TESIS PENGEMBANGAN MODEL PENINGKATAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM TANGGAP BENCANA BERBASIS TPB (THEORY PLANNED BEHAVIOUR) DALAM KONTEKS KEARIFAN BUDAYA LOKAL

  TESIS PENGEMBANGAN MODEL PENINGKATAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM TANGGAP BENCANA BERBASIS TPB ( THEORY PLANNED BEHAVIOUR) DALAM KONTEKS KEARIFAN BUDAYA LOKAL

SETYO KURNIAWAN NIM. 1316141513031 PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2018

  i

  TESIS PENGEMBANGAN MODEL PENINGKATAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM TANGGAP BENCANA BERBASIS TPB ( THEORY PLANNED BEHAVIOUR) DALAM KONTEKS KEARIFAN BUDAYA LOKAL

SETYO KURNIAWAN NIM. 1316141513031 PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2018

  ii

  PENGEMBANGAN MODEL PENINGKATAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM TANGGAP BENCANA BERBASIS TPB ( THEORY PLANNED BEHAVIOUR) DALAM KONTEKS KEARIFAN BUDAYA LOKAL TESIS

  Untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

SETYO KURNIAWAN NIM. 131614153031 PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNVERSITAS AIRLANGGA 2018

  iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

  Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri. Semua sumber yang di kutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar Nama : Setyo Kurniawan NIM : 131614153031 Tanda Tangan : Tanggal : 6 Agustus 2018 iv

  vii viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

  Sebagai sivitas akademik Universitas Airlangga Surabaya, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Setyo Kurniawan NIM : 131614153031 Program Studi : Magister Keperawatan Departemen : Keperawatan Medikal Bedah Fakultas : Keperawatan Jenis Karya : Tesis Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, setuju untuk memberikan kepada Universitas Airlangga Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Exclusive Royalty-

  Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

  “Pengembangan Model Tindakan Keperawatan Dalam Tanggap Bencana Berbasis

  Theory Planned Behaviour Dalam Konteks Kearifan Budaya Lokal”

  Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan ini, maka Universitas Airlangga berhak untuk menyimpan, megalihmediakan/format, mengelola kedalam bentuk pangkalan data (database) merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik Hak Cipta.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Dibuat di : Surabaya Pada tanggal : 6 Agustus 2018 Yang Menyatakan, (Setyo Kurniawan) ix

INCREASING DEVELOPMENT MODEL IN DISASTER NURSING

  THEORY PLANNED BEHAVIOUR IN A LOCAL RESPONSE BASED ON WISDOM EXECUTIVE SUMMARY

  Disasters are a serious dysfunction that occurs in a society or community that results in widespread losses, whether material, economic or environmental losses that exceed the capabilities of affected communities (Yan et al., 2015). East Java is one of the areas in Indonesia with potential disasters that have the worst impact. The number of casualties, economic losses and environmental damage is not small. Pacitan regency is one of 38 districts in East Java Province which has huge potential of natural disasters. Earthquakes, landslides, the potential for tsunamis is a threat to residents around Pacitan regency. The last disaster that struck Pacitan was the flash flood that occurred on 28 November 2017, where as many as 1,879 people fled, 19 people died, 14 victims were struck by landslides. Nurses are part of the first responder in disaster management needs to be better prepared in caring for mass casualties (Wenji et al., 2014) including starting when finding victims, stabilizing to make referrals. However, the field is still found in the victim immediately evacuated without any optimal stabilization process. According to Labrague et al. (2016) a nurse needs to have knowledge and skills on disaster and disaster management. From interviews conducted on 8 September 2017 to 14 disaster nurses, 2 nurses working in referral hospitals stated that they had received unstable casualty referrals.

  The literature review in this research consists of 1). Theory of Planned Behavior 2). Behavior 3). Disaster consisting of definition, type of disaster according to Law No.24 Year 2007, disaster management, disaster nurse role, religiosity and disaster 4). Cultural theory. Culture is an important component of life even in terms of helping disaster victims. As a professional nurse we must know how the character of the local culture. According to (Matsumoto, 2007) cultural cultivation (through social roles) influences the occurrence of a behavior.

