Analisis tingkat stres kerja staf Sales Promotion Girl [SPG] produk kosmetik di Kota Yogyakarta - USD Repository

  

ANALISIS TINGKAT STRES KERJA STAF SALES PROMOTION GIRL

(SPG) PRODUK KOSMETIK DI KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S1)

Program Studi Manajemen

  

Disusun Oleh :

  

C. Neni Ike Wulandari

NIM : 002214134

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

  

PERSEMBAHAN

  

Terpujilah TUHAN ALLAH semesta raya, IA menjadikan

segalanya tepat dan indah pada waktunya…………………”

Jesus Christus, Allah Bapa yang hidup. Thank u for guiding me in every step of

the way, for giving me blessing N unconditional love. I thank U coz I know

You are there N You’ll always be there for me. Semua y ang

t er j adi dal am hi dupk u, k us er ahk an pada –

PLANNING MY LIFE. YOU ARE THE BEST

  Mu. Thank u for Karya kecilku ini kupersembahkan untuk :

  Jess Christus Yang Maha Kuasa Papa R. Y. KARYOTO & Mama F. ETI SUSIATI tersayang, terimakasih untuk semua kasih sayang, doa, support dan kesabarannya selama ini. Love U ALL…….

  Mbak – mbak ku “ LOLA, POPI, RURI”& Suami – suami mbk ku terimakasi atas kasih dan suportnya serta doanya

  Untuk keponakan – keponakanku “ PINKAN, MARCEL, ANDIKA “ yang selalu bikin Bunda kangen. Bunda sayang kalian

  Buat SAYANG – KU “YULI & NOVI “ makasi ya untuk kasih sayAng

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Allah Bapa di Surga atas segala kasih dan anugerah

yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “ Analisis Tingkat Stres pada Sales Promotion Girl ( SPG )

Produk Kosmetik di Kota Yogyakarta “

  Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah

satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma.

  Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih atas

bantuan dan dorongan dari semua pihak yang turut berperan dalam penyelesaian

skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

  

1. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, MS, selaku Dekan Fakultas Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta

  

2. Bapak V. Mardi Widyadmono, SE. MBA, selaku Dosen Pembimbing Satu

yang telah sabar dan banyak memberikan pengarahan dan masukannya sehingga skripsi ini dapat selesai

  

3. Bapak Drs. V. Supriyanto, SU, selaku Dosen Pembimbing Dua yang telah

sabar dan banyak memberikan pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat selesai

  4. Bapak Drs. Th. Sutadi, MBA, selaku Dosen Tamu Penguji

5. Papa & Mama tersayang. Doain dhek dapat kerja ya……….. dan sukses.

  Muach………..

  6. Mbk2ku dan suami msg2. Heeeeeheee. Makaciiiiiiiii

7. Keponakan – keponakanku yang selal bikin aku kangen untuk pulang.

  Muach……….

  

8. Sayang – ku ……. Love u………. cepat selesaikan kuliahnya n cari kerja

  

Code”…. Tapi jangan lupa selesaikan tanggung jawab masing – masing

ya….

  10. Teman – temanku di Padang, Lesuik, Ola, Ipeh, Kucai, Boy, Riki (Cha).

  Aqu….kangen!!!!!!!!!!!!!

  11. Cah – cah Pondok MELATI yang ruame tenan, Tante, Cebong, Keke, Bekti,

Olong, Jenong, Cheril, Sherly, Pink, Grace, Mbk Yuni, Pidelz, Mince,

Swett, Ka2k, Omzq, Oliv N buanyak lagi…….. Jangan lupa tetap kompak

ya walaupun ribut2 kecil…..

  12. Temen – temen kampusku “ Eno, Phe Bhe, Rusman, Yos, n yang blm selesai “. Cepetan kelarin……….

  13. Anak – anak HOLDEN “ Decky, Ipang, Berta, Yo2k, Alid, Om Joko n Lainnya”. JANGAN MABOK TEYUZZZZ YA…….

  Penulis menyadari bahwa hasil karya penulis ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhirnya penulis berharap semoga hasil karya penulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

  Yogyakarta, September 2007 Penulis

  DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul ……………………………………………………… i

  Halaman Persetujuan Pembimbing ……………………………….... ii Halaman Pengesahan Skripsi ………………………………………. iii Halaman Pernyataan ……………………………………………….. iv Persembahan ……………………………………………………….. v Kata Pengantar ……………………………………………………… vi

Daftar Isi ………………………………………………………….... viii

Intisari …………………………………………………………….... x

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………………………..

  1 B. Rumusan Masalah …………………………………....

  4 C. Batasan Masalah ………………………………….......

  4 D. Tujuan Penelitian ……………………………………..

  6 E. Manfaat Penelitian …………………………………....

  6 F. Sistematika Penulisan ………………………………...

  7 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Stres Kerja ………………………………..

