang pada setiap desa/kelurahan
selama kurun waktu tahun 2009 hingga 2010


Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 4
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I
3. Kondisi Eksisting Perumahan
Kebutuhan fasilitas perumahan dan permukiman pada tahun 2032 (akhir tahun
perencanaan). Hasil proyeksi penduduk Kawasan prioritas hingga akhir tahun 2032
sebesar 52.001 jiwa, untuk kebutuhan jumlah rumah menggunakan asumsi 1 KK terdiri
dari 5 orang anggota keluarga dan membutuhkan 1 unit rumah. Perbandingan masingmasing klasifikasi rumah beserta luas tipe kapling diuraikan sebagai berikut :
• Tipe A dengan luas lahan 135 m2
• Tipe B dengan luas lahan 120 m2
• Tipe C dengan luas lahan 108 m2
Sesuai ketentuan dan standar perencanaan perbandingan perumahan kota menganut
konsep 1 : 3 : 6 dengan asumsi dasar 10% untuk tipe menengah ke atas, 30% tipe
menengah dan 60% untuk kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Kebutuhan
perumahan berdasarkan tipe dan klasifikasinya di Kawasan Prioritas dapat dilihat pada
Tabel berikut.
Tabel .6.2 Kebutuhan Perumahan Berdasarkan Tipe Kavling di Kawasan Prioritas
Kabupaten Halmahera Selatan
Jumlah
Luas
Tipe
Luas Lahan
No
Kawasan Prioritas
Rumah
Kaveling
Kavling
(Ha)
(Unit)
(m2)
1
2
3
4
5
6
Tipe A
687
135
9,27
1 Labuha Amasing
Tipe B
2.067
120
24,80
Tipe C
4.120
108
44,50
Tipe A
55
135
0,74
2 Tomori Marabose
Tipe B
166
120
1,99
Tipe C
332
108
3,59
3

Babang Sayoang

Tipe A
Tipe B
Tipe C

Tipe A
4 Mandaong Panambungan
Tipe B
Tipe C
Jumlah
Sumber : SPPIP Kab. Halmahera Selatan

165
496
992

135
120
108

2,23
5,85
10,71

133
398
796
10.407

135
120
108

1,80
4,78
8,60
118,86

Tabel tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan fasilitas perumahan di kawasan prioritas
hingga tahun 2032 membutuhkan kurang lebih sebanyak 10.407 unit. Dengan asumsi
masing-masing luas kapling pada tiap tipe rumah, maka lahan peruntukan fasilitas
permukiman hingga tahun 2032 menggunakan lahan seluas kurang lebih 118,86 Ha.
4. Permasalahan dan Tantangan Pembangunan
Permasalahan yang diindentifikasi pada kawasan permukiman prioritas Kabupaten
Halmahera Selatan, sebagai berikut :
a. Banjir perkotaan dan keberadaan lokasi kawasan perkotaan bersentuhan langsung
dengan daerah resapan air
b. Permukiman kumuh

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 5
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I
c. Volume timbulan sampah perkotaan cukup tinggiKerapatan bangunan cukup tinggi
(rawan ancaman kebakaran)
d. Aksesibilitas jalan antar unit permukiman sangat terbatas
e. Kepadatan penduduk cukup tinggi pada kawasan pusat kota
f. Kepadatan bangunan cukup tinggi pada kawasan pusat kota
g. Tingkat pelayanan air minum cukup rendah dan pemanfaatan potensi air minum
belum optimal
h. Tingkat partisifasi masyarakat masih rendah

Gambar 6.1. Permasalahan Kawasan Permukiman Prioritas

Adapun tantangan yang akan dihadapi dalm pembangunan ialah sebagai berikut :
a. Aspek Fisik : Keberadaan fungsi-fungsi perkotaan Kota Labuha dominan berada pada
daerah resapan air dan dilintasi 2 (dua) sungai besar (Mandoang dan Inggoi) yang

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 6
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I
bersentuhan langsung dengan kawasan pesisir pantai ditandai dengan
berkembangnya kawasan permukiman kumuh pada pusat kota berdampak pada
penurunan kualitas lingkungan hidup, banjir perkotaan, pendangkalan sungai dan
berpengaruh secara signifikan terhadap pembangunan Kota Labuha kedepan.
b. Aspek Ekonomi : Optimalisasi pemanfaatan teknologi pengelolaan sumberdaya alam
dan dukungan infrastruktur yang belum memadai berdampak pada rendahnya
konstribusi penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) dan rendahnya tingkat
pendapatan masyarakat serta ketersediaan lapangan kerja.
c. Aspek Sosial : Urbanisasi dan migrasi yang berlangsung mendorong proses akulturasi
dan asimilasi budaya antara penduduk pendatang dan penduduk asli berdampak
pada tingginya penyiapan/kebutuhan akan lahan untuk sarana bermukim sehingga
berdampak pada munculnya kawasan permukiman kota, kemiskinan, pengangguran
dan terbatasnya penyiapan lapangan kerja.
d. Aspek Kelembagaan : Fungsi dan peran kelembagaan dalam pengendalian,
pengawasan pemanfaatan ruang khususnya dalam implementasi Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) berdampak pada pola pemanfataan ruang yang cenderung sporadis
akibat belum didukung sumberdaya manusia yang maksimal.
e. Aspek Pembiayaan : Alokasi dana yang bersumber dari APBD untuk membiayai
infrastruktur permukiman sangat terbatas sehingga memerlukan dukungan sumber
pembiayaan lain dan berdampak terhadap penyediaan infrastruktur yang belum
memadai.
f.

