Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Kaimana

  3.1.2 Fenomena Perkembangan

  Prioritas utama dari pengembangan wilayah di Kabupaten Kaimana adalah menggunakan pendekatan pengembangan Growth Pole (Kutub Pertumbuhan), yaitu pengembangan pusat kegiatan dan perkembangan yang ada di wilayah inti yang dikembangkan lebih dulu dari wilayah lainnya untuk tujuan apabila telah berkembang dapat mempengaruhi perkembangan kegiatan wilayah lebih lanjut (hinterland-nya). Sehingga dengan adanya pendekatan growth pole diharapkan terjadi penyebaran wilayah yang dilakukan dengan mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan yang diharapkan jika sudah berkembang dapat memberikan efek penetasan ke bawah (trickling down effect) pada wilayah sekitarnya (wilayah hinterland-nya). Pusat Pertumbuhan (Growth Pole) ini biasanya terdapat di daerah perkotaan. Misalnya Distrik Kaimana sebagai pusat kegiatan inti di Kabupaten Kaimana dikembangkan lebih dari distrik lainnya yang ditujukan untuk perencanaan wilayah yang pada akhirnya akan menyebarkan tumbuhnya pusat-pusat kegiatan baru di wilayah sekitarnya.

3.1 Petunjuk Umum

3.1.1 Umum

  Kebijakan pembangunan Kabupaten Kaimana yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang

  Kawasan Perkotaan di Kabupaten Kaimana

  Wilayah (RTRW 2007 - 20017) yang dijadikan sebagai dasar Pembangunan Kabupaten Kaimana khususnya, dan umumnya Provinsi Papua Barat. Kebijakan Perencanaan

  Setelah pusat pertumbuhan cukup berkembang dan mampu memberikan efek pembangunan di Kabupaten Kaimana didasari pada potensi yang dimiliki, baik potensi penetasan ke wilayah lainnya (trickling down effect). Melalui pendekatan sumber daya alam maupun potensi sosial budaya dan dapat tumbuh serta berkembang desentralisasi perkembangan wilayah yang perlu ditingkatkan terutama pada dan pertumbuhan daerahnya agar dapat mengejar ketertinggalan daerahnya dengan pengembangan pusat-pusat kegiatan kedua agar pusat kegiatan utama tidak menjadi daerah di Wilayah Indonesia Barat. terlalu “primat” karena ada pusat - pusat perkembangan lain dalam skala yang lebih rendah yang mengimbangi daya tarik terhadap pusat-pusat pertama. Pusat kedua ini dapat disebut sebagai counter magnet bagi trend privatisasi pusat pertama. Pada pelaksanaannya pendekatan growth pole ini dapat mengakibatkan backwash effect bagi wilayah sekitar. Untuk memperjelas dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut. pengembangan 15 – 25 tahun ke depan, serta mengantisipasi perkembangan wilayah regional terutama Kawasan Kepala Burung,

  Gambar 3.1

  Ke lima Wilayah Pembangunan (WP) tersebut adalah sebagai berikut :

  Backwash Effect

  1. Wilayah Pengembangan Kaimana dengan pusat pengembangannya adalah Kota

  Kaimana yang melayani Tanggaromi sampai dengan Lobo. WP ini didominasi oleh kegiatan :  pertanian tanaman pangan lahan kering yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat lokal dan juga untuk dipasarkan ke wilayah kabupaten lain;  peternakan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat dan masyarakat di wilayah kabupaten lain;  industri kecil dan kerajinan;  pariwisata baik berupa wisata pantai pasir putih, wisata laut (terumbu karang, habitat ikan lumba-lumba dan ikan paus, wisata budaya yaitu hasil peninggalan sejarah berupa kerajaan);  Pusat pemerintahan kabupaten;  Simpul jasa dan distribusi dengan skala regional.

3.1.3 Kebijakan dan Sasaran Pembangunan Kabupaten Kaimana

   Pusat Kegiatan Ekonomi Skala Regional  Bandara Pusat Pelayanan Primer

A. Pegembangan Wilayah Kabupaten Kaimana

   Pelabuhan Laut Utama Primer Kabupaten Kaimana belum memiliki Rencana Tata Ruang. Untuk sementara, cara yang

  2. Wilayah Pengembangan Teluk Etna yang melayani wilayah Distrik Teluk Etna

  ditempuh Pemerintah Kabupaten Kaimana untuk mempercepat pertumbuhan dan proses dengan pusat wilayah pengembangan adalah Weripi. WP ini didominasi oleh pembangunan di wilayah ini adalah dengan membaginya kedalam lima Wilayah kegiatan : Pembangunan (WP). Pembagian WP serta pola dan kegiatan pengembangan pada masing-masing WP didasarkan pada karakteristik, potensi dan kondisi umum wilayah.

   pertanian tanaman pangan lahan kering dan lahan basah yang diarahkan Pembagian wilayah ini juga untuk mewujudkan keterkaitan antar kegiatan yang kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana maupun untuk memanfaatkan ruang dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku, antara lain kebutuhan masyarakat kabupaten lain; mengenai kawasan khusus/perlindungan, budidaya, permukiman, sarana dan prasarana  perikanan laut dan budidaya laut untuk menunjang kebutuhan masyarakat umum. Selain itu juga untuk memberi arah mengenai wilayah-wilayah prioritas

  Kabupaten Kaimana, kabupaten lainnya dan ekspor.;

   peternakan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana;  industri kecil dan kerajinan;  Industri Produk Hasil Hutan yang merupakan relokasi dari wilayah Jawa Timur  Pelabuhan Laut Pengumpan Regional;  Bandara Bukan Pusat Penyebaran  Perdagangan lokal  Kegiatan Kehutanan yang merupakan bahan baku untuk kegiatan industri hasil hutan (Pabrik Plywood);  Pusat Kegiatan Ekonomi Skala Lokal (untuk melayani beberapa wilayah hinterlandnya) yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu untuk lembaga keuangan;  Pusat Infrastruktur Wilayah dengan Skala Lokal yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu PLN, Telkom, Pos, PDAM.

  dengan pusat wilayah pengembangan adalah Bofuwer. WP ini didominasi oleh kegiatan :  pertanian tanaman pangan lahan kering dan lahan basah yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana;  perikanan laut untuk menunjang kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana, kabupaten lainnya dan ekspor;  pariwisata dengan obyek wisata danau air manis, hutan yang kaya dengan spesies kupu-kupu, dan pusaran air yang keras untuk kegiatan wisata air.  peternakan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana;  Pelabuhan Laut Pengumpan Regional;  Perdagangan lokal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang dilayani maupun sebagai pusat pemasaran produk wilayah sekitarnya;  Kegiatan Kehutanan yang merupakan bahan baku untuk kegiatan industri hasil hutan (Pabrik Plywood);

   Pusat Kegiatan Ekonomi Skala Lokal (untuk melayani beberapa wilayah hinterlandnya) yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu untuk lembaga keuangan;  Pusat Infrastruktur Wilayah dengan Skala Lokal yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu PLN, Telkom, Pos, PDAM.

