ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

  BAB  Rencana Pengembangan Permukiman Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan Rencana Penyehatan Lingkungan Permukiman

  VI  Rencana Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Minum

  agian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan

  B

  penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.

6.1 Rencana Pengembangan Permukiman

  Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

6.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

  Beberapa peraturan perundangan yang menjadi arahan kebijakan pengembangan permukiman, antara lain:

  Laporan Akhir

  Laporan Akhir 1.

   Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

  Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwapemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasaranadan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

  Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuhdan permukiman kumuh (butir f).

  3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

  Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

  Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

  5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umumdan Tata Ruang.

  Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukimankumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014. Bidang Pengembangan Permukiman mempunyai lingkup tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi bidang Pengembangan Permukiman adalah: a.

  Penyusunan rencana aksi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan; b. Pelaksanaan pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial; c.

  Pelaksanaan peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;

  Laporan Akhir d.

  Pelaksanaan peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial; e.

  Fasilitasi kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;

6.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

6.1.2.1 Isu Strategis Pengembangan Permukiman

  Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadappengembangan permukiman saat ini adalah:  Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan sertamitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

   Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsirumahtangga kumuh perkotaan.  Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program DirektifPresiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.  Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.  Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsipenduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinanpenduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.  Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yangsudah dibangun.  Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalampengembangan kawasan permukiman.  Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukungpembangunan permukiman.

  Ditopang oleh belum optimalnyakapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia sertaperangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standarpelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan danpermukiman. Isu-isu strategis di atas merupakan isu terkait pengembanganpermukiman yang terangkum secara nasional. Namun, di Kabupaten Kendal terdapat isu-isu yang bersifat lokal dan spesifikyang belum tentu dijumpai di daerah lain. Penjabaran isu-isustrategis pengembangan permukiman yang bersifat lokal perludijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan.

  

Tabel VI-1.

Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman

Kabupaten Kendal

  No Isu Strategis Keterangan

  1 Adanya Perumahan dan permukiman di Kawasan kumuh di wilayah Kabupaten Kendal tersebar di Kecamatan Kaliwungu, kawasan kumuh Kaliwungu Selatan, Weleri, Boja, Pegandon, Kangkung, Limbangan, Ngampel, Patean, Plantungan, Ringinarum, dan Gemuh.

  2 Adanya Perumahan dan permukiman di Kawasan rawan bencana di wilayah Kabupaten Kendal terdiri atas bencana banjir, kawasan rawan bencana dan tanah longsor.

  Kawasan rawan bencana banjir meliputi: sebagian Kecamatan Kendal, Kecamatan Patebon, Kecamatan Ngampel, Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Brangsong, Kecamatan Cepiring, Kecamatan Kangkung, Kecamatan Rowosari, dan Kecamatan Weleri Kawasan rawan bencana tanah longsor meliputi : sebagian Kecamatan Pageruyung, Plantungan, Gemuh, Kangkung, Kaliwungu, Kaliwungu Selatan, Cepiring, Patebon, Singorojo, Limbangan, Patean, dan Sukorejo

  3 Adanya perumahan dan permukiman yang Kawasan lindung yang masih terdapat perumahan dan permukimannya yaitu di berada di Kawasan Lindung kawasan lindung setempat meliputi: kawasan sempadan mata air, kawasan sempadan sungai, kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan SUTET, dan kawasan sempadan rel KA. Kawasan sempadan mata air meliputi: sebagian Kecamatan Limbangan, Boja, Singorojo, Patean, Sukorejo, Plantungan, dan Pageruyung Kawasan sempadan sungai meliputi: Kecamatan Weleri, Kaliwungu, Plantungan, Pegandon, Kendal Kota, dan Gemuh. Kawasan sempadan pantai meliputi: sebagian Kecamatan Rowosari, Kangkung, Cepiring, Patebon, Kendal, Brangsong, dan Kaliwungu Kawasan sempadan SUTET meliputi: sebagian wilayah Kecamatan Weleri, Kaliwungu, dan Pegandon Kawasan sempadan Rel KA meliputi: sebagian wilayah Kecamatan Weleri, Pegandon, dan Ngampel

  4 Adanya perumahan dan permukiman di Desa Potensial/pusat pertumbuhan mengacu pada RTRW Kabupaten Kendal Desa Potensial/Pusat pertumbuhan meliputi : beberapa desa di wilayah Kecamatan Cepiring, Patebon, Gemuh,

  Rowosari, Kangkung, Pageruyung, Patean, Singorojo, Limbangan, Kaliwungu Selatan, Brangsong, Plantungan, Ringinarum, dan Ngampel

  5 Adanya perumahan dan permukiman di Desa miskin/tertinggal di wilayah Kabupaten Kendal meliputi: Desa miskin/tertinggal Kecamatan Weleri: Desa Penyangkringan, Weleri, Ngasinan, Bumiayu,

  Nawangsari Kecamatan Boja: Desa Boja, Bangan, Salamsari, Mudono, Karangmanggis Kecamatan Pegandon: Desa Pegandon, Penanggulan, Tegorejo Kecamatan Kaliwungu selatan: Desa Magelung Kecamatan Kangkung: Desa Truko, Desa Sendangdawung dan Kalirejo Kecamatan Limbangan: Desa Tamanrejo, Desa Margosari, Desa Pagertoyo, Desa Limbangan, Desa Sriwulan Kecamatan Ngampel: Desa Ngampel Wetan, Winong, Kebonagung, Dempelrejo, Ngampel Kulon, Sudipayung, Putatgede, Bojonggede Kecamatan Kaliwungu: Mororejo dan Wonorejo

  6 Dukungan kelembagaan dan pembiayaan Belum optimalnya dukungan kelembagaan (pemerintah maupun non pemerintah) dalam penyelenggaraan pembangunan permukiman, serta sistem pembiayaan pembangunan perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan masyarakat miskin yang belum mantap.

