BAB XI - DOCRPIJM 9506bd7dca BAB XIBab 11 Aspek Pembiayaan Kab Bantul

BAB XI ASPEK PEMBIAYAAN

11.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

  Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

  1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

  2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

  3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

  4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

  5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan: a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya; b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

  d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah; e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

  6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

  7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

  a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

  c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

  8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

  a. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

  • Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; - Tingkat kerawanan air minum.

  b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

  • kerawanan sanitasi; - cakupan pelayanan sanitasi.

  9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

  Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM meliputi:

  1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

  2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

  3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

  4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

  5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

  6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesarbesarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

11.2 Profil APBD Kabupaten Bantul

  Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten Bantul selama 5 tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut: a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung. b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran. Profil APBD Kabupaten Bantul disajikan dalam tabel sebagai berikut ini.

  Tabel 11. 1 Perkembangan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Kabupaten Bantul dalam Lima Tahun Terakhir

  Sumber& analisis

  Sedangkan proporsi sumber pendapatan dan belanja disajikan dalam diagram sebagai berikut ini. Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta % Pendapatan 882.150 100,00% 986.894 100,00% 1.180.547 100,00% 1.337.571 100,00% 1.337.732 100,00% PAD 88.691 10,05% 81.637 8,27% 128.896 10,92% 166.598 12,46% 170.006 12,71% Pajak daerah 14.108 1,60% 16.541 1,68% 35.069 2,97% 51.768 3,87% 59.042 4,41% Retribusi daerah 58.206 6,60% 15.978 1,62% 17.799 1,51% 20.595 1,54% 24.586 1,84% Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 7.513 0,85% 7.425 0,75% 7.291 0,62% 8.184 0,61% 9.016 0,67% Lain-lain PAD yang sah 8.864 1,00% 41.692 4,22% 68.738 5,82% 86.050 6,43% 77.362 5,78% Dana Perimbangan 668.489 75,78% 688.677 69,78% 717.123 60,74% 885.353 66,19% 923.583 69,04% Dana Bagi Hasil 44.352 5,03% 54.599 5,53% 46.143 3,91% 54.036 4,04% 21.575 1,61% Dana alokasi umum 568.502 64,45% 573.512 58,11% 625.061 52,95% 768.035 57,42% 854.811 63,90% Dana alokasi khusus 55.635 6,31% 60.566 6,14% 45.919 3,89% 63.281 4,73% 47.197 3,53% Lain-lain Pendapatan yang sah 124.969 14,17% 216.580 21,95% 334.527 28,34% 285.621 21,35% 244.143 18,25% Pendapatan Hibah 68 0,01% 17.196 1,74% - 0,00% - 0,00% 12.144 0,91% Pendapatan Dana Darurat - 0,00% - 0,00% - 0,00% - 0,00% - 0,00% DBH Pajak dari Provinsi dan Pemda Lainnya 39.137 4,44% 42.559 4,31% 53.144 4,50% 64.463 4,82% 62.706 4,69% Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus 48.172 5,46% 18.396 1,86% 102.331 8,67% 205.720 15,38% 141.404 10,57% Bantuan Keuangan Provinsi/Pemda Lainnya 0,00% 0,00% 37.649 3,19% 0,00% 27.889 2,08% Pendapatan Lainnya 37.592 4,26% 138.429 14,03% 141.404 11,98% 15.438 1,15% - 0,00% Belanja 899.804 100,00% 1.010.581 100,00% 1.151.886 100,00% 1.280.929 100,00% 1.355.175 100,00% Belanja Tidak Langsung 673.731 74,88% 773.008 76,49% 817.127 70,94% 959.510 74,91% 920.525 67,93% Belanja Pegawai 560.830 62,33% 689.823 68,26% 723.599 62,82% 894.160 69,81% 816.968 60,29% Belanja Bunga Belanja Subsidi 79 0,01% 65 0,01% 52 0,00% 38 0,00% 52 0,00% - 0,00% - 0,00% - 0,00% - 0,00% - 0,00% Belanja Hibah 29.719 3,30% 17.408 1,72% 23.889 2,07% 14.952 1,17% 28.468 2,10% Belanja Bantuan sosial 82.671 9,19% 32.613 3,23% 36.168 3,14% 6.895 0,54% 24.652 1,82% Belanja Bantuan Keuangan 0,00% 29.752 2,94% 32.353 2,81% 43.254 3,38% 41.285 3,05% Belanja Tidak Terduga 432 0,05% 3.347 0,33% 1.066 0,09% 210 0,02% 9.101 0,67% Belanja Langsung 226.073 25,12% 237.573 23,51% 334.759 29,06% 321.419 25,09% 434.650 32,07% Belanja Pegawai 0,00% 0,00% 63.518 5,51% 0,00% 84.866 6,26% Belanja Barang & Jasa 118.720 13,19% 114.323 11,31% 151.824 13,18% 181.312 14,15% 202.986 14,98% Belanja Modal 107.353 11,93% 123.249 12,20% 119.417 10,37% 140.107 10,94% 146.797 10,83% Pembiayaan 82.661 100,00% 60.598 100,00% 30.993 100,00% 49.415 100,00% 17.443 100,00% Penerimaan 84.776 100,00% 61.044 100,00% 35.108 100,00% 62.687 100,00% 42.620 100,00% SiLPA TA sebelumnya 84.776 100,00% 61.044 100,00% 35.108 100,00% 59.581 95,05% 37.100 87,05% Pencairan dana cadangan - 0% - 0% - 0% - 0% - 0% Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - 0% - 0% - 0% - 0% - 0% Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah - 0% - 0% - 0% - 0% - 0% Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman - 0% - 0% - 0% 3.106 5% 5.520 13% Pengeluaran 2.115 100,00% 446 100,00% 4.115 100,00% 13.271 100,00% 25.177 100,00% Pembentukan Dana Cadangan - 0,00% - 0,00% - 0,00% - 0,00% - 0,00% Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 2.000 94,55% 281 62,97% 4.000 97,20% 13.156 99,13% 19.075 75,76% Pembayaran Pokok Utang 115 5,45% 115 25,82% 115 2,80% 115 0,87% 115 0,46% Pemberian Pinjaman Daerah - 0,00% 50 11,20% - 0,00% - 0,00% - 0,00% Pembayaran Kegiatan Lanjutan - 0,00% - 0,00% - 0,00% - 0,00% 5.988 23,78% Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga 0,00% - 0,00% - 0,00% - 0,00% - 0,00% Surplus/Defisit (17.654) (23.687) 28.661 56.642 (17.443) 2013 Uraian 2009 2010 2011 2012