  4. Wilayah Pengembangan Buruway yang melayani wilayah Distrik Buruway dengan

  pusat wilayah pengembangan adalah Kambala. WP ini didominasi oleh kegiatan :  pertanian tanaman pangan lahan kering dan lahan basah yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kaimana maupun untuk kebutuhan masyarakat kabupaten lain;  perikanan laut dan budidaya laut untuk menunjang kebutuhan masyarakat

  Kabupaten Kaimana, kabupaten lainnya dan ekspor;  Pariwisata dengan obyek wisata pantai pasir putih, hutan suaka alam, dan pulau penyu.

3. Wilayah Pengembangan Teluk Arguni yang melayani wilayah Distrik Teluk Arguni

   peternakan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kaimana;  industri kecil dan kerajinan;  Pelabuhan Laut Pengumpan Regional;  Perdagangan lokal  Kegiatan Kehutanan yang merupakan bahan baku untuk kegiatan industri hasil hutan (Pabrik Plywood);  Pusat Kegiatan Ekonomi Skala Lokal (untuk melayani beberapa wilayah hinterlandnya) yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu untuk lembaga keuangan;  Pusat Infrastruktur Wilayah dengan Skala Lokal yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu PLN, Telkom, Pos, PDAM.

  5. Wilayah Pengembangan Pulau Adi yang melayani wilayah Pulau Adi dengan pusat

  wilayah pengembangan adalah Adijaya. WP ini didominasi oleh kegiatan :  pertanian tanaman pangan lahan kering dan tanaman tahunan yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat Kaimana maupun untuk kebutuhan Dengan merujuk pada visi dan misi daerah, maka tujuan dan sasaran pembangunan Kabupaten Kaimana diarahkan pada terwujudnya

  • Terkendalinya rata-rata lama sekolah
  • Meningkatnya melek huruf;
  • Tercapainya angka partisipasi murni SLTP minimal 70%;
  • Tercapainya angka harapan hidup 65 tahun;
  • Meningkatnya serapan tenaga kerja per sektor
  • Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi,
  • Jumlah orang miskin berkurang;
  • Mengurangi pengangguran;
  • Tumbuh minat dan realisasi investasi baru di Kaimana;

  3. Pemantapan kinerja pemerintah daerah, termasuk didalamnya pengelolaan aspek politik, hukum dan HAM. Melalui peningkatan kinerja ini diharapkan Pemerintah Daerah dapat menjadi pendorong bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;

  2. Meningkatkan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi, dengan sasaran :

  1. Meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan pendidikan, kesehatan dan produktivitas untuk peningkatan daya saing SDM Kaimana. Sasaran yang ingin dicapai adalah :

  ditandai oleh :

  ”Termaju di Selatan Papua”, yang

  B. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah

  4. Peningkatan implementasi pembangunan berkelanjutan, terutama berkaitan dengan isu daya dukung lingkungan, keseimbangan ekosistem, jumlah dan persebaran penduduk, serta mitigasi bencana alam; 5. Peningkatan kualitas kehidupan sosial yang berlandaskan agama dan budaya daerah.

  2. Pengembangan struktur perekonomian yang tangguh, hal ini diperlukan untuk peningkatan dan pemerataan kesehateraan ekonomi masyarakat Kaimana agar memiliki kemandirian, kemampuan dan daya saing dalam menghadapi persaingan antar daerah serta dalam rangka pengentasan kemiskinan;

  1. Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Sumber Daya Manusia yang akan diraih terutama melalui upaya peningkatan pendidikan, kualitas kesehatan dan peningkatan produktivitas masyarakat Kaimana;

  Dalam mewujudkan visi tersebut di atas, maka misi dari pemerintah Kabupaten Kaimana adalah :

  “Percepatan Peningakatan Kesejahteraan Masyarakat Menuju Kaimana Sebagai Kabupaten Termaju Di Selatan Papua Pada Tahun 2010”.

  Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kaimana tahun 2006 – 2025, visi pembangunan jangka panjang adalah:

  masyarakat kabupaten lain;  Pariwisata dengan obyek wisata pulau penyu.  Pelabuhan Laut Pengumpan Regional;  Bandara Bukan Pusat Penyebaran  Perdagangan lokal  Pusat Infrastruktur Wilayah dengan Skala Lokal yang ditandai dengan adanya Kantor Cabang Pembantu PLN, Telkom, Pos, PDAM.

  • Meningkatnya peran koperasi, usaha kecil dan menengah terhadap PDRB;
  • Meningkatnya kualitas infrastruktur wilayah.

  3. Meningkatnya sinergitas, produktifitas dan akuntabilitas managemen pemerintah daerah. Sasaran yang ingin dicapai adalah :

  • Meningkatnya penegakan hukum dan HAM;
  • Meningkatnya efektivitas dan efisiensi pemanfaatan APBD;
  • Meningkatnya akuntabilitas kinerja pelayanan publik perangkat daerah;
  • Meningkatnya kompetensi aparatur;
  • Meningkatnya sinergitas antara tingkat pemerintah;
  • Meningkatnya peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah;
  • Tertatanya kelembagaan dan rasionalisasi PNS pemerintah daerah.

