Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) Pengguna Sepatu Hak Tinggi di Suzuya Medan Plaza pada Tahun 2015

(1)

KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA

SALES PROMOTION GIRL (SPG) PENGGUNA SEPATU HAK

TINGGI DI SUZUYA MEDAN PLAZA PADA TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH:

NUANSA PUTRI PURBA

NIM :111000062

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA

SALES PROMOTION GIRL (SPG) PENGGUNA SEPATU HAK

TINGGI DI SUZUYA MEDAN PLAZA PADA TAHUN 2015

Skripsi ini Diajukan Sebagai

Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

NUANSA PUTRI PURBA

NIM :111000062

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “KELUHAN

MUSCULOSKELETAL DISORDERs (MSDs) PADA SALES PROMOTION GIRL (SPG) PENGGUNA SEPATU HAK TINGGI DI SUZUYA MEDAN PLAZA PADA TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2015


(4)

(5)

ABSTRAK

Sales Promotion Girl (SPG) beresiko mengalami keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada otot ekstremitas bagian bawah yang disebabkan oleh karakteristik individu dan penggunaan sepatu hak tinggi selama 8 jam setiap hari dengan ketinggian minimal 5 cm ketika bekerja. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) di Suzuya Medan Plaza Pada Tahun 2015.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan sampel sebanyak 64 orang. Variabel dalam penelitian adalah umur, Indeks Massa Tubuh (IMT), lama pemakaian sepatu, dan tinggi hak sepatu.

Hasil penelitian ini menunjukkan, berdasarkan umur responden yang mengalami keluhan pada otot ekstremitas bagian bawah terbanyak adalah pada kategori umur 25-28 tahun yaitu sebanyak 14 orang (21,9%). Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) responden yang mengalami keluhan pada otot ekstremitas bawah terbanyak adalah pada kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) overweight yaitu sebanyak 20 orang (31,2%). Berdasarkan lama penggunaan sepatu responden yang mengalami keluhan pada otot ekstremitas bawah terbanyak adalah pada kategori penggunaan sepatu 2-6 tahun yaitu sebanyak 26 orang (40,6%). Dan berdasarkan tinggi hak sepatu responden yang mengalami keluhan pada otot ekstremitas bawah terbanyak adalah pada kategori tinggi sepatu 7 cm sebanyak 37 orang (57,8%).

Dari hasil penelitian disarankan agar Sales Promotion Girl (SPG) melakukan relaksasi (peregangan) setelah 4 jam bekerja dan memakai sandal atau sepatu datar pada jam istirahat dan pulang kerja. Bagi perusahaan disarankan untuk menugaskan pada

supervisor area agar mengingatkan kepada Sales Promotion Girl (SPG) setiap waktu

briefing mengenai rekomendasi yang diberikan penulis.

Kata Kunci : Karakteristik Individu, Sepatu Hak Tinggi, Musculoskeletal Disorders, Otot Ekstremitas Bagian Bawah, SPG


(6)

ABSTRACT

Sales promotion girl (SPG) that have risk of musculoskeletal disorders (MSDs) of limb muscles on the bottom of which are affected by the individual characteristics and the user of high heels for eight hours with minimum height of 5 cm when they are working. So, the research are done about complaining musculoskeletal disorders (MSDs) on Suzuya’s sales promotion girl at Medan Plaza in 2015.

This research is descriptive with the sample as many as 64 people. Variable in the research are age, body mass index (BMI ), the duration of use shoes, and the height of heels.

The results of research indicates based on age of respondents had a limb muscles on the bottom the largest is single age category 25-28 years with fourteen people (21,9 % ). Based on body mass index (BMI) respondents had a limb muscles, the highest is in the category of body mass index (BMI) with twenty people overweight (31,2% ). Based on the duration of use shoes of respondents had a limb muscles, the highest is at the bottom of the shoes 2-6 years with twenty six people (40,6% ). And based on the height of heels of respondents who experienced complaints in the muscles the lower extremity most were into the category of a high shoe 7 cm as many as thirty seven people (57,8%). From the research suggested that sales promotion girl (SPG) do relaxation and stretch after 4 hours of work , to wear a sandal or flat shoes in rest time of work and going to home. the company suggested to assign a supervisor in the area to remind sales promotion girl (SPG) every a briefing time on the recommendations given by the author. Keywords: individual characteristic, high heels, musculoskeletal disorders, lower limb


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA SALES PROMOTION GIRL PENGGUNA SEPATU HAK TINGGI DI SUZUYA MEDAN PLAZA PADA TAHUN 2015”, Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Skripsi ini terkhusus penulis persembahkan kepada Ayahanda Nazhar Purba

dan Ibunda Fatimah Siregar yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan kasih sayang, dukungan, semangat dan doa dalam menyelesaikan pendidikan dan dalam hal apapun, serta adik-adikku Vahrunnisa Purba, Safira Anggira Purba , dan Dara Amalia Purba terima kasih untuk kasih sayang, dukungan dan doa yang telah diberikan selama ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan, dukungan, bantuan, saran, dan kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada : 1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

3. Ibu Ir. Kalsum M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, masukan dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.


(8)

kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Ibu. D r . H a l i n d a S a r i L u b i s , M K K K selaku Dosen Penguji skripsi yang telah banyak memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu. I s y a t u n M a r d h i y a h S y a h r i S K M M . K e s selaku Dosen Penguji skripsi yang telah banyak memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak dr.Mhd. Makmur Sinaga, MS selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan akademik selama penulis menjalani perkuliahan.

8. Para Dosen dan Staf di FKM USU, khususnya Departemen KKK yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama perkuliahan.

9. Bapak Herdianto Harefa selaku Manager Suzuya Medan Plaza yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

10. Ibu Vivi selaku Asisten Manager Suzuya Medan Plaza yang telah memberikan kemudahan kepada peneliti dalam melakukan survei pendahuluan, penelitian dan memberikan informasi terkait dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Ibu Eli selaku supervisor area yang telah membantu peneliti ketika melakukan penelitian di area kerja.

12. Kakak-kakak Sales Promotion Girl di Suzuya Medan Plaza yang sudah meluangkan waktu untuk diwawancarai dalam melengkapi data-data yang diperlukan dalam penelitian.

13. Sahabat terbaikku dari SMA Putri Rahmayanti, Dina, Putri Amalia yang telah memberikan dukungan dan doa selama ini.


(9)

dukungan, hiburan di saat stres dan doa yang telah diberikan selama ini dan telah membantu saya selama penelitian di lapangan.

15. Kawan PBL Ervina, Kak Nur, Gaby, Lamtiur, Fanizza yang telah memberikan dukungan dan doa selama ini.

16. Teman-teman stambuk 2011 FKM USU khususnya Departemen KKK d a n a n a k G e n g e r s a yang telah berjuang bersama-sama selama proses pembelajaran di kampus, serta abang-abang dan kakak-kakak senior yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan semangatnya kepada penulis selama berkuliah di FKM USU.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membutuhkan, dan memberikan kontribusi dalam kemajuan Ilmu Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Aamiin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2015 Penulis,


(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nuansa Putri Purba

Tempat Lahir : Medan

Tanggal Lahir : 15 Januari 1994

Suku Bangsa : Batak Simalungun

Agama : Islam

Nama Ayah : Nazhar Purba

Suku Bangsa Ayah : Batak Simalungun

Nama Ibu : Fatimah

Suku Bangsa Ibu : Batak Simalungun

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1999-2005 : SD Swasta Al-Azhar Medan 2. Tahun 2005-2008 : SMP Swasta Al-Azhar Medan 3. Tahun 2008-2011 : SMAN 4 Medan

4. Tahun 2011-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan 5. Lama Studi di FKM USU : 3 Tahun 10 Bulan


(11)

DAFTAR ISI

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi... i

Halaman Perngesahan... ii

Abstrak... iii

Abtract... iv

Kata Pengantar... v

Riwayat Hidup... viii

Daftar Isi... ix

Daftar Tabel... x

Daftar Gambar... xi

Daftar Lampiran... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 TujuanUmum ... 5

1.3.2 TujuanKhusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sales Promotion Girl ... 7

2.1.1 Definisi... ... 7

2.1.2 Fungs i... ... 7

2.1.2.1 Umum... .... 7

2..1.2.2 Khusus... ... 7

2.1.3 Tanggung Jawab ... 8

2.2 Sepatu Hak Tinggi ... 8

2.2.1 Definisi Sepatu Hak Tinggi ... 8

2.2.2 Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Akibat Penggunaan Sepatu Hak Tinggi ... 8