  8 B. Penyebab – penyebab Stres kerja …………………….

  10 C. Akibat – akibat Stres Kerja …………………………...

  19 D. Pengaruh Faktor – faktor Penyebab Stres Terhadap Tingkat Stres ………………………………………………………... 20 E. Kerangka Penelitian …………………………………..

  23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………………………………………..

  25

E. Metode Pengumpulan Data ……………………………….. 27 F. Metode Pengujian Instrumen …………………………….

  29 G. Metode Analisis Data …………………………………..

  31 BAB IV ANALISIS DATA A. Uji Validitas dan Reliabilitas ………………………....

  35 B. Profil Responden ……………………………………..

  38 C. Pengelompokan dan Penamaan Faktor ……………….

  41 D. Analisis Penilaian SPG Terhadap Faktor – Faktor Penyebab Stres

dan Tingkat Stres ……………………………………..

  44 E. Analisis Pengaruh Faktor – faktor Penyebab Stres Terhadap Tingkat

Stres …………………………………………………..

  50 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………...

  53 B. Saran ………………………………………………….

  53 Daftar Pustaka ……………………………………………………....

  56 Lampiran – lampiran ………………………………………………..

  57

  

ANALISIS TINGKAT STRES STAF SALES PROMOTION GIRL (SPG)

PRODUK KOSMETIK DI KOTA YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

Nama : C. Neni Ike Wulandari

  NIM : 002214134

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stres yang dirasakan

oleh Sales Promotion Girl (SPG) produk kosmetik di tempat kerja. Metode

pengambilan sampel yang digunakan adalah Proporsional Sampling. Sampel

penelitian ini sebanyak 30 orang responden di Kota Yogyakarta. Analisis data

menggunakan analisis faktor dan analisis regresi linier berganda.

  Dalam penelitian ini penulis memilih enam (6) faktor yang menjadi

penyebab stres, yaitu factor beban kerja, tuntutan peran, peraturan kerja,

kepemimpinan, lingkungan kerja , dan faktor konsumen yang menyulitkan.

Analisis mean arithmatic Menunjukkan bahwa penilaian karyawan terhadap

faktor-faktor penyebab stres adalah cukup (2,34 sampai dengan 3,66), kecuali

faktor tuntutan peran yang termasuk kategori rendah yaitu 1,33 sampai dengan

2,33. Uji F menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab stres secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap tingkat stres SPG produk kosmetik.

  Kata kunci : Sales Promotion Girl (SPG), stres dan kosmetik

  

ABSTRACT

This research was conducted to know stress level of Sales Promotion Girl

(SPG) of cosmetics products in their work place. Research samples unit was

collected with proportional sampling method. There were 30 samples used in this

study in Yogyakarta. Data were analyzed with factors analyses and multiple

regression analyses.

  In this research, researcher identified 6 factors which caused stress. They

factor’s were work load, demand role, work regulation, leadership, work

environment and complicated customer factor. Results from mean arithmetic

analyses showed that employee assessment on factors affecting stress was

moderate category (2,34 – 3,66) except demand role factors which included low

category (1,33 – 2,33). F test showed that 6 factors identified previously

significantly influenced SPG’s level stress rate simultaneously.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah umum yang sangat sensitif bagi karyawan adalah stres dan

  

perubahan. Perubahan yang sangat luar biasa dibutuhkan kemampuan untuk

merespon perubahan tersebut dengan lebih cepat sehingga mengakibatkan

stres atau tekanan pada karyawan. Pimpinan manajemen di banyak perusahaan

karena dorongan hutang atau ketidakefisienan berusaha mengubah susunan

perusahaan menjadi lebih fleksibel. Secara individu karyawan terlibat dalam

perubahan ini dan harus membiasakan diri dengan perubahan tersebut. Tetapi

sangat sedikit perusahaan yang membekali karyawannya dengan keahlian,

strategi dan sumber daya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tesebut.

  Sales Promotion Girl (SPG) merupakan salah satu tenaga penjualan perusahaan yang lebih difokuskan pada kegiatan promosi langsung kepada konsumen. SPG biasanya ditempatkan di toko-toko, swalayan, atau supermarket, mereka memberikan penjelasan yang lebih rinci kepada

konsumen atas produk yang mereka jual. SPG terlibat dalam hubungan yang

lebih kompleks dan penting yaitu dengan elemen dalam perusahaan dan dengan konsumen. SPG memiliki peranan komunikasi yang penting dalam

menjembatani produk suatu perusahaan dengan konsumen. Mereka juga harus

  

perusahaan, terkadang dibawah kondisi yang sangat tertekan, dan setelah jam

kerja mereka pulang kerumah menjalankan peran mereka yang lain.

