PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA TERHADAP PERILAKU SOSIAL REMAJA DUSUN BANARAN DESA BANYUKUNING KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010

  

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA

TERHADAP PERILAKU SOSIAL REMAJA DUSUN BANARAN

DESA BANYUKUNING KECAMATAN BANDUNGAN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2010

  

SKRIPSI

Diajukan Guna M emperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

  Oleh:

SITI MUDHAIFAH

  NIM 1106004

  KEM ENTERIAN AGAM A SEKOLAH TINGGI AGAM A ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  Jl. Stadion 02. Telp.(0298) 323706 Fax. 323433 Salatiga 50721 Website : Dra. Siti Farikhah, M.Pd.

NOTA PEMBIMBING

  Lampiran : 3 exemplar Hal : Naskah skripsi

  Saudara Siti Mudhaifah Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga

  Assalamualaikum wr wb

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, m aka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara Nama : Siti M udhaifah

  Jurusan/program studi : Tarbiyah/PAI Judul Skripsi : PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA DALAM

  KELUARGA TERHADAP PERILAKU SOSIAL REM AJA DUSUN BANARAN DESA BANYUKUNING KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010 Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan.

  Demikian agar menjadi perhatian.

  Wassalamu’alaikum wr wb.

  Salatiga, 23 Juli 2010 Dra. Siti Farikhah. M.Pd.

  NIP. 19610623 198803 2 001 u K EM EN TER IA N AGAMA SEK O LA H TIN G G I AGAM A ISLAM N E G E R I (STAIN) SALATIGA

  Jl. Stadion 02. Telp.(0298) 323706 Fax. 323433 Salatiga 50721 Website :

  PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi saudara : SITI M UDHAIFAH dengan nomor induk mahasiswa :11106004 yang berjudul : “PENDIDIKAN AGAMA DALAM K ELU ARG A TERHADAP PERILA K U SOSIAL REM A JA DUSUN BANARAN DESA BANYUKUNING KECAM ATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010”.Telah dimunaqosyahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari : Selasa tanggal 31 A gustus 2010 yang bertepatan dengan tanggal 21 R am adhan 1431 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat- syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

  Salatiga, 31 Aeustus 2010 M

  21 Ramadhan 1431 H Panitia Ujian

  ^Sekretaris Sidang

  r Dr. Itahmat H^Trivadi.M.Pd

  NIP. 19670112 199203 1 005 Penguji II

  • - 4 ^

  Beny Ri lw an,M .H um NIP. 19730520 199903 1 002

  

Dra.Siti Farikhah,M.Pd

  NIP. 19610623 198803 2 001

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Siti Mudhaifah NIM -.11106004 Jurusan : Tarbiyah Program studi : Pendidikan Agama Islam

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 23 Juli 2010 Penujis

  W ' f

  Siti Mudhaifah NIM. 11106004 M O T T O

  £ * u !

  a

  • J

  

“Sesungguhnya dibalik kesulitan terdapat kemudahan ”

“Perubahan itu berasal dari diri kita sendiri,sekuat apapun orang lain merubah tidak

akan berhasil jik a dalam diri kita tidak ada niat untuk melakukan perubahan tersebut”

  

IV PERSEM BAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku yang telah mencurahkan begitu banyak kasih sayang dan banyak berkorban untukku hingga aku seperti sekarang.

  2. Kakak-kakakku, semua keponakanku dan seluruh keluarga besar yang telah mendukungku.

  3. Seseorang yang selalu memberiku semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

  4. Teman-temanku lilies, mieta dan Anies serta semua teman PAI A yang telah melukis begitu banyak kenangan.

  5. Para Dosen yang telah memberikan begitu banyak ilmu kepadaku 6. Semua teman angkatan 2006.

  DAFTAR ISI

  

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  C. Pengaruh Pendidikan Agama dalam Keluarga Terhadap Perilaku

  

  

  

  

  

  

  

  

  DAFTAR TABEL

  I. TABEL MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DUSUN BANARAN

  II. TABEL KONDISI AGAMA PENDUDUK DUSUN BANARAN

  III. STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DUSUN BANARAN DESA

  

  VI. TABEL DATA PERILAKU SOSIAL REMAJA DUSUN BANARAN DESA

  VII. TABEL HASIL ANGKET PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA

  VIII. TABEL HASIL ANGKET PERILAKU SOSIAL REMAJA DUSUN BANARAN DESA BANYUKUNING KECAMATAN

  IX. TABEL REKAPITULASI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA

  X. TABEL DATA PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA

  XI. TABEL REKAPITULASI PERILAKU SOSIAL REMAJA

  XII. TABEL DATA PERILAKU SOSIAL REMAJA DUSUN BANARAN

  XIII. TABEL KERJA KOEFISIEN KORELASI ANTARA PENDIDIKAN AGAMA

  DAFTAR LAM PIRAN

  1. DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  2. PERMOHONAN IJIN PENELITIAN

  3. NOTA PEMBIMBING

  4. SURAT KETERANGAN PENELITIAN

  5. ANGKET

  6. LEMBAR KONSULTASI

  

BA BI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Keluarga merupakan tempat atau wadah bersosialisasi yang pertama kali bagi seorang individu. Dalam keluarga seorang individu mengenal dan mengetahui bahwa ada individu lain selain dirinya. Keluarga juga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak. Seorang anak akan mengetahui banyak hal untuk pertama kalinya dari keluarga. Pendidikan dalam keluarga juga menjadi sangat penting karena hal ini akan menentukan kehidupan dan perilaku anak tersebut dimasa mendatang.