  Sumber : Tim Penyusun, Tahun 2014

6.1.2.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

  Laporan Akhir

  Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 padatingkat nasional mencakup 180 dokumen RP2KP, 108 dokumen RTBL KSK, untuk di perkotaan meliputi 500 kawasan kumuh di perkotaan yang tertangani, 385 unit RSH yang terbangun, 158 TB unit Rusunawa terbangun. Sedangkan di perdesaan adalah 416 kawasan perdesaan potensial yang terbangun infrastrukturnya, 29 kawasan rawan bencanadi perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasandan pulau kecil di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan yang tertangani infrastrukturnya, dan15.362 desa tertinggal yang tertangani infrastrukturnya.

  Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaianKabupaten Kendaldalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan diKabupaten Kendal (meliputi Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur, Peraturan Walikota/Bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatanpembangunan permukiman.

  

Tabel VI-2.

Peraturan Daerah/Peraturan Bupati/Peraturan Lainnya Terkait Pengembangan Permukiman

  Peraturan No Amanat Kebijakan Daerah Jenis Produk Nomor dan Tahun Perihal Pengaturan

  1 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 Penanggulangan Kemiskinan Tiap warga miskin berhak atas di Kabupaten Kendal terpenuhinya kebutuhan perumahan

  2 Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2011 RPJMD Kabupaten Kendal Tujuan, sasaran, arah kebijakan, dan program pembangunan penyelenggaraan perumahan dan permukiman

  3 Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011 Lembaga Kemasyarakatan Mitra lurah dalam Kelurahan di Kabupaten memberdayakan masyarakat Kendal

  Sumber : Tim Penyusun, Tahun 2014

  Kondisi kawasan perumahan dan permukiman di wilayah Kabupaten Kendal dapat merujuk pada dokumen RP3KP Kabupaten Kendal yang disusun pada tahun 2013.

A. Jumlah Rumah dan Rumah Tangga

  Jumlah rumah tangga di Kabupaten Kendal Menurut data terakhir yang dikeluarkan oleh Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Kendal, adalah sejumlah 264.138 rumah tangga. Sedangkan, untuk data jumlah bangunan tempat tinggal di kabupaten Kendal secara keseluruhan berjumlah

  Laporan Akhir

  237.666 rumah. Berikut ini merupakan rincian data rumah tangga dan bangunan tempat tinggal di Kabupaten Kendal.

  

Tabel VI-3.

Jumlah Rumah Tangga dan Bangunan Tempat Tinggal Dirinci per Kecamatan

Kabupaten Kendal Tahun 2013

  

No. Kecamatan Jumlah Rumah Tangga Bangunan Tempat Tinggal

  1 Boja 16.657 16.274

  2 Brangsong 12.694 10.045

  3 Cepiring 16.597 13.390

  4 Gemuh 13.756 12.435

  5 Kaliwungu 14.897 11.276

  6 Kaliwungu Selatan 13.079 10.695

  7 Kangkung 13.449 12.407

  8 Kota Kendal 14.053 14.339

  9 Limbangan 9.371 8.313

  10 Ngampel 12.466 9.179

  11 Pageruyung 10.474 9.756

  12 Patean 13.347 12.844

  13 Patebon 15.487 14.832

  14 Pegandon 9.662 9.813

  15 Plantungan 9.170 8.439

  16 Ringinarum 9.724 9.614

  17 Rowosari 15.102 14.757

  18 Singorojo 12.963 12.235

  19 Sukorejo 15.328 13.155

  20 Weleri 15.862 13.868

  

Jumlah 264.138 237.666

Sumber : RP3KP Kabupaten Kendal, 2013 B.

   Kondisi Rumah

  Kondisi perumahan Kabupaten Kendal secara umum terdiri dari bangunan permanen, semi permanen, kayu/papan, dan bambu. Sekitar 42% kondisi rumah penduduk di Kabupaten Kendal justru didominasi oleh bangunan yang terbuat dari kayu/papan sedangkan untuk bangunan permanet sebesar 35%. Berikut mengenai jumlah detail rumah berdasarkan jenis bangunannya adalah sebagai berikut.

  Laporan Akhir

  Laporan Akhir

Tabel VI-4.

  13 Patebon 5.563 3.126 5.172 971 14.832

  

Kabupaten Kendal Tahun 2013

Sumber : RP3KP Kabupaten Kendal, 2013

Gambar 6.1 Persentase Kondisi Rumah Penduduk

  Sumber : RP3KP Kabupaten Kendal, 2013

  20 Weleri 6.643 3.069 4.156 - 13.868 Jumlah 76.909 51.355 98.388 11.014 237.666

  19 Sukorejo 2.988 1.376 8.257 534 13.155

  18 Singorojo 4.216 3.116 4.349 554 12.235

  17 Rowosari 4.368 2.946 6.647 796 14.757

  16 Ringinarum 1.112 1.394 6.509 599 9.614

  15 Plantungan 787 1.015 6.637 - 8.439

  14 Pegandon 2.616 2.877 3.667 653 9.813

  12 Patean 4.317 3.068 5.459 - 12.844

  

