DOCRPIJM 350bb78f7a BAB IVBAB IV ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN
BAB IV ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN Dalam penyusunan RPI2JM membutuhkan kajian pendukung dalam hal
sosial, ekonomi dan lingkungan untuk meminimalisir pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian analisis sosial, ekonomi dan lingkungan meliputi kondisi pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan.
4.1. Analisis Sosial
Pengarustamaan gender adalah perbedaan-perbedaan sifat, peranan, fungsi dan status antara laki-laki dan perempuan yang bukan berdasarkan pada perbedaan biologis, tetapi berdasarkan sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang luas. Jadi, gender merupakan konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai perkembangan zaman. Dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender Kementerian Pekerjaan Umum memiliki dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khsusus. Berikut penjelasannya :
1. Tujuan Umum Tujuan dari pelaksanaan PUG-PU adalah memastikan bahwa penyelenggaraan pembangunan infrastruktur bidang PU dan permukiman telah responsive gender, artinya tidak adanya kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam mengakses dan mendapatkan manfaat dari hasil-hasil pembangunan infrastruktur PU dan permukiman serta dalam meningkatkan partisipasi dan ikut mengontrol proses pembangunan infrastruktur PU dan permukiman.
2. Tujuan Khusus Tujuan khususnya adalah (a) Memastikan bahwa seluruh jajaran Kementerian PU telah memahami konsep, prinsip dan strategi pelaksanaan PUG
dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur PU dan Permukiman. (b)
Memastikan bahwa seluruh penyelenggaraan pembangunan infrastruktur PU dan
Permukiman responsive gender. (c) Memastikan adanya berkelanjutan,
pelestarian dan pengembangan kualitas penyelenggaraan pengarusutamaan
gender dalam pembangunan infrastruktur PU dan Permukiman.Dalam hal pengarustamaan gender, adapun kondisi, tantangan dan kebijakan yang ada di Kabupaten Probolinggo adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 1 Kondisi Pengarustamaan Gender Di Kabupaten Probolinggo
No Indikator Acuan Capaian MDG’s Target MDG’s Target MDG’s Kab. Probolinggo Prov Jatim 2015 Nasional 2015
2015
Rasio Perempuan Terhadap Laki- laki di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan di semua jenjang pendidikan
Rasio APM perempuan/ Laki- - 99.37 % 100 % 100 %
1 laki di SD
- Rasio APM perempuan/ Laki-
99.87 % 100 % 100 % laki di SMP
- Rasio APM perempuan/ Laki-
91.08 % 92 % 100 % laki di SMA Rasio melek huruf perempuan 2 terhadap laki-laki pada usia 15-24 95.87 % 100 % 100 % tahun Kontribusi perempuan dalam 3 27.45 % 44.78 % Meningkat pekerjaan di sector non pertanian Proporsi kursi yang diduduki 4 22.44 % Meningkat --- perempuan di DPR
Sumber : Monitoring dan Evaluasi MDG’s 2015
Tabel 4. 2 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan
Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
No Kondisi Saat Ini Hambatan Kebutuhan Penanganan1 Usaha pencapaian kesetaraan - Peningkatan kualitas hidup dan gender dalam upaya meningkatkan peran perempuan dalam kualitas sumberdaya manusia, baik pembangunan; laki-laki maupun perempuan. - Perlindungan perempuan terhadap berbagai tindak
Kurangnya kesetaraan kekerasan; gender
- Peningkatan kapasitas PUG dan pemberdayaan masyarakat.
2 Pencapaian rasio melek huruf Meningkatkan akses dan kualitas perempuan terhadap laki-laki pada pendidikan nonformal yang kelompok usia 15-24 tahun. responsive gender.
3 Pemberian akses dan partisipasi Kurangnya dukungan - Meningkatkan akses dan yang sama, baik bagi perempuan masyarakat dalam kualitas pelayanan pendidikan maupun laki-laki di bidang pengarustamaan gender. dalam rangka mengurangi pendidikan. kesenjangan pendidikan, gender dan antar tingkat social ekonomi.
- Melaksanakan penegakan hokum untuk memastikan perlakuan tanpa diskriminasi antara laki-laki dan perempuan untuk memperoleh pekerjaan dan dalam pekerjaannya.
No Kondisi Saat Ini Hambatan Kebutuhan Penanganan
Keikutsertaan kaum wanita menjadi Masih sedikitnya peran Meningkatkan partisipasi anggota DPRD wanita dalam DPRD. perempuan pada lembaga-lembaga legislatif dan lembaga-lembaga politik.
