ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |9-1

PENYUSUNAN BANTUAN TEKNIS RPIJM
DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |9-1

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

RPI2-JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan dan sosial untuk
meminimalkan pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan
permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi
acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan
instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang
dibutuhkan.

8.1

Aspek Lingkungan
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM bidang
Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan

adalah sebagai berikut:
1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup: “Instrumen
pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKLUPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup (SPPLH)”.
2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu

penerapan

prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014:
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu
lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan,
penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya
tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup
Strategis: Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan

untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar
dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan.
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan. Sebagai
persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL
dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau
disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL
dan UPL.

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |8-2

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

Tugas

dan

wewenang

pemerintah


pusat,

pemerintah

provinsi,

dan

Pemerintah

kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No.
32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c.

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.


d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
f.

Menetapkan

dan

melaksanakan

kebijakan

mengenai

pengendalian

dampak

perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional,

peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.
h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

2.

i.

Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.

j.

Menetapkan standar pelayanan minimal.

Pemerintah Provinsi
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c.

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.


d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan
daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.
e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f.

Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di
bidang program dan kegiatan.

g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c.

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.


ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |8-3

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

8.1.1.

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian
Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang
sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan/atau program.
KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:
1. RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan
infrastruktur.
2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2-JM adalah karena RPI2-JM
bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS
menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program

menjadi

garda

depan

dalam

menyaring

kegiatan

pembangunan

yang

berpotensi

mengakibatkan dampak negative terhadap lingkungan hidup.
KLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Badan Pengelola

Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung
dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten. Koordinasi
penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman
mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk
mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.

Gambar 8.1.

Diagram Alir Pentahapan Pelaksanaan KLHS (Sumber: Permen LH
No.9/2011)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |8-4

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

Tahapan Pelaksanaan KLHS
Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPI2-JM per
sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan,
kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan

wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan
mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,
(6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok
masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu
tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko
atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

Tahap 1 dilakukan dengan penapisan (screening) dengan menyusun tabel 8.1.
Tabel 8.1. Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya
No

1
2

3

4

5


Kriteria Penapisan

Perubahan Iklim
Kerusakan, kemerosotan,
dan/atau kepunahan
keanekaragaman hayati
Peningkatan intensitas dan
cakupan wilayah bencana
banjir, longsor, kekeringan,
dan/atau kebakaran hutan dan
lahan,
Penurunan mutu dan
kelimpahan sumber daya
alam
Peningkatan alih fungsi
kawasan hutan dan/atau
lahan,

Penilaian
Uraian Pertimbangan

Kesimpulan
(signifikan/tidak)
Keterangan: Hingga laporan ini disusun,
Kabupaten Sumbawa Barat belum ada KLHS.
Penyusunan KLHS menjadi rencana program
tahun 2015-2019.

Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di atas
tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM tidak berpengaruh terhadap
kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang
Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat
Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas
RPI2-JM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPI2-JM.
Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM berpengaruh terhadap
kriteria penapisan di atas maka Satgas RPI2-JM didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD)
dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan,
dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:
a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |8-5

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:
1. Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan
KLHS;
2. Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
3. Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau
program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;
4. Agar

masyarakat

dan

pemangku

kepentingan

mendapatkan

akses

untuk

menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang pembangunan
berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.
Tabel 8.2. Contoh Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam
penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya
Masyarakat dan Pemangku
Kepentingan
Pembuat keputusan
Penyusun kebijakan, rencana
dan/atau program
Instansi
Masyarakat yang memiliki
informasi dan/atau keahlian
(perorangan/tokoh/ kelompok)

Masyarakat terkena Dampak

Contoh Lembaga
a. Bupati/Walikota
b. DPRD
Dinas PU-Cipta Karya
a. Dinas PU-Cipta Karya
b. BPLHD
a. Perguruan tinggi atau lembaga penelitian
lainnya
b. Asosiasi profesi
c. Forum-forum pembangunan berkelanjutan
dan lingkungan hidup
d. LSM/Pemerhati Lingkungan hidup
e. Perorangan/tokoh
f. kelompok yang memiliki data dan
informasi berkaitan dengan SDA
a. Lembaga Adat
b. Asosiasi Pengusaha
c. Tokoh masyarakat
d. Organisasi masyarakat
e. Kelompok masyarakat tertentu (nelayan,
petani dll)

b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan
Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:
1. penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi,
dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut;
2. pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan
3. membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |8-6

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

Tabel 8.3. Contoh Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Pengelompokan Isu-isu Pembangunan
Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Lingkungan Hidup Permukiman
Isu 1: kecukupan air baku untuk air minum
Contoh: Kekeringan, menurunnya kualitas Air
Ekonomi
Isu 2: kemiskinan berkorelasi dengan
kerusakan lingkungan
Contoh: pencemaran air mengurangi
kesejahteraan nelayan di pesisir
Sosial
Isu 3: Pencemaran menyebabkan
berkembangnya wabah penyakit
Contoh: menyebarnya penyakit diare di
permukiman kumuh

Penjelasan Singkat
Keterangan: Hingga laporan ini disusun,
Kabupaten Sumbawa Barat belum ada KLHS.
Penyusunan KLHS menjadi rencana program
tahun 2015-2019.

c) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)
Tabel 8.4. Contoh Tabel Identifikasi KRP
Komponen kebijakan /
rencana / program
Pengembangan Permukiman
1
2

Lokasi (Kecamatan /
Kegiatan

No

Penataan Bangunan dan
Lingkungan
Pengembangan Air Minum

Kelurahan (jika ada))
Keterangan: Hingga laporan ini disusun,
Kabupaten Sumbawa Barat belum ada KLHS.
Penyusunan KLHS menjadi rencana program
tahun 2015-2019.

