PERBEDAAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MEMILIH TEMPAT BERBELANJA : PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN, MENURUT CIRI-CIRI SOSIAL EKONOMINYA;

  

PERBEDAAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MEMILIH TEMPAT

BERBELANJA : PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN,

MENURUT CIRI-CIRI SOSIAL EKONOMINYA;

  

STUDI KASUS :

PENDUDUK KALURAHAN KLITREN, KECAMATAN GONDOKUSUMAN,

KOTA JOGJAKARTA

TAHUN 2001

  OLEH :

  

NAMA : Prijono Budi Santoso

NIM : 931324022

NIRM : 930051120602120022

  PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DUMIA USAHA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA JOGJAKARTA

ABSTRAK PERBEDAAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MEMILIH TEMPAT

  

BERBELANJA : PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN,

MENURUT CIRI-CIRI SOSIAL EKONOMINYA; Studi kasus : Penduduk kalurahan Klitren, kecamatan gondokusuman, kota Jogjakarta Tahun 2001 Prijono Budi Santoso Universitas Sanata Dharma Tahun 2002

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan dalam hal perilaku masyarakat, ditinjau dari ciri-ciri sosial ekonominya, dalam memilih tempat berbelanja : di pasar tradisional atau di pasar modern. Ciri- ciri sosial ekonominya tersebut adalah : jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan.

  Jenis penelitian yaitu studi kasus dan ex post facto, dengan lokasi penduduk kalurahan Klitren, kecamatan Gondokusuman, kota Jogjakarta, pada tahun 2001.

  Populasi dalam penelitian ini mencakup 4.012 orang terdiri dari 600 keluarga. Sampel diambil secara acak dari berbagai macam strata yang proporisonal (multi stage proportional stratified random sampling) sebanyak 60 kepala keluarga atau 10 % dari populasi.

  Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan metode kuantitatif yaitu analisis chi-kuadrat. Hasil analisis menunjukan bahwa ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja, pasar tradisional atau pasar modern. Kesimpulan umum adalah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern ) menurut ciri-ciri sosial ekonominya, yaitu yang berbeda dalam jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Yaitu :

  (a). Yang biasa berbelanja di pasar Tradisional ialah berjenis kelamin perempuan (77 %), tingkat usia tua (68 %), tingkat pendidikan dasar (63 %), jenis pekerjaan non pegawai negeri (90 %), tingkat pendapatan sedang (77 %) dan rendah (18 %). (b). Yang biasa berbelanja di pasar Modern ialah berjenis kelamin Pria (55

  %), tingkat usia dewasa (34 %) dan remaja (65 %), tingkat pendidikan tinggi (50 %) dan menengah (50 %), jenis pekerjaan pegawai negeri (42 %), tingkat pendapatan tinggi (57 %)

  

ABSTRACT

SOCIETY BEHAVIOUR DIFFERENCES IN CHOOSING PURCHASING

PLACES (TRADITIONAL AND MODERN MARKETS) ACCORDING TO

SOCIAL ECONOMIC CHARACTERISTICS

  

Case Study :

Klitren Village community, Gondokusuman Sub-District, Jogjakarta City

In 2001

Prijono Budi Santoso

  

SANATA DHARMA UNIVERSITY

JOGJAKARTA

2002

  The goal of study is to know whether there are significant differences in society behavior, seen from social economic characteristics, in choosing purchasing places : at traditional or modern markets. The social economic characteristics are sex, age, education level, occupation, and income level.

  Kinds of the study are case study and ex post facto, done in Klitren Village community location, Gondokusuman Sub-District, Jogjakarta City, in 2001. Population of this study are 4,012 persons, consist of 600 families. Samples are taken by random from various strata proportionally (multi-stage proportional stratified random sampling), as many as 60 heads of family or 10 % of the population.

  Data collection methods used are questionnaire, interview, and documentation. Data analysis used is quantitative method (Chi square analysis). Analysis result shows that there are society behavior differences in choosing purchasing places, traditional or modern markets. The general results are that there are society behavior differences in choosing purchasing places (traditional or modern markets) according to social economic characteristict, such as sex, age, education level, occupation, and income level, where :

  (a) Persons usually buying in traditional market are women (77%), old ages (68%), elementary educational level (63%), non-government officials (90%), and middle income level (77%) and lower income level (18%).

  (b) Persons usually buying in modern market are men (55%), adolescents

  (34%) and teenagers (65%), high educational level (50%) and middle educational level (50%), government officials (42%), and high income level (57%).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berbelanja adalah kegiatan yang sering kita lakukan sehari-hari, karena berbelanja merupakan aktivitas dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari kita. Dahulu kegiatan berbelanja merupakan kegiatan rutin para ibu rumah

  tangga atau para pembantu rumah tangga, bila yang berbelanja kebutuhan sehari- hari itu kaum pria dianggap tabu. Sekarang kegiatan berbelanja dilakukan oleh anak-anak, kaum remaja, orang dewasa bahkan orang tua tanpa perbedaan jender, sehingga bila kita melihat seorang bapak-bapak berbelanja membeli barang- barang, itu sudah menjadi hal yang biasa.