Sumber : Monitoring dan Evaluasi MDG’s 2015
4.2. Analisis Ekonomi
Pembangunan merupakan dasar untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Salah satu indikator untuk melihat pembangunan adalah
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang positif menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas perekonomian, sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang
negatif menunjukkan adanya penurunan dalam aktivitas perekonomian.Salah satu fungsi utama pembangunan yang harus dijalankan oleh
pemerintah adalah sebagai salah satu pengambil kebijakan. Berdasarkan konsep
pembangunan, terkandung makna-makna alokasi sumber-sumber daya, regulasi
dan pemberdayaan masyarakat. Pembangunan sebagai metode alokasi sumber-
sumber daya (resources) yang dimiliki publik, seperti sumber daya alam sumber
daya energi, sumber dana dan sumber daya manusia. Dalam perspektif ini,
pembangunan seyogianya dapat memperluas akses publik untuk memperoleh
sumber-sumber daya yang diperlukan guna mencapai kesejahteraan
masyarakat, mempermudah akses publik untuk memperoleh dan menikmati
berbagai fasilitas pelayanan dasar (pendidikan, kesehatan, air bersih, listrik,
keamanan, dan lain-lain), serta menjamin ketersediaan infrastruktur dan
kontinuitas sumber-sumber daya tersebut bagi kelangsungan hidup masyarakat.
Pada dasarnya infrastruktur pembangunan dapat dibedakan menjadi: (1)
infrastruktur ekonomi yaitu infrastruktur fisik baik yang digunakan dalam proses
produksi maupun yang dimanfaatkan oleh masyarakat, meliputi semua prasarana
umum seperti rumah, tenaga listrik, telekomunikasi, perhubungan, irigasi, air
bersih dan sanitari serta pembuangan limbah (2) infrastruktur sosial yaitu
prasarana sosial seperti kesehatan dan pendidikan. Infrastruktur merupakan roda
penggerak pertumbuhan ekonomi. Ketidakcukupan infrastruktur merupakan
salah satu kunci terjadinya hambatan bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih
cepat.Dilihat dari alolasi pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang
sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi makro,
ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of
private capital, sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa
pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi.Salah satu hal yang menyebabkan ketertinggalan suatu daerah dalam
membangun ekonominya adalah rendahnya daya tarik suatu daerah dan sumber
daya yang dikarenakan terbatasnya sarana dan prasarana infrastruktur, sehingga
menyebabkan tingkat aktivitas ekonomi yang rendah. Untuk mengejar
ketertinggalan dari daerah lainnya, terdapat beberapa alternatif pengembangan
suatu daerah. Alternatif tersebut dapat berupa investasi langsung yang
diarahkan pada sektor produktif atau investasi pada social-overhead seperti
pada pembangunan jalan, fasilitas kesehatan, pendidikan dan prasarana
infrastruktur lainnya. Pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur harus
diperhatikan, karena infrastruktur merupakan basis pembangunan.Analisis ekonomi pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya
diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu
aspek yang perlu ditindaklanjuti adalah isu kemiskinan. Dalam Kajian analisis
ekonomi lebih menekankan pada manusianya sehingga yang disasar adalah
kajian mengenai penduduk miskin, mencakup kesanggupan untuk memenuhi
rumah yang layak huni, sehingga dapat diketahui kebutuhan penanganannya.
Adapun kondisi yang ada di Kabupaten Probolinggo adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 3 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin
Di Kabupaten Probolinggo
No Kondisi Umum Lokasi Permasalahan Kebutuhan Penanganan
1. Permukiman Kumuh Nelayan
a. Desa Panambangan Kepadatan Bangunan sangat rapat, jarak antar rumah saling menempel.
Kondisi jalan lingkungan lebar ± 1
- – 1.5 meter, kondisi rusak, perkerasan tanah atau makadam.
Sumber air minum menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
Kondisi pembuangan limbah atau MCK lebih banyak menggunakan air sungai sebagai tempat MCK, hanya KK yang memiliki sepiteng.
sampah lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau dibakar .
Perbaikan sarana dan prasarana seperti perbaikan sanitasi, drainase, dan air bersih. Pembuatan talud untuk menghindari rob dan mencegah banjir. Pembuatan bangunan penahan gelombang misalnya break water dan groin Penanaman mangrove untuk melindungi kawasan pantai dan mencegah terjadinya abrasi.
Pengembangan dana stimulant perbaikan rumah tinggal secara bergulir. Pembangunan rumah produksi. Penyiapan fasilitas kegiatan nelayan,
No Kondisi Umum Lokasi Permasalahan Kebutuhan Penanganan
Kepadatan
b. Desa Kalibuntu Bangunan seperti halnya tempat sangat rapat, dan pelelangan ikan, tempat didominasi bangunan menjemur ikan dan semi permanen. tempat menyimpan atau
Jalan lingkungan di memperbaiki peralatan sekitar rumah ± 2 meter. nelayan.
Pengembangan Kondisi jalan lingkungan di sekitar pinggir pantai alternative kegiatan tergolong rusak, dengan usaha serta perkerasan tanah/ pasir pengembnagn lembaga atau makadam. keuangan.