3
4

Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman

d) Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah
Tabel 8.5. Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah
N
o

1
2

3
4

Komponen
kebijakan,
rencana
dan/atau
program*
Pengembangan
Permukiman
Penataan
Bangunan
& Lingkungan
Pengembangan
Air minum
Pengembangan
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman

Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan AspekAspek Pembangunan Berkelanjutan**
Bobot Lingkungan
Bobot Sosial
Bobot
Total
Hidup Permukiman
Ekonomi
Bobot
Isu 1:
Isu 2:
Isu 1:
Isu 2:
Isu 1:
Isu 2:






Keterangan: Hingga laporan ini disusun, Kabupaten Sumbawa Barat belum
ada KLHS. Penyusunan KLHS menjadi rencana program tahun 2015-2019.

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |8-7

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program untuk
mengembangkan berbagai alternative perbaikan muatan KRP dan menjamin pembangunan
berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau
program yang dikaji potensial memberikan dampak negative pada pembangunan berkelanjutan,
maka dikembangkan beberapa alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau merubah
kebijakan, rencana dan/atau program yang ada. Beberapa alternative untuk menyempurnakan
dan atau mengubah rancangan KRP mempertimbangkan antara lain:
a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana,
dan/atau program yang diperkirakan akan menimbul kan dampak lingkungan atau
bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.
b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau
program.
c.

Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan kebijakan,
rencana, dan/atau program.

d. Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.
Tabel 8.6. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
Komponen kebijakan, rencana

Alternatif

No
dan/atau program
Pengembangan Permukiman
1
2

Penataan Bangunan dan
Lingkungan
Pengembangan Air minum

3
4

Penyempurnaan KRP
Keterangan: Hingga laporan
ini
disusun,
Kabupaten
Sumbawa Barat belum ada
KLHS. Penyusunan KLHS
menjadi rencana program
tahun 2015-2019.

Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman

3. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
Tabel 8.7. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
No

Komponen Kebijakan, Rencana
dan/atau Program
Pengembangan Permukiman

1
Penataan Bangunan dan Lingkungan
2
Pengembangan Air minum
3
4

Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman

Rekomendasi Perbaikan KRP
dan Pengintegrasian Hasil
KLHS
Keterangan: Hingga laporan ini
disusun, Kabupaten Sumbawa
Barat
belum
ada
KLHS.
Penyusunan
KLHS menjadi
rencana program tahun 20152019.

Untuk Kabupaten/Kota yang telah menyusun dan memiliki dokumen KLHS RTRW Kabupaten/Kota,
maka hasil olahan di dalam KLHS tersebut dapat dijadikan bahan masukan bagi kajian perlindungan
lingkungan dalam RPI2-JM.

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |8-8

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

Untuk Kabupaten/Kota yang belum menyusun dan memiliki dokumen KLHS RTRW Kabupaten/Kota,
maka KLHS dapat menjadi usulan program mengingat KLHS bersifat wajib berdasarkan UU PPLH
Pasal 15 ayat 1.

Dalam UU PPLH Pasal 15 ayat 1 disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib
membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program.

Sebagaimana tertuang dalam pasal 15 ayat 2 UU PPLH, penyelenggaraan KLHS bersifat
wajib dalam penyusunan atau evalausi :
1. Rencana

Tata

Ruang

Wilayah

(RTRW)

beserta

rencana

rincinya

pada

tingkat

nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
2. Rencana Pembangunan Jangka

Panjang

(RPJP),

Rencana

Pembangunan

Jangka

menimbulkan

dampak

Menengah (RPJM) nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
3. Kebijakan,

rencana

dan/atau

program

yang

berpotensi

dan/atau risiko lingkungan. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya
terdiri atas: Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan,
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi,
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi, Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota, Rencana Detil Tata Ruang Kabupaten/Kota, dan Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis Kabupaten/Kota.
Sehingga,

untuk

Kabupaten/Kota

yang

belum

menyusun

dan

memiliki

dokumen

KLHS

Kabupaten/Kota, maka KLHS dapat menjadi usulan program seperti yang tersebut dalam pasal

15

ayat 2 UU PPLH yang meliputi KLHS RTRW, KLHS RPJP/RPJM, dll

Pendekatan dan Prinsip-prinsip KLHS
KLHS ditujukan untuk menjamin pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dalam
pembangunan. Ada tiga nilai penting dalam penyelenggaraan KLHS yang dapat
mencerminkan

penerapan

prinsip

pembangunan

berkelanjutan,

yaitu

keterkaitan

(interdependency), keseimbangan (equilibrium) dan keadilan (justice).
Keterkaitan (interdependency) dijadikan nilai penting agar penyelenggaraan KLHS dapat
menghasilkan kebijakan, rencana atau program yang mempertimbangkan keterkaitan antar
sektor, wilayah, global-lokal. Nilai ini juga mengandung makna dihasilkannya KLHS yang
bersifat holistik berkat adanya keterkaitan analisis antar komponen fisik-kimia, biologi dan
sosial ekonomi. Keseimbangan (equilibrium) dijadikan nilai penting agar penyelenggaraan
KLHS senantiasa dijiwai keseimbangan antara kepentingan sosial-ekonomi dengan
ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |8-9

