PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
SKRIPSI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS
(DTPs)
PADA PASIEN LANJUT USIA YANG
MENDAPAT PELAYANAN RESEP
(Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMASI KOMUNITAS
SURABAYA
2013
SKRIPSI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS
(DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG
MENDAPAT PELAYANAN RESEP
(Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
(050911007)
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMASI KOMUNITAS
SURABAYA
2013
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya dengan judul:
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA
PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP
(Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu
Digital Library Perpustakaan Universitas Airlangga untuk kepentingan
akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.Demikian pernyataan persetujuan publikasi skripsi/karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.
Surabaya, 21 Agustus 2013
Vivin Diah Ayu Purworini NIM: 050911007
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Vivin Diah Ayu Puworini NIM : 050911007 Fakultas : Farmasi menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil tugas akhir yang saya tulis dengan judul:
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA
PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP
(Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari diketahui bahwa skripsi ini merupakan hasil plagiarisme, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan kelulusan atau pencabutan gelar yang saya peroleh. Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surabaya, 21 Agustus 2013
Vivin Diah Ayu Purworini NIM: 050911007
Lembar Pengesahan
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA
PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP
(Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
SKRIPSI
Dibuat untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Farmasi Pada
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
2013
Oleh:
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
NIM : 050911007
Skripsi ini telah disetujui
Tanggal 21 Agustus 2013 oleh:
Pembimbing Utama Pembimbing Serta
Yunita Nita, S.Si., M Pharm., Apt Yuni Priyandani, S.Si., Apt., Sp.FRS.
NIP. 197406181998022001 NIP.197306212007012001KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniayang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “IDENTIFIKASI
DRUG THERAPY PROBLEMS
(DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi
Airlangga Surabaya)” ini dengan baik.Skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Umi Athiyah, Apt., M.S. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga atas fasilitas, sarana dan prasarana yang diberikan selama penyelesaian pendidikan sarjana.
2. Ibu Yunita Nita, S.Si., MPharm., Apt. selaku dosen pembimbing utama yang telah membimbing, mengarahkan serta memberi masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Yuni Priyandani, S.Si., Apt., Sp.FRS dan Ibu Ana Yuda, S.Si., Apt. selaku dosen pembimbing serta I dan II selaku pembimbing serta kedua yang telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran baik dalam penyelesaian skripsi ini
4. Ibu Ekarina Ratna Himawati, M.Kes., Apt dan Ibu Dra. Wahyu Utami Apt., M.Si, MM. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritikan dan saran sehingga membangun sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Ibu Dra.Tutiek Purwanti, M.,Si, Apt., selaku dosen wali yang telah memberi masukan dan nasehat kepada penulis selama masa studi penulis di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
6. Para dosen Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang telah mendidik dan membimbing serta membantu penulis dalam penyelesaian studi di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
7. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Departemen Farmasi Komunitas yang telah membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Keluarga tercinta terutama Ayah dan Ibu yang telah memberikan perhatian, kasih sayang, pengorbanan luar biasa, dorongan semangat dan doa selama penyelesaian skripsi ini dan masa studi saya.
9. Teman-teman skripsi satu Project Grant: Carissa, Risadyla, Christina Ayu, Yuchyil dan Dewi atas kekompakan dan kerja samanya selama penulisan skripsi. Semoga sukses untuk semua.
10. Teman-teman kelas A angkatan 2009 Fakultas Farmasi Universitas Airlangga atas kerja sama, dukungan dan semangat, semoga sukses untuk semua.