Kondisi drainase tergolong bagus dengan perkerasan batu kali. Permasalahan yang ada adalah sebagian lingkungan sering terjadi banjir yang disebabkan pasang surut air laut.
Pembuangan limbah atau MCK sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai atau pinggir laut.
Pembuangan sampah, lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau laut. Kepadatan
c. Desa Gejugan Bangunan sangat rapat dan di dominasi bangunan semi permanen. Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 2 meter. Kondisi jalan lingkungan di sekitar pinggir pantai tergolong rusak, dengan perkerasan tanah/pasir atau makadam.
Tidak ada saluran drainase. Sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai atau pinggir laut.
pembuangan sampah, lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau laut tanpa ada penampungan sampah.
Kondisi bangunan di
d. Desa Randu Tatah dominasi bangunan semi permanen. Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 2 meter. Kondisi jalan lingkungan yang ada di sekitar pinggir pantai tergolong rusak, dengan perkerasan tanah/ pasir atau makadam.
No Kondisi Umum Lokasi Permasalahan Kebutuhan Penanganan
Tidak terdapat saluran drainase. Sumber air minum banyak yang membeli di desa sebelah dan sebagian menggunakan sumur, hal ini karena air sumur yang di gali masih terasa asin.
Sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai atau pinggir laut. Pembuangan sampah, lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau laut tanpa ada penampungan sampah.
Kepadatan
e. Desa Gili Ketapang Bangunan sangat rapat, karena jarak antar rumah saling berdekatan dan lebih di dominasi bangunan semi permanen. Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 2 meter. Kondisi jalan lingkungan yang ada di sekitar pinggir pantai tergolong rusak, dengan perkerasan tanah/ pasir atau makadam.
Tidak ada saluran drainase di Desa Gili Ketapang. Sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai atau pinggir laut.
Pembuangan sampah, lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau laut tanpa ada penampungan sampah.
f. Desa Tamansari Kepadatan Bangunan tergolong sangat rapat, dan lebih di dominasi bangunan semi permanen. Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 2 meter. Kondisi jalan lingkungan yang ada di sekitar pinggir pantai tergolong rusak, dengan perkerasan tanah/ pasir atau makadam.
Kondisi drainase tergolong bagus dengan perkerasan semen, namun Sebagian lingkungan sering terjadi
No Kondisi Umum Lokasi Permasalahan Kebutuhan Penanganan
banjir yang disebabkan pasang surut air laut. Sumber air minum yang ada di Desa Tamansari banyak yang membeli di desa sebelah, hal ini karena tidak adanya bantuan PDAM untuk kebutuhan air minum warga di pinggiran pantai.
Sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai atau pinggir laut. Pembuangan sampah, lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau laut dan juga dibakar tanpa ada penampungan sampah.
Kepadatan
g. Desa Curah Sawo Bangunan tergolong sangat rapat, dan lebih di dominasi bangunan semi permanen. Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 2 meter. Kondisi jalan lingkungan yang ada di sekitar pinggir pantai tergolong rusak, dengan perkerasan tanah/pasir atau makadam.
Kondisi drainase di Desa Curah Sawo tergolong bagus dengan perkerasan semen atau batu kali, namun sebagian lingkungan sering terjadi banjir yang disebabkan pasang surut air laut.
Sumber air minum banyak yang membeli di desa sebelah, hal ini karena tidak adanya bantuan PDAM untuk kebutuhan air minum warga di pinggiran pantai.
Sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai atau pinggir laut. pembuangan sampah, lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau laut tanpa ada penampungan sampah.
h. Desa Randu Putih Kepadatan Bangunan tergolong sangat rapat,
No Kondisi Umum Lokasi Permasalahan Kebutuhan Penanganan
dan lebih di dominasi bangunan semi permanen. Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 2 meter. Kondisi jalan lingkungan yang ada di sekitar pinggir pantai tergolong rusak, dengan perkerasan tanah/pasir atau makadam.
Sebagian lingkungan sering terjadi banjir yang disebabkan pasang surut air laut. Sumber air minum banyak yang membeli di desa sebelah dan sebagian menggunakan sumur, hal ini karena tidak adanya bantuan PDAM untuk kebutuhan air minum warga di pinggiran pantai.
Sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai atau pinggir laut. pembuangan sampah, lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau laut tanpa ada penampungan sampah. i. Desa Jabung Sisir Kondisi bangunan lebih di dominasi bangunan semi permanen. Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 2 meter. Kondisi jalan lingkungan yang ada di sekitar pinggir pantai tergolong rusak, dengan perkerasan tanah/ pasir atau makadam.
Kondisi drainase tergolong buruk dengan perkerasan tanah. Sebagian lingkungan sering terjadi banjir yang disebabkan pasang surut air laut.
