ANALISIS PENGARUH EARNING PER SHARE, RETURN ON EQUITY, DEBT TO EQUITY RATIO DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA SAHAM Pada Perusahaan yang Tercantum di INDEKS BISNIS-27 Tahun 2014-2016 - UMBY repository

BAB II LANDASAN TEORI A. Pasar Modal dan Mekanisme Perdagangan Pasar modal merupakan pasar untuk berbagi instrumen keuangan

  (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public autorities, maupun perusahaan swasta (Husnan, 2001). Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari

  lender ke borrower. Fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan dana yang

  diperlukan oleh para borrowers dan para lenders menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut.

  Ada beberapa daya tarik pasar modal. Pertama, diharapkan pasar modal ini akan bisa menjadi alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan.

  Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang berupa surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan (saham). Dengan demikian, perusahaan bisa menghindarkan diri dari kondisi debt to equity ratio yang terlalu tinggi sehingga justru membuat cost of capital of the firm tidak lagi minimal. Kedua, pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Di samping itu investasi pada sekuritas mempunyai daya tarik lain, pada alokasi dana yang efisien. Hanya kesempatan-kesempatan investasi yang menjanjikan keuntungan yang tertinggi (sesuai dengan risikonya) yang mungkin memperoleh dana dari para lenders (Husnan, 2004).

  Di dalam pasar modal terdapat beberapa pasar yang memiliki kriteria- kriteria tersendiri. Kriteria pasar modal tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Pasar Perdana Menurut Mushawir (2017), Pasar perdana adalah penawaran efek dari suatu perusahaan kepada masyarakat (publik) oleh suatu indikasi penjaminan untuk pertama kalinya sebelum efek tersebut diperdagangkan di Bursa Efek. Mekanisme perdagangannya adalah sebagai berikut : pertama, saham atau efek yang diterbitkan oleh perusahaan penerbit (emiten) akan ditawarkan kepada investor oleh pihak penjamin emisi (underwriter) melalui perantara pedagang efek (broker-dealer) yang bertindak sebagai agen penjual saham. Proses ini disebut dengan Penawaran Umum Perdana (IPO).

  Penjamin Emisi Investor Emiten Agen Penjual

  Dana Efek

Gambar 2.1. Proses Perdagangan pada Pasar Perdana

  Prosedur penawaran dan pemesanan effek di pasar perdana dapat a. Penawaran perdana suatu saham atau obligasi suatu perusahaan kepada investor publik dilakukan melalui penjamin emisi dan agen penjual. Tata cara pemesanan saham atau obligasi seperti harga penawaran, jumlah saham yang ditawarkan, masa penawaran dan informasi lain yang penting harus dipublikasikan di surat berharga berskala nasional dan juga dibagikan ke publik dalam bentuk prospektus.

  b. Investor yang berminat dapat memesan saham atau obligasi dengan cara menghubungkan penjamin emisi atau agen penjual dan kemudian mengikuti prosedur yang telah ditetapkan.

  c. Investor kemudian melakukan pemesanan saham atau obligasi tersebut dengan disertai pembayaran.

  d. Penjamin emisi dan agen penjual mengumumkan hasil penawaran umum tersebut kepada investor yang telah melakukan pemesanan.

  e. Proses penjatahan saham atau obligasi (biasanya disebut dengan

  allotment ) kepada investor yang telah memesan dilakukan oleh penjamin

  emisi dan emiten yang telah mengeluarkan saham atau obligasi. Dalam proses penjatahan ini ada beberapa istilah yang harus diperhatikan.

  f. Undersubscribed, adalah kondisi dimana total saham atau obligasi yang dipesan oleh investor kurang dari total saham atau obligasi yang ditawarkan. Dalam kondisi ini semua investor akan mendapatkan saham atau obligasi sesuai dengan jumlah yang dipesannya.

  g. Oversubscribed, adalah kondisi dimana total saham atau obligasi yang ditawarkan. Dalam kondisi ini terdapat kemungkinan investor mendapatkan saham atau obligasi kurang dari jumlah yang dipesan atau bahkan tidak mendapatkan sama sekali.

  h. Apabila jumlah saham atau obligasi telah terjadi oversubscribed maka kelebihan dana investor akan dikembalikan (refund). i. Saham atau obligasi tersebut kemudian didistribusikan kepada investor melalui penjamin emisi dan agen penjual.

  2. Pasar Sekunder Pasar sekunder adalah pasar dimana efek-efek yang telah dicatatkan di Bursa Efek diperjualbelikan. Pasar sekunder memberikan kesempatan kepada para investor untuk membeli atau menjual efek-efek yang tercatat di bursa setelah terlaksananya penawaran perdana. Di pasar ini efek-efek diperdagangkan dari satu investor ke investor lain.

  Investor Broker BURSA Broker Investor Beli Beli

EFEK

  Jual Jual

  Dana Efek

Gambar 2.2 Proses Perdagangan Pada Pasar Sekunder

  Prosedur penawaran dan pemesanan effek di pasar sekunder dapat dijelaskan sebagai berikut : a.

  Sebelum dapat melakukan transaksi, investor harus menjadi nasabah di b.