Aspek Partisipasi Publik : Peran partisipasi masyarakat dalam pembangunan
perkotaan yang masih rendah berdampak pada lemahnya peran masyarakat dalam
memelihara infrastruktur perkotaan.

g. Aspek Kebijakan Pembangunan : Belum efektifnya implementasi pembangunan
perkotaan mendorong munculnya pembauran fungsi ruang-ruang perkotaan sehingga
berdampak penurunan mutu kualitas lingkungan hidup.
6.1.3

Analisa Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman Prioritas Kota
Ternate

a. Proyeksi Jumlah Penduduk
Proyeksi jumlah penduduk dilakukan untuk melihat kecenderungan perkembangan
penduduk untuk masing-masing kawasan permukiman prioritas dimasa yang akan datang
dan memperkirakan jumlah penduduk dalam kurun waktu 20 tahun ke depan berdasarkan
perkembangan jumlah penduduk saat ini. Berdasarkan data perkembangan penduduk
kawasan permukiman prioritas selama 5 tahun, maka proyeksi jumlah penduduk hingga
tahun 2032 diperkirakan akan mencapai kurang lebih 52.011 jiwa. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 7
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I
Tabel .6.3 Proyeksi Jumlah Penduduk Kawasan Prioritas Kabupaten Halmahera
Selatan
No
1

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Kawasan Prioritas
2

2013

2017

2022

2027

2032

3

4

5

6

7

1

Labuha Amasing

12.960

15.910

20.559

26.568

34.331

2

Tomori Marabose

1.659

1.838

2.144

2.375

2.770

3

Babang Sayoang

4.948

5.483

6.394

7.085

8.263

4

Mandaong Panambungan

3.975

4.404

5.136

5.691

6.637

23.542

27.635

34.233

41.719

52.001

Jumlah

Sumber : SPPIP Kab. Halmahera Selatan
b. Fasilitas Perumahan
Fasilitas permukiman dan perumahan merupakan wadah bagi penduduk untuk
melakukan aktivitas sehari-hari dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dan membina
keluarga. Penentuan jumlah fasilitas ini didasarkan pada kecenderungan jumlah
penduduk hasil proyeksi hingga akhir tahun perencanaan.
Tabel . 6.4 Kebutuhan Perumahan Berdasarkan Tipe Kavling di Kawasan Prioritas
Kabupaten Halmahera Selatan
No

Kawasan Prioritas

1

2

1

Labuha Amasing

2

Tomori Marabose

3

Babang Sayoang

3
Tipe A
Tipe B
Tipe C
Tipe A
Tipe B
Tipe C

Jumlah
Rumah
(Unit)
4
687
2.067
4.120
55
166
332

Luas
Kaveling
(m2)
5
135
120
108
135
120
108

Tipe A
Tipe B
Tipe C

165
496
992

135
120
108

2,23
5,85
10,71

133
398
796
10.407

135
120
108

1,80
4,78
8,60
118,86

Tipe
Kavling

Tipe A
4 Mandaong Panambungan
Tipe B
Tipe C
Jumlah
Sumber : SPPIP Kab. Halmahera Selatan

Luas Lahan
(Ha)
6
9,27
24,80
44,50
0,74
1,99
3,59

Tabel tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan fasilitas perumahan di kawasan prioritas
hingga tahun 2032 membutuhkan kurang lebih sebanyak 10.407 unit. Dengan asumsi
masing-masing luas kapling pada tiap tipe rumah, maka lahan peruntukan fasilitas
permukiman hingga tahun 2032 menggunakan lahan seluas kurang lebih 118,86 Ha.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 8
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I

Gambar 6.2 : Peta Master Plan Kawasan Labuha - Amasing

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 9
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I

Gambar 6.3 : Peta Konsep Makro Kawasan Priorotas

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 10
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I

Gambar 6.4 : Peta strategi mikro kawasan prioritas

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 11
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I

Gambar 6.5 : Peta Pengembangan Kawasan Mandaong Panambong

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 12
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I

Gambar 6.6 : Peta sebaran Kawasan Permukiman Babang Sayoang

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 13
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I

Gambar 6.7 : Peta Penggunaan Lahan Kawasan Tomori Marabose

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 14
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I
6.1.4

Rencana Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman Kabupaten
Halmahera Selatan

