PENGEMBANGAN BUKU SUPLEMEN KIMIA BERBASIS KEARIFAN LOKAL KOTA TANGERANG

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

Annisah Aynun Najid

NIM 1110016200004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

(3)

(4)

iv Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ANNISAH AYNUN NAJID

NIM : 1110016200004

Jurusan/Prodi : Pendidikan IPA/ Pendidikan Kimia

Alamat : Ciledug Indah 2 Kp. Poncol Rt 05/ 01 Kelurahan

Pedurenan Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang.

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Pengembangan Buku Suplemen Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Tangerang adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

1. Pembimbing I : Burhanudin Mulama, M.Pd

NIP : 19770201 2000801 1 001

Jurusan/ Prodi : Pendidikan IPA/ Pendidikan Kimia

2. Pembimbing II : Dewi Murniati, M.Si

NIP : -

Jurusan/ Prodi : Pendidikan IPA/ Pendididkan Kimi

Demikian surat penyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuen apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, Februari 2015 Yang Menyatakan

Annisah Aynun Najid NIM. 1110016200004


(5)

v

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan buku suplemen kimia berbasis kearifan lokal Kota Tangerang. Proses penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap persiapan, pengembangan, dan evaluasi. Pada tahap persiapan diperoleh indikator-idikator yang telah dianalisis melalui kompetensi-kompetensi kearifan lokal untuk dijadikan acuan dalam tahap pengembangan buku. Pada tahap pengembangan diperoleh buku yang telah dievaluasi oleh dua orang ahli yang masing-masing ahli pendidikan kimia dan kimia murni. Pada tahap evaluasi buku suplemen kimia diuji coba kepada 10 responden yaitu guru-guru kimia Kota Tangerang yang selanjutnya didapatkan data untuk dianalisis. Berdasarkan hasil uji coba diperoleh persentase rata-rata buku suplemen pada setiap aspek, 85% untuk aspek materi, 78.3% untuk aspek penyajian, 79.4% untuk aspek bahasa, dan 77.2% untuk aspek grafika. Selain itu juga diperoleh skor kelayakan buku suplemen kimia berbasis kearifan lokal Kota Tangeranng yaitu sebesar 80.24 yang bermakna bahawa buku suplemen layak dengan kriteria baik.

Kata Kunci : Buku Suplemen, Pengembangan Buku, Kearifan Lokal


(6)

vi Wisdom

The aim of this research is developed chemistry supplement book base on Tangerang City Local Wisdom. The process of this research are preparation, development, and evaluation. Preparation process got indicators which have been analyzed by means of competences, these indicators was used to face the next process. Development process got supplement book which have been validated by two expert people to be tested by respondent (10 chemistry teacher). From this reseach, the researcher get some conclusion, knowledge aspect of chemistry supplement book got 85%, 78.3% for presentation, 79.4% for language aspect, and 77.2% for graph aspect. Beside that, chemistry supplement book get 80.2 value, and it means that the supplement chemistry book is proper with good criteria.

Key Words : Supplement Book, Developing Book, Local Wisdom.


(7)

vii

ridhonya yang selalu mengiringi aktifitasku dan

pengorbanannya yang selalu memotivasi ku memandang

dunia;

Para dosen dan guru tercinta yang senantiasa memberikan

ilmu dengan penuh kesabaran dan kasih sayang;

Sahabat-sahabat seperjuangan, pendidikan kimia UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2010, semoga

langkah kita selalu di Ridhoi pemilik waktu

Layaknya sebuah akar, daun, buah dan bagian lainnya

dalam pepohonan yang selalu memberikan manfaat satu

sama lainnya. Begitu juga dengan diri ini yang tanpa

kehadiran kalian tidaklah berguna.


(8)

viii

Bismillahirahmanirrahiim……….

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa selalu menunjukan kuasa-Nya dalam mengatur kehidupan dunia beserta isinya, serta keberkahan dan karunia-Nya yang selalu menghampiri kehidupan setiap hamba-karunia-Nya, sehingga peneliti

mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Buku Suplemen Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Tangerang”.

Shalawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, seorang manusia pilihan pemberi cahaya yang membawa umat manusia menuju kebenaran dari kejahiliyahan, beserta keluarga, sahabat-sahabat serta para pengikutnya.

Dalam proses pembuatan skripsi ini, peneliti telah berusaha semampu dan semaksimal mungkin menggunakan kemampuan yang ada agar diperoleh skripsi yang baik. Selain itu peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan beberapa pihak skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan terimakasih atas bimbingan dan dukungan yang diberikan dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas jasa dan memberikan rahmatNya kepada :

1. Ibu Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta wakil dan para stafnya.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd, selaku pembimbing I sekaligus dosen

pembimbing akademik. Terimakasih atas ilmu, bimbingan, masukan dan sarannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Ibu Dewi Murniati, M.Si, selaku pembimbing II. Terima kasih atas bimbingan

dan ilmu nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.


(9)

7. Ibu Nanda Saridewi, M.Si, selaku dosen penguji II

8. Bapak Adi Riyadhi, M.Si, selaku validator. Terima kasih atas masukan dan

saran-sarannya dalam membantu mengaitkan konten kearifan lokal dengan pendidikan kimia sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

9. Ibu Evi Sapinatul B, M.Pd, selaku validator yang telah memberikan masukan

dan sarannya dalam membantu mengembangkan hasil dari skripsi ini.

10.Seluruh dosen dan jajaran jurusan pendidikan IPA FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu. Terima kasih banyak atas segala ilmu dan kebaikan bapak serta ibu sekalian selama peneliti menuntut ilmu di program studi pendidikan kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11.Ibu Dra. Aas Yistasni selaku guru kimia SMAN 13 Kota Tangerang, yang

telah memberikan masukan dan pengalamannya dalam penulisan skripsi.

12.Ayah, Ibu dan adikku tercinta, terima kasih atas bantuan moriil dan

materiil,kasih sayang, pengorbanan serta semangat yang selalu kalian berikan kepada peneliti setiap saat.

13.Sahabat Senyawa Dede fitriani, Fauziah Fajru Rachma, dan Resti Nurul

farhati. Seluruh teman-teman bimbingan pak Burhan dan bu Dewi, Dana, Sunda, dan Lies. Pembuat desain sampul buku Fajar Nugroho. Beserta seluruh keluarga besar pendidikan kimia angkatan 2010 yang tidak dapat peneliti tuliskan satu-persatu yang saat ini juga sedang berjuang meraih kesuksesan. Terima kasih atas pengalaman, ilmu, kebahagiaan, kehangatan dan segala hal yang telah kalian berikan menjadi kenangan dan pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan oleh penulis. Semoga Allah selalu memberikan kita keberkahan dan mengumpulkan kita dalam kebaikan.

14.Seluruh teman-teman dalam program pelatihan Penguatan Riset dan Bahasa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan semangat dalam sebuah aktifitas untuk meraih cita-cita di masa yang akan datang. Semoga Allah SWT meberikan keberkahanNya dan meridhoi segala cita-cita yang kita ukir bersama.


(10)

15.Seluruh adik kelasku khususnya rekan-rekan Pengurus Association of Chemistry Education (ACE) UIN Jakarta Periode 2014. Yang telah membantu meninggalkan rekam jejak perjuangan demi membawa perubahan dan pembaharuan dari kita untuk Prodi Pendidikan Kimia yang lebih maju. Semoga Allah meridhoi langkah perjuangan kita.

16.Para responden yang terlibat dalam pencarian kearifan lokal Kota Tangerang

maupun penilaian buku suplemen kimia yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu, terima kasih banyak atas ilmu, masukan, dan saran yang telah kalian berika.

17.Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih.

Akhirnya peneliti hanya dapat memanjatkan do’a kepada Sang Penguasa yang

mampu memberikan segala kebaikan kepada semua makhlukNya, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan selama ini dan semoga skripsi ini bermanafaat.

Jakarta, Februari 2015


(11)

xi

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI MUNAQASAH ... iii

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I ... 1

A. Masalah Penelitian ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Identifikasi Masalah ... 6

3. Pembatasan Masalah ... 7

4. Rumusan Masalah ... 7

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II ... 10

A. Kajian Teoritis ... 10

1. Kearifan Lokal ... 10

a. Makna Kearifan Lokal ... 10

b. Fungsi Kearifan Lokal... 12

c. Makna Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal... 14


(12)

e. Ruang Lingkup Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal ... 18

f. Potensi Keunggulan Lokal ... 19

g. Langkah-Langkah Pengembangan Pendidikan Berbasis keunggulan Lokal ... 20

h. Kompetensi-kompetensi dalam Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal ... 22

2. Buku sebagai Bahan Ajar ... 23

a. Macam-macam Bahan Ajar... 23

b. Buku ... 25

c. Buku Suplemen atau Buku Pengayaan ... 28

d. Langkah-langkah Menulis Buku Non Teks ... 32

e. Komponen Dasar dan Komponen Utama Buku Non Teks ... 35

3. Kimia ... 39

4. Kota Tangerang ... 40

B. Penelitian Relavan ... 41

C. Kerangka Berfikir... 43

BAB III ... 45

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

B. Metode Penelitian... 45

C. Desain Penelitian ... 45

D. Populasi dan Sampel ... 49

E. Teknik Pengumpulan Data ... 49

F. Instrument Penelitian ... 49

G. Teknik Pengolahan Data ... 54

H. Teknik Analisa Data ... 55

BAB IV ... 59

A. Deskripsi Data ... 59

1. Deskripsi Hasil Tahapan Persiapan ... 59

2. Deskripsi Hasil Tahapan Pengembangan ... 64


(13)

B. Pembahasan ... 82

BAB V ... 94

A. Kesimpulan ... 95

B. saran ... 96


(14)

xiv

Tabel 2.1 Macam-Macam Bahan Ajar Menurut Bentuknya ... 23

Tabel 2.2 Komponen Materi Buku Non Teks ... 37

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Lembar Validasi ... 50

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrument Angket Respon Guru Bidang Studi Kimia... 52