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

kepentingan lingkungan hidup, antara kepentingan jangka pendek dan jangka panjang,
antara kepentingan pembangunan pusat dan daerah, dan keseimbangan lainnya.
Implikasinya, usaha pemetaan ragam dan bentuk kepentingan para pihak menjadi salah
satu proses dan metode yang penting digunakan dalam KLHS. Keadilan (justice) dijadikan
nilai penting agar penyelenggaraan KLHS dapat menghasilkan kebijakan, rencana dan
program yang tidak mengakibatkan marjinalisasi sekelompok atau golongan tertentu
masyarakat karena adanya pembatasan akses dan kontrol terhadap sumber-sumber alam
atau modal atau pengetahuan.
KLHS dibangun melalui pendekatan pengambilan keputusan berdasarkan masukan
berbagai kepentingan. Makna pendekatan tersebut adalah bahwa penyelenggaraan KLHS
tidak ditujukan untuk menolak atau sekedar mengkritisi kebijakan, rencana dan/atau
program, melainkan untuk meningkatkan kualitas proses dan produk kebijakan, rencana
dan/atau program, khususnya dari perspektif pembangunan berkelanjutan. KLHS adalah
strategi yang cenderung bersifat ”persuasif” dalam pengertian
proses

pembelajaran

dan

pemahaman

lebih

mengutamakan

para pemangku kepentingan yang terlibat

dalam penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program agar lebih
memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Dalam kerangka pendekatan
ini, 6 (enam) prinsip KLHS seyogyanya dianut, sebagaimana dijelaskan berikut ini:
Prinsip 1: Penilaian Diri (Self Assessment)
Makna prinsip ini adalah sikap dan kesadaran yang diharapkan muncul dari diri pemangku
kepentingan yang terlibat dalam proses penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana
dan/atau program agar lebih memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan
dan mempertimbangkan prinsip-prinsip tersebut dalam setiap keputusannya. Prinsip ini
berasumsi bahwa setiap pengambil keputusan secara apriori mempunyai tingkat kesadaran
dan kepedulian atas lingkungan.
KLHS menjadi media atau katalis agar kesadaran dan kepedulian tersebut terefleksikan
dalam proses dan terformulasikan dalam produk pengambilan keputusan untuk setiap
kebijakan, rencana dan/atau program.

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |8-10

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

Prinsip 2: Penyempurnaan Kebijakan, Rencana dan/atau program (Improvement of the
Policy, Plan, and/or Program)
Prinsip ini menekankan pada upaya untuk penyempurnaan pengambilan keputusan suatu
kebijakan, rencana dan/atau program. KLHS tidak menghambat proses perencanaan
kebijakan, rencana dan/atau program, melainkan menjadi media atau katalisator untuk
memperbaiki proses dan produk kebijakan, rencana dan/atau program. Prinsip ini berasumsi
bahwa perencanaan kebijakan, rencana dan/atau program di Indonesia selama ini belum
mempertimbangkan pembangunan berkelanjutan secara optimal dan KLHS dapat memicu
perbaikan atau penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program bersangkutan.
Prinsip 3: Peningkatan Kapasitas dan Pembelajaran Sosial (Social Learning and Capacity
Building)
Prinsip ini menekankan bahwa integrasi KLHS dalam perencanaan kebijakan, rencana
dan/atau program harus menjadi media untuk belajar bersama khususnya tentang isu-isu
pembangunan berkelanjutan, baik bagi masyarakat umum dan khususnya bagi para birokrat
dan pengambil keputusan. KLHS harus memungkinkan seluruh pemangku kepentingan
yang terlibat dalam perencanaan kebijakan, rencana dan/atau program untuk meningkatkan
kapasitasnya mengapresiasi lingkungan hidup dalam keputusannya. Melalui KLHS, dapat
dicapai masyarakat, birokrat, dan pengambil keputusan yang lebih cerdas dan kritis dalam
menentukan keputusan pembangunan agar berkelanjutan.
Prinsip 4: Memberi Pengaruh pada Pengambilan Keputusan (Influencing Decision Making)
Prinsip ini menekankan bahwa KLHS harus memberikan pengaruh yang positif pada
pengambilan keputusan.
KLHS akan mempunyai makna apabila pada akhirnya dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan, khususnya untuk memilih atau menetapkan kebijakan, rencana dan/atau
program yang lebih menjamin pembangunan yang berkelanjutan.
Prinsip 5: Akuntabel (Accountable)
Prinsip ini menekankan bahwa KLHS harus diselenggarakan secara terbuka dan
bertanggungjawab, sehingga dapat dipertanggung-jawabkan pada publik secara luas. Azas
akuntabilitas KLHS sejalan dengan semangat akuntabilitas dari kebijakan, rencana dan/atau
program itu sendiri, sebagai bagian dari prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good
governance). Pelaksanaan KLHS dapat lebih menjamin akuntabilitas perumusan kebijakan,
rencana dan/atau program bagi seluruh pihak. KLHS tidak ditujukan untuk menjawab

