IDENTIFIKASI HASIL TANGKAPAN UTAMA NELAYAN DI KUALA TADU KABUPATEN NAGAN RAYA

  IDENTIFIKASI HASIL TANGKAPAN UTAMA NELAYAN DI KUALA TADU KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI MIRA HASNILA

  09C10432062

  

IDENTIFIKASI HASIL TANGKAPAN UTAMA NELAYAN DI

KUALA TADU KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

MIRA HASNILA

  

09C10432062

Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada

Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar

  

LEMBARAN PENGESAHAN

  Judul Skripsi : Identifikasi Hasil Tangkapan Utama Nelayan di Kuala Tadu Kabupaten Nagan Raya. Nama : Mira Hasnila NIM : 09C10432062 Program Studi : Perikanan

  Menyetujui, Komisi Pembimbing

  Ketua Anggota

  Ir. Said Mahjali, MM Ananingtyas Septia Darmarini, S.Pi.MP

  NIDN : 0110116502 NIDN : Mengetahui,

  Pj. Ketua Program Studi Perikanan Dekan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

  Yusran Ibrahim, S.Pi Uswatun Hasanah, S.Si., M.Si

  NIDN : NIDN : 0121057802

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Provinsi Aceh adalah salah satu provinsi di ujung paling barat negara republik Indonesia yang beribukota Banda Aceh. Provinsi Aceh merupakan provinsi yang hampir seluruhnya dikelilingi lautan yaitu Samudra Hindia, oleh karena itu potensi sumberdaya alam lautan sangat tinggi yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat Aceh. Provinsi Aceh terdiri dari beberapa kabupaten dan kota madya salah satunya adalah Kabupaten Nagan Raya.

  Kabupaten Nagan Raya adalah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2002 atas prakarsa masyarakat setempat. Secara astronomis Kabupaten Nagan Raya terletak pada garis koordinat 03 40’LU - 04 38’LU dan 96 11’BT - 96 48’BT, sedangkan letak Kabupaten Nagan Raya secara geografis adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya, Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat, Sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia(BPS Kabupaten Nagan Raya , 2006).

  Kabupaten Nagan Raya merupakan wilayah pesisir yang kaya akan hasil perikanannya. Hal tersebut tidak terlepas dari letaknya yang menghadap langsung ke samudra hindia yang kaya akan ikan. Namun belum banyak diketahui secara detail jenis - jenis ikan apa saja yang perlu diketahui secara terpadu, salah satu penyebabnya adalah tidak tersedianya data dan informasi menyebabkan potensi Kabupaten Nagan Raya melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkaptradisional dan modern dan penentuan daerah penangkapan, hal ini berakibat terhadap beragamnya jenis ikan hasil tangkapan di Kuala Tadu Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya.

  Jenis ikan yang ada di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kuala Tadu sangat beragam. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di TPI Kuala TaduKabupaten Nagan Raya. Jenis ikan hasil tangkapan nelayan yang diperjual-belikan adalah ikan lumi-lumi(luli atau lomek), layur, kasee, udang-udangan, dan lain sebagainya.

  Selama ini, data inventarisasi ikan pada TPI Kuala Tadu Kabupaten Nagan Raya belum memadai. Berdasarkan dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian ini dengan judul “Identifikasi Hasil Tangkapan Utama Nelayan di Kuala Tadu Kabupaten Nagan Raya”.

1.2. Rumusan Masalah

  Jenis ikan hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di TPI Kuala Tadu beragam jenisnya. Dari jumlah ikan hasil tangkapan nelayan hanya sebagian kecil yang diketahui oleh masyarakat adalah jenis ikan yang di konsumsi sehari - hari seperti ikan teri, tembang, lemuru, dan berbagai jenis lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi tentang “apa saja jenis ikan hasil tangkapan utama di gunakan di Kuala Tadu Kabupaten Nagan Raya”.

  1.3. Tujuan Penelitian

  Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

  1. Untuk mengetahui jenis ikan Hasil Tangkapan Utama Nelayan di Kuala Tadu Kabupaten Nagan Raya.

  2. Untuk mengetahui persentase (%) jumlah jenis ikan tangkapan nelayan yang ada di TPI Kuala Tadu selama penelitian.

  1.4. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang jenis ikan hasil tangkapan utama Nelayan di Kuala Tadu Kabupaten Nagan Raya,menghasilkan salah satu informasi dalam kerangka pengelolaan perikanan berbasis ekosistem di wilayah penangkapan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

  2.1. Pengertian ikan

  Ikan merupakan vertebrata yang berdarah dingin (poikiloterm),hidup di dalam lingkungan air, pergerakan dan keseimbangan tubuhnyaterutama menggunakan sirip dan umumnya bernafas dengan insang.Setiap jenis ikan memiliki ciri-ciri taksonomi biologis dan ekologis yang spesifik, sehingga dalam mempelajarinya diperlukan pendekatan baiksecara kasat mata (external anatomy), bagian dalam tubuh (internalanatomy) dan organ tambahan yang dimiliki oleh beberapa jenis ikan(Anonim, 2009).

  2.2. Identifikasi

  Inventarisasi ikan berguna untuk melihat jenis-jenis ikan apa saja yang terdapat di suatu daerah. Sebagai langkah awal diperlukan kegiatan identifikasi terhadap organisme tersebut. Identifikasi menurut Mayr (1971) adalah menempatkan atau memberikan identitas suatu individu melalui presedur deduktif ke dalam suatu takson dengan menggunakan kunci determinasi. Kunci determinasi adalah kunci jawaban yang digunakan untuk menetapkan identitas suatu individu. Kegiatan identifikasi bertujuan untuk mencari dan mengenal ciri- ciri taksonomi yang sangat bervariasi dan memasukkannya ke dalam suatu takson.

