PERSEPSI MASYARAKAT DUSUN SEMAGU TERHADAP PENDIDIKAN SEKSUAL DALAM KELUARGA SKRIPSI
PERSEPSI MASYARAKAT DUSUN SEMAGU
TERHADAP PENDIDIKAN SEKSUAL DALAM
KELUARGA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH:
LILIK SUPRIYONO
NIM: 111-12-156
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2016
MOTTO
“Langit tak perlu menjelaskan bahwa dirinya itu tinggi. Begitupun dengan sampah yang tak perlu menjelaskan bahwa dirinya itu busuk” “Hargai seseorang itu dari prosesnya, bukan dari hasilnya” “Cerminilah diri sendiri dari pada sibuk mencermini orang lain”
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil ’alamin dengan Rahmat dan Hidayah Allah SWTskripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1.
Orang tua saya yang senantiasa memberikan nasehat dan telah mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama.
2. Keluargaku yang selalu memberikan semangat untuk terus menjadi pribadi yang tangguh.
3. Seluruh teman-teman IAIN Salatiga yang bersama-sama telah berjuang untuk mencapai gelar S1.
4. Intan Ikasari yang selalu mendampingi, memotivasi, dan memacu untuk menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran dan kesetiaan.
ABSTRAK
Supriyono, Lilik. 2016.“Persepsi Masyarakat Dusun Semagu terhadap Pendidikan Seksual dalam Keluarga ”. Jurusan Pendidikan Agama
Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Ghufron, M. Ag.
Kata kunci: Persepsi, Masyarakat, Pendidikan Seksual, Keluarga
Dewasa ini kasus penyimpangan seksual dan kekerasan seksual pada anak begitu marak. Pendidikan seksual menjadi salah satu alternatif dalam mengahadapi hal tersebut. Meski demikian masih banyak keluarga yang menganggap bahwa pendidikan seksual adalah suatu hal yang tabu untuk diajarkan kepada anak.
Dari latar belakang di atas, penulis mulai tertarik untuk mengetahui persepsi masyarakat dusun Semagu terhadap pendidikan seksual dalam keluarga. Penelitian ini mempunyai dua tujuan utama yaitu: (1) Untuk mengetahui pendidikan seksual dalam keluarga di dusun Semagu, (2) Untuk mengetahui bagaimana persepsi orang tua tentang pendidikan seksual dalam keluarga. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan lapangan (field
research) . Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Subyek penelitian adalah masyarakat dusun Semagu, terutama orang tua (ibu).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: (1) Pendidikan seksual yang ada di dusun Semagu sangat beranekaragam. Keanekaragaman itu antara lain: dari cara memahami perilaku anak, mendidik anak, menerapkan pendidikan ke anak, menghadapi kendalan dan mencari solusinya. Hal ini dikarenakan faktor pendidikan dan ekonomi yang ada di dalam keluarga. (2) Persepsi orang tua tentang pendidikan seksual dalam keluarga di dusun Semagu dapat menunjukkan bahwa pendidikan seksual adalah suatu hal yang sangat penting. Mereka menerapkan pendidikan seksual dalam keluarga mereka sejak dini. Meskipun terdapat berbagai kendala dalam penerapannya namun mereka mulai menyadari bahwa pendidikan seksual dalam keluarga harus diterapkan. Mereka mulai mengubah anggapan mereka bahwa pendidikan seksual itu adalah hal yang tabu. Mereka juga mulai mewaspadai akan bahaya yang ditimbulkan dengan penggunaan teknologi modern seperti sekarang ini, yaitu adanya HP, internet, media sosial lainnya, yang menurut mereka banyak sekali dampak negatifnya. Sehingga menurut mereka penguasaan teknologi sangatlah penting di jaman sekarang ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN BERLOGO ...................................................................................... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................ v
MOTTO ................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
ABSTRAK .............................................................................................................. x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 8 C. Tujuan ......................................................................................................... 8 D. Kegunaan Penelitian .................................................................................. 9 E. Pembatasan Masalah ............................................................................... 10 F. Definisi Operasional ................................................................................. 11 G. Metode Penelitian ..................................................................................... 14 H. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................................. 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................................
A. Persepsi...................................................................................................... 20 B. Masyarakat ............................................................................................... 20 C. Pendidikan Seksual .................................................................................. 21 D. Keluarga .................................................................................................... 38BAB III HASIL PENELITIAN ..............................................................................
A. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................................. 40 B. Keadaan Geografis di Dusun Semagu .................................................... 40 C. Struktur Organisasi di Desa Koripan .................................................... 41 D. Keadaan Demografi di Dusun Semagu .................................................. 41 E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 45 F. Identitas Narasumber .............................................................................. 47 G. Hasil Wawancara ..................................................................................... 53BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...........................................................