Sumber air minum banyak yang membeli di desa sebelah dan sebagian menggunakan sumur, hal ini karena tidak adanya bantuan PDAM untuk kebutuhan air minum warga di pinggiran pantai.
Sebagian kecil warganya masih ada yang
No Kondisi Umum Lokasi Permasalahan Kebutuhan Penanganan
membuang air besar ke sungai atau pinggir laut. Pembuangan sampah, lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau laut tanpa ada penampungan sampah, Kepadatan j. Desa Pondok Kelor Bangunan tergolong sangat rapat. Jalan lingkungan di sekitar rumah 2 meter. Kondisi jalan lingkungan tergolong rusak, karena sebagian jalan menggunakan perkerasan tanah atau makadam, namun begitu terdapat juga jalan paving maupun aspal disebagian kawasan.
Kondisi drainase tergolong bagus dengan perkerasan dari batu kali. Sebagian lingkungan sering terjadi banjir yang disebabkan buntunya saluran drainase, baik karena sampah maupun karena mendangkalnya saluran drainase.
Sumber air minum masih menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM. Selain itu sebagian masyarakat untuk kebutuhan air minum lebih memilih beli isi ulang air gallon.
Sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai. sebagian masyarakat lainnya membuang langsung ke sungai atau laut terdekat di kawasan tempat tinggal mereka. k. Desa Sumberanyar Kepadatan Bangunan tergolong sangat rapat.
jalan lingkungan di sekitar rumah 2 meter dengan Kondisi tergolong rusak, karena sebagian jalan menggunakan perkerasan tanah atau makadam, namun begitu terdapat juga jalan paving maupun aspal
No Kondisi Umum Lokasi Permasalahan Kebutuhan Penanganan
disebagian kawasan. Kondisi drainase tergolong bagus dengan perkerasan dari batu kali. Namun, Sebagian lingkungan sering terjadi banjir yang disebabkan buntunya saluran drainase, baik karena sampah maupun karena mendangkalnya saluran drainase.
Sumber air minum yang ada di Desa Sumberanyar masih menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai. sebagian masyarakat lainnya membuang langsung ke sungai atau laut terdekat di kawasan tempat tinggal mereka.
Kepadatan Perbaikan
2 Permukiman Kumuh
a. Desa Dandang Bangunan dan Di Pinggiran Kota tergolong sangat rapat. penambahan sarana
Jalan lingkungan di dan prasarana seperti sekitar rumah ± 1 – 1,5 perbaikan sanitasi, meter. Kondisi jalan drainase, listrik, dan air lingkungan tergolong bersih.
Pengembangan rusak, dengan kondisi dana perkerasan tanah atau stimultant makadam, namun begitu pembangunan sarana terdapat juga jalan dan prasarana yang paving maupun aspal menunjang kegian disebagian kawasan ekonomi komunitas Pola kumuh. pendanaan
Kondisi drainase bertumpu pada tergolong Sedang komunitas untuk dengan perkerasan batu meningkatkan kali. pendapatan penduduk. Sumber air minum yang ada masih menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
Kondisi pembuangan limbah atau MCK lebih banyak menggunakan air sungai sebagai tempat MCK, hanya sebagian rumah atau KK yang memiliki sepitank untuk menampung pembuangan limbah
No Kondisi Umum Lokasi Permasalahan Kebutuhan Penanganan
rumah tangga. Sampah lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau dibakar tanpa ada penampungan.
b. Desa Sukodadi Kepadatan Bangunan tergolong sangat rapat.
jalan lingkungan di sekitar rumah 2 meter. Kondisi jalan lingkungan tergolong rusak, karena sebagian jalan menggunakan perkerasan tanah atau makadam, namun begitu terdapat juga jalan paving maupun aspal disebagian kawasan.
Kondisi drainase tergolong bagus dengan perkerasan dari batu kali, namun sebagian lingkungan sering terjadi banjir yang disebabkan buntunya saluran drainase, baik karena sampah maupun karena mendangkalnya saluran drainase.
Sumber air minum masih menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
Sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai. Sebagian KK atau rumah sudah terdapat tempat penampungan sampah pribadi dan membuang langsung ke TPS terdekat di kawasan tempat tinggal mereka. Namun begitu masih terdapat warga yang tidak memiliki tempat sampah pribadi sehingga memilih membakar sampah di pekarangan rumah mereka
c. Desa Bulu Kepadatan Bangunan tergolong sangat rapat.
jalan lingkungan di sekitar rumah ± 1
- – 1,5 meter. Kondisi jalan lingkungan tergolong rusak, karena sebagian
No Kondisi Umum Lokasi Permasalahan Kebutuhan Penanganan
jalan menggunakan perkerasan tanah atau makadam, namun begitu terdapat juga jalan paving maupun aspal disebagian kawasan. Sumber air minum masih menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
Kondisi pembuangan limbah atau MCK lebih banyak menggunakan sepiteng untuk menampung pembuangan limbah rumah tangga, hanya sebagian rumah atau KK yang pergi ke sungai tempat MCK tradisional (jemblung).