Tabel 3.3 Kriteria Penskoran Skala Guttman ... 55

Tabel 3.4 Kriteria Penskoran Ratting Scale ... 55

Tabel 3.5 Kriteria Penskoran Rating Scale untuk Indikator Tertentu ... 55

Tabel 3.6 Kriteria Interpretasi Skor ... 56

Tabel 3.7 Bobot yang Dimiliki Setiap Indikator ... 57

Tabel 3.8 Kriteria Interpretasi Skor ... 58

Tabel 4.1 Hasil Analisis Kearifan Lokal Kota Tangerang ... 61

Tabel 4.2 Hasil Analisis Keterkaitan Kearifan Lokal dengan Kimia... 62

Tabel 4.3 Daftar Revisi Konten Indikator Buku Suplemen Kimia ... 63

Tabel 4.4 Hasil Validasi Buku Suplemen ... 71

Tabel 4.5 Daftar Revisi Konten pada Buku Suplemen ... 71

Tabel 4.6 Daftar Tabel Revisi Wacana ... 73

Tabel 4.7 Hasil Angket Respon Guru ... 75

Tabel 4.8 Rata-rata Hasil Penilaian Responde ... 77


(15)

xv

Gambar 4.1 Desain Sampul ... 65

Gambar 4.2 Cuplikan Kata Pengantar dalam Buku Suplemen ... 65

Gambar 4.3 Cuplikan Panduan untuk Pembaca dalam Buku Suplemen ... 66

Gambar 4.4 Aspek Sumber Daya Alam (SDA) ... 67

Gambar 4.5 Aspek Sumber Daya Manusia ... 68

Gambar 4.6 Aspek Geografi ... 69

Gambar 4.7 Persentase Penilaian Apek Materi ... 78

Gambar 4.8 Persentase Penilaian Aspek Penyajian ... 79

Gambar 4.9 Persentase Penilaian Aspek Bahasa ... 80


(16)

xvi

Lampiran 1 Hasil Wawancara Studi Langsung Kebutuhan Buku Suplemen Kimia . 100 Lampiran 2 Laporan Hasil Wawancara Studi Langsung Kearifan

Lokal Kota Tangerang... 104

Lampiran 3 Hasil Studi Literatur dan Langsung Kearifan Lokal Kota Tangerang.... 118

Lampiran 4 Hasil Validasi Analisis Keterkaiatan Kearifan Lokal dengan Konten Kimia SMA ... 119

Lampiran 5 Hasil Validasi Analisis Indikator ... 127

Lampiran 6 Draft Buku Suplemen Kimia ... 163

Lampiran 7 Kisi-kisi Lembar Validasi ... 221

Lampiran 8 Hasil Validasi Buku Suplemen Kimia ... 223

Lampiran 9 Buku Suplemen Uji Coba ... 231

Lampiran 10 Kisi-kisi Angket Respon Guru Kimia SMA ... 297

Lampiran 11 Data Responden ... 299

Lampiran 12 Surat Ketersediaan Menjadi Responden ... 300

Lampiran 13 Angket Respon Guru Kimia SMA... 311

Lampiran 14 Hasil Pengolahan Data Angket ... 344

Lampiran 15 Tabel Saran dan Masukan Responden ... 354


(17)

1

A.

Masalah Penelitian

1.

Latar Belakang

Pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia berpedoman pada kurikulum, dimana pengertian kurikulum sendiri menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan

bahwa “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu”.1

Dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia, kurikulum yang digunakan telah mengalami beberapa kali perubahan, mulai dari kurikulum sederhana hingga kurikulum 2013 yang saat ini mulai

diterapkan. Kurikulum 2013 memiliki 7 karakteristik2, dimana jika

ditelaah lebih lanjut mengenai karakteristik nomor 1 sampai 3 dapat ditarik kesimpulan bahwa kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menuntut siswa untuk mengimplementasikan hasil pembelajaran yang mereka peroleh di sekolah kepada masyarakat, begitu juga sebaliknya sehingga diperoleh timbal balik antara pelajaran di sekolah dan di lingkungan masyarakat.

Selain itu, jika kita mengaitkan sistem pendidikan dengan sistem pemerintahan desentralisasi yang dianut oleh Negara Indonesia dimana sistem desentralisasi ini “lebih menekankan kepada konsekuensi dari

penyerahan wewenang keputusan dan pegendalian tugas – tugas

1 Peratutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan, (Jakarta: Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2013), h.4


(18)

ketatanegaraan oleh badan-badan otonom daerah dalam rangka

pemberdayaan potensi lokal”.3

Menurut Irianto penyelarasan sistem pendidikan yang diaplikasikan di lingkungan masyarakat dan sistem desentralisasi pemerintahan terdapat beberapa faktor penghambat. Salah satunya adalah perkembangan dunia

industri dan tingkat perkembangan lembaga – lembaga satuan pendidikan

di setiap daerah. “Ini semua mengisyarakatkan perlunya pemikiran dan

kajian yang lebih matang dalam menyiapkan situasi lokal atau lembaga satuan pendidikan, agar desentralisasi dalam manajemen penyelenggaraan

sistem pendidikan nasional dapat dilaksanakan dengan baik”4.

Kearifan lokal merupakan akumulasi dari hasil aktivitas budi dalam menyikapi serta memperlakukan lingkungan, menggambarkan cara

bersikap dan bertindak suatu masyarakat untuk merespon perubahan –

perubahan yang khas dalam lingkup lingkungan fisik ataupun kultural. Sehingga kearifan lokal dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk menjalankan kurikulum 2013 yang memiliki karakteristik pengaplikasian pendidikan yang diperoleh siswa di sekolah pada lingkungan masyarakat.

Kemendikbud menyebut kearifan lokal dengan istilah keunggulan lokal, selain itu pembelajaran berbasis keunggulan lokal memiliki beberapa landasan yuridis diantaranya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 BAB III pasal 14 ayat 1 menyatakan bahwa “Untuk SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukan

pendidikan berbasis keunggulan lokal,5 Peraturan Pemerintah Nomor 17

Tahun 2010 pasal 35 ayat 2, bahwa “Pemerintah kabupaten/Kota

melaksanakan dan/atau memfasilitasi perintisan program dan/atau satuan pendidikan yang sudah atau hampir memenuhi Standar Nasional

3 Yoyon Bahtiar Irianto, Kebijakan Pembaruan Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 68

4Ibid, h.82

5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, 2015, (http://www.telkomuniversity.ac.id)


(19)

Pendidikan untuk dikembangkan menjadi program dan/atau satuan

pendidikan bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal”.6

Dengan adanya pendidikan berbasis keunggulan lokal, diharapkan semua peserta didik yang berada di suatu wilayah tertentu dapat memahami sains dan mengaplikasikan pembelajaran yang mereka dapati di sekolah dalam kehidupan sehari-hari mereka tanpa adanya sebuah pemahaman bahwa pembelajaran sains hanya dapat dilaksanakan pada

kalangan elit tertentu. “by the global thrust towards school science

programs that are intended, not for a select few, but for all students. The

“Scince for all” and “Science for daily living” Tke on new meaning when indigenous communities’ needs are considered in cultural context”7

Selain itu jika dikaji lebih dalam, terdapat beberapa hal di masyarakat yang memiliki hubungan yang erat dengan sains namun masyarakat sekitar belum mampu menjelaskannya secara ilmiah, hal ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Sudarmin, berdasarkan penelitian yang telah ia lakukan diperoleh hasil bahwa

Adanya pengetahuan asli dari peracik dan penjual jamu, serta penjual bahan jamu yang tepat atau kurang tepat jika dibandingkan dengan sains ilmiah, pengetahuan peracik dan penjual jamu umumnya sebagai hasil pengetahuan warisan yang terkadang responden kurang mampu menjelaskan secara sains ilmiah. Sedangkan terkait focus penelitian manfaat dan kegunaan jamu tradisional disimpulkan bahwa banyak pengetahuan sains masyarakat yang dapat ditransformasikan menjadi

sains ilmiah dan sumber belajar sains bagi siswa8

Pada dasarnya pemerintah telah membuat sebuah kebijakan untuk meningkatkan pendidikan Indonesia dengan tujuan meningkatkan

6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, 2014, ( http://mgb.trisakti.ac.id)

7Cassie Quigley, “Globalization and Science Eduation: The Implication for Indigenous

Knowledge System”, Journal of International Education in Indiana University, vol 2, No 1, 2009,

h. 81

8 Sudarmin dan Rayandra Asyhar, Transformasi Pengetahuan Sains Tradisional menjadi Sains Ilmiah dalam Proses Produksi Jamu Tradisional, Jurnal Penelitian Pada Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang, vol 1 No 1, 2012, h. 3


(20)

kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan melalui pengadaan buku teks. Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomo 11 Tahun 2005 pasal 1 yang berisi

Buku teks pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun

berdasarkan standar nasional.9

Buku teks termasuk kedalam buku ajar yang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu a) buku pelajaran pokok, b) buku pelajaran pelengkap,

c) buku bacaan, dan d) buku sumber.10 Pengajaran materi bagi siswa tidak

hanya dapat diperoleh melalui buku pelajaran pokok, karena masih terdapat beberapa pengetahuan yang harus dimiliki siswa yang tidak terdapat di buku pelajaran pokok. Oleh karena itu diperlukan adanya buku pelengkap berupa buku suplemen (buku pengayaan). Dimana Buku

pengayaan adalah “buku yang memuat materi yang dapat memperkaya

buku teks pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi”.11

Selain itu saat ini pemerintah telah memberikan kebebasan kepada satuan tingkat pendidikan untuk mengembangkan indikator-indikator serta

bahan ajar yang ada dengan rambu-rambu penyusunan dan

pengembangannya yang telah ditentukan oleh pemerintah. Pengembangan indikator-indikator dalam buku pelajaran pokok dapat dilakukan diantaranya dengan mengembangkan buku suplemen atau buku pelengkap.

Buku suplemen yang baik memiliki keterkaitan dengan suatu daerah, serta mampu mewujudkan desentralisasi pendidikan nasional adalah buku suplemen yang memiliki indikator-indikator sebagai berikut: 1) menjadikan siswa mengetahui keunggulan lokal daerah dimana dia tinggal, 2) memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan

9 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005 tentang Buku Teks, 2015, h.2 (ftp://ftp.unm.ac.id)

10 Sitepu, Penulisan Buku Teks Pelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 16. 11 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Buku, Pasal 1 Ayat 5, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional 2008), h. 107.