A. Pendidikan Seksual dalam Keluarga di Dusun Semagu ...................... 74 B. Persepsi Orang Tua tentang Pendidikan Seksual dalam Keluarga .... 78BAB V PENUTUP ....................................................................................................
A. Kesimpulan ............................................................................................... 91 B. Saran ......................................................................................................... 92DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin…………………………….42Tabel 3.2 JumlahSarana Pendidikan……………………………………………44
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Struktur Organisasi Desa Koripan………………………………….41 Gambar 3. 2 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………45
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Daftar SKK 2. Nota Pembimbing Skripsi 3. Lembar Konsultasi 4. Lembar Persetujuan Wawancara 5. Daftar Pertanyaan Wawancara 6. Kode Penelitian 7. Dokumentasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata seksual atau seks sering kali dianggap suatu hal yang negatif
dalam masyarakat kita. Hal ini dikarenakan kata seksual sering kali diidentikkan dengan suatu pornografi, hal yang jorok, atau sesuatu yang tidak pantas untuk dibicarakan terlebih kepada anak-anak. Anggapan inilah yang mengakibatkan orang tua merasa bahwa membicarakan masalah seksual kepada anak-anak merupakan suatu hal yang tabu. Padahal, usia anak-anak adalah masa di mana mereka mempunyai rasa ingin tahu yang besar terhadap suatu hal. Dengan tidak tersedianya cukup informasi dan pengetahuan mereka tentang seksual melalui keluarga, mereka berusaha mencari sendiri dengan berbagai media yang ada seperti internet, televisi, film porno, atau bacaan-bacaan dan gambar-gambar dari koran atau majalah untuk memenuhi rasa keingintahuannya. Kecanggihan teknologi membuat mereka dapat mengakses apapun dalam internet. Tentu saja ini sangat membahayakan bagi anak, karena kurangnya filter di internet dan kurangnya pengawasan dari orang tua dapat membuat anak memperoleh informasi yang salah atau mengakses hal yang tidak semestinya mereka ketahui.
Kurangnya pengetahuan anak akan masalah seksual juga mengakibatkan anak sering mendapatkan kekerasan seksual. Akhir-akhir ini begitu marak berita tentang kekerasan seksual pada anak. Anak sering diiming-imingi uang atau mainan sebelum mereka mendapatkan kekerasan seksual. Mereka juga sering mendapat ancaman agar tidak mengadukan apa yang mereka alami kepada orang tua mereka. Tanpa mereka sadari masa kanak-kanak mereka telah dihancurkan.
Sebenarnya seksualitas adalah suatu naluri alamiah dalam diri manusia yang telah dibawa sejak lahir hingga tua nanti. Naluri ini datang berbarengan dengan naluri anak untuk makan. Ketika bayi anak sudah melakukan oral mulut untuk memenuhi kebutuhan biologisnya seperti makan dan minum sehingga bayi melakukan oral mulut dengan kehendaknya sendiri tanpa harus diperintah oleh orang tuanya. Menjelang memasuki kanak-kanak biasanya anak-anak mulai bermain dengan air kencingnya sendiri, dan lain sebagainya hingga mereka dewasa.
Menurut Sigmund Freud dalam bukunya Kartini Kartono (1986: 120), awal perkembangan seksual pada anak muncul ketika masa pragenital (0-2 tahun). Kata pragenital berasal dari dua kata yaitu pra (sebelum mendahului) dan genital (alat kelamin). Jadi arti masa pragenital yaitu masa sebelum anak mengetahui arti dan perbedaan alat kelamin mereka. Masa pragenital dibagi menjadi masa oral (dengan erotisme oral) dan masa anal (dengan erotisme anal). Erotisme oral yaitu masa ketika anak memainkan organ mulutnya, sedangkan erotisme anal adalah masa di mana anak memainkan alat kelamin. Masa ini dialami oleh seluruh anak, baik anak laki-laki maupun anak perempuan.
Sigmund Freud dalam bukunya Kartini Kartono (1986: 120) menegaskan jika anak mulai mengenal organ kelaminnya pada saat usia ± 3,5 tahun. Pada masa ini sering disebut masa phallis yang berarti penghormatan terhadap daya pembiakan yang kodrati. Pada masa ini anak laki-laki dan perempuan mulai membandingkan organ kelamin mereka dan mereka cemas jika nantinya organ kelaminya berubah ataupun hilang.
Puncak perkembangan seksual anak terjadi ketika mereka telah memasuki usia tamyiz atau baligh. Pada usia ini telah terjadi perubahan pada diri anak baik dari postur tubuh maupun hormonal. Perubahan- perubahan pada fisik mereka tentu saja mengundang banyak pertanyaan.