  Selain itu untuk mengetahui identitas atau nama suatu individu atau spesies dengan cara mengamati beberapa karakter atau ciri morfologi spesies tersebut dengan membandingkan ciri-ciri yang ada. dikenal, untuk menetapkan ciri - ciri penting dari kelompok ini dan untuk senantiasa mencari perbedaan yang tetap antara kelompok itu. Di samping itu ahli harus memberikan nama ilmiah kepada kelompok itu untuk memungkinkan pemberian pengakuan kepadanya oleh ahli lain di seluruh dunia (Saanin, 1984).

2.3 Alat Tangkapan Ikan

  Alat penangkapan ikan adalah alat atau peralatan yang digunakan untuk menangkap atau mengumpulkan ikan (Djuhanda, 1981). Timbulnya banyak jenis alat tangkap dan teknologi penangkapan yang berbeda-beda tidak terlepas karena lautan Indonesia yang beriklim tropis memiliki banyak sekali jenis ikan, udang maupun biota laut lainnya yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Di samping itu kondisi dan topografi dasar perairan daerah satu dengan lainnya berbeda sehingga menjadi salah satu faktor timbulnya banyak jenis alat tangkap. Namun sebagian dari jenis biota lain yang tidak termasuk sasaran penangkapan, kadangkala secara tidak sengaja ikut tertangkap pula. Contoh yang paling jelas adalah penggunaan pukat udang, dimana semua biota dasar ikut tertangkap (Subani dan Barus, 1989 dalamSisca 2011).

  Alat-alat penangkapan harus dikembangkan sedemikian rupa agar semakin selektif dan aman terhadap lingkungan hidup sehingga dapat mempertahankan keanekaragaman jenis dan populasi ikan. Upaya untuk mempertahankan keanekaragaman jenis di dalam suatu ekosistem dan ikan yang dimanfaatkan oleh manusia merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ekosistem secara keseluruhan. Dengan demikian, karena ikan di laut selalu ditangkap dengan jaring kematiannyadengan percuma. Kejadian tersebut hendaknya dihindari atau dikurangi kemungkinan terjadinya.

  Alat tangkap yang di gunakan di Kuala Tadu adalah puka Hela. Pukat Hela merupakan salah satu alat tangkap yang termasuk di dalam klasifikasi jaring

  

trawl, karena ukurannya kecil sehingga disebut juga mini trawl dan bekerjanya di

  dasar perairan sama seperti trawl-trawl yang lain sehingga disebut small bottom

  

trawl . Pengoperasian pukat Hela ini dikhususkan untuk menangkap ikan

  demersal, karena adanya sistem membuka dan menutupnya mulut jaring karena adanya papan otter (other board) yang dipasang pada bagian depan ujung sayap (wing), otter trawl ini merupakan trawl dasar yang bagian mulutnya tidak kaku karena tidak di pasang beam, mengenai bentuk umum daripada pukat Hela terdiri dari sepasang sayap atau kaki yang berukuran panjang ± 20 - 30 meter, lebar bagian terujung adalah 1 meter (Ayodhya, 1975).Menurut Subani dan Barus, 1989 sketsa pukat Hela dapat digambarkan sebagai berikut.

  Dari sumber yang sama menjelaskan pukat Hela adalah jaring yang terdiri dari bagian-bagian kantong, sayap dan mulut dan dilengkapi dengan kayu (danleno) pada sayap tegak dan sebuah palang (beam) mendatar untuk membuat mulut jaring yang terbuka bila ditarik sepanjang dasar perairan. Namun akhir- akhir ini nama Hela juga berkembang sejalan dengan perkembangan sejenis jaring pukat yang pengoperasiannya ditarik (pukat tarik) dengan menggunakan perahu atau kapal di dasar perairan.

2.4Selektivitas Alat Penangkapan Ikan

  Selektivitas adalah sifat dari suatu alat tangkap dalam menangkap ukuran dan jenis ikan tertentu dalam suatu populasi (Astrini, 2004 dalam Sisca2011) menjelaskan selektivitas alat tangkap tersusun oleh dua karakter, yaituselektivitas ukuran (size selectivity) dan selektivitas spesies (species selectivity). Selektivitas ukuran merupakan karakter dari suatu alat tangkap untuk menangkap ikan berukuran tertentu dengan kemungkinan yang tidak tetap pada populasi ikan hasil tangkapan yang berbeda, sedangkan selektivitas spesies adalah karakter dari alat tangkap untuk menangkap ikan dari spesies tertentu dengan kemungkinan yang tidak tetap pada populasi spesies hasil tangkapan yang bervariasi.

  Dijelaskan oleh sumber yang sama alat tangkap yang termasuk dalam kategori alat non selektif adalah alat-alat yang dalam operasi penangkapannya membentuk kantong misalnya trawl, purse seine dan lain-lain. Untuk alat-alat ini biasanya dianggap bahwa komposisi ukuran ikan yang masuk ke dalam mulut jaring sama dengan pada sekitar alat tersebut. Oleh karena itu, menjadi pertanyaan selektivitas alat tersebut dapat diduga baik dengan meletakkan suatu penutup yang bermata jaring lebih kecil di seluruh cod-end atau bagian lain yang tertangkap pada waktu dan tempat yang sama.

2.5 Metode Pengoperasian

  Urutan pengoperasian alat tangkap jaring Hela, menurut (Direktorat Jenderal Perikanan 1995, dalam Khaerudin2006) yaitu

  1. Setelah sampai di fishing ground kecepatan perahu dikurangi sehingga bergerak perlahan. Melalui bagian samping kiri buritan kapal penawuran dimulai dengan penurunan kantong, badan, sayap, danleno dan palang. Untuk jaring yang pengoperasiaannya menggunakan papan otter, setelah semua bagian jaring berada dipermukaan air, jaring tersebut ditarik supaya kedudukan kedua sayap sejajar. Selanjutnya kedua papan diturunkan secara bersana-sama dan dibiarkan melayang dipermukaan air sambil ditarik sampaiposisi kedua papan tersebut sempurna.