  Pendidikan dalam keluarga tidak hanya pada masalah akidah dan ibadah, namun juga pada masalah-masalah mu’amalah yang berhubungan dengan orang lain. Dalam keluarga seorang anak disiapkan untuk bisa hidup bermasyarakat dengan lingkungannya dengan baik.

  Berkaitan dengan hal tersebut Daradjat (1995:67) menyatakan sebagai berikut.

  Perkembangan sikap sosial pada anak mulai terbentuk di dalam keluarga. Orang tua yang penyayang, lemah lembut, adil dan bijaksana, akan menumbuhkan sikap sosial yang menyenangkan pada anak. Ia terlihat ramah, gembira dan segera akrab dengan orang lain.... Demikian pula jika sebaliknya, orang tua keras, kurang perhatian kepada anak dan kurang akrab, sering

  1 bertengkar antara satu sama lain (ibu-bapak), maka si anak akan berkembang menjadi anak yang kurang pandai bergaul, menjauh dari teman-temannya, mengisolasi diri dan mudah terangsang untuk berkelahi dan pribadi negatif, yang condong kepada curiga dan antipati terhadap lingkungan.

  Keluarga yang mendidik anaknya dengan cara yang baik dan benar akan menghasilkan anak yang baik dan keluarga yang mendidik anaknya dengan cara yang salah dan tidak baik akan menghasilkan anak yang tidak baik pula. Jadi baik dan buruknya seorang anak tergantung pada bagaimana pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya. Dalam Al- Qur’an Surat At-Tahrim ayat 6 dituliskan:

  S * 7 r * S

  Artinya : “Hai orang- orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

  keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai allah terhadap apa yang diperintah-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

  (Q.S.At-Tahrim: 6)

  Dari ayat tersebut telah jelas bahwa Allah memerintahkan manusia untuk menjaga diri dan keluarganya dari hal hal buruk yang akan merugikan mereka sendiri. Perintah ini dapat dilakukan salah satunya dengan melakukan pendidikan agama didalam keluarga. Dengan melakukan pendidikan agama, maka para orang tua setidaknya memberikan bekal hidup bagi anak-anak mereka. Dengan bekal yang baik, seorang anak diharapkan dapat bersikap dan berperilaku yang baik pula.

  2 Sejalan dengan perkembangan zaman, banyak budaya asing yang masuk dalam budaya Islam. Budaya tersebut membawa dampak yang cukup signifikan dalam dunia Islam. Hal ini menyebabkan bergesernya nilai-nilai dan norma-norma agama. Banyak umat muslim, khususnya para remaja terpengaruh budaya tersebut. Remaja yang kondisinya masih sangat rentan terpengaruh hal-hal baru yang mereka temukan, akan kesulitan menyaring dan memfilter mana yang baik dan yang buruk untuk dirinya. Remaja akan mudah meniru hal hal baru meskipun itu tidak baik bagi diri mereka.

  Sekarang ini banyak terlihat para remaja yang berperilaku buruk tanpa lagi merasa malu akan apa yang dilakukannya. Jika sudah seperti ini, siapa yang harus disalahkan? Remaja yang berperilaku buruk, orang tua yang kurang memperhatikan anak, ataukah budaya asing yang masuk dalam budaya Islam? Mungkinkah remaja yang berperilaku buruk atau tidak baik, tidak mendapatkan pendidikan agama dari orang tuanya? Ataukah remaja tersebut mendapatkan pendidikan agama namun tidak digunakan atau diamalkan?. Banyak faktor yang menyebabkan seorang remaja berperilaku buruk. Faktor-faktor tersebut bisa dari dirinya sendiri bisa juga dari lingkungan sekitarnya.

  Di Dusun Banaran terdapat sebuah pondok pesantren yang diasuh oleh seorang kiai. Santri yang belajar di Pondok tarsebut berasal dari beberapa daerah disekitar Dusun Banaran. Banyak juga remaja dan anak-anak dusun Banaran yang belajar di Pondok tersebut. Meskipun

  3 demikian, akhir-akhir ini banyak teijadi fenomena- fenomena yang cukup membuat masyarakat menjadi sedikit terganggu. Fenomena tersebut bermacam-macam seperti adanya pencurian oleh anak-anak, perilaku remaja yang tidak sesuai norma yang ada sampai pada teijadinya kasus hamil diluar nikah.

  Peristiwa-peristiwa tersebut tentu saja mengejutkan. Dusun Banaran yang didalamnya terdapat pesantren dan hampir seluruh penduduknya memeluk agama Islam mengalami hal semacam ini. Pendidikan tentang agamapun juga sudah dilakukan oleh masyarakat Dusun Banaran sendiri.

  Hal ini terbukti dengan adanya kegiatan mengaji pada malam hari yang dilakukan di rumah- rumah warga. Kegiatan-kegitan keagamaan juga

  dilaksanakan tapi tetap saja fenomena memprihatinkan ini tetap terjadi.

  Siapa yang harus disalahkan? Setiap orang tua pasti telah berusaha mendidik anak-anak mereka dengan baik. Tidak ada satupun orang tua

  menginginkan yang anaknya menjadi rusak dan tidak bermoral.

  Dari uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti masalah ini dengan mengambil judul “PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA

  

DALAM KELUARGA TERHADAP PERILAKU SOSIAL REMAJA

DI DUSUN BANARAN, DESA BANYUKUNING, KECAMATAN

BANDUNGAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 20X0”

  4 B. Rumusan M asalah

  1. Bagaimana pendidikan agama dalam keluarga pada remaja di Dusun Banaran, Desa Banyukuning, Kec. Bandungan, Kab.

  Semarang?