Namun mereka tidak berani bertanya kepada orang tua mereka karena orang tua selalu menganggap pertanyaan mereka adalah hal yang tidak sopan. Hal ini yang membuat anak berusaha mencari sendiri jawaban atas ketidaktahuan mereka dari sumber yang tidak bertanggung jawab misalnya internet, film porno, atau teman sebaya yang sama-sama tidak mempunyai pengetahuan yang cukup. Di sinilah awal mula munculnya penyimpangan- penyimpangan seksual. (Yusuf Madan, 2004: 3)
Penyimpangan-penyimpangan seksual yang terjadi pada anak usia tamyiz antara lain yaitu merebahnya pergaulan bebas (free sex) sehingga menimbulkan hamil sebelum menikah. Akhirnya, menimbulkan efek pengguguran karena takut ketahuan orang tua ataupun malu. Hal ini tentu saja membuat orang tua terkejut dan heran. Padahal saat masa baligh anak masih terlihat sangat lugu dan polos. Namun ketika orang tua mengetahui hal tersebut tentu saja mereka terheran-heran dengan perilaku anaknya yang seperti itu. (Yusuf Madan, 2004: v) Penyimpangan perilaku seksual yang terjadi pada anak usia baligh atau remaja bukan hal yang asing lagi. Fenomena tersebut sudah menjadi rahasia umum. Hampir semua orang sudah mengetahui. Hal ini dibuktikan dengan maraknya pelecehan seks, hamil sebelum menikah, dan pencabulan yang dari tahun ke tahun jumlahnya semakin meningkat. Tentu saja hal ini sangat memprihatinkan dan memilukan.
Di sinilah urgensi keluarga dalam memberikan pendidikan seksual kepada anak sangat diharapkan. Keluarga adalah tempat pertama bagi anak untuk mengenal dunia. Hal ini sesuai dengan hadist riwayat Al-Bukhari dari Abu Hurairah ra. dijelaskan bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
ِنَمْحَّرلا ِدْبَع ِنْب َةَمَلَس يِبَأ ْنَع ِ ي ِرْهُّزلا ْنَع ٍبْئِذ يِبَأ ُنْبا اَنَثَّدَح ُمَدآ اَنَثَّدَح
ُّلُك َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُ َّللَّا ىَّلَص ُّيِبَّنلا َلاَق َلاَق ُهْنَع ُ َّللَّا َي ِضَر َةَرْيَرُه يِبَأ ْنَع
ِلَثَمَك ِهِناَس ِ جَمُي ْوَأ ِهِناَر ِ صَنُي ْوَأ ِهِناَدِ وَهُي ُهاَوَبَأَف ِةَرْطِفْلا ىَلَع ُدَلوُي ٍدوُل ْوَم
َءاَعْدَج اَهيِف ىَرَت ْلَه َةَميِهَبْلا ُجَتْنُت ِةَميِهَبْلا Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan
Artinya: “
kepada kami Ibnu Abu Dza'bi dari Az Zuhriy dari Abu Salamah bin
'Abdurrahman dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Nabi
Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Setiap anak dilahirkan dalam keadaanfithrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu
menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang
melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat
pa danya?” (Hadits Shahih Bukhari, no. 1296)
Hadist tersebut mempertegas jika orang tua sebagai tempat pendidikan pertama bagi anak-anaknya. Melalui orang tualah anak diarahkan dan diberi pendidikan yang utama dan pertama.
Salah satu bentuk pengabdian kepada Allah adalah menjahui segala larangan-Nya. Salah satu larangan Allah adalah berbuat zina. Melalui pendidikan seksual anak memperoleh pengetahuan tentang bahaya-bahaya dalam melakukan zina serta akibat-akibat yang timbul dari perbuatan tersebut. Pengetahuan ini yang dapat menuntun anak menjahui perbuatan zina, sehingga orang tua telah membantu anaknya untuk mengabdi pada Allah.
Selain itu, Allah juga menyuruh kita untuk menjauhkan keluarga kita dari api neraka. Allah berfirman dalam Al Quran surah At-Tahrim ayat 6 (Tafsir Ibnu Katsir, 2000: 751), yaitu:
ُساَّنلا اَهُدوُق َو اًراَن ْمُكيِلْهَأَو ْمُكَسُفْنَأ اوُق اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي ْمُهَرَمَأ اَم َ َّللَّا َنوُصْعَي َلَ ٌداَدِش ٌظ َلَِغ ٌةَكِئ َلََم اَهْيَلَع ُةَراَج ِحْلاَو َنوُرَم ْؤُي اَم َنوُلَعْفَيَو
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
(At-Tahrim:6)
diperintahkan.”