  4. Meningkatnya daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan sasaran yang ingin dicapai :

  • Terkendalinya laju pertumbuhan penduduk di bawah 2%;
  • Tercapainya kawasan lindung sebesar 60%;
  • Terwujudnya struktur tata ruang Kaimana, terdiri dari pengembangan PKN dan PKW serta pengembangan infrastruktur wilayah dalam rangka pengembangan kawasan andalan;

  • Terlaksananya pengelolaan lingkungan dengan pendekatan DAS (Daerah Aliran Sungai) dan Ecoregion;
  • Meningkatnya pelaksanaan kualitas managemen pencegahan dan penanggulangan (Migitasi) bencana alam.

  5. Meningkatnya pengalaman ajaran agama, keharmonisan sosial dan apresiasi terhadap budaya. Sasaran yang diharapkan :

  • Terwujudnya pemberdayaan peran lembaga kemasyarakatan dan pemimpin informal;
  • Terpeliharanya kerukunan umat beragama;
  • Tumbuhnya kondisi yang kondusif bagi perkembangan aktivitas keagamaan, sosial, politik dan kebudayaan ditengah masyarakat;
  • Tegaknya kehidupan berdemokrasi yang taat hukum dan menjunjung tinggi HAM;
  • Terpelihara ketentraman dan ketertiban sosial.

  Kabupaten Kaimana yang berada di bawah kepala burung Pulau Papua, memiliki luas wilayah sebesar 1.850.000 Ha, Kabupaten Kaimana terdiri dari 7 distrik. Masing-masing distrik, terutama pada saat musim penghujan, tidak terjangkau oleh angkutan jalan raya, dan itu pula sebabnya peranan angkutan laut sangat penting dalam kaitan hubungan dengan wilayah lainnya. Sebagai suatu wilayah kabupaten yang baru dimekarkan, struktur organisasi pemerintah daerah maupun sumber daya manusia yang ada di pemerintahan, masih sangat sederhana dan terbatas. Demikian pula halnya dengan potensi pendapatan asli daerah, yang masih mengandalkan pada pendapatan dari sub sektor perikanan dan kehutanan, dan itu pun belum dapat dikatakan maksimal mengingat bahwa usaha di kedua sub sektor tersebut masih belum maksimal yang antara lain disebabkan karena faktor infrastruktur pendukung yang masih sangat terbatas. beberapa wilayah di Kabupaten Kaimana, sehingga terjadi hambatan untuk mendapatkan data yang lengkap pada suatu seri waktu, sementara ketepatan prediksi di masa mendatang sangat tergantung pada data time series .

  Sebagai suatu kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Fakfak, pengembangan tata ruang wilayah kabupaten Kaimana tentunya tidak luput pula dari sejumlah hambatan-hambatan yang antara lain, yaitu :

  1. Keterbatasan SDM Pemerintah Daerah

  Sebagai suatu kabupaten yang baru dimekarkan, kebutuhan SDM untuk mengisi struktur pemerintahan yang dibutuhkan, tentunya akan sangat besar. Disatu pihak, untuk mengisi struktur yang dibutuhkan, ada sejumlah persyaratan yang dibutuhkan seperti kepangkatan (golongan. Dan itu pula sebabnya menjadi tidak mudah bagi pemerintahan yang baru terbentuk untuk segera mengisi struktur sesuai dengan tingkat kebutuhan. Permasalahan SDM akan semakin bertambah bila dikaitkan dengan kualitas teknis yang dibutuhkan untuk menyusun program- program pembangunan sebagai penjabaran visi dan misi Kabupaten Kaimana, apalagi bila hal ini dikaitkan pula dengan isu putra daerah dalam sistem perekrutan kepegawaian.

  Keterbatasan kuantitas dan kualitas SDM berdampak pula pada sistem pendelegasian tugas. Acapkali yang terjadi adalah tidak ada pendelegasian wewenang dari pimpinan ke bawahan untuk melaksanakan tugas-tugas pimpinan yang berakibat pada pelaksanaan kegiatan kantor menjadi tidak efektif.

3.2 Strategi/Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Kaimana Berdasarkan Rencana Penataan Ruang (RTRW)

  2. Keterbatasan Data

  Sebagai suatu wilayah yang baru dimekarkan, keberadaan data wilayah tentunya masih menyatu dengan data wilayah kabupaten induk, dan itu berarti bahwa ketersediaan data akan sangat tergantung pada ketersediaan data di kabupaten induk. Permasalahan lainnya berkaitan dengan data adalah bila pada tingkatan distrik dan desa terjadi pemekaran wilayah sebagaimana yang terjadi pada

  3. Jumlah Penduduk yang Rendah

  rencana tata ruang wilayah, terutama dalam hal proyeksi kebutuhan prasarana dasar dan infrastruktur wilayah yang dibutuhkan. Diperlukan justifikasi yang tentunya memerlukan argumentasi yang kuat untuk meyakinkan berbagai pihak bahwa penentuan kebutuhan prasarana dasar dan infrastruktur wilayah, terutama dikaitkan dengan keterbatasan sumber pendanaan pemerintah. Sebagai contoh, berdasarkan standar yang disusun oleh Dirjen Cipta Karya, untuk jumlah penduduk 500 jiwa akan memerlukan 1 SD. Lantas, pertanyaannya adalah, bagaimana untuk suatu kawasan permukiman dengan penduduk kurang dari 100 jiwa, namun memiliki beberapa anak usia sekolah SD, sedangkan jarak dari kawasan permukiman tersebut dengan kawasan terdekat yang memiliki fasilitas SD, sangat tidak mungkin untuk dicapai? Apakah lantas orang tersebut tidak perlu sekolah, sementara pemerintah telah menetapkan program wajib belajar untuk SD s/d SLTP.

  4. Minimnya Infrastruktur perhubungan

  Minimnya infrastruktur perhubungan seperti prasarana transportasi darat, prasarana transportasi maupun prasarana transportasi udara, menuntut kerjakeras dari pihak pemerintah daerah sebagai pengguna produk rencana tata ruang wilayah, dalam hal menyiapkan sejumlah program-program pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan. Hal ini tentunya sangat terkait dengan kemampuan pemerintah daerah dalam hal menyediakan sumber-sumber pembiayaan pembangunan yang jumlahnya sangatlah besar. Dengan adanya keterbatasan sumber pembiayaan pembangunan tentunya membuat pemerintah daerah harus berpikir keras dalam menentukan skala prioritas, karena kesalahan dalam menentukan skala prioritas dapat berdampak pada timbulnya permasalahan tata ruang wilayah.