  100% 100% 14,17%

  90% 90% 21,35% 18,25%

  21,95% 28,34% 25,12% 23,51% 29,06% 25,09% 32,07% 80%

  80% 70% 70% 60% 60% Lain-lain Pendapatan yang sah 50%

  50% 75,78% 66,19% 69,04%

  Belanja Langsung 69,78% 60,74% Dana Perimbangan 40%

  40% 74,88% 76,49% 70,94% 74,91% 67,93% Belanja Tidak Langsung 30%

  30% PAD 20%

  20% 10% 10% 10,92% 12,46% 12,71%

  10,05% 8,27% 0%

  0% 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 Tahun

  Tahun Sumber& analisis

  (a) Pendapatan (b) Belanja Gambar 11. 1 Perkembangan Proporsi Pendapatan dan Belanja APBD Kabupaten Bantul dalam Lima Tahun Terakhir

  Dari diagram di atas dapat disimpulkan sumber keuangan Kabupaten Bantul masih mengandalkan dana perimbangan dari pemerintah pusat untuk menjalankan roda pemerintahannya. Sedangkan proporsi belanja tidak langsung yang didalamnya terdapat belanja pegawai masih menempati proporsi terbesar sekitar 70%, daripada proporsi belanja langsung yang didalamnya terdapat belanja modal (belanja infrastruktur) yang hanya mencapai sekitar 30%, sehingga dapat disimpulkan proporsi belanja untuk pembangunan infrastruktur masih rendah, karena beban belanja rutin untuk belanja pegawai masih cukup besar menyita anggaran daerah.