  Pasar atau tempat berbelanja telah berkembang begitu pesat, di mana tempat berbelanja sudah sedemikian rupa dengan nama yang bermacam-macam, seperti pasar swalayan, supermarket, departemen store, sogo, dan lain sebagainya (biasa disebut pasar modern). Tumbuhnya pasar modern seakan telah menyisihkan pasar biasa atau pasar tradisional. Pasar Modern lebih menarik orang untuk tempat berbelanja sebab didukung dengan kegiatan-kegiatan promosi dengan periklanan yang lebih sering. Pasar modern juga memberikan fasilitas-fasilitas kenyamanan dan kemudahan dalam bertransaksi, serta memberikan pelayanan menarik yang lebih banyak kepada pelanggan dengan melalui faktor-faktor seperti misalnya lokasi yang bertaraf mahal diwujudkan oleh tempat yang nyaman dan bersih, lantai yang licin, ber-AC, tanpa tawar-menawar, pelayan yang ramah- ramah dan cantik-cantik, arsitektur dan dekorasi yang lebih baik, pengaturan barang yang menarik, jam buka lebih lama, pelayanan pencairan cek atau pengantaran barang sampai pada faktor komplementer yang berupa penawaran bonus, hadiah potongan harga dan masih banyak lagi. Majalah Warta Ekonomi menuliskan alasan orang berbelanja di pasar swalayan adalah sebagai berikut :

  1. mutu barang dan ada kepastian harga 2. suasana belanja terasa nyaman 3. dapat berbelanja sambil rekreasi 4. dapat menghemat waktu 5. dapat memakai kartu kredit 6. dapat memesan melalui telepon dan diantar 7. bila belanja dalam jumlah besar lebih murah 8. keamanan belanja lebih terjamin 9. penataan barang rapi dan menarik 10. dapat belanja di malam hari

  Trend masyarakat sekarang tampaknya cenderung lebih senang ke pasar swalayan, meskipun berbelanja di pasar swalayan perlu biaya tambahan bagi mereka, seperti pakaian rapi dan berdandan lebih dulu

   (warta Ekonomi, 1991 : 28& 33).

  Tidak hanya itu kadang orang datang ke pasar swalayan bukan untuk berbelanja saja tapi juga sebagai tempat rekreasi keluarga.

  Pasar tradisional yang sudah dikenal masyarakat sejak dulu di mana dulu pasar tradisional ada hanya pada waktu-waktu tertentu (dikenal dengan hari pasaran), sehingga kita bisa mengenal sebutan pasar senin, pasar wage, pasar kliwon, pasar kaget dan lain sebagainya. Karena pada hari senin saja, hari kliwon saja (budaya jawa mengenal istilah nama hari seperti pahing, legi, kliwon, pon).

  Sekarang memang pasar tradisional sudah buka setiap hari meskipun dengan waktu yang lebih pendek yaitu dari pagi hanya sampai siang, sedang malam hari tidak ada aktivitas perdagangan. Ciri khas pasar tradisional adalah adanya tawar menawar harga barang yang dijual, tempatnya tidak di dalam ruang atau gedung, biasanya terdiri dari los-los atau pedagang berjualan di atas tanah begitu saja, suasana kelihatan sumpek dan bising, tidak nyaman atau tidak terjamin keamanannya dan penataan barang yang kurang menarik. Kelihatannya masyarakat kini enggan bila berbelanja di pasar tradisional karena saat ini masyarakat sekarang dihadapkan pada berbagai alternatif pilihan dalam usaha memenuhi kebutuhan mereka dengan sesuatu yang serba cepat dan praktis.

  Dari segala kekurangannya pasar tradisional mempunyai keunggulan baik berdasar segi ekonomis maupun non ekonomis.

  Dari segi ekonomis para pedagang eceran di pasar tradisional memiliki keunggulan komparatif, yaitu :

  1. Biaya overhead relatif lebih rendah, memungkinkan harga barang menjadi murah.

  2. Para pedagang dapat terhindar dari pajak, kalaupun ada biaya pajaknya kecil sekali. Pedagang bisa menjual barangnya dengan harga dasar.

  3. pedagang eceran lebih mempunyai penyesuaian yang cepat terhadap

   (Hidayat, 1986 : 27) perubahan harga dan selera konsumen. Dari segi non ekonomis di pasar tradisional sering berfungsi sebagai pusat komunikasi dan bertemu muka sambil berbelanja. Sebagian besar masyarakat belum begitu suka masuk toko atau pasar swalayan karena suasana yang agak asing. Mereka masih ada yang senang dengan tawar-menawar harga, senang dilayani dan bertegur sapa dengan penjual (Marbun, 1986 : 27). Hubungan sosial antara penjual dan pembeli ditegaskan oleh Sidney Mintz bahwa di belakang kegiatan penawaran dan permintaan ada suatu jalinan antar pribadi dan berlaku pada setiap transaksi. Dalam sistem pemasaran, masyarakat tradisional perbedaan

  (Belshaw, 1981 : 104) pribadi kelihatan menjadi lebih penting .

  Dengan adanya perbedaan pola tempat berbelanja dari pasar tradisional dan hingga muncul pasar modern, menjadikan banyak pilihan bagi masyarakat ke tempat mana mereka dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya. Apa ada juga perbedaan mereka dalam memilih tempat berbelanja.

  Berdasar latar belakang di atas penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih dekat dan nyata serta jelas dengan obyek sampel masyarakat di Jogjakarta.

  Yaitu perbedaan masyarakat dalam memilih tempat berbelanja. Dengan demikian penulis menyusun skripsi ini dengan judul “Perbedaan Perilaku Masyarakat

  

dalam Memilih Tempat Berbelanja (Pasar Tradisional dan Pasar Modern)

menurut Ciri-ciri Sosial Ekonominya, studi kasus penduduk kalurahan Klitren,

kecamatan Gondokusuman, kota Jogjakarta, tahun 2001”.

B. RUMUSAN MASALAH Umum

  Apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) menurut ciri-ciri sosial ekonominya ?

  Khusus

  1. Apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari jenis kelamin konsumen ?

  2. Apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari usia / umur konsumen ?

  3. Apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari tingkat pendidikan konsumen ?

  4. Apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari jenis pekerjaan konsumen ?

  5. Apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari tingkat pendapatan konsumen ?

C. TUJUAN PENELITIAN Umum

  Untuk mengetahui Apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) menurut ciri-ciri sosial ekonominya.

  Khusus

  1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari jenis kelamin konsumen.

  2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari usia / umur konsumen.