2.2.3 Cara Mengatasi Nyeri Akibat Penggunaan Sepatu Hak Tinggi ... 9

2.3 Ergonomi ... 10

2.3.1 Definisi Ergonomi ... 10

2.3.2 Tujuan Ergonomi ... 11

2.3.3 Aspek Ergonomi ... 11

2.4 Anatomi Fisiologi Organ Dalam Sistem Muskuloskeletal ... 13

2.4.1 Sistem Muskuler/otot ... 13

2.4.2 Skeletal ... 14

2.5 Keluhan Muskuloskeletal... 15

2.5.1 Definisi Keluhan Muskuloskeletal... 15

2.5.2 Penyebab Keluhan Muskuloskeletal... 16

2.6 Nordic Body Map... 23


(12)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian……… ... 25

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 25

3.2.2 Waktu Penelitian... 25

3.3 Populasi dan Sampel... 25

3.3.1 Populasi ... 25

3.3.2 Sampel ... 25

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 26

3.4.1 Data Primer ... 26

3.4.2 Data Sekunder ... 27

3.5 Definisi Operasional ... 27

3.6 Teknik Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Suzuya Medan Plaza ... 29

4.1.1 Sejarah Suzuya Medan Plaza ... 29

4.1.2 Visi Dan Misi Suzuya Medan Plaza ... 30

4.1.3 Values ... 30

4.1.4 Visi dan Misi Suzuya Medan Plaza……….. 30

4.1.5 Aspek Harus Dimiliki Suzuya Untuk Menjadi Excellence.. 31

4.1.6 Jenis Karyawan,Shift Kerja, dan Periode Istirahat………… 31

4.1.7 Upah, Tinjangan Hari Raya Keagamaan, Insentif, Bonus, dan Cuti………. 32

4.1.8 Struktur Organisasi Suzuya Medan Plaza………. 34

4.2 Karakteristik Responden ... 35

4.3 Penggunaan Sepatu Hak Tinggi Responden………... 37

4 .4 Keluhan Muskuloskeletal Disorders (MSDs) Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah... 38

4.5 Tabulasi Silang... 39

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Berdasarkan Umur ... 50

5.2 Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT ... 51

5.3 Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Berdasarkan Lama Pemakaian Sepatu Hak Tinggi ... 52

5.4 Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Berdasarkan Tinggi Hak Sepatu……… 54

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 56

6.2 Saran ……….. 56

DAFTAR PUSTAKA………. 58


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Pada Sales Promotion Girl (SPG)

Suzuya Medan Plaza Tahun 2015………...35

Tabel 4.2 Disribusi Responden Berdasarkan Status Pernikahan Pada Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun 2015…...…...36

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Pada

Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun

2015………...36

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Pemakaian Sepatu Hak Tinggi Pada Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun

2015………...37

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tinggi Hak Sepatu Sales Promotion

Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun

2015………...37

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan

Plaza Tahun 2015………...38

Tabel 4.7 Distribusi Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah

Berdasarkan Umur ………...40

Tabel 4.8 Distribusi Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot ekstremitas Bagian Bawah Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Pada Sales Promotion Girl

(SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun 2015...43

Tabel 4.9 Distribusi Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Bersarkan Lama Pemakaian Sepatu hak Tinggi (tahun) Pada Sales

Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun

2015………...45

Tabel 4.10 Distribusi Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Berdasarkan Tinggi Hak Sepatu (cm) Pada Sales Promotion Girl (SPG)

Suzuya Medan Plaza Pada Tahun


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Nordic Body Map ... 23

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ... 24

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Suzuya Medan Plaza ... 34


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 4. Dokumentasi

Lampiran 5. Master Data


(16)

ABSTRAK

Sales Promotion Girl (SPG) beresiko mengalami keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada otot ekstremitas bagian bawah yang disebabkan oleh karakteristik individu dan penggunaan sepatu hak tinggi selama 8 jam setiap hari dengan ketinggian minimal 5 cm ketika bekerja. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) di Suzuya Medan Plaza Pada Tahun 2015.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan sampel sebanyak 64 orang. Variabel dalam penelitian adalah umur, Indeks Massa Tubuh (IMT), lama pemakaian sepatu, dan tinggi hak sepatu.

Hasil penelitian ini menunjukkan, berdasarkan umur responden yang mengalami keluhan pada otot ekstremitas bagian bawah terbanyak adalah pada kategori umur 25-28 tahun yaitu sebanyak 14 orang (21,9%). Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) responden yang mengalami keluhan pada otot ekstremitas bawah terbanyak adalah pada kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) overweight yaitu sebanyak 20 orang (31,2%). Berdasarkan lama penggunaan sepatu responden yang mengalami keluhan pada otot ekstremitas bawah terbanyak adalah pada kategori penggunaan sepatu 2-6 tahun yaitu sebanyak 26 orang (40,6%). Dan berdasarkan tinggi hak sepatu responden yang mengalami keluhan pada otot ekstremitas bawah terbanyak adalah pada kategori tinggi sepatu 7 cm sebanyak 37 orang (57,8%).

Dari hasil penelitian disarankan agar Sales Promotion Girl (SPG) melakukan relaksasi (peregangan) setelah 4 jam bekerja dan memakai sandal atau sepatu datar pada jam istirahat dan pulang kerja. Bagi perusahaan disarankan untuk menugaskan pada

supervisor area agar mengingatkan kepada Sales Promotion Girl (SPG) setiap waktu

briefing mengenai rekomendasi yang diberikan penulis.

Kata Kunci : Karakteristik Individu, Sepatu Hak Tinggi, Musculoskeletal Disorders, Otot Ekstremitas Bagian Bawah, SPG


(17)

ABSTRACT

Sales promotion girl (SPG) that have risk of musculoskeletal disorders (MSDs) of limb muscles on the bottom of which are affected by the individual characteristics and the user of high heels for eight hours with minimum height of 5 cm when they are working. So, the research are done about complaining musculoskeletal disorders (MSDs) on Suzuya’s sales promotion girl at Medan Plaza in 2015.

This research is descriptive with the sample as many as 64 people. Variable in the research are age, body mass index (BMI ), the duration of use shoes, and the height of heels.

The results of research indicates based on age of respondents had a limb muscles on the bottom the largest is single age category 25-28 years with fourteen people (21,9 % ). Based on body mass index (BMI) respondents had a limb muscles, the highest is in the category of body mass index (BMI) with twenty people overweight (31,2% ). Based on the duration of use shoes of respondents had a limb muscles, the highest is at the bottom of the shoes 2-6 years with twenty six people (40,6% ). And based on the height of heels of respondents who experienced complaints in the muscles the lower extremity most were into the category of a high shoe 7 cm as many as thirty seven people (57,8%). From the research suggested that sales promotion girl (SPG) do relaxation and stretch after 4 hours of work , to wear a sandal or flat shoes in rest time of work and going to home. the company suggested to assign a supervisor in the area to remind sales promotion girl (SPG) every a briefing time on the recommendations given by the author. Keywords: individual characteristic, high heels, musculoskeletal disorders, lower limb


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tenaga kerja mempunyai peranan penting dalam pembangunan sebagai unsur penunjang dalam pembangunan nasional. Karena tenaga kerja mempunyai hubungan dengan perusahaan dan mempunyai kegiatan usaha yang produktif. Selain itu tenaga kerja sebagai suatu unsur yang langsung berhadapan dengan berbagai akibat dari berbagai kemajuan teknologi dari berbagai industri, sehingga sewajarnya diberikan kepada mereka perlindungan pemeliharan kesehatan

(Suma’mur, 2009).

Lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat, sikap kerja yang tidak alamiah, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan pemakainya merupakan masalah yang dapat memberikan beban tambahan juga menyebabkan gangguan muskuloskeletal, keluhan subyektif, dan kelelahan (Tarwaka dkk, 2004).

International Labour Organization dalam program The Prevention Of Occupational Diseases menyebutkan musculoskeletal diorders mewakili 59% dari keseluruhan catatan penyakit yang ditemukan pada tahun 2005 di Eropa. Laporan Komisi Pengawas Eropa menghitung kasus MSDs menyebabkan 49,9% ketidakhadiran kerja lebih dari tiga hari dan 60% kasus ketidakmampuan permanen dalam bekerja, sedangkan di Korea MSDs mengalami peningkatan


(19)

yang sangat tinggi dari 1.634 pada tahun 2001 menjadi 5.502 pada tahun 2010 (WHO dalam Russeng dkk, 2013).

Berdasarkan hasil studi Departemen Kesehatan Indonesia dalam profil masalah kesehatan tahun 2005 penelitian yang dilakukan terhadap 9.482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia umumnya berupa penyakit musculoskeletal disorders (16 %), kardiovaskuler (8 %), gangguan saraf (5 %), gangguan pernafasan (3 %), dan gangguan THT (1,5%) (Arifandhy dkk, 2011).

Masalah musculoskeletal disorders (MSDs) pada pekerja setiap tahun semakin bertambah. Hal ini membuktikan bahwa musculoskeletal disorders

(MSDs) merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian di industri. Menurut Tarwaka dkk (2004) beberapa ahli juga menjelaskan bahwa faktor individu seperti umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, kekuatan fisik, dan ukuran tubuh juga menjadi penyebab terjadinya keluhan otot skeletal.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) partisipasi perempuan dalam bekerja meningkat secara signifikan selama Agustus 2006 - Agustus 2007. Jumlah pekerja perempuan bertambah 3,3 juta orang dengan penambahan terbesar di sektor pertanian dan perdagangan (Kuswaraharja, 2008). Banyaknya jumlah tenaga kerja wanita sekarang ini menunjukkan bahwa diperlukan perhatian yang serius terhadap akibat yang ditimbulkan dari pekerjaan terhadap kesehatan dari tenaga kerja wanita.

Banyak perusahaan yang mewajibkan pekerja wanita berpenampilan menarik. Salah satu peralatan kerja yang berpengaruh untuk menunjang


(20)

penampilan adalah sepatu hak tinggi yang sering digunakan di kalangan wanita ketika bekerja.

Menurut penelitian yang dilakukan di Inggris menyebutkan bahwa sekitar 80 % wanita pengguna sepatu berhak tinggi mengalami nyeri pada bagian otot-otot kaki. Sekitar 83 % diantaranya merasakan setidaknya satu gejala nyeri di bagian sistem muskuloskeletalnya (Jill dalam Dewi, 2014) .