Sebagian KK atau rumah sudah terdapat tempat penampungan sampah pribadi dan membuang langsung ke TPS terdekat di kawasan tempat tinggal mereka. Namun masih terdapat warga yang tidak memiliki tempat sampah pribadi sehingga memilih membakar sampah di pekarangan rumah mereka.
d. Desa Sumber Kepadatan Bangunan Secang yang ada tergolong sangat rapat.
Sumber air minum yang ada di Desa Sumber Secang masih menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
Kondisi pembuangan limbah atau MCK lebih banyak menggunakan air sungai sebagai tempat MCK, hanya sebagian rumah atau KK yang memiliki sepiteng untuk menampung pembuangan limbah rumah tangga.
Pembuangan sampah lebih banyak dibuang langsung ke sungai tanpa ada
No Kondisi Umum Lokasi Permasalahan Kebutuhan Penanganan
penampungan. Kepadatan
e. Desa Rondo Kuning Bangunan tergolong sangat rapat.
Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 1 – 1,5 meter. Kondisi jalan lingkungan tergolong rusak, sebagian jalan menggunakan perkerasan tanah atau makadam, namun begitu terdapat juga jalan paving maupun aspal disebagian kawasan.
Sumber air minum yang ada di Desa Rondo Kuning masih menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
Sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai. Sampah lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau dibakar tanpa ada penampungan.
Kepadatan
f. Desa Ambulu Bangunan tergolong sangat rapat.
Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 1 – 1,5 meter. Kondisi jalan lingkungan tergolong rusak, dengan perkerasan tanah atau makadam, namun begitu terdapat juga jalan paving maupun aspal disebagian kawasan.
Sumber air minum masih menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
Kondisi pembuangan limbah atau MCK lebih banyak menggunakan air sungai sebagai tempat MCK, hanya sebagian rumah atau KK yang memiliki sepitank untuk menampung pembuangan limbah rumah tangga.
Sampah lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau dibakar
No Kondisi Umum Lokasi Permasalahan Kebutuhan Penanganan
tanpa ada penampungan.
g. Desa Mentor Kepadatan Bangunan tergolong sangat rapat.
Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 1
- – 1,5 meter. Kondisi jalan lingkungan yang ada tergolong rusak, karena sebagian jalan menggunakan perkerasan tanah atau makadam, namun terdapat juga jalan paving maupun aspal disebagian kawasan.
Kondisi drainase tergolong sedang dengan perkerasan semen. Sumber air minum masih menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
Kondisi pembuangan limbah atau MCK lebih banyak menggunakan air sungai sebagai tempat MCK.
Pembuangan sampah lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau dibakar tanpa ada penampungan.
h. Desa Bantaran Kepadatan Bangunan tergolong sangat rapat.
jalan lingkungan di sekitar rumah ± 1 – 1,5 meter. Kondisi jalan lingkungan tergolong rusak, dengan perkerasan tanah atau makadam, namun begitu terdapat juga jalan paving maupun aspal disebagian kawasan.
Kondisi drainase tergolong Buruk dengan perkerasan tanah. Sumber air minum sebagian menggunakan Sumur dan sebagian lagi menggunakan air PDAM.
Sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai. Sampah lebih banyak dibuang langsung ke
No Kondisi Umum Lokasi Permasalahan Kebutuhan Penanganan
sungai atau dibakar tanpa ada penampungan. i. Desa Sumber Kepadatan Bangunan Kedawung tergolong sangat rapat.
Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 1
- – 1,5 meter. Kondisi jalan lingkungan tergolong rusak, sebagian jalan menggunakan perkerasan tanah atau makadam, namun terdapat juga jalan paving maupun aspal disebagian kawasan.
Sumber air minum masih menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
Kondisi pembuangan limbah atau MCK lebih banyak menggunakan air sungai sebagai tempat MCK, hanya sebagian rumah atau KK yang memiliki sepitank untuk menampung pembuangan limbah rumah tangga.
Sampah lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau dibakar tanpa ada penampungan.
Kepadatan j. Desa Sepuh Bangunan Gembol tergolong sangat rapat. Kondisi jalan lingkungan tergolong rusak, dengan kondisi perkerasan tanah atau makadam, namun begitu terdapat juga jalan paving maupun aspal disebagian kawasan.
Sumber air minum masih menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
Kondisi pembuangan limbah atau MCK lebih banyak menggunakan air sungai sebagai tempat MCK, hanya sebagian rumah yang memiliki septitank untuk menampung pembuangan limbah
No Kondisi Umum Lokasi Permasalahan Kebutuhan Penanganan
rumah tangga. Sampah lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau dibakar tanpa ada penampungan. k. Desa Kraksaan Kepadatan Bangunan
Wetan tergolong sangat rapat, dan lebih di dominasi bangunan semi permanen. Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 2 meter. Kondisi jalan lingkungan yang ada di sekitar pinggir pantai tergolong rusak, karena sebagian jalan menggunakan perkerasan tanah/ pasir atau makadam.