  3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari tingkat pendidikan konsumen.

  4. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari jenis pekerjaan konsumen.

  5. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari tingkat pendapatan konsumen.

D. MANFAAT PENELITIAN

  Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Pedagang di pasar tradisional dan pengusaha pasar modern.

  Sebagai bahan referensi dan refleksi tentang pengenalan lebih dalam mengenai karakteristik masyarakat sebagai konsumennya, sehingga dapat menentukan kiat tertentu pola pemasaran dari masing-masing pasar dalam melayani kebutuhan, keinginan dan harapan masyarakat konsumennya.

  2. Pemerintah Dinas Pengelolaan Pasar.

  Sebagai bahan referensi dan refleksi tentang karakteristik sosial ekonomi masyarakat pengguna pasar, sehingga pemerintah dinas penegelolaan pasar dapat menentukan lokasi pasar tradisional dan pasar modern dengan lebih tepat bagi masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Pasar

  Semula pasar berarti suatu tempat di mana pada hari tertentu para penjual dan para pembeli dapat bertemu untuk jual-beli barang. Para penjual menawarkan barang (beras, buah-buahan dan bahan-bahan kelontong lainnya ) dengan harapan dapat laku terjual dan memperoleh sekedar uang sebagai gantinya. Para konsumen datang ke pasar untuk berbelanja dengan membawa uang untuk membayar dengan harapan mendapatkan kepuasan. Ini pasar dalam arti asli atau kongkrit.

  Tetapi lama kelamaan di sekitar pusat pasar banyak toko dan kios, dibangun “shoping center” atau pusat perbelajaan, barang yang dibutuhkan dapat juga dipesan melalui telpon atau surat. Sehingga pertemuan antara penjual dan pembeli untuk jual beli barang dagangan tidak lagi terbatas pada suatu tempat tertentu saja (apalagi pada hari tertentu ). (Drs. T Gilarso, 1992 : 154)

  Pengertian pasar sering membingungkan karena istilah pasar mempunyai berbagai macam arti. Orang dapat mengatakan tentang pasar modal, pasar burung, pasar sepeda, pasar mobil bekas, pasar pemerintah dan seterusnya. Penggunaan istilah “pasar” dapat diterapkan dalam teori ekonomi, dalam dunia usaha pada umumnya dan dalam bidang pemasaran khususnya. Oleh karena itu kita akan mengenal beberapa definisi tentang pasar.

  Definisi yang pertama menyatakan bahwa : Pasar adalah tempat di mana pembeli dan penjual bertemu dan berfungsi, barang atau jasa tersedia untuk dijual, dan terjadi perpindahan hak milik .

  Sedangkan definisi yang kedua menyatakan bahwa : Pasar adalah jumlah seluruh permintaan barang atau jasa oleh para pembeli potensial.

  Dalam definisi yang pertama terdapat suatu keadaan dan kekuatan tertentu yang dapat menentukan harga, yaitu pertemuanya pembeli dan penjual dengan fungsi yang mereka lakukan masing-masing. istilah “pasar” pada definisi yang kedua sering ditukarkan dengan istilah “permintaan”, bahkan sering pula dipakai secara bersamaan sebagai permintaan pasar (marked demand). Kedua definisi tersebut masih dianggap sebagai definisi yang agak sempit dan kurang memadai. William J Stanton mengemukakan definisi pasar yang lebih luas adalah sebagai berikut :

  Pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja, dan kemauan untuk membelanjakan .

  Jadi, dalam permintaan pasar untuk beberapa barang atau jasa, terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan. Ketiga faktor tersebut adalah : a. Orang dengan segala keinginannya

  b. Daya beli mereka

  c. Tingkah laku dalam pembelian mereka

  Pada waktu orang memproduksi sebuah barang (barang ekonomi), mengembangkan jasa baru, atau mempunyai pendapat baru untuk mengatasi masalah-masalah sosial, mereka mulai mencari orang yang bersedia menggunakan kreasi mereka. Mereka mempunyai potensi untuk memuaskan orang lain dengan sesuatu yang mereka miliki. Sebaliknya, pada waktu seseorang mempunyai keinginan untuk puas, ia mulai berusaha mencari orang lain yang bersedia memuaskannya. Jadi, ia mempunyai potensi untuk menggunakan hasil dari usaha orang lain.

  Sesuai dengan definisi yang ketiga tentang pasar, maka orang yang dapat dimasukkan sebagai pasar adalah pihak kedua (orang memuaskan hasil dari usaha orang lain). Perlu diingat pula bahwa pihak pertama (orang mempunyai kreasi / sesuatu untuk digunakan oleh orang lain) juga dapat dimasukkan sebagai pasar. Ini disebabkan karena mereka dapat bertindak sebagai pihak kedua pada kesempatan lain. Jadi, selain menawarkan sesuatu, mereka juga

  (Drs Basu Swastha DH. MBA, AA M, 1984, : 24) menginginkan sesuatu.

2. Struktur Pasar

   Struktur pasar menunjukkan tingkat persaingan di pasar suatu produk

  atau jasa tertentu. Suatu pasar terdiri dari seluruh perusahaan dan individu yang ingin dan mampu untuk membeli serta menjual suatu produk tertentu.