(21)

keunggulan lokal daerah tersebut, 3) siswa mampu mengolah sumber daya, 4) terlibat dalam pelayanan/jasa atau kegiatan lain yang berkaitan dengan keunggulan lokal sehingga memperoleh penghasilan dan melestarikan budaya/tradisi/sumber daya yang menjadi unggulan daerah

serta mampu bersaing secara nasional maupun global.12

Jika dikaitkan dengan salah satu mata pelajaran sekolah yaitu sains, maka indikator-indikator yang telah disebutkan di atas dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan indikator dalam pelajaran sains yang tertuang dalam buku suplemen sains berbasis kearifan lokal. Sains

merupakan suatu ilmu yang mempelajari gejala – gejala alam yang ada

disekitar. Dalam pembagiannya, Sains terbagi menjadi beberapa bagian yaitu Fisika, Kimia dan Biologi. Ilmu kimia merupakan ilmu yang sangat menarik untuk dikaji karena ilmu kimia adalah ilmu yang mencangkup sejumlah aspek bahan-bahan kimia, dan bahan kimia bukanlah bahan abstrak yang mematikan dan ditakuti, karena bahan kimia adalah

bahan-bahan sehari-hari yang kita pegang bahkan kita konsumsi.13

Kota Tangerang merupakan sebuah kota yang memiliki wilayah strategis, hal ini dikarenakan Kota Tangerang berada diantara Jakarta dan Kabupaten Tangerang. Kota Tangerang merupakan salah satu daerah

penyangga Ibu Kota Negara DKI Jakarta.14 Sehingga penduduk Kota

Tangerang kebanyakan merupakan warga pendatang dari berbagai daerah. Oleh karena itu kearifan lokal Kota Tangerang harus dilestarikan ditengah-tengah masyarakatnya yang beragam. Dalam hal ini khususnya bidang sains. Kearifan lokal sangatlah menarik untuk dikaji diantaranya adalah potensi-potensi daerah yang dimiliki Kota Tangerang seperti padi, jagung,

kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar.15 Potensi-potensi tersebut dapat

dilihat dalam dokumen Kementrian Keuangan Republik Indonesia

12Iif Khoiru Ahmadi, Sofan Amri, dan Tatik Elis, Mengembangkan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dalam KTSP, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2012), h.10

13James E. Brady, Kimia Universitas Asas dan Struktur, (Jakarta:Bina Rupa Aksara,1999), h. 2 14Letak Geografis Kota Tangerang, Tersedia (http://www.tangerangkota.go.id/geografi) 15 Kota Tangerang dalam angka 2012, Luas Panen Tanaman Pangan di Kota Tangerang 2007-2011, 2014, h. 244 (http://tangerangkota.go.id)


(22)

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Provinsi Banten16 dan dinas

pertanian Kota Tangerang pada tahun 2008. 17Serta kebiasaan masyarakat

di daerah ini yang memilih pengobatan tradisional yaitu beberapa tanaman obat salah satunya penggunaan daun dewa untuk mengobati demam.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penting dilakukan penelitian yang bertema kearifan lokal yang dibahas dari sisi sains terhadap Kota Tangerang yang diwujudkan dalam sebuah produk buku suplemen, sehingga judul penelitian yang diajukan peneliti adalah “PENGEMBANGAN BUKU SUPLEMEN KIMIA BERBASIS KEARIFAN LOKAL KOTA TANGERANG”

2.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Masih rendahnya pencapaian pendidikan kurikulum 2013 yang

memiliki karakteristik membentuk kepribadian siswa di sekolah dan juga di lingkungan masyarakat.

2. Pembelajaran sains di sekolah berjalan tidak selaras dengan nilai-nilai

kearifan lokal yang dianut oleh suatu masyarakat tertentu sehingga sulit diterima oleh siswa.

3. Masih terdapat faktor-faktor penghambat dalam pelaksaanaan sistem

desentralisasi pendidikan di Indonesia.

4. Masih kurangnya pengembangan potensi daerah serta kebudayaan

daerah Kota Tangerang dalam pembelajaran siswa di sekolah

5. Masih sedikitnya buku suplemen berbasis kearifan lokal yang mampu

menumbukan nilai-nilai karakter siswa serta mengembangkan potensi yang dimiliki Kota Tangerang, serta dapat menunjang dan memotivasi siswa dalam proses pembelajaran terutama pelajaran sains disekolah

16 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Banten, (Jakarta: Kementrian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, 2010), h.18

17 Dinas Pertanian Kota Tangerang 2008, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pangan dan Sayuran Kota Tangerang Tahun 2007, 2014, (http://www.tangerangkota.go.id/mobile)


(23)

3.

Pembatasan Masalah

Ruang lingkup penelitian ini agar lebih terarah, maka dilakukan pembatasan yaitu sebagai berikut :

a. Buku suplemen ini disusun berdasarkan kearifan lokal Tangerang.

b. Fokus Sains yang terdapat dalam buku suplemen ini adalah kimia

SMA

c. Buku suplemen yang telah diperoleh akan diuji tingkat keterbacaannya

yang meliputi aspek kelayakan materi, penyajian, bahasa, dan grafika.

d. Untuk mengukur tingkat keterbacaan buku suplemen ini menggunakan

instrumen yang diberikan kepada beberapa guru kimia SMA di Kota Tangerang.

4.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana desain dan karakteristik buku suplemen kimia berbasis

kearifan lokal Tangerang?

b. Bagaimana kelayakan buku suplemen kimia berbasis kearifan lokal?

c. Bagaimana tanggapan guru kimia SMA Kota Tangerang mengenai

buku suplemen berbasis kearfian lokal Tangerang?

B.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.

Tujuan Penelitian

Teradapat beberapa tujuan dalam penelitian ini,yaitu :

a. Mengembangkan buku suplemen kimia berbasis kearifan lokal Kota


(24)

b. Mengetahui kelayakan buku suplemen kimia berbasis kearifan lokal Kota Tangerang

c. Mengetahui tanggapan guru mengenai buku suplemen kimia berbasis

kearifan lokal Kota Tangerang.

2.

Manfaat Penelitian

a. Secara umum

1) Menghasilkan buku suplemen kimia berbasis kearifan lokal

Tangerang

b. Bagi siswa

1) Tersedianya buku suplemen yang dapat melengkapi buku ajar dan

pembelajaran di sekolah

2) Tersedinya buku suplemen yang dapat menjembatani kearifan

lokal yang terdapat di Kota Tangerang dengan Kimia SMA

c. Bagi guru

1) Tersedianya buku penunjang yang dapat melengkapi pembelajaran

di sekolah dan bahan dalam mengajar

2) Diperolehnya buku penunjang kimia yang sesuai dengan

kurikulum yang berlaku

d. Bagi dunia pendidikan

1) Dapat dijadikan referensi dalam peningkatan mutu pendidikan

Indonesia

2) Dapat dijadikan buku penunjang yang dimiliki siswa atau guru

untuk lebih mengembangkan pembelajaran

3) Dapat menjadi salah satu bahan untuk menjaga kelestarian

kebudayaan Indonesia melalui buku suplemen kimia dengan pendekatan kearifan lokal.

e. Bagi peneliti

1) Sebagai pengetahuan mendesain dan membuat buku suplemen


(25)

2) Mengetahui kelayakan dan tanggapan mengenai buku suplemen kimia berbasis kearifan lokal


(26)

10

Kajian Teoritis, Penelitian Relevan, Kerangka Berfikir

A.

Kajian Teoritis

1. Kearifan Lokal

a. Makna Kearifan Lokal

Kearifan lokal merupakan akumulasi dari hasil aktivitas budi

dalam menyikapi serta meperlakukan lingkungan yang

menggambarkan cara bersikap dan bertindak suatu masyarakat untuk

merespon perubahan – perubahan yang khas dalam lingkup lingkungan

fisik ataupun kultural.1 Dalam seminar nasional fisika dan pendidikan

fisika, pengertian kearifan lokal adalah gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam

dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.2

Sementara itu, kemendikbud menyebut istilah kearifan lokal

dengan keunggulan lokal,3 hal ini didasarkan dari istilah kearifan lokal

yang terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom)4 dan lokal (local)5

sehingga kearifan lokal dapat juga disebut dengan local wisdom.

Dalam disiplin ilmu antropologi local wisdom disebut juga dengan

local genius,6 antropologi merupakan ilmu yang mempelajari manusia dalam bermasyarakat, bersuku bangsa, berperilaku, berkebudayaan,

dan berperadaban.7 Haryati Soebadio seorang antropolog mengatakan

bahwa “local genius adalah juga cultural identity, identitas kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap

1Heny Gustini Nuraeni dan Muhammad Alfan, Study Budaya di Indonesia, (Bandung : CV Pustaka Setia,2013), h.67

2 Zuhdan Kun Prasetyo, “Pembelajaran Sains Berbasis Kearifan Lokal”, Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika, Surakarta:14 September 2013, h. 3. (http://fisika.uns.ac,id )

3ibid, h. 3.

4 John M. Echols dan Hassan Shadiky, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 363.

5ibid, h.649 6 Prasetyo, loc. cit.


(27)

dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri”. Begitu pula Ayatrohaedi menyatakan bahwa “unsur budaya

daerah potensial seagai local genius karena telah teruji kemampuannya

untuk bertahan sampai sekarang”.8

Berdasarkan kedua pengertian di ataslah pemerintah manyatakan bahwa kearifan lokal sama dengan keunggulan lokal.

Keunggulan lokal merupakan suatu usaha untuk memajukan dan merealisasikan potensi daerah yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu dalam rangka peningkatan nilai produk, jasa atau karya lain yang dimiliki daerah tersebut untuk bisa menambah penghasilan setiap daerah tanpa terkecuali yang bersifat unik dan memiliki keunggulan

komparatif.9 Keunggulan lokal menurut Jamal adalah hal-hal yang

menjadi ciri khas suatu daerah yang meliputi aspek ekonomi,

teknologi, budaya, informasi, komunikasi, ekologi dan sebagainya.10

Secara garis besar pengertian kearifan lokal adalah suatu keadaan atau potensi khas yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu meliputi ekonomi, teknologi, budaya, informasi, komunikasi, ekologi serta cara bersikap dan bertindak masyarakat di daerah tersebut, dimana keadaan ini sudah seharusnya dijaga bahkan dikembangkan untuk menambah penghasilan suatu daerah.

