AMBAR OKCAHYO BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian mengenai pengaruh pendapatan asli daerah, dana alokasi

  umum, dana alokasi khusus dan dana bagi hasil terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2013 sampai 2015 membutuhkan kajian sebagai berikut : 1.

   Teori Agensi dalam Pemerintahan

  Teori agensi adalah hubungan antara dua pihak atau lebih, dimana satu pihak (agent) setuju untuk bertindak dengan persetujuan pihak yang lain (principal). Zimmerman (1997) menyatakan bahwa agency problem terjadi pada semua organisasi, baik sektor publik maupun sektor swasta.

  Pada sektor swasta, agency problem terjadi antara pemegang saham sebagai principal dan manajemen sebagai agent. Pada sektor publik,

  agency problem terjadi antara pejabat yang terpilih rakyat sebagai agent

  dan para pemilih (masyarakat) sebagai principal. Agency problem muncul ketika prinsipal mendelegasikan kewenangan pengambilan keputusan kepada agen, atau dalam perjanjian kontrak kerja antara prinsipal dan agen. Dalam hubungan kontrak kerja, pihak agent secara moral bertanggung jawab dalam memaksimalkan keuntungan prinsipal, namun di sisi lain agent juga berkepentingan dalam memaksimalkan kesejahteraan mereka sendiri.

  Menurut Meisser (2006), terdapat 2 permasalahan agensi yaitu adanya informasi asimetris dimana agen secara umum memiliki lebih banyak informasi dari prinsipal dan terjadinya konflik kepentingan akibat ketidak samaan tujuan, di mana agen tidak selalu bertindak sesuai dengan tujuan kepentingan prinsipal.

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi

  Pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith dalam penelitian Dahar (2012) memiliki 4 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu : jumlah penduduk, jumlah stock barang-barang modal, luas tanah, dan kekayaan alam, serta tingkat tehnologi yang digunakan. Dalam teori pertumbuhan ekonomi ini, misalkan luas tanah dan kekayaan alam adalah tetap jumlahnya dan tingkat teknologi tidak mengalami perubahan. Berdasarkan pada teori pertumbuhan ekonomi klasik menjelaskan bahwa diantara pendapatan perkapita dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk optimum. Teori pertumbuhan klasik dapat dilihat bahwa apabila terdapat kekurangan penduduk produksi marginal lebih tinggi dari pada pendapatan perkapita. Akan tetapi apabila penduduk semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi marginal akan mulai mengalami penurunan. Dengan begitu pendapatan nasional dan pendapatan perkapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya.

  Teori pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith dalam penelitian Dahar (2012) “An intuiry into the nature and causes of the

  wealth of the nation ”, teori yang dibuat dengan teori the invisible hands.

  Teori pertumbuhan ekonomi Adam Smith dalam penelitian Dahar (2012) ditandai oleh dua faktor yang saling berkaitan, yaitu pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan output total, dengan adanya pertambahan penduduk maka akan terdapat pertambahan output atau hasil. Pertumbuhan output yang akan dicapai dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu sumber- sumber alam, tenaga kerja (pertumbuhan penduduk), dan jumlah persediaan.

  Hal ini dapat dijelaskan dengan variabel-variabel penelitian dimana dalam peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Pemerintah daerah dituntut untuk bisa memilih tindakan yang tepat sehingga memaksimalkan keuntungan dan meminimalisir biaya. Oleh sebab itu pemerintah daerah harus memiliki kebijakan publik yang tepat dalam melakukan hal tersebut.

  Sedangkan penerimaan Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU) pemerintah pusat yaitu Dirjen Perimbangan Keuangan Negara harus bisa memilih tindakan yang tepat dalam prosentase pemberian dana kepada pemerintah daerah. Sehingga dapat meminimalisir biaya dan memaksimalkan keuntungan yang ada sehingga lebih banyak terserap untuk belanja modal.

3. Pertumbuhan Ekonomi

  Menurut Prasetyo (2009) dalam penelitian Prio (2013), istilah pertumbuhan ekonomi (economic growth) secara paling sederhana dapat diartikan sebagai pertambahan output atau pertambahan pendapatan nasional agregat dalam kurun waktu tertentu misalkan satu tahun. Sedangkan menurut Todaro (2006) dalam penelitian Prio (2013), pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses dimana kapasitas produksi dari suatu perekonomian meningkat sepanjang waktu untuk menghasilkan tingkat pendapatan yang semakin besar.

