BAB IV ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN - DOCRPIJM 47736acbdf BAB IVBAB IV RPIJM 2017 2021

BAB IV ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN

4.1 ANALISIS SOSIAL

4.1.1 Pengarusutamaan Gender

  Pengarusutamaan gender adalah salah satu strategi pembangunan yang dilakukan untuk mencapai kesetaraan gender dan keadilan gender melalui pengintegrasian permasalahan, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki-laki harus dimasukkan ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program, proyek dan kegiatan diberbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Tujuan akhir dari pengarusutamaan gender adalah mempersempit atau bahkan meniadakan kesenjangan gender. Selain itu pengarusutamaan gender juga bertujuan untuk memastikan perempuan dan laki-laki memperoleh :

  • Akses yang sama terhadap pembangunan
  • Kesempatan berpartisipasi yang sama dalam pembangunan
  • Mempunyai kontrol yang sama atas pembangunan
  • Memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan Dalam konteks pembangunan infrastruktur khususnya bidang cipta karya, analisis gender dapat dilakukan dengan melakukan proses kunci dibawah ini :
  • Mengidentifikasi prioritas spesifik gender, kebutuhan dan penggunaan infrastruktur
  • Merancang fasilitas dan layanan yang responsif terhadap kebutuhan pengguna, dengan membedakan kebutuhan dan persoalan perempuan dan laki-laki
  • Mengidentifikasi kelompok sasaran tertentu oleh pemahaman yang lebih akurat adalah “miskin” atau paling “miskin”
  • Memahami dan menyikapi perbedaan dampak terhadap perempuan, laki-laki, anak perempuan dan anak laki-laki
  • Memahami dan menyikapi situasi sosial ekonomi dan konteks budaya
  • Mengidentifikasi masalah potensial dalam akses dan penggunaan infrastruktur yang dapat timbul dari sumber daya alam terkait
  • Memahami kendala dan hambatan untuk perempuan dan laki-laki partisipasi dalam proyek kegiatan dan akses manfaat

  • Merancang strategi untuk meningkatkan hasil yang positif dan langkah-langkah perbaikan untuk mangatasi dampak negatif

  Dalam pembangunan infrastruktur seperti drainase, sanitasi, dan lainnya, metode partisipasi telah dilakukan secaraefektis untuk melibatkan perempuan pengguna dalam perencanaan dan desain infrastruktur di tingkat masyarakat. Perempuan bisa, bagaimanapun berkonstribusi terhadap pelaksanaan pembangunan dalm banyak hal sebagai pengguna, penerima manfaat, konstruksi dan pemeliharaan pekerja, penasehat, manajer dan komunitas, pembuat keputusan dan pemimpin.

  Cara-cara untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam kegiatan pembangunan bidang cipta karya, adalah :

  1. Sebagai pengambil keputusan

  • Menetapkan sasaran bagi perempuan dan laki-laki partisipasi
  • Pastikan bahwa komite, organisasi pelaksanaan, manajemen dan monitoring pengaturan responsif gender dan keseimbangan gender ditujukan dalam struktur mereka sendiri, proses pengambilan keputusan dan proses seleksi.

  2. Sebagai pekerja

  • Menciptakan kesempatan kerja dan melatih perempuan sehingga mereka dapat memperoleh menfaat dari kesempatan kerja dan pendapatan langsung, manfaat dari pekerjaan konstruksi
  • Mendukung dan mempromosikan model peran perempuan dalam posisi seperti perencana, pengawas, kontraktor
  • Desain pekerjaan untuk membuatnya lebih mudah bagi perempuan untuk bekerja didalam konteks sosial budaya misalnya mengalokasikan beberapa tugas kepada perempuan saja atau dengan membentuk kelompok kerja hanya perempuan

  3. Sebagai teknisi, supervisor dan manajer

  • Secara aktif merekrut perempuan untuk posisi sebagai teknisi, supervisor dan manajer dan memberi mereka peningkatan kapasitas yang diperlukan untuk secara efektif melaksanakan peran perempuan
  • Dukungan teknis program pendidikan dan pelatihan untuk anak perempuan dan perempuan

  • Menyediakan kantor sesuai dan fasilitas lapangan bagi perempuan profesional dan teknisi dan transportasi dan masalah keamanan yang dapat menjadi penghalang untuk pekerjaan perempuan

4.1.2 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan

  Infra struktur Bidang cipta Karya Pelaksanaan pembangunan Bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan dan durasi

berdampak terhadap masyarakat, untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat

  penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali. Output kegiatan pembangunan bidang cipta karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat, manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.

4.2 ANALISIS EKONOMI

4.2.1 Kemiskinan

  Kemiskinan merupakan masalah kemanusiaan karena berkaitan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan upaya penanganannya, atau kemiskinan juga merupakan suatu keadaan dimana tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam memenuhi kebutuhannya. Pada umumnya, penyebab terjadinya kemiskinan adalah :

  1. Laju pertumbuhan penduduk Meningkatnya jumlah penduduk membuat kondisi daerah semakin terpuruk dengan keadaan ekonomi yang belum mapan. Jumlah penduduk yang bekerja tidak sebanding dengan jumlah beban ketergantungan.