  2. Pada saat penurunan tali penarik, gerakan perahu agak dipercepat. Panjang tali penarik disesuaikan dengan kedalaman perairan.

  3. Ujung tali penarik diikat pada bagian depan perahu sedangkan dibagian buritan kanan tali penarik tersebut ditarik sejajar perahu diharapkan posisi jaring berada di belakang perahu.

  4. Perahu bergerak ke depan dengan kecepatan tertentu (3-4 knot) dan jaring ditarik selama setengah jam.

  5. Setelah penarikan jaring selesai, mesin dimatikan dan penarikan tali penarik

  6. Hasil tangkapan dikeluarkan dari bagian kantong dengan membuka tali pengikat kantong.

  7. Jaring dan tali temali disusun kembali untuk penawuran berikutnya

2.6 Daerah dan Musim Penangkapan

  Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan suatu wilayah perairan yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan penangkapan atau daerah yang diduga terdapat gerombolan ikan. Sulit untuk meramalkan arah dan letak dari perpindahan dari suatu daerah penangkapan ikan, karena ikan yang menjadi tujuan usaha berada didalam air, dan tidak terlihat dari permukaan air sedangkan kemampuan mata manusia untuk melihat ke dalam air terbatas (Ayodhyoa, 1975). Disebutkan dalam sumber yang sama bahwa Jenis ikan yang hidup di perairan amat beragam serta menempati fishing ground yang berbeda- beda sesuai dengan kebutuhannya, sehingga dalam usahapenangkapannya mempunyai banyak variasi baik dalam bentuk alat tangkap, metodepenangkapan, maupun struktur organisasi usahanya.

  Pukat Hela dioperasikan pada daerah pantai dengan tipe dasar perairan lumpur berpasir. Kedalaman perairan berkisar antara 15-60 m dengan tofografi dasar perairan yang relatif datar. Jaring Hela dapat dioperasikan sepanjang tahun, namun intensitas pengoperasiannya dipengaruhi oleh musim penangkapan (Puslitbang Perikanan, 1991dalamKhaerudin 2006).

2.7 Hasil Tangkapan Utama.

  Menurut Manalu (2003), dalamSisca (2011) ditinjau dari pemanfaatannya hasil tangkapan dibagi menjadi dua antara lain sebagai berikut 1) Hasil tangkapan utama (target catch)

  Hasil tangkapan utama adalah komponen dari stok ikan yang utama dicari dari operasi penangkapan ikan. Hasil tangkapan utama merupakan sasaran target utama dari alat penangkapan ikan yang digunakan. 2) Hasil tangkapan sampingan (by-catch target)

  Hasil tangkapan sampingan adalah ikan non target yang tertangkap dalam operasi penangkapan ikan. Tertangkapnya spesies ikan non target ini dapat disebabkan karena adanya tumpang tindih habitat antara ikan target dan non target serta kurang selektifnya alat tangkap yang digunakan.

  Berdasarkan sumber yang sama dijelaskan bahwa hasil tangkapan sampingan atau disingkat HTS merupakan istilah yang pada awalnya dikenal di kalangan nelayan. HTS merupakan bagian dari hasil tangkapan total yang tertangkap secara bersamaan dengan spesies target yang diupayakan. kategori hasil tangkapan sampingan (by-catch) dibedakan menjadi dua. 1) Spesies yang kebetulan tertangkap, yaitu hasil tangkapan yang tertahan dan bukan merupakan spesies target dari operasi penangkapan ikan. Spesies yang kebetulan tertangkap ini ada yang dimanfaatkan oleh nelayan dan ada yang dibuang bergantung pada nilai ekonominya.

  2) Spesies yang dikembalikan ke laut atau discard catch, yaitu bagian dari hasil

BAB IIIMETODELOGI PENELITIAN

  3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

  Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli - Agustus 2013 yang bertempat di TPI Kuala Tadu Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya. Kemudian di Identifikasi dan pemotretan ikan dilakukan di Lokasi penelitian.

  3.2 Alat

  Alat yang digunakan selama penelitian adalah kamera untuk mengambil gambar, meteran dan pengaris utntuk mengukur sample, alat tulis menulis untuk mencatat jenis dan ukuran sample serta buku identifikasi untuk mengidentifikasi sample yang diperoleh.

  3.3Unit Penangkapan yang Digunakan

  (Subani dan Barus, 1989) menyebutkan satu unit pukat Hela terdiri atas 4 bagian besar yaitu (1) sayap (2) badan jaring (3) kantong dan (4) papan otter.

  Spesifikasi bagian-bagian tersebut dijelaskan lebih lanjut di bawah ini

  (1) Sayap jaring

  Sayap jaring berfungsi untuk mengarahkan hasil tangkapan masuk kedalamjaring. Bagian ini berhubungan dengan otter board (bagian depan), dan dengan perut jaring (bagian belakang). Bahan yang digunakan adalah nilon dan mata jaring berukuran 4 mesh, terdiri dari dua bagian yaitu sayap kanan dan sayap kiri. Pada bagian ini terdapat tali ris atas dan pelampung kecil pada bagian sisi kiri dan kanan pelampung dan pemberat kecil serta potongan-potongan

  (2) Badan jaring

  Bagian badan jaring berfungsi untuk mengurung ikan yang telah digiring olehsayap. Sudut depan kiri dan kanan berhubungan langsung dengan sayap kiri dankanan, sedangkan bagian belakang badan berhubungan dengan kantong. Bagianbadan ini terbagi menjadi dua bagian dengan ukuran mata jaring yang berbeda.Bahan yang digunakan adalah nilon dengan mata jaring berukuran 4 mesh(bagian 1) dan ukuran 1-2 mesh (bagian 2). Sepanjang bagian atas badan jaringdilengkapi dengan pelampung .

  (3) Kantong jaring

  Bagian kantong merupakan bagian paling belakang dari alat tangkap pukat Helayang berfungsi sebagai tempat untuk menampung hasil tangkapan.