  Scherer dan Brodzinski mendefinisikan stress sebagai interaksi antara

individu dan lingkungannya yang disebabkan karena perubahan fisik maupun

psikologi akibat dari deviasi dari keadaan normal (Davisson, 1994). Stres

dapat terjadi karena faktor internal maupun eksternal. Faktor eksternal seperti

tingkat penerangan yang rendah atau ventilasi yang kurang, sedangkan faktor

internal seperti sikap individu dan kepribadian. Matteson dan Ivancevich

(1982) memandang stres sebagai respon terhadap kondisi yang menekan

dalam lingkungan kita.

  Karakteristik pekerjaan menyebabkan stres kerja memiliki banyak

variasi dan dimensi. Dengan mempertimbangkan adanya pengaruh potensial

dari perubahan-perubahan organisasi dan struktur organisasi ada beberapa

tekanan-tekanan pekerjaan yang lebih umum dialami, yaitu: konflik peran,

ambiguitas peran, beban kerja yang berlebihan, tekanan waktu, dan kurangnya

dukungan sosial.

  Tekanan peran dalam terjadi bila dua aspek pekerjaan tidak sesuai satu

sama lain, yaitu ketika kombinasi pengharapan seseorang dan permintaan

yang menjadi tuntutan organisasi menghasilkan tekanan. Karyawan yang

mengalami konflik peran yang tinggi menyatakan tegangan lebih besar pada

pekerjaan, kepuasan kerja lebih rendah, konflik pribadi, dan citra pribadi yang

  Beban kerja yang berlebihan adalah tekanan yang membuat seseoarang

merasa tidak sabar, tergesa-gesa, dan perasaan bahwa ia tidak melakukan

apapun atau dia harus menyelesaikan semua pekerjaan hanya dalam sehari.

Kelebihan kerja kuantitatifketika seorang individu tidak memiliki cukup

waktu untuk menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk. Sedangkan kelebihan

kerja kualitatif adalah munculnya perasaan tidak mampu untuk menyelesaikan

semua pekerjaan tanpa melihat waktu yang tersedia.

  Dukungan sosial yang buruk dapat menjadi salah satu tekanan.

Dukungan sosial dapat meminimalisasi dampak stres yang mereka alami.

Kuantitas dan kualitas hubungan sosial mereka dengan pasangan, teman,

pekerja lain, supervisor memiliki pengaruh penting terhadap stres yang

mereka alami. Usaha untuk meningkatkan dukungan sosial pada saat bekerja

akan membuat terciptanya mekanisme yang efektif untuk megurangi stres

pekerjaan, meningkatnya kesehatan dan mendorong orang untuk melawan

efek dari stres tersebut.

  Stres dapat muncul pada saat para SPG melakukan kontak dengan

konsumen dan kemudian terjadi salah paham, perang mulut, atau perdebatan.

  

Berhubungan dengan konsumen yang menyusahkan merupakan bagian yang

tak terpisahkan dari pekerjaannya sebagai SPG. Mendengar ucapan orang lain

menghadapi konsumen . Mendengar ucapan orang lain menghadapi konsumen

yang sulit dapat membantu SPG untuk mengontrol emosi mereka ketika

  Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang muncul

adalah seberapa jauh tingkat stres yang dialami SPG produk kosmetik dan

pengaruh faktor-faktor penyebab stres terhadap tingkat stres SPG produk

kosmetik, sehingga peneliti mengambil judul :

  ANALISIS TINGKAT STRES KERJA STAF SALESS PROMOTION GIRL (SPG) PRODUK KOSMETIK DI KOTA YOGYAKARTA”.

  B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

  

1. Seberapa tinggi tingkat stres yang dirasakan Staf Saless Promotion Girl

(SPG) produk kosmetik di tempat kerja?

  

2. Bagaimana penilaian Staf Saless Promotion Girl (SPG) produk kosmetik

terhadap faktor – faktor penyebab stres di tempat kerja? C. Batasan Masalah

  Agar penelitian ini lebih terfokus, maka penelitian ini dibatasi pada hal- hal berikut :

1. Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang (Handoko, 2000).

  

2. Banyak faktor-faktor yang menjadi penyebab stres. Tetapi pada penelitian ini di fokuskan pada 6 faktor yang menjadi penyebab stres, seperti di a.

  

Perilaku kepemimpinan, kepemimpinan adalah kemampuan untuk

mempengaruhi sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu (Gitosudarmo, 2000).

  b.

  

Tuntutan peran, tuntutan peran adalah di mana seseorang harus

memiliki cukup informasi tentang uraian tugas mereka dan harus

memenuhi kriteria dari pekerjaan tersebut, misalnya penampilan (Gignac, 1997).

  c.

  

Konsumen yang menyulitkan, stres dapat muncul saat karyawan

melakukan kontak dengan konsumen, dikarenakan salah paham, pertentangan dan permusuhan (Gignac, 1997).

d. Lingkungan fisik tempat kerja, faktor lingkungan seperti tata ruang yang tidak nyaman dapat membuat stres karyawan (Gignac, 1997).