Dengan pembekalan pengetahuan seksual yang diberikan keluarga, maka keluarga telah berusaha menjauhkan anak-anaknya dari api neraka sebagaimana perintah Allah di atas.
Pendidikan seksual pada anak memang masih menuai pro dan kontra dalam masyarakat dusun Semagu. Dusun Semagu merupakan wilayah dari desa Koripan. Dusun Semagu terdiri dari 5 RT dengan jumlah penduduknya kurang lebih 906 orang. Masyarakat dusun Semagu tentu saja seperti warga dusun yang lainnya, di mana mereka memiliki latar belakang pendidikan yang beragam, jenis pekerjaan, jenjang sosial atau status sosial, segi ekonomi, dan masih banyak yang lainnya. Hal inilah yang menimbulkan pro dan kontra terhadap adanya pendapat tentang pendidikan seksual. Adapun pihak yang kontra dengan pendidikan seksual pada anak menganggap bahwa dengan diberikannya pendidikan seksual pada anak justru akan membangkitkan niat anak untuk melakukan hubungan seksual pranikah. Sedangkan pihak pro memandang sebaliknya, bahwa pendidikan seksual pada anak dapat mencegah anak melakukan hubungan seksual pranikah. Pihak ini menambahkan bahwa pendidikan seksual yang diberikan kepada anak tidak melulu tentang hubungan seksual, namun lebih mengarahkan anak kepada pengetahuan tentang alat reproduksi, pentingnya, serta cara menjaga dan menghindarinya dari masalah. Pendidikan seksual juga mengajarkan kepada anak bagaimana cara mengenali serta mengelola gejala-gejala seksual yang secara alamiah muncul pada anak. Lebih lanjut, pendidikan seksual dapat diartikan sebagai suatu pendidikan yang berkaitan dengan seksualitas sehingga anak mengetahui jati diri mereka sebagai laki-laki dan perempuan. Hal ini dianggap perlu melihat fenomena kekerasan seksual pada anak dan hubungan seksual pranikah yang semakin merajalela.
Akhirnya, peran agama dalam memberikan pendidikan seksual kepada anak sangat diharapkan. Pemberian pendidikan seksual pada anak hendaknya dibarengi dengan ilmu agama dan etika yang baik. Islam adalah suatu agama yang mengajarkan tentang norma-norma yang mengatur kita mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, juga apa yang harus dan tidak seharusnya dilakukan. Mengajarkan norma agama berarti suatu upaya mendekatkan anak pada kebesaran sang Pencipta. Sehingga anak akan mengalami segala sesuatunya dari berbagai sudut pandang yang sesuai dengan ajaraan agama Islam. (Hilman Al-Madani, 2005 : 67)
Islam juga sangat menganjurkan pemeluknya untuk mendapatkan dan memberikan pendidikan seksual. Hal ini dapat kita lihat dalam Al- Quran Surat An-Nur ayat 30 (Tafsir Muyassan, 2007: 17), yaitu:
ىَك ْزَأ َكِلَذ ْمُهَجوُرُف اوُظَفْحَيَو ْمِه ِراَصْبَأ ْنِم اوُّضُغَي َنيِنِمْؤُمْلِل ْلُق َنوُعَنْصَي اَمِب ٌريِبَخ َ َّللَّا َّنِإ ْمُهَل
Artinya : "Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka
menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
(An Nur : 30).
yang mereka perbuat.”
Dari ayat di atas kita dapat mengetahui bahwa Allah memerintah makhluk-Nya untuk menjaga pandangan dan memelihara kemaluannya.
Hal ini sangat penting untuk menjaga kesucian. Selaras dengan ayat tersebut, pendidikan seksual juga mengajarkan pada anak bagaimana cara mengelola dorongan seksual yang memang ada dalam diri setiap insan.
Melihat berbagai fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang “PERSEPSI MASYARAKAT DUSUN SEMAGU TERHADAP PENDIDIKAN SEKSUAL DALAM KELUARGA”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pendidikan seksual dalam keluarga di dusun Semagu? 2.
Bagaimanakah persepsi orang tua di dusun Semagu tentang pendidikan seksual dalam keluarga?
C. Tujuan a.
Untuk mengetahui pendidikan seksual dalam keluarga di dusun Semagu.
b.
Untuk mengetahui persepsi orang tua di dusun Semagu tentang pendidikan seksual dalam keluarga.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak baik secara teoristis maupun secara praktis.
1. Secara Teoritis
Secara teoristis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas bagi orang tua dan memberikan wawasan serta pengetahuan tentang perilaku remaja yang menyimpang dan pentingnya pendidikan seksual dalam keluarga.
Penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang pendidikan seksual terutama dalam lingkungan keluarga.