  Pada bagian depan kantong berhubungan langsung dengan bagian badan jaring dan bagian belakang kantong diikat dengan seutas tali.

  (4) Otter board Otter board ini berfungsi untuk membuka mulut jaring kearahhorizontal

  (ke arah kanan dan kiri) sewaktu alat tangkap pukat Hela dioperasikan.Otter

  

board ini berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 65 cm, tinggi 35cm

  dan tebal 1,9 cm. Terbuat dari bahan kayu yang dilengkapi dengan besi pada bagian bawahnya yang berfungsi sebagai pemberat. Selama penelitian, otter

  

board yang ada sebanyak dua pasang, satu pasang dipakai selama operasi

penangkapan sedangkan satu pasang lagi digunakan sebagai cadangan di perahu.

3.4 Metode Penelitian

  Pada penelitian ini dilakukan pengamatan langsung dan wawancara untuk mendapatkan data primer. Selengkapnya metode dan teknik pengumpulan datanya disajikan pada Tabel 1.

  Tabel 1. Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini No Jenis Data Metode

  Pengumpulan Sumber Data

  Alatyangdigunakan

  1. Data Komposisi HasilTangkapan

  • Dinas Kelautandan Perikanan(DKP) KabupatenNagan Raya -Wawancara dan pengumpulan data sekunder

  2. Data alat tangkapyangdigunakan

  • Wawancara
  • Pengamatan langsung di lapa
  • Kuesioner - Kamera - Alat tulis

  3. Data hasil tangkapannelayan

  • Wawancara
  • Pengamatan dilapa
  • Kuesioner
  • Kamera
  • Alat Tulis -Alat Ukur

  4. Data panjang dan berat ikan Pengukuran - AlatUkur panjang

  • Alat Ukur Berat:timbangandeng an ketelitian 0,5 gram

  Metode penelitian yang digunakan secara umum adalah dengan informasi tentang populasi yang jumlahnya besar, dengan cara mewawancarai sejumlah kecil dari populasi itu. Untuk memperoleh keterangan dapat digunakan

  

questionnaire atau angket, wawancara, observasi langsung atau kombinasi teknik-

teknik pengumpulan data.

  Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

  

purposivesampling, yaitu untuk memilih unit penangkapan jaring Hela yang

  akan mendata jumlah hasil tangkap yang didaratkan armada jaring Hela dari jumlah observasi sampel yang diambil. Metode ini digunakan berdasarkan pertimbangan unit penangkapan jaring Hela yang dipilih adalah kapal motor dengan operasi penangkapan satu hari melaut (one day fishing).

3.5 TeknikPengumpulan data.

  Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung (pengukuran morfologi dan penimbangan berat hasil tangkapan), hasil wawancara dengan nelayan atau hasil pengisian kuesioner oleh responden yang digunakan sebagai sampel. Adapun data sekunder diperoleh dari dinas dan instansi terkait serta literatur yang relevan. Metode yang akan dilakukan untuk memperoleh data pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut. 1) Wawancara

  Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survey yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian (Indriantoro 2009 dalam Hesti 2012). Dalam penelitian ini, dilakukan wawancara dengan berhubungan dengan identitas responden, kapal yang digunakan responden, alat tangkap yang digunakan responden, operasi penangkapan ikan, hasil tangkapan, musim penangkapan dan lokasi penangkapan. 2) Kuesioner

  Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2009dalam Hesti 2012) menjelaskan, kuesioner diberikan kepada responden untuk mengetahui Kuesioner (angket) yang digunakan oleh peneliti merupakan angket yang bersifat terbuka. Angket terbaka adalah suatu angket dimana pertanyaan dan jawabannya tidak ditentukan sehingga responden memilih jawaban yang tidak ditentukan atau bebas. 3) Pengumpulan data sekunder

  Data sekunder diperoleh terutama dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nagan Raya, instansi terkait dan literatur yang relevan.

3.6 Metode Pengambilan Data

  Hasil tangkapan yang diperoleh dari alat tangkap tersebutkemudian dikumpulkan untuk mengetahui jenis dan ukuran ikan serta jumlah hasil tangkapan, jenis ikan yang tertangkap di Identifikasi. Jenis ikan diketahui dengan melihat ciri-ciri ikan berdasarkan bentuk, tipe sirip dan warna ikan yang tertangkap dan mencocokannya dengan buku identifikasi ikan. Ukuran ikan diperoleh dengan menggunakan alat bantu meteran, panjang total ikan diukur dari

  Gambar 2 : Cara pengukuran panjang ikan

3.7 Analisa Datas

  Untuk menganalisa data dalam penelitian, peneliti menggunakan metode Deskriptif Analisis yaitu menggambarkan, menguraikan dan menganalisis semua data penelitian yang diperoleh. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah setelah data terkumpul dari masing - masing parameter kemudian ditabulasi dan dideskripsikan. Kemudian dihitung persentase (%) dengan menggunakan rumus statistik sederhana dari (Sudjono,1996) dijelaskan sebagai berikut

  F 100 % x P

  N

  Ket :P = Persentase F = Frekwensi N = Jumlah Jenis 100 % = Bilangan Tetap

3.8 Metode Pengoperasian

  Pengoperasian pukat Hela di Kuala Tadu dilakukan pada pagi hariyaitu mulai subuh hingga pagi hari. Pengoperasian alat tangkap pukat Hela pada saat penelitian melalui beberapa tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pencarian

  

fishingground , tahap operasi penangkapan (setting, towing atau penarikan jaring

dan hauling atau pengangkatan jaring) dan tahap penanganan hasil tangkapan.

  (1) Tahap persiapan Persiapan dilakukan sebelum berangkat menuju daerah penangkapan ikan.

  Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah pemeriksaan alat tangkap, kondisi mesin, perahu, bahan bakar, kotak tempat hasil tangkapan dan persiapanperbekalan. Persiapan ini dimulai pada pukul 06.00 WIB.