Kearifan lokal yang terdapat di masyarakat kita dapat ditemui

dalam nyanyian, pepatah, sasanti, petuah, semboyan dan kitab – kitab

kuno yang melekat dalam perilaku sehari – hari.11 Pada dasarnya

kearifan lokal merupakan suatu kebiasaan yang terjadi secara terus –

menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa kearifan lokal memiliki hubungan dengan kebudayan, seperti yang dinyatakan oleh Taylor

8 Prasetyo, op. cit., h. 4

9Iif Khoiru Ahmadi, Sofan Amri, dan Tatik Elisah, Mengembangkan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dalam KTSP, (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2012), h. 1

10Jamal Ma’mur Asmani, Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal, (Jogjakarta: Diva Press, 2012), h.29


(28)

dalam Nashir bahwa kebudayaan ialah keseluruhnan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan

kemampuan – kemampuan lainnya serta kebiasaan – kebiasaan yang

diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.12

Kebudayaan timbul dari adanya interaksi sosial yang terjadi secara terus menerus pada proses yang terjadi dalam kurun waktu yang lama, serta dijadikan sistem pengetahuan kolektif yang kompleks sehingga mampu membentuk karakter masyarakat Indonesia dalam menjalani

kehidupan dan berinteraksi dengan lingkungannya.13

b. Fungsi Kearifan Lokal

Terdapat beberapa fungsi kearifan lokal jika ditinjau dari beberapa aspek, dibawah ini akan dijelaskan fungsi kearifan lokal dalam kehidupan sosial, dan ilmu pengetahuan.

1) Fungsi Kearifan Lokal dalam kehidupan sosial

Kearifan lokal dapat dipahami sebagai usaha manusia yang dilakukan dengan mengunakan akal budinya untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Ruang tertentu yang dimaksud disini adalah ruang interaksi yang terjadi antarmanusia dan antarmanusia dengan lingkungan fisiknya, dimana interaksi ini telah disusun sedimikian

rupa. Pola interaksi yang terjadi disebut dengan setting, dimana

pengertian setting itu sendiri adalah suatu tempat yang digunakan

manusia untuk berinteraksi dan menyusun hubungan dalam

lingkungannya. Sebuah setting yang telah terbentuk secara

langsung akan memproduksi nilai-nilai yang menjadi landasan atau

acuan tingkah laku manusia.14

12Haedar Nashir, Pendidikan Karakter berbasis Agama dan Budaya, (Yogyakarta :Multi Presendo, 2013), h. 32

13Ibid,.


(29)

Selain itu jika dilihat dari kebudayaan yang merupakan salah satu sumber dari kearifan lokal, kearifan lokal dapat membangun pengetahuan kolektif yang digunakan sebagai acuan bertindak dan bertingkah laku dalam menanggapi lingkungan kehidupannya dan

juga sebagai arah dalam menentukan tindakannya.15

2) Fungsi Kearifan Lokal dalam Ilmu Pengetahuan

Fungsi lain dari kearifan lokal adalah kearifan lokal memiliki peranan yang cukup besar dalam bidang keilmuwan. Pada

umumnya terdapat tujuh unsur – unsur pokok kebudayaan yang

ada pada suatu masyarakat dimanapun tempat dan daerahnya. Menurut Kluchkon sebagaimana yang dikutip dalam Herimanto

dan Winarno menyatakan bahwa “ketujuh unsur pokok

kebudayaan meliputi peralatan hidup (teknologi), sistem mata pencaharian hidup (ekonomi), sistem kemasyarakatan (orgnisasi sosial), sistem bahasa, kesenian (seni), sistem pengetahuan (ilmu

pengetahuan sains), serta sistem kepercayaan (religi)”16

Berdasarkan ketujuh unsur pokok kebudayaan yang telah diuraikan diatas, diketahui bahwa ilmu pengetahuan sains merupakan salah satu unsur pokok kebudayaan, dan hal ini menunjukan bahwa sains dapat ditemukan dimana saja dan pada saat kapanpun, mulai dari jaman praserajarah, sejarah dan hingga saat ini. Salah satu contoh bahwa sains telah ada sejak dahulu kala adalah adanya sistem perbintangan yang digunakan masyarakat untuk berlayar, walaupun pengetahuan sains tersebut masih dalam

bentuk yang sederhana.17

15 Nashir, op, cit., h.36

16 Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta Timur : Bumi Aksara, 2011), h.152.


(30)

c. Makna Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal

Banyak ragam definsi dari pendidikan, walaupun demikian bukan berarti bahwa pendidikan tidak memiliki definisi yang jelas, adanya keberagaman definisi ini menjadi kekayaan intelektual dalam khazanah pemikiran pendidikan kontemporer yang sangat berharga. Dibawah ini adalah definisi pendidikan dari para pakar pendidikan

Dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN) “bahwa pengertian dari

pendidikan merupakan suatu usaha yang disadari untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan didalam maupun diluar ,dan berlangsung seumur hidup”.18

Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan

bertumbuhnya budi pekerti, pikiran dan tubuh anak19

Pendidikan berfungsi mengenalkan, memahamkan, dan

menjadikan nilai – nilai karakter sehingga mendarah daging dalam

kehidupan peserta didik atau siapaun yang terlibat di dalamnya.

Pendidikan karakter memiliki kaitan erat dengan kebudayaan. Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan menyatakan, bahwa

Berdasarkan pengertian budaya, karakter bangsa, dan pendidikan yang telah dikemukakan diatas maka pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religious, nasionalis, produktif dan kreatif. Atas dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan budaya dan karakter sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang, pendekatan yang sesuai dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat suatu nilai, pendidikan budaya

18Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta : pustaka pelajar offset, 2011), h.33 19 Ibid,.


(31)

dan karakter bangsa adalah usaha bersama sekolah; oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang

tak terpisahkan dari budaya sekolah.20

Secara spesisfik Iif menyatakan pendidikan berbasis kearifan lokal adalah sebuah pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi peserta didik melalui pemanfaatan keunggulan lokal yang ada dalam daerahnya berupa budaya, ekologi, bahasa, teknologi,

informasi dan komunikasi, dan lain-lain.21

d. Tujuan serta Alasan Kearifan Lokal dalam Pendidikan

Sains merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dan juga telah dijelaskan sebelumnya bagaimana kearifan lokal mempengaruhi perkembangan sains sejak zaman prasejarah hingga saat ini. Selain itu terkait dengan kebudayaan nasional yang merupakan identitas dari Negara Indonesia kearifan lokal seharusnya dikembangkan dan dijaga melalui pendidikan di sekolah, dimana kebudayaan nasional ini merupakan gabungan dari beberapa kebudayaan lokal (kearifan lokal) pada suatu daerah tertentu. Hal ini sesuai seperti yang dinyatakan Nuraeni dan Alfan bahwa “Kebudayaan Nasional adalah gabungan dari kebudayaan daerah yang ada di negara tersebut. Kebudayaan daerah adalah kebudayaan dalam daerah atau wilayah tertentu yang diwariskan secara turun temurun oleh generasi

terdahulu pada generasi berikutnya di ruang lingkup daerah tersebut”22

Tujuan diselenggarakannya pendidikan berbasis kearifan lokal disekolah, maka siswa dapat memperoleh beberapa hal, yaitu:

1) Mengetahui keunggulan lokal daerah dimana dia tinggal

20Nashir, op, cit., h.38

21 Ahmadi, op, cit., h.9 22 Nuraeni, op, cit., h. 26


(32)

2) Memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan keunggulan lokal daerah tersebut

3) Mampu mengolah sumber daya

4) Terlibat dalam pelayanan/jasa atau kegiatan lain yang berkaitan

dengan keunggulan lokal sehingga memperoleh penghasilan dan melestarikan budaya/tradisi/sumber daya yang menjadi unggulan daerah

5) Mampu bersaing secara nasional maupun global.23

Selain kelima hal yang diharapkan dapat dilakukan siswa, siswa juga diharapkan dapat mencintai daerahnya sendiri, mampu bersaing dan mengembangkan potensi lokalnya sehingga daerahnya dapat berkembang pesat mengikuti perkembangan global (globalisasi), serta

dapat percaya diri mengadapi masa depan.24

Sedangkan alasan diadakannya pendidikan berbasis kearifan lokal karena Indonesia merupakan Negara yang menganut sistem desentralisasi. Dengan adanya sistem desentralisasi ini menjelaskan bahwa adanya kewenangan yang diberikan pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah melalui delegasi kepada pejabat – pejabatnya di

daerah atau kepada badan – badan otonom pemerintahan daerah.25.

Indonesia merupakan sebuah Negara kepulauan yang memiliki wilayah yang luas, yang terdiri atas 17.504 pulau (8.651 Pulau yang

bernama dan 8.853 pulau yang belum bernama).26Selain itu Indonesia

juga dikenal dengan keberagaman budayanya hal ini dikarenakan setiap pulau memiliki kebudayaan yang berbeda. Ada puluhan etnis

yang memiliki budaya masing – masing, yaitu :27

1) Pulau Sumatra : Aceh, Batak, Minang, Melayu (Deli,Riau,

Jambi, Palembang,Bengkulu, dan sebagainya), Lampung;

23 Ahmadi, op. cit,. h.10 24 Asmani, op. cit., h.42

25 Yoyon Bachtiar Irianto, Kebijakan Pembaruan Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011), h.67

26 Nuraeni, op. cit., h.19 27Ibid,. h.20


(33)

2) Pulau Jawa : Sunda, Baui (masyarakat tradisional yang mengisolasi diri dari dunia luar di provinsi Banten), Jawa, dan Madura, Bali;

3) Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur: Sasak,

Manggarai, Sumbawa, Flores dan sebagainya;

4) Kalimantan : Dayak, Melayu, Banjar, dan sebagainya.;

5) Sulawesi :Bugis, Makassar, Toraja, Gorontalo, Minahasa,

Manado,dan sebagainya.;

6) Maluku : Ambon, Ternate,dan sebagainya;

7) Papua : Dani, Asmat,dan sebagainya.

Mengingat dua hal yang telah diuraikan diatas, yaitu sistem desentralisasi yang dianut Indonesia serta luas dan beranekaragamnya kebudayaan Indonesia, tentu mempengaruhi sistem pendidikan nasional.