2. Secara Praktis a.
Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta wawasan yang lebih tinggi kepada penulis tentang hakikat persepsi masyarakat dusun Semagu terhadap pendidikan seksual dalam keluarga.
b.
Bagi Orang Tua Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui perilaku seksual remaja, sehingga orang tua dapat melakukan langkah-langkah yang lebih lanjut dan bermanfaat dalam proses pembentukan kepribadian anak. Selain itu dapat digunakan sebagai acuan cara membina perilaku anak terutama dari keluarga dalam menjalin hubungan dengan anak-anaknya atau hubungan sosial masyarakat.
c.
Bagi Pendidik Sebagai informasi bagi calon guru dan para pendidik dalam rangka mensukseskan tujuan pendidikan nasional, khususnya pendidikan agama.
d.
Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, mencetak generasi muda yang terdidik dan maju.
e.
Bagi Remaja Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman anak remaja bahwa pendidikan atau pengetahuan tentang seksualitas merupakan salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seksual, khususnya untuk mencegah dampak- dampak negatif yang tidak diharapkan.
Penelitian ini juga diharapkan memberikan sumbangan ilmiah bagi wahana perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi remaja terutama yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja.
E. Pembatasan Masalah
Untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian, maka penulis memberikan batasan masalah dalam penelitian ini. Pembatasan masalah sangat penting untuk mempertajam dan mengfokuskan masalah yang akan diteliti oleh penulis. Penulis memberikan batasan pembahasan pendidikan seksual di sini hanya pada pendidikan seksual yang dilakukan dalam kalangan keluarga. Subjek penelitian yang diambil oleh penulis adalah 8 orang tua atau keluarga yang ada di dusun Semagu, desa Koripan, kecamatan Susukan. Dusun Semagu adalah suatu dusun kecil dengan 5 RT. Penulis mengambil 2 keluarga dari masing-masing RT untuk dijadikan sampel 8 keluarga yang diambil mempunyai anak yang usianya berkisar antara Latar belakang mereka baik secara sosial, 6-17 tahun. ekonomi, dan pendidikan dari masing-masing keluarga yang diteliti berbeda-beda.
F. Definisi Opersional
Untuk lebih mempertegas dan memperjelas tentang judul skripsi ini, serta untuk menghindari salah pengertian, maka perlu diuraikan beberapa penegasan istilah yang bersangkut paut dengan uraian ini, yaitu:
1. Persepsi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga urgensi diartikan sebagai suatu keharusan yang mendesak, hal yang sangat penting. (KBBI, 2007: 467)
2. Pendidikan Seksual
a. Pendidikan
KBBI edisi ketiga mengartikan pendidikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan: proses, cara, perbuatan mendidik. (KBBI, 2007: 437) b. Seksual
Menurut Marzuki Umar Sa’abah (2001:245) mendefinisikan seksual menjadi dua definisi, yaitu: a.
Dalam arti sempit merupakan jenis kelamin itu sendiri, ciri-ciri badaniah yang membedakan antara laki-laki dan perempuan, hormon-hormon dalam tubuh dan proses pembuahan.
b.
Dalam arti luas yaitu mempunyai makna sebagai akibat adanya perbedaan jenis kelamin, antara lain: tingkah laku, peredaan atribut, perbedaan peranan, dan hubungan antara laki-laki dan perempuan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan kedua makna tersebut. Jadi peneliti menggabungkan antara pengertian seksual dalam arti sempit dan juga dalam arti luas. Sehingga seksual yang dimaksud penulis dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan jenis kelamin baik secara badaniah ataupun karakter yang muncul dari perbedaan jenis kelamin.
Dari kedua istilah di atas dapat diartikan bahwa pendidikan seksual adalah proses mendidik, membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti tentang arti, fungsi dan tujuan seksual, sehingga ia dapat menyalurkannya ke jalan yang legal.
Pendidikan seksual yang dimaksud dalam skripsi ini adalah proses bimbingan dan pengarahan orang tua agar anak-anak mengerti tentang arti, fungsi, dan tujuan seksualitas, sehingga dapat menyalurkannya ke jalan yang benar.
Dengan demikian, pendidikan seksual selain berkaitan dengan fungsi alat reproduksi, juga disertai dengan pananaman moral, etika, serta komitmen agama agar tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi tersebut.
4. Keluarga
Keluarga dalam KBBI, (2007: 237) diartikan sebagai ibu dan bapak serta anak-anaknya seisi rumah. Sedangkan menurut KUBI, (1982: 245) keluarga diartikan sebagai sanak saudara, kaum kerabat. Dalam kaitannya dengan pendidikan seksual keluarga yang dimaksud di sini lebih diarahkan kepada orang tua khususnya ibu.