  Struktur pasar ada beberapa macam, yaitu :

  a. Pasar Persaingan Sempurna Pasar persaingan sempurna adalah struktur pasar yang ditandai oleh jumlah pembeli dan penjual yang sama banyak. Transaksi setiap individu (pembeli dan penjual) sangat kecil dibandingkan output industri total sehingga mereka tidak bisa mempengaruhi harga produk tersebut.

  b. Pasar Monopoli Pasar monopoli adalah struktur pasar yang ditandai adanya seorang produsen tunggal. Suatu perusahaan yang memonopolistik secara serentak bisa mempengaruhi dan menentukan harga dan jumlah outputnya c. Pasar Persaingan Monpolistik

  Pasar persaingan monopolistik adalah struktur yang sangat mirip dengan pasar persaingan sempurna, tetapi sedikit berbeda karena pada pasar persaingan monopolistik ini konsumen mengetahui perbedaan di antara produksi dari perusahaan-perusahaan yang berbeda.

  d. Pasar Olgopoli Pasar oligopoli adalah struktur pasar di mana hanya ada sejumlah kecil perusahaan yang memproduksi hampir semua output industri. Dalam pasar oligopoli keputusan mengenai harga dan output dari berbagai perusahaan yang ada saling bergantung satu sama lain. Hal ini bahwa jika satu perusahaan mengubah harga, maka perusahaan lainnya akan bereaksi dan informasi perubahan harga tersebut akan dimasukkan ke dalam masalah pembuatan keputusan mengenai harga dan output

   (Lincoln Arsyat, 1993 : 281) perusahaan–perusahaan itu.

3. Bentuk-Bentuk Pasar

  Pada definisi pasar yang pertama, pasar adalah tempat di mana pembeli dan penjual bertemu dan berfungsi, barang atau jasa tersedia untuk dijual, dan terjadi perpindahan hak milik. Dilihat dari bentuknya pasar ada dua, yaitu :

  (a) pasar tradisional dan, (b) pasar modern

a. Pasar Tradisional

  Pasar tradisional merupakan lokasi di mana terdapat sekelompok penjual yang menjual dagangannya di kios-kios atau los yang ada di dalamnya. Penjual di sini dalam arti pengecer, yang melakukan penjualan secara langsung kepada konsumen akhir. (Basu Swastha, SP,

  1979 : 82)

  Penilaian sebagian besar masyarakat terhadap pasar tradisional antara lain :

  1. Suasana pasar tradisional terasa ‘semrawut’, ‘sumpek’ atau bising

  2. Keamanan berbelanja di pasar tradisional tidak terjamin

  3. Penataan barang di pasar tradisional tidak menarik Namun demikian banyak masyarakat yang tetap berbelanja di pasar tradisional, mengemukakan alasannya sebagai berikut :

  1. Dekat dengan rumah

  2. Sudah lama berlangganan dengan pedagang pasar

  3. Barang yang diperlukan hanya ada di pasar tradisional

  4. Harga barang bisa ditawar

  5. Belanja dalam jumlah besar lebih menguntungkan di pasar tradisional

  6. Suasana belanja di pasar tradisional terkesan akrab

  7. Lebih banyak tersedia pilihan berbagai macam barang

  (Warta Ekonomi, 1991 : 33)

b. Pasar Modern

  Pasar modern (pasar swalayan, supermarket, departemen store, walmart, dan sebagainya) yaitu sebuah tempat penjualan barang dari berbagai macam produk dalam satu ruangan yang menganut operasi swalayan (pelayanan sendiri), volume barang tinggi, laba sedikit, biaya rendah. Pasar ini secara relatif besar dirancang untuk melayani

  (Philip Kotler, 1984 : 20) kebutuhan-kebutuhan konsumen seluruhnya.

  Pasar swalayan telah menemukan cara-cara baru untuk meningkatkan volume penjualan, juga meningkatkan kemudahan-kemudahan serta pelayanan mereka dengan usaha menarik pelanggan, di antaranya :

  1. Lokasi yang lebih mahal

  2. Arsitektur dan dekor yang lebih menarik

  3. Pelayanan pencarian cek

  4. Jam buka lebih lama

  5. Pengantaran barang

  6. Pusat pemeliharaan anak dan arena bermain anak

  (Warta Ekonomi, 1991 : 33)

  F 4. ungsi Pasar

  Beberapa fungsi pasar atau peranan pasar adalah sebagai berikut :

  a. Pasar berfungsi menentukan nilai atau harga barang

  b. Pasar berfungsi mengorganisasikan produksi

  c. Pasar berfungsi mendistribusikan produksi

  d. Pasar berfungsi melakukan penjatahan

  e. Pasar menyediakan barang dan jasa untuk masa yang akan datang

  (Dr M Suparmoko MA, 1990 : 5)

5. Jenis-Jenis Pasar

  Berdasarkan motif pembelian dari konsumen untuk membeli suatu produk pasar dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan, yakni :

a. Pasar Konsumen

  Pasar konsumen adalah sekelompok konsumen yang membeli barang- barang untuk dikonsumsikan, bukannya dijual atau diproses lebih lanjut. Yang dibeli yaitu barang dan jasa konsumsi. Maka dalam kelompok pasar konsumen ada yang disebut unit pengambilan

  keputusan.

  Pihak-pihak yang terlibat dalam unit pengambilan keputusan adalah :

  1. Initiator, yaitu orang yang pertama kali menyarankan atau mempunyai pendapat untuk membeli suatu produk.

  2. Influencer, yaitu orang yang mempengaruhi keputusan akhir dalam pembelian.

  3. Decider, yaitu orang yang mengambil keputusan untuk membeli (apa, bagaimana, kapan, di mana membelinya)

  4. Purchaser, yaitu orang yang menggunakan barang atau jasa yang sudah dibeli.

  Keputusan membeli juga dipengaruhi kebiasaan membeli, yang biasa disebut impuls buying, yaitu pembelian yang dilakukan tanpa direncanakan. Hal ini bisa disebabkan oleh :

  1. Reminder buying yaitu atas dasar pada ingatan. Contoh, seorang pembeli yang sedang membeli amplop dan perangko di toko karena melihat lem maka ia teringat untuk harus membeli lem juga.