Irianto menyatakan 28

Kebijakan yang berdimensi lokal adalah semua hal yang sesuai dengan dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat daerah. Kebijakan seperti ini sebaiknya rakyat (baik melalui DPRD maupun

kelompok – kelompok kepentingan daerah) dan pemerintah daerah

yang memutuskannya. Memilih lokasi tempat berdirinya gedung sekolah, menambah dan mengankat guru, menentukan kurikulum lokal dan lain sebagainya akan lebih tepat dan efisien jika daerah yang melakukannya.

Makna dari uraian di atas adalah adanya pemberian kewenangan bagi suatu daerah untuk mengatur sistem pendidikan pada daerahnya

masing – masing, dan hal ini membutuhkan sebuah manajemen

pendidikan berbasis desentralisasi. Tugas utama dalam desentralisasi manajemen pendidikan di daerah harus diprioritaskan pada upaya

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan

28 Irianto, op, cit., h.84-85


(34)

pendidikan.29Melihat manajemen pendidikan desentralisasi yang berpusat pada masyarakat menunjukan bahwa kegiatan dan kebiasaan yang terdapat pada masyarakat juga memiliki kepentingan dalam pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan kurikulum lokal untuk mencapai tujuan dari desentralisasi tersebut.

Selain itu transformasi pendidikan berwawasan karakter dilakukan sebagai koreksi atas praktik dunia pendidikan yang cenderung pragmatis pada penyediaan tenaga kerja dan lebih menekankan aspek kognisi dan psikomotorik semata, kurang diimbangi potensi afeksi dan ruhani manusia. Pendidikan berhasil mengajarkan nilai kegunaan yang serba praktis seperti menguasai teknologi informasi dan keterampilan-keterampilan khusus, tetapi kurang berhasil dalam menanamkan nilai benar-salah, baik-buruk, pantas-tidak pantas dalam sistem perilaku subjek didik, sehingga melahirkan generasi robot yang gagap akal-budi.30

e. Ruang lingkup Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal

1) Lingkup situasi dan kondisi daerah tersebut, yaitu segala sesuatu

yang terdapat didaerah tersebut yang berkaitan dengan lingkungan alam, sosial, ekonomi, seni, dan budaya atau lainnya yang berupa hasil bumi, tradisi, pelayanan/jasa, atau lainnya yang menjadi keunggulan suatu daerah.

2) Lingkup keunggulan lokal meliputi potensi keunggulan lokal, cara

mengelola, mengolah/mengemas, mengoptimalkan, memasarkan, atau proses lainnya yang mampu menghasilkan nilai bagi daerah sehingga dapat meningkatkan taraf hidup/kesejahnteraan maupun

Pendapatan Asli Daerah (PAD)31.

29Ibid,. h.96

30Nashir, op, cit., h.34 31 Asmani, op, cit., h.44


(35)

f. Potensi Keunggulan Lokal

Dalam mengembangkan keunggulan lokal terdapat beberapa potensi yang dapat dijadikan bahan dalam pengembangan pendidikan berbasis kearifan lokal diantaranya adalah SDA, SDM, Geografi, Sejarah dan

Budaya.32

1) Sumber daya alam merupakan potensi yang terkandung di dalam

bumi, air, dan dirgantara yang dapat dijadikan kepentingan hidup. Contoh: bidang pertanian, bidang perkebunan, bidang peternakan. Keunggulan lokal ini akan lebih cepat berkembang, jika dikaitkan dengan konsep pembangunan agropolitan. Agropolitan merupakan

pendekatan pembangunan bottom up untuk mencapai kesejahteraan

dan pemerataan pendapatan yang lebih cepat, pada suatu wilayah atau daerah tertentu.

2) Sumber daya manusia didefinisikan sebagai manusia dengan

segenap potensi yang dimilikinya yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk menjadi makhluk social yang adaptif dan transformatif dan mampu mendayagunakan potensi alam di sekitarnya secara berimbang dan berkesinambungan.

3) Geografi meliputi objek formal dan objek material. Objek formal

geografi adalah fenomena geosfer yang terdiri dari, atmosfer bumi, cuaca dan iklim, litosfer, hidrosfer, biosfer, dan antroposfer.

4) Budaya adalah sikap, sedangkan sumber sikap adalah kebudayaan.

Agar kebudayaan dilandasi dengan sikap baik, masyarakat perlu memadukan antara idealism dengan realism yang pada hakikatnya merupakan perpaduan antara seni dan budaya. Ciri khas budaya masing-masing daerah tertentu merupakan sikap menghargai kebudayaan daerah sehingga menjadi keunggulan lokal.

32 Prasetyo, op. cit., h. 5


(36)

5) Historis merupakan potensi sejarah dalam bentuk peninggalan benda-benda purbakala maupun tradisi yang masih dilestarikan

hingga saat ini.33

g. Langkah-langkah Pengembangan Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal

Dalam pengengembangan Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal, dibutuhkan sebuah strategi agar tujuan dari Pendidikan tersebut dapat tercapai dengan baik, adapun langkah-langkah yang dibutuhkan dalam pengerjaan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah

Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan serta kebutuhan daerah yang bersangkutan. Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang bersangkutan. Seperti pemda/bappeda, instansi vertical terkait, peguruan tinggi, dan dunia usaha/industri. Keadaan daerah tersebut dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam.

2) Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi keunggulan lokal

Berdasarkan kajian dari beberapa sumber sebagaimana disebutkan, dapat diperoleh berbagi jenis kebutuhan. Berbagai jenis kebutuhan ini mencerminnkan fungsi keunggulan lokal di daerah, antara lain untuk :

a) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah

b) Meningkatkan keterampilan di bidang pekerjaan tertentu

c) Meningkatkan kemampuan berwiraswasta dan

d) Meningkatkan penguasaan bahasa asing

3) Mengidentifikasi bahan kajian keunggulan lokal

33 Ahmadi., Op., Cit. h. 2-6


(37)

Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan keunggulan lokal yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian sesuai dengan kebutuhan sekolah.

4) Menentukan mata pelajaran keunggulan lokal

Berdasarkan bahan kajian keunggulan lokal tersebut dapat ditentukan kegiatan pembelajarannya. Kegiatan ini pada dasarnya dapat dirancang agar bahan kajian keunggulan lokal bisa memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhn masayarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya.

5) Mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar

Dalam mengembangkan standar kompetensi (dalam kurikulum 2013 mengacu pada Kompetensi Inti) dan kompetensi dasar, pengembangan harus mengacu pada “Standar Isi”. Pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah merupakan awal dalam membuat mata pelajaran keunggulan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah. Adapun langkah-langkah dalam mengembangkannya adalah sebagai berikut :

a) Pengembangan Standar Kompetensi

Standar Kompetensi adalah menentukan kompetensi yang didasarkan pada materi sebagi basis pengetahuan.

b) Pengembangan Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar merupakan kompetensi yang harus dikuasai

siswa.34

34Ibid,. h.78-84


(38)

h. Kompetensi-kompetensi yang Dituntut dalam Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal

Dalam pengimplementasian pendidikan berbasis kearifan lokal terdapat beberapa kompetensi-kompetensi yang dituntut terdiri atas beberapa hal sebagai berikut:

1) Personal Competencies

Secara praktis dapat diidentifikasi dari sifat-sifat, seperti percaya terhadap diri sendiri, berani dalam mengambil resiko, bersemangat dalam bekerja, murah hati terhadap sesama, penyabar, empati dan perilakunya dapat diteladani.

2) Thinking Competencies

Diintegrasikan dengan kemampuan berpikir ilmiah (scientific

method), secara praktis dapat diidentifikasi dari beberapa keterampilan, yaitu menggali dan menemukan data, mengolah data menjadi informasi, merumuskan persoalan, mengidentifikasi alternative, memberikan alasan-alasan yang rasional dan objektif dalam memutuskan serta keterampilan memilih alternative pemecahan.

3) Social Competencies

Secara praktis dapat diidentifikasi dari beberapa keterampilan yakni memahami karakteristik orang lain, berhubungan pribadi, berkomunikasi dalam kelompok, menemukan dan jaringan/saluran sekaligus media komunikasi, keterampilan bekerja yang sama, serta memberikan tugas dan kepercayaan kepada orang lain.

4) Vocational Competencies

Merupakan keterampilan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang bersifat spesifik dan teknik yang terdapat di

masyarakat35


(39)

2. Buku Sebagai Bahan Ajar

Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan peserta didik dan pendidik (pendidik) membutuhkan berbagai macam perangkat penunjang agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik. Salah satu perangkat yang mampu menunjang kegiatan belajar di dalam kelas dapat berupa bahan ajar. Dimana pengertian bahan ajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan guru dan instruktur sekolah dalam kegiatan belajar mengajar di

kelas.36

Bahan ajar memiliki beberapa pengertian, menurut Andi, bahan ajar memiliki perbedaan dengan sumber belajar, dimana bahan ajar adalah bahan jadi yang merupakan hasil ramuan dari bahan-bahan yang diperoleh dari berbagai sumber belajar yang siap disajikan kapada peserta didik, dan secara aktual dirancang secara sadar dan sistematis untuk pencapaian kompetensi peserta didik secara utuh dalam kegiatan pembelajaran

walaupun dijual dalam pasar bebas.37

Sedangkan menurut Suhardjono, pengertian bahan ajar dalam lingkup perkuliahan adalah “materi perkuliahan yang disusun secara sistematis

yang digunakan dosen dan mahasiswa dalam proses perkuliahan”.38

a. Macam-macam Bahan Ajar

Menurut Andi, berdasarkan bentuknya bahan ajar dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

Tabel 2.1 Macam-macam Bahan Ajar Menurut Bentuknya39 No Bentuk Bahan

Ajar

Pengertian Contoh

36Ika Kurniawati, Modul Pelatihan Pengembangan Bahan Ajar, 2015, h. 1 (http://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id)

37 Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Jogjakarta: Diva Press, 2013), h. 31-32

38Suhardjono, Menyusun Bahan Ajar Agar Tujuan Perkuliahan Tercapai dengan Lebih Menyenangkan, 2014, h. 4 , (http://suhardjono.lecture.ub.ac.id)


(40)

1 Cetak sejumlah bahan yang dapat disiapkan dalam kertas, yang berfungsi untuk keperluan pembelajaran

handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar, dan model atau maket

2 Dengar semua sistem yang

menggunakan sinyal radio secara

langsung, yang dapat dimainkan atau didengar oleh seseorang atau sekelompok orang

Kaset, radio, piringan

hitam, dan compact

disk audio

3 Pandang

Dengar (audiovisual)

Segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial

Video compact disk

dan film

4 Interaktif Kombinasi dari dua

atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunanya dimanipulasi atau diberi perlakuan

Compact disk interactive


(41)

untuk

mengendalikan suatu perintah dan/atau perilaku aami dari suatu presentasi

Sedangkan menurut Ika, macam-macam bahan ajar menurut bentuknya

dibedakan menjadi 2, yaitu:40

1) Bahan Cetak: modul, buku, teks, lembar kerja siswa, petunjuk

belajar, handout, brosul, dan leaflet.