  5. Minimnya infrastruktur telekomunikasi

  Telekomunikasi mempunyai peranan yang penting terutama dalam kaitan untuk mendukung kegiatan usaha masyarakat. Ketiadaan infrastruktur telekomunikasi dapat menjadi penghambat majunya kegiatan perekonomian suatu wilayah, namun untuk membangun infrastruktur telekomunikasi akan memerlukan dana yang tidak sedikit. Sehingga kalau dikaitkan dengan potensi pasar pengguna telekomunikasi, untuk distrik di luar wilayah kota kabupaten, tentunya pembangunan infrastruktur telekomunikasi belum tentu akan terwujud dalam beberapa tahun yang akan datang. Memang butuh suatu langkah kerja keras dari pihak yang bertanggung jawab di bidang telekomunikasi (pihak telkom dan pos) untuk meyakinkan pihak terkait untuk mewujudkan pembangunan infrastruktur telekomunikasi guna mendorong pertumbuhan perekonomian wilayah.

  6. Minimnya Prasarana Dasar Wilayah

  Prasarana dasar wilayah tidak terkait langsung dengan pertumbuhan perekonomian wilayah, sehingga ada pemikiran bahwa pembangunan prasarana wilayah adalah merupakan suatu kegiatan yang cost centre. Oleh karenanya, dalam suatu situasi dimana sumber pendanaan pemerintah daerah terbatas, pembangunan prasarana dasar wilayah mungkin bukan suatu prioritas utama.

  7. Keterbatasan Sumber Pembiayaan

  Bagaimana pun, pembangunan berbagai infrastruktur yang dibutuhkan dalam suatu wilayah, tidak akan terlepas dari aspek pendanaan, sementara bagi suatu pemerintah daerah, untuk membiayai kebutuhan rutin seperti membayar gaji pegawai, pemeliharaan aset-aset daerah serta kelengkapan lainnya juga memerlukan biaya yang tidak kalah kecilnya. Apalagi bagi suatu daerah seperti Kabupaten Kaimana yang potensi Sumber Pendapatan Asli Daerahnya kecil, sehingga menjadi sangat tergantung pada Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus, tentunya akan sangat “sempit” ruang geraknya dalam menganggarkan program-program pembangunan yang dibutuhkan.

8. Minat Investasi yang masih rendah

  Bagi calon investor, pertimbangan biaya, baik biaya investasi maupun biaya operasional, menjadi sangat penting. Sedangkan biaya investasi dan biaya operasional akan sangat tergantung dari infrastruktur yang tersedia dalam suatu wilayah. Biaya operasional akan berbanding terbalik dengan ketersediaan infrastruktur, dimana semakin baik infrastruktur dalam suatu wilayah, akan semakin rendah pula biaya operasional suatu usaha, sebaliknya apabila infrastruktur sangat minim, akan semakin tinggi pula biaya operasional. Biaya operasional maupun biaya investasi yang tinggi tentunya akan menurunkan minat calon investor untuk melakukan investasi di suatu wilayah. Kabupaten Kaimana memiliki potensi di sub-sektor kehutanan, perkebunan dan perikanan. Tentunya hal ini menjadi salah satu daya tarik untuk memikat investor di bidang industri kehutanan, perikanan maupun perkebunan. Untuk mendorong percepatan investasi ke wilayah kabupaten Kaimana, tentunya harus pula diikuti oleh langkah-langkah konkret dari pemerintah daerah dalam penyediaan infrastruktur seperti air bersih, listrik, telekomunkasi, jaringan jalan raya, pelabuhan dan bandara udara.

  • Skenario 1 : Pertumbuhan dan Perkembangan Wilayah yang Dikendalikan
  • Skenario 2 : Pertumbuhan dan Perkembangan Wilayah Mengikuti Kecenderungan
  • Skenario 3 : Pertumbuhan dan Perkembangan Wilayah Dipercepat

  Pembangunan infrastruktur tentunya akan berdampak pada penyediaan kesempatan kerja yang akan mendorong masuknya sejumlah orang yang membutuhkan pekerjaan ke suatu wilayah. Akan terjadi mobilisasi penduduk dalam jumlah besar yang bukan saja penduduk lokal namun juga bisa terjadi migrasi penduduk dari luar wilayah yang sedang membangun. Dan akibatnya akan terjadi peningkatan kebutuhan akan barang-barang kebutuhan pokok, dan sebagainya, yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan kegiatan perdagangan yang akan bermuara pada peningkatan sumber pendapatan daerah.

  Pembangunan infrastruktur wilayah juga akan mendorong gairah perekonomian wilayah seperti munculnya para pengusaha di bidang kontraktor, perdagangan mesin dan alat- alat, persewaan alat-alat berat dan sebagainya. Dengan infrastruktur yang telah tersedia, tentunya akan berdampak pada kemudahan aksesibilitas dari satu distrik ke distrik lain. Dan ini akan berdampak pada semakin besarnya pergerakan dari dan ke luar wilayah Kabupaten Kaimana. Kegiatan hotel dan restauran tentunya juga akan semakin bergairah. Berdasarkan permasalahan dan potensi yang ada di wilayah Kabupaten Kaimana, ada 3 alternatif (Skenario) pengembangan wilayah yaitu :

  Skenario 1 : Pertumbuhan dan Perkembangan Wilayah yang Dikendalikan Asumsi

  1. Keterbatasan daya dukung wilayah, terutama faktor lereng dan kawasan rawan bencana

  2. Keterbatasan SDM Pemerintah Kabupaten Kaimana pemerintahan, pembentukan dinas-dinas, struktur serta pengisian personil);  Peningkatan kemampuan personil aparatur pemerintah;  Pembangunan Prasarana Transportasi yang meliputi peningkatan pelabuhan laut di kabupaten Kaimana, pelabuhan-pelabuhan lokal pada beberapa wilayah distrik; pembangunan jaringan jalan di pusat kabupaten, serta peningkatan jalan yang ada, terutama yang menghubungkan Kota Kaimana dengan Kabupaten Teluk Bintuni dan pembukaan jalan yang menghubungkan Kaimana dengan Avonna; pengembangan bandara udara Utarum dan bandara udara perintis di Teluk Etna dan Adijaya;  Pembangunan Prasarana dan Sarana Sub Sektor Perikanan yang meliputi pembangunan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di distrik Teluk Etna dan Kaimana dan Buruway; Mendorong investor untuk masuk di industri pengolahan hasil perikanan laut.