Dalam buku yang berjudul Islam dan Pendidikan Seks anak yang ditulis oleh Ayip Syafruddin (1991: 19-20) dipaparkan bahwa sudah menjadi kewajiban bagi para oang tua untuk mengarahkan anak- anaknya, terutama dalam masalah seksual. Hal tersebut penting karena kewaspadaan dari para orang tua dalam mendidik anak sangat dituntut peranannya.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Skripsi ini mempunyai tujuan untuk mengetahui bagaimanakah persepsi masyarakat dusun Semagu terhadap pendidikan seksual dalam keluarga. Penulis memandang hal itu sangat penting karena berbagai kasus kekerasan seksual dan penyimpangan seksual yang dilakukan oleh anak. Sedang penulis memandang bahwa keluarga merupakan tempat pertama anak memperoleh pendidikan. Sehingga penulis memandang bahwa pendidikan seksual dalam keluarga sangat penting. Anggapan penulis tersebut tentu saja perlu dibuktikan dan diuji lebih lanjut agar memperoleh penjelasan yang mendalam sesuai dengan realita yang ada dalam masyarakat. Dengan alasan tersebut, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dalam skripsi ini.
Moleong (2011: 6) mendefinisikan metode penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya: perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Bogdan dan Taylor (Upe dan Damsid, 2010: 74) mengartikan metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis / lisan dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati. Hal ini juga diperkuat oleh Denzin dan Lincoln (1994: 37) yang menyatakan bahwa kata kualitatif menyiratkan pada makna dan proses, bukan pada pengukuran dan pengujian secara kaku (rigid).
Berdasarkan definisi di atas, penulis memandang bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang paling tepat untuk menggali lebih dalam tentang persepsi masyarakat dusun Semagu terhadap pendidikan seksual dalam keluarga. Analisis dalam penelitian ini berbentuk deskriptif yang sesuai dengan fenomena, fakta, dan kejadian yang dialami oleh individu yang diteliti. (Zuriah, 2007: 47). Hal tersebutlah yang menjadi dasar penggunaan metode penelitian kualitatif dalam skripsi ini.
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian yang berdasarkan kualitatif ini, penulis menggunakan berbagai teknik pengumpulan data, yaitu wawancara dan dokumentasi. Kedua teknik ini digunakan dalam rangka memperoleh informasi yang saling melengkapi. Kedua teknik penelitian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Wawancara (Interview) Lincoln dan Guba (Syamsudin dan Damaianti, 2015: 75) mendefinisikan wawancara sebagai suatu percakapan dengan tujuan untuk memperoleh konstruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktifitas, organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan, kerisauan, dan sebagainya yang berdasarkan pengalaman masa lalu dan diharapkan terjadi pada masa yang akan datang, dan verifikasi, pengecekan, dan pengembangan informasi yang telah didapat sebelumnya.
Pada penelitian ini wawancara merupakan strategi utama dalam pengumpulan data. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka. Sehingga pewawancara memberikan kebebasan diri dan mendorong orang yang diwawancara untuk berbicara secara luas dan mendalam.
Pada penelitian ini, penulis akan mewawancarai orang tua khusunya ibu dari 8 keluarga yang mempunyai anak usianya berkisar 6-17 tahun tentang anggapan mereka mengenai pendidikan seksual dalam keluarga. Melalui wawancara tersebut penulis berharap dapat memperoleh penjelasan tentang anggapan dan opini mereka. Sehingga penulis dapat mengembangkan masalah dalam skripsi ini secara lebih mendalam.
b.
Dokumentasi
Syamsudin dan Damaianti (2015:108) menyebutkan bahwa teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non manusia yang terdiri atas dokumen dan rekaman. Lincolin dan Guba (1985: 45) menambahkan bahwa yang dimaksud rekaman adalah setiap tulisan atau pertanyaan yang dipersiapkan oleh atau untuk individu atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa. Dalam memperoleh data dokumentasi penulis mengambil gambar secara langsung pada saat dilakukannya wawancara.
3. Analisis Data
Bogdan dan Biklen (Syamsudin dan Damaianti, 2015) mengatakan bahwa analisis data adalah proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat dipresentasikan semuanya kepada orang lain. Terdapat berbagai model dalam analisis data, dan penulis menggunakan analisis data model Miles dan Huberman dalam mengolah dan menganalilis datanya.