11. Teman-teman angkatan 2009 Fakultas Farmasi Universitas Airlangga atas kekompakannya.
12. Apoteker Pendamping (Mbak Devi, Mbak Vuri dan Mbak Ishma) dan karyawan-karyawan yang ada di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya atas segala bantuan dan kerjasama dalam penelitian ini sehingga dapat terselesaikan skripsi ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terimakasih atas bantuannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tulisan ini, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Surabaya, Agustus 2013
Penulis
RINGKASAN
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA
PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP
(Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, lanjut usia adalah mereka yang berusia
60 tahun ke atas. Pada lanjut usia terjadi perubahan fisiologis, perubahan farmakokinetika, dan perubahan farmakodinamika. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian lebih khususnya dalam hal perawatan kesehatan. Banyaknya gangguan kesehatan pada lanjut usia mengakibatkan penggunaan dan kebutuhan terkait obat meningkat. Apabila kebutuhan terkait obat atau drug related need (DRN) tersebut tidak terpenuhi maka dapat menimbulkan masalah terkait terapi obat atau drug therapy problems (DTPs). Selain itu peningkatan penggunaan obat atau polifarmasi mendorong kejadian DTPs semakin meningkat pula pada lanjut usia. Oleh karena itu dibutuhkan peran Apoteker dalam mengidentifikasi DTPs potensial dan/ atau aktual, menyelesaikan DTPs aktual, dan mencegah DTPs potensial. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kejadian DTPs pada pasien lanjut usia yang mendapat pelayanan resep di Apotek Farmasi Airlangga,
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non
probability sampling yaitu sampling jenuh atau sensus. Sampel yang
digunakan adalah seluruh pasien lanjut usia yang menebus obat dengan resep di Apotek Farmasi Airlangga pada bulan Februari 2013 yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu berusia ≥ 60 tahun, pasien lanjut usia dan/atau keluarga pasien yang menebus obat dengan resep, dapat berkomunikasi baik dan bersedia menjadi responden. Dari 65 pasien lanjut usia yang menebus obat dengan resep yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 59 lanjut usia, dimana ada 2 responden diantaranya datang dua kali sehingga total resep responden sebanyak 61 resep.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview dengan menggunakan instrumen berupa lembar persetujuan (informed
consent), daftar pedoman interview, Patient Medication Record (PMR),
DRP registration form V5.01 (PCNE Classification) yang dimodifikasi (van Mil, 2005), dan peneliti sebagai interviewer. Variabel penelitian ini meliputi tujuh kategori DTP menurut Cipolle,Strand and Morley (2004) yaitu terapi obat yang tidak diperlukan, kebutuhan akan terapi obat tambahan, obat tidak efektif, dosis terlalu rendah, dosis terlalu tinggi, Adverse Drug Reaction (ADR), dan ketidakpatuhan.
Berdasarkan hasil penelitian, dari 7 kategori DTPs menurut Cipolle, Strand and Morley (2004) kejadian DTPs yang teridentifikasi adalah ketidakpatuhan (59,68%), ADRs (32,26%), dan kebutuhan akan terapi obat tambahan (8,06%). Kategori DTPs ketidakpatuhan disebabkan pasien memilih untuk tidak minum obat (24), pasien tidak memahami petunjuk pemakaian obat dengan benar (13), lupa minum obat (7) dan produk obat tidak tersedia untuk pasien karena kosong pabrik atau sedang habis di apotek (4). Pada kategori ADRs disebabkan oleh adanya interaksi obat (36) dan obat dikontraindikasikan pada pasien karena faktor risiko (3). Dari 36 potensi interaksi obat lima diantaranya karena interaksi obat dengan makanan (pisang). Sedangkan obat yang dikontraindikasikan dengan pasien adalah fenilpropanolamin dan kofein pada pasien hipertensi dan kodein pada pasien asma. Adanya kondisi baru yang membutuhkan terapi obat tambahan (5) merupakan penyebab dari kategori kebutuhan akan terapi obat tambahan. Kondisi baru tersebut terjadi pada pasien yang mengaku kolesterol tinggi, batuk dan sesak.
Dari hasil penelitian mengenai identifikasi DTPs pada pasien lanjut usia yang mendapat pelayanan resep di Apotek Farmasi Airlangga pada bulan Februari 2013 menunjukan tingginya kejadian DTPs kategori ketidakpatuhan pada lanjut usia yang dapat mempengaruhi tidak tercapainya
outcome terapi yang diharapkan. Oleh karena itu peran apoteker dalam
pelayanan dan monitoring penggunaan obat pada lanjut usia perlu ditingkatkan untuk mencegah dan mengatasi DTPs sehingga tingkat pengetahuan dan kepatuhan lanjut usia meningkat serta outcome terapi tercapai.
ABSTRACT
IDENTIFICATION OF DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) ON
GERIATRIC PATIENTS WITH PRESCRIPTION
(Study At Farmasi Airlangga Pharmacy Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI Physiological changes that occur in the aging process make the geriatric more susceptible to disease therefore the use of medication in geriatric increased. Drug related needs that do not be resolved can lead to Drug Therapy Problem (DTPs). The aim of this study was to investigate DTPs in geriatric patients at Farmasi Airlangga Pharmacy in Surabaya, Indonesia.
The study was a cross sectional study with non-probability sampling technique. Data was obtained by interviewing patients (≥ 60 years old) and/or their families. DTPs of geriatric patients who filled a prescription at Farmasi Airlangga Pharmacy in February 2013 were identified by the researcher. A DTP registration form and patient medication record (PMR) were used to document the data.