Kondisi Rumah Penduduk Kabupaten Kendal Tahun 2013

No. Kecamatan Permanen Semi Permanen Papan Bambu Jumlah

  11 Pageruyung 2.906 1.906 4.738 206 9.756

  10 Ngampel 2.338 2.581 3.750 510 9.179

  9 Limbangan 4.195 1.285 2.119 714 8.313

  8 Kota Kendal 7.448 3.457 2.941 493 14.339

  7 Kangkung 1.297 1.924 7.831 1.355 12.407

  6 Kaliwungu Selatan 2.745 3.705 3.996 249 10.695

  5 Kaliwungu 3.483 4.464 3.225 104 11.276

  4 Gemuh 2.184 822 8.607 822 12.435

  3 Cepiring 5.445 2.992 3.687 1.266 13.390

  2 Brangsong 2.036 3.777 3.592 640 10.045

  1 Boja 10.222 2.455 3.049 548 16.274

  Data kondisi rumah berdasarkan kelayakan, menurut Dinas CIpta Karya dan Tata Ruang (2013) terdiri dari rumah layak huni (perkotaan dan pedesaan) dan rumah tidak layak huni (perkotaan

  Laporan Akhir

  79 Sidorejo

  56 Jumlah 627

  45 Karangsari

  30 Bandengan

  36 Jotang

  4 Kota Kendal Ngilir

  48 Karangdowo 172

  34 Penyangkringan

  29 Karanganom

  28 Manggungsari

  3 Weleri Ngasinan

  27

  18 Turunrejo

  dan pedesaan). Pada tahun 2013, jumlah keseluruhan rumah yang ada di Kabupaten Kendal adalah sejumlah 237.666 rumah. Jumlah dan sebaran kondisi rumah layak huni baik di perkotaan maupun di perdesaan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  2 Brangsong Tunggulsari

  33 Sumberejo 110

  21 Karangtengah

  1 Kaliwungu Sarirejo

  

No. Kecamatan Desa Jumlah Unit

  

Tabel VI-6.

Jumlah Rumah Tidak Layak Huni di Kawasan Perkotaan Kabupaten Kendal

Tahun 2013

  Kondisi rumah yang tidak layak huni terbagi menjadi dua kawasan yaitu kawasan perkotaan dan pedesaan. Di bawah ini merupakan jumlah unit kondisi rumah tidak layak huni di masing-masing kawasan permukiman Kabupaten Kendal.

  Sumber : RP3KP Kabupaten Kendal, 2013

  2012 33.941 93.468 127.409 15.587 94.670 110.257 2013 34.377 93.887 128.264 15.151 94.251 109.402

  Tahun Rumah Layak Huni Rumah Tidak Layak Huni Perkotaan Pedesaan Total Perkotaan Pedesaan Total

  

Tabel VI-5.

Jumlah Rumah Menurut Kelayakan Huni di Kabupaten Kendal

Tahun 2012-2013

  Sumber : RP3KP Kabupaten Kendal, 2013

  Laporan Akhir

Tabel VI-7.

  12 Patean 863,35

  6 Kaliwungu Selatan 432,99

  7 Kangkung 782,71

  8 Kota Kendal 694,09

  9 Limbangan 559,86

  10 Ngampel 453,68

  11 Pageruyung 523,14

  13 Patebon 820,95

  4 Gemuh 729,64

  14 Pegandon 509,43

  15 Plantungan 287,28

  16 Ringinarum 446,94

  17 Rowosari 519,17

  18 Singorojo 827,40

  19 Sukorejo 743,38

  20 Weleri 690,50

  5 Kaliwungu 449,18

  3 Cepiring 587,58

  

Jumlah Rumah Tidak Layak Huni di Kawasan Pedesaan Kabupaten kendal

No. Kecamatan Desa Jumlah Unit

  31

  1 Rowosari Parakan

  61 Sendangdawuh

  56 Gempolsewu

  21 Sendang Sikucing

  23

  2 Plantungan Wonodadi

  3 Kaliwungu Selatan Plantaran

  2 Brangsong 613,81

  59 Jumlah 251

  Sumber : RP3KP Kabupaten Kendal, 2013 C.

   Luas Dan Persebaran Perumahan Permukiman

  Dalam pembahasan pembangunan dan pengembangan perumahan serta permukiman memang lebih difokuskan pada lokasi permukiman, baik permukiman di kawasan perkotaan dan pedesaan. Berikut ini adalah luasan permukiman di masing-masing kecamatan.

  

Tabel VI-8.

Luasan Permukiman di Kabupaten Kendal Tahun 2013

  No. Kecamatan Luas (ha)

  1 Boja 1.076,06

  Jumlah 12.611,13 Sumber : RP3KP Kabupaten Kendal, 2013

D. Kepadatan Rumah

  16 Kecamatan Rowosari 14.757 519,17

  19

  12 Kecamatan Ngampel 9.179 453,68

  20

  13 Kecamatan Gemuh 12.435 729,64

  17

  14 Kecamatan Ringinarum 9.614 446,94

  22

  15 Kecamatan Weleri 13.868 690,5

  20

  28

  16

  17 Kecamatan Kangkung 12.407 782,71

  16

  18 Kecamatan Cepiring 13.390 587,58

  23

  19 Kecamatan Patebon 14.832 820,95

  18

  20 Kota Kendal 14.339 601

  24 Jumlah 237.666 12300,81

  Sumber : RP3KP Kabupaten Kendal, 2013

  11 Kecamatan Pegandon 9.813 509,43

  Laporan Akhir Kecamatan Boja merupakan kecamatan dengan luas permukiman terbesar yaitu 1.076,06 ha.

  Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Boja mengalami perkembangan permukiman yang cukup besar dibandingkan kecamatan lain.

  4 Kecamatan Patean 12.844 863,35

  Kepadatan rumah dipengaruhi oleh 2 (dua) variabel yaitu jumlah rumah dan luas wilayah. Pada dasarnya tujuan penghitungan kepadatan rumah ini dapat digunakan untuk mengetahui rata-rata banyaknya rumah yang ada di dalam suatu wilayah dimana dapat digunakan juga sebagai indikator rencana pembangunan dimasa mendatang. Jika tingkat kepadatan rumah dalam satu wilayah tinggi, maka direkomendasikan pembangunan rumah secara vertikal. Hal ini dikarenakan luas lahan yang ada bersifat tetap. Berikut ini merupakan rincian kepadatan rumah di Kabupaten Kendal.

  Tabel VI-9.

Kepadatan Rumah Dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Kendal Tahun 2013

  No Kecamatan Jumlah Unit Rumah Luas Wilayah perkim (ha) Kepadatan Bangunan

  1 Kecamatan Plantungan 8.439 287,28

  29

  2 Kecamatan Sukorejo 13.155 614

  21

  3 Kecamatan Pageruyung 9.756 523,14

  19

  15

  25

  5 Kecamatan Singorojo 12.235 827,4

  15

  6 Kecamatan Limbangan 8.313 472

  18

  7 Kecamatan Boja 16274 1076,06

  15

  8 Kecamatan Kaliwungu 11.276 449,18

  25

  9 Kecamatan Kaliwungu Selatan 10.695 432,99

  10 Kecamatan Brangsong 10.045 613,81

E. Kawasan Kumuh

  9 Ha Sedang

  Sumber : Studi Kawasan Permukiman Kumuh Kabupaten Kendal, Tahun 2014

  14. Parakan RT 1,4 / RW II Parakan Rowosari 183 Ha Rendah

  13. Sendang Sikucing RT 1,2 / RW IV Sendang Sikucing Rowosari 174 Ha Rendah

  12. Gempolsewu RW VIII Gempol Sewu Rowosari 304 Ha Sedang

  Sendang Dawuhan Rowosari 306 Ha Rendah

  11. Sendang Dawuhan RT 1, 3, 4 / RW I RT 2, 5 / RW II RT 4, 5 / RW III RT 2,4,5 / RW IV

  10. Penyangkringan RT 1, 2, 3, 4 / RW VI Penyangkringan Weleri 215 Ha Rendah

  4 Ha Sedang

  9. Sarirejo RT 5, 6, 7 / RW I Sarirejo Kaliwungu

  8. Jagalan RT 2 / RW III Kutoharjo Kaliwungu 9,5 Ha Rendah

  Laporan Akhir

  Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata kepadatan bangunan tiap kecamatan masih merupakan kepadatan sedang. Kecamatan dengan tingkat kepadatan rumah tertinggi adalah Kecamatan Plantungan yaitu 29 unit/ha. Sedangkan untuk kecamatan dengan tingkat kepadatan terendah adalah Kecamatan Brangsong, Gemuh, Kaliwungu, Kaliwungu Selatan, dan Limbangan.

  6. Ngilir RT 5 / RW III Ngilir Kota Kendal 139 Ha Rendah

  5. Pekauman RT 1, 2 / RW II Pekauman Kota Kendal 4,1 Ha Rendah

  4. Karangsari RT 1, 2, 3,4 / RW IV Karangsari Kota Kendal 139 Ha Sedang

  3. Bandengan RW II, III, IV Bandengan Kota Kendal 206 Ha Tinggi

  2. Pegulon RW VII Pegulon Kota Kendal 4,8 Ha Sedang

  Petukangan Kota Kendal 6,5 Ha Sedang

  1. Petukangan RT 1/ RW II, RT 11 , 12 / RW III

  No. Nama Kawasan RT/RW Desa/Kelurahan Kecamatan Luas kawasan Tingkat Kekumuhan

  Tabel VI-10.

Profil Kawasan Permukiman Kumuh di Kabupaten Kendal Tahun 2014

  Perkembangan kawasan permukiman di kawasan perkotaan terkadang menimbulkan kondisi kawasan yang kumuh. Kawasan kumuh yang teridentifikasi berada di wilayah Kabupaten Kendal tersebar di 14kawasan. Identifikasi kawasan kumuh tersebut berdasarkan studi kawasan permukiman kumuh yang telah dilakukan pada tahun 2014. Hasil studi tersebut nantinya akan menjadi dasar penetapan kawasan permukiman melalui Surat Keputusan Bupati Kendal. Informasi yang dapat diberikan dari tiap kawasan meliputi nama kampung, RT/RW, nama desa/kelurahan, nama kecamatan, luas kawasan, dan tingkat kekumuhan. Untuk lebih jelasnya, Profil kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Kendal Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

  7. Kandangan Barat RT 3 / RW VII Krajan Kulon Kaliwungu

6.1.2.3 Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

  Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkatnasional antara lain:

  Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya: 1.

  Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layakhuni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasilingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.

  2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal,pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.