  Selanjutnya investor tersebut harus mendepositkan sejumlah uang tertentu sebagai jaminan bahwa nasabah tersebut layak melakukan jual beli saham.

  c.

  Proses perdagangan atau transaksi saham dan obligasi di pasar sekunder diawali dengan order (pesanan) untuk harga tertentu.

  d.

  Perdagangan saham di BEI harus menggunakan satuan perdagangan (round lot) efek atau kelipatannya, yaitu 500 (lima ratus) efek.

  e.

  Pesanan jual atau beli oleh para investor dari berbagai perusahaan sekuritas akan bertemu di lantai bursa. Setelah terjadi pertemuan (match) antar order tersebut, maka proses selanjutnya adalah proses terjadinya transaksi.

  Mekanisme matching umumnya berdasarkan kriteria prioritas harga kemudian waktu.

  Sejak tahun 1995 proses perdagangan efek di pasar modal Indonesia telah menggunakan sistem terkomputerisasi yang disebut dengan JATS (Jakarta Automated Trading System) yang beroperasi berdasarkan sistem tawar menawar (auction) secara terus-menerus selama periode perdagangan. Perintah order beli dan jual dari investor dapat cocok (matched) berdasarkan prioritas harga dan waktu. Prioritas harga artinya siapapun yang memasukan order permintaan dengan harga beli (bid price) yang paling tinggi akan mendapatkan prioritas utama untuk dapat bertemu dengan siapa pun yang memasukkan order penawaran dengan harga jual memasukkan order beli atau jual terlebih dahulu akan mendapatkan prioritas pertama untuk dicocokkan (matched) oleh sistem.

  Bursa Efek Indonesia menggolongkan perdagangan saham ke dalam tiga pasar, yaitu : a.

  Pasar reguler. Saham di pasar reguler diperdagangkan dalam satuan lot dan berdasarkan mekanisme tawar menawar yang berlangsung secara terus menerus selama proses perdagangan. Harga-harga yang terjadi di pasar ini akan digunakan sebagai dasar perhitungan indeks di BEI.

  b.

  Pasar negosiasi. Pasar ini dilaksanakan berdasarkan tawar menawar individual antara anggota bursa beli dan anggota bursa jual dengan berpedoman pada kurs terakhir di pasar reguler.

  c.

  Pasar tunai. Pasar ini tersedia untuk menyelesaikan kegagalan anggota bursa dalam memenuhi kewajibannya di pasar reguler dan pasar negosiasi. Pasar tunai dilaksanakan dengan prinsip pembayaran dan penyerahan seketika (cash and carry).

  Perdagangan Efek di Pasar Reguler, Pasar Tunai dan Pasar Negosiasi dilakukan selama jam perdagangan pada setiap Hari Bursa dengan berpedoman pada waktu JATS.

  Hari Sesi Pertama Sesi Kedua Senin

  • – Kamis 09:30 sampai 12:00 WIB 13:30 sampai 16:00 WIB Jumat 09:30 sampai 11:30 WIB 14:00 sampai 16:00 WIB

B. Organisasi Pasar Modal Indonesia

  Struktur Pasar Modal Indonesia diatur oleh Undang-undang No. 08 tahun 1995 tentang pasar modal yang menjelaskan bahwa kebijakan umum di bidang pasar modal ditetapkan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia. Secara umum, struktur pasar modal di Indonesia seperti pada gambar berikut ini:

  MENTERI KEUANGAN BAPEPAM-LK Bursa efek Perusahaan Efek Perusahaan Efek Badan Usaha Lembaga Jakarta Lembaga Penunjang Pasar Penunjang Pasar Bursa efek Modal Modal Reksa Dana Surabaya Profesi Profesi KPEI Penunjang Penunjang KSEI Pemodal/ Agen/Penjualan Agen/Sub Agen Masyarakat Pasar Perdana Pasar Sekunder

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Pasar Modal Indonesia 1.

  Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Memiliki kewenangan untuk melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan Pasar Modal di Indonesia. Bapepam berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan. Tujuan adanya Bapepam yaitu untuk mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan a.

  Teratur : menjamin bahwa seluruh pelaku pasar modal wajib mengikuti ketentuan yang berlaku dan melaksanakannya secara konsisten.

  b.

  Wajar : seluruh pelaku pasar modal melakukan kegiatannya dengan memperhatikan standar dan etika yang berlaku di dunia bisnis serta mengutamakan kepentingan masyarakat banyak.

  c.

  Efisien : kegiatan pasar modal dilakukan secara cepat dan tepat dengan biaya yang relatif murah.

  Wewenang BAPEPAM dan LK antara lain :

  a. Memberikan izin usaha kepada: 1) Bursa Efek. 2) Lembaga Kliring dan Penjaminan. 3) Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian. 4) Reksa Dana. 5) Perusahaan Efek. 6) Penasehat Investasi. 7)

  Biro Administrasi Efek

  b. Memberikan izin orang perseorangan bagi: 1)

  Wakil Penjamin Emisi Efek 2)

  Wakil Perantara Pedagang Efek 3)

  Wakil Manajer Investasi 4)

  Wakil Agen Penjual Reksa Dana c. Memberikan persetujuan bagi Bank Kustodian. d.