  Perekonomian suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan jika jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian pengertian pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan kapasitas produksi barang dan jasa secara fisik dalam kurun waktu tertentu (Prasetyo, 2009) dalam penelitian Prio (2013).

  Menurut Sukirno (1996) dalam penelitian Uhise (2013), pertumbuhan dan pembangunan ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Sedangkan pembangunan ekonomi ialah usaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi rill melalui penanaman modal, penggunakan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan keterampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen.

  Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita diproduksi dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita.

  Satu-satunya ukuran yang paling penting dalam konsep ekonomi adalah Produk Domestik Bruto (PDB) yang mengukur total nilai barang dan jasa yang dihasilkan pada suatu negara atau nasional. PDRB untuk mengukur total nilai barang dan jasa yang dihasilkan pada suatu daerah atau lokal.

  Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti menggunakan PDRB sebagai alat ukur untuk menilai pertumbuhan ekonomi.

  Pertumbuhan ekonomi menurut Boediono (1992:1) ialah proses kenaikan output pekapita dalam jangka panjang. Perhatikan tekanannya pada tiga aspek, yaitu: proses, output perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu “proses”, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini kita melihat aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Tekanannya pada perubahan atau perkembangan itu sendiri.

  Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan “output perkapita.” Disini jelas ada dua sisi yang perlu diperhatikan, yaitu sisi output total nya (GDP) dan sisi jumlah penduduknya. Output perkapita adalah output total dibagi jumlah penduduk. Jadi proses kenaikan output perkapita, tidak bisa tidak, harus dianalisa, dengan jalanmelihat yang terjadi dengan output total disatu pihak, dan jumlah penduduk dilain pihak. Suatu teori pertumbuhan ekonomi yang lengkap haruslah bisa menjelaskan apa yang terjadi dengan GDP total dan apa yang terjadi dengan jumlah penduduk.

  Proses pertumbuhan ekonomi harus bersifat self-generting, yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu sendiri menelorkan kekuatan atau

  “momentum” bagi timbulnya kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam periode selanjutnya. Persyaratan ini mungkin agak terlalu ketat. Tetapi apabila dipenuhi, maka kita bisa yakin bahwa kenaikan output per kapita tersebut akan merupakan proses jangka panjang.

  Menurut Boediono (1992:2) Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan output per kapita dalam jangka panjang, dan penjelasan menegenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan. Jadi teori pertumbuhan ekonomi tidak lain adalah suatu “ceritera” (yang logis) mengenai bagaimana proses pertumbuhan terjadi.

4. Pendapatan Asli Daerah

  Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan darize (2009) dalam penelitian Susanto (2006). Menurut Mardiasmo (2002) saat ini masih banyak masalah yang dihadapi pemerintah daerah terkait dengan upaya meningkatkan penerimaan daerah.

  Penerimaan asli daerah yang tinggi akan menyebabkan perputaran uang di daerah meningkat, hal ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Anis Setyawati dan Ardi Hamzah (2007) memperoleh hasil bahwa PAD berpengaruh segnifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Nurlis (2016) vol 7 menyatakan :

  PAD is a source of financing for capital expenditure. PAD obtained from direct contributions from the community, such as taxes, levies, and other agencies responsible sebagainya. (local government) to the principal (society) is to provide a public service (public service) is good to the community through the capital budget, because the community has given Part of the money to the government area. Form provide public services to the public administration denagn provision of adequate infrastructure in daerahnya.Pengadaan infrastructure or facilities such infrastructures financed from the budget allocation for capital expenditure in the budget each tahunnya. Whit Thus, there is a relationship between PAD with allocation capital expenditures. But not all areas of high argued followed by good economic growth as well.

  Nurlis (2016) vol 7 menyatakan menyatakan bahwa PAD merupakan sumber pembiayaan untuk expenditur modal. PAD yang diperoleh dari kontribusi langsung dari masyarakat, seperti pajak, retribusi, dan agencie lainnya jawab sebagainya. (pemerintah daerah) Keprincipal (masyarakat) adalah untuk menyediakan pelayanan publik (Pelayanan publik) baik kepada masyarakat melalui modal dia anggaran, karena masyarakat telah memberikan Bagian dari uang kepada pemerintah daerah. Bentuk menyediakan publik layanan untuk administrasi publik dengan Provinsi infrastruktur yang memadai di daerahnya. Pengadaan sebuah infrastruktur atau fasilitas infrastruktur seperti financed dari alokasi anggaran untuk expe modal nditure dianggaran setiap tahunnya. Dengan demikian, ada relati suatu onship antara PAD dengan expendit modal alokasi. Tapi tidak semua bidang tinggi berargumen diikuti oleh baik Pertumbuhan ekonomi juga.

  Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang mana pada penelitian ini menjadi variabel bebas yang terdiri atas Hasil Pajak Daerah (HPD), Retribusi Daerah (RD), Pendapatan dari Laba Perusahaan Daerah (PLPD) dan Lain-lain Pendapatan yang Sah (LPS). Diharapkan dengan adanya penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi daerah dan akan berdampak terhadap Pertumbuhan Ekonomi nasional. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat meningkatkan investasi Belanja Modal pemerintah daerah sehingga kualitas pelayanan publik semakin baik.

  Desentralisasi fiskal, disisi lain, memang memberikan kewenangan terhadap Pemerintah Daerah untuk menggali potensi yang ada di daerah masing-masing dan memanfaatkan sumber daya tersebut, hal itu akan terealisasikan ketika infrastruktur yang menjadi sumber pendanaan daerah yang sekaligus menunjang perekonomian masyarakat juga tersedia dengan merata antara daerah satu dengan yang lain, namun kenyataan dilapangan tidaklah sejalan dengan harapan yang diinginkan, kekuatan infrastruktur penunjang perekonomian daerah tidak tersebar merata di setiap daerah yang ada di Indonesia. Konsekuensi lain dari penerapan desentralisasi fiskal, yaitu, di setiap daerah juga dituntut untuk membiayai seluruh pengeluaran daerah, namun tidak semua daerah dapat membiayai pengeluaran pemerintah daerah menggunakan Pendapatan Asli Daerah (PAD), hal tersebut disebabkan oleh kemampuan masing-masing daerah untuk menyediakan pendanaan yang bergantung pada kemampuan daerah dalam merealisasikan potensi ekonomi yang menciptakan perguliran dana untuk pembangunan daerah yang berkelanjutan (Darwanto, (2006) dalam penelitian Candra (2014), hal tersebut mengakibatkan tidak meratanya Pertumbuhan Ekonomi disetiap daerah.

5. Dana Alokasi Umum

  DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar- daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dari pengertian yang diambil dari Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa DAU merupakan sarana untuk mengatasi ketimpangan fiskal antar daerah dan di sisi lain juga memberikan sumber pembiayaan daerah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa DAU lebih diprioritaskan untuk daerah yang mempunyai kapasitas fiskal yang rendah.

  Menurut Undang-undang nomor 33 tahun 2004 porsi DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% (dua puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN. Sementara itu, proporsi pembagian DAU untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota ditetapkan sesuai dengan imbangan kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota. Secara definisi DAU dapat diartikan sebagai berikut Sidik (2003) dalam penelitian Uhise (2013) :

  1. Salah satu komponen dan perimbangan pada APBN yang pengalokasiannya didasarkan atas konsep kesenjangan fiskal atau selah fiskal yang selisih antara kebutuhan fiskal dengan kapasitas fiskal.

  2. Instrumen untuk mengatasi horizontal imbalance yang dialokasikan dengan tujuan peningkatan kemampuan keuangan antar daerah dan penggunaannya ditetapkan sepenuhnya oleh daerah.

  3. Equalization grant, berfungsi untuk menetralisasi ketimpangan kemampuan keuangan dengan adanya PAD, bagi hasil pajak, dan bagi hasil SDA yang diperoleh daerah otonomi dan pembangunan daerah.

  Menurut Ikhwan (2009) dalam penelitian Susanto (2016) Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan salah satu transfer dana Pemerintah kepada pemerintah daerah yang bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU bersifat Block Grant yang berarti penggunaannya diserahkan kepada daerah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.

  Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan komponen dari Dana Perimbangan yang sering disebut sebagai dana transfer dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah yang bertujuan untuk meratakan kemampuan keuangan antar daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi sehingga ketimpangan ekonomi antar daerah yang terjadi dapat diatasi.Belanja Modal memiliki peran yang sangat penting guna meningkatkan infrastruktur publik, sehingga dapat mendukung peningkatan Pertumbuhan Ekonomi.