  (2) Tahap pencarian fishing ground

  Penentuan fishing ground pada pengoperasian pukat Hela dilakukanberdasarkan informasi atau pengalaman hasil tangkapan sebelumnya.

  Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai fishing ground ini berkisar setengah jam dengan kecepatan rata-rata perahu 6 km/jam.

  (3) Tahap operasi penangkapan

  Operasi penangkapan ikan yang diikuti 6 kali Trip sebanyak 18 kali setting dan 18 kali hauling dalam seminggu operasi penangkapan. Operasi penangkapan dilakukan selama 5 jam dalam sehari.

  (4) Tahap penanganan hasil tangkapan

  Setelah semua hasil tangkapan dikeluarkan dari kantong diatas dek perahu, tahap selanjutnya yaitu penanganan hasil tangkapan yang meliputi kegiatan sebagai berikut: (a). Pemisahan hasil tangkapan berdasarkan jenis, baik itu jenis ikan sebagai hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan berupa rajungan, cumi-cumi, sotong dan udang. Untuk hasil tangkapan sampingan yang lain dibuang kelaut setelah dilakukan penyortiran dan pencatatan.

  (b). Memindahkan hasil tangkapan udang kedalam termos besar yang diberi es urah dan jenis rajungan, sotong, cumi-cumi dan ikan sebagai hasil tangkapan sampingan ditempatkan dalam keranjang berukuran besar. Untuk selanjutnyadilakukan persiapan untuk setting berikutnya.

  

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

  4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian di TPI Kuala Tadu

  Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Kuala Tadu Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya pernah dibangun pada tahun 1998 dengan luas tanah

  2

  berukuran 6 x 12 m . Pada tahun 2004 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kuala Tadu hancur akibat Bencana Gempa dan Tsunami. Setelah Tsunami TPI Kuala Tadu tersebut diberi bantuan oleh NGO untuk dimanfaatkan sementara oleh para Nelayan di Gampong Kuala Tadu sambil menunggu proses pembangunan TPI yang baru. Masyarakat Gampong Kuala Tadu mencari lokasi untuk mendirikan sebuah TPI akhirnya mendapatkan lokasi untuk membangunkan sebuah TPI dan sudah dilakukan pembebasan lahan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2010 ( DKP Kabupaten Nagan Raya, 2012).

  Pada tahun 2011 membangun sebuah Pos Pemantauan dan Dermaga untuk TPI Kuala Tadu pada lahan tersebut. Pada tahun 2013 mendatang rencana PEMDA akan membangunkan sebuah TPI yang dulunya hancur akibat Gempa

  2

  dan Tsunami dengan ukuran luas tanah 40 x 50 m di desa Kuala Tadu dan kini sedang dalam tahap pembuatan. (DKP Kabupaten Nagan Raya 2012). Desa Kuala Tadu memiliki batas-batas sebagai berikut:

  Sebelah timur berbatasan dengan Desa Cot Mee

   Sebelah barat berbatasan dengan Laut Samudra Hindia  Sebelah utara berbatasan dengan Desa Cot Rambong

  

  4.2. Armada yang Digunakan di Kuala Tadu

  Jenis armada tangkap di kecamatan tadu raya terdiri dari perahu tanpa motor, perahu dengan motor tempel dan kapal motor dengan kapasitas kecil yaitu kurang dari 5 GT. Armada yang paling banyak di pakai adalah kapal motor. Jumlah armada pada masing-masing jenis selengkapnya dapat dilihat pada tabel2. berikut ini. Tabel 2. Jumlah Armada yang digunakan di Kuala Tadu

  No Jenis Armada Jumlah (unit) Persentase

  1 Kapal Motor 30 55%

  2 Motor Tempel 7 13%

  3 Perahu tanpa motor 18 32% Jumlah 55 100%

  Sumber: DKP, Kabupaten Nagan Raya 2012. Di olah kembali Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah armada kapal di kecamatan

  Kuala Tadu sebanyak 55 unit semuanya terdiri dari kapal motor (55%) selebihnya adalah perahu tanpa motor (13%) dan motor tempel sebanyak (32%).

  4.3. Alat Tangkap yang Digunakan di Kuala Tadu

  Alat tangkap merupakan semua alat yang diperlukan dalam usaha penangkapan ikan. Jenis alat tangkap yang di gunakan nelayan di TPI Kuala Tadu Kabupaten Nagan Raya di dominasi oleh alat tangkap pukat Hela. Jumlah dan jenis alat tangkap selengkapnya Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Alat Tangkap Yang Digunakan Di Kuala Tadu No Jenis Alat Tangkap Jumlah Persentase

  1 Pukat Pantai 2 1,8%

  2 Jaring Insang 89 76%

  3 Rawai 26 22,2% Jumlah 117 100% DKP Kabupaten Nagan Raya 2012.

  Kelompok ikan demersal dan pelagis menjadi kelompok dominan dan penting dalam produksi perikanan Kabupaten Nagan Raya. Hampir 60% produksi perikanan berasal dari kelompok ikan pelagis terutama ikan pelagis kecil, sehingga kelompok ikan domersal dan pelagis kecil menjadi penting dan mendapat perhatian khusus untuk dapat dijaga kelestariannya.

  Kegiatan penangkapan ikan di Kuala Tadu Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya dilakukan dengan berbagai jenis alat tangkap. Adapun jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan untuk kegiatan adalah pukat Hela, jaring insang, dan rawai (DKP Kabupaten Nagan Raya, 2012).