Sumber air minum banyak yang membeli di desa sebelah dan sebagian lagi menggunakan sumur, hal ini karena tidak adanya bantuan PDAM untuk kebutuhan air minum warga di pinggiran pantai.
Kondisi pembuangan limbah atau MCK sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai atau pinggir laut. Namun ada juga yang memilih membuang air besar di MCK umum.
Pembuangan sampah lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau laut tanpa ada penampungan.
3. Pemukiman Kumuh Di
a. Desa Selogudig Kepadatan Bangunan Perlu Sosialisasi/ Tepi Sungai Wetan tergolong sangat rapat. memberi pengertian
Jalan lingkungan di kepada masyarakat sekitar rumah ± 1 dalam mengikuti
- – 1,5 meter. Kondisi jalan peraturan tata lingkungan tergolong Perubahan rusak, karena sebagian Penegasan terhadap jalan menggunakan bangunan liar yang perkerasan tanah atau menyalahi tata ruang makadam, namun dan fungsi ruang terdapat juga jalan (masuk program kinerja paving maupun aspal dan schedulle Satpol disebagian kawasan. PP.
Kondisi Perlu drainase adanya tergolong sedang Pembangunan khusus dengan perkerasan ruang terbuka hijau dan semen. atau menciptakan Sumber air minum masih suasana teduh dengan
No Kondisi Umum Lokasi Permasalahan Kebutuhan Penanganan
menggunakan Sumur dilakukan penghijauan (gali, pompa maupun guna meredam polusi mesin) dan hanya sedikit udara yang menggunakan air Perlu adanya PDAM. Pembangunan MCK
Kondisi pembuangan Umum dengan Program limbah atau MCK lebih sanitas Berbasis banyak menggunakan Masyarakat.
Tangki septic individu air sungai sebagai tempat MCK, hanya dan resapan individu sebagian rumah atau KK Pengadaan TPS yang memiliki sepiteng dnegan jarak minimal untuk menampung depo 15 menit pembuangan limbah perjalanan gerobag rumah tangga. sampah, Setiap
Sampah lebih banyak gerobag sampah dibuang langsung ke melayani 30 -50 unit sungai atau dibakar rumah tanpa ada Perlu peningkatan penampungan. perbaikan jalan
b. Desa Kedung Kepadatan Bangunan lingkungan dan sarana prasarana lainnya.
Dalem tergolong sangat rapat.
jalan lingkungan di sekitar rumah ± 1
- – 1,5 meter. Kondisi jalan lingkungan tergolong rusak, karena sebagian jalan menggunakan perkerasan tanah atau makadam, namun terdapat juga jalan paving maupun aspal disebagian kawasan.
Sumber air minum masih menggunakan Sumur (gali, pompa maupun mesin) dan hanya sedikit yang menggunakan air PDAM.
Kondisi pembuangan limbah atau MCK lebih banyak menggunakan air sungai sebagai tempat MCK.
Sampah lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau dibakar tanpa ada penampungan.
c. Desa Dringu Kepadatan Bangunan tergolong sangat rapat, dan lebih di dominasi bangunan semi permanen. Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 2 meter. Kondisi jalan lingkungan yang ada di sekitar pinggir pantai juga tergolong rusak, karena sebagian jalan menggunakan
No Kondisi Umum Lokasi Permasalahan Kebutuhan Penanganan
perkerasan tanah/pasir atau makadam. Kondisi drainase tergolong bagus dengan perkerasan batu kali, namun sebagian lingkungan sering terjadi banjir yang disebabkan pasang surut air laut.
Sumber air minum banyak yang membeli di desa sebelah, hal ini karena tidak adanya bantuan PDAM untuk kebutuhan air minum warga di pinggiran pantai.
Sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke sungai atau pinggir laut. Namun ada juga yang memilih membuang air besar di MCK umum.
Lokasi pembuangan sampah lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau laut tanpa ada penampungan sampah.
Kepadatan
d. Desa Pesisir Bangunan tergolong sangat rapat, dan lebih di dominasi bangunan semi permanen. Jalan lingkungan di sekitar rumah ± 2 meter. Kondisi jalan lingkungan yang ada di sekitar pinggir pantai juga tergolong rusak, karena sebagian jalan menggunakan perkerasan tanah/pasir atau makadam.
Kondisi drainase tergolong bagus dengan perkerasan semen, namun sebagian lingkungan sering terjadi banjir yang disebabkan pasang surut air laut.
Sumber air minum banyak yang membeli di desa sebelah dan sebagian lagi menggunakan sumur.