Penetapan sistem pusat-pusat permukiman atau sistem kota-kota merupakan
bagian penting dalam rencana tata ruang wilayah, karena kota adalah salah satu
komponen dalam membentuk struktur ruang. Sementara itu penataan ruang sendiri pada
dasarnya mengarahkan pola pelayanan kota-kota/kawasan perkotaan. Dalam
merencanakan sistem pusat-pusat permukiman terkandung pengaturan hirarki (orde) dan
distribusi kota-kota sesuai dengan skala dan tingkatan pelayanannya dalam melayani
penduduk serta potensi dan kegiatan ekonominya dalam lingkup wilayah kabupaten yang
dalam hal ini adalah kota-kota kecamatan.. (RTRW Kabupaten Halmahera Selatan)
Analisis Pola Sebaran Perumahan dan Permukiman
Karakteristik permukiman di Kabupaten Halmahera Selatan adalah permukiman
nelayan. Hal ini dapat diidentifikasi dari penyebaran areal permukiman yang pada
umumnya menyebar di sepanjang tepi pantai, sehingga desa-desa yang terbentuk
sebagian besar (90%) adalah desa pesisir (239 desa pesisir dan 10 desa non pesisir).
Pola permukiman di Kota Tepi Pantai dipengaruhi oleh keadaan topografi, dan
dibedakan atas 3 (tiga), yaitu:
a. Daerah perbukitan cenderung mengikuti kontur tanah;
b. Daerah relatif datar cenderung memiliki pola relatif teratur, yaitu pola Grid atau
Linear dengan tata letak bangunan berada di kiri-kanan jalan atau linear sejajar
dengan (mengikuti) garis tepi pantai;
c. Daerah atas air pada umumnya cenderung memiliki pola cluster, yang tidak teratur
dan organik. Pada daerah-daerah yang telah ditata umumnya menggunakan pola
grid atau linear sejajar garis badan perairan.
Orientasi bangunan semula umumnya menghadap perairan sesuai orientasi
kegiatan berbasis perairan. Perkembangan selanjutnya orientasi kegiatan ke darat
semakin meningkat (bahkan lebih dominan), maka orientasi bangunan cenderung
menghadap ke arah darat dan lebih mempertimbangkan aspek fungsional dan
aksesibilitas. Tipologi bangunan menggunakan struktur dan konstruksi sederhana,
tradisional dan konvensional, yang kurang memperhitungkan pengaruh angin, Tsunami,
gempa, dan lain-lain.
Analisis Kebutuhan Perumahan dan Permukiman
Salah satu tolok ukur dalam pengembangan sektor permukiman adalah
identifikasi kebutuhan rumah dalam jangka waktu perencanaan, yaitu 20 tahun ke depan.
Untuk menghitung kebutuhan rumah (backlog) tersebut dibutuhkan data ketersediaan
rumah eksisting yang tidak diperoleh datanya.
Dilihat dari ketersediaan data, dimana rata-rata jumlah anggota dalam 1 KK ± 4,37
< 5 orang, mengidentifikasikan bahwa kekurangan rumah pada tahun eksisting, yaitu
tahun 2007 tidaklah ada. Oleh karena itu maka kebutuhan rumah di masa mendatang
diidentifikasi dari kebutuhan rumah tambahan. Pada dasarnya kebutuhan rumah
tambahan dapat dihitung berdasarkan 3 (tiga) aspek, yaitu

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 15
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I
1. Pertambahan penduduk karena kelahiran;
2. Restorasi rumah-rumah yang sudah ada;
3. Faktor relokasi migrasi.
Di antara ketiga aspek yang disebutkan di atas, maka hanya 1 (satu) aspek saja
yang dapat dijadikan dasar perhitungan, yaitu pertambahan penduduk karena kelahiran.
Faktor relokasi migrasi belum bisa diperhitungkan, karena tidak tersedianya data migrasi,
meskipun pada faktanya migrasi penduduk yang menuju Kawasan Perkotaan Labuha
terjadi.
Kelahiran merupakan faktor alami penyebab pertambahan penduduk. Hal ini
terjadi di semua tempat dan merupakan faktor yang tidak dapat dihindari. Karenanya
pertambahan penduduk karena kelahiran merupakan salah satu faktor yang harus
diperhitungkan dalam menghitung kebutuhan rumah tambahan. Angka kebutuhan rumah
akan dijelaskan pada tabel berikut.
Ketersediaan lahan di Kabupaten Halmahera Selatan berdasarkan hasil analisis
kesesuaia lahan, yaitu lahan budidaya yang dapat digunakan yaitu seluas 301.963,73 Ha.
Sementara kebutuhan lahan untuk perumahan adalah seluas 7.778.340 M2 atau
77.783,4 Ha sekitar 4 % dari ketersediaan lahan budidaya.
6.1.5

Kebutuhan Sarana Dan Prasarana

a. Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan yang terdapat di Kawasan permukiman prioritas terdiri atas
Tk, SD/sederajat, SLTP/sederajat dan SLTA/sederajat, pemenuhan kebutuhan pelayanan
pendidikan di kawasan permukiman prioritas pada tahun 2032 perlu peningkatan
kuantitas dan kualitas, untuk lebih jelasnya lihat Tabel dibawah ini.
Tabel. 6.5. Kebutuhan Fasilitas Pendidikan di Kawasan Permukiman Prioritas
Hingga Akhir Tahun Perencanaan 2032
No
1

Eksisting (Unit)

Kawasan Prioritas
2

Kebutuhan (Unit)

TK

SD

SLTP

SLTA

TK

SD

SLTP

SLTA

3

4

5

6

7

8

9

10

1

Labuha Amasing

4

8

4

5

25

-

1

-

2

Tomori Marabose

2

2

-

-

1

-

-

-

3

Babang Sayoang

1

4

3

2

6

-

-

-

4

Mandaong Panambungan

-

4

1

-

6

-

-

1

7

18

8

7

38

-

1

1

Jumlah

Sumber : SPPIP Kab. Halmahera Selatan
Dari Tabel tersebut diatas, menunjukkan bahwa kebutuhan fasilitas pendidikan di
kawasan prioritas hingga akhir tahun perencanaan 2032 di butuhkan penambahan 38 unit
TK, berlokasi di semua kawasan prioritas. Fasilitas Jenjang Pendidikan SLTP dibutuhkan