  

e. Kebijaksanaan administratif, kebijaksanaan administratif, adalah

kebijakan dari aspek administrasi yang diberikan kepada karyawan

yang berhubungan dengan peraturan kerja (Matteson dan Ivancevich,

1982 : 65).

  

f. Beban kerja, beban kerja yang berlebihan adalah tekanan yang

membuat seseorang merasa tidak sabar, tergesa-gesa dan perasaan

bahwa ia harus menyelesaikan pekerjaan hanya dalam satu hari. Beban

kerja yang sedikit adalah kebosanan dan kemalasan yang muncul

karena hanya sedikit yang dikerjakan (Matteson dan Ivancevich, 1982

  3. Tingkat stres di ukur berdasarkan kesehatan fisik dan mental yang dialami karyawan.

  4. Sampel penelitian sebanyak 100 orang merupakan Staf Sales Promotion Girl (SPG) produk kosmetik yang telah bekerja minimal selama 1 tahun.

D. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat stres yang dirasakan Staf Sales Promotion Girl (SPG) produk kosmetik di tempat kerja.

  2. Untuk mengetahui bagaimana penilaian Staf Sales Promotion Girl (SPG) produk kosmetik terhadap faktor – faktor penyebab stres di tempat kerja.

E. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :

  1. Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran, sumber informasi serta bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan tingkat stres karyawan, dengan memberikan bimbingan dan pelatihan dalam melayani konsumen

dan membantu mereka yang mengalami kesulitan dengan konsumen.

  2. Penulis Sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan

  3. Universitas Untuk kepentingan akademik, diharapkan temuan yang didapatkan ini bisa menjadi bahan bacaan maupun bahan referensi bagi pihak yang membutuhkan serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan atau materi perkuliahan yang berkaitan dengan tingkat stres karyawan.

F. Sistematika Penulisan

  BAB I : Pendahuluan Bab ini berisi urutan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, dan sistematika penulisan. BAB

  II : Landasan teori Bab ini berisi teori-teori yang digunakan sebagai dasar penelitian.

  Dasar-dasar teoritik yang digunakan tersebut merupakan teori yang berhubungan dengan judul maupun topik dan hal lain yang menyangkut dan mendukung dasar teori dalam skripsi ini. BAB

  III : Metodelogi Penelitian

  Bab ini berisi uraian tentang populasi dan sampel, metode pengumpulan data, metode pengukuran data, dan metode analisis data. BAB

  IV : Analisis Data

Bab ini merupakan inti yang memuat analisis data sesuai tujuan

  BAB V : Kesimpulan dan Saran Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Stres Kerja Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi,

  proses berfikir dan kondisi seseorang. Stres yang terlalu berlebihan dapat

mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan. Orang-

orang yang mengalami stres bisa menjadi nervouse dan merasakan kekhawatiran kronis, bahkan mereka bisa terkena berbagai penyakit fisik

seperti masalah pencernaan, tekanan darah tinggi, serta sulit tidur (Handoko,

2000).

  Menurut Robbins (1996) stres merupakan kondisi dinamis dimana seorang individu dihadapkan dengan kesempatan, keterbatasan, atau tuntutan

sesuai dengan harapan dan hasil yang ingin dicapai dalam kondisi penting dan

tidak menentu.

  Sedangkan menurut Anoraga (2001), stres merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun mental terhadap suatu perubahan dilingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam. Seorang ahli menyebut tanggapan dengan istilah “fight or flight response ”. Jadi sebenarnya stres adalah suatu yang amat alamiah.

  Atau dengan perkataan lain stres dapat diartikan serangkaian keadaan di

  

dapat memberikan respon, ia harus membayar sangat mahal, misalnya dalam

bentuk keletihan yang kronis, ketegangan, keresahan, sakit, putus asa,

kehilangan harga diri, dan berbagai kondisi negatif lainnya yang sejenis

(Siagian, 1987).

  Fincham dan Rhodes (dalam Munandar, 2001), menyimpulkan stres

dari gejala-gejala dan tanda-tanda fatal, perilaku, psikologikal, dan somatik,

adalah hasil dari kurang adanya kecocokan antara orang (dalam arti

kepribadiannya, bakatnya, dan kecakapannya) dan lingkungannya yang

mengakibatkan ketidakmampuannya untuk menghadapi berbagai tuntutan

terhadap dirinya secara efektif. Stres yang merupakan suatu kondisi

ketegangan yang mempengaruhi energi, proses berfikir, kondisi fisik dan

psikis seseorang merupakan reaksi jiwa raga terhadap perubahan yang

menyenangkan maupun tidak menyenangkan.