Penelitian yang dilakukan oleh Duana dan Dewi (2012) keluhan muskuloskeletal pada SPG mall pemakai sepatu tumit tinggi di Kota Denpasar terbanyak terjadi pada bagian otot ekstremitas bawah khususnya pada kaki kiri, kaki kanan, betis kanan, dan betis kiri.

Sepatu hak tinggi dapat menimbulkan masalah kesehatan jika digunakan secara rutin. Namun, tinggi hak sepatu yang direkomendasikan aman bagi kesehatan adalah 3-4 cm. Karena pada ketinggian ini, kaki akan merasa nyaman karena otot kaki tidak akan dipaksa untuk menahan berat badan (Ros, 2014).

Pembangunan pusat pertokoan (mall) di Indonesia semakin meningkat. Hal ini dikarenakan perkembangan zaman membuat manusia semakin sibuk sehingga membutuhkan tempat perbelanjaan yang lengkap dan memudahkan mereka untuk mendapatkan kebutuhan yang mereka inginkan, sehingga mendorong berdirinya pusat-pusat perbelanjaan yang menawarkan berbagai produk. Salah satu pusat perbelanjaan yang ada di Kota Medan adalah Pusat Perbelanjaan Suzuya Medan Plaza tempat penulis mengadakan penelitian.

Pusat Perbelanjaan Suzuya Medan Plaza merupakan salah satu usaha besar di Indonesia dibawah bendera perusahaan PT Suriatama Mitra Perwita berjumlah


(21)

26 cabang yang tersebar di Pulau Sumatera. Berdirinya pusat perbelanjaan ini maka akan menyerap tenaga kerja dengan berbagai jenis pekerjaan. Salah satunya adalah tenaga Sales Promotion Girl (SPG). Kehadiran Sales Promotion Girl

(SPG) yang digunakan sebagai ujung tombak dari pemasaran produk yang berfungsi sebagai presenter dari sebuah produk. Sales Promotion Girl (SPG) bertugas untuk melayani konsumen dan memberikan informasi mengenai produk yang ditawarkan sehingga dituntut memiliki penampilan fisik menarik, tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai produk yang dipromosikan, dan memiliki keterampilan persuasi yang baik sehingga dapat menarik perhatian konsumen.

Pusat Perbelanjaan Suzuya Medan Plaza memiliki jumlah Sales Promotion Girl (SPG) sebanyak 177 orang yang dibagi dalam 2 shift dengan masing-masing shift bekerja selama 8 jam per hari. Shift I bekerja mulai dari pukul 09.00- 17.00 WIB. Dan shift II bekerja mulai dari pukul 13.30- 21.30 WIB. Selama melakukan pekerjaan, Sales Promotion Girl (SPG) diwajibkan oleh perusahaan menggunakan sepatu hak tinggi berjenis pentofel kerja minimal 5 cm. Penggunaan sepatu hak tinggi bertujuan untuk menunjang penampilan fisik. Namun disisi lain sepatu hak tinggi dapat mengakibatkan keluhan berupa nyeri pada otot-otot ekstremitas bagian bawah. Hal ini disebabkan karena adanya tekanan yang berasal dari sepatu hak tinggi tersebut.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan penulis di pusat perbelanjaan Suzuya Medan Plaza melalui wawancara yang dilakukan terhadap 3 orang Sales Promotion Girl (SPG) bahwa dengan menggunakan sepatu hak tinggi didapati keluhan berupa sakit di bagian betis dan kaki yang merupakan gejala


(22)

timbulnya gangguan musculoskeletal disorders (MSDs) pada tenaga kerja.

Berdasarkan semua uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) pengguna sepatu hak tinggi di pusat perbelanjaan Suzuya Medan Plaza pada Tahun 2015.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah adalah bagaimana keluhan musculoskeletal disorders

(MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) pengguna sepatu hak tinggi di pusat perbelanjaan Suzuya Medan Plaza pada tahun 2015.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) pengguna sepatu hak tinggi di Suzuya Medan Plaza pada tahun 2015.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) khususnya otot ekstremitas bagian bawah berdasarkan umur pada Sales Promotion Girl (SPG) pengguna sepatu hak tinggi di Suzuya Medan Plaza pada tahun 2015.

2. Untuk mengetahui gambaran keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) khususnya otot ekstremitas bagian bawah berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Sales Promotion Girl (SPG) pengguna sepatu hak


(23)

tinggi di Suzuya Medan Plaza pada tahun 2015.

3. Untuk mengetahui gambaran keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) khususnya otot ekstremitas bagian bawah berdasarkan lama pemakaian sepatu hak tinggi pada Sales Promotion Girl (SPG) pengguna sepatu hak tinggi di Suzuya Medan Plaza pada tahun 2015.

4. Untuk mengetahui gambaran keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) khususnya otot ekstremitas bagian bawah berdasarkan tinggi hak sepatu pada Sales Promotion Girl (SPG) pengguna sepatu hak tinggi di Suzuya Medan Plaza pada tahun 2015.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan untuk pekerja Sales Promotion Girl (SPG) dalam mengetahui keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) yang terjadi disebabkan faktor karakteristik individu dan penggunaan sepatu hak tinggi.

2. Memberikan masukanpada perusahaan dan Sales Promotion Girl (SPG) berupa pencegahan dan pengendalian dalam hal musculoskeletal disorders (MSDs) akibat penggunaan sepatu hak tinggi.

3. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam bidang Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3).


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sales Promotion Girl 2.1.1. Definisi

Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam pemasaran atau promosi suatu produk. Profesi ini biasanya menggunakan wanita yang mempunyai karakter fisik yang menarik harus didukung dengan tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai produk yang dipromosikan dan memiliki keterampilan persuasi yang baik sehingga dapat menarik perhatian konsumen.

2.1.2. Fungsi 2.1.2.1. Umum

Membantu koordinator dan supervisor dalam mengelola dalam mengelola

merchandise/barang dagangan di counter (area penjualan). 2.1.2.2. Khusus

a. Membentuk kepercayaan pelanggan terhadap performance perusahaan (toko) dan kualitas barang yang dijual.

b. Menebak kebutuhan konsumen dan membantu memilihkan barang yang sesuai dengan yang diinginkan konsumen.

c. Menjawab pertanyaan konsumen dan melayani complain dari konsumen dengan baik.

d. Menginformasikan kualitas barang sampai dengan cara perawatannya kepada konsumen.


(25)

e. Melaksanakan standar pelayanan pramuniaga dengan baik.

2.1.2. Tanggung Jawab

a. Mencapai produktivitas kerja yang maksimal. b. Mencapai target sales.

c. Menjaga tingkat shrinkage (angka kehilangan barang)

d. Memberi informasi yang benar kepada pelanggan secara bijak. e. Menjaga kebersihan area penjualan dan merchandise.

2.2. Sepatu HakTinggi

2.2.1. Definisi Sepatu Hak Tinggi

Pada prinsipnya sepatu wanita hanya terdiri dari dua jenis yaitu jenis pertama adalah sepatu yang memiliki hak datar disebut flat shoes dan jenis yang kedua adalah sepatu yang memiliki hak tinggi disebut High Heels. Sepatu berhak tinggi merupakan salah satu jenis alas kaki yang sering digunakan terutama oleh kalangan wanita. Alas kaki berhak tinggi adalah alas kaki dimana hak ditinggikan, sehingga kedudukan jari kaki berada lebih rendah dari tumit (Dewi, 2014).

2.2.2. Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Akibat Penggunaan Sepatu Hak Tinggi

Menurut teori tekanan, tekanan berbanding terbalik dengan luas permukaan suatu benda. Semakin besar luas permukaan suatu benda, maka tekanan akan semakin kecil. Sebaliknya, semakin kecil luas permukaan suatu benda, maka tekanan akan semakin besar (Giyarto, 2009). Sepatu hak tinggi mempunyai luas permukaan hak yang kecil. Hal ini sangat kontras dengan sepatu datar yang memiliki luas permukaan sepatu lebih lebar sehingga


(26)

tekanannya menjadi lebih kecil (Berebitchez dalam Murdhana dkk, 2011).

Hukum Newton yang ketiga menjelaskan bahwa untuk setiap reaksi ada hasil dan reaksi yang berlawanan. Ini berlaku untuk gaya yang diberikan pada lantai melalui sepatu hak tinggi yang menghasilkan reaksi dan berlawanan dengan gaya gravitasi (Brown dalam Murdhana dkk, 2011).

Reaksi pada lantai yang melawan gravitasi dengan memberikan tekanan yang lebih besar pada luas permukaan sepatu yang kecil berpengaruh pada pembuluh darah yang tersumbat sehingga mengakibatkan penumpukan darah dan terjadilah nyeri (Murdhana dkk, 2011). Rasa nyeri tersebut dapat terjadi pada otot-otot ekstremitas bagian bawah tubuh.

2.2.3. Cara Mengatasi Nyeri Akibat Penggunaan Sepatu Hak Tinggi

Menurut (Harmandini, 2011) cara mengatasi nyeri akibat penggunaan sepatu tinggi antara lain:

1. Regangkan kaki

Peregangan kaki dilakukan agar aliran darah menjadi lancar dengan membungkuk sambil mencoba menyentuh jari-jari kaki dengan jari tangan. Kedua kaki lurus (bagian lutut tidak ditekuk). Perlahan, bungkukkan tubuh dan tahan selama lima atau 10 detik ulangi sebanyak tiga kali. Peregangan lainnya adalah duduk dengan kaki menjulur ke depan rapatkan jari-jari kaki dan membentuk huruf –huruf dengan jari kaki.