  Mewajibkan Pendaftaran kepada Profesi Penunjang Pasar Modal, yaitu: 1)

  Notaris 2)

  Konsultan Hukum 3)

  Penilai 4)

  Akuntan 5)

  Wali Amanat e. Menetapkan Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran serta menyatakan, menunda atau membatalkan efektifnya pernyataan pendaftaran.

  f.

  Mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak dalam hal terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya.

  2. Perusahaan (Emiten) Memperoleh dana di Pasar Modal dengan melaksanakan penawaran umum atau investasi langsung (private placement).

  3. Self Regulatory Organizations (SRO) Adalah organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat peraturan yang berhubungan dengan aktivitas usahanya.

  Self Regulatory Organizations (SRO) terdiri dari : a.

  Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) Pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi Bank memperoleh izin usaha sebagai LPP oleh BAPEPAM adalah PT. KSEI (PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia).

  b.

  Bursa Efek Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek antara mereka. Tugas Bursa Efek : 1)

  Menyelenggarakan perdagangan Efek yang teratur, wajar dan Efisien,

  2) Menyediakan sarana pendukung serta mengawasi kegiatan anggota

  Bursa Efek, 3)

  Menyusun rancangan anggaran tahunan dan penggunaan laba Bursa Efek, dan melaporkannya kepada Bapepam.

  c.

  Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP), Pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan transaksi bursa agar terlaksana secara teratur, wajar, dan efisien. Lembaga yang telah memperoleh izin usaha sebagai LKP oleh BAPEPAM adalah PT. KPEI (PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia). Tugas LKP : 1)

  Menyediakan jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi yang teratur, wajar, dan efisien.

2) Mengamankan pemindahtanganan Efek.

4. Perusahaan Efek

  Adalah perusahaan yang mempunyai aktifitas sebagai Perantara Pedagang Efek, Penjamin Emisi Efek, Manajer Investasi, atau gabungan dari ketiga kegiatan tersebut.

  a. Penjamin Emisi Efek Salah satu aktivitas pada perusahaan efek yang melakukan kontrak dengan emiten untuk melaksanakan penawaran umum dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual. Kewajiban:

1) Mematuhi semua ketentuan dalam kontrak penjaminan Emisi.

  2) Mengungkapkan dalam prospektus adanya hubungan afiliasi atau hubungan lain yang bersifat material antara Perusahaan Efek dan

  Emiten. Penjamin Pelaksana Emisi Efek Bertugas : 1)

  Mejamin penjual Efek dan pembayaran keseluruhan nilai Efek yang diemisikan kepada Emiten.

  2) Mewakili para Penjamin Emisi Efek dalam hubungannya dengan Emiten dan pihak ketiga.

  3) Menetapkan bagian kewajiban masing-masing Penjamin Emisi

  Efek sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati dalam perjanjian antar Pemjamin Emisi Efek.

  4) Mengumpulkan semua hasil penjualan Efek dilakukan oleh para

  5) Menyerahkan hasil penjualan Efek kepada Emiten serta membayar Efek yang tidak terjual tepat pada tanggal yang disepakati.

  Penjamin Peserta Emisi Efek, bertugas:

1) Mengatur pengelolaan serta penyelenggaraan Emisi Efek.

  2) Mengkoordinasikan seluruh Penjamin Emisi Efek dalam hal pelaksanaan penjaminan Efek, serta kegiatan-kegiatan lainnya sesuai dengan kewajiban para Penjamin Emisi Efek.

  3) Menjamin penjualan Efek dan pembayaran nilai Efek kepada

  Penjamin Pelaksana Emisi Efek sesuai dengan bagian penjaminan yang diambil (disepakati dalam perjanjian).

  Perjanjian Penjaminan 1)

  Penjaminan Emisi dengan kesanggupan penuh (full commitment

  underwriting )

  Penjamin Emisi disamping menyanggupi untuk menawarkan Efek tersebut kepada masyarakat, juga menyanggupi untuk membeli sendiri Efek yang tidak habis terjual.

  b) Penjaminan Emisi dengan kesanggupan siaga (stand by

  commitment underwriting )

  Penjamin Emisi disamping menyanggupi untuk menawarkan Efek tersebut kepada masyarakat juga menyanggupi untuk membeli sisa Efek yang tidak habis terjual pada suatu tingkat harga tertentu sesuai dengan syarat yang diperjanjikan. c) Penjaminan Emisi dengan Kesanggupan terbaik (best efforts

  underwriting )

  Penjamin Emisi hanya mempunyai kewajiban untuk menawarkan Efek tersebut sebaik-baiknya dan apabila tidak habis terjual maka Efek tersebut akan dikembalikan ke Emiten.

  d) All-or-none offering (kesanggupan semua atau tidak sama sekali) Penawaran akan dibatalkan apabila tidak terjual semua.

  e) Minimum – maksimum (paling sedikit – paling banyak)

  Penawaran Efek akan dibatalkan apabila tidak tercapai batas minimum.

  b.