  Related to the role of disaster nurse to culture as expressed in Transcultural Nursing theory. Where the cultural sciences in the learning process and nursing practice focuses on differences and similarities between cultures with respect for care, health and ill health is based on the value of human culture, beliefs and actions, and this science is used to provide nursing care, especially culture or cultural integrity to human (Leininger, 2002). Leinenger argues that a combination of knowledge about the patterns of transcultural nursing practice with technological advances can lead to a more complete health care service for many people and different cultures. x

  This research use cross sectional approach. The sample in this research is all nurse of Puskesmas of Pacitan Regency, then with technique of sampling non probability sampling with purposive sampling method so get 175 nurse of Puskesmas of Pacitan Regency as respondent in this research. Inclusion criteria used to select the sample include: 1). Minimum 2 years nurse stay in Pacitan area. 2). Nurses who have emergency emergency training certificates with AHA / ERC / ILCOR guidelines at least in 2005. 3). Nurse who already has a diploma of higher education nursing (minimum Diploma 3). Based on the Partial Least Square Test indicates that: 1). Personal factors affect the behavior toward behavioral with the value of parameter coefficient of 0.149 and the value of t = 2.182> 1.96. 2). Personal factors affect the Subjective Norm with the parameter coefficient value of 0.216 and the value of t = 2.248> 1.96. 3). Personal factors affect the Perceived Behavioral Control with parameter coefficient value of 0.315 and the value of t = 4.099> 1.96. 4). Social-culture factor related to attitude toward behavioral with parameter coefficient value 0,037 and value t = 0,714 <1,96. 5). Social-culture factor influenced Subjective Norm with parameter coefficient value 0,244 and value t = 3,207> 1,96. 6). Social-culture factor influenced Perceived Behavioral Control with parameter coefficient value 0,136 and t value = 2,034> 1,96. 7). Factor of information influence toward behavior toward behavioral with value of parameter coefficient 0,732 and value t = 17,268> 1,96. 8). Factor of information not related to Subjective Norm with coefficient value of parameter -0,057 and value t = 0,780 <1,96. 9). Factor of information not related to Perceived Behavioral Control with value of parameter coefficient 0,086 and value t = 1,102 <1,96. 10). attitude toward behavioral have an effect on Intension with parameter coefficient value 0,192 and value t = 3,356> 1,96. 11). Subjective Norm effect on Intension with parameter coefficient value 0,496 and t value = 6,561> 1,96. 12). Perceived Behavioral Control has no effect on Intension with coefficient parameter value 0,074 and value t = 1,174 <1,96. 13). Intension has no effect on behavior (Behavior) with value of parameter coefficient 0,109 and value t = 1,649 <1,96

  Attitude toward behavioral factor has strong influence with GOF value = 0,631, behavioral factor has weak effect with nilao GOF = 0,012, Intension factor has good influence with GOF value = 0,383, perceived behavioral control factor has weak effect with GOF value = 0,142 , whereas the Subjective norm has a weak effect with the value of GOF = 0.105 xi

  PENGEMBANGAN MODEL PENINGKATAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM TANGGAP BENCANA BERBASIS TPB ( THEORY PLANNED BEHAVIOUR) DALAM KONTEKS KEARIFAN BUDAYA LOKAL RINGKASAN

  Bencana adalah sebuah gangguan fungsi serius yang terjadi di suatu masyarakat atau komunitas yang mengakibatkan kerugian yang meluas, baik kerugian material, ekonomi atau lingkungan yang melebihi kemampuan masyarakat terdampak bencana (Yan et al., 2015). Jawa Timur merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan potensi bencana yang memiliki dampak terburuk. Jumlah korban jiwa, kerugian ekonomi dan kerusakan lingkungan yang tidak sedikit. Kabupaten Pacitan merupakan salah satu dari 38 Kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang memiliki potensi bencana alam yang sangat besar. Gempa bumi,tanah longsor, potensi terjadi tsunami adalah ancaman bagi penduduk di sekitar wilayah Kabupaten Pacitan. Bencana terakhir yang melanda Pacitan adalah banjir bandang yang terjadi tanggal 28 November 2017, di mana sebanyak 1.879 warga mengungsi, 19 orang meninggal, 14 korban tertimpa tanah longsor. Perawat merupakan bagian dari first responder dalam penanganan bencana perlu dipersiapkan dengan lebih baik dalam merawat korban massal (Wenji et al., 2014) termasuk mulai saat menemukan korban, melakukan stabilisasi hingga melakukan rujukan. Akan tetapi dilapangan masih di temukan korban segera di evakuasi tanpa ada proses stabilisasi yang optimal. Menurut Labrague et al., (2016) seorang perawat perlu memiliki pengetahuan dan skill mengenai bencana dan manajemen bencana. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan tanggal 8 september 2017 terhadap 14 orang perawat bencana, 2 orang perawat yang bekerja di rumah sakit rujukan menyatakan bahwa pernah menerima rujukan korban bencana yang masih belum stabil.