4.4. Hasil Tangkapan

  Hasil tangkapan merupakan hasil yang diperoleh nelayan setelah melakukan operasi penangkapan ikan di laut. Jenis tangkapan nelayan yang didaratkan di TPI Kuala Tadu beragam-ragam jenisnya yaitu: udang, kepiting, ikan pelagis kecil, dan ikan domersal kecil. Adapun jumlah produksi hasil tangkapan nelayan di kecamatan tadu raya dapat dilihat pada Tabel 4 Tabel 4. Jumlah Produksi Hasil Tangkapan Nelayan Di Kuala Tadu Produksi

  No Tahun Kecamatan (ton) 1 2010 Tadu Raya 375

  2 2011 Tadu Raya 400 Rata-rata

  775 Sumber : DKP Kabupaten Nagan Raya Tahun 2012)

  Dari tabel 4 di terlihat bahwa hasil produksi tangkapan nelayan meningkat dari 375 ton pada Tahun 2010 menjadi 400 ton pada Tahun 2011, atau terjadi peningkatan sebesar 6.67 %.

4.5 Jumlah Nelayan di Kuala Tadu

  Nelayan merupakan orang yang mata pencaharian utamanya dari usaha menangkap ikan di laut. Menjadi seseorang nelayan diperlukan keberanian dan keahlian untuk melakukan kegiatan beroperasian alat tangkap di laut dan berani menghadapi berbagai rintangan yang terjadi di laut. Dari berbagai aktifitas nelayan yang ada di TPI Kuala Tadu, jumlah nelayan yang tetap 91 orang. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5.

  Tabel 5. Jumlah Nelayan Tadu Raya Jumlah Nelayan

  No Status Nelayan Persentase (Orang)

  1 Nelayan tetap 91 70%

  2 Nelayan tidak tetap 39 30% Total 130 100%

  Tabel 5 di atas menjelaskan bahwa pada umumnya nelayan kuala tadu kecamatan tadu raya adalah nelayan tetap (70 %) dan hanya (30 %) merupakan nelayan tidak tetap.

  Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, yang dimaksud dengan nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Berdasarkan waktu yang dipergunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan, nelayan dapat diklasifikasikan menjadi (Direktorat Jendral Perikanan Tangkap, 2008

  dalam Wiwi 2011) menjelaskan bahwa

  1) Nelayan penuh, yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan.

  2) Nelayan sambilan utama, yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan. Selain nelayan sebagai pekerjaan utama, pada kategori ini nelayan tersebut juga mempunyai pekerjaan lain

  3) Nelayan sambilan tambahan, yaitu nelayan yang sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan, sedangkan sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan lain.

BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN

5.1Karakteristik Alat Tangkap di Kuala Tadu

  Unit penangkapan pukat Hela ini dilengkapi dengan tabel karakteristik alat tangkapnya. Pukat Hela merupakan salah satu alat tangkap yang termasuk di dalam klasifikasi jaring trawl, karena ukurannya kecil sehingga disebut juga mini

  

trawl dan bekerjanya di dasar perairan sama seperti trawl-trawl yang lain

  sehingga disebut small bottom trawl. Pengoperasian pukat Hela ini dikhususkan untuk menangkap ikan demersal, karena adanya sistem membuka dan menutupnya mulut jaring karena adanya papan otter (other board) yang dipasang pada bagian depan ujung sayap (wing), otter trawl ini merupakan trawl dasar yang bagian mulutnya tidak kaku karena tidak di pasang beam Pukat Hela adalah suatu alat yang termasuk ke dalam jenis boat seine. Mengenai bentuk umum daripada pukat Hela terdiri dari sepasang sayap atau kaki yang berukuran panjang ± 20 - 30 meter, lebar bagian terujung adalah 1 meter. Ukuran mesh size yang digunakan pada alat tangkap Hela adalah 4 inc sampai yang paling kecil. Alat penangkapan ikan ini dioperasikan dengan menggunakan kapal motor dengan bahan kayu. Kapal yang digunakan salah satunya memiliki ukuran panjang 9 meter, lebar 2,5 meter. Mesin kapal yang digunakan memiliki kekuatan 3 GT. Alat tangkap ini terdiri atas sayap, badan jaring, kantong, tali ris atas, tali ris bawah, tali selambar, pelampung dan pemberat.

  Hasil tangkapan yang diperoleh oleh pukat Hela adalah ikan domersal dan layur,lemuru,Luli, sedangkan hasil tangkapan sampingannya adalah udang rebon, teri nasi, cumi-cumi, gulamah, kepiting, lidah, kapasan, pepetek.

  Proses pengoperasian Pukat Hela di Kuala Tadu dilakukan secara harian (one day fishing). Nelayan berangkat menuju lokasi penangkapan (fishing ground) sekitar pukul 06.00 pagi Waktu yang dibutuhkan menuju fishing ground sekitar setengah jam tergantung jarak yang ditempuh. Penggunaan tenaga pada alat tangkap pukat Hela berkisar antara 3 atau 4 orang .

  Pengoperasian pukat Hela dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap persiapan, penentuan fishing ground, penurunan jaring (setting) dan pengangkatan jaring (hauling). Tahap persiapan antara lain persiapan bahan bakar, pengecekan mesin, perbekalan makanan, es, air tawar dan keperluan melaut lainnya.

  Penurunan jaring dimulai dengan menurunkan pelampung tanda, diikuti tali selambar kanan, kemudian sayap kanan dan badan jaring dimana ujung tali selambar kanan masih tetap berada pada perahu. Saat penurunan sayap, nelayan lain melemparkan pemberat dan pelampung secara berurutan agar tidak terbelit dengan jaring. Selanjutnya dilakukan penurunan kantong dan sayap kiri sampai bertemu dengan pelampung tanda awal. Waktu yang dibutuhkan untuk setting adalah 20 - 30 menit. Ketika gerombolan ikan diperkirakan sudah masuk ke dalam kantong, selanjutnya dilakukan tahap hauling. Tahap ini dimulai dengan pengangkatan. Tahap ini dimulai dengan pengangkatan sayap kiri dan sayap kanan secara bersamaan. Saat proses hauling diusahakan posisi kantong berada di tengah. Pengangkatan jaring dilakukan secara perlahan, setelah sampai badan yang meloloskan diri. Pada saat pengangkatan jaring.Untuk mengetahui Karakteristik alat tangkap yang digunakan, dapat di sajai pada tabel 6.