  2. Bagaimana perilaku sosial remaja di Dusun Banaran, Desa Banyukuning, Kec. Bandungan, Kab. Semarang?

  3. Adakah pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap perilaku sosial remaja di Dusun Banaran, Desa Banyukuning, Kec. Bandungan, Kab. Semarang?

  C. Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui sejauhmana pendidikan agama dalam keluarga pada remaja di Dusun Banaran, Desa Banyukuning, Kec.

  Bandungan, Kab. Semarang.

  2. Untuk mengetahui perilaku sosial remaja di Dusum Banaran, Desa Banyukuning, Kec. Bandungan, Kab. Semarang

  3. Untuk mengetahui adakah pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap perilaku sosial remaja di Dusun Banaran, Desa Banyukuning, Kec. Bandungan, Kab. Semarang.

C. Hipotesis Penelitian

  Melihat tujuan penelitian diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif atau terdapat pengaruh

  5 antara pendidikan agama dalam keluarga terhadap perilaku sosial remaja di Dusun Banaran, Desa Banyukuning, Kec. Bandungan, Kab.

  Semarang.

D. Kegunaan Penelitian

  1. Dengan penelitian ini kita diharapkan lebih mampu mengatur dan memanajemen perilaku kita dalam kehidupan sosial, sehingga tidak menimbulkan perilaku yang menyimpang.

  2. Memberikan pemahaman yang lebih, khususnya bagi para orang tua bahwa pendidikan agama dalam keluarga sangat penting.

  3. Memberikan sumbangan pemikiran dan wawasan khususnya bagi penulis dalam menyiapkan diri sebagai pendidik.

  E. Definisi Operasional Untuk menghindari kekaburan dan biasnya pengertian dalam memahami makna dari istilah yang penulis gunakan maka penulis perlu memberikan penegasan istilah

  1. Pendidikan agama Pendidikan adalah usaha secara sadar atau sengaja dari orang dewasa terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak untuk meningkatkan atau menuju kedewasaan (Achmadi, 1992:103).

  Sedangkan pendidikan agama merupakan usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah kebersamaan dan

  6 ditekankan untuk lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam (Isna, 2001:63).

  Menurut penulis pendidikan agama adalah pengajaran yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak tentang agama dengan cara memberikan pemahaman ataupun pembimbingan.

  Yang dimaksud dengan pendidikan agama dalam keluarga disini adalah usaha memberikan pemahaman dan bimbingan yang dilakukan oleh orang tua (ayah-ibu) tentang agama kepada anak dengan maksud agar anak dapat memahami sekaligus mengamalkan ajaran agama dengan baik.

  2. Perilaku sosial Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2007:859). Sosial berarti berkenaan dengan masyarakat (Depdiknas, 2007:1085).

  Perilaku sosial adalah reaksi seseorang (remaja) dalam perjalinan secara harmonis dengan lingkungan sosial atau masyarakat (Chaplin, 1989:19).

  Menurut penulis perilaku sosial adalah perbuatan dan tingkah laku individu yang muncul dalam kehidupan sehari hari baik dalam lingkungan keluarga ataupun dalam lingkungan masyarakat.

  Dalam tulisan ini penulis memfokuskan pada perilaku sosial remaja. Remaja merupakan masa peralihan dari anak anak menuju

  7 kedewasaan. Masa ini merupakan masa-masa rentan bagi seorang individu.

  Usia remaja yang hampir disepakati oleh banyak ahli jiwa adalah antara usia 13 sampai 21 tahun (Daradjat, 1975:11).

  Yang dimaksud dengan perilaku sosial remaja adalah sikap dan tingkah laku seorang remaja dalam kehidupan sehari hari baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.

  Jadi, pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap perilaku sosial remaja maksudnya adalah pengaruh atau akibat yang muncul dari adanya pendidikan agama yang dilaksanakan dalam keluarga terutama oleh orang tua (ayah-ibu) terhadap perilaku (sikap dan tingkah laku) anak (remaja) dalam kehidupan sehari hari baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.

G. Metode Penelitian

  1. Pendekatan dan rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dan menggunakan rancangan penelitian studi korelasional. Hal ini disebabkan karena penelitian ini meneliti tentang pengaruh atau hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain.

  Penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu pendidikan agama dalam keluarga sebagai variabel yang pertama dan perilaku sosial remaja sebagai variabel yang kedua.

  8

  2. Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Banaran, Desa Banyukuning, kec. Bandungan, Kab. Semarang.

  3. Populasi penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Penelitian populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua lika-liku yang ada didalam populasi (Arikunto, Revisi IV 1998:115).Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 ,lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 1987:107). Melihat jumlah populasi yang ada kurang dari

  100, maka penulis memutuskan untuk menggunakan populasi yang ada yaitu 30 responden.

  4. Pengumpulan data Langkah- langkah yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan metode angket, metode observasi langsung ditempat penelitian ditambah dengan metode dokumentasi,

  a. Metode angket Merupakan metode pengumpulan data dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan kepada responden guna mendapatkan data yang baik. Metode ini digunakan untuk mengungkap dua data yaitu data tentang pendidikan agama dalam keluarga dan perilaku sosial remaja.

  9 b. Metode observasi Merupakan metode dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki

  (Hadi, 1986:136). Metode ini digunakan sebagai metode pelengkap pada penelitian ini.

  Metode ini diharapkan dapat membantu dalam melengkapi data yang diperlukan dengan jalan mengamati kehidupan sehar- hari para remaja,

  c. Metode dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan ,transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya (Arikunto,

  1987:188). Metode ini digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi dan keadaan obyek penelitian serta memberikan gambaran umum tentang objek penelitian.

  5. Instruman penelitian Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa angket yang terdapat dalam lampiran. Angket terdiri dari dua yaitu yang pertama angket tentang pendidikan agama dalan keluarga dan yang kedua angket tentang perilaku sosial.