Results showed that a total of 59 geriatric patients presented and 61 prescription at the Pharmacy during February 2013. There were 44 (72,13%) geriatric patients found to have DTPs both actually and potentially. A number of 18 (29,51%) geriatric patients experienced more than 1 DTPs categories. The DTPs categories found in geriatic patients were 5 (8,06%) needs additional drug therapy, 20 (32,26%) adverse drug reaction (ADR), and 37 (59,68%) non-compliance. The cause of adverse drug reaction was drug-drug/drug-food interaction (39) and drug contraindicated due to risk factors (3). Furthermore, the cause of non-compliance was mostly patient prefers not to take the medication.
In conclusion, DTPs in elderly patient that happened in February 2013 at Farmasi Airlangga pharmacy were quite high. Pharmacists need to increase drug therapy monitoring. Pharmacists have a responsibility to resolve actual DTPs and to prevent potential DTPs.
Keywords : drug therapy problems, geriatric, pharmacy
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................. ... ii LEMBAR PERNYATAAN .................................................................. ... iii LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ... iv KATA PENGANTAR .......................................................................... ... v RINGKASAN ……. ............................................................................. ... vii ABSTRAK……….. .............................................................................. ... ix DAFTAR ISI ......................................................................................... x DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian .............................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 6
2.1 Tinjauan tentang Pharmaceutical care .............................. 6
2.2 Tinjauan tentang Drug Therapy Problems (DTPs) ............ 8
2.2.1 Definisi DTPs .......................................................... 8
2.2.2 Kategori DTPs ......................................................... 8
2.3 Tinjauan tentang Lanjut Usia .............................................. 14
2.3.1 Definisi Lanjut Usia ................................................ 14
2.3.2 Perubahan Kondisi pada Lanjut Usia ...................... 14
2.3.3 Perubahan Farmakokinetika .................................... 15
2.3.4 Perubahan Farmakodinamika .................................. 18
2.3.5 Masalah Terkait Obat pada Lanjut Usia .................. 18
2.3.6 Tinjauan Obat yang Biasa Digunakan untuk Pasien Lanjut Usia ................................................... 20
2.4 Tinjauan tentang Resep ....................................................... 21
2.4.1 Definisi Resep ......................................................... 21
2.4.2 Isi Resep .................................................................. 22
2.5 Tinjauan tentang Patient Medication Record (PMR) ......... 22
2.5.1 Tinjauan Mengenai Dokumentasi............................ 22
2.5.2 Tinjauan Mengenai PMR ........................................ 23
2.6 Tinjauan tentang Penelitian Survei ..................................... 25
2.7 Tinjauan tentang Apotek ..................................................... 28
2.7.1 Definisi Apotek ....................................................... 28
2.7.2 Fungsi Apotek ......................................................... 28
2.7.3 Pelayanan Farmasi di Apotek .................................. 28
2.7.4 Tinjauan tentang Apotek Farmasi Airlangga ........... 29
2.8 Penelitian Terdahulu .......................................................... 30
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ................................................. 32 BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................... 34
4.1 Jenis Penelitian ................................................................... 34
4.1.1 Tujuan Penelitian..................................................... 34
4.1.2 Waktu Pengumpulan Data ....................................... 34
4.2 Sumber Data Penelitian ...................................................... 34
4.3 Lokasi penelitian dan Waktu Penelitian ............................. 35
4.4 Populasi ........................................................................... 35
4.5 Sampel ........................................................................... 35
4.5.1 Teknik Pengambilan Sampel ................................... 35
4.5.2 Kriteria Inklusi ........................................................ 36
4.5.3 Jumlah Sampel ........................................................ 36
5.3.1 Jenis Kelamin………….. ........................................ 50
5.5.3 Penyebab Ketidakpatuhan ....................................... 58
5.5.2 Penyebab ADRs ……………………………….… 55
5.5.1 Penyebab Kebutuhan akan Terapi Obat Tambahan……………… ................................................. 55
5.5 Identifikasi Drug Therapy Problems .................................. 53
5.4 Obat dalam Resep…………….. ......................................... 52
5.3.4 Sumber Dana Pembelian Obat ................................ 52
5.3.3 Riwayat Gangguan Kesehatan ................................. 50
5.3.2 Usia……………...................................................... 50