  Pengertian stres kerja menurut Luthans (1995) menyatakan bahwa stres

kerja sebagai suatu respon penyesuaian terhadap situasi eksternal yang

menyebabkan penyimpangan-penyimpangan fisik, psikologis atau tingkah

laku bagi para partisipan organisasi.

  Berdasarkan pengertian stres kerja di atas, dapat dijelaskan bahwa stres

kerja adalah stress yang terjadi dilingkungan kerja yang berupa keadaan di

mana ada ketidakseimbangan antara kemampuan individu dengan tuntutan

dari lingkuangan kerja.

B. Penyebab-penyebab Stres Kerja

  Penelitian yang dilakukan oleh Gignac dan Appelbaum (1997) mengidentifikasi faktor-faktor penyebab stres sebagai berikut :

  1. Perilaku kepemimpinan, kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.

  2. Ambiguitas pekerjaan, ambiguitas pekerjaan adalah kondisi dimana

seseorang tidak memiliki cukup informasi tentang uraian tugas mereka.

  3. Kebijaksanaan administratif, kebijakan administratif adalah kebijakan dari aspek administrasi yang diberikan kepada karyawan yang berhubungan dengan peraturan kerja.

  

4. Beban kerja, beban kerja yang berlebihan adalah tekanan yang membuat

seseorang merasa tidak sabar, tergesa-gesa dan perasaaan bahwa ia harus menyelesaiakan pekerjaan hanya dalam satu hari. Beban kerja yang tidak berlebihan adalah kebosanan dan kemalasan yang muncul karena hanya sedikit yang dikerjakan.

  

5. Tekanan waktu, tekanan waktu adalah batas waktu yang ditetapkan

sehingga seseorang merasa kehilangan kontrol atas pekerjaannya.

  

6. Dukungan sosial, dukungan sosial adalah kuantitas dan kualitas hubungan

sosial seseorang dengan keluarga, teman, pekerja lain, dan pimpinan.

  

7. Kehilangan kontrol, kontrol pekerjaan adalah kemampuan untuk

mempengaruhi lingkungan dan mengontrol situasi yang mereka inginkan.

  8. Perubahan struktur perusahaan, perubahan struktur perusahaan menyebabkan ketidaknyamanan dan stres, karena karyawan harus melakukan penyesuaian.

  9. Struktur organisasi, struktur organisasi adalah jalan sebuah organisasi

untuk menyesuaikan diri bersama-sama dengan melakukan penataan orang

dan unit kerja yang menyulitkan.

  10. Konsumen yang menyulitkan, stres dapat muncul saat karyawan melakukan kontak dengan konsumen, dikarenakan salah paham, pertentangan dan permusuhan.

11. Lingkungan fisik tempat kerja, faktor lingkungan seperti tata ruang yang tidak nyaman dapat membuat stres karyawan.

  Luthans (1995) memberikan penjelasan bahwa sumber-sumber stres berasal dari empat faktor, yaitu :

  

1. Sumber dari luar organisasi, yang meliputi perubahan sosial, teknologi,

keluarga, kondisi ekonomi dan financial, kelas dan ras serta kondisi

lingkungannya.

  

2. Sumber dari dalam organisasi, yang meliputi strategi dan kebijaksanaan

administrasi desain dan struktur organisasi, proses organisasi dan kondisi

kerja.

  3. Sumber dari dalam kelompok, yang dikategorikan menjadi tiga area yaitu :

kurangnya kohesivitas kelompok, kurangnya dukungan kelompok dan

  4. Sumber dari diri karyawan itu sendiri, misalnya peran yang ambigu,

adanya konflik peran dan kepribadian individu yang mempengaruhi

individu dalam bekerja.

  Robbins (1996) menyatakan bahwa sumber potensial stres berasal dari tiga kategori yaitu sebagai berikut : 1.

  Sumber dari lingkungan Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi desain dari struktur

organisasi, ketidakpastian itu juga mempengaruhi tingkat stres dikalangan

para karyawan dalam organisasi tersebut. Ketidakpastian ini terdiri dari :

a. Ketidakpastian ekonomi, bila ekonomi suatu organisasi mengalami

penurunan maka para karyawan akan mengalami stres karena ketidakpastian ini akan diiringi dengan perampingan para karyawan, gaji yang dikurangi, dan sebagainya.

b. Ketidakpastian politik dalam negeri menyebabkan ketidakpastian struktur organisasi.

  c. Ketidakpastian teknologi, inovasi baru dapat menimbulkan ketidakseimbangan antara keterampilan dan pengalaman yang dimiliki para karyawan dengan tuntutan pekerjaan, hal ini menyebabkan stres bagi para karyawan.

2. Sumber dari organisasional Banyak faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres.

  kurangnya partisipasi karyawan dalam mengambil keputusan dalam organisasi (struktur organisasi), seorang pemimpin yang menuntut dan tidak peka (kepemimpinan organisasi), serta rekan kerja yang tidak menyenangkan (tuntutan antar pribadi).