(27)

2. Rendam dengan air hangat

Merendam kaki dalam air hangat dapat mengurangi lelah pada otot kaki. Tambahkan garam mineral seperti magnesium dan sulfat. Kulit akan menyerap magnesium yang membantu memperbaiki sel-sel tubuh.

3. Memanjakan kaki

Perawatan kaki bisa meringankan tekanan serta nyeri pada otot kaki. Bagi pemakai High Heels kelembaban kaki harus diperhatikan karena jika terlalu kering daerah yang kasar akan muncul akibat tekanan pada kaki. Oleh karena itu, gunakan selalu pelembab pada kaki.

4. Santai

Setelah menggunakan sepatu tinggi sepanjang hari, berikan kaki kesempatan untuk bersantai dan bebas dari tekanan yaitu dengan menggunakan sepatu datar.

2.3. Ergonomi

2.3.1. Definisi Ergonomi

Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani “Ergon” yang artinya kerja dan “Nomos ” yang berarti peraturan atau hukum. Ergonomi adalah penerapan ilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan tehnologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaannya yang manfaat dari padanya diukur dengan efisiensi dan

kesejahteraan kerja (Suma’mur, 2009). Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan


(28)

kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka dkk, 2004), sedangkan menurut International Labour Organization (ILO) ergonomi adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimal dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan.

2.3.2. Tujuan Ergonomi

Menurut (Tarwaka dkk, 2004) secara umum tujuan ergonomi adalah: 1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan

cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan hidup yang tinggi.

2.3.3 Aspek Ergonomi

Ada beberapa aspek dalam penerapan ergonomi yang perlu diperhatikan, antara lain: (Diana, 2012)


(29)

1. Faktor manusia

Ada beberapa faktor pembatas yang tidak dapat dilampaui agar dapat bekerja dengan aman dan sehat yaitu faktor dari dalam (internal faktor) dan faktor dari luar (external faktor). Faktor dari dalam (internal faktor) adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia seperti umur, jenis kelamin, kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh, sedangkan faktor dari luar (external faktor) yang berasal dari luar manusia, seperti penyakit gizi, lingkungan kerja, sosial ekonomi, dan adat istiadat.

2. Faktor anthropometri

Istilah anthropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia dan

metri yang berarti ukuran. Antropometri yang merupakan ukuran tubuh digunakan untuk merancang atau menciptakan suatu sarana kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh pengguna sarana kerja tersebut. Kesesuaian antara anthropometri pekerja dengan alat yang digunakan saat bekerja sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat kelelahan, kemampuan kerja, dan produktivitas kerja.

3. Faktor sikap tubuh dalam bekerja

Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi efektivitas dan produktivitas kerja. Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangannya harus dihindarkan. Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang memiliki


(30)

ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya.

4. Faktor pengorganisasian kerja

Pengorganisasian kerja terutama menyangkut waktu kerja, waktu istirahat, kerja lembur, dan lainnya yang dapat menentukan tingkat kesehatan dan efisiensi tenaga kerja, sehingga diperlukan pola pengaturan waktu kerja di perusahaan

2.4. Anatomi dan Fisiologi Organ dalam Sistem Muskuloskeletal 2.4.1. Sistem Muskuler/ sistem otot

1. Otot

a. Definisi Otot

Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh manusia yang berfungsi sebagai alat gerak aktif yang menggerakkan tulang. Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Fungsi sistem muskuler/otot antara lain yaitu untuk pergerakan, penopang tubuh, mempertahankan postur saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk, dan memproduksi panas.

b. Cara Kerja Otot

Cara kerja otot pada gerak tubuh manusia melibatkan otot, tulang, dan sendi. Gerakan pada tulang dapat terjadi karena adanya otot yang bekerja dengan cara berkontraksi. Otot ini akan berkontraksi bila mendapat rangsangan dari saraf. Bila otot berkontraksi, maka otot akan menggerakkan tulang di dekatnya sehingga menyebabkan terjadinya


(31)

gerakan pada sendi. Otot bekerja dengan dua cara yaitu kontraksi dan relaksasi.

c. Otot Ekstremitas Bagian Bawah

Otot ekstremitas bagian bawah atau otot anggota gerak bawah adalah salah satu golongan otot tubuh yang terletak pada anggota gerak bawah. Otot ini dibagi menjadi otot tungkai atas dan otot tungkai bawah. Otot tungkai atas (otot pada paha) dan otot tungkai bawah (otot tulang kering, otot tulang betis, otot telapak kaki, otot kedang jari bersama yang terletak di punggung kaki, otot penengah empu kaki terletak di telapak kaki, dan otot penepsi terletak di sebelah punggung kaki) (Syaifuddin, 2006).

2. Tendon

Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel yang terbuat dari fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang dengan otot atau otot dengan otot.

3. Ligamen

Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan elastis penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi.

2.4.2. Skeletal 1. Tulang/rangka

Skeletal disebut juga sistem rangka yang tersusun atas tulang-tulang. Tubuh memiliki 206 tulang yang membentuk rangka. Fungsi sistem skeletal


(32)

antara lain memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis, membentuk kerangka yang yang berfungsi untuk menyangga tubuh dan otot- otot yang. melekat pada tulang, melindungi sumsum tulang merah yang merupakan salah satu jaringan pembentuk darah, dan tempat penyimpanan bagi mineral seperti calcium dari dalam darah.

2. Sendi

Persendian adalah hubungan antar dua tulang sehingga memudahkan terjadinya pergerakan.

2.5. Keluhan Muskuloskeletal

2.5.1. Definisi Keluhan Muskuloskeletal

Menurut OHSCO (2007) keluhan muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan lainnya pada sistem otot (muskuloskeletal) seperti tendon, pembuluh darah, sendi, tulang, saraf, dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas kerja. Dan berdasarkan pendapat (Tarwaka dkk, 2004) yang mengutip hasil penelitian Grandjean dan Lemasters menjelaskan keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan ini biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders atau cedera pada sistem muskuloskeletal.

Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: 1. Keluhan sementara (reversible)


(33)

Keluhan sementara yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan.

2. Keluhan menetap (persistent)

Keluhan menetap yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

Menurut (Tarwaka dkk, 2004) studi MSDs pada berbagai industri telah banyak dilakukan menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot bagian bawah. Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang.

2.5.2. Penyebab Keluhan Muskuloskeletal

Menurut Peter Vi dalam Tarwaka dkk (2004) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal, yaitu:

1. Peregangan Otot yang Berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal tersebut sering


(34)

dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeleletal.

2. Aktivitas Berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus - menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat – angkut dan lain – lain. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus – menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

3. Sikap Kerja Tidak Alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka akan semakin tinggi pula rsesiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.

4. Faktor penyebab sekunder yaitu : a. Tekanan

Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Contohnya pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.


(35)

b. Getaran

Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot (Suma’mur, 1982).

c. Mikroklimat

Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang diserti dengan menurunnya kekuatan otot. Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot.

d. Penyebab kombinasi

Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat apabila dalam melakukan tugasnya pekerja dihadapkan pada beberapa faktor resiko pada waktu yang bersamaan, misalnya pekerja harus melakukan aktivitas mengangkat beban dibawah tekanan panas matahari.


(36)

Faktor-faktor penyebab keluhan otot-otot skeletal (Tarwaka, 2004). 1. Faktor Internal

a. Umur

Guo et al (1995) dan Chaffin, (1979) menyatakan bahwa pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun. Tingkat kekuatan dan ketahanan otot akan terus menurun seiring dengan bertambahnya umur, sehingga resiko terjadinya keluhan otot terus meningkat.

b. Jenis kelamin

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih rendah daripada pria. Astrand, dkk (1997) menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Dari uraian tersebut maka perlu dipertimbangkan dalam mendesain beban tugas.

c. Kebiasaan Merokok

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa meningkatkan keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan. Boshuizen, et. al (1993) menemukan hubungan yang signifikan antara kebiasan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot.


(37)

Hal ini sebenarnya terkait erat dengan kondisi kesegaran jasmani seseorang. Kebutuhan merokok akan dapat menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya tingkat kesegaran tubuh juga menurun. Apabila pekerja melakukan pekerjaan yang menuntut pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi penumpukan asam laktat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.

d. Kesegaran jasmani

Pada umumnya kelelahan otot lebih jarang ditemukan pada seseorang yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk istirahat. Sebaliknya bagi pekerja yang dalam kesehariannya melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan tenaga yang besar, disisi lain tidak mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat maka dapat dipastikan akan terjadi keluhan otot. Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi oleh tingkat kelelahan tubuh. Laporan NIOSH yang dikutip dari hasil penelitian Cady, dkk (1979) menyatakan bahwa untuk tingkat kesegaran tubuh yang rendah, maka resiko terjadinya keluhan adalah 7,1 %, tingkat kesegaran tubuh sedang adalah 3,2 % dan tingkat kesegaran tubuh tinggi adalah 0,8 %.

e. Kekuatan fisik

Chaffin and Park (1973) yang dilaporkan oleh NIOSH menemukan adanya peningkatan keluhan punggung pada pekerja yang melakukan tugas yang


(38)

menuntut kekuatan melebihi batas kekuatan otot pekerja. Secara fisiologis ada yang dilahirkan struktur otot yang mempunyai kekuatan fisik lebih kuat dibandingkan dengan yang lainnnya. Dalam kondisi kekuatan yang berbeda ini apabila harus melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, jelas yang mempunyai kekuatan otot rendah akan lebih rentan terhadap cedera otot.

f. Ukuran tubuh

Vessy et al (1990) menyatakan bahwa wanita yang gemuk mempunyai resiko 2x lipat dibandingkan wanita kurus. Hal ini diperkuat oleh Wrner, et al (1994) yang menyatakan bahwa pasien yang obesitas mempunyai resiko 2,5 lebih tinggi dibandingkan dengan yang kurus. Keluhan sistem musculoskeletal terkait dengan ukuran tubuh lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka dalam menerima beban, baik berat tubuh maupun beban tambahan lainnya.