5.3 Gambaran Umum Responden………………. .................... 50
4.6 Metode Pengumpulan Data ................................................. 36
5.2 Uji Validitas………………. ............................................... 48
5.1 Gambaran Umum Penelitian ............................................... 48
BAB V HASIL PENELITIAN…………………………………….……. 48
4.11 Analisis Data ................................................................... 47
4.10 Uji Validitas Instrumen ..................................................... 45
4.9 Definisi Operasional ........................................................... 43
4.8 Instrumen Penelitian ........................................................... 43
4.7 Variabel Penelitian ........................................................... 37
BAB VI PEMBAHASAN………………………………….…….......... 60 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN……………………………… 71 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 73 LAMPIRAN .......................................................................................... 79
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel IV.1 Variabel penelitian …………………………………………. 37 Tabel V.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden…………………….......... 50 Tabel V.2 Distribusi Usia Responden …………………………............... . 50 Tabel V.3 Distribusi Riwayat Gangguan Kesehatan…….…………. ......... 51 Tabel V.4 Distribusi Jumlah Riwayat Gangguan Kesehatan………….... .. 51 Tabel V.5 Sumber Dana Pembelian Obat ………………………………. 52 Tabel V.6 Distribusi Jumlah Obat Dalam Resep…………………… 52 Tabel V.7 Obat yang Sering Diresepkan ................................................ 53 Tabel V.8 Jumlah Drug Therapy Problems ............................................. 54 Tabel V.9 Distribusi Kategori Drug Therapy Problems .......................... 54 Tabel V.10 Distribusi Penyebab Kebutuhan akan Terapi Obat
Tambahan….…………………………………………............. 55 Tabel V.11 Distribusi Penyebab ADRs…………………..……………..... 56 Tabel V.12 Obat-obat yang menimbulkan interaksi.…………………....... 56 Tabel V.13 Distribusi Penyebab Ketidakpatuhan……………….……..... 59
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Kerangka konseptual ..................................................................... 32
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Lembar Informasi Penelitian ................................................ 79 Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden Penelitian ......................... 81 Lampiran 3 Daftar Pedoman Interview.................................................... 82 Lampiran 4 Catatan Penggunaan Obat Pasien ......................................... 85 Lampiran 5 DTP Registration Form V5.01 (PCNE Classification) yang dimodifikasi ................................................................................... 88 Lampiran 6 Hasil Identifikasi DTPs Pada Pasien Lanjut Usia................. 89
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pharmaceutical care adalah pelayanan kefarmasian yang
berorientasi pada pasien dimana apoteker bertanggung jawab atas kebutuhan pasien terkait obat, mengoptimalkan semua terapi obat pasien, meningkatkan outcome pasien yang lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup tiap pasien (Cipolle, Strand & Morley, 2004). Outcome yang dimaksud adalah mengobati pasien, mengurangi atau meniadakan gejala sakit, menghentikan atau memperlambat proses penyakit, mencegah suatu penyakit atau gejala (Hepler & Strand, 1990). Keberhasilan outcome yang diuraikan tersebut tergantung dari setiap tenaga kesehatan mengkontribusikan keahliannya untuk menyelesaikan masalah pasien yang relevan dengan praktek keahliannya (Strand et al.,1990). Guna mencapai
outcome pasien yang diharapkan apoteker berperan penting menjamin
terapi obat teruatama melakukan identifikasi drug therapy problems (DTPs) yang bersifat potensial dan aktual, penyelesaian DTPs yang bersifat aktual serta pencegahan DTPs yang bersifat potensial (Cipolle, Strand & Morley, 2004; Hepler & Strand, 1990).
Definisi DTPs adalah kejadian yang tidak menyenangkan yang dialami oleh pasien karena terapi obat dan mengganggu dalam mencapai tujuan terapi yang diinginkan. Masalah ini diidentifikasi selama proses
assessment, sehingga dapat diselesaikan melalui perubahan tindakan yang
diberikan pada tiap individu yang berbeda dalam regimen terapi obat. DTPs terbagi dalam tujuh kategori yaitu terapi obat yang tidak diperlukan, kebutuhan akan terapi obat tambahan, obat yang tidak efektif, dosis terlalu
1
2 rendah, reaksi obat yang tidak diinginkan, dosis terlalu tinggi dan ketidakpatuhan (Cipolle, Strand & Morley, 2004).
Pengertian yang hampir sama dengan DTPs juga dijelaskan oleh Hepler, yang disebut dengan Drug Related Problems (DRPs), yaitu suatu peristiwa atau keadaan yang terkait dengan terapi obat secara aktual atau potensial yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya outcome yang optimal dari suatu pengobatan. Kategori DRPs menurut Hepler and Strand (1990) ada delapan yang meliputi terapi obat yang indikasinya tidak ada, obat tidak sesuai indikasi, terapi obat yang salah, dosis obat kurang, ADR, interaksi obat, dosis obat berlebihan dan kegagalan menerima obat (Hepler and Strand, 1990).