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |8-11

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

tuntutan para pihak, karena lingkup KLHS terbatas, sedangkan tuntutan dapat berdimensi
luas.
Prinsip 6: Partisipatif
Prinsip ini menekankan bahwa KLHS harus dilakukan secara terbuka dan melibatkan
pemangku kepentingan yang terkait dengan kebijakan, rencana dan/atau program. Prinsip
ini telah menjadi amanat dalam Undnag-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan

dan

Pengelolaan

Lingkungan

Hidup,

dan

harus

diwadahi

dalam

penyelenggaraan KLHS. Dengan prinsip ini diharapkan proses dan produk kebijakan,
rencana dan/atau program semakin mendapatkan legitimasi atau kepercayaan publik.
Karakteristik Proses Perumusan Kebijakan, Rencana dan/atau Program
KLHS menekankan pada enam prinsip sebagaimana dikemukakan di atas, maka menjadi
penting untuk memahami dalam tatanan karakteritik proses perumusan kebijakan, rencana
dan/atau program. Paling tidak terdapat 4 (empat) karakteristik proses perumusan
kebijakan, rencana

dan/atau program

di Indonesia

yang

harus

dipahami untuk

penyelenggaraan KLHS.
Karakteristik 1: Membangun Konsensus (Concensus Building)
Penyusunan

dan

evaluasi

kebijakan,

rencana

dan/atau

program

adalah

proses

pembangunan konsensus atau kesepakatan. Penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana
dan/atau program melibatkan berbagai pemangku kepentingan termasuk masyarakat,
dimana para pihak seringkali mempunyai kepentingan masing-masing. KLHS diintegrasikan
dalam penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program dengan harapan
dapat memperkuat proses membangun kesepakatan, khususnya tentang hal-hal yang
terkait dengan pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup. Meskipun demikian, perlu
dicatat bahwa ada kalanya tidak selalu tercapai konsensus, sehingga KLHS tidak selalu
mengarah pada satu kesepakatan bersama. Untuk itu proses KLHS tetap membuka peluang
adanya keragaman pendapat (“dissenting opinion”) dan dilampirkan pada hasil akhir
kesepakatan.
Karakteristik 2: Dinamika Proses Teknokratik, Partisipatif, dan Perumusan Kebijakan Publik
Oleh karena penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program melibatkan
berbagai pemangku kepentingan dengan kepentingan yang beragam, maka penyusunan
dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program tidak sepenuhnya merupakan proses
teknokratik atau ilmiah, melainkan juga proses partisipatif dan proses perumusan kebijakan
ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |8-12

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

publik, dalam pengertian dimana antar pemangku kepentingan saling mempengaruhi,
berdialog, dan bernegosiasi untuk memperjuangkan kepentingannya.
KLHS harus diselenggarakan dalam konteks ini. Suatu perencanaan kebijakan, penyusunan
rencana dan program adalah kontinuum rasional – konsensus, sehingga negosiasi tidak
dapat dilakukan tanpa basis proses rasional. Prinsip planning process improvement,
capacity building dan public accountable tidak dapat diaplikasikan tanpa ditunjang
argumentasi yang obyektif.
Karakteristik 3: Pentingnya Komunikasi dan Dialog
Karena penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program bertujuan
membangun konsensus antar berbagai kepentingan, maka dinamika komunikasi dan dialog
antar berbagai pemangku kepentingan menjadi penting. KLHS harus menekankan pada
proses komunikasi dan dialog yang efektif agar dapat mempengaruhi proses pengambilan
keputusan untuk memilih alternatif kebijakan, rencana dan/atau program yang lebih
berkelanjutan dan menyiapkan mitigasi yang diperlukan. Pelaku yang terlibat dalam
penyelenggaraan KLHS harus mengembangkan ketrampilan untuk dapat melakukan
proses-proses komunikasi dan dialog yang efektif.
Karakteristik 4: Pentingnya Peran Personal dan Proses Informal
Penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program di Indonesia juga dicirikan
dengan berperannya aktor-aktor personal, melalui jalur komunikasi informal dan/atau
personal. Proses dan komunikasi formal seringkali perlu didukung peran personal dan
proses

informal untuk menghasilkan

konsensus

atau

kesepakatan. KLHS

harus

diselenggarakan dengan mempertimbangkan hal ini, yakni membangun jalur komunikasi
personal dan/atau informal dengan para pemangku kepentingan. Melalui proses komunikasi
dan negosiasi personal dan/atau informal ini juga diharapkan dapat memperluas peluang
untuk mempengaruhi pengambil keputusan.
Obyek KLHS
Dalam UU PPLH Pasal 15 ayat 1 disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib
membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau
program.Kadang kala atribut kebijakan, rencana dan/atau program sulit dibedakan secara jelas,
bahkan dapat saling tumpang tindih, namun secara generik perbedaannya adalah sebagai berikut:

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |8-13

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

a. Kebijakan adalah arah atau tindakan yang diambil oleh Pemerintah atau pemerintah
daerah untuk mencapai tujuan. Dalam prakteknya kebijakan dapat berupa arah yang
hendak ditempuh (road map) berdasarkan tujuan yang digariskan, penetapan prioritas,
garis besar aturan dan mekanisme untuk mengimplementasi tujuan.

b. Rencana adalah hasil suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,
melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia. Dalam
prakteknya rencana dapat berupa rancangan, prioritas, pilihan, sarana dan langkahlangkah yang akan ditempuh berdasarkan arah kebijakan dengan mempertimbangkan
ketersediaan dan kesesuaian sumber daya.

c. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta
memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh
instansi pemerintah. Dalam prakteknya program dapat berupa serangkaian komitmen,
pengorganisasian dan/atau aktivitas yang akan diimplementasikan pada jangka waktu
tertentu dengan berlandaskan pada kebijakan dan rencana yang telah digariskan.

Sebagaimana tertuang dalam pasal 15 ayat 2 UU PPLH, penyelenggaraan KLHS bersifat
wajib dalam penyusunan atau evalausi : 1.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) beserta

rencana rincinya pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota. 2.
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. 3. Kebijakan,
berpotensi

menimbulkan

rencana

Rencana

Jangka Menengah (RPJM)
dan/atau

program

yang

dampak dan/atau risiko lingkungan. Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) beserta rencana rincinya terdiri atas: Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata
Ruang Pulau/Kepulauan, Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional, Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi, Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi, Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota, Rencana Detil Tata Ruang Kabupaten/Kota, dan Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Kabupaten/Kota.

Integrasi KLHS ke dalam Proses Perumusan Kebijakan, Rencana dan/atau Program
Sesuai dengan pendekatan dan prinsip KLHS sebagaimana dikemukakan di atas,
pengintegrasian KLHS dalam penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau
program menjadi kunci efektifitas penyelenggaraan KLHS.
Dalam konteks ini, tidak terdapat formula atau rumus baku yang dapat memandu
pengintegrasian ini karena setiap kebijakan, rencana dan/atau program mempunyai
karakteristik obyek, proses dan prosedur yang tertentu dan bahkan unik, karenanya menjadi
penting untuk memahami secara rinci masing-masing proses penyusunan dan evaluasi
kebijakan, rencana dan/atau program dengan segala dinamikanya.
ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |8-14

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

Setiap kebijakan, rencana dan/atau program mempunyai proses dan prosedur penyusunan,
penetapan dan evaluasi masing-masing. Oleh karena itu, detil pengintegrasian KLHS dalam
masing-masing kebijakan, rencana dan/atau program dirumuskan oleh masing-masing
kementerian/lembaga yang berwenang.
Untuk penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program, terkait penataan
ruang, kewajiban penyelenggaraan KLHS melekat pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Dalam PP ini telah diatur bahwa
dalam perencanaan tata ruang harus memperhatikan daya dukung dan daya tampung
lingkungan

melalui

Kajian

Lingkungan

Hidup Strategis. Berdasarkan PP tersebut,

proses penyusunan rencana tata ruang harus dilengkapi kajian daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup, sebagaimana diamanatkan dalam UUPPLH. UUPPLH juga
mewajibkan penyelenggaraan KLHS dalam evaluasi atau peninjauan kembali rencana tata
ruang. Lebih lanjut, pelaksanaan kajian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
dalam penataan ruang dapat mengacu pada pedoman yang telah diterbitkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup maupun Kementerian Pekerjaan Umum.
Dalam penyusunan RPJP dan RPJM, baik untuk tingkat nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota,

KLHS

diwajibkan

dalam

penyusunan

dan

evaluasi

RPJP/RPJM.

Pengintegrasian penyelenggaraan KLHS secara teknis untuk RPJP/RPJM pada tingkat
nasional akan ditentukan lebih lanjut oleh Bappenas, dan pada tingkat provinsi dan
kabupaten/kota oleh Kementerian Dalam Negeri.
Beberapa perundangan dan peraturan yang dapat menjadi referensi mengenai perencanaan
pembangunan antara lain: Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional; PP Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional; PP Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah; PP Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Peruntukan dan Perubahan Fungsi
Kawasan Hutan; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 08 Tahun 2007; Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 dan peraturan lain yang berlaku.
Penyelenggaraan KLHS untuk kebijakan, rencana dan/atau program lain yang berpotensi
menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup akan diatur oleh menteri/kepala
lembaga pemerintahan yang membidangi kebijakan, rencana dan/atau program terkait.
ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |8-15

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

Untuk mengetahui kebijakan, rencana dan/atau program apa saja yang berpotensi
menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup, dilakukan proses penapisan atau
screening. Sesuai dengan prinsip self assessment, proses penapisan dilakukan oleh
masing-masing pembuat kebijakan, rencana dan/atau program. Meskipun demikian, catatan
proses dan hasilnya harus dapat diakses oleh masyarakat dan pemangku kepentingan
lainnya.
Metode Pelaksanaan KLHS Berdasarkan Tingkat Kedetilan
Penentuan metode analisis teknis dan metode proses pelaksanaan KLHS juga akan sangat
ditentukan oleh konteks, kondisi, dan jenis kebijakan, rencana dan/atau program yang akan
dikaji. Oleh karena itu, diperlukan satu kecermatan dan kreativitas untuk menentukan
metode mana yang tepat dan efisien untuk satu KLHS. Dengan kata lain, penentuan metode
akan sangat ditentukan dengan kekhasan kondisi, situasi, dan jenis kebijakan, rencana
dan/atau programnya. Tabel berikut memberikan gambaran tentang tiga metode dan kondisi
yang melatarbelakangi pemilihan metode.