  3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

  Tantangan pengembangan permukiman diantaranya: 1.

  Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat 2. Pencapaian target/sasaran pembangunan Bidang Pengembangan Permukiman.

  3. Pencapaian target MDG’s 2015.

  4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang CiptaKarya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yangmasih rendah, padahal pembangunan infrastruktur permukiman saat ini sudahmenjadi tugas Pemerintah Kabupaten.

  5. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya.

  Sebagaimana isu strategis, di Kabupaten Kendal terdapatpermasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal danspesifik serta belum tentu djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaranpermasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang bersifatlokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan.Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantanganpengembangan permukiman di Kabupaten Kendalserta merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi daripermasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang ada diwilayah Kabupaten Kendal.

  Laporan Akhir

  Laporan Akhir Tabel VI-11.

  Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Di Kabupaten Kendal No Permasalahan Pengembangan Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

  1 Aspek Teknis  Tingginya kebutuhan tempat tinggal  Masih rendahnya cakupan dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana permukiman, seperti air bersih, air limbah, persampahan, drainase, dan penanggulangan banjir, jaringan jalan, lalu lintas dan transportasi umum, pasar, sarana sosial serta taman dan jalur hijau  Rendahnya tingkat kesehatan perumahan pedesaan. mengembangkan standar keselamatan bangunan, meningkatkan keselamatan dan keamanan bangunan, menegakkan hukum dalam penataan bangunan dan lingkungan, menyelamatkan dan memugar bangunan bersejarah, pekampungan tradisional dan kawasan strategis lainnya

   Membangun permukiman baru  Meningkatkan kualitas bangunan rumah  Meningkatkan kualitas lingkungan kawasan permukiman

  2 Aspek Kelembagaan  Belum mantapnya sistem sediaan hunian bagi masyarakat berpendapatan rendah dan masyarakat miskin meningkatkan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dalam menyediakan pelayanan prasarana dan sarana permukiman, meningkatkan kinerja perusahaan Pemerintah Kabupaten yang bergerak dalam pelayanan prasarana dan sarana permukiman

   Meningkatkan kapasitas organisasi kelembagaan baik pemerintah dan non pemerintah  Meningkatkan kapasitas tata laksana kelembagaan baik pemerintah dan non pemerintah  Meningkatkan kapasitas

  SDM kelembagaan baik pemerintah dan non pemerintah

  3 Aspek Pembiayaan  Belum optimalnya sistem penggalangan dana masyarakat sebagai sumber pembiayaan pembangunan hunian menstabilkan pasar pembiayaan perumahan, menciptakan sistem hunian yang mantap bagi masyarakat pedesaan berpenghasilan rendah dan masyarakat miskin

   Subsidi KPR  Bantuan rehab rumah  Pembangunan sarpras permukiman

  4 Aspek Peran Serta Masyarakat/Swasta  Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memelihara dan merawat sarana dan prasarana yang ada meningkatkan partisipasi masyarakat dan swasta dalam kerjasama investasi dan manajemen pelayanan prasarana dan sarana pemukiman

   Sosialisasi hidup sehat  Mengoptimalkan sistem insentif dan disinsentif bagi masyarakat dan swasta yang menyelenggarakan pelayanan sarpras permukiman.

  5 Aspek Lingkungan Permukiman  Tidak terkendalinya alih fungsi lahan subur

  (lahan pertanian) menjadi lahan non pertanian/ terbangun (konversi lahan non terbangun menjadi terbangun

   Meningkatnya pembangunan perumahan di kawasan lindung seperti di kawasan sempadan sungai dan bantaran rel KA mencegah konversi tanah subur untuk keperluan kegiatan non pertanian  mengoptimalkan mekanisme perijinan pemanfaatan ruang  revitalisasi dan relokasi kawasan permukiman yang berada di kawasan lindung.

  Sumber : Tim Penyusun, Tahun 2014

6.1.3 Analisis Kebutuhan

  Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik ditingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Di tingkat Pusat acuankebijakan meliputi RPJMN 2010-2014, MDGs 2015 (pengurangan proporsi rumah tangga kumuh tahun 2020), Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar10%, arahan MP3EI dan MP3KI, arahan Direktif Presiden untuk Program Pro-Rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Sedangkan di tingkat kabupaten/kota meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan tersebut hendaknya menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman.

6.1.3.1 Analisis Kebutuhan Penyediaan Kawasan Permukiman Baru

  Analisis proyeksi penyediaan kawasan permukiman mengacu pada dokumen RP3KP Kabupaten Kendal yang telah disusun tahun 2013. Informasi yang dapat diambil dari dokumen RP3KP berkenaan dengan penyediaan kawasan permukiman baru di Kabupaten Kendal adalah backlog perumahan dan kebutuhan lahan perumahan dan permukiman.

  A.

  Backlog Perumahan Backlog merupakan jumlah kekurangan rumah saat ini. Perhitungan kekurangan jumlah rumah (Backlog) dilakukan dengan cara menghitung selisih antara jumlah rumah tangga (KK) dengan jumlah rumah eksisting pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Kendal. Berdasarkan perhitungan yang ada di Kabupaten Kendal backlog mencapai 26.472 unit rumah. Backlog tertinggi terdapat di Kecamatan Kaliwungu yaitu sebanyak 3.621 unit rumah.