  2. Sugestion buying yaitu atas dasar pada saran dari orang lain.

  Contoh, seorang pembeli yang sedang membeli baju di toko karena melihat spanduk yang menuliskan diskon untuk setiap pembelian celana maka ia tertarik untuk membeli celana juga.

  b. P asar Produsen

  Pasar produsen adalah suatu pasar yang terdiri dari individu-individu dan lembaga atau organisasi yang membeli barang-barang untuk diproses lagi sampai menjadi produk akhir yang kemudian dijual. Yang dibeli oleh pasar produsen adalah barang dan jasa industri. Pada umumnya, permintaan barang industri bersifat derived, artinya diturunkan oleh barang industri lain atau barang konsumsi.

  c. Pasar Penjual

  Pasar penjual adalah suatu yang terdiri atas individu-individu dan organisasi yang memperoleh barang-barang jadi dengan maksud untuk dijual lagi namun tanpa diproses dulu melainkan langsung dijual. Contoh dealer mobil, penjual koran.

  d. Pasar Pemerintah

  Pasar pemerintah adalah aktivitas penjualan dan pembelian yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemeritahan, seperti departemen- departemen, direktorat, kantor-kantor dinas dan instansi lain. Pemerintah membeli dan atau menjual barang untuk keperluan dibidang pertahanan, pendidikan dan kebudayaan, pekerjaan umum, kesejahteraan rakyat dan lainnya. Tujuannya untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakatnya (pegawai negeri dan masyarakat umum).

  e. Pasar Internasional

  Pasar internasional meliputi beberapa atau semua negara di dunia. Yang dibeli di pasar internasional dapat berupa barang dan jasa konsumsi maupun barang dan jasa industri. Pembelian internasional harus melalui prosedur perdagangan internasional yaitu melalui kegiatan ekspor- impor.

  (Drs. Basu Swastha DH. MBA, AA M, 1984 : 52 )

6. Alasan Orang Berbelanja

  Edward M Tauher dalam bukunya “why do people shop”, menuliskan alasan mengapa orang berbelanja sehingga menjadi perilaku seseorang untuk berkonsumsi. Yaitu adanya motif pribadi dan motif sosial.

a. Motif Pribadi

  1. Permainan Peran Banyaknya aktivitas merupakan perilaku yang dipelajari, diharapkan dan diterima secara tradisional sebagai bagian dari posisi atau peran di dalam masyarakat

  2. Hiburan Berbelanja dapat memberikan kesempatan untuk hiburan dari rutin kehidupan sehari-hari dan dengan begitu mewakili bentuk suatu rekreasi.

  3. Pemuasan Diri Keadaan emosional atau suasana hati yang berbeda mungkin relevan untuk menjelaskan mengapa (dan kapan) seseorang pergi berbelanja. Ada orang melaporkan bahwa acap kali mereka meringankan depresi dengan sekedar membelanjakan uang untuk diri sendiri. Dalam hal ini perjalanan belanja dimotivasi bukan oleh keperluan konsumsi yang diharapkan, melainkan oleh keperluan proses berbelanja itu sendiri.

  4. Belajar Tentang Trend Baru Produk terjalin erat dengan aktivitas harian seseorang dan sering berfungsi sebagai simbul yang mencerminkan sikap dan gaya hidup. Individu belajar tentang trend dan gerakan simbol yang mendukung mereka ketika individu bersangkutan berkunjung ke toko.

  5. Aktivitas Fisik Berbelanja dapat memberi orang banyak sekali latihan jasmani dengan langkah yang santai, menarik bagi orang yang hidup dalam lingkungan perkotaan. Beberapa pembelanja jelas menyambut baik kesempatan untuk berjalan-jalan di pusat-pusat pertokoan.

  6. Stimulasi Indra Lembaga-lembaga eceran memberikan banyak manfaat indera yang potensial kepada para pembelanja. Pelanggan melihat-lihat di toko memperhatikan barang dagangan atau memperhatikan satu sama lain.

b. Motif Sosial

  1. Pengalaman Sosial di Luar Rumah Pasar secara tradisional merupakan pusat aktivitas sosial dan banyak bagian di Amerika dan negara-negara lain tetap memiliki hari pasar, pasar malam, dan alun-alun kota yang menawarkan waktu dan tempat untuk berinteraksi sosial. Perjalanan belanja mungkin menghasilkan perjumpaan langsung dengan teman dan kontak sosial.

  2. Komunikasi Dengan Orang Lain Yang Memiliki Minat Sama Toko yang menawarkan barang atau produk atau jasa yang berkaitan dengan hobi, seperti berperah, mengumpulkan perangko, mendandani mobil dan dekorasi rumah misalnya, memberikan kesempatan untuk berbicara dengan orang lain tentang minat mereka dengan karyawan penjual yang memberikan informasi khusus sehubungan dengan aktivitas bersangkutan.

  3. Daya Tarik Kelompok Sebaya Berlangganan di suatu toko kadang mencerminkan keinginan untuk menjadi salah satu dari kelompok sebaya atau kelompok rujukan di mana orang yang menjadi anggotanya. Contohnya, toko piringan hitam mungkin memberikan tempat pertemuan di mana para anggota kelompok sebaya berkumpul.

  4. Status dan Otoritas Banyak pengalaman belanja memberikan kesempatan bagi individu untuk menarik perhatian dan respek atau untuk dilayani tanpa harus membayar untuk jasa ini. Orang dapat memeperoleh perasaan berstatus dan berkuasa dalam hubungan majikan dan pelayan yang terbatas ini.

  5. Kesempatan Dalam Tawar Menawar Banyak pembelanja tampak menyukai proses tawar-menawar, percaya bahwa dengan tawar-menawar, harga barang dapat dikurangi hingga harga yang lebih masuk akal. Individu membanggakan diri dalam kemampuannya untuk menjadi pembeli yang bijaksana atau mendapatkan harga murah sekali

  (James F engel, Roger D Blackwel, Paul WM; PK, 1995 : 253) Motif pembelian dapat dikelompokkan ke dalam beberapa tingkatan yang berbeda di mana pembeli menyadari akan motif-motif pembeliannya dan kesediaan mereka untuk memberitahukannya. Kelompok tersebut adalah :

  1. Kelompok pembeli yang mengetahui dan bersedia memberitahukan motif pembelian mereka terhadap produk tertentu. Maksudnya, motif mereka membeli suatu barang biasanya diakui oleh si pembeli.