Tabel 8.8. Tiga Alternatif Metode Pelaksanaan KLHS dan Pertimbangan Pilihannya
Pilihan

Deskripsi

Metode

Umum

Pertimbangan

Catatan

Metode

Proses penilaian

• Kebijakan, rencana

Prasyarat penyusunan

Cepat/

suatu isu

dan/atau program

kebijakan, rencana

(Quick

berdasar

membutuhkan

dan/atau program yang

Appraisal)

pertimbangan

penilaian yang cepat. telah diatur dalam

ahli yang

•Keterbatasan waktu

peraturan perundangan

umumnya

dan sumberdaya.

harus tetap terpenuhi.

cenderung

• Tidak tersedia data

kualitatif.

yang cukup. •
Situasi darurat.

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |8-16

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

Pilihan

Deskripsi

Metode

Umum

Pertimbangan

Catatan

Metode
Semi
Detil

Penilaian
berdasarkan
pada data dan
informasi yang
lebih
akurat,
dapat bersifat
kuantitatif.

• Kebijakan, rencana
dan/atau
program
memerlukan
masukan segera.
• Tersedia data dan
informasi
yang
cukup.

Prasyarat penyusunan
kebijakan,
rencana
dan/atau program yang
telah
diatur
dalam
peraturan perundangan
harus tetap terpenuhi.

Metode
Detil

Penilaian
menggunakan
metode
yang
komprehensif
dan memerlukan
ahli.

• Kebijakan, rencana
dan/atau
program
yang kompleks dan
cukup waktu untuk
menyusunnya.
• Tersedia data dan
sumber daya yang
melimpah.
• Tersedia ahli yang
dapat mengerjakan.

Prasyarat penyusunan
kebijakan,
rencana
dan/atau program yang
telah
diatur
dalam
peraturan perundangan
harus tetap terpenuhi.

Metode Cepat (Quick Appraisal)
Metode Cepat atau quick appraisal adalah metode kajian yang lebih mengandalkan pengalaman dan
pandangan para pakar (profesional judgement) dan cenderung bersifat kualitatif. Metode ini dipilih
ketika satu kebijakan, rencana dan/atau program segera memerlukan pandangan KLHS, tidak
tersedia waktu yang cukup untuk melakukan kajian yang lebih detil. Namun prasyarat penyusunan
kebijakan, rencana dan/atau program berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku harus tetap
terpenuhi.
Beberapa petunjuk teknis agar metode ini dapat dilakukan dengan baik antara lain sebagai berikut:
1

Perlu dipilih pakar yang tepat sesuai dengan isu-isu yang terkait dengan
kebijakan, rencana dan/atau program.

2

Perlu dirancang suatu proses diskusi yang efektif dan efisien, antara lain dengan
merumuskan isu-isu pokok yang akan didiskusikan.

3

Moderator yang dipilih sebaiknya handal dan efektif, dapat menjaring dan
merumuskan pandangan para pakar secara obyektif.

4

Seluruh proses perlu dicatat atau didokumentasikan dengan rinci dan lengkap.

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |8-17

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

Contoh:
Identifikasi dan perumusan isu-isu pembangunan berkelanjutan dilakukan melalui suatu forum diskusi
dengan pemangku kepentingan dan atau melibatkan para ahli. dan ditentukan baik melalui
kesepakatan bersama, maupun dengan meminta pendapat para ahli (professional judgement).
Hasilnya diwujudkan dalam daftar sederhana dengan penjelasan sederhana yang mudah dipahami.
Kajian pengaruh antara suatu komponen kebijakan, rencana dan/atau program dengan potensi
dampak dan/atau risiko lingkungan hidup dilakukan dengan menggunakan matriks, perbandingan,
analisis sederhana, atau analogi.
Metode Semi Detil
Metode semi detil adalah kajian yang memanfaatkan data-data yang ada digabungkan dengan
pengalaman dan pandangan para ahli. Metode ini merupakan suatu langkah lebih maju daripada
metode cepat, dimana pandangan para pakar didasarkan pada dukungan data-data dan informasi
yang cukup memadai, sehingga keputusannya lebih akurat dan dapat lebih berifat kuantitatif.

Metode semi detil dipilih apabila kebijakan, rencana dan/atau program yang dikaji tidak begitu
mendesak untuk diputuskan, serta tersedia waktu dan sumber daya yang cukup untuk
mengumpulkan data dan informasi yang dapat mendukung pengambilan keputusan oleh para pakar.
Prasyarat penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program berdasarkan peraturan perundangan
yang berlaku harus tetap terpenuhi. Pada metode ini sebaiknya didahului dengan pelingkupan kajian
(misalnya lingkup wilayah, lingkup waktu, lingkup substansi yang dikaji dll).
Kiat-kiat untuk melakukan metode semi detil yang efektif dan efisien antara lain:
1

Pemilihan pakar dan pemangku kepentingan dilakukan secara selektif dan benarbenar sesuai dengan isu-isu yang terkait dengan kebijakan, rencana dan/atau
program.