  3. Sumber dari individual Sumber ini meliputi : masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, serta karakteristik kepribadian individu. Masalah dengan hubungan pribadi dan keluarga dapat menciptakan stres bagi para karyawan yang nantinya akan terbawa ketempat kerja. Kesulitan ekonomi yang dialami para karyawan dapat menciptakan stres sehingga akan mengganggu perhatian mereka terhadap kerja.

  Beberapa sumber stres kerja menurut Gibson, Ivancevich, dan Donnely (1996), yaitu :

1. Kondisi pekerjaan

  

a. Kondisi kerja. Kondisi kerja yang buruk akan menyebabkan para

karyawan menjadi jatuh sakit, mudah stres, sulit berkonsentrasi dan menurunnya produktivitas kerja. Kondisi kerja yang buruk adalah jika ruangan kerja tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik, kondisi ini memberikan pengaruh yang besar terhadap kenyamanan kerja para karyawan.

  

ditargetkan melebihi kapasitas karyawan tersebut. Akibatnya karyawan

tersebut mudah lelah dan berada pada tegangan tinggi. Overload secara

kualitatif bila pekerjaan tersebut sangat kompleks dan sulit, sehingga

menyita kemampuan para karyawan.

  c.

  

Deprivational stress. George Everly dan Daniel Girdano (1980),

memperkenalkan istilah deprivatioanal stress untuk menjelaskan kondisi

pekerjaan yang tidak menantang atau tidak menarik lagi bagi para karyawan. Biasanya keluhan yang muncul adalah kebosanan,

ketidakpuasan, atau pekerjaan tersebut kurang mengandung unsure social

(kurangnya komunikasi sosial).

  

d. Pekerjaan beresiko tinggi. Adanya beberapa jenis pekerjaan yang termasuk

dalam pekerjaan beresiko tinggi atau berbahaya bagi keselamatan, seperti

pekerjaan di pertambangan minyak lepas pantai, tentara, pemadam

kebakaran, pekerja tambang, bahkan pekerja cleaning service yang biasa

menggunakan gondola untuk membersihkan gedung-gedung bertingkat.

Pekerjaan-pekerjaan ini sangat berpotensi menimbulkan stres kerja.

  2. Konflik peran Adanya sebuah penelitian tentang stres kerja menemukan bahwa sebagian besar karyawan yang bekerja di perusahaan yang memiliki

struktur yang kurang jelas akan menyebabkan terjadinya stres karena

konflik peran. Mereka stres karena ketidakjelasan peran dalam bekerja dan

  

atau organisasi tidak punya garis-garis haluan yang jelas, aturan main, visi

dan misi yang kerapkali tidak dikomunikasikan pada seluruh karyawannya. Akibatnya, sering muncul rasa ketidakpuasan kerja,

ketegangan, menurunnya prestasi hingga akhirnya timbul keinginan untuk

meninggalkan pekerjaannya.

  3. Pengembangan karir Setiap orang pasti punya harapan-harapan ketika mulai bekerja di

suatu perusahaan atau organisasi. Harapan akan kesuksesan karir, akan

menjadi fokus perhatian dan penantian dari hari kehari. Namun pada

kenyataanya, impian dan cita-cita mereka untuk mencapai prestasi dan

karier yang baik sering kali tidak terlaksana. Alasannya bias bermacam-

macam, seperti ketidakjelasan sistem pengembangan karir dan penilaian

prestasi kerja, budaya nepotisme dalam manajemen perusahaan atau karena tidak ada kesempatan lagi untuk naik jabatan.

  4. Struktur organisasi Salah satu penyebab kurangnya struktur organisasi karena

perusahaan di Indonesia yang masih penuh dengan budaya nepotisme dan

minimnya kejelasan strutur yang menjelaskan jabatan, peran, wewenang

dan tanggung jawab serta minimnya keterlibatan atasan membuat

karyawan jadi stres karena mereka merasa seperti anak ayam kehilangan

induk sehingga segala sesuatunya menjadi tidak jelas.

  Handoko (1995), menyatakan stres yang dialami oleh para karyawan

disebabkan karena kombinasi stressors, ada dua kategori penyebab stres, yaitu

: a.

  On the job 1.

  Beban kerja yang berlebihan Kondisi kerja yang berlebihan terjadi pada saat sebuah pekerjaan melampaui kapasitas atau kemampuan pekerja. Ketidakseimbangan antara kemampuan individu dan tuntutan kerja ini menyebabkan terjadinya stres kerja.

  2. Tekanan atau desakan waktu Pekerja harus menyelesaikan suatu pekerjaan tanpa dukungan waktu yang cukup dan tidak adanya tenggang waktu. Hal ini menyebabkan pekerja merasa tertekan sehingga mengalami stres kerja.