  Tabel VI-12. Backlog (Kekurangan Jumlah Rumah) di Kabupaten Kendal Tahun 2011 Jumlah Jumlah No Kecamatan Backlog Rumah (unit) KK

  1 Kecamatan Plantungan 8.439 9.170 (731)

  2 Kecamatan Sukorejo 13.155 15.328 (2.173)

  3 Kecamatan Pageruyung 9.756 10.474 (718)

  4 Kecamatan Patean 12.844 13.347 (503)

  5 Kecamatan Singorojo 12.235 12.963 (728)

  6 Kecamatan Limbangan 8.313 9.371 (1.058)

  Laporan Akhir

  Laporan Akhir No Kecamatan Jumlah Rumah (unit) Jumlah KK Backlog

  Jumlah 237.666 264.138 (26.472) Sumber : RP3KP Kabupaten Kendal, Tahun 2013 B.

  12.881,03

  5.471,37 Sisa (Ketersediaan permukiman) dari perhitungan RTRW

  3 Kebutuhan untuk sarana prasarana 1.094,27 Jumlah

  2 Kebutuhan untuk RTH 1.641,41

  1 Kebutuhan untuk perumahan 2.735,68

  Komponen kebutuhan Lahan:

  2 Luas perkim (diluar kawasan rawan bencana,hutan lindung,sempadan) 16.921,82

  2 Luas permukiman rencana RTRW 18.352,40

  1 Luas kawasan budidaya 61.052,33

  Tabel VI-13. Luas Ketersediaan Lahan Untuk Pengembangan Perumahan dan Permukiman No Komponen Ketersediaan Lahan Luas (Ha)

  Kebutuhan Lahan Perumahan dan Permukiman Perhitungan secara keseluruhan kebutuhan luas lahan untuk pengembangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Kendal.

  20 Kota Kendal 14.339 14.053 286

  7 Kecamatan Boja 16.274 16.657 (383)

  19 Kecamatan Patebon 14.832 15.487 (655)

  18 Kecamatan Cepiring 13.390 16.597 (3.207)

  17 Kecamatan Kangkung 12.407 13.449 (1.042)

  16 Kecamatan Rowosari 14.757 15.102 (345)

  15 Kecamatan Weleri 13.868 15.862 (1.994)

  14 Kecamatan Ringinarum 9.614 9.724 (110)

  13 Kecamatan Gemuh 12.435 13.756 (1.321)

  12 Kecamatan Ngampel 9.179 12.466 (3.287)

  11 Kecamatan Pegandon 9.813 9.662 151

  10 Kecamatan Brangsong 10.045 12.694 (2.649)

  9 Kecamatan Kaliwungu Selatan 10.695 13.079 (2.384)

  8 Kecamatan Kaliwungu 11.276 14.897 (3.621)

  Sumber : RP3KP Kabupaten Kendal, Tahun 2013

6.1.3.2 Analisis Kebutuhan Kualitas Lingkungan Kawasan Permukiman 1.

  Perumahan Swadaya.

  Perumahan swadaya adalah rumah-rumah yang dibangun oleh masyarakat secara mandiri. Perumahan ini paling luas dan banyak juumlahnya di Kabupaten kendal dan tersebar di perkotaan (berupa kampung kota) dan di perdesaan di perkamungan dan perdukuhan. Tipologi rumah swadaya ini biasanya dikembangkan sendiri oleh masyarakat dan memiliki karakter besaran dan kualitas bangunan yang beragam.

  Perumahan kampung kota ini merupakan bagian kota yang mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi, dan dibangun secara tidak formal (mengikuti ketentuan-ketentuan kota yang bersangkutan), kurang sarana dan prasarana, kampung kota dihuni sangat padat dan cenderung semakin padat, sehingga kesehatan merupakan masalah utama. Karakter kampung kota ini di Kabupaten kendal, tersebar di Perkotaan Kota Kendal. Pada lapis satu kondisi perumahan masih mengikuti aturan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Permasalahan kampung kota mulai bisa dilihat pada lapis ke-dua, dan seterusnya lapis yang ke sekian kondisinya biasanya terus mendekati ke kumuh

  Permukiman kampung kota ini hampir di Perkotaan Kota Kendal dan umumnya mendekatai kawasan/area pusat perdagangan berupa pasar kota, baik di Kota Kendal, Kaliwungu, Boja, Sukorejo dan Weleri. Keberadaan kampung kota di 5 titik perkotaan tersebut kecenderungan semakin meluas dan tidak terkendali. Penghuni permukiman kampung kota selain penduduk asli juga banyak yang merupakan pendatang dari desa yang mencari penghidupan yang lebih baik di kota. Di permukiman kampung kota inilah mereka biasanya menetap dengan berbagai alasan di antaranya dekat dengan tempat kerja dan harga untuk tinggal di permukiman jenis ini relatif dapat dijangkau.

  Laporan Akhir

Gambar 6.2 Sebaran Kampung Kota Di Kabupaten Kendal

  

Sumber: RP3KP Kabupaten Kendal, Tahun 2013

( )

  Permukiman kampung kota ini akan menjadi masalah karena seringkali pertumbuhannya tidak mengindahkan aturan-aturan penggunaan lahan dan tidak mengindahkan aturan-aturan bangunan seperti jarak antar bangunan yang tidak memenuhi standar bahkan tidak menyediakan ruang yang cukup untuk sempadan bangunan, sempadan samping, lebar jalan lingkungan minimum, bagi lalu lintas orang dan kendaraan, sehingga rawan terjadi kebakaran karena api dengan mudah merember seluruh kampung karena sulitnya mobil pemadam kebakaran untuk masuk ke wilayah kampung. Demikian juga dengan sistem drainase, sanitasi lingkungan, norma kesehatan lingkungan seringkali diabaikan seperti tidak adanya sinar matahari yang masuk ke dalam rumah, sirkulasi udara yang tidak lancar, jarak jamban dan sumber air, fasilitas sumber air minum dan sebagainya. Jika dibiarkan tanpa pengendalian maka permukiman kampung kota akan menjurus ke permukiman kumuh.