2

Data-data dan informasi pendukung yang memadai disiapkan dalam format-format
yang mudah dibaca dan dipahami.

3

Moderator yang dipilih sebaiknya handal dan efektif, dapat menjaring dan
merumuskan pandangan para pakar secara jernih.

Contoh pelaksanaan KLHS dengan metode semi detil adalah:
1

Identifikasi

isu-isu

strategis

pembangunan

berkelanjutan

dilakukan

dengan

melakukan analisis kecenderungan berbasis data (baseline trend analysis) terhadap
masing-masing isu yang dianggap penting atau menjadi perdebatan antar pemangku
kepentingan;
2

Proses kompilasi data dan fakta dilakukan sesuai tahapan perumusan kebijakan,
rencana dan/atau program dan dilihat kecenderungannya untuk merumuskan isu-isu
pembangunan berkelanjutan; atau

3

Kajian pengaruh kebijakan, rencana dan/atau program terhadap dampak dan/atau
risiko lingkungan hidup dilakukan dengan mengkaji potensi dampak berdasarkan

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |8-18

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

analisis kecenderungan berbasis data (baseline trend analysis) atau kombinasi
antara metode cepat dan metode detil.

Metode Detil
Metode detil adalah kajian menggunakan berbagai metode ilmiah yang komprehensif, dan kompleks
yang dalam beberapa hal hanya dapat dilakukan oleh para pakar di bidangnya masing-masing.
Metode detil dilakukan untuk mengkaji beberapa isu spesifik yang dianggap penting dan sangat
beresiko apabila diputuskan tanpa kajian ilmiah yang sesuai prosedur.
Metode detil dilakukan apabila kebijakan, rencana dan/atau program yang dikaji menimbulkan isu-isu
penting dan komprehensif dan tidak segera harus diputuskan. Metode ini juga dipilih apabila
pemrakarsa kebijakan, rencana dan/atau program mempunyai sumber daya yang cukup untuk
melaksanakan metode ini. Pada metode ini sebaiknya didahului dengan pelingkupan kajian (misalnya
lingkup wilayah, lingkup waktu, lingkup substansi yang dikaji dll).

Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam memilih /melaksanakan metode detil yakni:
1

Metode yang kompleks tidak otomatis menghasilkan kajian yang lebih gamblang dan
jelas.

2

Penggunaan metodologi yang kompleks juga berpotensi menimbulkan penilaian
pemangku kepentingan bahwa hasil kajian justru tidak transparan.

3

Pendekatan kajian yang kompleks dapat bermanfaat jika benar-benar memberikan
nilai tambah bagi proses pengambilan keputusan.

4

4.Kerangka acuan kajian detil idealnya didiskusikan dengan pengambil keputusan
dan pemangku kepentingan yang terkait langsung untuk memastikan bahwa mereka
menyetujui tingkat akurasi dan keterbukaan dari pendekatan kajian yang kompleks
tersebut serta menyetujui konsekuensi waktu dan sumber daya yang diperlukan
untuk menyelenggraakan usulan kajian detil ini.

Contoh pelaksanaan KLHS dengan metode detil adalah:
1

Identifikasi

isu-isu

strategis

pembangunan

berkelanjutan

dilakukan

dengan

melakukan kajian-kajian terhadap masing-masing isu yang dianggap penting atau
menjadi perdebatan antar pemangku kepentingan;
2

Proses kompilasi data dan fakta dilakukan sesuai tahapan perumusan kebijakan,
rencana

dan/atau

program

dijadikan

sarana

untuk

merumuskan

isu-isu

pembangunan berkelanjutan.
Dengan kata lain, data dan informasi yang dikumpulkan pada tahap awal perumusan
kebijakan, rencana dan/atau program dapat dijadikan dasar untuk merumuskan isuisu strategis pembangunan berkelanjutan; atau
ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |8-19

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

3

Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana dan/atau program terhadap dampak
dan/atau risiko lingkungan hidup dengan menggunakan alat analisis yang lebih
kompleks seperti sistem informasi geografis (Geographic Information System/GIS),
proses analisis berhirarkhi (Analytical Hierarchy Process/AHP), dan pemodelan
hubungan antar factor.

Metode Pengkajian
Proses kegiatan penyusunan dokumen harus berinteraksi langsung dengan proses penyusunan KRP,
dimana integrasinya berlangsung menurut langkah-langkah sebagai berikut :


Langkah 1: Pelingkupan : proses sistematis dan terbuka untuk mengidentifikasi isuisu penting

atau

konsekuensi

lingkungan hidup yang akan timbul berkenaan

dengan rancangan KRP.


Langkah 2 : Penilaian atau telaah/analisis teknis:
proses identifikasi, deskripsi, dan evaluasi mengenai konsekuensi dan efek
lingkungan akibat diterapkannya RPJM; serta pengujian efektivitas RPJM dalam
menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan. Kegiatan telaah dan analisis teknis harus
didasarkan pada:

a. pemilihan dan penerapan metoda serta teknik analisis yang sesuai dan terkini,
b. penentuan dan penerapan aras rinci (level of detail) analisis agar sesuai
dengan kebutuhan rekomendasi, dan

c. sistematisasi proses pertimbangan seluruh informasi, kepentingan dan aspirasi
yang dijaring.