2) Bahan NonCetak: audio pembelajaran, video pembelajaran,

multimedia interaktif, dan bahan belajar berupa online. .

b. Buku

Berdasarkan hal yang telah dikemukakan oleh Suhardjono dan Asep mengenai macan-macam bahan ajar berdasarkan bentuknya, terdapat satu kesamaan macam bentuk bahan ajar yaitu bahan ajar cetak atau printed materials dengan salah satu contohnya adalah buku. Buku merupakan suatu perangkat yang sangat penting dan sangat dibutuhkan siswa maupun pendidik.

Buku mengandung berbagai informasi yang mampu memperluas wawasan pembacanya, selain itu juga mampu memberikan inspirasi agar terciptanya gagasan baru, hal ini dikarenakan buku mampu memberikan pengetahuan mengenai apa yang terjadi pada masa lalu,

masa sekarang, dan kemungkinan masa yang akan datang.41

Terdapat beberapa rumusan definisi mengenai buku, “dalam arti

luas buku mencakup semua tulisan dan gambaran yang ditulis dan dilukis atas segala macam lembaran papyrus, lontar, perkamen, dan kertas dengan segala bentuknya berupa gulungan, dilubangi, dan diikat

40 Kurniawati, Op. cit., h. 9-10 (http://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id)


(42)

atau dijilid muka dan belakangnya dengan kulit, kain, karton, dan kayu”.42

Sedangkan dalam arti sempit pengertian buku merupakan suatu kertas berjilid yang menjadi satu kesatuan dimana didalamnya

terdapat informasi.43

Sedangkan menurut pandangan lain, buku adalah media pengarang untuk menuangkan pemikiran dan ilmu pengetahuannya dalam rupa

bahan tertulis.44

Walaupun terdapat berbagai pengertian mengenai buku, namun secara garis besar buku memiliki arti sebuah bahan tertulis yang didalamnya terdapat berbagai informasi baik informasi masa lalu, masa sekarang dan memungkinkan di masa yang akan datang, dan dapat juga berisi ilmu pengetahuan serta pemikiran pengarangnya, dimana media yang digunakan untuk menulis dapat berupa kertas, kulit, kain, karton, atau kayu yang dijilid.

Dalam bidang pendidikan, buku memiliki peranan yang sangat penting untuk menciptakan siswa yang kreatif dan berkembang positif dalam berbagai aspek. Hal ini dikarenakan buku mampu memberikan dan meningkatkan pengalaman, pengetahuan, serta keterampilan yang dimiliki siswa mengenai berbagai bidang kehidupan berupa diri, masyarakat, budaya, dan alam sekelilingnya, maupun tentang Tuhan

yang menciptakan semua itu.45 Oleh karena itu sudah seharusnya buku

pendidikan mendapatkan perhatian khusus oleh pemerintah,

pengarang, bahkan para pendidik agar buku pendidikan yang berada di pasaran layak digunakan oleh siswa dan dapat meningkatkan kreatifitas, dan ilmu pengetahuan siswa. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 2 Tahun 2008, “bahwa buku berperan penting dan strategis dalam upaya meningkatkan mutu

42Ibid., h.12

43Ibid., h.13

44 Prastowo, op, cit., h.166

45Menteri Pendidikan Nasional, Penilaian Buku Non Teks Pelajaran, 2014 (http://puskurbuk.net/web13/)


(43)

pendidikan, sehingga perlu ada kebijakan pemerintah mengenai buku bagi peserta didik”.46

Dalam dunia pendidikan, dikenal beberapa jenis buku yang mampu menunjang jalannya proses pembelajaran siswa di sekolah maupun di rumah. Selain buku yang diperuntukan untuk siswa, terdapat juga buku yang diperuntukan khusus untuk guru yaitu buku pegangan yang dijadikan referensi dan pegangan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Menteri Pendidikan Nasional dalam Permendiknas Nomor 2 tahun 2008 mengkategorisasikan buku menjadi (a) buku teks pelajaran, (b) buku panduan pendidik, (c) buku pengayaan, (d) buku referensi, dengan penjelasan dari masing-masing buku tersebut adalah sebagai berikut:

1) Buku teks pelajaran pendidikan dasar, menengah, dan perguruan

tinggi yang selanjutnya disebut buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di satuan pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.

2) Buku panduan pendidik adalah buku yang memuat prinsip,

prosedur, deskripsi materi pokok, dan model pembelajaran untuk digunakan oleh para pendidik.

3) Buku pengayaan adalah buku yang memuat materi yang dapat

memperkaya buku teks pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi.

46 Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 2 Tahun 2008, 2014, h.106


(44)

4) Buku referensi adalah buku yang isi dan penyajiannya dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, dan budaya secara dalam dan luas.47

Untuk pembahasan selanjutnya, akan dibahas lebih mendalam mengenai buku pengayaan dan bagaimana cara atau teknik menyusun buku pengayaan

c. Buku suplemen atau buku pengayaan

Dalam kamus bahasa Indonesia, suplemen memiliki arti tambahan

atau lampiran pelengkap.48 Jika dihubungkan dengan jenis-jenis buku

yang telah dibahas sebelumnya, maka buku suplemen memiliki arti yang sama dengan buku pelengkap atau buku pengayaan.

Buku pengayaan dibutuhkan untuk menunjang proses

pembelajaran dan tujuan dari pendidikan nasional, karena mampu menambah pengetahuan yang dimiliki siswa, hal ini sesuai dengan Permendiknas Nomor 11/2005 Pasal 2 yang menyatakan bahwa dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, selain menggunakan buku teks pelajaran sebagai acuan wajib, guru juga dapat menggunakan buku pengayaan dalam proses pembelajaran dan menganjurkan peserta didik membacanya untuk menambah pengetahuan dan wawasan

Mengenai penggunaan dan pengadaan buku pengayaan sangatlah dianjurkan, hal ini seusai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional republik Indonesia no 2 tahun 2008 pasal 6 ayat 2 dan 3 menyatakan “selain buku teks, pendidik dapat menggunakan buku panduan pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi dalam proses pembelajaran. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peserta

47Ibid., h. 107-108

48Elha Santoso, Kamus Praktis Moderen Bahasa Indonesia, (Surabaya: Pustaka Dua, TT), h. 392


(45)

didik, pendidik dapat menganjurkan peserta didik untuk membaca buku pengayaan dan buku referensi”.49

Buku pelengkap atau buku pengayaan merupakan buku yang berisi berbagai informasi yang mampu melengkapi atau menunjang informasi yang terdapat di dalam buku pokok. Buku ini tidak wajib dimiliki oleh siswa dan guru, namun sangat membantu memperluas pemikiran siswa mengenai ilmu pengetahuan yang didapatnya dalam buku pokok, karena didalam buku pengayaan dibahas secara lebih luas dan lebih mendalam mengenai suatu bahasan pokok tertentu yang terdapat di dalam kurikulum, dan dalam penyusunannya tidak mengacu secara penuh pada kurikulum, baik dari tujuan, materi pokok,

dan metode penyajiannya.50

Menurut Andi, buku teks terbagi menjadi dua yaitu buku teks utama dan buku teks pelengkap. “Buku teks utama berisi bahan-bahan pelajaran suatu bidang studi yang digunakan sebagai buku pokok Sedangkan buku teks pelengkap adalah buku yang sifatnya membantu atau merupakan tambahan bagi buku teks utama serta digunakan oleh pendidik dan peserta didik”.51

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai buku pengayaan yang telah diterang diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa buku pengayaan adalah buku yang mampu menunjang buku pokok, dimana didalamnya berisi informasi yang mengulas lebih dalam mengenai ilmu pengetahuan tertentu, penyusunan buku pengayaan juga tidak

berpacu secara kesuluruhan kepada kurikulum dan dalam

penggunaannya didunia pendidikan tidak lah diwajibkan namun penting untuk menunjang pendidikan disekolah.

Buku pengayaan termasuk kedalam buku non teks, hal ini Berkaitan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang

49Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 2 Tahun 2008, 2014, h.110

50 Sitepu, op. cit., h. 16 51 Andi, op. cit., h.168


(46)

Standar Nasional Pendidikan dan tugas Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam pengendalian mutu buku mengenai macam-macam buku menurut kewenangannya. Berdasarkan kewenangan badan yang melakukan standarisasi terdapat dua macam buku yaitu buku teks dan buku non teks. Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP) memiliki kewenangan untuk menstandarisasi buku teks. Sedangkan buku pengayaan, referensi, dan panduan pendidik yang termasuk kedalam buku non teks, BSNP tidak memiliki kewenangan untuk

menstandarisasi buku ini.52

Dibawah ini akan dijelaskan ciri-ciri buku non teks yang salah satu contohnya adalah buku pengayaan:

1) Buku-buku yang dapat digunakan di sekolah atau lembaga

pendidikan, namun bukan merupakan buku acuan wajib bagi peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran;

2) Buku-buku yang menyajikan materi untuk memerkaya buku teks

pelajaran, atau sebagai informasi tentang Ipteks secara dalam dan luas, atau buku panduan bagi pembaca;

3) Buku-buku nonteks pelajaran tidak diterbitkan secara berseri

berdasarkan tingkatan kelas atau jenjang pendidikan;

4) Buku-buku nonteks pelajaran berisi materi yang tidak terkait secara

langsung dengan sebagian atau salah satu Standar Kompetensi atau Kompetensi Dasar yang tertuang dalam Standar Isi, namun memiliki keterhubungan dalam mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional;

5) Materi atau isi dari buku nonteks pelajaran dapat dimanfaatkan

oleh pembaca dari semua jenjang pendidikan dan tingkatan kelas atau lintas pembaca, sehingga materi buku nonteks pelajaran dapat dimanfaatkan pula oleh pembaca secara umum;

52Menteri Pendidikan Nasional, Penilaian Buku Non Teks Pelajaran, 2014 (http://puskurbuk.net/web13/)


(47)

6) Penyajian buku nonteks pelajaran bersifat longgar, kreatif, dan inovatif sehingga tidak terikat pada ketentuan-ketentuan proses dan sistematika belajar, yang ditetapkan berdasarkan ilmu pendidikan

dan pengajaran.53

Berdasarkan ciri-ciri buku non teks yang telah dijelaskan diatas, menguatkan makna atau pengertian dari buku pengayaan yang merupakan buku penunjang atau pelengkap buku pokok yang dapat digunakan di sekolah.