  Tabel VI-14.

  Laporan Akhir

  Laporan Akhir

Karakteristik Kampung Kota di Perkotaan Kabupaten Kendal

  No Perkotaan Karakteristing Kampung Visualisasi Permasalahan

  1 Kaliwungu  Garis sempadan bangunan 0- 5 m  Sempadan samping bangunan 0-3 m  Ketinggian bangungan 1-3 lantai  Tinggi elevasi dengan jalan 0-100 cm  Koefisien dasar bangunan 80-100%  RTH pekarangan 20%-0%  Lebar ruang jalan di permukiman 0,5 m-4m

   Rawan kebakaran akibat jarak antara bangunan dan jalan yang sempit  Suplay air bersih belum menjangkai semua rumah tangga  Timbunan sampah di jaringan drainase dan ruang-ruang kosong  Sedimentasi di jaringan drainase

  Sumber: RP3KP Kabupaten Kendal, Tahun 2013 No Perkotaan Karakteristing Kampung Visualisasi Permasalahan

  2 Kendal  Garis sempadan bangunan 0- 5 m  Sempadan samping bangunan 0-3 m  Ketinggian bangungan 1-3 lantai  Tinggi elevasi dengan jalan 0-100 cm  Koefisien dasar bangunan 60-100%  RTH pekarangan 60%-0%  Lebar ruang jalan di permukiman 0,5 m-6m

   Drainase tertutup sedimentasi  Timbunan sampah  Kualitas beberaa bangunan kurang layak huni  Jaringan jalan sebagian rusak dan sebagian masig berupa jalan tanah  Jarak bangunan terlalu padat serta jalan yang sempit seningga rawan kebakaran

  Sumber: RP3KP Kabupaten Kendal, Tahun 2013 No Perkotaan Karakteristing Kampung Visualisasi Permasalahan

  3 Cepiring  Garis sempadan bangunan 0-7 m  Sempadan samping bangunan 0-3 m  Ketinggian bangunan 1-2 lantai  Tinggi elevasi dengan jalan 0 cm  Koefisien dasar bangunan 40-50%  RTH pekarangan 50%-0%  Lebar ruang jalan di permukiman 1 m-3m

   Sebagian rumah kurang layak huni  Jarak antar bangunan dan ruang jalan cukup sempit, sehingga rawan kebakaran  MCK dan pembuangan limbah padat serta sampah ke sungai  Timbunan sampah di lahan kosong dan sempadan sungai  Pelayanan air bersih PDAM dan sebagian dengan sumur gali dan membeli.

  Sumber: RP3KP Kabupaten Kendal, Tahun 2013

  No Perkotaan Karakteristing Kampung Visualisasi Permasalahan

  4 Weleri  Garis sempadan bangunan 0-  Sebagian rumah kurang 5 m layak huni

   Sempadan samping  Mulai ada akupasi bangunan 0-3 m ruang-ruang di atas saluran untuk

   Ketinggian bangungan 1-2 pengembangan/perluasa lantai n kebutuhan ruang

   Tinggi elevasi dengan jalan 0- 100 cm  Permukiman di sepanjang sempadan

   Koefisien dasar bangunan 60- sungai/jaringan irihgasi 100%  Sedimentasi saluran

   RTH pekarangan 40%-0%  Timbunan sampah

   Lebar ruang jalan di permukiman 0,5 m-4m  Jarak antar bangunan dan jalan yang sempit menyebabkan rawan kebakaran  Air bersih menggunakan PDAM, sebagian sumur arau beli.

  No Perkotaan Karakteristing Kampung Visualisasi Permasalahan

  5 Sukorejo  Garis sempadan bangunan 0-  Sebagaian rumah tidak 5 m layak huni

   Sempadan samping  Infrastruktur jalan bangunan 0-3 m sebagian masih jalan tanah

   Ketinggian bangungan 1-2 lantai  Drainase kurang terawat dan sedimentasi cukup

   Tinggi elevasi dengan jalan 0- 100 cm tinggi

   Pembuangan sampah  Koefisien dasar bangunan 40- 60% dan limbah padat yang sebagian memanfaatkan

   RTH pekarangan 60%-0% jaringan drainase  Lebar ruang jalan di permukiman 0,5 m-3m  Air bersih menggunakan PDAM dan sebagian sumur gali.

  Sumber: RP3KP Kabupaten Kendal, Tahun 2013 No Perkotaan Karakteristing Kampung Visualisasi Permasalahan

6 Boja

   Garis sempadan bangunan  Jarak rumah dan lebar 0-5 m kujalan terlalu sempit, menyebabkan rawan

   Sempadan samping kebakaran dan bangunan 0-3 m lingkungan kurang

   Ketinggian bangunan 1-2 sehat. lantai

   Dedimentasi di saluran  Tinggi elevasi dengan jalan 0-2 m

   Timbunan sampah  Koefisien dasar bangunan  Sebagian rumah tidak layak huni 60-100%  RTH pekarangan 40%-0%  Lebar ruang jalan di permukiman 1 m-6m

  Sumber: RP3KP Kabupaten Kendal, Tahun 2013 Laporan Akhir

  Laporan Akhir Tabel VI-15.