6. Dana Alokasi Khusus

  Pada hakikatnya pengertian Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus. Pengalokasian DAK memperhatikan ketersediaan dana dalam APBN, yang berarti bahwa besaran DAK tidak dapat dipastikan setiap tahunnya. DAK diberikan kepada daerah apabila daerah menghadapi masalah-masalah khusus.

  Menurut Hairul Aswadi (2001) dalam Anis setyawati dan Ardi Hamzah, 2007) menyatakan bahwa tujuan dari penggunaan DAK dapat diarahkan pada upaya untuk meningkatkan Indek Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan salah satu isu nasional yang perlu dituntaskan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Friska Sihite (2009) yang memperoleh hasil bahwa Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Daerah.

  Berdasarkan landasan teoritis dan temuan-temuan empiris di atas, dapat diketahui bahwa ada hubungan antara Dana Alokasi Khusus (DAK), dan pertumbuhan ekonomi daerah.

  Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBD yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan Darize (2009) dalam penelitian Susanto(2016). Jika dikaitkan, maka dengan adanya kenaikan Dana Alokasi Khusus (DAK) maka akan meningkatkan belanja daerah untuk keperluan dari daerah tersebut. Jika belanja naik, diharapkaa perekonomian daerah juga akan naik.

7. Dana Bagi Hasil

  Dana Bagi Hasil (DBH) dalam penelitian Ubar (2011) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan memperhatikan potensi daerah penghasil berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Bagi Hasil terdiri dari DBH Pajak dan DBH Sumber Daya Alam (SDA).

  Berdarakan UU No 33 tahun 2004 menjelaskan tentang dana perimbangan antara pemerintaha pusat dan daerah, menjelaskan bahwa Dana Bagi hasil (DBH) merupakan dana yang bersumber dari pendapaan APBD yang kemudian dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentase untuk memenuhi kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DBH yang ditransfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah terdiri dari dua jenis yaitu : a) Dana bagi hasil pajak

  b) Dana bagi hasil bukan pajak (sumber daya alam) DBH yang berdasarkan dari sumber daya alam yaitu :

  • Kehutanan • Pertambangan umum
  • Perikanan • Pertambangan minyak bumi
  • Pertambangan gas bumi
  • Pertambangan minyak bumi B.

   Kerangka Berpikir Penelitian

  Berdasarkan informasi yang telah di uraikan sebelumnya penelitian ini menganalisis tentang pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan dana bagi hasil untuk melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat. Sehingga diketahui apakah kinerja pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi sudah baik atau tidak.

  Perkembangan dan pembangunan sering digunakan secara bergantian, tetapi mempunyai maksud yang sama terutama dalam pembicaraan- pembicaraan mengenai masalah ekonomi. Pertumbuhan dapat meliputi penggunaan input lebih banyak dan lebih efisien, yaitu adanya kenikan output persatuan input. Dengan kata lain, dengan kesatuan input dapat menghasilkan output yang lebih banyak ( Irawan dan Suparmoko, 1992 ).

  Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif, pada teori keagenan (agency theory) dalam hal ini melalui hubungan antara pemerintah daerah dengan masyarakat. Masyarakat sebagai prinsipal telah memberikan sumber daya kepada daerah berupa pembayaran pajak daerah, retribusi dan sebagainya untuk dapat mneingkatkan pendapatan asli daerah. Dana alokasi umum adalah dana yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat untuk daerah dengan tujuan untuk pemerataan pertumbuhan ekonomi disuatu daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Saragih (2006) dalam pennelitian Susanto (2016) menyatakan bahwa Dana Alokasi Umurn (DAU) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan landasan teoritis dan temuan- temuan empiris di atas, dapat diketahui bahwa ada hubungan antara dana alokasi umum dan pertumbuhan ekonomi daerah. Menurut Yani (2002) dalam artikel Marizka dana alokasi khusus dimaksudkan untuk mendanai kegiatan khusus yang menjadi urusan daerah dan merupakan prioritas nasional, sesuai dengan fungsi yang merupakan perwujudan dan tugas kepemerintahan di bidang tertentu, khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat.

  Adanya Dana Alokasi Khusus (DAK) maka akan meningkatkan belanja daerah untuk keperluan dari daerah tersebut. Jika belanja naik, diharapkan perekonomian daerah juga akan naik. Penelitian (Susanto, 2016).