2. Faktor eksternal penyebab keluhan otot-otot skeletal yaitu (Tarwaka, 2010) a. Lama kerja/waktu kerja

Waktu kerja bagi seseorang menentukan efisiensi dan produktivitasnya. Lamanya seseorang bekerja sehari dengan baik pada umumnya 6-8 jam. Dalam seminggu orang hanya bisa bekerja dengan baik selama 40-50 jam. Lebih dari itu kecenderungan menimbulkan hal-hal yang negatif. Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa pengurangan jam kerja dari 8 ¼ ke 8 jam disertai meningkatnya efisiensi kerja dengan kenaikan produktivitas sampai 10 %. Kecenderungan ini lebih terlihat pada


(39)

b. Tekanan melalui fisik (beban kerja)

Beban kerja dalam waktu yang lama dapat menyebabkan berkurangnya kinerja otot. Tekanan-tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada waktu yang panjang dapat mengakibatkan gangguan keluhan pada otot skeletal. Gejala yang ditunjukkan berupa makin rendahnya gerakan.

2.6. Body Nordic Map

Nordic Body Map adalah kuesioner yang menunjukkan keluhan rasa sakit/nyeri yang dirasakan tubuh pekerja. Metode Nordic Body Map meliputi 28 bagian otot-otot skeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri yang dimulai dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan paling bawah yaitu otot pada kaki. Pengukuran otot skeleletal dengan menggunakan kuesioner ini digunakan untuk menilai tingkat keparahan gangguan otot individu.


(40)

Gambar 2.1 Nordic Body Map

(Santoso, 2004)

Keterangan:

0. Leher atas 1. Leher bawah 2. Bahu kiri 3. Bahu kanan 4. Lengan atas kiri 5. Punggung

6. Lengan atas kanan 7. Pinggang

8. Bawah pinggang 9. Pantat

10. Siku kiri 11. Siku kanan

12. Lengan bawah kiri 13. Lengan bawah kanan

14. Pergelangan tangan kiri 15. Pergelangan tangan kanan 16. Tangan kiri

17. Tangan kanan 18. Paha kiri 19. Paha kanan 20. Lutut kiri 21. Lutut kanan 22. Betis kiri 23. Betis kanan

24. Pergelangan kaki kiri 25. Pergelangan kaki kanan 26. Telapak kaki kiri 27.Telapak kaki


(41)

2.7. Kerangka konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Keterangan:

Karakteristik pekerja terdiri dari variabel umur dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Penggunaan sepatu hak tinggi terdiri dari variabel lama pemakaian sepatu dan tinggi hak sepatu. Keempat variabel tersebut merupakan variabel yang berperan atas terjadinya keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada pekerja.

1. Karakteristik Pekerja

a. Umur b. IMT

2. Penggunaan Sepatu Hak Tinggi

a. Lama Pemakaian Sepatu (tahun)

b. Tinggi Hak Sepatu (cm)


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif untuk mengetahui keluhan

musculoskeletal disorders (MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) pengguna sepatu hak tinggi di Suzuya Medan Plaza Tahun 2015.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Suzuya Medan Plaza. Adapun alasan pemilihan dari lokasi penelitian ini adalah:

1. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai musculoskeletal disorders

(MSDs) khususnya bagi Sales Promotion Girl (SPG) di Suzuya Medan Plaza.

2. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak Suzuya Medan Plaza untuk dapat melakukan penelitian.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanan pada bulan Februari sampai dengan Juli 2015.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SPG pusat perbelanjaan Suzuya Medan Plaza yaitu sebanyak 177 orang.


(43)

3.3.2. Sampel

Tehnik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling

(Notoatmodjo, 2010). Jumlah sampel diperoleh menggunakan Rumus Slovin

sebagai berikut: n= N/N. d2 +1

Keterangan n= jumlah sampel N= jumalah populasi

d2 = presisi yang ditetapkan (0,1)

Dari rumus diatas maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut: n = 177/177 (0.1 2) + 1

= 177/1,77 +1 = 177/2,77 = 63,8 ≈ 64

Berdasarkan perhitungan diatas maka jumlah sampel adalah 64 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

1. Karakteristik

Data umur diperoleh dengan wawancara kepada para Sales Promotion Girl (SPG) menggunakan kuesioner. Data berat badan diperoleh dengan menimbang berat badan Sales Promotion Girl (SPG) menggunakan timbangan merek Camry dan data tinggi badan diperoleh dengan mengukur tinggi badan

Sales Promotion Girl (SPG) menggunakan meteran merek Stanley Power Lock 8m/26’.


(44)

2. Penggunaan Sepatu Hak Tinggi

Data lama penggunaan sepatu diperoleh dengan wawancara kepada para

Sales Promotion Girl (SPG ) menggunakan kuesioner. Dan data tinggi hak sepatu diperoleh dengan mengukur tinggi hak sepatu menggunakan meteran merek Stanley Power Lock8m/26’.

3. Keluhan musculoskeletal disorders (MSDs)

Melakukan wawancara dan pemetaan keluhan muskuloskeletal dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari bagian personalia terdiri atas:

1. Profil perusahaan mencakup sejarah, visi misi perusahaan dan struktur organisasi.

2. Data kepegawaian.

3.5. Definisi Operasional

1. Sales Promotion Girl (SPG) adalah tenaga kerja yang bekerja di Suzuya Medan Plaza yang pekerjaannya adalah melayani pembeli/konsumen dengan memberi informasi mengenai barang-barang yang dijual.

2. Umur adalah usia tenaga kerja sampai dengan waktu dilakukan penelitian. Penggolongan umur pada responden berdasarkan data yang didadapat pada saat penelitian. Pembagian interval atau panjang kelas pada golongan umur menggunakan rumus yaitu:

Interval/panjang kelas = data umur terbesar – data umur terkecil pada data penelitian/banyak kelas.


(45)

3. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah BB/TB2 dikategorikan berdasarkan kriteria WHO yaitu underweight, normal, overweight, dan obesitas.

4. Sepatu Hak Tinggi adalah sepatu yang memiliki tinggi hak minimal 5 cm.

Lama pemakaian sepatu hak tinggi adalah waktu responden selama bekerja sebagai Sales Promotion Girl (SPG) dengan menggunakan sepatu hak tinggi. Penggolongan lama pemakaian sepatu hak tinggi responden berdasarkan data yang didadapat pada saat penelitian. Pembagian interval atau panjang kelas pada golongan lama pemakaian sepatu hak tinggi menggunakan rumus yaitu:

5. Interval/panjang kelas = data lama pemakaian sepatu hak tinggi terbesar

– data lama pemakaian sepatu hak tinggi terkecil pada data penelitian/banyak kelas.

6. Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal pada otot ekstremitas bagian bawah mulai dari bagian paha sampai kaki. Data keluhan muskuloskeletal didapat dari kuesioner Nordic Body Map. Jika responden mengalami keluhan muskuloskeletal berupa sakit atau nyeri pada otot ekstremitas bagian bawah diberi kode = 1. Dan jika responden tidak mengalami keluhan muskuloskeletal berupa sakit atau nyeri pada otot ekstremitas bagian bawah diberi kode = 2.

3.6. Teknik Analisis Data

Tehnik analisa data dilakukan secara deskriptif dan dengan menggunakan analisa univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dan disajikan dalam tabel distribusi freku


(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Suzuya Medan Plaza 4.1.1. Sejarah Suzuya Medan Plaza

Suzuya berasal dari bahasa Jepang yang artinya “kayu gemerincing “.

Suzuya didirikan pada tahun 1983 dengan kios kecil seluas 77.5 m2 dengan

nama “Suzuya Boutique”. Seiring berjalannya waktu, luas kios yang hanya

memiliki luas 77,5 m2 berkembang menjadi 180 m2 dengan nama “Suzuya

Fashion”. Pada tahun 1986 toko ini terbakar habis. Pada tahun 1988 dibuka kembali dengan luas 900 m2 dengan nama “Suzuya Department Store”. Pada

tahun 2007 terus berkembang menjadi “Suzuya Group” dengan lahan yang lebih

luas. Suzuya memiliki 8 unit bisnis yang saling bersinergi yaitu Department Store, Supermarket, Fashion Outlet (Romp), Furniture Plaza, Hotel dan Restaurant. Outlet Suzuya saat ini sudah berjumlah 26 buah dan tersebar di 8 kota yaitu di Medan, Binjai, Pematang Siantar, Rantau Prapat, Pekan Baru, Padang, Lhokseumawe, dan Banda Aceh. Suzuya secara konsisten dan akan terus melakukan ekspansi bisnisnya seiring dengan visi perusahaan. Saat ini Suzuya Group sudah menjadi pemimpin Ritel lokal di Pulau Sumatera dengan memiliki 9 unit bisnis, 26 outlet di 8 kota, 2.000 lebih karyawan. 20.000 m2 lebih lahan ritel, 50.000 lebih jenis produk yang dijual, 300.000 lebih pelanggan yang terdaftar.