  Tinjauan pustaka dalam penelitian ini terdiri dari 1). Theory of Planned

  Behavior 2). Perilaku 3). Bencana yang terdiri dari definisi, jenis bencana menurut

  Undang-Undang No.24 Tahun 2007, managemen bencana, peranan perawat bencana, religiusitas dan bencana 4). Teori budaya. Budaya merupakan komponen penting dalam kehidupan bahkan dalam hal membantu korban bencana. Sebagai perawat professional kita harus mengetahui bagaimana karakter budaya setempat. Menurut (Matsumoto, 2007) penanan budaya (melalui peranan sosial) ikut mempengaruhi terjadinya sebuah perilaku. Terkait peranan perawat bencana terhadap budaya seperti yang diungkapkan dalam teori Transcultural Nursing. Di mana wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan xii keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Leinenger berpendapat bahwa kombinasi pengetahuan tentang pola praktik keperawatan transcultural dengan kemajuan tekhnologi dapat menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perawat Puskesmas Kabupaten Pacitan, yang kemudian dengan tekhnik sampling non probability sampling dengan metode

  purposive sampling sehinggadi dapatkan 175 orang perawat Puskesmas

  Kabupaten Pacitan sebagai responden dalam penelitian ini. Kriteria inklusi yang digunakan untuk memilih sample antara lain: 1). Perawat yang minimal selama 2 tahun tinggal di wilayah Pacitan. 2). Perawat yang memiliki sertifikat pelatihan kegawat daruratan dengan guideline AHA/ERC/ILCOR minimal tahun 2005. 3). Perawat yang telah memiliki ijazah pendidikan tinggi keperawatan (minimal Diploma 3). Berdasarkan Uji Partial Least Square menunjukkan bahwa : 1). Faktor personal berpengaruh terhadap attitude toward behavioral dengan nilai koefisiensi parameter 0,149 dan nilai t = 2,182 > 1,96. 2). Faktor personal berpengaruh dengan Subjective Norm dengan nilai koefisiensi parameter 0,216 dan nilai t = 2,248 > 1,96. 3). Faktor personal berpengaruh pada Perceived

  Behavioral Control dengan nilai koefisien parameter 0,315 dan nilai t = 4,099 >

  1,96. 4). Faktor social-culture berhubungan dengan attitude toward behavioral dengan nilai koefisien parameter 0,037 dan nilai t = 0,714 < 1,96. 5). Faktor

  social-culture berpengaruh terhadap Subjective Norm dengan nilai koefisien

  parameter 0,244 dan nilai t = 3,207 > 1,96. 6). Faktor social-culture berpengaruh terhadap Perceived Behavioral Control dengan nilai koefisien parameter 0,136 dan nilai t = 2,034 > 1,96. 7). Faktor information berpengaruh terhadap attitude

  toward behavioral dengan nilai koefisien parameter 0,732 dan nilai t = 17,268

  >1,96. 8). Faktor information tidak berhubungan dengan Subjective Norm dengan nilai koefisien parameter -0,057 dan nilai t = 0,780 < 1,96. 9). Faktor information tidak berhubungan dengan Perceived Behavioral Control dengan nilai koefisien parameter 0,086 dan nilai t = 1,102 < 1,96. 10). attitude toward behavioral berpengaruh pada Intension dengan nilai koefisien parameter 0,192 dan nilai t = 3,356 > 1,96. 11). Subjective Norm berpengaruh terhadap Intension dengan nilai koefisien parameter 0,496 dan nilai t = 6,561 > 1,96. 12). Perceived Behavioral

  Control tidak berpengaruh terhadap Intension dengan nilai koefisien parameter

  0,074 dan nilai t = 1,174 < 1,96. 13). Intension tidak ada pengaruh terhadap perilaku (Behaviour) dengan nilai koefisien parameter 0,109 dan nilai t = 1,649 < 1,96

  Faktor Attitude toward behavioral memiliki pengaruh yang kuat dengan nilai GOF = 0,631, faktor behavioral memiliki pengaruh yang lemah dengan nilao GOF = 0,012, faktor Intension memiliki pengaruh yang baik dengan nilai GOF=0,383, faktor perceived behavioral control memiliki pengaruh lemah xiii dengan nilai GOF=0,142, sedangkan Subjective norm memiliki pengaruh yang lemah dengan nilai GOF=0,105 xiv

INCREASING DEVELOPMENT MODEL IN DISASTER NURSING

  THEORY PLANNED BEHAVIOUR IN A LOCAL RESPONSE BASED ON WISDOM ABSTRACT Introduction:

  Disaster is a serious dysfunction that occurs in a society or community that results in widespread losses with many victims. Various efforts continue to be made to develop the ability of human resources in the face of disaster. Actually on real disaster situations still found the victim immediately brought to definitive care without optimal stabilization process. So there is found many DOA (Death On arrival) when the victims comes to intra hospital. The purpose of this study is to validate the model hypothesis that influences the behavior of the disaster response nurses. Method: This study used cross-sectional design. 175 nurses in Pacitan, Indonesia follow this study by purposive sampling. The data taken are the factors that influence behavior on Theory Planned Behavior and local cultural wisdom. Result and Analysis: Significantly personal factors relate to attitude (t=2.182), Information relates to attitude (t=17.268), social culture is not related to attitude (t = 0.714), intension is not related to behavior (t = 1.649). Discussion and Conclusion: Personal factors and information obtained affect a person to behave and have an intention in disaster response, but ultimately not necessarily someone willing to take disaster response measures in accordance with the intention. This is become principal and to be background factor on SPGDT (General Emergency Life Support) Keywords: Disaster nurses, theory planned behavior, personal factors, behavior xv

  PENGEMBANGAN MODEL PENINGKATAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM TANGGAP BENCANA BERBASIS TPB ( THEORY PLANNED BEHAVIOUR) DALAM KONTEKS KEARIFAN BUDAYA LOKAL ABSTRAK Introduction:

  Bencana merupakan gangguan fungsi serius yang terjadi di suatu masyarakat atau komunitas yang mengakibatkan kerugian yang meluas dengan angka korban tidak bisa dikatakan sedikit. Bermacam upaya terus dilakukan untuk mengembangkan kemampuan sumber daya manusia dalam menghadapi bencana. Akan tetapi masih di temukan korban segera di bawa tanpa proses stabilisasi optimal. Dan pada situasi nyata bencana masih di dapatkan angka DOA (Death

  On Arrival) ketika korban masuk ke dalam fase intra hospital. Tujuan dari

  penelitian ini adalah memvalidasi hipotesis model yang mempengaruhi perilaku perawat tanggap bencana. Method: Penelitian ini menggunakan desain cross-

  sectional. 175 orang perawat se Kabupaten Pacitan di pilih dengan purposive sampling. Data yang diambil adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

  pada Theory Planned Behavior dan kearifan budaya lokal. Result and Analysis: Secara signifikan faktor personal berhubungan dengan attitude (nilai t=2,182), Informasi berhubungan dengan attitude (nilai t=17,268), sosial culture tidak berhubungan dengan attitude (nilai t=0,714), intension tidak berhubungan dengan

  behavior (t=1,649). Discussion and Conclusion: faktor personal dan informasi

  yang didapatkan mempengaruhi seseorang untuk bersikap dan memiliki suatu niat dalam tanggap bencana, akan tetapi pada akhirnya belum tentu seseorang mau melakukan tindakan tanggap bencana sesuai dengan niatnya. Situasi ini yang menjadi prinsip latar belakang dalam Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Kata Kunci : Perawat bencana, theory planned behavior, faktor personal, perilaku xvi

  DAFTAR ISI

  SAMPUL LUAR .......................................................................................... i SAMPUL DALAM....................................................................................... ii PRASYARAT GELAR ................................................................................. iii PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................ iv LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING TESIS ..................................... v LEMBAR PENGESAHAN TESIS ............................................................... vi KATA PENGANTAR...................................................................................... vii PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................................................... ix

  EXECUTIVE SUMMARY .............................................................................. x

  RINGKASAN ............................................................................................... xii ABSTRAC ................................................................................................... xv ABSTRAK ................................................................................................... xvi DAFTAR ISI ................................................................................................ xvii DAFTAR TABEL........................................... ............................................... xx DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xxii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xxiii DAFTAR SINGKATAN.................................................................................. xxiv

  BAB 1 PENDAHULUAN

  .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................

  1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................

  4

  1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum.................................................................. .

  4 1.3.2 Tujuan khusus ...............................................................

  4

  1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat teoritis............................................................... .

  6 1.4.2 Manfaat praktis ..............................................................

  6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………… 7 2.1 Theory Planned Behaviour .......................................................

  7 2.1.1 Intensi.................................................. .............................