  Perantara Pedagang Efek Salah satu aktifitas pada perusahaan efek yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain.

  Kewajiban: 1)

  Mendahulukan kepentingan nasabah sebelum melakukan transaksi untuk kepentingan sendiri.

  2) Dalam memberikan rekomendasi kepada nasabah untuk membeli atau menjual Efek wajib memperhatikan keadaan keuangan dan maksud serta tujuan investasi dari nasabah.

  3) Membubuhi jam, hari, dan tanggal atas semua pesanan nasabah pada formulir pemesanan. Memeberikan konfirmasi kepada nasabah sebelum berakhirnya hari bursa setelah dilakukan

  4) Menerbitkan tanda terima setelah menerima Efek atau uang dari nasabah.

  5) Menyelesaikan amanat jual/beli dari pemberi amanat. 6) Menyediakan data dan informasi bagi kepentingan para pemodal. 7) Membantu mengelola dana bagi kepentingan para pemodal. 8) Memberikan saran kepada para pemodal.

  c.

  Manajer Investasi, Pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola Portofolio Investasi Kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan perundangundangan yang berlaku. Tugas manajer investasi : 1)

  Mengadakan riset 2)

  Menganalisa Kelayakan investasi

3) Mengelola dana portofolio.

  d.

  Penasihat Investasi Pihak yang member nasihat kepada pihak lain mengenai penjualan atau pembelian efek.

  Tugas: 1)

  Memberikan nasehat kepada pihak lain 2)

  Melakukan riset

  4) Memberikan analisa di bidang Efek dengan memperoleh imbalan tertentu

  5) Wajib memelihara segala catatan yang berhubungan dengan nasehat yang diberikan.

5. Lembaga Penunjang Pasar Modal a.

  Biro Administrasi Efek Pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek. Tugas BAE adalah untuk mendaftarkan dan mengadministrasikan saham yang pemodal beli menjadi atas nama pemodal tersebut.

  b.

  Kustodian Pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.

  1) Jasa yang diberikan Kustodian:

  a) Menyediakan TPH (tempat penitipan harta) yang aman bagi surat-surat berharga (Efek).

  b) Mencatat dan membukukan semua penitipan pihak lain secara cermat. (jasa administrasi).

  c) Mengamankan semua penerimaan dan penyerahan Efek untuk d) Mengamankan pemindahtanganan Efek.

  e) Menagih deviden saham, bunga obligasi, dan hak-hak lain yang berkaitan dengan surat berharga yang dititipkan.

  2) Yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai kustodian:

  a) Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP),

  b) Perusahaan efek,

  c) Bank umum. 3)

  Wali Amanat Pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang.

  Tugas :

  a) Mewakili kepentingan pemegang Efek bersifat utang baik di dalam maupun di luar pengadilan.

  b) Memberikan ganti rugi kepada pemegang Efek bersifat utang atas kerugian karena kelalaiannya dalam pelaksanaan tugasnya sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya serta kontrak perwaliamanatan.

  6. Profesi Penunjang Pasar Modal a.

  Akuntan Publik b.

  Notaris c. Konsultan Hukum d.

  Perusahaan Penilai

C. Saham

  Menurut Sunariyah (2011), saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Dengan demikian apabila seorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik dan disebut pemegang saham perusahaan.

  Menurut Jogiyanto Hartono (2016) saham (stock) adalah hak kepemilikan perusahaan yang dijual. Saham (stock) terdapat tiga jenis, yaitu :

  1. Saham Biasa (common stock) Saham biasa adalah saham yang mana jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham. Saham biasa sendiri memilik hak untuk pemegangnya di antaranya hak kontrol, hak menerima pembagian keuntungan, dan hak preemptif (hak presentasi).

  2. Saham Preferen (preferred stock) Saham preferen merupakan saham yang sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Pada saham ini sendiri memiliki banyak keistimewahan.

  3. Saham Treasuri (treasury stock) Saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan sebagai treasuri yang nantinya dapat dijual kembali.

  Sesuai dengan definisi saham di atas maka saham juga dapat diartikan sebagai surat bukti atau kepemilikan bagian modal suatu perusahaan dan juga merupakan salah satu sekuritas sumber dana yang diperoleh perusahaan yang berasal dari pemilik modal dengan konsekuensi perusahaan harus membayar deviden kepada pembeli sekuritas atau pemilik sekuritas dalam hal ini saham.

  Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004) Sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut, dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya. Sekuritas ini sendiri terdiri dari tiga jenis yakni obligasi, saham dan instrumen jangka pendek. Sedangkan untuk saham sendiri, apabila pemodal atau investor membeli saham, berarti pemodal atau investor itu telah membeli prospek perusahaan, dan jika prospek perusahaan itu membaik maka harga saham tersebut meningkat. Memiliki saham berarti memiliki perusahaan. Kalau pemodal atau investor memiliki 1% dari seluruh saham yang diedarkan perusahaan, berarti kepemilikanya juga sebesar 1%. Penghasilan yang dinikmati oleh pembeli saham dalam hal ini pemodal atau investor adalah pembagian deviden dari saham tadi dan juga keuntungan lain dapat diperoleh dari kenaikan harga saham tersebut (capital gains). Dengan demikian dipandang dari segi kepastian, maka penghasilan pemilik saham atau pemodal tadi tidak pasti. Hal ini disebabkan karena pembayaran deviden sendiri akan dipengaruhi oleh prospek perusahaan yang tidak pasti.