  Dana bagi hasil merupakan komponen dana perimbangan yang memiliki peranan penting dalam menyelenggarakan otonomi daerah karena penerimaannya didasarkan atas potensi daerah penghasil sumber pendapatan daerah yang cukup potensial dan merupakan salah satu modal dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah yang bukan berasal dari pendapatan asli daerah selain dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Artikel Ilmiah (Marizka, 2013).

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Variabel independen variabel dependen

  Pendapatan Asli Daerah Dana Alokasi Umum Pertumbuhan Ekonomi Dana Alokasi Khusus

  Dana Bagi Hasil C.

   Hasil Penelitian Terdahulu

  Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang terkait mengenai pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan dana bagi hasil pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi :

Tabel 2.1 Nama Judul Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan Peneliti penelitian

  Putu candra Penaruh PAD menunjukkan bahwa menggunak menggunak Gunatara dan dan DAU PAD, DAU an belanja an variabel A.A.N.B. terhadap berpengaruh positif modal dependen Dwirandra pertumbuhan dan signifikan sebagai dan (2014) ekonomi dengan terhadap Pertumbuhan variabel independen belanja modal Ekonomi secara pemoderasi, yang sama. sebagai variabel parsial, sedangkan tempat pemoderasi di Belanja Modal penelitian Bali berpengaruh negatif dan periode dan signifikan secara penelitian parsial. Hasil uji simultan menunjukan PAD, DAU, dan Belanja Modal berpengaruh secara simultan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Belanja

  Nama Judul Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan Peneliti penelitian

  Modal memperlemah pengaruh PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi, sedangkan masuknya Belanja Modal sebagai variabel pemoderasi tidak mampu memoderasi pengaruh DAU terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Putu Eka Pengaruh PAD PAD dan Investasi menggunak PAD Suwandika dan investasi berpengaruh positif an variabel sebagai dan I terhadap terhadap Pertumbuhan independen variabel Nyoman pertumbuhan Ekonomi yaitu independen Mahendra ekonomi dan kabupaten/kota di investasi dan Yasa (205) tingkat Provinsi Bali, PAD dan pertumbuha pengangguran di berpengaruh negatif masuknya n ekonomi

  Provinsi Bali terhadap Tingkat variabel sebagai Pengangguran dependen variabel kabupaten/kota di tingkat dependen.

  Provinsi Bali, penganggur Investasi berpengaruh an waktu positif terhadap dan tempat Tingkat Pengangguran penelitian, kabupaten/kota di tahun dan Provinsi Bali, objek Pertumbuhan penelitian Ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Pengangguran di kabupaten/kota di Provinsi Bali, PAD berpengaruh terhadap Tingkat Pengangguran melalui Pertumbuhan Ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Bali, dan Investasi berpengaruh terhadap Tingkat Pengangguran melalui

  Nama Peneliti Judul penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan

  Pertumbuhan Ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Bali

  Stepvani Uhise tahun (2013)

  DAU dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara dengan Belanja modal sebagai variabel intervening dana alokasi umum secara langsung berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, . Pengaruh dana alokasi umum secara tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara adalah bersifat negatif dan tidak signifikan, . Pengaruh dana alokasi umum secara langsung berpengaruh positif terhadap belanja modal, belanja modal sebagai variabel intervening, tempat,dan waktu penelitian independen dan dependen sama.

  Edi Susanto dan Marhaman

  Pengaruh PAD, DAU, DAK terhadap

  PAD,DAK berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

  Penambaha n pada variabel terletak pada variabel

  (2016) pertumbuhan ekonomi dengan belanja daerah sebagai variabel moderating di Jawa Timur ekonomi, (DAU) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi independen dan belanja daerah sebagai variabel moderating, tempat dan waktu penelitian. independen dan dependen.

  Riva Ubar Harahap (2011)

  Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Pada Kab./ Kota Provinsi Sumatera Utara

  Menunjukkan bahwa DAU, DAK dan DBH berpengaruh terhadap

  IPM. Secara parsial DAU, DAK dan DBH tidak berpengaruh terhadap

  IPM. Hal ini dikarenakan bahwa sektor-sektor yang mempunyai pengaruh

  DAU, DAK, dan DBH berpengaruh terhadap IPM.