  9

  2.1.2 Sikap (Attitude toward behavioral)................................... 10

  2.1.3 Subjective Norm .............................................................. 13

  2.1.4 Perceived Behavioral Control ......................................... 14

  2.1.5 Variabel Lain Yang Mempengaruhi ................................ 16

  2.2 Perilaku ................................................................................... 19

  2.2.1 Faktor Yang Mempengaruhi terbentuknya Perilaku.......... 20

  2.2.2 Domain Perilaku Kesehatan ............................................ 22

  2.3 Definisi Bencana...... ................................................................ 28

  2.3.1 Jenis-jenis Bencana Alam ................................................ 29

  2.3.2 Disaster Management ...................................................... 33

  2.3.3 Peran Perawat Dalam Bencana ......................................... 36

  2.3.4 Religiusitas dan Bencana................................................... 37

  2.4 Teori Budaya ........................................................................... 39 xvii

  xviii

  5.1.4 Wilayah Peka Bencana dan Wilayah Kritis......................... 7

  4.11 Pengujian Hipotesis................................................................... 70

  4.12 Etika Penelitian....................................................................... 71

  BAB 5 HASIL PENELITIAN

  ..................................................................... 7

  5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 7

  5.1.1 Geografi ............................................................................. 7

  5.1.2 Topografi dan Iklim ........................................................... 7

  5.1.3 Kependudukan ................................................................... 7

  5.1.5 Sarana Kesehatan ............................................................... 7 5.2. Karakteristik Responden Penelitian ............................................

  4.9 Kerangka Kerja Penelitian........................................................ 68

  5.2.1 Socio-Cultur Responden.....................................................

  5.2.2 Karakteristik Faktor Latar Belakang ................................... 8

  5.2.3 Karakteristik Faktor Pembentuk Sikap ............................... 8

  5.2.4 Karakteristik Faktor Pembentuk Perilaku ........................... 8

  5.3.Analisis Inferensial Model Peningkatan Tindakan Keperawatan Tanggap Bencana Berbasis Theory Planned Behavior ................ 8

  5.3.1 Evaluasi Model Pengukuran atau outer model .................... 8

  5.3.2 Pengujian Model Struktural atau inner model ..................... 8

  5.3.3 Pengujian Hipotesis............................................................ 8

  5.4.Hasil Focus Grup Discussion (FGD) ........................................... 9

  4.10 Analisis Data............................................................................. 69

  4.8 Prosedur Pengumpulan Data…………………………………. 66

  2.4.1 Konsep Transkultural ...................................................... 40

  4.1 Desain Penelitian.................................................................... 59

  2.4.2 Peran dan Fungsi Keperawatan Transkultural .................. 42

  2.4.3 Kearifan Budaya Lokal Pacitan ....................................... 43

  2.5 Keaslian Penelitian .................................................................. 47

  BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL

  .......................................................... 55

  3.1 Kerangka Konseptual Penelitian.................................................. 55

  3.2 Hipotesis Penelitian..................................................................... 57

  BAB 4 METODE PENELITIAN

  .................................................................. 59

  4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Sampling

  4.7 Lokasi dan Waktu Pengambilan Data Penelitian...................... 66

  4.2.1 Populasi............................................................................ 59

  4.2.2 Sampel dan Besar Sample............................................... 59

  4.2.3 Teknik Sampling.............................................................. 60

  4.3 Variabel Penelitian

  4.3.1 Variabel Independen........................................................ 60

  4.3.2 Variabel Dependen........................................................... 61

  4.4 Definisi Operasional.................................................................. 62

  4.5 Instrumen Penelitian ...... ........................................................ 64

  4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................. 65

  5.5.Rekomendasi Hasil FGD ............................................................ 9

  xix

BAB 6 PEMBAHASAN ..............................................................................

  6.10. Pengaruh attitude toward behavioral terhadap Intension dalam perilaku tanggap bencana .................................................................. 1 0

  7.1 Simpulan .................................................................................. 12

  ............................................................. 12

  BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN

  6.15. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 12

  6.14. Temuan Penelitian ......................................................................... 11

  6.13. Pengaruh Intension terhadap perilaku (Behaviour) tanggap bencana ............................................................................................. 11

  6.12. Pengaruh Perceived Behavioral Control terhadap Intension dalam perilaku tanggap bencana .................................................................. 11

  6.11. Pengaruh Subyektive Norm terhadap Intension dalam perilaku tanggap bencana ................................................................................ 11

  6.9. Pengaruh Information dengan Perceived Behavioral Control dalam perilaku tanggap bencana .................................................................. 10

  9

  6.8. Pengaruh Information dengan Subjective Norm dalam perilaku tanggap bencana……………………………………………………… 10

  6.7. Pengaruh Information dengan attitude toward behavioral dalam perilaku tanggap bencana .................................................................. 10

  6.6. Pengaruh Social-culture dengan Perceived Behavioral Control dalam perilaku tanggap bencana ........................................................ 10

  6.5. Pengaruh Social-culture dengan Subjective Norm dalam perilaku tanggap bencana ................................................................................ 10

  6.4. Pengaruh faktor Social-culture dengan attitude toward behavioral dalam perilaku tanggap bencana ........................................................