  Tabel 6. Karakteristik Alat Tangkap Yang Di Gunakan Dari Hasil Kuisioner No Pengajuan Pertanyaan Hasil Penelitian

  1. Jarak lokasi penangkapan ikan dari (TPI) Setengan jam (5 Kilo Meter)

  2. Waktu yang dibutuhkan menuju lokasi penangkapan ikan ? 0,5 Jam

  3. Kapaistas kapal

  3 GT s/d 5 GT

  4. Jenis alat tangkap yang digunakan Pukat Hela

  5. Bahan jaring Nilon

  6. Jumlah operasional kapal 1 atau 2 trip perhari

  7. Jenis ikan yang ditangkap layur,lemuru,Luli

  8. Mesh size alat tangkap yang gunakan 4 inch sampai yang paling kesil

  9. Lebar alat tangkap yang bapak digunakan (meter)

  1 Meter

  10. Panjang alat tangkap yang digunakan 20 s/d 25 Meter Dari hasil wawancara dengan para nelayan di Kuala Tadu pada saat penelitian, maka didapatkan hasil dari kuisioner adalah masyarakat Kuala Tadu menggunakan alat tangkap pukat Hela. Mereka melakukan operasi sebanyak 1 trip perhari dengan mengunakan kapal yang kapasitas 3 s/d 5 GT dengan jarak tempuh setengah jam atau 5 kilo meter dari TPI. Alat tangkap yang mereka gunakan ukuran mesh size mulai 4 inc sampai yang terkecil. Bahanya terbuat dari tali nilon dengan ukuran panjang pukat Hela 20 s/d 25 meter. Data hasil kuisioner disajikan Tabel 7. Jumlah Dan Persentase Hasil Tangkapan Masing – Masing Jenis Ikan Tangkapan Nelayan Selama Penelitian.

  No Jenis HTN

  4

  0,3-100gr

  Engraulidae

  2 IkanLemuru EungketKase Pristigasteridae,

  1 IkanLayur EungketCuale Trichiuridae 100-200gr

  NamaLokal Nama Famili

  No Nama Indonesia

  Kisaran Berat (Kg)

  Kuala Tadu

  (17.398%) dari jumlah total tangkapan utama. Tebel 8.Jenis dan ukuran hasil tangkapan Utama PukatHela Selama Penelitian Di

  Kedua,III = Hari Ketiga, IV = Hari Keempat, V = Hari Kelima, VI = Hari Keenam. Dari tabel diatas di ketahui bahwa hasil tangkapan nelayan Kuala Tadu terutama adalah jenis ikan layur (27.272%) dan lemuru (45.324%) serta ikan luli

  53.9 48.2 40.9 63.65 76 356.65 100% Keterangan : HTN ( Hasil Tangkapan Nelayan), I = hari pertama, II = Hari

  74

  6 62.05 17.39% Jumlah

  15.2

  12.7

  Hasil Tangkapan Jumlah

  3 Luli 11.25 12.9

  16.25 55 161.65 45.32%

  14

  18.7

  2 Lemuru 47.5 10.2

  32.2 15 132.95 37.27%

  22.9

  16.8

  1 Layur 15.25 30.8

  VI

  IV V

  III

  I II

  (Kg) % Pengamatan

HASIL TANGKAPAN UTAMA

  Tabel 9. Jenis dan ukuran hasil tangkapan sampinganPukat Hela Selama Penelitian Di Kuala Tadu

HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN

  No Nama Indonesia NamaLokal Nama Latin

  1 Cumi-cumi Noh Loligo sp

  2 Kepiting Bing Scylla serrata

  3 Gulamah Gulama Argyrosomuscimoyensis

  4 Rebon Sabe Penausmerguiensis

  5 Senangin Jambe Polynemusparadisus

  6 Lidah Siblah

  Cynoglossusligua

  7 Terubuk Meneng Hillsa kelle Dalam penelitian ini telah dilakukan sebanyak 18 kali hauling dalam 6 trip dimulai dari tanggal 22 Juli 2013 sampai 1 Agustus 2013 di Kuala Tadu. Hasil tangkapan total yang teridentifikasi sebanyak 10 jenis ikan yang terbagi kedalam 2 kelompok yaitu ikan hasil tangkapan utama dan tangkapan sampingan.

  Hasil tangkapan utama jaring pukat Helaadalah jenis ikan yang berukuran kecil, sedangkan hasil tangkapan sampingan selain udang adalah ikan-ikan demersal. Menurut Manadiyanto et al. (2000), beberapa jenis udang yang tertangkap dengan pukat Hela adalah udang jerbung (Penaeus merguiensis), krosok (Parapenaepsis sculptilis) dan udang windu (Penaeus monodon). Jenis ikan demersal yang tertangkap adalah pepetek (Leiognathus sp), gulamah (Pseudosciena sp), beloso (Saurida tumbil), bawal hitam (Formio niger), cumi-