(47)

4.1.2. Visi dan Misi Suzuya Medan Plaza 1. Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan retail peringkat 1 di Indonesia pada tahun 2030.

a. Misi

1) Membangun jaringan retail sedekat mungkin dengn pelanggan. 2) Membangun rasa memiliki karyawan dengan melakukan

pengembangan dan peningkatan kesejahteraan.

3) Menjadikan perusahaan yang dinamis, terpercaya, dan disukai masyarakat.

4) Menyediakan produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

4.1.3. Values

Suzuya Medan Plaza menjunjung tinggi : 1. Integritas

2. Professional

3. Team work

4. Inovatif

4.1.4. Visi dan Misi Customer Service Suzuya 1. Visi

Menjadi retail terbaik dalam pelayanan yang berorientasi pada pelanggan dalam memberikan solusi kepada pelanggan.

2. Misi

1. Memberikan layanan terbaik kepada pelanggan. 2. Prioritas utama adalah menjaga kepuasan pelanggan. 3. Menjaga loyalitas pelanggan.


(48)

4.1.5. Aspek Harus Dimiliki Suzuya Untuk Menjadi Excellence

1. Mindset/Profersional Grooming.

2. Attitude

Fokus kepada pelanggan (Custumer oriented).

3. Skill

Communication, selling, problem solving.

4. Product Knowledge

4.1.6 Jenis Karyawan, Shift Kerja, dan Periode Istirahat

Karyawan di Suzuya Medan Plaza terbagi atas dua yakni:

1. Karyawan kantor terdiri dari store manager, asisten manager, supervisor, HRD, logistik, administrasi, dan IT.

2. Karyawan area terdiri dari pramuniaga (SPG), kasir, visual, driver, satpam.

Karyawan kantor selama seminggu diberlakukan 6 hari kerja dan 1 hari

off (ijin tidak masuk kerja) dengan jam kerja pukul 09.00-16.30. Karyawan area selama seminggu diberlakukan 6 hari kerja dan 1 hari off (ijin tidak masuk kerja) yang diatur oleh supervisor sehingga tidak ada kekosongan tenaga kerja di lapangan (area). Karyawan area terbagi atas dua shift kerja yaitu:

1. Shift I: Pukul 09.00-17.00 WIB 2. Shift II: Pukul 13.30-21.30 WIB

Periode istirahat untuk karyawan kantor adalah pukul 14.00-14.45 WIB. Sementara karyawan area untuk masing-masing shift adalah:


(49)

4.1.7. Upah, Tunjangan Hari Raya Keagamaan, Insentif, Bonus, dan Cuti

1. Upah

Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza mendapat upah setiap bulannya yang disesuaikan dengan Upah Minimum Sektoral (UMS).

2. Tunjangan Hari Raya Keagamaan

Perusahaan wajib memberikan Tunjangan Hari Raya Keagamaan (THRK) kepada karyawan yang pada saat hari raya keagamaannya sudah mempunyai masa kerja 3 bulan secara terus-menerus atau lebih yang diberikan berdasarkan salah satu hari keagamaan masing-masing karyawan.

3. Insentif

Perusahaan dapat memberikan insentif yang disesuaikan dengan pencapaian target/prestasi yang ditetapkan. Besarnya insentif dan golongan karyawan yang mendapatkan insentif ditetapkan oleh perusahaan.

4. Bonus

Karyawan yang berhak menerima bonus adalah karyawan yang masih bekerja dan mempunyai masa kerja minimal 1 tahun pada tahun yang berjalan dan karyawan yang mengundurkan diri dan atau putus hubungan kerjanya sebelum tanggal 1 Desember tidak berhak atas bonus. Besarnya bonus ditetapkan oleh perusahaan dan didasarkan kepada prestasi kerja masing-masing karyawan.

5. Cuti


(50)

a. Cuti Tahunan

Setiap karyawan yang telah bekerja selama 12 bulan berturut-turut pada perusahaan berhak atas cuti tahunan sebanyak 12 hari kerja dengan mendapat upah penuh.

b. Cuti Melahirkan

Karyawan wanita yang hamil, diberikan cuti hamil menjelang dan sesudah yang bersangkutan melahirkan, dengan mendapat upah penuh. Karyawan yang akan mengambil cuti melahirkan harus melaporkan terlebih dahulu 7 bulan sebelum mengambil cuti melahirkan. Cuti melahirkan diberikan perusahaan 1,5 bulan sebelum melahirkan dan 1,5 bulan sesudah melahirkan.

c. Cuti Menikah

Setiap karyawan yang akan menikah diberikan cuti selama 3 hari dengan mendapat upah penuh.

d. Cuti Kemalangan

Karyawan yang mengalami kemalangan akan diberikan cuti. Jika yang meninggal adalah orang tua maka karyawan diberikan cuti 3 hari. Dan jika yang meninggal adalah saudara kandung maka karyawan diberi cuti 2 hari dengan mendapat upah penuh.

e. Cuti Sunatan dan Aqiqah

Karyawan yang melakukan aqiah dan sunatan pada anaknya akan diberikan cuti sebanyak 2 hari dengan mendapat upah penuh.


(51)

4.1.8. Struktur Organisasi Suzuya Medan Plaza

Gambar 4.1 : Struktur Organisasi Suzuya Medan Plaza Sumber: Bagian Personalia Suzuya Medan Plaza

Keterangan:

Suzuya Medan Plaza dibawah bendera perusahaan PT Suriatama Mitra Perwita dipimpin oleh Store Manager. Seorang Store Manager mempunyai orang kepercayaan yang bisa membantu dirinya dalam menyelesaikan pekerjaan yang disebut Asisten Manager. Seorang Asisten Manager tidak bisa bekerja sendiri dalam mencapai visi dan misi Suzuya Medan Plaza harus didukung oleh kerjasama dari Supervisor dan Back Office. Supervisor terbagi dua yaitu Supervisor Kasir dan Junior Supervisor, sedangkan Back Office terdiri dari HRD, Logistik, Administrasi, dan IT. Dalam hal pelayanan kepada pengunjung atau pelanggan ketika berada di area, Suzuya Medan Plaza mempercayakan tugas kepada kasir dan pramuniaga (SPG) dibawah pengawasan supervisor.

Store Manager

Asisten Manager

Supervisor

Supervisor Kasir

Kasir

Junior Supervisor

Pramuniaga (SPG)

Back Office


(52)

4.2. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah Sales Promotion Girl (SPG) yang bekerja di Suzuya Medan Plaza. Karakteristik responden meliputi umur, pendidikan terakhir, status pernikahan, dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Di bawah ini akan ditampilkan data dari hasil penelitian karakteristik tersebut dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pada Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun 2015

No Umur (Tahun) n %

1 17-20 27 42,2

2 21-24 10 15,6

3 25-28 14 21,9

4 29-32 5 7,8

5 33-36 1 1,6

6 37-40 5 7,8

7 41-44 1 1,6

8 45-48 1 1,6

Total 64 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1 bahwa responden yang berumur 17-20 tahun yaitu sebanyak 27 orang (42,2%), responden yang berumur 21-24 tahun sebanyak 10 orang (15,6%), responden yang berumur 25-28 tahun sebanyak 14 orang (21,9%), responden yang berumur 29-32 tahun sebanyak 5 orang (7,8%), responden yang berumur 33-36 tahun sebanyak 1 orang (1,6%), responden yang berumur 37-40 tahun sebanyak 5 orang (7,8%), responden yang berumur 41-44 tahun sebanyak 1 orang (1,6 %), dan responden yang berumur 45-48 tahun sebanyak 1 orang (1,6%).

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pada Sales

Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian bahwa semua responden memiliki pendidikan terakhir SMA (Sekolah Menengah Atas) sebanyak 64 orang (100 %).


(53)

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pernikahan Pada

Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun 2015

No Status n %

1 2

Menikah Belum Menikah

19 45

29,7 70,3

Total 64 100,0

Berdasarkan Tabel 4.2 bahwa responden yang berstatus menikah yaitu sebanyak 19 orang (29,7%) dan responden yang berstatus belum menikah yaitu sebanyak 45 orang (70,3%).

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Pada Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun 2015

No IMT n %

1 2 3 4

Underweight Normal

Overweight Obesitas

14 23 20 7

21,9 35,9 31,2 10,9

Total 64 100,0

Berdasarkan Tabel 4.3 responden yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) kategori underweight sebanyak 14 orang (21,9%), responden yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) kategori normal sebanyak 23 orang (35,9%), responden yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) kategori

overweight sebanyak 20 orang (31,2%), dan responden yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) kategori obesitas sebanyak 7 orang (10,9%).


(54)

4.3. Penggunaan Sepatu Hak Tinggi Responden

Penggunaan sepatu hak tinggi responden meliputi lama pemakaian sepatu dan tinggi hak sepatu. Di bawah ini akan ditampilkan data dari hasil penelitian dari kedua variabel tersebut dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Pemakaian Sepatu Hak Tinggi Pada Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun 2015

No Lama Pemakaian Sepatu Hak Tinggi (Tahun) n %

1 ≤ 1 24 37,5

2 2-6 26 40,6

3 7-11 7 10,9

4 12-16 4 6,2

5 17-21 2 3,1

6 22-26 1 1,6

Total 64 100,0

Berdasarkan Tabel 4.4 responden dengan lama pemakaian sepatu hak

tinggi selama ≤ 1 tahun sebanyak 24 orang (37,5%), responden dengan lama

pemakaian sepatu hak tinggi selama 2-6 tahun sebanyak 26 orang (40,6%), responden dengan lama pemakaian sepatu hak tinggi selama 7-11 tahun sebanyak 7 orang (10,9%), responden dengan lama pemakaian sepatu hak tinggi selama 12-16 tahun sebanyak 4 orang (6,2%), responden dengan lama pemakaian sepatu hak tinggi selama 17-21 tahun sebanyak 2 orang (3,1%), dan responden dengan lama pemakaian sepatu hak tinggi selama 22-26 tahun sebanyak 1 orang (1,6%).