  6.3. Pengaruh faktor personal dengan Perceived Behavioral Control dalam perilaku tanggap bencana ........................................................ 9

  6.2. Pengaruh Faktor Personal Terhadap Subjective Norm pada Tindakan Perawat Tanggap Bencana ................................................................. 9

  6.1. Pengaruh Faktor Personal Terhadap Attitude Toward Behavioral pada Tindakan Perawat Tanggap Bencana ........................................ 9

  7.2 Saran ........................................................................................ 12 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 12

  DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel Keaslian Penelitian........................................................

  46 Variabel Penelitian Pengembangan Model Peningkatan Tindakan Tabel 4.1

  Keperawatan Dalam Tanggap Bencana Berbasis Theory Planned Dalam Konteks Kearifan Budaya Behaviour Lokal .......................................................................................

  61 Definisi Operasional Penelitian Pengembangan Model Tabel 4.2

  Peningkatan Tindakan Keperawatan Dalam Tanggap Bencana Berbasis Theory Planned Behaviour Dalam Konteks Kearifan Budaya Lokal ............................................................................

  62 Tabel 5.1 Letak batas wilayah kabupaten Pacitan……………………...

  74 Tabel 5.2 Distribusi Puskesmas di wilayah Kabupaten Pacitan………..

  77 Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Sosio-

  Culture………………………………………………………

  79 Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan karakteristik personal (Sikap umum, Religiusitas) Informasi (Pengetahuan, Pengalaman, Budaya)……………………………………...

  80 Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan attitude toward

  behavioral, subyektive norm, perceived behavioral control

  ………………………………………………………………

  81 Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan Intension dan Behavior………………………….………………………….

  82 Tabel 5.7 Perhitungan measuremen model (outer model) pada Model Peningkatan Tindakan Keperawatan Tanggap Bencana Berbasis Theory Planned Behaviour dalam konteks kearifan budaya lokal di Kabupaten Pacitan………………………….

  84 Tabel 5.8 Perhitungan measuremen model (inner model) pada Model Peningkatan Tindakan Keperawatan Tanggap Bencana Berbasis Theory Planned Behaviour dalam konteks kearifan budaya lokal di Kabupaten Pacitan …………........................

  86 Tabel 5.9 Hasil perhitungan uji t (T-Test) pada Model Peningkatan Tindakan Keperawatan Tanggap Bencana Berbasis Theory

  Planned Behaviour dalam konteks kearifan budaya lokal di Kabupaten Pacitan ………………………………………….

  88 xx

Tabel 5.10 Goodness of fit (GoF) pada Model Peningkatan Tindakan

  Keperawatan Tanggap Bencana Berbasis Theory Planned

  Behaviour dalam konteks kearifan budaya lokal di Kabupaten Pacitan…………………………………………..

  90 Tabel 5.19 Hasil FGD pada Model Peningkatan Tindakan Keperawatan Tanggap Bencana Berbasis Theory Planned

  Behaviour dalam konteks kearifan budaya lokal di

  Kabupaten Pacitan…………………………………………

  91 xxi xxii

  DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Theory of Planned Behaviour (Ajzen, 2005)..........................

  8 Gambar 2.2 Model Konsep Teori Transkultural (Leineinger, 2002)…….. 42

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengembangan Model

  Peningkatan Tindakan Keperawatan Berbasis Theory Planned

  Behaviour, Transkultural Model, dan Culture, Context and Behaviour....................................................................................

  55 Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Pengembangan Model Peningkatan Tindakan Keperawatan dalam Tanggap Bencana Berbasis Theory Planned Behaviour dalam Konteks Kearifan Budaya Lokal………………………………..............................

  68 Gambar 5.1 Measurement model (outer model)………………………….

  83 Gambar 5.2 Measurement model (inner model)………………………….

  85 Gambar 5.3 Structural model (Pengujian hipotesis)………………………

  87 Gambar 6.1 Temuan Penelitian…………………………………………… 117

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran Halaman Lampiran 1 : Inform Consent…………………..………………….........