  Variabel 1 : Pendidikan Agama dalam Keluarga Subvariabel : 1. Pendidikan Akidah

  2. Pendidikan Ibadah

  10

  3. Pendidikan Akhlak Indikator

  1. Mengenalkan tentang adanya Allah

  2. Mengenalkan tentang rukun iman

  3. Mengenalkan tentang rukun Islam

  4. Membimbing melaksanakan shalat

  5. Membimbing membaca Al-Qur’an

  6. Membimbing melaksanakan puasa

  7. Membimbing melaksanakan sedekah

  8. Membimbing untuk berakhlak baik

  9. Memberi contoh tentang akhlak terpuji

  10. Mendidik untuk membaca doa setiap melakukan kegiatan Variabel II : Perilaku Sosial

  1. Terhadap keluarga Subvariabel :

  2. Terhadap orang lain dan masyarakat

  1. Menghormati orang tua Indikator :

  2. Bersikap baik terhadap orang tua

  3. Melaksanakan nasehat orang tua

  4. Menghormati anggota keluarga lain

  5. Bersikap baik terhadap anggota keluarga lain

  6. Sopan dalam bergaul

  7. Peduli terhadap orang lain

  8. Kasih sayang terhadap sesama

  11

  9. Mau menerima dan memberi saran

  10. Tidak mengganggu orang lain

  6. Analisis data Setelah data terkumpul, kemudian penulis menganalisis data dengan menggunakan rumus prosentase dan rumus statistik korelasi product moment.

  a. Untuk tujuan penelitian yang pertama dan kedua maka penulis menggunakan prosentase P = — xl00%

  N

  Keterangan : P : Prosentase F : Frekuensi N : Jumlah responden

  b. Untuk tujuan penelitian yang ketiga penulis menggunakan rumus statistik product moment

  (2>XZ7) Z * 7

  N

  V r- =

  ( z * ) 2 (Z7)2! Z * 2- Z 72-

  N N

  Keterangan : % : Koefisien korelasi antara X dan Y

  XY : Produk dari X dikali Y X : Variabel skor 1

  Y : Variabel skor 2 N : Jumlah responden

  12 F. Sistematika Penulisan Skripsi

  BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Hipotesis Penelitian E. Kegunaan Penelitian F. Definisi Operasional G. Metode Penelitian H. Sistematika Penulisan Skripsi BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Agama Dalam Keluarga

  1. Pengertian pendidikan agama

  2. Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak

  3. Pendidikan agama dalam keluarga

  B. Perilaku Sosial

  1. Pengertian perilaku sosial

  2. Bentuk-bentuk perilaku sosial

  3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sosial

  C. Pengaruh Pendidikan Agama dalam Keluarga Terhadap Perilaku Sosial Remaja

  13 BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian B. Penyajian Data BAB IV : ANALISIS DATA A. Analisis Deskriptif (tiap-tiap variabel) B. Pengujian Hipotesis C. Pembahasan BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran

  14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penidikan Agama Dalam Keluarga

  1. Pengertian Pendidikan Agama Pendidikan adalah usaha secara sadar atau sengaja dari orang dewasa terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak untuk meningkatkan atau menuju kedewasaan (Achmadi, 1992:103).

  Melihat pengertian pendidikan diatas maka pendidikan agama diartikan sebagai usaha yang lebih khusus dari orang dewasa kepada anak mengenai agama dengan maksud agar anak memahami dan menghayati ajaran agama sekaligus juga mengamalkan ajaran agama tersebut.

  Pendidikan agama disini tidak hanya terfokus pada masalah- masalah akidah, masalah ibadah namun juga pada masalah mu’amalah yang berhubungan dengan orang lain. Manusia tidak hanya wajib manjaga hubungan baik dengan Allah (hablun min

  Allah), tapi juga wajib menjaga hubungan baik dengan sesama

  manusia (hablun min an-nas). Selama ini pendidikan agama yang dilakukan hanya mengenai masalah- masalah yang berhubungan dengan keimanan dan ibadah, tanpa memberikan tempat untuk masalah yang berhubungan dengan sesama manusia dan lingkungan

  15 sekitamya.Berkaitan dengan ini Azizy (2003:63) menyatakan sebagai berikut.

  Ajaran mengenai mu’amalah bayna al-nas ini sebenarnya sangat populer ditengah tengah masyarakat, namun sangat kecil orientasi dalam praktek. Itulah sebabnya, etika sosial dalam kehidupan masyarakat sangat kurang mendapatkan perhatian pada tatanan prakteknya. Bukankah masalah kemanusiaan, yang begitu banyak ayat dan hadis menyebutkan, sebenarnya harus mendapat perhatian utama dan serius? Akibat kurangnya perhatian pada masalah ini, hubungan manusia dengan lingkungannya (alam dan sosial) kurang mendapat apresiasi sewajarnya.

  Pendidikan agama seharusnya diarahkan pada pembentukan sikap religius dan tidak diajarkan hanya dengan cara mendoktrinisasi, namun harus dengan pemahaman dan penghayatan yang mendalam agar maksud dan tujuannya dapat tercapai.

  Sebagai petunjuk, agama sesungguhnya memberi pokok- pokok ajaran untuk dijadikan landasan berperilaku bagi pemeluknya (Azizy, 2003:64). Ajaran yang bersumber dari agama jelas bisa dijadikan landasan atau ketentuan serta ukuran dalam bersikap dan berperilaku pada masa sekarang ini ataupun dimasa yang akan datang. Ajaran agama tidak pernah berubah karena semua bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

  Ajaran yang terdapat dalam Al-Qur’an secara garis besar merupakan nilai kebenaran (metafisis dan saintis) dan nilai moral atau nilai akhlak. Kedua nilai tersebut dapat menjadi penuntun manusia dalam menjalankan kehidupan secara baik.