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tinggi Hak Sepatu Pada

Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun 2015

No Tinggi Hak Sepatu (cm) n %

1 5 cm 7 10,9

2 6 cm 20 31,2

3 7 cm 37 57,8


(55)

Berdasarkan Tabel 4.5 responden yang menggunakan sepatu dengan tinggi hak sepatu 5 cm sebanyak 7 orang (10,9%), responden yang menggunakan sepatu dengan tinggi hak sepatu 6 cm sebanyak 20 orang (31,2%), dan responden yang menggunakan sepatu dengan tinggi hak sepatu 7 cm sebanyak 37 orang (57,8%).

4.4. Keluhan Muskuloskeletal Disorders (MSDS) Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah

Sepatu dalam segi estika berfungsi menunjang penampilan misalnya sepatu hak tinggi. Namun disisi lain sepatu hak tinggi dapat mengakibatkan keluhan berupa nyeri pada otot-otot ekstremitas bagian bawah. Hal ini disebabkan karena adanya tekanan yang berasal dari sepatu hak tinggi tersebut. Di bawah ini akan ditampilkan data dari hasil penelitian yaitu keluhan muskuloskeletal pada otot ekstremitas bagian bawah responden.

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun 2015

No Jenis Keluhan

Total

Sakit Tidak Sakit

n % n % n %

1 Pada Paha Kiri 27 42,2 37 57,8 64 100,0

2 Pada Paha Kanan 27 42,2 37 57,8 64 100,0

3 Pada Lutut Kiri 35 54,7 29 45,3 64 100,0

4 Pada Lutut Kanan 35 54,7 29 45,3 64 100,0

5 Pada Betis Kiri 64 100,0 0 0,00 64 100,0

6 Pada Betis Kanan 64 100,0 0 0,00 64 100,0

7 Pada Pergelangan Kaki Kiri 48 75,0 16 25,0 64 100,0

8 Pada Pergelangan Kaki Kanan 48 75,0 16 25,0 64 100,0

9 Pada Kaki Kiri 62 96,9 2 3,1 64 100,0

10 Pada Kaki Kanan 62 96,9 2 3,1 64 100,0

Berdasarkan Tabel 4.6 keluhan muskuloskeletal yang dirasakan responden pada otot ekstremitas bagian bawah yang paling banyak adalah pada bagian betis kiri sebanyak 64 orang (100%) dan betis kanan sebanyak 64 orang


(56)

.(100 %), sedangkan keluhan muskuloskeletal yang dirasakan responden pada otot ekstremitas bagian bawah yang paling sedikit adalah pada bagian paha kiri sebanyak 27 orang (42,2 %) dan paha kanan sebanyak 27 orang (42,2%).

4.5. Tabulasi Silang

4.5.1. Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Berdasarkan Umur Responden

Umur adalah usia tenaga kerja sampai dengan waktu dilakukan penelitian. Umur merupakan salah satu karakteristik individu yang berperan dalam penyebab terjadinya keluhan otot skeletal pada bagian bawah tubuh. Di bawah ini akan ditampilkan data dari hasil penelitian yaitu keluhan muskuloskeletal pada otot ekstremitas bagian bawah berdasarkan umur responden.


(57)

Tabel 4.7 Distribusi Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Berdasarkan Umur Pada Sales

Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun 2015

Keluhan MSDs Umur (Tahun)

17-20 21-24 25-28 29-32 33-36 37-40 41-44 45-48 Total

n % n % n % n % n % n % n % n %

Paha Kiri a. Sakit b. Tdk Sakit

3 24 4,7 37,2 3 7 4,7 10,9 9 5 14,1 7,8 4 1 6,2 1,6 1 0 1,6 0,0 5 0 7,8 0,0 1 0 1,6 0,0 1 0 1,6 0,0 27 37

Total 27 42,2 10 15,6 14 21,9 5 7,8 1 1,6 5 7,8 1 1,6 1 1,6 64

Paha Kanan a. Sakit b. Tdk Sakit

3 24 4,7 37,5 3 7 4,7 10,9 9 5 14,1 7,8 4 1 6,2 1,6 1 0 1,6 0,0 5 0 7,8 0,0 1 0 1,6 0,0 1 0 1,6 0,0 27 37

Total 27 42,2 10 15,6 14 21.9 5 7,8 1 1,6 5 7,8 1 1,6 1 1,6 64

Lutut Kiri a. Sakit b. Tdk Sakit

8 19 12,5 29,7 4 6 6,2 9,4 11 3 17,2 4,7 4 1 6,2 1,6 1 0 1,6 0,0 5 0 7,8 0,0 1 0 1,6 0,0 1 0 1,6 0,0 35 29

Total 27 42,2 10 15,6 14 21,9 5 7,8 1 1,6 5 7,8 1 1,6 1 1,6 64

Lutut Kanan a. Sakit b. Tdk Sakit

8 19 12,5 29,7 4 6 6,2 9,4 11 3 17,2 4,7 4 1 6,2 1,6 1 0 1,6 0,0 5 0 7,8 0,0 1 0 1,6 0,0 1 0 1,6 0,0 35 29

Total 27 42,2 10 15,6 14 21,9 5 7,8 1 1,6 5 7,8 1 1,6 1 1,6 64

Betis Kiri a. Sakit b. TdkSakit 27 0 42,2 0,0 10 0 15,6 0,0 14 0 21,9 0,0 5 0 7,8 0,0 1 0 7,8 0,0 5 0 7,8 0,0 1 0 1,6 0,0 1 0 1,6 0,0 64 0


(58)

Betis Kanan a. Sakit b. Tdk Sakit

27 0 42,2 0,0 10 0 15,6 0,0 14 0 21,9 0,0 5 0 7,8 0,0 1 0 7,8 0,0 5 0 7,8 0,0 1 0 1,6 0,0 1 0 1,6 0,0 64 0

Total 27 42,2 10 15,6 14 21,9 5 7,8 1 7,8 5 7,8 1 1,6 1 1,6 64

Pergelangan Kaki Kiri a. Sakit b. Tdk Sakit

17 10 26,6 15,6 7 3 10,9 4,7 12 2 18,8 3,1 4 1 6,2 1,6 1 0 1,6 0,0 5 0 7,8 0,0 1 0 1,6 0,0 1 0 1,6 0,0 48 16

Total 27 42,2 10 15,6 14 21,9 5 7,8 1 1,6 5 7,8 1 1,6 1 1,6 64

Pergelangan Kaki Kanan a. Sakit

b. Tdk Sakit

17 10 26,6 15,6 7 3 10,9 4,7 12 2 18,83, 1 4 1 6,2 1,6 1 0 1,6 0,0 5 0 7,8 0,0 1 0 1,6 0,0 1 0 1,6 0,0 48 16

Total 27 42,2 10 15,6 14 21,9 5 7,8 1 1,6 5 7,8 1 1,6 1 1,6 64

Kaki Kiri a. Sakit b. Tdk Sakit

25 2 39,1 3,1 10 0 15,6 0,0 14 0 21,9 0,0 5 0 7,8 0,0 1 0 1,6 0,0 5 0 7,8 0,0 1 0 1,6 0,0 1 0 1,6 0,0 62 2

Total 27 42,2 10 15,6 4 21,9 5 7,8 1 1,6 5 7,8 1 1,6 1 1,6 64

Kaki Kanan a. Sakit b. Tdk Sakit

25 2 39,1 3,1 10 0 15,6 0,0 14 0 21,9 0,0 5 0 7,8 0,0 1 0 1,6 0,0 5 0 7,8 0,0 1 0 1,6 0,0 1 0 1,6 0,0 62 2


(59)

Berdasarkan Tabel 4.7 responden terbanyak yang merasakan keluhan muskuloskeletal pada otot ekstremitas bagian bawah adalah responden yang berumur 25-28 tahun dengan keluhan terbanyak pada bagian betis kiri, betis kanan, kaki kiri dan kaki kanan sebanyak 14 orang (21,9%). Dan keluhan terendah pada bagian paha kiri dan kanan sebanyak 9 orang (14,1%).

4.5.2. Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah rasio antara berat badan dalam kilogram dan kuadrat tinggi badan dalam meter. IMT merupakan salah satu karakteristik individu yang berperan dalam penyebab terjadinya keluhan otot skeletal pada bagian bawah tubuh. Di bawah ini akan ditampilkan data dari hasil penelitian yaitu keluhan muskuloskeletal pada otot ektremitas bagian bawah berdasarkan IMT responden.