Menteri pendidikan nasional membagi buku pengayaan menjadi tiga macam, yaitu buku pengayan pengetahuan, keterampilan, dan

kepribadian (jenis nonfiksi dan jenis fiksi).54Dibawah ini akan

dijelaskan secara mendalam mengenai ketiga macam buku pengayaan tersebut:

1) Buku pengayaan pengetahuan

Mengambil makna dari pengayaan yang memiliki arti menunjang atau melengkapi, jadi pengertian buku pengayaan pengetahuan adalah sebuah buku yang didalamnya berisi informasi-informasi yang mampu meluaskan pengetahuan yang dimiliki siswa dan tidak terdapat di dalam buku teks (buku pokok). Hal ini sesuai dengan penyataan yang terdapat di dalam pedoman penulisan buku non teks yang menuliskan

Buku pengayaan pengetahuan adalah buku-buku yang diperuntukkan bagi pelajar untuk memerkaya pengetahuan dan

pemahamannya, baik pengetahuan lahiriyah maupun

pengetahuan batiniyah. Buku jenis ini merupakan buku-buku yang diperlukan pelajar atau pembaca pada umumnya agar dapat

membantu peningkatan kompetensi kognitifnya.55

53Pedoman Penulisan Buku Non Teks Buku Pengayaan,Referensi, dan Panduan Pendidik,(Jakarta Pusat: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, TT) h. 2-3

54Menteri Pendidikan Nasional, Penilaian Buku Non Teks Pelajaran, 2014 (http://puskurbuk.net/web13/)

55 Pedoman Penulisan Buku Non Teks Buku Pengayaan,Referensi, dan Panduan Pendidik, op, cit.,h. 10-11


(48)

2) Buku pengayaan keterampilan

Sama halnya dengan pengertian buku pengayaan pengetahuan, buku pengayaan keterampilan memiliki pengertian sebuah buku yang mampu memperluas informasi-informasi pembaca, hanya saja dalam buku pengayaan keterampilan berisi konten-konten yang mampu meningkatkan kemampuan dasar para pembacanya. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang tertulis di dalam pedoman penulisan buku non teks

Buku pengayaan keterampilan adalah buku-buku yang memuat materi yang dapat memerkaya dan meningkatkan kemampuan dasar para pembaca dalam rangka meningkatkan aktivitas yang praktis dan mandiri. Dalam buku tersebut termuat materi yang dapat meningkatkan, mengembangkan dan memerkaya dalam kemampuan menghitung, memberi nama, menghubungkan, dan mengkomunikasikan kepada orang lain sehingga mendorong

untuk berkarya dan bekerja secara praktis.56

3) Buku pengayaan kepribadian

Berdasarkan yang tertulis di dalam pedoman penulisan buku non teks yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional diperoleh pengertian dari buku pengayaan kepribadian yaitu “Buku pengayaan kepribadian merupakan buku-buku yang dapat meningkatkan kualitas kepribadian, sikap, dan pengalaman batin pembaca. Dari perspektif buku pendidikan, buku pengayaan kepribadian diharapkan dapat mendukung pencapaian

tujuan pendidikan secara umum”.57

d. Langkah-langkah Menulis Buku Non Teks

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa buku suplemen termasuk kedalam buku non teks, dimana buku non teks berbeda dengan buku

56ibid., h.12-13 57Ibid., h.14-15


(49)

teks. Selain itu telah dijelaskan juga ciri-ciri buku non teks yang berbeda dengan buku teks namun memiliki tujuan yang sama untuk memperkaya ilmu pengetahuan yang dimiliki pelajar maupun umum. Dibawah ini akan dijelaskan tahapan-tahapan dalam menulis buku non teks terdiri dari:

1) Menyiapkan konsep dasar tulisan;

Sebelum penulis menulis buku non teks, ada baiknya jika penulis menentukan konsep dasar dari buku non teks yang hendak ditulis. Dalam hal ini mengenai buku pengayaan yang terdiri dari tiga macam yaitu buku pengayaan keterampilan, pengetahuan, dan kepribadian. Seorang penulis harus bisa menentukan buku pengayaan jenis apa yang akan ditulis. Selain itu dalam penulisan buku nonteks, penulis dapat mengembangkan tulisannya seleluasa mungkin serta bebas menuangkan gaya bahasa dan model dari

buku non teks nya.58

Selain itu juga terdapat konsep dasar penulisan buku non teks yang harus diperhatikan oleh penulis. Dalam buku pedoman penulisan buku nonteks yang dibuat oleh pusat perbukuan departemen pendidikan, dituliskan beberapa konsep dasar penulisan buku nonteks, yaitu:

Konsep dasar yang dimaksud harus sistematis, objektif, dan terbuka. Sistematis berarti bahwa materi yang disajikan itu merupakan suatu kesatuan yang bertemali dengan ilmu lain, baik dari sisi isi maupun wilayah garapannya. Objektif berarti bahwa materi yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan secara material. Terbuka berarti bahwa materi itu dapat

dijelaskan secara ilmiah.59

2) Memerhatikan proses kreatif

Dalam menulis buku nonteks, penulis mengalami proses berfikir kreatif dengan menggunakan bahan tulisan melalui

58Ibid., h.59-60 59Ibid., h.60


(50)

menggali, menghidupkan imajinasi, intuisi, memunculkan potensi-potensi baru, membuka pandangan-pandangan yang menimbulkan kekaguman, serta dapat merangsang pikiran-pikiran yang tiddak terduga dengan tahapan-tahapan merencanakan tulisan untuk menjadi buku nonteks, tahap pengolahan informasi, tahap kemunculan berbagai gagasan, tahap memverifikasi berbagai

gagasan yang dihubungkan dengan realita.60

3) Menetapkan aspek yang akan dikembangkan;

Sama hal nya dengan buku teks pelajaran, buku non teks pelajaran juga harus memperhatikan tiga aspek domain pendidikan yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal ini tertulis didalam buku pedoman penulisan buku non teks

Demikian pula halnya dengan domain afektif dan

psikomotorik, penulis buku nonteks pelajaran harus merancang terlebih dahulu aspek dari domain tersebut yang masih perlu dikembangkan, baik untuk keperluan peserta didik maupun

bagi pendidik dalam melaksanakan pendidikan dan

pembelajaran.61

4) Menyesuaikan dengan kemampuan berpikir pembaca.

Dalam menulis buku non teks harus disesuaikan dengan kemampuan berpikir pembaca terutama buku non teks pengayaan yang selayaknya lebih menyesuaikan pada kemampuan berfikir peserta didik. Kemampuan ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan serta kebudayaan masyarakat tempat peserta didik tinggal. Oleh karena itu peserta didik seharusnya mampu menulis buku non teks

yang sesuai dengan keadaan Indonesia.62

60Ibid., h.61

61Ibid,. h.63 62Ibid., h.63-64


(51)

e. Komponen Dasar dan Komponen Utama Buku NonTeks

Untuk menghasilkan buku non teks yang berkualitas, selain mengetahui langkah-langkah penyusunan buku, maka juga harus memperhatikan komponen dasar dan kompononen utama yang harus dimiliki buku tersebut.

1) Komponen Dasar

Di dalam Komponen dasar ini terdiri atas :

a) karakteristik buku nonteks

Terdapat beberapa karakteristik buku non teks yaitu:

- Materi buku yang dikembangkan bukan merupakan acuan

wajib bagi peserta didik dalam mengikuti salah satu mata pelajaran tertentu

- Materi buku tidak dilengkapi dengan instrumen evaluasi

dalam bentuk pertanyaan, tes, ulangan, LKS, atau bentuk lainnya;

- Penerbitan buku tidak disajikan secara serial berdasarkan

tingkat kelas;

- Pengembangan materi tidak terkait secara langsung dengan

atau sebagian Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dalam Standar Isi;

- Materi buku dapat dimanfaatkan oleh pembaca lintas

jenjang pendidikan dan tingkat kelas;

- Materi buku dapat diklasifikasikan ke dalam jenis

pengayaan (pengetahuan, keterampilan, atau kepribadian), atau referensi (kamus, ensiklopedia, atlas), atau panduan

pendidik.63

b) ketentuan dasar penerbitan,

penulis yang ingin menerbitkan bukunya, maka harus memperhatikan hal-hal dibawah ini:

63Ibid., h.65


(1)

A

Me ge al Asi a Nerogtog

Pe gelola

Ga ar di sa pi g erupaka foto seora g pe gusaha uda a g e ge a gka aka a tradisio al eta i aitu asi a Rogtog. Na a a adalah Via , pe gusaha asi a sa ur da uah a g

e jadi pe aris kedua usaha asi a dari ora g tua a. Ia e -jala ka usaha i i ersa a de ga kaka pere pua a

o aio al Co pete ies

Sejarah

Usaha asi a i i e-ra al dari pe juala

e ggu aka gro ag a g perta a kali dija-jaka pada tahu de ga resep a g di u-at se ara khusus oleh i u a, da saat i i, asia terse ut idasiak lasiagi di asia asia erkelili g e -jajaki ila ah Kota Ta gera g, elai ka da-la se uah ruko a g erada di Jl K.H As ari, Rogtog Kota Ta gera g. Na a ruko a ada-lah Asi a Hj. “oie, a a i i dia il dari sa g pe ilik a al aitu i u dari Via .

“u er: Doku e Pri adi

Me uka Pelua g Pekerjaa Dala proses pe uata a sa g pe ilik e uka pelua g kerja agi teta ga a terle ih di

ula puasa di a a o set pe juala da per i taa asi a sa ur da uah erta ah

e-erapa kali lipat. “ehi gga tak jara g pada ula terse ut sa g pe ilik e uka pelua g kerja. Dala sehari pe juala asi a

uah da sa ura se a ak u gkus

So ial Co pete ies

Perso al Co pete ies

Di dala ruko terse ut dijual dua a a asi a , aitu asi a sa ur da asi a uah.