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 16
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I
penambahan sebanyak 1 unit berlokasi di kawasan prioritas Labuha Amasing.
Sedangkan fasilitas pendidikan jenjang SLTA dibutuhkan sebanyak 1 unit berlokasi di
kawasan prioritas Mandaong Panambuang. Fasilitas jenjang pendidikan tingkat SD tidak
dibutuhkan penambahan, namun demikian diharapkan rehabilitasi dan penambahan
ruang kelas belajar.
b. Fasilitas Kesehatan
Upaya memenuhi pelayanan kesehatan terhadap masyarakat ditentukan oleh
jumlah dan kualitas pelayanan fasilitas kesehatan. Jumlah dan kualitas yang dimaksud
berkaitan dengan jumlah fasilitas, jangkauan pelayanan, tenaga dan peralatan medis.
Sejauh ini pelayanan fasilitas kesehatan secara kuantitas dapat menjangkau seluruh
masyarakat. Kebutuhan fasilitas kesehatan dapat dilihat pada kajian Tabel dibawah ini.
Tabel. 6.6. Kebutuhan Fasilitas Kesehatan di Kawasan Permukiman Prioritas
Hingga Akhir Tahun Perencanaan 2032
No

Kawasan Prioritas

1
1
2
3

2
Labuha Amasing
Tomori Marabose
Babang Sayoang
Mandaong
Panambungan
Jumlah

4

Eksisting (Unit)
Puskes/Pus BKI
Poliklini
tu
A
k
3
4
5
1
1
1
-

Kebutuhan (Unit)
Puskes/Pus BKI
Poliklinik
tu
A
6
7
8
4
3
1
1
1
1

1

-

-

-

1

1

3

-

1

-

7

6

Sumber : SPPIP Kab. Halmahera Selatan
Dari Tabel tersebut diatas, menunjukkan bahwa kebutuhan fasilitas kesehatan di
kawasan permukiman prioritas hingga akhir perencanaan 2032 memerlukan penambahan
fasilitas kesehatan berupa BKIA sebanyak 7 unit berlokasi disemua kawasan prioritas dan
poliklinik sebanyak 6 unit berlokasi disemua kawasan prioritas.
c. Fasilitas Perkantoran
Fasilitas perkantoran merupakan sarana untuk melakukan kegiatan perkantoran
dan pelayanan pemerintahan terhadap masyarakat. Kebutuhan fasilitas perkantoran di
kawasan permukiman prioritas hingga akhir perencanaan tidak dibutuhkan
pembangunan. Namun demikian fasilitas perkantoran yang ada memerlukan peningkatan
(rehabilitasi) guna melengkapi fasilitas perkantoran yang sudah terbangun.
d. Fasilitas Perdagangan
Fasilitas perdagangan merupakan salah satu sarana yang memegang peranan
penting, oleh karena fungsinya berperan sebagai pusat distribusi barang kebutuhan
masyarakat. Penyediaan fasilitas perdagangan didasarkan pada kebutuhan pelayanan
penduduk, sehingga penentuan jumlah fasilitas ini mempertimbangkan jumlah penduduk
pendukung sesuai standar perencanaan.
Dalam memenuhi kebutuhan pelayanan fasilitas perdangan di kawasan
permukiman prioritas hingga akhir perencanaan tidak dibutuhkan pembangunan. Namun

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 17
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I
demikian fasilitas perdagangan yang ada memerlukan peningkatan (rehabilitasi) guna
melengkapi fasilitas perdagangan yang sudah terbangun.
e. Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan merupakan sarana penunjang yang dibutuhkan untuk
melakukan kegiatan keagamaan dan ritual bagi masyarakat. Penempatan fasilitas
peribadatan ini pada lokasi yang menyebar pada kawasan permukiman penduduk.
Struktur penduduk berdarkan kelompok agama di kawasan permukiman prioritas
didominasi oleh penduduk yang beragama Islam. Untuk lebih jelasnya kebutuhan fasilitas
peribadatan di kawasan permukiman prioritas dapat dilihat pada penjelasan Tabel di
bawah ini.
Tabel.6.7 Kebutuhan Fasilitas Peribadatan di Kawasan Permukiman Prioritas
Hingga Tahun 2032
N
o
1
1
2
3
4

Kawasan Prioritas
2
Labuha Amasing
Tomori Marabose
Babang Sayoang
Mandaong
Panambungan
Jumlah

Eksisting (Unit)
Mushall
Masji
ah/
Gereja
d
Surau
3
4
5
9
5
3
2
1
1
2
3
6

Kebutuhan (Unit)
Mushalla
Masjid
h/
Gereja
Surau
6
7
8
2
-

4

4

3

-

-

-

15

13

13

-

2

-

Sumber : SPPIP Kab. Halmahera Selatan
Dari Tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa kebutuhan fasilitas peribadatan
hingga tahun 2032 terlihat bahwa fasilitas mushallah/surau memerlukan kebutuhan
sebanyak 2 unit yang berlokasi di kawasan prioritas Labuha Amasing.
a.