  Sumber: RP3KP Kabupaten Kendal, Tahun 2013 Tabel VI-16.

   Perumahan Formal.

  Sumber: RP3KP Kabupaten Kendal, Tahun 2013 1.

  1) Peningkatan kualitas hunian 2) Peningkatan akses, minimal memudahkan untuk evakuasi jika terjadi bencana 3) Perlu menyusun tata ruang permukiman desa 4) Penambahan sarana dan prasarana dasar permukiman, untuk mencegah urbanisasi;

  3) Kebanyakan di kawasan lidung dan penyangga 4) Terletak di pegunungan dan kawasan pedalaman 5) Perkerasan jalan sebagian sudah aspal dan sebagian sudah beton (bantuan PNPM 6) Terdapat saluran drainase (non teknis)

7) Sarana-prasarana perumahan/ permukiman masih sangat

minim).

  5) Masyarakat masih mandiri dalam mengela sampak 6) Adanya berbagai program penyediaan air bersih untuk kawasan pedesaan

1) Masih banyak rumah yang kurang layak huni yang terbuat

dari bahan campuran bambu dan papa non jati dll)

2) Aksesibilitas permukiman cukup rendah

  3) Sebagian besar penduduk bercocok tanam 4) Terdapat sumber air permukaan (mata air yang berlimpah terutama di Boja, Lombangan , Sukorejo dan plantungan

  Potensi Permasalahan Kebutuhan Penanganan 1) Berada di kawasan pedesaan yang lingkungannya masih asri 2) Potensi sumber alam pendukung perumahan dan pengembangan kawasan permukiman masih besar

  Potensi, Masalah dan Kebutuhan Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan

di Kabupaten Kendal

  6) Mengoptimalkan penggunaan tan tingkat hunian rusun 7) Pembagunan rusun untuk perbaikan lingkungan.

  

Potensi, Masalah dan Kebutuhan Penanganan Kawasan Permukiman Kampung Kota

di Kabupaten Kendal

Potensi Permasalahan Kebutuhan Penanganan

  4) Perluasan jaringan PDAM bagi Masyarakat berpenghasilan rendah 5) Sosialisasi kepada masyarakat mengenai pengelolaan sampah 3R

  Noralisasi jaringan drainase 3) Peningkatan pelayanan persampahan dan pengadaan armada pengangkut sampah

  1) Penanganan permukiman yang berada di daerah rawan banjir 2)

  Peningkatan kebutuhan perumahan yang memacu peningkatan kepadatan hunian dan mendorong kampung kota menjadi kumuh 9) Pengelolaan aspek kesehatan lingkungan yang belum optimal (sampah, sanitasi, air bersih dan drainase).

  

Sebagian masyarakat membuang limbah padat manusia ke

sungai 7) Pembuangan limbah rumah tangga menyatu dengan saluran drainase 8)

  2) Sebagian jalan lingkungan dalam kondisi rusak 3) Terdapat beberapa jalan yang belum tersedia saluran drainase 4) Berapa lokasi di kampung kota sepanjang pantura rawan banjir

5) Sebagian masyarakat yang tinggal dekat sungai membuang

sampah di pinggir sungai 6)

  5) Kebutuhan air bersih masyarakat sebagian sudah terlayani oleh PDAM 6) Terdapat MCK umum yang dimanfaatkan oleh masyarakat 7) Sebagian masyarakat memiliki MCK pribadi 8) Terdapat sarana tempat sampah disetiap rumah dan sarana TPS 9) Adanya bantuan Program PNPM berupa pembangunan TPS 1) Permukiman rawan banjir

  1) Aksesibilitas permukiman cukup baik 2) Terletak di pusat kota 3) Perkerasan jalan sebagian sudah aspal dan paving 4) Terdapat saluran drainase

  Perkembangan perumahan dan permukiman formal di Kabupaten Kendal ditandai dengan tumbuhnya perumahan yang dibangun oleh developer. Hal ini dikarenakan kebutuhan hunian di Kabupaten Kendal semakin tinggi seperti yang terdapat di Kecamatan Weleri, Kaliwungu, Boja, Pegandon, Patean, Kendal Kota, Gemuh, Rowosari, Ringinarum, Kangkung, dan kecamatan lainnya yang tersebar di Kabupaten Kendal. Berikut ini merupakan sebaran perumahan di Kabupaten Kendal hingga tahun 2013.

  13 Desa Meteseh Kecamatan Boja

  19.054 Ruko 32 unit, Rumah Tipe 45 = 36 unit, Rumah Tipe 36 = 40 unit, Rumah Tipe 30 = 64 unit

  6.444 -

  12 Desa Kebonadem Kecamatan Brangsong

  4.253 -

  11 Desa Plantaran Kecamatan Kaliwungu Selatan

  2.000 -

  10 Desa Meteseh Kecamatan Boja

  9 Desa Curugsewu Kecamatan Patean

  8 Kelurahan Jetis dan Kelurahan Langenharjo Kecamatan Kendal

  7 Desa Nolokerto Kecamatan Kaliwungu

  6 Desa Curugsewu Kecamatan Patean

  5 Desa Plantaran Kecamatan Kaliwungu Selatan