  3. Kualitas supervisor yang jelek Kualitas seorang supervisor yang tidak memperhatikan prestasi kerja setiap karyawannya. Hal ini juga didukung oleh Parkinson yang menyatakan bahwa peningkatan prestasi harus diimbangi dengan pemberian tanggung jawab, bahwa semakin meningkat prestasi seorang karyawan maka tanggung jawab yang lebih besar harus diberikan kepadanya sehingga keseimbangan akan selalu tercipta. Sehingga jika kualitas supervisornya jelek maka tidak akan tercipta

  4. Iklim politik yang tidak aman Keadaan politik yang tidak menentu menyebabkan struktur dalam organisasi menjadi berubah, misalnya situasi Negara yang tidak aman karena iklim politik yang tidak menentu sehingga menyebabkan organisasi untuk ditutup, hal ini menyebabkan stres bagi para karyawan.

  5. Kemenduaan peran (role ambiguity) Hal ini biasanya terjadi pada organisasi yang besar dan struktur organisasinya kurang baik sehingga karyawan kadang-kadang tidak tahu apa sebenarnya yang diharapkan perusahaan dan ia akan bekerja tanpa arah yang jelas. Kondisi ini akan menjadi ancaman bagi para karyawan karena mereka harus berhadapan dengan ketidak pastian akan perkembangan karir mereka nantinya. Ancaman ini jika tidak segera diatasi maka akan menimbulkan stres kerja. Akibatnya akan menimbulkan penurunan kinerja, meningkatnya ketidakpuasan kerja, kecemasan, stres dan keinginan keluar dari pekerjaan.

  6. Konflik antar pribadi dan antar kelompok Konflik yang terjadi akan menyebabkan timbulnya stres, karena pada dasarnya hubungan yang baik antar pribadi dan antar kelompok akan membantu para karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. b.

  Off the job 1.

  Kekuatiran financial Adanya kekuatiran akan keuangan para karyawan menyebabkan mereka kesulitan berkonsentrasi dalam bekerja.

  2. Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak Anak-anak yang sering sakit-sakitan, anak-anak yang terkena narkoba, anak-anak yang terkena delinkuesi. Masalah-masalah ini akan menyebabkan para orang tua sebagai karyawan akan mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam bekerja.

  3. Masalah-masalah fisik Karyawan yang sering mengalami sakit secara fisik, akan lebih mudah tertekan dibanding karyawan yang jarang atau hampir tidak pernah mengalami sakit fisik. Karena mereka tidak akan dapat bekerja secara maksimal sehingga hasil yang dicapai juga tidak memuaskan.

  4. Masalah-masalah perkawinan Adanya masalah dalam perkawinan, misalnya terjadinya perceraian akan menyebabkan terganggunya konsentrasi karyawan dalam bekerja.

  Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa stres kerja dapat

disebabkan oleh sumber-sumber stres kerja yang berasal dari lingkungan

pekerjaan dan lingkungan diluar pekerjaan misalnya keluarga dan dari diri

C. Akibat-akibat Stres Kerja

  Stres di tempat kerja sering dihubungkan dengan sejumlah kondisi fisik

dan sejumlah dampak negatif yang timbul di organisasi atau perusahaan yang

lebih merugikan dibandingkan dengan kecelakaan kerja.

  Luthans (1995) menyatakan bahwa akibat-akibat yang ditimbulkan oleh stres kerja dapat dibagi menjadi tiga yaitu : 1.

  Gangguan fisiologis, seperti : tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, penyakit jantung, tukak lambung, radang persendian, dan gangguan fisik lainnya.

  2. Gangguan psikologis, dimana stres dapat menimbulkan kemarahan, kecemasan, depresi, nervous, irritabilitas, dan kebosanan. Semua itu dapat mempengaruhi suasana hati dan keadaan emosi lain yang berkaitan erat dengan erat dengan prestasi kerja, menurunnya harga diri, kebencian terhadap pengawas, ketidakmampuan berkonsentrasi, dan menyebabkan keputusasaan serta timbulnya ketidakpuasan kerja.

  3. Gangguan tingkah laku, misalnya : makan yang berlebihan atau nafsu makan berkurang, gangguan tidur, merokok, menggunakan alkohol secara berlebihan serta penggunaan obat-obatan yang berlebihan.

  Sedangkan menurut Anoraga (2001), menyatakan bahwa akibat-akibat

stres terhadap seseorang dapat bermacam-macam dan hal ini tergantung pada kekuatan konsep dirinya yang akhirnya menentukan besar-kecilnya toleransi dengan baik. Orang-orang yang kaku atau fanatik terhadap ambisi-ambisi dan norma-norma yang dipegangnya cenderung mengalami keadaan yang lebih buruk apabila dia tidak berhasil mengatasi stresnya. Reaksi-reaksi yang muncul apabila seseorang menerima stres dapat digolongkan sebagai reaksi jasmaniah (fisiologis) dan reaksi rohaniah (psikologis) yang meliputi kelakuan sikap menarik diri, bertingkah laku agresif, dan tingkah laku yang tidak terorganisasi.