Langkah 3 : Penetapan alternatif:

a. substansi pokok/dasar RPJM atau KRP tata ruang (misalnya: mengubah
pola atau

struktur

ruang

dari yang semula diusulkan),

b. program atau kegiatan penerapan muatan RPJM atau KRP tata ruang
(misalnya: mengubah lokasi atau besaran infrastruktur yang dibutuhkan), dan

c. Kegiatan-kegiatan

operasional

pengelolaan

efek

lingkungan hidup

(misalnya : penerapan kode bangunan yang hemat energi).

Berdasarkan PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN
2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DALAM
PENYUSUNAN ATAU EVALUASI RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH, Kerangka Laporan KLHS
Dalam Penyusunan RPJPD atau RPJMD meliputi:

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |8-20

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

Tabel 8.9. Kerangka Laporan KLHS Dalam Penyusunan RPJPD atau RPJMD

Sumber: Permendagri 67 Tahun 2012

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |8-21

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

Tabel 8.10.

Kerangka Laporan KLHS Dalam Penyusunan Renstra SKPD

Sumber: Permendagri 67 Tahun 2012

KLHS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran rencana-program. Sedangkan
pada tataran kegiatan atau keproyekan, instrumen yang lebih tepat diterapkan adalah Amdal, UKLUPL. Dan SPPLH.

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |8-22

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

8.1.2. Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib
AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis
Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:
1. Proyek wajib AMDAL
2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL
3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas menjadikannya tidak
wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL.
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi
dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tetapi wajib dilengkapi
dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).
Tabel 8.11. Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
No.
A.

Jenis Kegiatan
Persampahan:
a. Pembangunan TPA Sampah Domestik
sistem Control landfill/sanitary landfill:

Skala/Besaran
dengan

- luas kawasan TPA, atau
- Kapasitas Total
b. TPA di daerah pasang surut:
- luas landfill, atau
- Kapasitas Total

B.

C.

c. Pembangunan transfer station:
- Kapasitas
d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah
terpadu:
- Kapasitas
e. Pengolahan dengan insinerator:
- Kapasitas
f. Composting Plant:
- Kapasitas
g. Transportasi sampah dengan kereta api:
- Kapasitas
Pembangunan Perumahan/Permukiman:
a. Kota metropolitan, luas
b. Kota besar, luas
c. Kota sedang dan kecil, luas
d. keperluan settlement transmigrasi
Air Limbah Domestik
a.
Pembangunan
IPLT,
termasuk
fasilitas
penunjang:
Luas, atau
Kapasitasnya
b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk
fasilitas penunjangnya:

> 10 ha
> 100.000 ton
semua
kapasitas/ besaran
> 500 ton/hari
> 500 ton/hari
semua kapasitas
> 500 ton/hari
> 500 ton/hari
> 25 ha
> 50 ha
> 100 ha
> 2.000 ha

> 2 ha
> 11 m3/hari

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA |8-23

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

No.

Jenis Kegiatan

Skala/Besaran

Luas, atau
Kapasitasnya
c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:
Luas layanan, atau
Debit air limbah
D.

E.

> 3 ha
> 2,4 ton/hari
> 500 ha
> 16.000 m3/hari

Pembangunan
Saluran
Drainase
(Primer dan/atau sekunder) di permukiman
a. Kota besar/metropolitan, panjang:
> 5 km
b. Kota sedang, panjang:
> 10 km
Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan
a. Pembangunan jaringan distribusi
Luas layanan
b. Pembangunan jaringan transmisi
panjang
Sumber:

> 500 ha
> 10 km

Permen LH 5/2012

Tabel 8.12. Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada Program Cipta
Karya
Sektor Pengembangan Permukiman
Kebutuhan Dokumen
Lingkungan

Uraian Kegiatan
Kab/Kota

Detail Lokasi

AMDAL

UKL/UPL

SPPL

Mataram

Kel. Dasan Agung Kec. Selaparang Kota
Mataram

-

-

-

-

-

-

Penyusunan DED Permukiman Kumuh Kws. Kec.
Sandubaya

Mataram

Kec. Sandubaya Kota Mataram

-

-

-

Penyusunan DED Permukiman Kumuh Kws. Kec.
Cakranegara

Mataram

Kec. Cakrenegara Kota Mataram

-

-

-

Penyusunan DED Permukiman Kumuh Kws. Kec.
Mataram

Mataram

Kec. Cakrenegara Kota Mataram

-

-

-

Mataram

Selaparang Kota Mataram

-

-

-

Mataram

Ampenan Kota Mataram

-

-

-

Mataram

Sekarbela Kota Mataram

-

-

-

Pengawasan Kualitas Permukiman Kumuh Kws. Kec.
Selaparang

Mataram

Kec. Selaparang Kota Mataram

-

-

-

Supervisi Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Kws. Sandubaya

Mataram

Sandubaya Kota Mataram

-

-

-

Supervisi Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Kws. Cakranegara

Mataram

Kec. Cakrenegara Kota Mataram

-

-

-

Supervisi Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Kws. Mataram

Mataram

Mataram Kota Mataram

-

-

-

Supervisi Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Kws. Selaparang

Mataram

Se