Kondisi pembuangan limbah atau MCK sebagian kecil warganya masih ada yang membuang air besar ke
No Kondisi Umum Lokasi Permasalahan Kebutuhan Penanganan
sungai atau pinggir laut.Terdapat RTLH Sebanyak 59 unit.
Krejengan Terdapat RTLH Sebanyak 2,614 unit. t. Kecamatan Maron Terdapat RTLH Sebanyak 4,368 unit. u. Kecamatan Pajarakan Terdapat RTLH Sebanyak 1,037 unit. v. Kecamatan Besuk Terdapat RTLH Sebanyak 1,995 unit. w. Kecamatan Kraksaan Terdapat RTLH Sebanyak 397 unit. x. Kecamatan Krucil Terdapat RTLH Sebanyak 125 unit.
Kotaanyar Terdapat RTLH Sebanyak 610 unit. o. Kecamatan Paiton Terdapat RTLH Sebanyak 920 unit. p. Kecamatan Pakuniran Terdapat RTLH Sebanyak 389 unit. q. Kecamatan Tiris Terdapat RTLH Sebanyak 6,554 unit. r. Kecamatan Gending Terdapat RTLH Sebanyak 148 unit. s. Kecamatan
Tegalsiwalan Terdapat RTLH Sebanyak 1,007 unit. l. Kecamatan Tongas Terdapat RTLH Sebanyak 481 unit. m. Kecamatan Gading Terdapat RTLH Sebanyak 687 unit. n. Kecamatan
Sumberasih Terdapat RTLH Sebanyak 382 unit. k. Kecamatan
Terdapat RTLH Sebanyak 129 unit. i. Kecamatan Leces Terdapat RTLH Sebanyak 214 unit. j. Kecamatan
h. Kecamatan Banyuanyar
g. Kecamatan Dringu Terdapat RTLH Sebanyak 135 unit.
f. Kecamatan Wonomerto
Namun ada juga yang memilih membuang air besar di MCK umum. Pembuangan sampah lebih banyak dibuang langsung ke sungai atau laut tanpa ada penampungan sampah
e. Kecamatan Sumber Terdapat RTLH Sebanyak 471 unit.
d. Kecamatan Sukapura Terdapat RTLH Sebanyak 58 unit.
c. Kecamatan Lumbang Terdapat RTLH Sebanyak 494 unit.
b. Kecamatan Kuripan Terdapat RTLH Sebanyak 517 unit.
Rehabilitasi rumah tidak layak huni. Rehabilitasi sarana prasarana lingkungan
a. Kecamatan Bantaran Terdapat RTLH Sebanyak 498 unit.
4. Rumah Tidak Layak Huni
Sumber : Hasil Analisa
4.3. Analisis Lingkungan
Kajian analisis lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam
penyusunan RPI2JM oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi
prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat
perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut :1. UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup: “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”
2. UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Pa njang Nasional: “Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”
3. Permen LH Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis: Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan
4. Permen LH Nomor 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan. Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL. Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya
mengacu pada UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu :1. Pemerintah Pusat a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS. d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL- UPL.
e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian
dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.
h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.
j. Menetapkan standar pelayanan minimal.
2. Pemerintah Provinsi a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL- UPL.
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.
e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.
g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL- UPL.
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
4.3.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan
partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan atau
kebijakan, rencana dan program (KRP). Aplikasi kajian cepat KLHS meliputi;1. Pelingkupan : Identifikasi issue penting melalui rangkaian proses ilmiah/ metodelogis. Ini diperoleh melalui kegiatan FGD
2. Kajian dampak: Melakukan analisis, perhitungan, simulasi dampak dan kecenderungannya untuk melihat pengaruh lingkungan yang akan ditimbulkan apakah positif dan negative. Kajian cepat KLHS untuk wilayah Kabupaten Probolinggo yang diperoleh
berdasarkan hasil FGD dan Self Assesment dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah.
ISU STRATEGI/ RENCANA PENGEMBANGAN LOKASI PENGARUH ALTERNATIF MITIGASI REKOMENDASI POSITIF NEGATIF
1. Pengembangan dan pemantapan
Delineasi terhadap kawasan pertanian berkelanjutan/yang beririgasi teknis serta penanganan melalui insentif dan disinsentif Pengoptimalan sarana dan prasarana untuk menjaga kelestarian lingkungan seperti persampahan dan sanitasi Mitigasi bahaya banjir dilakukan dengan penyediaan ruang evakuasi bencana serta pemantapan sitem drainase perkotaan Menjaga kawasan RTH
Pengembangan sentra industri diharapakan diserti pula dengan penyediaan sistem pengolahan limbah yang berfungsi untuk mereduksi pencemaran. Penyediaan sistem pengolahan tersebut diupayakan terdapat pada masing-masing sentra industri secara komunal
Adanya limbah industri kecil Penyediaan pengolahan limbah terhadap sentra industri
Desa Randu Putih Kec. Dringu Desa Jorongan Kecamatan Leces Meningkatnya perekonomian masyarakat Menambah lahan pekerjaan baru sehingga diharapkan tingkat pengangguran menurun
Pengembangan Desa Jorongan, Kecamatan Leces sebagai PPL
Pengembangan pusat kegiatan klaster industri dan kerajinan etnik meliputi wisata industri, produk haritage dan pengembangan ekonomi berbasis kerajinan di Desa Randu Putih, Kecamatan Dringu yang ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
Pemberian insentif dan disinsentif melalui mekanisme retribusi ataupun pembatasan terhadap sarana prasarana pada kawasan terbangun di areal sawah berkelanjutan 2.