Prasarana Jalan
Kebutuhan prasarana jaringan jalan kawasan permukiman prioritas membutuhkan
ruang secara khusus. Berdasarkan analisis kebutuhan jaringan jalan, untuk pelayanan
hingga tahun 2032 membutuhkan peningkatan untuk semua jenis jalan yang ada.
Peningkatan jalan tersebut sebagai berikut :
 Jalan Kolektor, peningkatan dan pemeliharaan (pengaspalan)
 Jalan Lokal Primer, dari kondisi pengerasan ke kondisi aspal
 Jalan Lokal Sekunder, dari pengerasan ke kondisi aspal
 Pembangunan jalan baru, dari kondisi tanah ke pengerasan
Kebutuhan prasarana jaringan jalan tersebut terdistribusi pada seluruh kawasan
permukiman prioritas sesuai dengan kebutuhan.
h. Prasarana Drainase
Jaringan drainase selain berfungsi sebagai saluran air hujan juga berfungsi
sebagai saluran pembuangan air yang bersumber dari limbah rumah tangga. Rencana
pola jaringan drainase di kawasan permukiman prioritas hingga tahun 2032 mengikuti

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 18
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I
pola rencana jaringan jalan, dengan penempatan pada sisi kiri-kanan jalan. Besaran atau
volume drainase menyesuaikan pada klasifikasi atau hirarki masing-masing jaringan,
dengan menggunakan asumsi sebagai berikut :
 Drainase Primer, memfungsikan sungai, laut atau sungai yang ada sebagai saluran
pembuangan utama atau drainase primer
 Drainase Sekunder, yaitu jaringan drainase yang bermuara pada drainase primer,
penempatan jaringan pada kedua sisi jalan utama dan kolektor.
 Drainase tersier, yaitu drainase yang bermuara pada drainase sekunder dan
berhubungan langsung pada saluran pembuangan rumah tangga.
 Penempatan jaringan diarahkan pada kedua sisi jalan kolektor sekunder dan jalan
lokal.
 Jaringan drainase kondisi exsisting masih terdapat jaringan drainase tanah yang
berfungsi sebagai saluran air hujan dan hanya berfungsi pada musim hujan. Sehingga
untuk perencanaan hingga tahun 2032diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas
yang mengikuti jaringan jalan.
i. Prasarana Air Minum
Air minum merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, oleh karenanya
penyediaan air minum dalam suatu kota sangat diperlukan, untuk pelayanan seluruh
penduduk dan fasilitas pendukungnya. Pemenuhan kebutuhan air minum dalam suatu
kawasan permukiman terdiri atas kebutuhan pelayanan domestik dan non domestik.
Kebutuhan pelayanan domestik didasarkan pada standar kebutuhan penduduk yaitu 60
liter/orang perhari, sedangkan untuk pelayanan non domestik sesuai jenis fasilitas. Untuk
lebih jelasnya lihat penjelasan Tabel di bawah ini.
Tabel.6.8. Kebutuhan Air Minum Untuk Pelayanan Domestik dan Non Domestik di
Kawasan Permukiman Prioritas Hingga Tahun 2032
No
1
1

Jenis Fasilitas

Jumlah (Unit)

2

3

Perumahan
a. Tipe A
b. Tipe B
c. Tipe C
Jumlah

2

3

4

Fasilitas Pendidikan
a. TK
b. SLTP
c. SLTA
Fasilitas Kesehatan
a. BKIA
b. Poliklinik
Fasilitas Peribadatan
a. Mushallah/Surau
Jumlah

Kebutuhan Air
Bersih (ltr/hr)
4

1.040
3.127
10.692
14.859

312.600
938.100
3.207.600
4.458.300

38
1
1

19.000
1.000
1.000

7
6

7.000
6.000

2
55

2.000
36.000

Sumber : SPPIP Kab. Halmahera Selatan

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 19
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I
Tabel tersebut, menunjukkan bahwa kebutuhan total penyediaan air minum untuk
domestik sekitar 4.458.300 liter/hari dan non domestik sekitar 36.000 liter/hari.
Penyediaan air minum di kawasan permukiman prioritas dapat menggunakan air untuk
dimanfaatkan yang bersumber dari air PDAM dan air tanah dalam (artesis) dengan
menggunakan sistem perpipaan. Pengelolaan air minum harus memenuhi kriteria yang
dipersyaratkan, sebagai berikut :
 Ketersediaan air baku cukup dan kontinyu
 Sumber air baku tidak tercemar olah bahan kimia dan mikrorganisme
 Air baku layak konsumsi
 Tingkat kehilangan/kebocoran dibawah 10-20 % dari jumlah produksi
j.