  2. Kelompok pembeli yang mengetahui alasan mereka untuk membeli produk tertentu, tetapi tidak bersedia memberitahukannya. Misalnya, seorang wanita yang membeli kosmetik tidak bersedia memberitahukan motif pembeliannya. Bila ditanya, ia akan mengemukakan alasan yang lain karena merasa malu diketahui orang lain. Sebenarnya, motif pembelian kosmetik bagi wanita pada umumnya untuk mempercantik diri.

  3. Kelompok pembeli yang tidak mengetahui motif pembelian sesungguhnya terhadap produk tertentu. Biasanya motif pembelian mereka sangat sulit diketahui. Bahkan pembelinya sendiri seringkali tidak mengerti mengapa mereka membeli barang.

  (Drs. Basu Swastha DH. MBA, AA M , 1984 : 24)

7. Pengertian Identitas Sosial Ekonomi

  Menurut kamus umum bahasa Indonesia yang disusun oleh WJS Poerwadarminta, identitas sosial ekonomi adalah keadaan, sifat atau ciri-ciri khusus seseorang atau benda yang berhubungan dengan sesuatu mengenai kemasyarakatan.

B. KERANGKA TEORI

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan (perilaku) Masyarakat Terhadap Barang Kebutuhan

  American Marketing Association mendefinisikan pengertian perilaku konsumen adalah sebagai berikut : “Interaksi dinamis antara pengaruh

  dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar kita, di mana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka” .

  (J Paul Peter dan Jerry C Olson, 2000 : 6-8)

  Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu :

  a. Faktor Ekstern : faktor yang ditimbulkan dari luar pribadi seseorang seperti kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial dan kelompok referensi serta keluarga.

  b. Faktor Intern : faktor yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang seperti, motivasi, pengamatan (persepsi), kepribadian dan konsep diri, sikap, dan pembelajaran (belajar). Sebenarnya perilaku konsumen tidak semata-mata dipengaruhi faktor- faktor di atas namun lebih komplek. Perilaku seseorang dalam mengonsumsi suatu barang dapat juga berubah-ubah yang bisa karena adanya perubahan usia, pendapatan, keadaan negara, pekerjaan, dan lain sebagainya. Adam Smith dalam teori ekonomi mikro yang dikembangkannya mendasarkan pada suatu pengertian bahwa orang senantiasa berlaku ekonomis, rasional, dan pada setiap saat ia bertindak karena tertarik pada sesuatu. Namun demikian tidak sedikit orang juga berperilaku dengan tidak rasional atau berperilaku menurut kehendak hatinya. Perilaku yang demikian disebut perilaku yang tidak direncanakan (impuls bihavior).

  ( Philip Kotler, 1999 : 223-244)

  

2. Hubungan Faktor Usia, Pendidikan, Pekerjaan, dan Pendapatan

dengan Pola Konsumsi (Mempengaruhi Penggunaan Tempat Berbelanja)

  Mengetahui identitas diri pelanggan pasar baik pasar tradisional maupun modern adalah penting, karena latar belakang sosial ekonomi mereka cukup berperan dalam menentukan selera belanja. Identitas yang hendak diungkap meliputi jenis kelamin,umur, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Sebuah penelitian yang telah dilakukan oleh tim riset majalah warta ekonomi terhadap konsumen pada berbagai tempat di pasar swalayan menunjukkan bahwa sebaran umur konsumen memusat dikelompok usia 25-40 tahun, merupakan prosentasi yang paling tinggi dalam berbelanja, ini menunjukkan bahwa mereka adalah kelompok usia produktif yang mempunyai daya beli. Pada faktor pekerjaan, mayoritas dari mereka adalah pegawai swasta nasional (41,33 %). Sisanya terdiri dari ibu rumah tangga (25,66%), pegawai negeri (11%), swasta profesi (6%), pegawai swasta asing (5%), bekerja sendiri (4%), pedagang dan pengusaha (3%), dan pensiunan (4%).

  Jati diri konsumen menjadi jelas mereka yang bekerja di luar rumah yang merupakan pembelanja pasar swalayan. Bagaimana di pasar tradisional tentu hasilnya lain. (warta ekonomi, 1991 : 32) Pendapatan mengakibatkan daya beli lebih banyak / kuat. Meningkatnya penghasilan berarti untuk memenuhi kebutuhannya berubah pula.

  Penghasilan mempunyai hubungan (korelasi) dengan besarnya belanja tiap bulan.

  Tabel berikut melukiskan hubungan antara kelas pendapatan dan tingkat pengeluaran belanja di pasar tradisional dan pasar swalayan.

  Perbandingan antara Penghasilan dan Volume Belanja Di Pasar Tradisional dan Pasar Modern

  Penghasila Pengeluaran (Rp ribuan) n > 100 101 - 200 201 - 400 400 – 500 > 500

  (Rp ribuan) < 300 29,5 %

  • 6, 33 %
  • 12,5 % 5,6 %
  • 301 – 500 5 % 12,66 % 6,66 % -
  • 1 % 2 % 501 – 700 1 %
  • 6 % 1,34 %>701 – 1000 - 3 % - - -
  • > 1000 1 % 2 % 3 % -

  Ket : Sebelah atas untuk prosentase belanja di pasar swalayan Sebelah bawah untuk prosentase belanja di pasar tradisional Sumber : hasil surve majalah Warta Ekonomi tahun 1991 halaman 32

  Pendidikan besar pengaruhnya kepada kehidupan kepribadian seseorang. Ia akan berpikir ke arah yang lebih dalam setiap tindakannya, dan mencari lebih gampang atau berhasil guna agar jangan banyak membuang tenaga dan berpikir biaya agar lebih murah. Makin meningkat kecerdasan berarti meningkat pula kebutuhan yang menghendaki perubahan ruang lingkup seseorang walaupun bertahap. Orang yang berpendidikan akan lebih bisa berfikir keuntungan di mana ia harus berbelanja.