  Menghadapi dunia yang semakin maju, maka pengimplementasian nilai-nilai Al-Qur’an menjadi sangat penting.Tanpa

  16 menjalankan nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an maka masyarakat muslim akan menghadapi kendala dan tantangan dalam mengupayakan pembentukan pribadi umat yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cerdas, maju dan mandiri.

  Secara normatif, tujuan implementasi nilai-nilai Al-Qur’an ada tiga hal yaitu dalam dimensi spiritual, dalam dimensi budaya, dan dalam dimensi kecerdasan yang membawa kepada kemajuan.

  Dimensi spiritual meliputi iman, takwa dan akhlak mulia (ibadah dan mu’amalah). Dimensi spiritual ini tersipul dalam satu kata yaitu akhlak. Akhlak merupakan alat kontrol psikis dan sosial bagi individu dan masyarakat (Al Munawar, 2005:7). Pendidikan Akhlak harus mengutamakan pada sikap, tabiat, dan perilaku yang menggambarkan tentang nilai kebaikan yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

  Dimensi budaya yaitu kepribadian yang mantap dan m andiri, tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Al Munawar, 2005:8).

  Dimensi ini diarahkan kepada pembentukan pribadi muslim dengan peningkatan dan pengembangan faktor dasar atau bawaan dan faktor ajar atau lingkungan dengan berpedoman pada nilai-nilai keislaman. Pengembangan faktor bawaan dapat dilakukan dengan bimbingan dan pembiasaan berfikir , bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma islam. Sedangkan pengembangan faktor ajar dapat dilakukan dengan mempengaruhi individu melalui nasehat, teladan, pembiasaan, hukuman

  17 dan lainnya dalam proses dan upaya membentuk kondisi yang mencerminkan pola hidup yang sesuai dengan norma islam.

  Tanggung jawab kemasyarakatan dilakukan dengan pembentukan hubungan sosial melalui upaya penerapan nilai akhlak dalam pergaulan sosial. Langkah pelaksanaanya mencakup melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan keji dan tercela, mempererat hubungan keija sama, meningkatkan perbuatat terpuji dan bermanfaat, membina hubungan yang sesuai dengan aturan.

  Dimensi kecerdasan yang membawa kepada kemajuan mencakup cerdas, kreatif disiplin, professional, dan produktifDimensi kecerdasan dalam pandangan psikologi merupakan sebuah proses yang mencakup tiga proses yaitu analisis, kreatifitas dan praktis (Al Munawar, 2005:9).Dalam membentuk kecerdasan hal yang paling utama adalah pendidikan dalam keluarga. Setelah keluarga barulah sekolah memberikan tambahan.

  Dalam keluarga pendidikan agama terbagi menjadi tiga hal pokok yaitu: a. Pendidikan agama yang berhubungan dengan masalah akidah

  Pendidikan tentang akidah (keimanan) merupakan langkah awal dalam mengenalkan tentang adanya Dzat yang maha kuasa yang menciptakan dunia seisinya. Langkah ini dapat dimulai dengan:

  18

  1) Memperkenalkan tentang adanya Allah swt Pendidikan agama yang pertama kali dilakukan adalah dengan mengenalkan tentang adanya Allah.

  Memberikan pengertian kepada anak bahwa terdapat suatu dzat yang berkuasa lebih dari segala-galanya didunia ini.

  Memberikan pengertian kepada anak bahwa Allah lah yang telah menciptakan dunia seisinya.

  2) Memperkenalkan tentang rukun iman Memperkenalkan rukun iman dimulai dari yang pertama sampai yang terakhir. Diawali dengan iman kepada

  Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab Allah, iman kepada Rasul Allah, iman kepada qodho dan qodar serta iman kepada hari akhir. 3) Memperkenalkan tentang rukun Islam.

  Memperkenalkan rukun kepada anak juga harus dilakukan agar anak benar benar memahami hal-hal penting tentang Islam dan agar anak mempunyai prinsip bahwa ia beragama Islam bukan karena mengikuti orang tuanya.

  Pengenalan rukun Islam diawali dengan Syahadat, Shalat. Puasa, Zakat dan Haji.

  Dengan pendidikan tentang akidah (keimanan) ini diharapkan seseorang akan mampu meyakini atau mempercayai keesaaan Allah dan akan dengan sungguh-sungguh melaksanakan apa yang menjadi

  19 pembimbingan ini anak akan terbiasa melaksanakan shalat sekalipun tanpa bimbingan orang tua lagi.

  2) Membimbing untuk membaca Al-Qur’an Kebiasaan membaca Al-Qur’an harus ditanamkan sejak dini agar ketika dewasa anak sudah terbiasa melaksanakannya. 3) Membimbing melaksanakan puasa

  Puasa merupakan bentuk ibadah yang cukup berat bagi anak-anak yang belum terbiasa melaksanakan. Maka bimbingan orang tua cukup penting dilakukan. Pertama kali dapat dilakukan dengan memberikan janji memberikan sesuatu (iming-iming)Jika anak sudah mulai terbiasa hal itu tidak perlu dilakukan lagi.

  4) Membimbing untuk melaksanakan sedekah.