  3. Keterbatasan Sumber Daya Finansial Pemerintah Kabupaten Kaimana

  4. Luas wilayah dan kesulitan medan untuk membangun infrastruktur 5.

  Kualitas SDM yang merupakan penduduk lokal, dimana 68.4% hanya tamatan SD dan 16,7% tamatan SLTP.

  Skenario

  Bila asumsi di atas terpenuhi, maka akan terjadi skenario berikut :

  1. Deliniasi secara tegas terhadap kawasan lindung dan rawan bencana, artinya tidak hanya melakukan penetapan terhadap kawasan-kawasan yang akan menjadi kawasan lindung dan rawan bencana, namun juga diikuti dengan pembuatan peraturan perundang-undangan (Perda) yang disertai dengan penerapan sanksi yang tegas terhadap adanya kegiatan pembangunan di kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung serta melakukan pengendalian terhadap kegiatan pembangunan pada kawasan rawan bencana.

  2. Pemerintah Daerah dalam 5 tahun pertama hanya mempersiapkan :  Pembangunan Prasarana dan sarana pelayanan masyarakat (seperti kantor

   Prasarana dan Sarana Pendidikan terutama untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat Kabupaten Kaimana di sektor pertanian terutama bidang perikanan budidaya, perikanan tangkap (seperti teknik penyimpanan ikan sehingga kualitas ikan tangkapan masih tetap berkualitas untuk di ekspor atau di pasar regional), pertanian tanaman pangan lahan kering (seperti bagaimana agar produk hasil pertanian setelah di panen masih segar sampai di pasar).

  3. Selama 5 tahun pertama, Pemerintah Kabupaten Kaimana hanya mampu menganggarkan untuk pembangunan infrastruktur dasar dan pembangunan perkantoran di wilayah pusat kabupaten.

  4. Pemerintah daerah mengalami beberapa kendala dalam kaitan dengan biaya pembebasan lahan yang tinggi.

  3. Terjadi perubahan guna lahan yang pesat terutama di kiri dan kanan jalan, dan sebagian tidak mengikuti tata ruang yang telah disepakati.

  2. Kawasan terbangun tumbuh secara cepat terutama pada kawasan perkotaan dengan bentuk yang tidak teratur, sebagian menempati lahan-lahan yang sempit di kawasan kaki gunung, bantaran sungai, pinggiran pantai.

  1. Penduduk tumbuh dengan laju pertumbuhan di atas 5% terutama di distrik Kaimana. Pertumbuhan penduduk didominasi oleh masuknya penduduk non-skill dari luar Kabupaten Kaimana yang bekerja sebagai buruh bangunan, pengemudi ojek, penarik becak di wilayah pusat kabupaten.

  Skenario

  4. Ada sebagian masyarakat yang memiliki modal yang mencoba berspekulasi mencari keuntungan dari harga lahan di wilayah perkotaan.

  2. Dalam kurun waktu 10 tahun ini akan banyak penduduk yang mencoba mengadu nasib di kota Kaimana, baik penduduk yang berasal dari distrik lain dalam wilayah kabupaten, maupun penduduk dari luar kabupaten Kaimana.

  3. Pembangunan infrastruktur wilayah terutama difokuskan untuk meningkatkan aksesibilitas kawasan permukiman pesisir dengan Pusat Permukiman Hirarki (Ibukota Kabupaten), Hirarki II (diantaranya Ibukota Distrik) dan Hirarki III.

  1. Ada harapan besar dari masyarakat akan terjadi perkembangan yang pesat di Kaimana sebagai akibat perubahan status dari distrik menjadi kabupaten.

  Skenario 2 : Pertumbuhan dan Perkembangan Wilayah Mengikuti Kecenderungan Asumsi

  7. Ada peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat Kabupaten Kaimana sehingga memiliki kemampuan berkompetisi dengan masyarakat luar. Hal ini menjadikan masyarakat Kaimana lebih siap menjadi “tuan di negeri sendiri.”

  6. Pada periode 5 tahun ke-2, wilayah kabupaten Kaimana akan menjadi suatu wilayah tujuan investasi di Papua.

  5. Pemerintah KabupatenKaimana mengembangkan kawasan permukiman baru pada beberapa wilayah pedalaman yang potensial untuk kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering dan peternakan.

  4. Seluruh stakeholder berperan aktif dalam kegiatan membangun wilayah kabupaten Kaimana.

  5. Pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam pengendalian dan penertiban bangunan pada kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan lindung. Kesulitan ini disebabkan karena disamping personil pemerintah yang masih terbatas juga buahan, daging ternak dan ikan ke wilayah kabupaten sekitarnya, terutama untuk kurangnya kemampuan teknis untuk menterjemahkan visi dan misi kabupaten Kabupaten Bintuni (LNG Tangguh) dan Kabupaten Mimika (PT. Freeport). Kaimana dalam operasional di lapangan.

  2. Kaimana menjadi salah satu wilayah pengekspor hasil perikanan laut yang 6. Akan timbul sektor-sektor informal pada kawasan pusat kota yang akan mengganggu terbesar. aspek keindahan kawasan dan sulit untuk ditertibkan.

  3. Terjadi pertumbuhan dan perkembangan wilayah secara merata di kabupaten 7. Program-program pemerintah daerah menjadi tidak fokus pada pengembangan Kaimana. infrastruktur yang akan mendorong pertumbuhan sektor unggulan sebagai akibat 4. Wilayah kabupaten Kaimana menjadi salah satu daerah tujuan bagi para investor. banyaknya persoalan sosial dan biaya tinggi untuk kegiatan pembangunan.