  (Abubakar, 1979 : 44)

  Dari gambaran penelitian di atas menunjukkan bahwa antara faktor seperti usia pendidikan, pekerjaan dan pendapatan pada konsumen sangat berpengaruh dalam aktivitas belanja.

C. HIPOTESIS PENELITIAN

  Hipotesis penelitian adalah penjelasan yang bersifat sementara untuk tingkah laku, kejadian atau peristiwa yang sudah atau akan terjadi. Oleh Fred N Kerlinger secara singkat hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan yang merupakan terkaan mengenai perbedaan (atau hubungan) antara dua atau lebih.

  Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan dan telah dimiliki kebenaran, tapi kebenarannya baru merupakan kebenaran taraf teoritik (logical validity) serta memerlukan pembuktian- pembuktian berupa teori-teori, konsep atau hasil-hasil penemuan yang sudah ada.

  (Depdikbud, 1979 : 9)

  Menurut jenisnya, hipotesis dapat digolongkan berdasar bagaimana hipotesis ditarik (hipotesis induktif dan deduktif) dan bagaimana hipotesis dinyatakan (hipotesis deklaratif dan hipotesis nol), di mana :

  • Hipotesis induktif adalah suatu generalisasi berdasarkan observasi.
  • Hipotesis deduktif berasal dari teori yang menyokong ilmu pegetahuan pendidikan. Menyediakan bukti yang menyokong, memperluas atau menentang terhadap suatu teori.
  • Hipotesis penelitian (yang dinyatakan dengan deklaratif) menyatakan perbedaan (atau hubungan) yang diharapkan antara dua variabel.
  • Hipotesis statistik (yang dinyatakan dengan hipotesis nol) menyatakan tidak ada perbedaan (atau hubungan) antara variabel-variabel.

  (Drs Sumanto MA, 1990 : 13-14)

  Pada kesempatan ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

  1. Umum

  Ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja (pasar Tradisional atau pasar modern) menurut identitas sosial ekonominya

  2. Khusus

  a. Ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari jenis kelaminnya.

  b. Ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari usia atau umurnya. c. Ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari tingkat pendidikannya.

  d. Ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari jenis pekerjaannya

  e. Ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari tingkat pendapatannya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN

  1. Studi Kasus, adalah penelitian tentang subyek tertentu di mana subyek

  tersebut terbatas, maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada subyek yang diteliti itu saja. (APTIK, 1987 : 37)

  2. Studi Ex Post Facto, adalah penelitian terhadap suatu masalah yang telah

  terjadi atau setelah kejadian yang dipersoalkan itu berlangsung, yang mana peneliti tidak dapat mengontrol variabel yang diteliti.

  (Depdikbut UT, 1984/1985 : 14)

B. SUBYEK PENELITIAN : Populasi, Sampel dan Lokasi

  1. Subyek Penelitian yaitu semua masyarakat sebagai konsumen yang pernah berbelanja di pasar tradisional atau pasar modern.

  2. Populasi yaitu sekumpulan obyek dan subyek yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, gejala nilai, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.

  ( Winarno Surahmad, 1981 : 139)

  Populasi dalam penelitian ini adalah pria dan wanita bekerja dan berpenghasilan pemakai tempat berbelanja di kalurahan Klitren kecamatan Gondokusuman kota Jogjakarta yang mempunyai usia antara 24 – 78 th dengan tingkat pendidikan tamat SD atau tamat SLTP atau tamat SLTA atau tamat PT/ Akademi. Berstatus sebagai pegawai / karyawan negeri atau pegawai / karyawan swasta atau pedagang. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 4.012 orang. Terdiri dari 2.216 orang pria dan 1.796 orang wanita.

  3. Sampel dalam penelitian ini diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam penelitian.

  (APTIK, 1987 : 3)

  Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel 60 kepala keluarga untuk setiap tingkat status sosial ekonomi atau 10% dari populasi

  4. Lokasi penelitian ini, mengambil lokasi di 4 wilayah lingkungan rukun warga (RW) yaitu RW V, RW VI, RW VII, dan RW XIII dari masyarakat kelurahan Klitren kecamatan Gondokusuman kota Jogjakarta. Dengan alasan di samping adanya keterbatasan waktu, biaya dan tenaga dari penulis bahwa lebih penting lagi lokasi di daerah tersebut dekat dengan tempat pasar tradisional maupun pasar modern.

C. TEHNIK PENGAMBILAN SAMPEL

  Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini penulis menggunakan tehnik sampling Multi Stage Proportional Stratified Random Sampling. Multi Stage Proportional Stratified Random Sampling artinya sampel ditarik dari daerah yang besar ke daerah yang lebih kecil dengan mengambil dari anggota-anggota strata sedemikian rupa sehingga setiap stratum diwakili oleh sejumlah anggota yang sebanding dengan besarnya stratum itu. Untuk memudahkan beberapa sampel yang harus diambil dari perwakilan populasi setiap kelompok kepala keluarga ditiap lingkungan rukun warga.