11.3 Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

  

11.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN

dalam 5 Tahun

  Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulant kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut. Alokasi APBN Cipta Karya di Kabupaten Bantul dalam lima tahun terakhir disajikan dalam tabel berikut ini.

  Tabel 11. 2 Alokasi APBN Cipta Karya di Kabupaten Bantul dalam Lima Tahun Terakhir

  Tahun (Rp. Juta) No. Sub Bidang 2009 2010 2011 2012 2013

  

1 Pengembangan Permukiman 17.263,82 604,59 17.809,70 5.435,66 5.976,70

  2 Penataan Bangunan & Lingkungan

  • 600,00 652,99 2.360,00 13.658,75

  

3 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 4.812,64 2.000,00 106.349,23 27.927,00 -

  

4 Penyediaan Air Minum 11.501,49 3.847,24 3.145,00 12.407,25 2.926,21

Total 34.177,96 7.104,82 129.663,93 45.769,91 22.561,66

  Sumber: Satker Sektoral Bidang Cipta Karya DIY

  Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional. Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

  Tabel 11. 3 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten Bantul dalam Lima Tahun Terakhir

  Tahun (Rp. Juta) No. Sub Bidang 2009 2010 2011 2012 2013

  1 DAK Air Minum 1.125,34 785,70 912,10 1.569,68 912,10

  2 DAK Sanitasi 1.664,66 1.598,10 1.255,90 1.307,93 2.020,74

  Total 2.790,00 2.383,80 2.168,00 2.877,61 2.932,84 Sumber& analisis

  

11.3.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBD

dalam 5 Tahun

  Pemerintah Kabupaten Bantul memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 5 tahun terakhir, seperti disajikan dalam tabel di bawah ini.

  Tabel 11. 4 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Bantul Lima Tahun Terakhir

  20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

  Tahun (Rp. Juta) 2009 2010 2011 2012 2013

  

4 Penyediaan Air Minum 11.501,49 1.000,00 3.847,24 2.220,00 3.145,00 840,00 12.407,25 953,00 2.926,21 762,50

Total 34.177,96 3.413,57 7.104,82 4.820,00 129.663,93 2.802,00 45.769,91 2.522,35 22.561,66 1.885,50 No. Sub Bidang

  

3 Pengembangan PLP 4.812,64 581,07 2.000,00 950,00 106.349,23 886,00 27.927,00 1.000,00 - -

  

2 Penataan Bangunan & Lingkungan 600,00 200,00 652,99 500,00 2.360,00 427,00 - - 13.658,75 265,00

  

1 Pengembangan Permukiman 17.263,82 1.632,50 604,59 1.150,00 17.809,70 649,00 5.435,66 569,35 5.976,70 858,00

  Belanja Lainnya Belanja Bidang Cipta Karya

  100% 2009 2010 2011 2012 2013 Tahun

  96,60% 97,64% 97,83% 98,25% 97,88% 0% 10%

  Sumber& analisis

  Uraian 2009 2010 2011 2012 3,40% 2,36% 2,17% 1,75% 2,12%

  Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta %

Belanja Bidang Cipta Karya 30.569 3,40% 23.873 2,36% 25.053 2,17% 22.384 1,75% 28.664 2,12%

Belanja Lainnya 869.235 96,60% 986.707 97,64% 1.126.833 97,83% 1.258.545 98,25% 1.326.511 97,88%

Total Belanja 899.804 100,00% 1.010.581 100,00% 1.151.886 100,00% 1.280.929 100,00% 1.355.175 100,00%

2013

  Tabel 11. 5 Perkembangan DDUB Kabupaten Bantul dalam Lima Tahun Terakhir

  Dari diagram di atas terlihat proporsi belanja APBD Kabupaten Bantul untuk pembangunan Bidang Cipta Karya masih rendah hanya kurang dari 3% dari keseluruhan total belanja. Sedangkan perkembangan DDUB (Dana Daerah untuk Urusan Bersama) APBD Kabupaten Bantul sebagai dana pendamping kegiatan APBN Bidang Cipta Karya dalam lima tahun terakhir disajikan dalam tabel berikut ini.