  5. Sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh secara 8. Wilayah akan tumbuh dan berkembang tidak sesuai dengan tata ruang yang telah menakjubkan. disepakati. Benturan peruntukan ruang terutama disebabkan oleh para pemilik

  Bila salah satu saja dari asumsi di atas tidak terpenuhi, maka akan terjadi skenario modal/investor yang membangun sesuai keinginan masing-masing. berikut:

  1. Hasil produk sektor pertanian berlimpah, sementara harga pasar turun yang akan

  Skenario3 : Pertumbuhan dan Perkembangan Wilayah Dipercepat

  berdampak pada kekecewaan pada petani/nelayan. Secara psikologi, hal ini akan berdampak pada berkurangnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

  Asumsi

  2. Penduduk dari luar wilayah Kabupaten Kaimana yang datang mengadu nasib di

  1. Pemerintah Kabupaten Kaimana mampu mendapatkan pendanaan untuk membiayai wilayah Kaimana pada akhirnya mengalami perkembangan yang sangat pesat dan program pembangunan infrastruktur. pada akhirnya menimbulkan kesenjangan yang cukup besar dengan penduduk

  2. Pemerintah daerah mampu meningkatkan kemampuan SDM yang duduk dalam lokal. Kondisi ini akan menimbulkan akumulasi kekecewaan kepada masyarakat birokrasi pemerintahan. lokal dan sangat rawan sekali terhadap isu-isu berbau sara di masa mendatang

  3. Berbagai kendala yang berkaitan dengan pertanahan dapat diatasi oleh pemerintah yang bisa saja mungkin akan dimanfaatkan oleh beberapa pihak tertentu. kabupaten Kaimana

  4. Pemerintah daerah mampu mendapatkan akses pasar terhadap produk sektor

  Strategi dan Kebijakan Tata Ruang Kabupaten

  pertanian kabupaten Kaimana

  1. Strategi Umum Pengembangan Wilayah

  5. Pemerintah kabupaten Kaimana mampu meningkatkan kemampuan dan Upaya untuk mewujudkan visi dan misi kabupaten dari aspek penataan ruang, keterampilan masyarakatnya di sektor pertanian sebagai sektor unggulan, memerlukan suatu strategi yang mampu mengatur dan mengendalikan ruang

  6. Pemerintah kabupaten Kaimana mampu meningkatkan kemampuan dan secara terpadu dalam memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya keterampilan masyarakatnya untuk berkompetisi di sektor bangunan manusianya secara optimal, melalui :

  Skenario

   Penegasan fungsi kawasan, baik yang bersifat lindung maupun budidaya dalam Bila asumsi di atas terpenuhi, maka akan terjadi skenario berikut : suatu pola pemanfaatan ruang.

  1. Kaimana menjadi salah satu wilayah pemasok kebutuhan akan sayur mayur, buah-  Pengembangan potensi sektor-sektor unggulan (driving force) yang mampu meningkatkan perekonomian wilayah.

  3) Pengembangan informasi pasar untuk menjamin pemasaran hasil produksi. 4) Perumusan dan pelaksanaan regulasi yang memungkinkan terciptanya iklim

   Menciptakan peluang bagi pusat-pusat pertumbuhan baru agar dapat berperan sebagai pembangkit pertumbuhan bagi wilayah-wilayah belakangnya. yang kondusif bagi investasi, yang secara langsung berpengaruh pada perkembangan kegiatan Usaha Kecil Menengah (UKM).  Menyerasikan laju perkembangan antar wilayah melalui penyediaan sarana dan prasarana pelayanan serta memperluas keterkaitan ekonomi dan ruang antar dan 5) Penyederhanaan dan peningkatan efisiensi di bidang penyelenggaraan usaha, intra wilayah. untuk memberi kesempatan yang lebih besar kepada UKM memasuki pasar dan berkembang secara wajar.  Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam secara arif dengan orientasi pada perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan hidup.

  6) Peningkatan ekonomi masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja, penciptaan iklim usaha yang baik dan kondusif.  Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pembangunan melalui pelibatan masyarakat secara aktif, baik perorangan maupun kelompok 7) Pemberdayaan ekonomi rakyat dan sikap keberpihakan terhadap ekonomi masyarakat (community based development).

  Iemah dan sektor informal melalui pembinaan teknis, permodalan dan pemasaran. Strategi yang ada selanjutnya dirumuskan dalam program-program pembangunan

  8) Menciptakan dan meningkatkan peluang pasar dalam pemasaran hasil-hasil yang dilaksanakan secara bertahap, dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : produksi perikanan dari wilayah sekitarnya sebagai salah satu lokomotif

  A. Rencana Jangka Pendek (2005 - 2010) penggerak perekonomian wilayah.

  Rencana jangka pendek akan berisikan program-program pembangunan prioritas 9) Pengembangan sektor unggulan sebagai basis dalam meningkatkan pendapatan dan bersifat mendesak melalui pengembangan potensi pada sektor-sektor daerah. tertentu yang mempunyai dampak luas bagi kehidupan dan penghidupan

  3. Strategi Pengembangan Struktur Ruang

  masyarakat (sektor unggulan), serta penanganan terhadap kendala yang

  A. Kawasan Perkotaan dan Pedesaan diperkirakan akan mempengaruhi laju perkembangan kegiatan Iainnya.

  Adapun strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan adalah : -Mendorong

  B. Rencana Jangka Panjang (2010 - 2015)

  agar kawasan perkotaan dapat tumbuh dan berkembang menjadi kawasan Rencana jangka panjang berisikan program-program pembangunan prioritas dengan fungsi perdagangan, simpul jasa distribusi, perkantoran dengan ciri- berikutnya dan penyempurnaan atau peningkatan pelaksanaan program ciri kawasan yang sudah tertata secara serasi dan harmonis, Adapun strategi pembangunan prioritas utama. Pelaksanaan dari rencana jangka panjang ini untuk pengembangan kawasan pedesaan adalah : -Mendorong agar kawasan diharapkan sudah dapat mengatasi persoalan utama yang terdapat di daerah. pedesaan tumbuh dan berkembang sebagai pusat permukiman, pelayanan

2. Strategi Umum Pengembangan Perekonomian Wilayah

  pemerintahan dan fungsi sosial yang sudah tertata secara serasi dan harmonis Strategi umum pengembangan kegiatan perekonomian wilayah diarahkan untuk : dengan lingkungan sekitarnya.