Pada bulan Januari 1996 sampai Desember 2002 ditemukan lebih dari 26.238 kasus DTPs yang diidentifikasi dan diselesaikan pada 5136 pasien dengan rincian tidak perlu terapi obat 6%, perlunya penambahan terapi obat 28%, obat tidak efektif 8%, dosis terlalu rendah 20%, Adverse
Drug Reactions (ADRs) 14%, dosis terlalu tinggi 5% dan ketidakpatuhan
(noncompliance) 19% (Cipolle, Strand & Morley, 2004). Para ahli setuju
beberapa obat yang sama sering memberikan efek yang berbeda pada pasien lanjut usia dan dewasa muda karena perubahan terkait usia pada tubuh manusia menyebabkan perbedaan jalan respon tubuh dengan obat (Beers, 2001). Hasil penelitian di Brasil menyebutkan dari 97 sampel pasien lanjut usia yang menderita diabetes dan atau hipertensi ditemukan 284 kasus
DRPs, sedikitnya 92,3% pasien tersebut mengalami satu kategori DRPs.
Kategori DRPs yang paling banyak terjadi adalah ketidakpatuhan (55,63%) dan ADR (23,59%) (Neto et al., 2011) Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Pemerintah RI, 1998). Pada usia tersebut terjadi perubahan fisiologis akibat proses penuaan yang bersifat universal berupa kemunduran dari
3 fungsi biosel, jaringan, organ, bersifat progesif, perubahan secara bertahap, akumulatif dan intrinsik (Departemen kesehatan, 2006). Perubahan tersebut menyebabkan pada pasien lanjut usia sering menderita penyakit yang beragam dan diterapi dengan obat dalam macam yang banyak. Hasil penelitian menyebutkan 78% lanjut usia menderita tidak kurang dari 4 macam penyakit, 38% menderita lebih dari 6 macam penyakit, dan 13% menderita lebih dari 8 macam penyakit (Rahmawati et al., 2009). Hasil penelitian di Australia dalam sehari 87% pasien lanjut usia wanita dan 83% pasien lanjut usia pria menggunakan paling sedikit satu obat dengan resep, dan 44% pasien lanjut usia wanita dan 35% pasien lanjut usia pria menerima satu obat tanpa resep (Elliot, 2006). Selain itu hasil penelitian di Belanda menyebutkan prevalensi sering lupa pada usia 40-50 tahun sebanyak 40,7% dan usia 70-85 tahun sebanyak 51,6% (Commissaris, Ponds, and Jolles, 1998)
Prevalensi penggunaan banyak obat yang tinggi dikombinasi dengan perubahan terkait proses penuaan pada farmakokinetik dan farmakodinamik membuat pasien lanjut usia mudah mengalami masalah terkait terapi obat (Vinks et al., 2006). Kombinasi tersebut menyebabkan pasien lanjut usia berisiko tinggi mengalami ADR. Suatu penelitian menyebutkan bahwa pada pasien lanjut usia mengalami ADR hampir enam kali lebih besar daripada pasien pada umumnya (Perry & Webster, 2001).
Masalah lain yang berkaitan dengan penggunaan obat pada pasien lanjut usia karena minimnya informasi dan pelatihan yang diberikan oleh kalangan praktisi kesehatan mengenai kebutuhan pasien lanjut usia terkait obat tertentu (Perry & Webster, 2001). Hasil penelitian Rahmawati (2008) menyebutkan terdapat 48 kasus pemilihan obat yang tidak tepat pada pasien lanjut usia diantaranya 31% obat dikontraindikasikan pemakaiannya untuk pasien dan 25% obat yang diterima pasien bukan merupakan obat
4 yang paling tepat (Rahmawati et al., 2008). Hasil penelitian di Taiwan pada 193 pasien lanjut usia didapatkan tiga kategori DRPs yang sering terjadi pada pasien lanjut usia yakni 35% obat tidak dapat diminum atau ditelan oleh responden terutama pada pasien DM rawat jalan, 12 % obat yang diterima berpotensi timbul interaksi antar obat dan 11% pemberian duplikasi obat yang tidak tepat (Chan et al., 2012).
Dari data-data tersebut DTPs yang paling sering terjadi pada lanjut usia adalah kategori ADR dan ketidakpatuhan. Oleh karena itu peran apoteker diperlukan dalam mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi
DTPs pada pasien lanjut usia agar tujuan terapi yang diinginkan tercapai.