Prasarana Listrik

Untuk meningkatkan frekwensi kegiatan dalam suatu kawasan permukiman perlu
didukung oleh prasarana kelistrikan, oleh karena itu penyediaan jaringan listrik di
kawasan permukiman prioritas memegang peranan penting. Alokasi peruntukan jaringan
mengikuti jaringan jalan agar dapat menjangkau seluruh bagian kota dan menggunakan
sistem sambungan kabel yang dilengkapi oleh kantor pengelolah dan gardu induk atau
travo pengontrol untuk mengatur sistem distribusi.
Dengan menggunakan asumsi diatas, maka dapat diidentifikasi kebutuhan
prasarana listrik di kawasan permukiman prioritas hingga tahun 2032 dengan rincian
pada Tabel berikut.
Tabel.6.9. Kebutuhan Prasarana Listrik di Kawasan Permukiman Prioritas
Hingga Akhir Tahun 2032
No

Jenis Penggunaan

Volume

Daya (Watt)

Jumlah Daya (KWH)

1
I

2

3

4

5

II

III

IV

Perumahan
1. Tipe A
2. Tipe B
3. Tipe C
Pendidikan
1.TK
2.SLTP
3.SLTA

1.040
3.127
10.692

2.200
1.300
1.300

2.288.000
4.065.100
13.889.600

38
1
1

1.300
2.200
2.200

49.400
2.200
2.200

7
6

1.300
1.300

9.100
7.800

2
14.914

1.300
14.400

2.600
20.326.000

Kesehatan
1. BKIA
2. Poliklinik
Peribadatan
1. Mushallah/Surau
Jumlah

Sumber : SPPIP Kab. Halmahera Selatan
k. Prasarana Telepon
Salah satu prasarana yang dibutuhkan dalam pelayanan komunikasi dan
informasi adalah jaringan telepon. Pelayanan kebutuhan prasarana komunikasi di
kawasan permukiman prioritas untuk masa perencanaan 20 tahun kedepan (tahun 2032)

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 20
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I
diperlukan jaringan telepon untuk pelayanan penduduk untuk semua permukiman
penduduk, perkantoran dan fasilitas pelayanan umum. Penyediaan sambungan telepon
ditentukan dengan mempertimbangkan jumlah permintaan dan strata ekonomi penduduk.
Kebutuhan jaringan telepon di kawasan permukiman prioritas dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini.
Tabel.6.10. Kebutuhan Prasarana Jaringan Telepon di Kawasan Permukiman
Prioritas Hingga Akhir Tahun 2032
No
1
I

II

III

Jenis Penggunaan

Volume

2

3

Perumahan
1. Tipe A
2. Tipe B
3. Tipe C
Pendidikan
1. TK
2. SLTP
3. SLTA
Kesehatan
1. BKIA
2. Polindes
Jumlah

Kebutuhan
Sambungan (Unit)
4

1.040
3.127
10.692

1.040
3.127
10.692

38
1
1

38
1
1

7
6
14.912

7
6
14.912

Sumber : SPPIP Kab. Halmahera Selatan
l.

Persampahan
Sistem pengelolaan persampahan di Kawasan Permukiman Prioritas saat ini
untuk sebahagian kawasan terdapat kontainer sebagai tempat pembuangan sementara,
namun sebahagian warga mengolah sampahnya dengan jalan membuang atau
menimbun pada lahan kosong atau dibakar. Sedangkan untuk efektivitas pengelolaan
persampahan di masa yang akan datang diperlukan alokasi peruntukan tempat
pembuangan akhir sampah yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
▪ Jauh dari kawasan permukiman dan aktivitas perkotaan
▪ Tidak terletak pada daerah ketinggian
▪ Tersedia jalur pengangkutan yang strategis
▪ Jauh dari mata air atau sumber air baku
▪ Dilengkapi dengan sistem filtrasi dan jalur hijau
▪ Tidak mencemari lingkungan disekitarnya
Sedangkan penyediaan TPS dan prasarana pendukung berdasarkan pada jumlah
produksi sampah, yang diasumsikan bahwa standar produksi sampah adalah 2-3
liter/orang perhari. Untuk penyediaan sarana persampahan berupa kontainer sebagai
wadah tempat pembuangan sementara (TPS) diasumsikan memiliki volume 3 M3/unit.
Secara kuantitas produksi serta kebutuhan penyediaan prasarana dan sarana
persampahan di kawasan permukiman prioritas membutuhkan tempat pembuangan
sementara (TPS) 180 unit dan tempat pembuangan akhir sebanyak 1 unit. Untuk lebih
jelasnya produksi sampah dan kebutuhan pengembangan pengelolaan persampahan,
dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 21
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I
Tabel.6.11. Kebutuhan Pengadaan Prasarana Persampahan di Kawasan
Permukiman Prioritas Tahun 2013- 2032
No

Tahun

Analisis Pengadaan
(Unit)

Jumlah Produksi Sampah

Jumlah
Penduduk
(Jiwa)

Maximum
(Ltr/Hr)

Minimum
(Ltr/hr)

TPS

TPA

4

5

6

7

1

2

3

1

2013

23.542

70.626

47.084

24

2

2017

27.635

82.905

55.270

28

3

2022

34.233

102.699

68.466

34

4

2027

41.719

125.157

83.438

42

5

2032

52.001

156.003

104.002

52

Jumlah

180

1

1

Sumber : SPPIP Kab. Halmahera Selatan
m. Limbah
Sumber limbah yang ada di kawasan permukiman prioritas saat ini bersumber dari
limbah hasil buangan rumah tangga. Sistem pengelolaan limbah masih bersifat tradisionil
dengan jalan mengalirkan kesaluran pembuangan yang ada disekitar lokasi permukiman,
sungai dan laut. Limbah yang dihasilkan tersebut diindikasikan belum tergolong kedalam
limbah berbahaya dan dapat mencemari lingkungan. Untuk jangka waktu perencanaan
(tahun 2032) diperlukan suatu pengelolaan dan penanganan limbah secara menyeluruh
untuk mencegah kemungkinan dampak yang akan ditimbulkan, baik terhadap lingkungan
maupun terhadap masyarakat.
Tabel.6.12. Kebutuhan Penaganan Limbah di Kawasan Permukiman Prioritas
Hingga Akhir Tahun 2032
No