D. Harga Saham

  Menurut Fred dan Copeland (dalam Ina Rinati, 2011) selembar saham mempunyai nilai atau harga yang dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :

  1. Harga Nominal Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena deviden minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

  2. Harga Perdana Harga pada waktu saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.

  3. Harga Pasar Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini yang disebut sebagi harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.

  Menurut Jogiyanto Hartono (2016) yang mana mengungkapkan harga saham sebagai nilai saham, menjelasakan bahwa nilai (harga) saham terdiri dari tiga nilai (harga) saham yang mana sebagai berikut: 1.

  Nilai Buku (book value) Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan emiten.

  Yang mana nilai buku sendiri dipengaruhi oleh nilai-nilai lain seperti nilai nominal (par value), agio saham (additional paid capital atau in excess of par

  value ), nilai modal yang disetor (paid in capital), dan laba yang ditahan (retained earnings).

  2. Nilai Pasar (market value) Nilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa.

  3. Nilai Intrinsik (intrinsic value) Nilai intrinsik (intrinsic value) atau nilai fundamental (fundamental value) adalah nilai seharusnya dari suatu saham perusahaan atau nilai sebenarnya suatu saham perusahaan.

  Harga saham pada umumnya menunjukkan harga yang tercipta dari adalah pergerakan yang dilakukan oleh penjual dan pembeli. Sehingga yang dimaksud dengan harga saham adalah harga pasar saham. Kerena harga itu merupakan perwujudan dari harga atau nilai sekarang (present value) yang berlaku pada pasar saham.

  Menurut Jumiyanti Indah Lestari (2004) saham perusahaan publik, sebagai komoditi investasi tergolong beresiko tinggi, karena sifat komoditasnya yang sangat peka terhadap perubahan yang terjadi, baik perusahaan di luar negeri maupun di dalam negeri, perubahan politik, ekonomi, dan moneter. Perubahan tersebut dapat berdampak positif yang berarti naiknya harga saham atau yang berdampak negatif yang berarti turunya harga saham. Dari penjelasan ini dapat dimaknai bahwa harga saham sangatlah dinamis dalam mengalami perubahan dari waktu ke waktu dan perubahan harga saham ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Fluktuasi saham yang disebabkan oleh faktor tersebut memberikan dampak pada harga saham yang berada di pasar saham atau bursa yang mana bisa berdampak positif maupun negatif.

  Harga saham dapat mengalami perubahan karena adanya pengaruh dari faktor-faktor lain. Menurut Ina Rinati (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu: 1.

  Faktor yang bersifat fundamental.

  Faktor fundamental sendiri merupakan faktor yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya diantaranya seperti: a.

  Kemampuan manajemen dalam mengelolah kegiatan operasional perusahaan.

  b.

  Prospek bisnis perusahaan di masa akan datang.

  c.

  Prospek pemasaran dari bisnis yang dilakukan.

  d.

  Perkembangan teknologi yang digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan.

  e.

  Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.

2. Faktor yang bersifat teknis

  Faktor teknis yaitu faktor yang menyajikan informasi dan menggambarkan pasaran suatu efek, baik secara individu maupun secara kelompok. Yang mana sebagai berikut: a.

  Perkembangan kurs b.

  Keadaan pasar modal c. Volume dan frekuansi transaksi suku bunga d.

  Kekuatan pasar modal dalam mempengaruhi harga saham suatu perusahaan.

3. Faktor sosial politik

  Faktor sosial politik adalah faktor yang timbul dari kegiatan sosial politik dalam suatu negara, yang mana sebagai berikut: a.

  Tingkat inflasi yang terjadi b.

  Kebijakan moneter yang dilakukan oleh pemerintah c. Kondisi perekonomian

E. Indeks Harga Saham

  Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, kebutuhan untuk memberikan informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat mengenai perkembangan bursa, juga semakin meningkat. Salah satu informasi yang diperlukan adalah indeks harga saham sebagai cerminan dari pergerakan harga saham. PT. Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik sebagai salah satu pedoman bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal.

  1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua emiten yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Saat ini beberapa emiten tidak dimasukkan dalam perhitungan IHSG, misalnya emiten-emiten eks Bursa Efek Surabaya karena alasan tidak (atau belum ada) aktivitas transaksi sehingga belum tercipta harga di pasar.

2. Indeks Sektoral, menggunakan semua emiten yang ada pada masing-masing sektor.

  3. Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan 30 emiten yang masuk dalam kriteria syariah, (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK) dan termasuk saham yang memiliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi.

  4. Indeks Kompas 100, menggunakan emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.

  5. Indeks LQ45, menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapatalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.

  6. Indeks BISNIS-27, menggunakan 27 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerjasama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan Harian Bisnis Indonesia.

  7. Indeks PEFINDO25, menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerjasama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO.

  8. Indeks SRI-KEHATI, menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerjasama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan KEHATI.