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui dan mengidentifikasi jenis dan jumlah persentase kejadian
DTPs yang terjadi pada pasien lanjut usia di Apotek Farmasi Airlangga.
Apotek Farmasi Airlangga dipilih karena masih sedikit penelitian mengenai
DTPs pada pasien lanjut usia di apotek. Selain itu salah satu visi Apotek
Farmasi Airlangga adalah mengembangkan pharmaceutical care dimana fungsi apoteker adalah mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan
DTPs.
1.2 Rumusan Masalah DTPs apa yang terjadi pada pasien lanjut usia yang mendapat obat
atas resep dokter di Apotek Farmasi Airlangga?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengidentifikasi adanya DTPs pada pasien lanjut usia yang mendapat obat atas resep dokter di Apotek Farmasi Airlangga.
5
1.4 Manfaat
(1) Bagi peneliti untuk menambah wawasan peneliti tentang DTPs pada pasien lanjut usia. (2) Bagi Apoteker dapat digunakan sebagai sumber infomasi untuk meningkatkan peran Apoteker dalam pelayanan kefarmasian. (3) Bagi masyarakat penelitian ini bermanfaat untuk tercapainya terapi yang aman, efektif dan efisien.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pharmaceutical care
Pharmaceutical care adalah tanggung jawab pemberian terapi obat untuk mencapai outcome tertentu yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien (Hepler & Strand, 1990). Menurut KepMenkes pelayanan kefarmasian merupakan bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien (Departemen Kesehatan RI, 2004).
Menurut Cipolle pharmaceutical care adalah pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien dimana apoteker bertanggung jawab atas kebutuhan pasien terkait obat dan bertanggung jawab mengoptimalkan semua terapi obat pasien, tanpa melihat dari mana obat berasal (resep, nonresep, alternatif, atau obat tradisional), meningkatkan
outcome pasien yang lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup tiap
pasien (Cipolle, Strand & Morley, 2004). Outcome yang dimaksud adalah mengobati pasien, mengurangi atau meniadakan gejala sakit, menghentikan atau memperlambat proses penyakit, dan mencegah suatu penyakit atau gejala (Hepler & Strand, 1990). Keberhasilan tercapainya outcome tersebut tergantung banyak faktor, termasuk pengetahuan (obat dan penyakit), adanya informasi dari pasien, kemampuan komunikasi apoteker, dan yang paling penting apoteker diterima oleh anggota lain dari health-care team (Hughes, 2001).
Apoteker menggunakan proses pharmacotherapy workup untuk mengambil suatu keputusan, untuk membuat taksiran drug related needs pasien, identifikasi DTPs, mengembangkan sebuah rencana care, dan mengadakan follow up evaluasi untuk menjamin semua terapi obat efektif
6
7 dan aman. Guna mengidentifikasi, mengatasi, dan mencegah masalah terapi obat, apoteker harus memahami bagaimana pasien mengalami DTPs (Cipolle, Strand & Morley, 2004). Fungsi utama apoteker dalam model pharmaceutical care sebagai berikut (Hughes,2001):
1. Mengumpulkan data pasien. Mengumpulkan data-data spesifik pasien yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah terkait obat sehingga apoteker tepat dalam mengambil keputusan terapi dan managemen pasien.
2. Identifikasi masalah. Data yang dikumpulkan dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah yang terkait dengan obat, seperti pemilihan obat untuk terapi, rute pemakaian, toksisitas hingga kegagalan outcome terapi.
3. Mengembangkan rencana terapi dan outcome yang ingin dicapai.
Terapi obat tercapai bila memberikan respon klinis positif meliputi sembuh dari penyakit, mengeliminasi atau gejala penyakit berkurang, menghentikan atau memperlambat proses penyakit dan mencegah muncul penyakit atau gejala.
4. Evaluasi pilihan terapi.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain: khasiat, keamanan, ketersediaan, biaya dan kesesuaian dan kemudahan.
5. Regimen terapi individu.
6. Monitoring outcomes.
8
2.2 Tinjauan Tentang Drug Therapy Problems (DTPs)
2.2.1 Definisi tentang DTPs
Definisi DTPs adalah kejadian yang tidak menyenangkan yang dialami oleh pasien karena terapi obat dan mengganggu dalam mencapai tujuan terapi yang diinginkan. Masalah ini diidentifikasi selama proses
assessment, sehingga dapat diselesaikan melalui perubahan tindakan yang
diberikan pada tiap individu yang berbeda dalam regimen terapi obat (Cipolle, Strand & Morley, 2004).