  Memberikan sedekah merupakan sarana atau alat membersihkan diri dan juga agar kita ikhlas memberikan sebagian milik kita yang menjadi hak mereka yang tidak mampu.

  c. Pendidikan agama yang berhubungan dengan masalah akhlak Hasil dari keimanan dan pelaksanaan ibadah yang baik dapat terlihat dalam perilaku atau akhlak. Semakin kuat keimanan seseorang maka akan semakin giat ia beribadah dan tentunya akan semakin baik akhlaknya (Musthofa, 2007:89). Akhlak merupakan

  21 pengendali psikis dan sosiaLAklak juga yang membedakan manusia dengan ciptaan Allah yang lain.Tanpa Akhlak maka kedudukan manusia sama dengan kedudukan binatang ataupun tumbuhan.Pendidikan akhlak dalam Islam pertama-tama menekankan keikhlasan niat kepada Allah. Penekanan dimaksudkan agar akhlak benar-benar berakar,bukan artifisial yang bisa berubahmengikuti perubahan situasi dan kondisi serta lingkungan pergaulan (Aly & Munzier, 2003:91). Pembentukan akhlak yang baik juga harus dilakukan melalui proses pembiasaan secara terus menerus. Maka, pendidikan tentang akhlak dapat dilaksanakan dengan:

  1) Membimbing untuk berakhlak baik Akhlak atau tingkah laku merupakan salah satu ukuran atau kriteria yang akan menentukan diterimanya seorang individu dalam suatu kelompok. Dengan ini akhlak merupakan hal penting bagi kehidupan individu.

  2) Memberi contoh akhlak terpuji Akhlak tidak akan terbentuk hanya dengan pembimbingan. Seorang anak akan mudah bersikap baik ketika ia juga menemukan orang lain bersikap baik pula. 3) Membimbing untuk selalu mensyukuri nikmat Allah

  Seseorang yang pandai bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya tidak akan mudah

  2 2 melakukan hal-hal buruk ketika ia tidak mendapatkan keinginannya. Hal ini akan menumbuhkan sikap qana’ah dan tidak berlebihan. Ketiga aspek pendidikan agama diatas merupakan bentuk kesatuan yang antara satu dengan yang lain saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Ketiganya harus dilaksanakan dengan baik agar tujuan pendidikan Islam dalam membentuk dan menyiapkan individu yang mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dapat terealisasi. Dengan melaksanakan ketiga aspek tersebut maka, usaha pembentukkan insan kamil dapat benar-benar terlaksana.

  2. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Pendidikan Agama Anak Berbicara mengenai tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan agama anak, maka tidak perlu diragukan lagi bahwa orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam mengenalkan dan menanamkan nilai atau ajaran agama pada anak.

  Seperti yang tertulis dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 9 yang berbunyi:

  “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang

  Artinya :

  seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.

  Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan

  23

  hendaklah mereka mengucapkan perkataaan yang benar. (Q.S. An-N isa': 9)

  Dari ayat tersebut tampak jelas bahwa setiap orang tua memiliki kewajiban untuk memberikan bekal untuk anak-anak mereka yang akan dijadikan pedoman dan landasan hidup. Pendidikan yang dilakukan orang tua sangat menentukan baik dan buruknya kehidupan anak dimasa mendatang.

  Seorang anak yang dibesarkan, dipelihara dan dididik dalam rumah tangga yang aman ten tram, penuh dengan kasih sayang, akan tumbuh dengan baik dan pribadinya akan terbina dengan baik pula. Lebih lebih lagi apabila ibu-bapaknya mengerti agama dan menjalankannya dengan taat dan tekun. Setiap gerak, sikap, dan perlakuan yang diterima si anak dalam keluarganya, akan menentukan macam pribadinya yang bertumbuh nanti (Daradjat,

  1975:68) Seorang anak tidak hanya membutuhkan materi. Sejalan dengan pertumbuhanya, maka kebutuhan seorang anak juga akan meningkat. Termasuk dalam hal keberagamaanya. Perhatian, kasih sayang dan pendidikan serta bimbingan tentang agama juga harus diberikan agar anak dapat tumbuh menjadi anak yang baik dan tertanam sikap religius dalam dirinya.

  Kemajuan teknologi yang sangat cepat dan budaya asing yang masuk tidak selamanya membawa dampak baik bagi kita. Di

  24 sinilah para orang tua diharapkan dapat mamberikan pendidikan agama kepada anak. Dengan pantauan dan bimbingan yang baik dari orang tua, seorang anak tidak akan mudah terpengaruh hal-hal buruk yang datang dari luar. Dengan melakukan pendidikan agama kepada anak setidaknya para orang tua turut memperjuangkan nasib generasi muda.

  Berkenaan dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi, maka usaha menegakkan akhlak mulia merupakan suatu keharusan mutlak-Akhlak yang mulia menjadi dasar atau pilar utama untuk tumbuh dan berkembangnya suatu bangsa. Keeksistensian suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh sejauhmana rakyat dan bangsa itu menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak dan moral. Berkaitan dengan ini

  Al Munawar(2005:26) menyatakan sebagai berikut.

  Nilai-nilai akhlak mulia hendaknya ditanamkan sejak dini melalui pendidikan agama dan diawali dalam lingkungan keluarga melalui pembudayaan dan pembiasaaan.Kebiasaan itu kemudian dikembangkan dan diaplikasikan dalam pergaulan hidup masyarakat Disini diperlukan kepeloporan dan para pemuka agama serta lembaga- lembaga keagamaan yang dapat mengambil peranterdepan dalam membina akhlak mulia dikalangan umat.

  Sebagaiman yang telah ditulis di atas, pendidikan akhlak diawali dalam keluarga yang pendidik utamanya adalah para orang tua.Melihat hal ini semakin jelas bahwa para orang tua memiliki peranan yang sangat serius dalam mencetak generasi yang berbudi luhur, berpribadi muslim serta berakhlak mulia. Para orang tua tidak mungkin dapat lepas dari tanggung jawab tersebut. Pendidikan akhlak bukanlah hal yang mudah, oleh karena itu harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Para orang tua biasanya dekat dengan anak-anaknya, maka untuk membimbing dan melakukan pendidikan akhlak terhadap anak relatif lebih mudah.