  Hall (1999) membedakan kategori hasil tangkap sampingan (by-catch) menjadi dua kategori : 1) Spesies yang kebetulan tertangkap (incidental catch), yaitu hasil tangkapan yang sekali-kali tertahan (tertangkap) dan bukan merupakan spesies target dari operasi penangkapan. Incidental catch ini ada yang dimafaatkan oleh nelayan dan ada juga yang dibuang tergantung dari nilai ekonomisnya. 2) Spesies yang dikembalikan ke laut (discarded catch), yaitu bagian dari hasil tangkapan sampingan yang dikembalikan ke laut karena pertimbangan ekonomi (ikan yang tertangkap bernilai ekonomis rendah) atau karena spesies yang tertangkap adalah spesies yang dilindungi oleh hukum. Khaerudin (2006), menyatakan hasil dari penelitian tentang proporsi hasil tangkap sampingan jaring arad (mini trawl) yang berbasis di pesisir utara, kota cirebonhasil tangkapan non udang atau hasil tangkap sampingan yang dimaksud disini adalah hasil tangkap sampingan (HTS) yang dimanfaatkan selama penelitian dengan perbandingan berat 1:10 dari hasil tangkap sampingan yang dibuang ke laut (discards). Jumlah total hasil tangkap sampingan sebanyak 821 ekor atau 30,6 kg, terdiri dari 21 spesies ikan , 3 moluska dan 1 krustase. Beberapa jenis hasil tangkap sampingan yang banyak tertangkap selama penelitian yaitu rajungan (Portunus pelagicus) dengan jumlah 176 ekor atau 20 % dari jumlah hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan yang berhasil tertangkap, dengan jumlah 114 ekor atau 14 %, ikan beloso (Saurida tumbil) dengan jumlah 47 ekor atau 6 %, cumi-cumi (Loligo sp) dengan jumlah 37 ekor atau 5 %, ikan lidah pasir (Cynoglossus lingua) dengan jumlah 33 ekor atau 4 % dan sisanya ikan campuran dengan jumlah 138 ekor atau 17 % dari jumlah hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan.

  Hasil Tangkapan Utama Pukat hela yaitu jenis ikan Layur, ikan Lemuru dan ikan Luli, selain ikan alat penangkapan ini juga menghasilkan tangkapan seperti udang jerbung (Penaeus merguensis), U. windu (P. monodon), U. dogol (Metapenaeus ensis), U. krosok (Para penaeopsis spp.) Tabel 10. Morfologi Ikan Hasil Tangkapan Utama Selama Penelitian Di Kuala

  Tadu Hasil

  Panjang Tangkapan

  No Nama Genus Morfologi (Cm)

  Utama 1. Layur Trichiurus 22-30 Bentuk tubuh panjang gepeng, tidak

  savala bersisik, warna seperti perak kekuningan,

  sirip punggung satu, sirip ekor tidak ada, sirip perut tidak ada, sirip dada terdiri dari jari-jari lunak, rahang bawah lebih panjang dari pada rahang atas, giginya kuat dan tajam, sifatnya karnivora.

  2. Lemuru Opisthopterus 9-17 Tubuh compresed, sirip perut lunak, warna putih keperakan, perbedaan ikan kasegenus

  Pellona

  yang lain Cuma dilihat dari mata, bentuk

  Thryssa tubuh. Septina

  3. Luli Harpodon 11-21 Badan agak memanjang pipih, moncong

  nehereus pipih, gigirahang lengkung, warna

  kecoklatan sampai putih keabu-abuan, Morfologi adalah bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dalam mempelajari jenis-jenis ikan, morfologi ikan berhubungan dengan habitat ikan yang hidup di suatu perarian. Ciri morfologi jenis ikan tangkapan utama selama penelitian disajikan pada tabel 9.

5.2 Jenis ikan hasil tangkapan utama nelayan di Kuala Tadu

  Jenis ikan hasil tangkapan utama nelayan di Kuala Tadu diperoleh menurut musim penangkapannya, yaitu pada musim paceklik diwakili hasil tangkapan pada bulan Juni, untuk lebih jelas hasil tangkapan yang utama di Kuala Tadu disajikan pada tabel 10.

  Tabel 11. Jenis Ikan Tangkapan Utama Nelayan Di Kuala Tadu No Famili Genus Spesies

  Opisthopterus Opisthopterustardoore

  1. Pristigasteridae

  Pellona Pellonaditchela Thryssa Thryssa hamiltoni

  2. Engraulidae

  

Septina Setipinna

  3. Trichiuridae Trichiurus Trichiurus savala

  4. Synodontidae Harpodon Harpodon nehereus Selama penelitian, hasil tangkapan ikan yang didapatkan oleh nelayan

  PukatHela di Kuala Tadu ini tergolong sedikit. Hal ini dikarenakan waktu penelitiantermasuk musim barat. Pada musim barat pada umumnya sebagian nelayan memilik untuk tidak melaut mengingat hasil tangkapan biasanya tak bisa menutupi biaya operasion.

  17% 17% 33% pristigasteridae pristigasteridae 17% engraulidae harpodon trichiuridae 33%

  Gambar 4 : P : Persentase Hasil Tangkapan UtamaHasil ta tangkapan utama yang didapatkan pada pada penelitian terdiri dari 4 jenis yaitu Pristigast stigasteridae 33%,

  Engraulidae 33%, Harpod Harpodon 17 % dan Trichiudae 17 %.

  Famili Pristigasterid ridae

1. Pellona ditchela

  Gambar 5. Ikan Lemur muru (Pellona ditchela) Menurut Gray (1835) 1835), dalam Sisca (2011) ikan lemuru di klasifi sifikasikan sebagai berikut Kingdom : Anim nimalia Filum : Chor hordata Subfilum : Verte ertebrata Kelas : Actinopt ctinopterygii Subkelas : Neopt eopterygii

  Genus : pellona Spesies : Pellona ditchela Nama Indonesia: Lemuru Nama Lokal : Kesee raya mata

  Dari hasil identifikasi ikan ini merupakan ikan tergolong kedalamfamili

  

Pristigasteridae dan termasuk genus Pellona, karena secara morfologisTubuh

  ikan ini berbentuk compressed, mata sangat besar, mulut berbentuk terminal, operculumsangat mulus tidak bersisik, dibawah perut bergerigi. Warna putih terang hampirsama dengan warna mata.

  2. Opisthopterus tardoore Gambar 6. Ikan lemuru (Opisthopterus tardoore)

  Menurut Gray (1835), dalam Sisca (2011) ikan lemuru di klasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Actinopterygii Subkelas : Neopterygii Ordo : Clupeiformes

  Spesies : Opisthopterus tardoore Nama Indonesia : Lemuru Nama Lokal : Kasee oen trieng

  Dari hasil Identifikasi Ikan ini merupakan ikan tergolong kedalam famili

  

Pristigasteridae dan termasuk genus Opisthopterus, karena secara morfologis,