>30 % Setiap pembangunan prasarana dengan skala regional diharapakan dilengkapi dengan analisa daya dukung lingkungan dan dokumen amdal.
Semakin berkembangny a Kecamatan Kraksaan Dengan terakomodirnya fasilitas maka akan meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat Cepatnya perkembangan lahan terbangun dikhawatirkan akan terjadinya konversi lahan pertanian irigasi teknis Kemacetan dan masalah-masalah sosial dan lingkungan hidup (persampahan, banjir, dll) Berkurangnya lahan resapan air
IV - 23
7. Industri Pengolahan Ikan Kecamatan Kraksaan
6. Pembangunan Terminal Tipe B
5. Pembangunan Islamic Centre
4. Pembangunan Perdagangan dan Jasa Regional
3. Pembangunan Pusat pelayanan kesehatan skala kabupaten
2. Pembangunan Pusat pendidikan skala kabupaten – Perguruan Tinggi;
1. Pembangunan Pusat pemerintahan kabupaten;
Perkotaan Kraksaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau sebagai ibukota kabupaten;
Tabel 4. 4 Self Assesment KLHS Kabupaten Probolinggo
NO- – RSU Kelas B;
LAPORAN AKHIR
ISU STRATEGI/ RENCANA PENGARUH NO LOKASI
dengan pengembangan utama menjadi klaster industri (IKM) mebel dan konveksi.
- – Pengembangan jaringan Jalan Pasuruan Meningkatkan Polusi udara dan Penanaman Pada pengembangan jaringan 3.
vegetasi Tol Probolinggo aksesbilitas dari suara untuk mereduksi polusi jalan dilakukan juga pemberian
- – Jaringan Jalan Lintas Utara Tongas Berkurangnya lahan Penyediaan RTH dan menuju
vegetasi pada kiri kanan jalan
untuk mengurangi dampak Paiton)
- – Pulau Jawa Bali ( Tongas Paiton Kabupaten resapan
Probolinggo polusi suara dan udara.
Perlu penyediaan jalur hijau dan pulau-pulau jalan untuk menambah kawasan RTH. Penyediaan studi kelayakan dan AMDAL dalam proses pengembangan
Kecamatan Meningkatkan Polusi udara dan Penanaman Pada pengembangan jaringan
4. Pengembangan Jalan tembus/ vegetasi
Jalan Lingkar Perkotaan Kraksaan Kraksaan aksesbilitas dari suara untuk mereduksi polusi jalan dilakukan juga pemberian Berkurangnya lahan Penyediaan RTH dan menuju vegetasi pada kiri kanan jalan
Perkotaan resapan untuk mengurangi dampak
Kraksaan polusi suara dan udara. Mereduksi
Perlu penyediaan jalur hijau kemacetan di dan pulau-pulau jalan untuk wilayah menambah kawasan RTH. Penyediaan studi kelayakan perkotaan Kraksaan dan AMDAL dalam proses pengembangan
Meminimalisir Kemacetan Rekayasa lalu lintas pada Pada pengembangan jaringan
5. Pembangunan Fly Over Kecamatan pada
Tongas kemacetan di proses proses pembangunan jalan dilakukan juga pemberian Penanaman wilayah pembangunan vegetasi vegetasi pada kiri kanan jalan Kecamatan Polusi suara dan untuk mereduksi polusi untuk mengurangi dampak Penyediaan RTH Tongas udara polusi suara dan udara.
Perlu penyediaan jalur hijau dan pulau-pulau jalan untuk
LAPORAN AKHIR
IV - 24
IV - 25
NO
ISU STRATEGI/ RENCANA PENGEMBANGAN LOKASI PENGARUH ALTERNATIF MITIGASI REKOMENDASI POSITIF NEGATIF menambah kawasan RTH.
Penyediaan studi kelayakan dan AMDAL dalam proses pengembangan
6. Pembangunan terminal tipe B Kecamatan Kraksaan
Meningkatkan aksesbilitas dari dan menuju Kabupaten Probolinggo Berkurangnya lahan resapan air Penanaman vegetasi dimana selain sebagai penambah estetika kawasan juga untuk menambah kawasan hijau kota