  Dalam mendidik anak dibutuhkan kemampuan yang baik, pengetahuan yang cukup dan kesabaran ekstra. Orang tua harus bisa menjadi teladan yang baik untuk anak karena segala perilaku orang tua akan dicontoh oleh anak.O!eh karena itu, dalam mendidik anak orang tua tidak boleh berlaku kasar ataupun melakukan hal-hal yang bisa mengganggu proses pendidikan karena hal tersebut dapat berakibat buruk bagi anak. Orang tua sebaiknya memiliki sifat-sifat seorang pendidik.Sifat-sifat tersebut antara lain: a. Sabar

  Merupakan sifat yang paling utama yang harus dimiliki seorang pendidikJDengan kesabaran seseorang akan mampu bersikap dewasa dalam menghadapi anak didik yang mempunyai bermacam karakter.

  b. Lemah lembut Sikap lemah lembut dalam mendidik akan menimbulkan rasa simpati pada anak didik. Hal ini akan memudahkan seorang pendidik dalam menyampaikan materi kepada anak didik.

  26 c. Luwes dalam bertindak Sikap luwes akan membantu seorang pendidik dalam menghadapi dan menangani setiap masalah yang timbul. Orang yang luwes dalam bertindak akan mudah beradaptasi dalam kondisi apapun.

  d. Mengendalikan emosi Mudah marah merupakan sifat yang kurang baik bagi seorang pendidik.01eh karena itu, mengendalikan emosi sangat penting.Seseorang yang mampu mengendalikan emosi tidak akan mudah melakukan hal-hal yang tidak baik.

  e. Bersikap demokratis Dalam mendidik anak, tidak baik dilakukan dengan paksaan. Anak-anak juga harus diberikan kebebasan memilih apa yang menjadi pilihannya.Dengan begitu anak akan merasa dihormati.

  f. Menasehati seperlunya Terlalu banyak dan terlalu sering memberikan nasehat kepada anak akan membuat anak menjadi bosan dan tertekan.Namun.,membiarkan anak terlalu leluasa juga kurang baik.01eh karena itu, seorang pendidik harus berada ditengah- tengah. Dalam mendidik anak, selain sifat-sifat pendidik yang harus dimiliki oleh orang tua maka cara yang digunakan dalam mendidik anak juga sangat menentukan berhasil dan tidaknya pendidikan tersebut. Ada beberapa cara atau pola asuh yang biasa digunakan oleh para orang tua antara lain yaitu sebagai berikut

  1) Pola asuh otoriter Merupakan pola asuh yang menekankan segala aturan orang tua harus ditaati secara penuh oleh anak.Orang tua berlaku semau mereka dan memaksakan kehendak mereka kepada anak tanpa memperhatikan kemauan anak.Pola asuh seperti ini akan akan membuat anak kurang inisiatif, penakut,tidak percaya diri, minder dalam bergaul dengan teman-temannya. Akibat yang lebih buruk jagu dapat muncul seperti anak akan menjadi pemberontak dan melampiaskan kekesalan mereka pada hal-hal yang tidak baik seperti menggunakan narkoba.Maka pola asuh ini tidak akan membuat anak menjadi baik namun malah sebaliknya.

  2) Pola asuh permisif Pola asuh ini merupakan kebalikan dari pola asuh otoriter.Dalam pola asuh ini anak-anaklah yang berkuasa.Orang tua mengikuti semua kemauan anak.Pola asuh ini mempunyai dua dampak sekaligus yaitu dampak negatif dan dampak positif.Dampak negatifnya yaitu anak akan tidak terkendali, cenderung berbuat semau mereka dan anak kurang disiplin dengan norma sosial yang berlaku.Hal ini teijadi karena tidak adanya pengawasan dari orang tua. Sedangkan untuk dampak

  28 positifnya yaitu jika anak menggunakan kepercayaan orang tuanya dengan baik maka akan tumbuh sikap mandiri, kreatif inisiatif, mampu bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan oleh orang tuanya.

  3) Pola asuh demokratis Dalam pola asuh ini antara orang tua dan anak mempunyai kedudukan yang sejajar.Tidak ada sikap saling memaksa dan berkuasa antara satu dengan yang lain. Semua keputusan diambil dengan mempertimbangkan kedua belah pihak.Pola asuh ini memberikan kebebasan kepada anak dengan tetap berada dalam pengawasan orang tua dan meminta pertanggung jawaban anak. Akibat positif dari pola asuh ini adalah anak akan mampu bertanggung jawab atas semua tindakannya.Dan untuk akibat negatifnya yaitu anak cenderung meremehkan wibawa orang tua karena kedudukan yang sejajar dan keputusan yang diambil berdasarkan kedua belah pihak. 4) Pola asuh situasional

  Merupakan pola asuh yang mencampurkan ketiga pola asuh diatas.Pola asuh ini memungkinkan orang tua untuk menerapkan pola asuh secara fleksibel dan sesuai dengan kondisi dan keadaan. Pola asuh ini digunakan ketika para orang tua tidak menerapkan salah satu pola yang telah disebutkan sebelumnya. masalah yang dialaminya dan akan berusaha mencari pemecahan masalah tersebut.