Pengertian yang hampir sama dengan DTPs juga dijelaskan oleh Hepler & Strand, yang disebut dengan Drug Related Problems (DRPs), yaitu suatu peristiwa atau keadaan yang terkait dengan terapi obat secara aktual atau potensial yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya outcome yang optimal dari suatu pengobatan (Hepler and Strand, 1990). Kejadian
DRPs merupakan suatu kejadian yang tidak diharapkan dari pengalaman
pasien dan diduga akibat terapi obat sehingga potensial mengganggu keberhasilan penyembuhan yang dikehendaki (Strand et al, 1990).
2.2.2 Kategori DTPs
Menurut (Cipolle, Strand & Morley, 2004) DTPs dikategorikan menjadi 7 yaitu:
1. Terapi obat yang tidak diperlukan (Unnecessary drug therapy).
Penyebab : 1) Pasien menggunakan obat yang tidak sesuai dengan indikasi yang dialami saat itu.
2) Penggunaan produk obat lebih dari satu pada kondisi yang seharusnya dapat diterapi dengan satu obat. 3) Pengobatan lebih baik dilakukan dengan terapi tanpa obat.
9 4) Pasien menerima terapi obat untuk mengatasi efek samping obat lain yang seharusnya efek samping tersebut bisa dihindari. 5) Pasien menerima obat untuk terapi masalah yang timbul karena drug abuse, merokok, dan alkohol.
Contoh : pasien menerima tiga produk laxative yang berbeda pada usaha untuk mengatasi konstipasi
2. Kebutuhan akan terapi obat tambahan (Needs additional drug therapy).
Penyebab : 1) Kondisi pasien yang memerlukan adanya terapi obat yang baru.
2) Terapi obat pencegahan untuk mengurangi resiko timbulnya kondisi baru yang tidak diinginkan pasien. 3) Kondisi media yang memerlukan adanya terapi obat tambahan untuk mendapatkan efek yang sinergis. Contoh : Pasien yang mengidap pneumonia resiko tinggi dan karena itu membutuhkan vaksin pneumococcal.
3. Obat tidak efektif (ineffective drug).
Penyebab : 1) Obat yang diberikan bukan yang paling efektif untuk kondisi pasien.
2) Kondisi medis sulit disembuhkan dengan obat yang diberikan. 3) Dosage form tidak tepat. 4) Produk obat bukan merupakan produk yang efektif.
10 Contoh : JT’s hipertrigliseridemia tidak efektif mengobati dengan
Colestid (kolestipol) 8 gram dua kali sehari karena obat ini tidak efektif mengurangi tingginya trigliserida.
4. Dosis terlalu rendah (Dosage too low).
Penyebab : 1) Dosis terlalu rendah untuk memberikan respon yang diinginkan 2) Interval pemberian dosis terlalu jarang untuk memberikan respon yang diinginkan.
3) Adanya interaksi obat yang menurunkan jumlah obat aktif. 4) Durasi pemberian obat terlalu pendek untuk mencapai respon yang diinginkan. Contoh : dosis sehari 10 mg glipizide terlalu rendah untuk mengontrol glukosa darah pasien.
5. Dosis terlalu tinggi (Dosage too high).
Penyebab : 1) Dosis terlalu tinggi 2) Interval pemberian obat terlalu pendek 3) Durasi terapi obat yang terlalu panjang 4) Interaksi obat yang menyebabkan reaksi toksik pada produk obat.
5) Dosis obat yang diberikan terlalu cepat. Contoh : pasien mengalami bradikardi dan derajat kedua bilik jantung hasil dari 0.5 mg dosis sehari digoksin yang digunakan untuk gangguan jantung kongestif. Dosis ini terlalu tinggi untuk pasien lanjut usia dengan penurunan fungsi renal.
11
6. ADR (Adverse Drug Reaction).
Penyebab : 1) Obat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan yang tidak ada hubungan dengan dosis.
2) Dibutuhkan obat lain yang lebih aman dikarenakan pasien memiliki faktor risiko. 3) Interaksi obat yang menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan dan tidak tergantung dengan dosis. 4) Regimen dosis diberikan atau diganti terlalu cepat. 5) Produk obat menyebabkan reaksi alergi 6) Produk obat yang dikontraindikasikan karena pasien memiliki faktor risiko. Contoh : pada pasien timbul ruam pada bagian torso dan lengan disebabkan Cotrimoxazole yang diminum untuk mengobati infeksinya.