  1) Pengembangan iklim usaha yang menjamin terciptanya persaingan yang sehat

  B. Sistem Pusat Permukiman antara usaha kecil, menengah dan besar.

  Adapun strategi untuk pengembangan sistem pusat permukiman adalah 2) Pemasyarakatan dan penyederhanaan mekanisme perencanaan, pemantauan mendorong agar : dan evaluasi kegiatan antar sektor ekonomi.

  • Ibukota kabupaten dapat berperan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) 4) Guna mendukung fungsi hidrologis wilayah, maka keberadaan yang melayani distrik-distrik yang menjadi daerah hinterlandnya, danau/danau buatan perlu dipertahankan dengan melakukan rehabilitasi - Masing-masing Ibukota distrik dapat berperan sebagai Pusat Kegiatan Lokal kawasan.

  yang akan melayani desa-desa yang menjadi daerah hinterlandnya. 5) Penetapan kawasan lindung intl yang tidak boleh terganggu oleh kegiatan

  • Mendorong terbentuknya Sub Pusat Kegiatan Lokal/Desa Pusat Pertumbuhan budidaya, serta kawasan lindung cadangan (boleh dimanfaatkan untuk yang akan melayani beberapa desa di sekitarnya.

  kegiatan budidaya dengan persyaratan teknis tertentu). 6) Pembatasan kegiatan budidaya yang telah ada, sehingga tidak

4. Strategi Pemanfaatan Ruang mengganggu fungsi kawasan lindung.

A. Strategi Pemanfaatan Kawasan Lindung

  Strategi pemanfaatan kawasan lindung meliputi langkah-langkah pengelolaan 7) Penetapan kawasan penyangga (buffer zone) bagi masing-masing kawasan kawasan lindung yang bertujuan untuk mencegah timbulnya dampak negatif lindung. pada lingkungan hidup dan melestarikan fungsi lindung kawasan yang Pemanfaatan kawasan yang berfungsi lindung meliputi kawasan-kawasan memberikan perlindungan kawasan bawahnya, kawasan perlindungan setempat, sebagai berikut : kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan pelestarian budaya,

  1) Kawasan Hutan Lindung dan kawasan lindung lainnya.

  Guna mencegah kerusakan fungsi hutan lindung, maka strategi pengelolaan yang diperlukan yaitu dengan mempertahankan hutan lindung Untuk kawasan lindung inl, strategi pengelolaan yang dilakukan adalah berupa untuk menegakkan fungsi hidrologis yaitu tidak boleh dikonversi (diubah) pengkajian terhadap fungsi lindung yang ada serta pengendalian kawasan untuk kepentingan yang lain. lindung inti yang masih berfungsi. Sehubungan dengan kondisi di atas, maka

  2) Kawasan Resapan Air

  kebijaksanaan yang berkaitan dengan kawasan lindung ini, mencakup : Pengelolaan kawasan resapan air diprioritaskan pada kawasan resapan

  1) Mempertahankan (melestarikan) kawasan yang memiliki fungsi lindung yang utama sebagai kontribusi terbesar dalam me-recharge air tanah. Tujuan masih ada dan belum terintervensi oleh kegiatan lainnya. dari pengelolaan kawasan resapan air ini diarahkan pada kegiatan yang

  2) Kawasan hutan yang telah ditetapkan sebagai hutan lindung agar dapat memperbesar koefisien infiltrasi air. dipertahankan keberadaannya dan perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengembalikan fungsi hutan dengan vegetasi yang sesuai dalam bentuk Selain itu ditetapkan pula upaya konservasi air tanah untuk memenuhi reboisasi dan rehabilitasi. kebutuhan baik dari segi peraturan maupun kelembagaan. Untuk

  3) Perlu diidentifikasi dan dilakukan penelitian lokasi secara pasti bagi meningkatkan resapan air ke dalam tanah, maka dilakukan berbagai cara, kawasankawasan yang berfungsi lindung yang meliputi : yaitu :

  Kawasan Sumberdaya Pengembangan Air (KSPA),

  • a) Pola Vegetatif, meliputi

  Kawasan Perlindungan Setempat seperti sempadan pantai, sempadan Penghijauan , yaitu upaya penanaman pohon pada lahan-lahan sungai, kawasan sekitar danau dan mata air serta kawasan hutan bakau. kosong, pinggir jalan, halaman dan lain-lain. Hal ini paling tidak

  • akan dapat meningkatkan muka air tanah dangkal/bebas yang bisa Kawasan Suaka dan Cagar Alam.
  • Memberikan pengamanan di kawasan suaka alam laut dengan perlindungan ekosistemnya.

  • Reboisasi, yaitu upaya penghutanan kembali dengan vegetasi yang tepat, terutama pada daerah yang merupakan daerah tangkapan air (catchment area).
  • Dapat dikembangkan sebagai daerah wisata dengan batas-batas tidak mengganggu fungsi kawasan tersebut.

b) Pola tanam (crop pattern),

  Untuk melindungi wilayah pantai dari usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai, maka strategi pengelolaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

  langsung dimanfaatkan oleh masyarakat setempat;

  Pola tanam (crop pattern), adalah cara bertanam yang selain mengikuti aturan bertanam juga memperhatikan konservasi air dan tanah. Yang termasuk dalam cara-cara ini antara lain adalah : contour cropping (urut kontur), multiple cropping (tumpang sari), strip cropping (berlajur) dan

  crop rotation (tumpang gilir).

  c) Teknis Mekanis

  • Parit jebakan Usaha ini dimaksudkan untuk menahan air diparit untuk mempertinggi kelembaban tanah di sebelah hilirnya, sehingga tanaman mempunyai kesempatan untuk tumbuh lebih besar
  • Memberikan jalur pengaman sepanjang pantai melalui penutupan vegetasi tetap di sepanjang dari titik tertinggi ke arah darat.
  • Tidak diperkenankan adanya bangunan termasuk mendirikan bangunan kecuali yang diperlukan untuk menunjang fungsi kawasan.
  • Terrasering Terrasering adalah suatu usaha untuk menciptakan fungsi datar pada
  • Bangunan pengendali
  • Memberikan jalur pengaman aliran sungal melalui penutupan vegetasi tetap di sepanjang jalur kanan-kiri sungai
  • Tidak diperkenankan adanya bangunan termasuk mendirikan bangunan kecuali yang diperlukan untuk menunjang fungsi kawasan tersebut dan atau bangunan yang merupakan bagian dari suatu jaringan listrik atau transmisi .