Terdapat per edaa a tara asi a sa ur ogor da asi a sa ur eta i, asi a ogor e iliki kuah a g er ar a erah da e -er. “eda gka asi a sa ur eta i e iliki kuah a g diko -i as-ika de ga ka a g gore g seh-i gga as-i a sa ur eta -i

e iliki kuah a g le ih ke tal. “eda gka u tuk asi a uah, aik a g erasal dari eta i da ogor idak e iliki per edaa a g sig iika .


(2)

A

Asa Le ah dala Asi a

Perhatikan gambar disamping, walaupun sebenarnya asinan Nerogtog tidak menggunakan cuka dalam pembuatannya, mereka memiliki resep tersendiri dalam pembuatan asinan, namun tahukah kalian Masyarakat Kota Tangerang menggunakan cuka dalam pembuatan asian, cuka termasuk kedalam asam lemah atau asam kuat?

Harus kalia i gat ah a ki ia erupaka agia dari kehidupa kita, kita e ulai kehidupa de ga zat ki ia, pasta gigi a g ada di ka ar a di kal-ia adalah ki kal-ia, aju a g kalkal-ia gu aka e ga du g zat ki kal-ia, ahka susu da roi a g kalia aka dipagi hari juga e ga du g zat ki ia. Jadi idak ada salah a jika kalia e ge al le ih dala salah satu aha ki ia a g ser-i g kalser-ia ju pa e tah ser-itu saat aka akso atau asser-i a .

Asa Asetat dala Cuka Maka

Kalia pasi idak asi g lagi de ga uka aka . Cuka aka erupaka salah satu se a a ki ia a g a pu e erika rasa da aro a asa pada aka a . Ko posisi uta a dari uka aka adalah asa asetat glasial a g kadarr a sekitar % . Da jika kalia asuk kedala la oratoriu , kalia aka elihat Asa Asetat glasial, apa itu asa asetat glasial?

Kadar asa asetat didala uka aka se a ak % ukup a a u tuk diko su si. Jadi teruska aka akso e ggu aka uka, tapi tetap ja ga erle iha .

M“D“ Asa Asetat Glasial

Me iliki a a lai A ei A id Glasil de ga ru us ki ia CH COOH.

Ber aha a

jika terke a kulit, ata , tertela , terhirup. Jika terke a gas terse ut dapat

e gaki atka kerusaka jari ga teruta a pada selaput le dir ata,

ulut da salura per apasa . Jika terke a ata segera sira de ga air

ersih,jika terke a kulit, segera asuh kulit de ga air sedikit a sela a

e it, jika terhirup, segera ari te pat a g e ga du g udara ersih.

Da setelah e dapatka pertolo ga perta a segera hu u gi pihak edis.

Manusia paling lemah yaitu orang yang tak mampu mencari teman, tetapi yang lebih lemah dari itu yaitu orang yang mendapat banyak teman namun menyia-nyiakannya (Ali bin Abi Thalib)

Buka buku pokok kimia SMA kelas XI pada nateri Asam Basa


(3)

A

Asinan Buah nan Segar

Asi a uah a g segar da a pu e ge alika se-a gse-at se-agi pse-arse-a pe ik se-at se-a i i ter use-at dse-ari er se-agse-ai a a uah- uaha , aitu a gga, a as, kedo gdo g,

a gkua g, pepa a, da salak. Buah- uah terse ut

a pu e uat rasa asi a uah e iliki rasa a g asa , pedas, da a is.

Tahukah kalian? Bahwa masyarakat memiliki cara tersendiri dalam memakan asinan ini?

Asi a uah dapat di aka la gsu g setelah proses pe uata , a u sa g pe ilik usaha i i e gataka ah a rasa asi a uah aka jauh le ih e ak da segar jika asi a terse ut didia ka terle ih dahulu sela a e erapa ja da

di-asuka kedala le ari pe di gi . Hal i i di aksudka agar rasa a g terdapat didala a uka ha a rasa a g erasal dari air kuah uata a elai ka juga dari uah

-uah a g terdapat didala a.

“u er: Doku e Pri adi

Perhatikan gambar di samping, gambar tersebut mengilustrasikan peristiwa yang terjadi didalam asinan buah. Peristiwa tersebut melibatkan cairan yang ada didalam buah dengan air kuah dari asinan buah itu sendiri.

Peristiwa tersebut dipengaruhi oleh kepekatan yang dimiliki oleh masing

-masing cairan tersebut, dimana akan terjadi perpindahan dari cairan yang encer ke cairan yang lebih pekat melewati membrane semipermiabel, peristiwa perpindahan

ini disebut dengan osmosis.

Pada asinan buah, kuah dari asinan buah lebih pekat dibandingkan dengan cairan di dalam buah, sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa air yang ada didalam buah pindah ke kuah asinan sehingga menyebabkan asinan yang didiamkan selama be-berapa menit memiliki cita rasa yang segar karena cairan yang terdapat didalam buah bercampur dengan kuah dari asinan tersebut. Selain itu juga bukan suatu hal yang mustahil jika cairan yang terdapat di luar (pekat) masuk kedalam buah. Se-hingga terjadi perpindahan antara kuah asinan dan cairan buah dan hal ini juga membuat buah yang terdapat didalam asinan memiliki rasa yang sangat segar

Buka buku pokok kimia SMA kelas XII pada materi sifat koligatif larutan


(4)

Glosarium

Senyawa prekusor Adalah senyawa yang dapat mengalami perubahan untuk menghasilkan senyawa baru dengan membu-tuhkan bantuan senyawa lain pada kondisi tertentu.

Massa curah adalah Merupakan sebuah istilah yang digunakan sebagai media dalam proses pemeraman Hipotalamus merupakan bagian tubuh yang terdapat di dalam otak

Prostaglandin merupakan salah satu hormone didalam tubuh yang memiliki peranan sangat penting sebagai penyebab demam.

Katalisator adalah zat yang dapat mempercepat Laju reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi sehingga kom-pleks teraktivasi lebih mudah terbentuk.


(5)

Daftar Pustaka

Aina, Ulumul Nur, 2014. Teknik Pemeraman Buah. Laporan Praktikum Fisiolagi dan Pasca Panen. Universitas

Jenderal Sudirman: 2013

Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara.

Ermawati, Elly Fauziah, “Efek Antipiretik Ekstrak Daun Pare pada Tikus Putih Jantan”, Skripsi pada Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta:2010. Tidak dipublikasikan.

Gunawan, “Keempukan, pH dan Daya Mengikat Air Otot Sapi Peranakan Ongole pada Berbagai Taraf Suhu dan Konsentrasi Perendaman Sari Hati Nenas Muda”, Skripsi pda Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor: 2000

Hapsari, Mira Amalia dan Alice Pramashinta. Pembuatan Bioetanol dari Singkong Karet untuk Bahan Bakar Kompor Rumah Tangga Sebagai Upaya Mempercepat Konversi Minyak Tanah. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri.2, 2013.

Kurniawan, Fajar.Sari Buah Nanas Banyak Manfaat: Alternatif Meningkatkan Nilai Ekonomis Hasil Panen. Tuli-san Ilmiah pada Simar Tani edisi 1, 2008.

Muchtadi, Tien R, dkk. 2011. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.Bandung: Alfabeta.

Murtiningsih dan Suyanti. 2011.Membuat Tepung Umbi dan Variasi Olahannya. Jakarta Selatan: Agromedia

Pustaka.

Prabawati, Sulusi, dkk. Teknologi Pasca Panen, dan Teknik Pengolahan Buah Pisang. Balai Besar Penelitian dan Pengembang PascaPanen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008.Tidak di publikasi-kan.

Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.

Robinson, Trevor, 1995. Kandungan Organik TumbuhanTingkat Tinggi. Bandung: ITB.

Salim, Emil. 2011. Mengolah Singkong Menjadi Tepung Mocaf .Yogyakarta: Lily Publisher.

Sarker, Satyajit dan Lutfun Nahar. 2009: Kimia untuk Mahasiswa Farmasi Bahan Kimia organik, alam dan bahan.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Supriyanto, Bagus dan Indah SY. 2013. Keajaiban Kulit Buah. Surabya: Tibbun Media.

Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia untuk Kelas XI. Jakarta: Grasindo

Tim Praktikum Kimia Organik II UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013. Jurnal Praktikum Kimia Organik.

Jakar-ta: UIN Press.

Wuryanti. Isolasi dan Penentuan Aktivitas Spesifik Enzim Bromelin dari Buah Nanas. Jurnal Penelitian Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNDIP. 3, 2004.

Website :

http://terbarux.blogspot.com/2014/09/kata-kata-mutiara-islam.html

http://www.motivasi-islami.com/kata-mutiara/

http://www.motivasi-islami.com/kata-mutiara/

htp://e ou her. o.id/ log/ / /i i-dia-khasiat-u i-si gko g-u tuk-kesehata .ht l

htp://ipaedukasi-supe a-ta a a o at. logspot. o / / / or al- -false-false-false-e -us- - o e.ht l

htp://ipaedukasi-supe a-ta a a o at. logspot. o / / / or al- -false-false-false-e -us- - o e.ht l


(6)

Penulis

Annisah Aynun Najid. Lahir di Kota Tangerang pada 31 mei 1992, seorang anak pertama dari dua bersaudara. Annisah seorang mahasiswi pendidikan kimia fakultas tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merasa tertarik menarik sebuah kearifan lokal yang ada di daerahnya untuk dijadikan bahan dalam pembelajaran kimia. Ia merasa sadar bahwa sebenarnya banyak terdapat potensi-potensi daerah yang dapat digali menjadi pembelajaran dasar siswa di sekolah dan sayangnya hal ini tidak mendapatkan perhatian khusus. Dengan adanya buku suplemen kimia berbasis kearifan lokal ini, penulis ber-harap akan terbit jenis buku yang sama dengan pengembangan daerah yang berbeda, sehingga siswa yang berada di suatu daerah merasa bangga dengan potensi daerah yang ada di dae-rahnya, dan tetap mempelajari kimia dengan mudah karena bahan yang mereka peroleh dimulai dari penge-tahuan yang mereka miliki sebelumnya serta mampu mengembangkan potensi daerah yang ada.