  2. Angkatan kerja, penduduk yang bekerja dan pengangguran Pendapatan penduduk yang didapatkan dari hasil pekerjaan bagi angkatan kerja relatif tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, sedangkan sebagian penduduk yang bekerja juga mempunyai pendapatan yang berlebih.

  3. Tingkat pendidikan yang rendah Rendahnya kualitas penduduk juga merupakan salah satu penyebab kemiskinan. Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tenaga kerja .

  4. Kurangnya perhatian dari pemerintah Pemerintah yang kurang peka terhadap laju pertumbuhan masyarakat miskin dapat menjadi salah satu faktor kemiskinan.

  5. Distribusi yang tidak merata Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah.

  Strategi dan cara mengatasi kemiskinan yang timbul terkait dengan pembangunan Bidang Cipta Karya antara lain :

  1. Peningkatan fasilitas jalan dan listrik dan pedesaan Pembangunan jalan di kawasan pedesaan merupakan cara yang efektif dalam mengurangi kemiskinan. Jalan nasional dan jalan provinsi relatif dalam keadaan yang baik, tetapi setengah dari jalan kabupaten berada dalam kondisi yang buruk. Walaupun berbagai masalah tersebut terlihat rumit dalam pelaksaannya, solusinya dapat terlihat jelas dengan :

  • Menjalankan program skala besar untuk membangun jalan pedesaan di tingkat kabupaten
  • Membiayai program tersebut melalui Dana Alokasi Khusus (DAK)
  • Menjalankan program pekerjaan umum khususnya bidang cipta karya yang bersifat padat karya

  2. Perbaikan tingkat kesehatan melalui fasilitas sanitasi yang lebih baik Untuk mengatasi hal tersebut, ada dua hal yang dapat dilakukan yaitu :

  • Pada sisi permintaan, pemerintah dapat menjalankan kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran dalam penggunaan fasilitas sanitasi yang lebih baik
  • Pada sisi penawaran, tentu saja penyediaan sanitasi harus diperbaiki. Aspek terpenting adalah membiayai investasi di bidang sanitasi yang akan terus meningkat.

  3. Pemberiaan hak penggunaan tanah bagi penduduk miskin

  • Mengakomodasi kepemilikan komunal atas tanah sebagai salah satu bentuk kepemilikan
  • Mendukung adanya penyelesaiaan masalah pertanahan secara kekeluargaan, disamping membentuk peradilan khusus mengenai masalah pertanahan
  • Mempersiapkan peraturan yang menjamin kepastian hukum bagi masyarakat miskin yang tinggal di area perhutanan.

  

4.2.2 Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Terhadap Ekonomi

Lokal Masyarakat

  Pembangunan ekonomi lokal merupakan bagian dari pembangunan nasional, pada hakekatnya adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah sehingga tercipta suatu kemampuan yang handal dan profesional dalam memberikan pelayanan kepada masyarkat, serta kemampuan untuk mengelola sumber daya ekonomi lokal daerah secara berdaya guna dan barhasil guna untuk kemajuan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi lokal dilaksanakan melalui pengembangan otonomi daerah dan pengaturan sumberdaya yang memberikan kesempatan bagi terwujudnya tata kepemerintahan yang baik. Pembangunan daerah juga merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat di seluruh daerah sehingga tercipta suatu lingkungan yang memungkinkan masyarakat untuk menikmati kualitas kehidupan yang lebih baik, maju, tenteram, dan sekaligus memperluas pilihan yang dapat dilakukan masyarakat bagi peningkatan harkat, martabat, dan harga diri.

  Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pembangunan infrastruktur yang dilakukan untuk mendukung pembangunan ekonomi yang semata-mata ditujukan untuk memperoleh keuntungan tanpa memperhatikan keberlangsungan alam dan lingkungan, akan membawa dampak negatif tidak hanya bagi alam tetapi juga bagi masyarakat. Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan adalah berkurangnya sumberdaya alam, pencemaran udara akibat polusi industri dan pembangunan infrastruktur yang identik dengan perusakan alam. Namun, hal tersebut dapat dicegah dengan menerapkan program pelaksanaan pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan Namun perlu disadari bahwa pada saat ini masih dijumpai berbagai tantangan dalam pengelolaan dan pengembangan infrastruktur Pekerjaan Umum. Terdapat kesenjangan aset infrastruktur antar wilayah, belum optimalnya jaringan irigasi dalam mendukung ketahanan pangan, jaringan jalan masih banyak yang kondisinya tidak mantap, keterbatasan akses dari pusat-pusat produksi ke pemasaran, masih banyaknya kawasan kumuh maupun kinerja sebagian besar PDAM yang belum mantap

4.3 ANALISIS LINGKUNGAN

  Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

  1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup: “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”

  2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional: “Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip- prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”

  3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014: “Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”

  4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis: Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan

  5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan. Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL. Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

  1. Pemerintah Pusat a. Menetapkan kebijakan nasional.

  b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

  c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

  d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

  f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.

  g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

  h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup. i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat. j. Menetapkan standar pelayanan minimal.

  2. Pemerintah Provinsi a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

  b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

  c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.

  e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup. f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.

  g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

  3. Pemerintah Kabupaten/Kota a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

  b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

  c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

  e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.