  kawasan yang mempunyai kelerengan cukup tajam sehingga mengurangi jumlah impasan air hujan

  Bangunan pengendali adalah bangunan dengan fungsi manahan bahan sedimen serta melandaikan kemiringan dasar sungai. Bangunan ini banyak dipakai terutama untuk konservasi tanah yang tentu saja berkaitan erat dengan konservasi air.

  b) Sempadan Sungai Untuk melindungi terjadinya pencemaran, erosi dan Iongsor, strategi pengelolaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

  4) Kawasan Perlindungan Setempat

  Kawasan perlindungan setempat, meliputi beberapa jenis kawasan sebagai berikut : a) Sempadan Pantai

3) Kawasan Konservasi Laut

  • Dilarang melakukan penebangan pohon di sepanjang sempadan sungai.
f) Kawasan Terumbu Karang dan Padang Lamun Kawasan terumbu karang dan padang lamun merupakan kawasan yang memiliki multi fungsi, baik sebagai penyangga ekosistem laut, ataupun penahan gelombang. Guna mempertahankan dan meningkatkan fungsi ekologisnya, maka strategi pengelolaannya dilakukan melalui :

  Untuk menunjang fungsinya dilakukan upaya sebagai berikut :

  c) Kawasan Sekitar Danau/Waduk Dalam mempertahankan kelestarian fungsinya, maka strategi pengelolaan yang dapat dilakukan terhadap kawasan sekitar

  Pengelolaan kawasan konservasi laut diprioritaskan pada perlindungan ekosistem laut. Tujuan dari pengelolaan kawasan konservasi laut adalah untuk perlindungan suaka alam laut (marga satwa laut), taman wisata laut, dan daerah perlindungan plasma nutfah.

  danau/waduk yaitu dengan cara :

  • Tidak diperkenankan bila dikonversi atau diubah penggunaannya
  • Memberikan pengamanan di sekitarnya (50 meter) dengan cara penutupan vegetasi tetap di sekeliling mata airnya
  • Tidak diperkenankan mendirikan bangunan kecuali bangunan yang diperlukan untuk menunjang fungsi kawasan dan atau bangunan yang merupakan bagian dari suatu jaringan atau transmisi bagi kepentingan umum
  • Pembatasan kegiatan eksploitasi potensi kelautan yang dapat mengganggu ekosistem terumbu karang dan padang lamun.
  • Pelibatan masyarakat dalam pengendalian ekosistem terumbu karang.
  • Dilarang melakukan penebangan pohon dalam radius tertentu ( 50 meter) di kawasan danau/waduk tersebut.
  • Penetapan zonasi-zonasi terumbu karang yang berfungsi lindung.
  • Pengembangan potensi yang ada sebagai daerah wisata maritim, selama tidak mengganggu fungsi kawasan tersebut.

  d) Kawasan Sekitar Mata Air Strategi yang dapat dilakukan untuk pemanfaatan dan pengelolaan kawasan sekitar mata air adalah :

  g) Kawasan Suaka Alam Kawasan suaka alam adalah berupa kawasan yang memiliki fungsi sebagai tempat hidup satwa-satwa langka dan yang dilindungi. Dalam menunjang fungsinya, maka diperlukan adanya strategi pengelolaan yang efektif dengan daerah penyangga melalui upaya konservasi yaitu berupa :

  • Mata air di dalam dan di luar kawasan hutan harus diamankan dengan memperhatikan areal perlindungannya,
  • Penutupan vegetasi tetap pada ruas-ruas tertentu di sekeliling mata air,
  • Dalam kawasan hutan dengan radius tertentu di kawasan mata air tidak diperkenankan adanya budidaya termasuk mendirikan bangunan, kecuali bangunan penunjang.
  • Kegiatan pengamanan di kawasan suaka alam tersebut.
  • Pembatasan kegiatan eksploitasi yang dapat mengganggu keberadaan habitat satwa langka yang dilindungi.
  • Dilarang melakukan penebangan pohon dalam radius tertentu dari kawasan sekitar mata air.
  • Dapat dikembangkan sebagai daerah wisata selama tidak mengganggu fungsi kawasan tersebut.

  e) Kawasan Berhutan Bakau Strategi pemanfaatan dan pengelolaan kawasan berhutan bakau termasuk di dalamnya melalui :

  h) Kawasan Cagar Budaya Kawasan cagar budaya adalah kawasan yang memiliki nilai sejarah, yang wajib dipelihara kelestariannya. Adapun strategi pemanfaatan kawasan cagar budaya adalah, sebagai berikut :

  • Melestarikan keberadaan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat berkembangbiaknya biota laut.
  • Melakukan upaya konservasi melalui kegiatan pengendalian kawasan cagar budaya.
  • Sebagai pelindung pantai dari pengikisan air laut.
  • Perlindungan usaha budidaya di belakangnya.
  • Tidak diperkenankan untuk merubah bangunan-bangunan tua yang
bersejarah. dan tidak merusak lingkungan.

  Diperkenankan untuk mendirikan bangunan di kawasan-kawasan Semakin besar kemiringan lahan, luas budidaya tanaman semusim penunjang dengan model bangunan yang bercirikan bangunan- dipersempit, dan pengolahan tanaman ringan dan tanaman tahunan bangunan lama. diperbanyak.

  c) Kawasan Tanaman Tahunan

  • Dapat dikembangkan sebagai daerah wisata selama tidak

  Strategi pengelolaan terhadap kawasan budidaya tanaman mengganggu fungsi kawasan tersebut. tahunan/perkebunan dilakukan melalui program-program

B. Strategi Pemanfaatan Kawasan Budidaya

  Strategi pemanfaatan kawasan budidaya meliputi strategi pengelolaan kawasan ekstensifikasi, diversifikasi, dan rehabilitasi, serta diarahkan dengan perdesaan dan strategi pengelolaan kawasan perkotaan. mempertimbangkan :