Miles dan Huberman (Upe dan Damsid, 2010: 126) mengungkapkan bahwa analisis data meliputi data reduction, data display, dan conclusion: drawing / verifying. a. Data Reduction Data reduction adalah pemilihan informasi yang diperoleh dari data collection. Data collection biasanya berupa narasi yang panjang, untuk mempermudah penulis mengolah data maka data tersebut perlu dibentuk uraian atau laporan terperinci. Reduksi data (data reduction) juga dapat diartikan sebagai pengolahan data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan, serta mengfokuskan pada hal-hal penting dari sejumlah data lapangan yang telah diperoleh, sekaligus mencari polanya. (Upe dan Damsid, 2010: 126)
b. Data Display Data display adalah penyajian data dalam berbagai bentuk.
Bentuk yang tersaji dapat berupa tabel, presentase, grafik, dan sejenisnya. Dalam penelitian kualitatif data paling sering disajikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif yang bersumber dari petikan wawancara, hasil observasi, maupun dokumentasi.
c. Conclusion: Drawing and Verifying Conclusion dapat diartikan sebagai proses penarikan kesimpulan. Dalam menarik kesimpulan diperlukan pendalaman data secara interaktif hingga ditemukan kesimpulan yang benar-benar kredible, tingkat keteralihan yang tinggi, konsisten, dan ketika dilakukan konfirmasi menghasilkan informasi yang sama.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam skripsi ini terdapat 5 bab, yaitu: Pendahuluan, kajian pustaka, hasil penelitian, analisa dan pembahasan, serta penutup.
Bab pertama adalah pendahuluan. Bab ini mengandung latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab kedua yakni kajian pustaka. Dalam bab ini penulis akan memberikan penjelasan yang lebih mendalam tentang pengertian, peranan, dan tujuan pendidikan seksual pada anak. Penulis juga membahas tentang perkembangan seksual pada anak serta peran keluarga bagi anak dalam pendidikan seksual sesuai perspektif Islam.
Bab ketiga adalah hasil penelitian. Pada bab ini penulis mengungkapkan berbagai data dan temuan yang penulis dapati ketika melakukan penelitian.
Bab keempat yakni analisis dan pembahasan. Di sini penulis membahas dan menganalisis lebih dalam segala data dan temuan yang diperoleh dari penelitian.
Bab kelima yakni penutup. Dalam bab ini penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan memberikan saran untuk kebaikan ke depan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Persepsi adalah tanggapan langsung atas sesuatu (Fajri dan Senja,
2004: 470). Persepsi juga diartikan sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indera atau data. (Sobur, 2009: 446)
Menurut Walgito (1990: 53), persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan dari penginderaan itu individu akan memperoleh stimulus atau rangsangan yang kemudian diorganisasikan dan diinterprestasikan sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan sekitar.
B. Masyarakat 1. Pengertian Masyarakat
Menurut Selo Sumarjan dalam bukunya Soekanto, masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. (Soekanto, 1988: 20)
Masyarakat juga diartikan sebagai kumpulan individu atau kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan, dan agama.
(Zakiah Daradjat, 2011: 44)
2. Unsur-unsur Masyarakat
Adapun unsur-unsur masyarakat, antara lain: a. Manusia yang hidup bersama, di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan beberapa jumlah manusia yang harus ada akan tetapi secara teoritis harus terdiri dari minimal 2 orang yang hidup bersama.
b.
Barcampur dalam waktu yang lama c. Menyadari bahwa mereka satu kesatuan d. Menimbulkan kebudayaan karena adanya keterkaitan antara satu anggota dengan anggota yang lainnya. (Soekanto, 1988: 21)
C. Pendidikan Seksual Pendidikan seksual berasal dari dua kata yaitu pendidikan dan seksual.
Kedua kata tersebut akan dibahas lebih lanjut di bawah ini: 1.
Pendidikan a. Pengertian Pendidikan
Kata pendidikan bila ditinjau dari segi bahasa Arab yaitu “tarbiyah”, dengan kata kerja “rabba”. Secara istilah pendidikan berarti pembinaan, pimpinan, dan pemeliharaan terhadap perilaku atau kepribadian seseorang. (Zakiah Daradjat, 2011: 25-27) Adapun pendapat lain tentang pengertian pendidikan.
Pendidikan secara filosofis adalah pemikiran manusia terhadap masalah-masalah kependidikan untuk memecahkan dan menyusun teori-teori baru dengan berdasarkan kepada pemikiran normatif, spekulatif, rasional empirik, rasional filosofik maupun histori filosofik. Pendidikan dalam arti praktek yaitu suatu proses pemindahan pengetahuan ataupun pengembangan potensi-potensi yang dimiliki subjek didik untuk mencapai pengembangan optimal, serta membudayakan manusia melalui proses transformasi yang utama. (HM.Chabib Thoha, 1996: 99)
Dalam UUSPN pendidikan diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. (HM.Chabib Thoha, 1996: 99)
Lain halnya dengan Moh. Roqib (2009: 18) menyebutkan pendidikan adalah usaha atau proses perubahan dan perkembangan manusia menuju ke arah yang lebih baik dan sempurna.
b. Landasan Pendidikan
Pada dasarnya landasan pendidikan yang sesuai dengan ajaran Islam yaitu harus berdasarkan Al Quran dan Sunah Nabi Mahumammad SAW.