  Tempat dan waktu penelitian menggunak an variabel dependen dan independen yang sama

  Nama Peneliti Judul penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan

  tinggi terhadap peningkatan IPM ialah sektor yang mengurangi kesenjangan yaitu sektor perdagangan, tenaga kerja dan industri. Sedangkan sektor-sektor infrastruktur memiliki pengaruh langsung relatif kecil terhadap peningkatan IPM.

D. Perumusan Hipotesis

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

  Pendapatan asli daerah dianggap sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertubuhan ekonomi, semakin besar pendapatan yang dihasilkan oleh suatu daerah maka semakin besar kontribusi untuk membangun fasilitas-fasilitas publik untuk menunjang pertumbuhan ekonomi disuatu daerah. Sektor pendapatan daerah memegang peranan yang sangat penting, karena melalui sektor ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah dapat membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah.Pendapatan asli daerah salah satunya diperoleh dari hasil pajak, dimana menurut UU No 28 tahun 2009 tentang pajak daerah yaitu kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

  Penelitian yang dilakukan oleh Gunantara dkk (2014) menyatakan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari landasan penelitian terdahulu dan beberapa penjelasan dari pendapatan asli daerah dikatakan bahwa ada hubungan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari penelitian tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah:

  H1 : Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Barat.

2. Dana Alokasi Umum

  Dana alokasi umum mempengaruhi pertumbuhan ekonomi disuatu daerah, dimana dana alokasi umum adalah dana yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat untuk daerah dengan tujuan untuk mengatasi ketimpangan fiskal keuangan antara pemerintah pusat dan ketimpangan horizontal antar pemerintah daerah karena ketidakmerataan sumber daya yang ada pada masing-masing daerah.

  Penelitian yang dilakukan oleh Gunantara dkk (2014) menyatakan bahwa dana alokasi umum berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan landasan teoritis dan temuan-temuan empiris di atas, dapat diketahui bahwa ada hubungan antara dana alokasi umum dan pertumbuhan ekonomi Daerah. Dari hasil penelitian tersebut, maka hipotesis penelitian:

  H2 : Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Barat.

3. Dana Alokasi Khusus

  Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan salah satu dana perimbangan yang menjadi bagian dari sumber pendapatan yang mana diatur dengan Peraturan Pemerintah dalam bentuk realisasi belanja daerah. DAK dialokasikan dari APBN untuk membantu membiayai program khusus di daerah tertentu sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk mendanai pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah.

  Dana Alokasi Khusus adalah alokasi dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan

khusus yang merupakan urusan Pemerintahan Daerah dan sesuai dengan

prioritas nasional. Dana Alokasi Khusus bertujuan untuk mendanai kebutuhan-

kebutuhan daerah yang bersifat khusus. Sesuai dengan UU Nomor 33 Tahun

2004, yang dimaksud dengan kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang tidak

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus alokasi umum, dalam

pengertian kebutuhan yang tidak sama dengan kebutuhan daereah lain,

contohnya kebutuhan di daerah transmigrasi, pembangunan jalan di daerah

terpencil, saluran irigasi.

  Penelitian yang dilakukan oleh Frizka Sihite dalam penelitian Edy Susanto (2016) menyatakan bahwa dana alokasi umum berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

  

H3 : Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif

terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Barat.

4. Dana Bagi Hasil

  Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Bagi Hasil yang diperoleh pemerintah daerah diharapkan mampu untuk meningkatan alokasi Belanja Daerah guna meningkatkan pelayanan publik bagi daerah sebagai tujuan dari desentralisasi. Hal ini diperkuat oleh penelitian Masdjojo dan Sukartono (2009) yang menyatakan Dana Bagi Hasil berpengaruh pada Belanja Daerah. Sedangkan Pujiati dalam penelitian Nuryanti (2015) menyatakan bahwa dana bagi hasil berpengaruh positif terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi.

  Semakin tinggi DBH maka ekspektasi tingkat pembangunan daerah semakin tinggi, sehingga DBH berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi. Hubungan antara DBH dengan pertumbuhan ekonomi diasumsikan dengan semakin tinggi DBH maka ekspektasi tingkat pembangunan daerah semakin tinggi (Pujiantti 2008, Santosa 2013, Riska dkk 2014, Hendriwiyanto, 2015) dalam penelitian Nuryanti (2015)

  H4 : Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Barat