  9. Indeks Papan Utama, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan utama.

  10. Indeks Papan Pengembangan, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan pengembangan.

  11. Indeks Individual, yaitu indeks harga saham masing-masing emiten.

  Seluruh indeks yang terdapat di BEI menggunakan metode perhitungan yang sama, yaitu metode rata-rata tertimbang berdasarkan jumlah saham tercatat. Perbedaan utama pada masing-masing indeks adalah jumlah emiten dan nilai dasar yang digunakan untuk penghitungan indeks. Indeks-indeks tersebut ditampilkan terus menerus melalui display wall di lantai bursa dan disebarkan

F. Analisis Harga Saham

  Dengan fluktuasi yang terjadi pada harga saham yang mana disebabkan oleh faktor-faktor di atas maka dibutuhkan kemampuan dari investor dalam menganalisis harga saham. Menurut Jogiyanto Hartono (2016) dua macam analisis yang banyak digunakan adalah analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis) atau analisis perusahaan dan analisis teknis (technical analysis). Analisis fundamental menggunakan data yang fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, deviden yang dibayar, penjualan dan lain sebagainya), sedangkan analisis teknis menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume transaksi saham) untuk menentukan nilai dari saham.

  Sedangkan menurut Pudjiastuti (dalam Patriawan, 2011) perkiraan harga saham yang akan datang dalam penentuan keputusan investasi terdapat 2 macam analisis yaitu : 1.

  Analisis Teknikal Analisis teknikal adalah menganalisis harga saham berdasarkan informasi yang mencerminkan kondisi perdagangan, keadaan pasar, permintaan dan penawaran harga pasar saham, fluktuasi kurs, volume transaksi pada masa yang lalu. Harga saham juga ditentukan oleh kekuatan pasar (permintaan dan penawaran). Informasi yang digunakan adalah kondisi perdagangan saham, fluktuasi kurs dan volume transaksi yang terjadi di pasar modal.

2. Analisis Fundamental

  Analisis fundamental adalah analisis yang mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai-nilai faktor fundammental yang mempengaruhi haraga saham di masa yang akan datang dan mengharapkan hubungan-hubungan variabel tersebut sehingga memperoleh taksiran saham.

  Perubahan harga saham yang begitu cepat di pasar saham atau bursa efek membuat investor kadang takut dalam melakukan pembelian, hal ini disebabkan saham merupakan salah satu sekuritas yang mana resiko kegagalanya begitu besar, sehingga analisis yang bagus sangat dibutuhkan oleh investor. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis harga saham yang mana secara fundamental, di sini akan dilakukan analisis berdasarkan kinerja keuangan perusahaaan yang mana diukur dengan rasio keuangan perusahaan. Menurut Ferdianto (2014) rasio keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan hubungan antara berbagai macam akun (accounts) dari laporan keuangan yang mencerminkan keadaan keuangan serta hasil operasional perusahaan.

G. Analisis Rasio Keuangan

  Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2015) analisis rasio keuangan dilakukan untuk mempermudah penganalisa (analis) memahami kondisi keuangan perusahaan. Dengan melihat angka-angka apa adanya yang tercantum tentang kondisi perusahaan. Untuk melakukan analisis rasio keuangan diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mengukur aspek-aspek tertentu.

  Rasio keuangan sendiri dapat dikelompokan menjadi 5 (lima) jenis berdasarkan ruang lingkup atau tujuan yang ingin dicapai (Robert Ang dalam Patriawan, 2011) di antaranya yaitu: 1.

  Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios) Rasio ini berfungsi untuk mengukur kemampuan jangka pendek (kurang dari satu tahun) perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Rasio ini sendiri dapat dibagi menjadi tiga yaitu: Current Ratio (CR), Quik Ratio (QR) dan Nat Working Capital (NWC).

  2. Rasio Aktivitas (Activity Ratios) Rasio ini menunjukan kemampuan serta efisiensi perusahaan di dalam memanfaatkan harta-harta yang dimilikinya. Rasio aktivitas sendiri terbagi menjadi lima yaitu : Total Asset Turnover (TAT), Fixed Asset Turnover (FAT), Accounts Receivable Turnover (ART), Avarage Collection Period (ACP) dan Days Sales in Inventory (DSI).

  3. Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas (Profitability Ratio) Rasio ini menunjukan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan. Rasio ini sendiri dapat dibagi menjadi 6 (enam) jenis yaitu:

  (GPM), Net Profit Margin (NPM), Operating Return

  Gross Proffit Margin On Assets (OPROA), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan

  4. Rasio Solvabilitas atau Leverage (Solvability Ratio) Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kemampuan jangka panjangnya rasio ini juga sering disebut dengan rasio leverage namun pada dasarnya sama yaitu untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio ini sendiri terdiri dari beberapa jenis seperti : Debt Ratio (DR), Debt To Equity Ratio (DER), Long-Term Debt

  To Equity Ratio (LDTER), Times Interest Earned (TIE) dan Cash Flow Ratio

  (CFR), 5. Rasio Pasar (Market Ratio)

  Rasio ini menunjukan informasi penting yang diungkapkan dalam basis per saham. Rasio ini terdapat tujuh jenis yaitu : Dividen Yield (DY), Dividend Per Share (DPS), Earning Per Share (EPS), Dividend Payout Per Ratio (DPR), Price Earning Ratio (PER), Book Value Per Share (BVS) dan Price toBook Value (PBV).