Al Quran merupakan firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang berupa aqidah atau keimanan dan syari’ah atau berhubungan dengan amal. (Zakiah Daradjat, 2011: 19)
Di dalam Al Quran terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu. Sebagai contoh dapat dibaca kisah Lukman mengajari anaknya dalam surat Lukman ayat 12 sampai dengan 19. Secara garis besar pada surat tersebut menjelaskan tentang iman, akhlak ibadat, sosial dan ilmu pengetahuan. Ini hanya contoh kecil saja, masih banyak ayat-ayat Al Quran yang menjelaskan tentang pendidikan. Oleh karena itu pendidikan Islam harus berlandaskan sumber utama yaitu Al Quran. (Zakiah Daradjat, 2011: 20)
Selain Al Quran, landasan yang kedua yaitu As Sunnah. As Sunnah ialah segala perkataan, perbuatan, atau pengakuan rasul Allah SWT. Yang dimaksud pengakuan itu adalah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Seperti Al Quran, As Sunnah juga berisi aqidah dan syariah. Sunnah berisi petunjuk untuk kemashlatan hidup manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa. (Zakiah Daradjat, 2011: 20-21)
Jadi dalam mengajarkan pendidikan harus senantiasa berlandaskan Al Quran dan As Sunnah.
c. Lembaga Pendidikan 1) Pengertian Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan merupakan institusi, media, forum, atau situasi dan kondisi tertentu yang memungkinkan terselenggaranya proses pembelajaran, baik terstruktur maupun secara tradisi yang telah diciptakan sebelumnya (Moh. Roqib, 2008: 121). Hal ini berarti lembaga pendidikan dijadikan sebagai tempat atau sarana untuk memberikan pendidikan.
2) Macam-macam Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: a)
Lembaga pendidikan formal Lembaga pendidikan formal sering kali dikaitkan dengan sekolah dan perguruan tinggi, di mana di dalamnya memiliki tujuan, sistem, kurikulum, gedung, jenjang dan jangka waktu yang tersusun rapi dan lengkap.
b) Lembaga pendidikan nonformal
Lembaga pendidikan nonformal merupakan lembaga yang keberadaannya di luar lingkungan sekolah dan perguruan tinggi. Adapun yang termasuk dalam lembaga ini yaitu keluarga dan masyarakat. (Moh. Roqib, 2009: 122) Lembaga ini tentu saja sangat berperan penting dalam pendidikan.
d. Tujuan Pendidikan
Menurut Zakiah Daradjat (2011: 29) tujuan pendidikan yaitu bukan hanya suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya. Zakariah Daradjat dalam bukunya menjelaskan bahwa tujuan pendidikan terbagi atas 4 tujuan, yaitu: 1.
Tujuan umum, tujuan yang hendak dicapai dalam segala hal kegiatan pendidikan.
2. Tujuan sementara, tujuan yang hendak dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu pendidikan formal.
3. Tujuan operasional, tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan dengan segala alat dan bahan yang sudah dipersiapkan untuk mencapai tujuan tertentu.
4. Tujuan akhir, pendidikan akan berlangsung selama hidup dan digunakan sebagai bekal di akhir hidup nanti.
Adapun tujuan pendidikan menurut Imam Ghazaly (1986: 24) dibagi menjadi 2, antara lain: 1. Insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2. Insan purna yang bertujuan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Tujuan pendidikan merupakan inti dalam pendidikan dan saripati dari seluruh renungan pedagogik (Moh. Roqib, 2009: 25).
Jadi semua aktifitas pendidikan tercantum dalam pembelajaran tanpa terkecuali.
e. Fungsi Pendidikan
Adapun fungsi pendidikan yaitu untuk menumbuhkan kreativitas peserta didik dan menanamkan nilai baik (HM.Chabib Thoha, 1996: 59). Dengan adanya pendidikan diharapkan nilai- nilai yang baik bisa tertanam dalam diri seseorang.
2. Seksual
Seksual dalam KBBI, (2007: 627) adalah sesuatu yang berkenaan dengan seks atau jenis kelamin. Jadi dalam penelitian ini seksual yang dimaksud oleh penulis adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan jenis kelamin dari sisi pengenalan, pemeliharaan dan pencegahan dari gangguan-gangguan luar.
3. Pendidikan Seksual a. Pengertian Pendidikan Seksual