(1)

Tinggi Hak Sepatu (cm) * Sakit Pada Lutut Kiri Crosstabulation

Sakit Pada Lutut Kiri

Total

sakit tidak sakit

Tinggi Hak Sepatu (cm) 5 Count 7 0 7

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 100.0% .0% 100.0%

% within Sakit Pada Lutut Kiri 20.0% .0% 10.9%

% of Total 10.9% .0% 10.9%

6 Count 8 12 20

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 40.0% 60.0% 100.0%

% within Sakit Pada Lutut Kiri 22.9% 41.4% 31.2%

% of Total 12.5% 18.8% 31.2%

7 Count 20 17 37

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 54.1% 45.9% 100.0%

% within Sakit Pada Lutut Kiri 57.1% 58.6% 57.8%

% of Total 31.2% 26.6% 57.8%

Total Count 35 29 64

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 54.7% 45.3% 100.0%

% within Sakit Pada Lutut Kiri 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 54.7% 45.3% 100.0%

Tinggi Hak Sepatu (cm) * Sakit Pada Lutut Kanan Crosstabulation

Sakit Pada Lutut Kanan

Total

sakit tidak sakit

Tinggi Hak Sepatu (cm) 5 Count 7 0 7

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 100.0% .0% 100.0%

% within Sakit Pada Lutut Kanan 20.0% .0% 10.9%

% of Total 10.9% .0% 10.9%

6 Count 8 12 20

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 40.0% 60.0% 100.0%

% within Sakit Pada Lutut Kanan 22.9% 41.4% 31.2%

% of Total 12.5% 18.8% 31.2%


(2)

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 54.1% 45.9% 100.0%

% within Sakit Pada Lutut Kanan 57.1% 58.6% 57.8%

% of Total 31.2% 26.6% 57.8%

Total Count 35 29 64

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 54.7% 45.3% 100.0%

% within Sakit Pada Lutut Kanan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 54.7% 45.3% 100.0%

Tinggi Hak Sepatu (cm) * Sakit Pada Betis Kiri Crosstabulation

Sakit Pada Betis Kiri

Total sakit

Tinggi Hak Sepatu (cm) 5 Count 7 7

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 100.0% 100.0%

% within Sakit Pada Betis Kiri 10.9% 10.9%

% of Total 10.9% 10.9%

6 Count 20 20

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 100.0% 100.0%

% within Sakit Pada Betis Kiri 31.2% 31.2%

% of Total 31.2% 31.2%

7 Count 37 37

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 100.0% 100.0%

% within Sakit Pada Betis Kiri 57.8% 57.8%

% of Total 57.8% 57.8%

Total Count 64 64

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 100.0% 100.0%

% within Sakit Pada Betis Kiri 100.0% 100.0%


(3)

Tinggi Hak Sepatu (cm) * Sakit Pada Betis Kanan Crosstabulation

Sakit Pada Betis Kanan

Total sakit

Tinggi Hak Sepatu (cm) 5 Count 7 7

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 100.0% 100.0%

% within Sakit Pada Betis Kanan 10.9% 10.9%

% of Total 10.9% 10.9%

6 Count 20 20

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 100.0% 100.0%

% within Sakit Pada Betis Kanan 31.2% 31.2%

% of Total 31.2% 31.2%

7 Count 37 37

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 100.0% 100.0%

% within Sakit Pada Betis Kanan 57.8% 57.8%

% of Total 57.8% 57.8%

Total Count 64 64

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 100.0% 100.0%

% within Sakit Pada Betis Kanan 100.0% 100.0%

% of Total 100.0% 100.0%

Tinggi Hak Sepatu (cm) * Sakit Pada Pergelangan Kaki Kiri Crosstabulation Sakit Pada Pergelangan Kaki Kiri

Total

sakit tidak sakit

Tinggi Hak Sepatu (cm) 5 Count 7 0 7

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 100.0% .0% 100.0%

% within Sakit Pada Pergelangan Kaki Kiri

14.6% .0% 10.9%

% of Total 10.9% .0% 10.9%

6 Count 14 6 20

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 70.0% 30.0% 100.0%

% within Sakit Pada Pergelangan

Kaki Kiri


(4)

% of Total 21.9% 9.4% 31.2%

7 Count 27 10 37

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 73.0% 27.0% 100.0%

% within Sakit Pada Pergelangan Kaki Kiri

56.2% 62.5% 57.8%

% of Total 42.2% 15.6% 57.8%

Total Count 48 16 64

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 75.0% 25.0% 100.0%

% within Sakit Pada Pergelangan Kaki Kiri

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 75.0% 25.0% 100.0%

Tinggi Hak Sepatu (cm) * Sakit Pada Pergelangan Kaki Kanan Crosstabulation Sakit Pada Pergelangan Kaki Kanan

Total

sakit tidak sakit

Tinggi Hak Sepatu (cm) 5 Count 7 0 7

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 100.0% .0% 100.0%

% within Sakit Pada Pergelangan Kaki Kanan

14.6% .0% 10.9%

% of Total 10.9% .0% 10.9%

6 Count 14 6 20

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 70.0% 30.0% 100.0%

% within Sakit Pada Pergelangan Kaki Kanan

29.2% 37.5% 31.2%

% of Total 21.9% 9.4% 31.2%

7 Count 27 10 37

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 73.0% 27.0% 100.0%

% within Sakit Pada Pergelangan Kaki Kanan

56.2% 62.5% 57.8%

% of Total 42.2% 15.6% 57.8%

Total Count 48 16 64

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 75.0% 25.0% 100.0%

% within Sakit Pada Pergelangan Kaki Kanan


(5)

Tinggi Hak Sepatu (cm) * Sakit Pada Pergelangan Kaki Kanan Crosstabulation Sakit Pada Pergelangan Kaki Kanan

Total

sakit tidak sakit

Tinggi Hak Sepatu (cm) 5 Count 7 0 7

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 100.0% .0% 100.0%

% within Sakit Pada Pergelangan Kaki Kanan

14.6% .0% 10.9%

% of Total 10.9% .0% 10.9%

6 Count 14 6 20

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 70.0% 30.0% 100.0%

% within Sakit Pada Pergelangan Kaki Kanan

29.2% 37.5% 31.2%

% of Total 21.9% 9.4% 31.2%

7 Count 27 10 37

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 73.0% 27.0% 100.0%

% within Sakit Pada Pergelangan Kaki Kanan

56.2% 62.5% 57.8%

% of Total 42.2% 15.6% 57.8%

Total Count 48 16 64

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 75.0% 25.0% 100.0%

% within Sakit Pada Pergelangan Kaki Kanan

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 75.0% 25.0% 100.0%

Tinggi Hak Sepatu (cm) * Sakit Pada Kaki Kiri Crosstabulation

Sakit Pada Kaki Kiri

Total

sakit tidak sakit

Tinggi Hak Sepatu (cm) 5 Count 7 0 7

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 100.0% .0% 100.0%

% within Sakit Pada Kaki Kiri 11.3% .0% 10.9%

% of Total 10.9% .0% 10.9%

6 Count 20 0 20


(6)

% within Sakit Pada Kaki Kiri 32.3% .0% 31.2%

% of Total 31.2% .0% 31.2%

7 Count 35 2 37

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 94.6% 5.4% 100.0%

% within Sakit Pada Kaki Kiri 56.5% 100.0% 57.8%

% of Total 54.7% 3.1% 57.8%

Total Count 62 2 64

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 96.9% 3.1% 100.0%

% within Sakit Pada Kaki Kiri 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 96.9% 3.1% 100.0%

Tinggi Hak Sepatu (cm) * Sakit Pada Kaki Kanan Crosstabulation

Sakit Pada Kaki Kanan

Total

sakit tidak sakit

Tinggi Hak Sepatu (cm) 5 Count 7 0 7

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 100.0% .0% 100.0%

% within Sakit Pada Kaki Kanan 11.3% .0% 10.9%

% of Total 10.9% .0% 10.9%

6 Count 20 0 20

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 100.0% .0% 100.0%

% within Sakit Pada Kaki Kanan 32.3% .0% 31.2%

% of Total 31.2% .0% 31.2%

7 Count 35 2 37

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 94.6% 5.4% 100.0%

% within Sakit Pada Kaki Kanan 56.5% 100.0% 57.8%

% of Total 54.7% 3.1% 57.8%

Total Count 62 2 64

% within Tinggi Hak Sepatu (cm) 96.9% 3.1% 100.0%

% within Sakit Pada Kaki Kanan 100.0% 100.0% 100.0%


Dokumen yang terkait

Hubungan Sikap Kerja Dengan Musculoskeletal Disorders Pada Penjahit Di Pusat Industri Kecil Menteng Medan 2015

10 61 112

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja di Bagian Polishing PT. Surya Toto Indonesia. Tbk Tangerang Tahun 2011

0 15 205

Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung Tahun 2013

2 28 147

Gambaran Pola Makan, Tingkat Stres, dan Keluhan Gejala Gastritis (Maag) pada Sales Promotion Girl (SPG) di Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair

9 45 141

Gambaran Pola Makan, Tingkat Stres, dan Keluhan Gejala Gastritis (Maag) pada Sales Promotion Girl (SPG) di Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair

1 1 15

Gambaran Pola Makan, Tingkat Stres, dan Keluhan Gejala Gastritis (Maag) pada Sales Promotion Girl (SPG) di Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair

0 0 2

FENOMENA SALES PROMOTION GIRL (SPG)FREELANCE PADA MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sales Promotion Girl 2.1.1. Definisi - Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) Pengguna Sepatu Hak Tinggi di Suzuya Medan Plaza pada Tahun 2015

0 0 18

KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA SALES PROMOTION GIRL (SPG) PENGGUNA SEPATU HAK TINGGI DI SUZUYA MEDAN PLAZA PADA TAHUN 2015

0 1 15

HUBUNGAN PENGGUNAAN SEPATU HAK TINGGI {HIGH HEELS) PADA SALES PROMOTION GIRL (SPG) TERHADAP TIMBULNYA VARISES TUNGKAI BAWAH

0 4 84