  Pada penelitian ini sendiri rasio keuangan yang digunakan hanya terdiri dari 4 (empat) rasio keuangan yang mana dijabarkan sebagai berikut:

  1. Earnings Per Share (EPS) Menurut Darmadji dan Fakhruddin (dalam Patriawan, 2011) Earnings

  Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan

  (laba bersih) dari jumlah saham yang beredar. Earnings Per Share (EPS) dengan rumus sebagai berikut : Laba Bersih

  Sedangkan menurut Abied Luthfi Safitri (2013) Earnings Per Share (EPS) sendiri merupakan perbandingan yang menunjukan antara besarnya keuntungan bersih yang diperoleh investor atau pemegang saham terhadap jumlah lembar saham. Semakin tinggi nilai Earnings Per Share (EPS) maka keuntungan dari pemegang saham semakin besar.

2. Return On Equity (ROE)

  Menurut Mardiyanto (dalam Ina Rinati,) Return On Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi para pemegang saham. Return On Equity (ROE) dianggap sebagai representasi dari kekayaan pemegang saham atau nilai perusahaan. Sedangkan menurut Harahap dan Sofyan (2007) Return On

  Equity (ROE) digunakan untuk mengukur besarnya pengembalian terhadap

  investasi para pemegang saham. Angka tersebut menunjukan seberapa baik manajemen memanfaatkan investasi pemegang saham.

  Adapun menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhrudin (dalam Patriawan, 2006) Return On Equity (ROE) merupakan rasio keuangan yang banyak digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, khususnya menyangkut profitabilitas perusahaan. Return On Equity (ROE) untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas modalnya sendiri. Sehingga dapat dikatakan bahwa rasio ini mengukur kinerja keuangan pada suatu perusahaan dari sisi profitabilitas yang mana mengambil perbandingan atas laba bersih yang didapat oleh perusahaan terhadap modal yang dimiliki perusahaan dalam hal ini modal sendiri. Return On Equity (ROE) dapat dirumuskan sebagai berikut:

  Laba Bersih ROE =

  Modal Sendiri 3. Debt To Equity Ratio (DER)

  Debt To Equity Ratio (DER) merupakan rasio utang yang paling

  sering digunakan dalam menghitung atau mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi utang atau kewajibannya. Besarnya utang yang terdapat dalam struktur modal perusahaan sangat penting untuk memahami perimbangan antara resiko dan laba yang didapat (Ricky Setiawan, 2011).

  Utang dapat memberikan sokongan dana bagi perusahaan yang ingin mengembangkan perusahaannya namun utang juga membawa resiko karena setiap utang pada umumnya akan menimbulkan beban bagi perusahaan berupa kewajiban untuk membayar beban bunga beserta cicilan kewajiban pokoknya secara periodik. Debt To Equity Ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut:

  Total Utang DER =

  Modal Sendiri 4. Net Profit Margin (NPM)

  (NPM) adalah sebuah pengukuran untuk mengukur

  Net Profit Margin

  presentase keuntungan perusahaan setelah dikurangi semua biaya dari dalam rasio profitabilitas karena merupakan rasio perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini menggambarkan laba bersih perusahaan yang dibandingkan dengan penjualan (Ferdianto, 2014). Sedangkan menurut Bastian dan Suhardjono (2008) Net Profit Margin (NPM) adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar Net Profit

  Margin (NPM) maka perusahaan akan semakin produktif dan dari hasil

  tersebut akan meyakinkan para penanam modal atau investor. Hal ini dikarenakan hubungan antara laba bersih sesudah pajak dengan penjualan bersih menunjukan kemampuan manajemen dalam mengendalikan perusahaan menuju keberhasilan dan hasil dari itu akan menyisahkan margin tertentu sebagai kompensasi bagi para investor yang telah memberikan modal.

  Presentase Net Profit Margin (NPM) dapat dirumuskan sebagai berikut: Laba Bersih

  NPM = Penjualan H.

   Penelitian Terdahulu 1.

  Dwitama Patriawan (2008 Penilitian ini dilakukan dengan mengambil sampel 15 perusahaan dari 24 perusahaan Wholesale and Retail Trade yang terdaftar di Bursa efek Indonesia periode 2006-2008. Penelitiannya menggunakan kinerja perusahaan yang mana menggunakan rasio pasar Earning Per Share (EPS),

  (DER) untuk melihat pengaruhnya terhadap harga saham. Hasil penilitian ini menunjukan Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, Return On Equity (ROE) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham. Sedangkan untuk Dept to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap harga saham. Sehingga dari penilitian yang dilakukan harga saham dipengaruhi oleh Earning Per

  Share (EPS).