  1 Lampiran 2 : Kuesioner Background Faktor………………………........

  2 Lampiran 3 : Kuesioner Sikap Umum………………………………….. 3 Lampiran 4 : Kuesioner Religiusitas…………………………………..... 4 Lampiran 5 : Kuesioner Pengetahuan………………………………....... 5 Lampiran 6 : Kuesioner Sikap Terhadap Tindakan Tanggap Bencana…

  7 Lampiran 7 : Kuesioner Pengalaman…………………………………… 9 Lampiran 8 : Kuesioner Norma Subyektif……………………………..

  10 Lampiran 9 : Kuesioner Perceived Behavioral Control………………..

  11 Lampiran 10 : Kuesioner Intensi………………………………………

  12 Lampiran 11 : Kuesioner Budaya……………………………………….. 13 Lampiran 12 : Lembar Observasional…………………………………..

  14 Lampiran 13 : Panduan Teknis FGD…………………………………… 15 Lampiran 14 : Keterangan Lolos Kaji Etik……………………………..

  21 Lampiran 15 : Rekomendasi Penelitian.................................................... 22 Lampiran 16 : Modul Peningkatan Tindakan Keperawatan Tanggap Bencana Dengan Konteks Kearifan Budaya Lokal................................................. 24 xxiii

DAFTAR SINGKATAN

  xxiv

  3 A : Amankan diri, Amankan lingkungan, Amankan korban AHA : American Heart Association ATLS : Advance Trauma Life Support BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencana BPBD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah ERC : European Resuscitation Council FGD : Focus Group Discussion

  ICN : International Council of Nursing

  IGD : Instalasi Gawat Darurat

  ILCOR : The International Liaison Committee On Resuscitation PBC : Perceived Behavioral Control PLS : Partial Least Square SAR : Search And Rescue SN : Subyektive Norm SPGDT : Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu TPB : Theory of Planned Behaviour TRA : Theory Reaction of Action WHO : World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Badan Kesehatan Dunia WHO, mendefinisikan bahwa bencana adalah

  sebuah gangguan fungsi serius yang terjadi di suatu masyarakat atau komunitas yang mengakibatkan kerugian yang meluas, baik kerugian material, ekonomi atau lingkungan yang melebihi kemampuan masyarakat terdampak bencana (Yan et

  al., 2015). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia mencatat

  bahwa selama tahun 2016 terdapat 2.342 kejadian bencana di Indonesia, naik 35% jika dibandingkan dengan jumlah bencana pada tahun 2015. Dari jumlah tersebut, sebanyak 92% adalah bencana hidrometeorologi yang didominasi oleh banjir, longsor dan puting beliung. Selama tahun 2016 telah terjadi 766 bencana banjir, 612 longsor, 669 puting beliung, 74 kombinasi banjir dan longsor, 178 kebakaran hutan dan lahan, 13 gempa, tujuh gunung meletus, dan 23 gelombang pasang dan abrasi. Dampak yang ditimbulkan bencana telah menyebabkan 522 orang meninggal dunia dan hilang, 3,05 juta jiwa mengungsi dan menderita, 69.287 unit rumah rusak dimana 9.171 rusak berat, 13.077 rusak sedang, 47.039 rusak ringan, dan 2.311 unit fasilitas umum rusak. .

  Jawa Timur merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan potensi bencana yang memiliki dampak terburuk. Jumlah korban kematian, luka-luka, kerugian ekonomi dan kerusakan lingkungan tidak bisa dikatakan sedikit. Kabupaten Pacitan merupakan salah satu dari 38 Kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang memiliki potensi bencana alam yang sangat besar. Menurut Kasi

  1

  2 Kedaruratan dan Logistik BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) wilayah Pacitan yang dikutip dari Radar Madiun tanggal 6 Agustus 2016, mulai bulan Januari hingga bulan Juli ada sekitar 326 kejadian bencana, seperti gempa bumi dan tanah longsor. Akan tetapi dari situs BPBD Pacitan dan situs Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan tidak di sebutkan data jumlah korban luka-luka dan meninggal. Pada tanggal 28 November 2017 telah terjadi banjir besar yang melanda wilayah Kabupaten Pacitan. Berdasarkan hasil Press Release yang di umumkan oleh BPBD Pacitan per tanggal 30 November 2017 di dapatkan data sebanyak 1.879 warga mengungsi yang tersebar di 8 titik pengungsian, 19 orang meninggal di mana 5 diantaranya karena terseret arus banjir, 14 korban tertimpa tanah longsor, 5 orang sedang dalam proses pencarian oleh tim penyelamat.