7. Ketidakpatuhan (Noncompliance).
Penyebab : 1) Pasien tidak memahami petunjuk 2) Pasien memilih tidak meminum obat 3) Pasien lupa minum obat 4) Obat terlalu mahal bagi pasien 5) Pasien tidak dapat menelan/menggunakan obat dengan sendiri dengan tepat.
6) Obat tidak tersedia. Contoh : pasien tidak dapat mengingat pemakaian tetes mata timolol sehari dua kali untuk glaukomanya.
Menurut pustaka lain DTPs juga sering disebut Drug Related
Problems (DRPs). Kejadian DRPs dibagi menjadi dua macam yaitu aktual
12 dan potensial. DRPs aktual adalah DRPs yang sedang terjadi pada pasien yang harus diatasi secepatnya sedangkan DRPs potensial adalah DRPs yang belum terjadi tetapi ada kemungkinan terjadi. Fungsi kategori DRPs (Strand et al, 1990).
1. Menggambarkan bagaimana terjadinya ADR
2. Menunjukkan peran yang nyata dari farmasis di masa depan
3. Untuk mengembangkan suatu proses yang sistematik sehingga dapat memberi efek yang positif terhadap pasien.
4. Pembagian peran antara farmasis dengan profesi kesehatan lain dalam prakteknya menjadi jelas.
5. Pharmacy educator seharusnya memiliki keuntungan dengan adanya kategorisasi ini karena pembagian DRPs telah jelas. Kategori DRPs menurut Hepler and Strand (1990) : 1. Indikasi yang kurang tepat (Untreated indications).
Pasien memiliki masalah pengobatan dimana membutuhkan terapi obat (sebuah indikasi untuk penggunaan obat) tetapi tidak menerima obat yang sesuai dengan indikasi Contoh : Pasien dengan penyakit vaskular tidak menerima pengobatan untuk anemia yang juga ternyata dideritanya. Pengobatan terfokus pada kondisi primer, sedangkan masalah baru tidak teridentifikasi/tidak terobati.
2. Terapi obat tetapi mendapat obat produk yang salah (Improper drug selection).
Pasien mempunyai indikasi obat tetapi menerima obat yang salah.
13 Contoh : Jika seorang pasien menerima terapi kombinasi padahal dengan terapi tunggal menghasilkan efektifitas yang sama.
3. Dosis obat kurang (Subtherapeutic dosage).
Pasien mempunyai masalah pengobatan yang diterapi dengan dosis obat terlalu sedikit. Contoh : Terapi antibiotik untuk infeksi dengan kadar yang kurang optimal
4. Dosis obat berlebihan (overdose).
Pasien mempunyai masalah pengobatan yang diterapi dengan dosis obat yang terlalu tinggi. Contoh : Peningkatan dosis asam nikotinat berhubungan dengan reaksi kulit yang parah. Obat dapat terakumulasi dalam waktu lama dan menghasilkan komplikasi toksik.
5. Adverse Drug Reactions (ADR).
Pasien mempunyai masalah terapi obat yang menghasilkan reaksi samping obat yang tidak diinginkan atau ADR. Contoh : Eritromisin estolat sebagai antibakteri memiliki efek samping gangguan hati (hepatitis)
6. Interaksi obat (Drug Interaction) Terapi obat tetapi kemungkinana ada interaksi obat-obat, obat- hasil laboratorium, obat-makanan, obat-obat tradisional.
Contoh :
- Pasien yang mengalami efek samping sebagai hasil dari interaksi fisika/ kimia antara beberapa obat dengan konsumsi makanan.
- Pasien yang melakukan tes laboratorium untuk diagnosis penyakit tertentu juga dapat menyebabkan interaksi dengan obat yang digunakan.
14
7. Terapi obat obat yang indikasinya tidak ada (Drug use without indication).
Pasien menggunakan obat tanpa adanya indikasi yang valid. Contoh : Penggunaan bersama obat antiparkinson dan antipsikosa padahal pasien tidak ada riwayat gejala extrapiramidal.
8. Kegagalan mendapatkan obat (Failure to receive medications).
Pasien yang mempunyai masalah pengobatan yang mengakibatkan tidak menerima obat (misalnya karena alasan
pharmaceutical, fisiologi, sosiologi, atau ekonomi).
Contoh : Terjadi dispensing obat yang salah oleh praktisi kesehatan.
2.3 Tinjauan tentang Lanjut Usia
2.3.1 Definisi Lanjut Usia Warga lanjut usia yang tercantum dalam Undang-Undang no.
13/1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Pemerintah RI, 1998). Penggolongkan manula menjadi 4 berdasarkan WHO (Nugroho, 2006) yaitu :
a. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,
b. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,