2. Ina Rinati (2011)

  Penilitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh baik secara simultan dan parsial dari faktor variabel keuangan yang terdiri dari Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap harga saham. Sampel yang digunakan adalah laporan keuangan 11 perusahan yang terdaftar di Indeks 45 pada periode 2004-2008. Hasil dari penilitian ini sendiri diketahui bahwa Net Profit Margin (NPM), Return On

  Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) secara simultan mempengaruhi

  harga saham. Secara parsial Net Profit Margin (NPM) dan Return On Equity (ROE) tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham sedangkan variabel yang lain yaitu Return On Asset (ROA) berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham namun tidak diteliti dalam penelitian ini.

  3. Rescyana Putri Hutami (2012) Melakukan penelitian tentang pengaruh Dividend Per Share (DPS), Return perusahaan industri manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2006-2010. Sampel penilitian sendiri berjumlah 31 perusahaan dari 152 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006-2010, hasil penelitian menunjukan bahwa Dividend Per

  Share (DPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham

  perusahan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI),

  Return On Equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga

  saham perusahan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Net Profit Margin (NPM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel inpenden ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

  4. Dorothea Ratih (2013) Sampel dari penelitian ini sebanyak 30 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2010-2012. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mengetahui pengaruh Earning Per Share (EPS),

  Price Earning Ratio (PER), Debt Equity Ratio (DER), Return On Equtiy

  (ROE) terhadap harga saham sektor pertambangan. Hasil dari penelitian ini secara parsial Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan

  Return On Equtiy (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga

  saham, sedangkan Debt Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan dan negatif terhadap harga saham. Berdasarkan uji simultan Earning Per Share

  Equtiy (ROE) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham sektor pertambangan.

  5. Very Dwi Nugroho (2015) Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yang terdiri dari

  Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA), Debt To Equity Ratio

  (DER), Price Earning Rasio (PER), Dividend Per Share (DPS), terhadap

  Stock Price di perusahaan Property and Real Estate yang tercatat pada BEI

  periode 2010-2013. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 dari 46 perusahaan. Hasil penelitiannya secara simultan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap harga saham tetapi secara parsial, variabel dari Net Profit Margin (NPM) dan Debt To Equity

  Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan Return On Asset (ROA), Price Earning Rasio (PER) dan Dividend Per Share

  (DPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

  6. Safitri (2016) Penelitiannya menggunakan rasio Price Earning Ratio (PER), Return On

  Equtiy (ROE) dan Debt Equity Ratio (DER) untuk mengetahui pengaruh

  ketiga rasio tersebut terhadap harga saham pada perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 15 perusahaan pembiayaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2015. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa

  Debt Equity Ratio (DER) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

  harga saham pada perusahaan sub-sektor lembaga pembiayaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) baik secara parsial maupun simultan.

I. Kerangka Pemikiran

  Dari penjelasan teoritis dan hasil penelitian-penetilian terdahulu maka maka yang menjadi variable dalam penelitian ini adalah Earning Per Share (X

  1 ), Return On Equity (X 2 ), Debt to Equity Ratio (X 3 ) dan Net Profit Margin (X 4 )

  sebagai variable independen (bebas) dan harga saham (Y) sebagai variable dependen (variabel terikat) sehingga kerangka pemikiran yang terbentuk adalah sebagai berikut :

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran J.

   Hipotesis 1.

  Earning Per Share (EPS) dan Harga Saham Rasio Earning Per Share (EPS) adalah suatu rasio yang mana melakukan

  X

  5 X

  2 X

  3 X

  4 X

Dokumen yang terkait

PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO , NET PROFIT MARGIN DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PT MANDOM INDONESIA Tbk

0 0 14

PENGARUH EARNING PER SHARE, RETURN ON EQUITY DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 1 9

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), RETURN ON EQUITY (ROE), DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP HARGA PENUTUPAN SAHAM (Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2016)

0 0 9

SKRIPSI PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), PRICE EARNINGS RATIO (PER), RETURN ON ASSET (ROA), NET PROFIT MARGIN (NPM) DAN DEBT TO EQUITY RATIO (DER) TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 1 13

PENGARUH CURRENT RATIO (CR), DEBT TO EQUITY (DER), NET PROFIT MARGIN (NPM), PRICE EARNING RATIO (PER) TERHADAP HARGA SAHAM DENGAN EARNING PER SHARE (EPS) SEBAGAI VARIABEL MODERASI

0 0 159

ANALISIS PENGARUH RETURN ON EQUITY, EARNING PER SHARE, DEBT TO EQUITY RATIO DAN PRICE EARNING RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PLASTIC AND GLASS YANG GO PUBLIC DI BEI SKRIPSI

0 1 20

ANALISIS PENGARUH EARNING PER SHARE, DEBT TO EQUITY RATIO DAN KURS TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN PADA INDEKS LQ 45 BURSA EFEK INDONESIA

0 0 21

ANALISIS PENGARUH RETURN ON EQUITY, EARNING PER SHARE, NET PROFIT MARGIN TERHADAP CASH DIVIDEND PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 20

PENGARUH EARNING PER SHARE, RETURN ON EQUITY, DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PROPERTY DAN REALESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2014

0 0 13

PENGARUH EARNING PER SHARE, RETURN ON EQUITY, DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2014-2016

0 0 10