Jenis Penggunaan

1

I

II

III

2
Perumahan
1. Tipe A
2. Tipe B
3. Tipe C
Pendidikan
1. TK
2. SLTP
3. SLTA
Kesehatan
1. BKIA
2. Poliklinik

Kebutuhan (Unit)
Septic Tank
3

Komunal
4

1.040
3.127
10.692

-

38
1
1

-

7
6

-

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 22
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I
IV

Peribadatan
1.Mushallah/Surau
Jumlah

2

-

14.914

-

Sumber : SPPIP Kab. Halmahera Selatan
6.1.6

Kawasan Permukiman Kumuh Kab. Halmahera Selatan

Dari hasil survei lapangan yang telah dilaksanakan, untuk sebaran permukiman kumuh di
Kota Labuha yang teridentifikasi antara lain meliputi; kawasan permukiman kumuh
Labuha Amasing yang berlokasi di Desa/Kelurahan Labuha dan Amasing yakni;
permukiman kumuh daerah pasang surut dan permukiman kumuh bantaran sungai.
Kawasan permukiman kumuh tersebut merupakan permukiman penduduk yang dibangun
secara swadaya.
Tabel 6.12.a. Identifikasi Kawasan Kumuh Kabupaten Halmahera Selatan

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 23
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I

Gambar 6.8 : Peta Kawasan Kumuh Labuha

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 24
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I

Gambar 6.9 : Peta Kawasan Kumuh Amasing Kota

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 25
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I

Gambar 6.10 : Peta Kawasan Kumuh Amasing Kota Barat

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 26
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I

Gambar 6.11 : Peta Kawasan Kumuh Amasing Kota Utara

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 27
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I

Gambar 6.12 : Peta Kawasan Kumuh Tomori

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 28
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I
6.1.7

Usulan Program Dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kab. Halmahera
Selatan

Usulan Program Dan Kegiatan Pembangunan Permukiman Kabupaten Halmahera
Selatan dapat dilihat pada lampiran 6.1

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 29
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I
6.2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan
sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaaatn ruang, terutama untuk
mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya
wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Visi penataan bangunan dan
lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan
berjati diri, sedangkan misinya adalah: (1) Memberdayakan masyarakat dalam
penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan
selaras, dan (2) Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan
yang produktif dan berkelanjutan.
6.2.1

Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Dan Permasalahan Penataan Bangunan Dan
Lingkungan Kabupaten Halmahera Selatan

A. Isu Strategis
Isu strategis penataan lingkungan permukiman dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel.6.13. Isu-Isu Penataan Permukiman
No
1
1
2
3
4
5
6
7

Isu-Isu Permukiman Perkotaan
2
Keberadaan kawasan permukiman dominan berlokasi pada daerah rawan banjir
dan kumuh
Tata letak bangunan permukiman tidak terpola
Pemilihan lokasi untuk bermukim bagi masyarakat dipengaruhi oleh hubungan
sosial (hubungan kekerabatan)
Orientasi pilihan untuk bermukim sangat ditentukan oleh aktivitas sosial ekonomi
dan orientasi mata pencaharian
Rata-rata tingkat hunian masyarakat yang berada pada kawasan permukiman
kumuh didominasi oleh kondisi bangunan temporer
Tingkat pendapatan masyarakat pada kawasan permukiman kumuh didominasi
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
Kondisi hunian masyarakat umumnya tidak memenuhi estetika lingkungan dan
syarat kesehatan

B. Kondisi Eksisting
Kawasan Perkotaan Labuha terdiri dari 3 (tiga) kecamatan dan melingkupi 25 (dua puluh
lima) desa dan merupakan bagian daerah administratif Kabupaten Halmahera Selatan.
Kawasan Perkotaan Labuha yang mencakup sebagian Pulau Bacan, Pulau Nusa Ra,
Pulau Nusa Deket dan Bori ini, secara geografis berada di Pantai Utara Kabupaten
Halmahera Selatan dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Dilihat dari posisi
geografisnya ini, maka Kawasan Perkotaan Labuha kaya akan sumberdaya laut dan
memiliki potensi pertanian lahan basah yang cukup tinggi.
Walaupun demikian, ternyata perkembangan Kawasan Perkotaan Labuha belum
mengalami kemajuan yang pesat bila dibandingkan dengan Ibu Kota Kabupaten lain di
Provinsi Maluku Utara. Beberapa hal yang memperlihatkan rendahnya perkembangan
Kawasan Perkotaan Labuha, yaitu:

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 30
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I
a. Indikator yang menjadi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) perkembangannya
relatif rendah;
b. Kondisi Sosial seperti pendidikan dan kesehatan masih rendah, berakibat pada
rendahnya pendapatan masyarakat;
c. Kondisi prasarana dasar wilayah seperti jalan, drainase dan lain-lain belum
memadai, sehingga daya tarik kawasan relatif rendah, yang mengakibatkan
investasi ke dalam kawasan juga rendah;
d. Kondisi Fasilitas pendidikan dan kesehatan belum memadai;
e. Kondisi lingkungan permukiman belum memenuhi syarat-syarat teknis dan
kesehatan.
C. Permasalahan dan Tantangan
Isu permasalahan lingkungan hidup relatif rendah terjadi di Kawasan Perkotaan Labuha,
antara lain:
a. Abrasi yang terjadi akibat gelombang Laut Jawa yang cukup besar, rata-rata
abrasi yang terjadi untuk Kawasan Perkotaan Labuha;
b. Intrusi Air Laut yang terjadi ke daerah daratan akibat rusaknya kawasan hutan
bakau di pesisir sehingga mengganggu ketersediaan air bersih masyarakat
Kawasan Perkotaan Labuha;
c. Sedimentasi Air Laut.
Berbagai potensi dan permasalahan yang dihadapi Kawasan Perkotaan Labuha
diharapkan dapat dan mampu dianalisis dan dikaji melalui penyusunan Rencana Detail
Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Labuha, sehingga melalui pendekatan
perencanaan dan penataan ruang dapat diperoleh skenario terbaik pengembangan
Kawasan Perkotaan Labuha secara komprehensif dan terintegrasi dengan pembangunan
Kabupaten Halmahera Selatan sesuai dengan proyeksi perkembangan 5 (lima) tahun ke
depan.
6.2.2

Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan Dan Lingkungan
Penataan bangunan dan lingkungan merupakan bahagian tak terpisahkan dalam
strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan Kabupaten Halmahera
Selatan, yang memerlukan penataan bangunan dan lingkungan dalam hal:
a. Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan
Penyusunan rencana tindak penataan dan revitalisasi kawasan yang dimaksud antara
lain; penataan dan revitalisasi kawasan bersejarah kesultanan Bacan.
b. Penyusunan Rencana Tindak Penanganan Permukiman Tradisionil
Penyusunan rencana tindak penanganan permukiman tradisionil diarahkan pada
kawasan yang teridentifikasi sebagai kawasan tradisionil yang memerlukan penataan
dan peremajaan kawasan.
c. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Penyediaan ruang terbuka hijau di kawasan prioritas memerlukan peningkatan.
Ruang terbuka hijau diperlukan sebagai penyanggah keberlangsungan kota, antara
lain berupa taman kota dan lain-lain bentuk penghijauan kota.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 31
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I
d. Aksesibilitas Bangunan Gedung
Aksesibilitas bangunan gedung pada kawasan prioritas hingga saat ini memerlukan
penanganan oleh karena kondisi bangunan yang ada, baik bangunan pemerintah,
swasta maupun permukiman penduduk diidentifikasi memerlukan penangan
(kepadatan bangunan tinggi). Aksesibilitas bangunan gedung tersebut
diselenggarakan untuk mencegah bahaya kebakaran kota dan menilai kelayakan
bangunan yang ada, baik ditinjau dari segi fungsi maupun pada estetika lingkungan.
.
6.2.3 Program-Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
A. Program-program Penataan Bangunan dan Lingkungan
1. Program Penataan Lingkungan Permukiman
a. Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis
Komunitas,
b. Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL),
c. Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau
(RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah,
d. Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK),
e. Dukungan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan.
2. Program Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi:
1. Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi
persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan
dan kemudahan);
2. Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
3. Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.
3. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan.
6.2.4 Usulan Program dan Kegiatan PBL
Usulan Program Dan Kegiatan Penataan Bangunan dan lingkungan Kabupaten
Halmahera Selatan dapat dilihat pada lampiran 6.2

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 32
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I
6.3 SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan
konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi
sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan
SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik daerah (BUMD),
koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan
penyelenggaraan pengembangan system penyediaan air minum. Penyelenggaraan
SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa
pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi
dalam penyelenggaraan SPAM.
6.3.1

Isu Strategis, Kondisi
Pengembangan SPAM

Eksisting,

Permasalahan

dan

Tantangan

A. Isu Strategis Pengembangan SPAM
1. Pengembangan sumber air baku Sungai Mandawong sebagai sumber air bersih;
2. Jaringan trasmisi dari sumber air baku (sumur bor, dan mata air) ke instalasi
pengolahan air minum; dan
3. Membangun jaringan transmisi baru untuk menambah kapasitas produksi air
baku;
4. Pelestarian kawasan sekitar sumber mata air tanah dan air permukaan dengan
melakukan penghijauan.
B. Kondisi Eksisting
Air minum merupakan kebutuhan pokok yang harus terpenuhi, oleh karena itu air
minum yang dijadikan sebagai sumber kebutuhan utama harus bebas dari rasa, bau dan
tidak berwarna. Di kawasan prioritas sudah terdapat sistem jaringan air minum berupa
jaringan perpipaan, yang terdistribusi ke unit-unit perumahan dan perkantoran. Sumber
air minum yang digunakan masyarakat kawasan prioritas bersumber dari PDAM, air
tanah dangkal dan air tanah dalam (sumur artesis). Dari hasil survey lapangan kondisi air
minum yang ada sampai saat ini masih aman untuk dik