  Penulis menggolongkan ke dalam beberapa golongan sebagai berikut : Tabel III.1

  Pengambilan Sampel Dari Beberapa RW Masyarakat Jumlah Kepala Keluarga Jumlah Sampel

  RW V 222 10 % x 222 = 22,2 RW VI 84 10 % x 84 = 8,4 RW VII 152 10 % x 152 = 15,2 RW XIII 142 10 % x 142 = 14,2 Total 600

  60 Data primer Dalam tehnik ini perimbangan kategori-kategori dalam populasi diperhatikan dan diwakili dalam sampel, maka penulis menggunakan cara yang poporsional, hal ini karena penulis ingin mengetahui apakah ada perbedaan dalam masyarakat untuk memilih tempat berbelanja. Sedangkan stratified digunakan karena populasi terdiri tingkat sosial ekonomi

  random sampling

  yang berbeda yaitu tingkat pendidikan yang digolongkan menjadi strata tamat SD, atau tamat SLTP, atau tamat SLTA, atau tamat PT / akademi. Usia yang berbeda dengan dan memiliki penghasilan yang dengan tingkat strata yang berlainan. Sedangkan random sampling digunakan karena populasi terdiri dari pria dan wanita dan bekerja sebagai pegawai negeri atau pegawai swasta atau pedagang. Tiap-tiap tingkatan dan strata diwakili dalam sampel penelitian dan subyek-subyek yang ditugaskan dalam tiap-tiap stratum itu dapat diambil secara udian.

D. VARIABEL, DEFINISI DAN PENGUKURAN

  Variabel adalah gejala-gejala (obyek penelitian ) yang menunjukkan variasi baik dalam jenis maupun dalam tingkatannya. (Sutrisno Hadi, 1995 : 224) Variabel dalam penelitian ini terdiri dari, variabel bebas dan variabel terikat :

  1. Variabel terikatnya adalah : permintaan konsumen dalam menggunakan jenis tempat berbelanja, pasar tradisional dan pasar modern, yang menunjukkan berapa kali masyarakat datang ke tempat pasar tersebut. Untuk mengetahui besar kecilnya frekuensi tersebut dilihat melalui jumlah penggunaan tempat yang sering dikunjungi untuk berbelanja dalam sebulan.

  2. Variabel bebasnya adalah :

  a. Jenis kelamin adalah perbedaan fisik, sifat dan karakter di antara jenis manusia, indikatornya : (1) Pria (2) Wanita b. Usia adalah angka yang menunjukkan lamanya hidup manusia.

  Indikatornya : (1) 40 s/d 78 kategori usia Tua

  (2) 21 s/d 39 kategori usia Dewasa (3) 05 s/d 20 kategori usia Muda

  c. Tingkat pendidikan adalah jenjang keilmuan (pendidikan ) formal yang pernah ditempuh oleh konsumen. Indikatornya : (1) Pendidikan tinggi kategori Perguruan tinggi dan Akademi. (2) Pendidikan menengah kategori SMU dan SMK (3) Pendidikan dasar, kategorinya SD dan SLTP

  d. Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan masyarakat sebagai mata pencaharian sehari-hari yang berimbal balik pendapatan berupa uang.

  Indikatornya : (1) Pegawai / karyawan Negeri (pegawai negeri) (2) Pegawai / karyawan Swasta (non Pegawai negeri) (3) Pedagang / Bertani / nelayan / buruh / pensiun (non pegawai negeri)

  Tingkat pendapatan adalah jumlah seluruh penghasilan rata-rata setiap bulan yang diperoleh dari kegiatan usaha tertentu yang dinyatakan dalam nilai uang (rupiah).

  (Nasir, 1992 : 445)

  Untuk mencari data tingkat pendapatan yang akan dibuat dalam pengelompokkan 3 kelas, yaitu kelas tinggi, kelas sedang (menengah) dan kelas rendah sebagai berikut :

  R i = K

  Di mana : i = besarnya interval kelas

  K = jumlah interval kelas R = range

E. DATA YANG DICARI

  1. Data primer yaitu data yang langsung diambil dari sumber. Data tesebut data yang meliputi identitas konsumen, yaitu antara lain : a. Jenis kelamin

  b. Usia

  c. Tingkat pendidikan

  d. Pekerjaan

  e. Tingkat pendapatan

  2. Data sekunder yaitu data yang lebih dulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh pihak lain yang dapat menunjang dan berhubungan dengan penelitian.

  Di mana bisa diperoleh dari instansi bersangkutan dengan penelitian, buku-buku hasil penelitian yang lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

  F. TEHNIK PENGUMPULAN DATA

  1. Wawancara, yaitu metode pengumpulan data melalui tatap muka tanya jawab langsung dengan sebagian responden dari seluruh responden yang ada, cara ini dimaksud untuk membantu metode kuesioner.

  2. Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengutip atau mencatat data dan keterangan dari dokumen-dokumen yang dimiliki oleh instansi yang bersangkutan dengan penelitian ini.

  3. Koesioner, yaitu tehnik pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada responden untuk diisi sebagai perolehan data.

  G. ANALISIS DATA

  1. Analisis Kuantitatif yaitu tehnik analisis yang menggunakan perhitungan angka-angka dan statistik. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif Chi-Kuadrat.

  2. Langkah-Langkah Pengujian

  a. Dalam menganalisis data mengenai pemilihan konsumen terhadap tempat belanja terdapat dua jalur yaitu : (1) Melakukan perhitungan terhadap responden yang memilih berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern.

  (2) Menganalisis apakah pemilihan tempat belanja tersebut berdasarkan pada variabel yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan tingkat pendapatan. Pengujian hipotesis dari adanya perbedaan antar kelompok masyarakat sebagai konsumen dalam memilih tempat berbelanja ditinjau dari identitas sosial ekonomi melalui variabel-variabelnya. (3) Membuat tabel pengamatan, yaitu tabel frekuensi hasil observasi (fo) yang diperoleh dari data, dan frekuensi yang diharapkan (fh).

  (4) Dimana rumus untuk mencari frekuensi (fh) sebagai berikut :

  Jumlah baris fh = x Jumlah kolom

  Total

  (5) Sel dari fo dan fh setelah diperoleh, kemudian diuji dengan rumus Chi-kuadrat sebagai berikut :

  2 (fo – fh)

2 X =

  ∑

   Fh

  Di mana :