D. Pengaruh Faktor-faktor Penyebab Stres Terhadap Tingkat Stres

  Robbins (1996) menyatakan adanya perbedaan pada setiap individu dalam hal muncul tidaknya stres. Sumber stres yang berasal dari lingkungan kerja, organisasioanal dan individual, dampaknya untuk masing-masing karyawan akan berbeda, hal ini karena timbul tidaknya stres tergantung pada

penafsiran dan persepsi masing-masing karyawan terhadap stressor yang

dihadapinya. Stres kerja disebabkan oleh hampir semua kondisi kerja, kondisi kerja yang dapat menimbulkan stres kerja tergantung oleh persepsi dan reaksi individu terhadapnya. Dengan demikian sumber stres dapat berasal dari apapun yang dipersepsikan seseorang sebagai ancaman terhadap dirinya. Stres kerja dapat dialami oleh siapa saja yang berada dalam kondisi tertentu dan berada dalam berbagai jenis pekerjaan. Seseorang dengan jabatan tinggi maupun yang mempunyai jabatan yang lebih rendah dapat memiliki stres kerja yang sama.

  Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat stres meliputi (Robbins,1996) : a.

  

Tuntutan tugas adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kerja

seseorang (karyawan) termasuk didalamnya adalah desain dari pekerjaan

atau tugas individual, kondisi kerja, dan layout fisik pekerjaan.

  b.

  

Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan-tekanan pada seseorang sebagai

fungsi peran, khususnya dal;am organisasi. Peran yang berlebihan terjadi

apabila karyawan diharapkan mengerjakan lebih dari waktu yang ditentukan.

  

c. Interpersonal adalah tekanan-tekanan karena pengaruh karyawan lain.

  

Dukungan sosial yang kurang dari rekan kerja dan hubungan antar pribadi

yang terbatas dapat menyebabkan stres, terutama antar karyawan dengan

kebutuhan sosial yang tinggi.

  

d. Struktur organisasi menentukan tingkat perbedaan dalam suatu organisasi,

tingkat aturan dan batasan, dan dimana keputusan-keputusan diambil.

  Aturan yang berlebihan dan kurangnya partisipasi dalam pengambilan

keputusan yang mempengaruhi seorang karyawan dapat menjadi sumber

potensial stres.

  

e. Kepemimpinan organisasi menandai gaya manajerial dari atasan atau eksekutif dari suatu organisasi. Beberapa atasan atau pimpinan

menciptakan suatu tekanan yang ditandai dengan ketegangan, ketakutan, f.

  

Kehidupan organisasi dimana dalam hal ini empat tahap siklus organisasi

menciptakan macam-macam masalah dan tekanan yang berbeda-beda bagi

karyawan. Pada tahap pertumbuhan dan penurunan pada dasarnya penuh tekanan (stres). Kecenderungan stres hanya sedikit dalam tahap kedewasaan.

  Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stres disebut stressor.

Seorang karyawan dapat mengalami stress oleh hanya satu stressor, tetapi

tingkat stres akan meningkat apabila terjadi kombinasi lebih banyak stressor.

  

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin banyak faktor-faktor

penyebab stres, maka akan semakin besar pula kecenderungan tingkat stres

yang dialami oleh karyawan (Handoko,2000).

E. Kerangka Penelitian

  Pimpinan Rekan Kerja Tugas

  Target Peraturan Pelanggan/Kon sumen

  Rutinitas Pribadi

  Perusahaan Gangguan Fisiologis

  Gangguan Pshikologis Gangguan Tingkah laku

  Kemerosotan Hasil Perush.

  Target Tdk Tercap ai

  Terhambat kemajuan perusahaan

  BURUK / BERMASALAH STRES KERJA

DAMPAK KARYAWAN

  Keterangan Karyawan dalam kesehariaannya selalu dihadapkan pada hal-hal seperti

pimpinan, rekan kerja, tugas, target, peraturan,pelanggan atau konsumen dan

rutinitas lainnya yang berhubungna dengan kerja. Jika hal-hal yang ada pada

lingkunga ini buruk atau bermasalah maka pada kenyataannya karyawan akan

mengalami stres. Umumnya hal-hal buruk yang dialami oleh karyawan akan

terbawa-bawa ke lingkungan kerjanya. Stres kerja sangatlah berpengaruh buruk

sekali, baik untuk diri pribadi karyawan itu sendiri maupun bagi perusahaan.

Semakin tinggi tingkat stres seorang karyawan maka semakin tinggi pula resiko

yang akan dialaminya. Biasanya dampak dari stres ini bagi diri pribadi berupa