  Bermacam upaya terus dilakukan untuk mengembangkan kemampuan sumber daya manusia dalam menghadapi bencana, akan tetapi tingginya angka korban kejadian bencana tidak dapat di hindari. Perawat sebagai salah satu bagian dari first responder dalam penanganan bencana perlu dipersiapkan dengan lebih baik dalam merawat korban massal (Wenji et al., 2014) termasuk mulai saat menemukan korban, melakukan stabilisasi hingga melakukan rujukan. Akan tetapi dilapangan masih di temukan situasi bahwa korban yang ditemukan segera di bawa tanpa ada proses stabilisasi yang optimal. Menurut Labrague et al., (2016) seorang perawat perlu memiliki pengetahuan dan skill mengenai bencana dan manajemen bencana.

  Dari hasil wawancara yang telah dilakukan tanggal 8 september 2017 terhadap 14 orang perawat bencana, 3 orang perawat menjawab korban harus segera dirujuk, 4 orang perawat lainnya menyatakan bahwa tatalaksana korban

  3 bencana dengan memberikan oksigen menggunakan nasal, pasang cairan infus, hentikan perdarahan semampunya lalu korban segera dirujuk secepatnya. Sedangkan 2 orang perawat lainnya yang bekerja di rumah sakit rujukan menyatakan bahwa pernah menerima korban bencana yang masih belum stabil saat dirujuk ke IGD Rumah Sakit.

  Keperawatan sebagai bagian dari first responder dituntut untuk selalu siap sedia memberikan keilmuan dan keterampilan terkait bencana dan manajemen bencana untuk memberikan pertolongan kepada setiap yang membutuhkan dalam keadaan apapun termasuk dalam situasi tanggap bencana (Baack and Alfred, 2013). Menurut Martinsen dalam Alligood, (2014), seorang perawat memiliki tanggung jawab untuk menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk membantu orang lain sebagai sesama manusia dalam berbagai kondisi baik saat sedang dalam tugas sebagai profesional maupun sedang tidak dalam tugas profesional termasuk dalam situasi bencana. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada situasi tanggap bencana memiliki tantangan tersendiri. Berbagai macam dinamika yang terjadi saat bencana, karakteristik masing-masing individu perawat, serta pengalaman positif maupun negatif, emosi termasuk rasa bangga, takut, komitmen ikut mempengaruhi bagaimana tindakan keperawatan diberikan. (Hammad et al., 2012).

  Sebagai upaya meningkatkan tindakan keperawatan pada saat response bencana, maka perlu adanya suatu pengembangan model aplikatif tentang peningkatan kemampuan tindakan keperawatan perilaku tanggap bencana. Theory

  of Planned Behavior mempunyai dasar pendekatan beliefs yang membentuk niat (intention) dan mendorong individu untuk melakukan suatu perilaku tertentu.

  4 Dengan pembentukan sebuah model yang berbasis Theory of Planned Behavior diharapkan tim perawat tanggap bencana dan seluruh perawat khususnya di wilayah Kabupaten pacitan di harapkan mampu meningkatkan kemampuan

  tindakan dalam menolong korban bencana. Sehingga angka korban bencana yang selamat diharapkan meningkat dari tahun ke tahun.

  1. 2 Rumusan Masalah

  Bagaimana model pendekatan Theory of Planned Behavior terhadap peningkatan tindakan keperawatan tanggap bencana dalam konteks kearifan budaya lokal di Kabupaten Pacitan.

1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Tujuan umum

  Mengembangkan model peningkatan tindakan keperawatan tanggap bencana berbasis Theory of Planned Behavior dalam konteks kearifan budaya lokal di wilayah Kabupaten Pacitan.

  1.3.2 Tujuan khusus

  1 Menganalisis hubungan faktor latar belakang (personal) terhadap attitude

  toward behavioral dalam perilaku tanggap bencana

  2 Menganalisis hubungan faktor latar belakang (personal) terhadap subjective

  Norm dalam perilaku tanggap bencana

  3 Menganalisis hubungan faktor latar belakang (personal) terhadap perceived

  behavioral control dalam perilaku tanggap bencana

  4 Menganalisis hubungan faktor latar belakang (social-culture) terhadap attitude

  toward behavioral dalam perilaku tanggap bencana

  5

  5 Menganalisis hubungan faktor latar belakang (social-culture) terhadap

  subjective norm dalam perilaku tanggap bencana

  6 Menganalisis hubungan faktor latar belakang (social-culture) terhadap

  perceived behavioral control dalam perilaku tanggap bencana

  7 Menganalisis hubungan faktor latar belakang (information) terhadap attitude

  toward behavioral dalam perilaku tanggap bencana

  8 Menganalisis hubungan faktor latar belakang (information) terhadap

  subjective norm dalam perilaku tanggap bencana

  9 Menganalisis hubungan faktor latar belakang (information) terhadap perceived