  Demikian disamping melakukan pendidikan tentang agama, orang tua juga hendaknya memberikan perhatian yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan yang lain dari anak. Sebagaimana dikatakan oleh Mustaqim(2005:136) bahwa:

  Islam adalah agama yang mengajarkan keseimbangan dalam segala aspek kehidupan.Aspek sosial dan individual hams seimbang, termasuk dalam masalah kesalehan, yaitu kesalehan ritual individual dan kesalehan sosialjtulah mengapa umat Islam disebut umat moderat atau tengah-tengah (ummatan wasathan).

  Apabila pendidikan dalam keluarga telah dilakukan dengan baik dan seimbang, maka untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia dan berkepribadian baik bukanlah hal yang sulitDan hal ini marupakan tugas bagi para orang tua dalam malkukan pendidikan tersebut.

B. Perilaku Sosial Remaja

  1. Pengertian perilaku sosial remaja Perilaku sosial adalah cara berbuat atau menjalankan sesuatu sesuai dengan sifat yang layak bagi manusia (Poerwadarminta,

  1976:553). Sosial berarti segala sesuatu mengenai masyarakat atau kemasyarakatan (Poerwadarminta, 2006:1141).

  Perilaku sosial adalah aktivitas fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain atau sebalinya dalam rangka memenuhi

  35 kebutuhan diri atau orang lain yang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock, 1999:362).

  Remaja adalah masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak- kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik,psikis dan psikososial (Dariyo, 2004:14).

  Menurut penulis yang dimaksud dengan perilaku sosial remaja adalah perbuatan dan tingkah laku remaja dalam kehidupan sehari harinya yang berhubungan dengan masyarakat.

  Berbicara mengenai remaja,tentu banyak hal yang menarik.Secara umum masa remaja terbagi menjadi tiga tahap yaitu remaja awal,masa ini teijadi pada usia antara 13-14 tahun.Selanjutnya yaitu masa remaja tengah,masa ini teijadi pada usia antara 15-17 tahun.Yang ketiga yaitu masa remaja akhir, masa ini teijadi pada usia antara 18-21 tahun.

  Masa remaja merupakan masa rentan bagi seorang individu.masa ini adalah masa dimana seorang anak mempunyai rasa penasaran yang tinggi dan adanya keinginan yang besar untu mencoba hal-hal baru yang belum mereka temukan sebelumnya.Masa remaja mempunyai banyak cirri-ciri.Ciri-ciri tersebut antara lain yaitu:

  a. Rasa ingin tau yang besar Hal ini terbukti dengan adanya dorongan untuk selalu mengetahui lebih banyak tentang informasi tertentu,selalu bertanya tentang hal-hal yang dirasa belum mereka

  36 pahami,selalu memperhatikan orang, objek, dan situasi, peka dalam pengamatan dan ingin mengetahuinya.

  b. Bersifat imajinatif Remaja akan selalu mempunyai khayalan-khayalan tentang sesuatu yang tidak atau belum pernah teijadi.

  c. Merasa tertantang oleh kemajemukan Kondisi masyarakat yang majemuk akan mendorong seorang remaja untuk mencoba-coba hal baru meski kadang itu berdampak buruk pada dirinya.

  d. Sikap berani mengambil resiko Sikap remaja yang selalu penasaran dan ingin mencoba-coba akan membuat mereka berani mengambil resiko yang paling buruk sekalipun asalkan keinginannya dapat terpenuhi.

  e. Selalu ingin mmenjadi perhatian dari orang sekitar Remaja selalu mempunyai keinginan untuk bisa menjadi pusat perhatian dalam lingkungannya.01eh karena itu, mereka kadang melakukan tindakan-tindakan yang diluar batas agar mendapat perhatian dari orang-orang disekitamya. Demikianlah para remaja,mereka akan melakukan apapun demi memperoleh apa yang diinginkan .Termasuk melakukan tindakan yang tidak sesuai norma dan berperilaku buruk dalam kehidupan.Mereka

  37 tidak mempedulikan akibat yang timbul dari perilaku buruk yang mereka lakukan.

Dokumen yang terkait

PERAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN INFORMAL DALAM PERKEMBANGAN NILAI SOSIAL REMAJA PUTUS SEKOLAH DI DUSUN SURAKAN, KELURAHAN SIDOREJO, KECAMATAN TEGALREJO, KABUPATEN MAGELANG

2 25 162

PENGARUH SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP KENAKALAN REMAJA DI DESA KARANG REJO KECAMATAN GUNUNG MALIGAS KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI

0 0 16

43 HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DESA GAMPING KECAMATAN SEDAYU KABUPATEN BANTUL

0 0 6

PENDEKATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM HUBUNGANNYA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK DI DESA NGAWENSARI KECAMATAN RINGINARUM

0 1 87

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA TERHADAP PERILAKU BERAGAMA SISWA SMP NEGERI 02 KANGKUNG KENDAL TAHUN 20052006 SKRIPSI

0 4 91

DAMPAK KEKERASAN DALAM KELUARGA TERHADAP KREATIVITAS REMAJA DESA MRISI KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2007

0 0 74

HUBUNGAN POLA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA DENGAN PERILAKU DISIPLIN SISWA DI SEKOLAH (STUDI KASUS DI SDN MANGGIHAN KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010) - Test Repository

0 0 86

PENGARUH KETELADANAN ORANG TUA TERHADAP KEBERHASILAN PENDIDIKAN AGAMA ANAK DI DUSUN DOPLANG I D ESA PAKIS KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2 0 1 0

0 0 65

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA TERHADAP PERILAKU PESERTA DIDIK DI SDN I ROWO KANDANGAN TEMANGGUNG

0 0 70

PENGARUH INTERAKSI KEBERAGAMAAN DALAM KELUARGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA KELAS V SDN UNGARAN 05 KECAMATAN UNGARAN BARAT, KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2007/2008 - Test Repository

0 1 88