  Gambar 11. 2 Perkembangan Proporsi Belanja APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Bantul dalam Lima Tahun Terakhir

  Sumber& analisis

  Sedangkan perkembangan proporsi belanja APBD untuk pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Bantul disajikan melalui diagram berikut ini.

APBN DDUB APBN DDUB APBN DDUB APBN DDUB APBN DDUB

11.4 Proyeksi dan Rencana Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

11.4.1 Proyeksi APBD 5 tahun ke depan

  Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui proyeksi pendapatan dan belanja maka dapat diperkirakan kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis Net Public Saving. Net

  

Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah

  dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Proyeksi APBD dan analisa Net Public

Saving (NPS) Kabupaten Bantul untuk lima tahun ke depan disajikan dalam tabel berikut ini.

  Tabel 11. 6 Proyeksi APBD dan Analisa NPS Kabupaten Bantul Tahun 2014-2019

  Sumber: Analisis

  Dari hasil proyeksi APBD dan analisis Net Public Saving (NPS) Kabupaten Bantul Tahun 2014-2019 di atas terlihat keuangan Kabupaten Bantul lima tahun ke depan masih memiliki

  

Net Public Saving (NPS), sehingga dapat disimpulkan keuangan Kabupaten Bantul masih

  memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegiatan pembangunan infrastruktur. Sehingga diharapkan kebutuhan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya dapat didanai melalui proyeksi Net Public Saving (NPS) tersebut. Pertumbuhan 2014 2015 2016 2017 2018 2019 % Rp. Juta Rp. Juta Rp. Juta Rp. Juta Rp. Juta Rp. Juta Pendapatan 11,20% 1.487.589 1.654.233 1.839.545 2.045.616 2.274.772 2.529.599 PAD 20,31% 204.531 246.066 296.037 356.155 428.482 515.497 Pajak daerah 47,73% 87.223 128.855 190.357 281.215 415.440 613.731 Retribusi daerah -6,52% 22.984 21.486 20.086 18.777 17.554 16.410 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 4,86% 9.454 9.913 10.395 10.900 11.430 11.986 Lain-lain PAD yang sah 112,58% 164.454 349.592 743.154 1.579.778 3.358.251 7.138.881 Dana Perimbangan 8,73% 1.004.229 1.091.917 1.187.262 1.290.932 1.403.655 1.526.220 Dana Bagi Hasil -8,84% 19.669 17.930 16.346 14.901 13.584 12.384 Dana alokasi umum 11,01% 948.929 1.053.409 1.169.394 1.298.148 1.441.080 1.599.748 Dana alokasi khusus -0,73% 46.851 46.509 46.168 45.830 45.495 45.162 Lain-lain Pendapatan yang sah 24,66% 304.339 379.376 472.915 589.517 734.867 916.056 Pendapatan Hibah 0,00% 12.144 12.144 12.144 12.144 12.144 12.144 Pendapatan Dana Darurat - - - - - - DBH Pajak dari Provinsi dan Pemda Lainnya 13,05% 70.887 80.135 90.591 102.410 115.771 130.876 Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus 116,06% 305.515 660.092 1.426.186 3.081.399 6.657.629 14.384.382 Bantuan Keuangan Provinsi/Pemda Lainnya 0,00% 27.889 27.889 27.889 27.889 27.889 27.889 Pendapatan Lainnya 20,33% 15.438 18.576 22.352 26.895 32.362 38.941 Belanja 10,82% 1.501.848 1.664.396 1.844.536 2.044.174 2.265.419 2.510.609 Belanja Tidak Langsung 8,45% 998.320 1.082.690 1.174.190 1.273.422 1.381.042 1.497.756 Belanja Pegawai 10,71% 904.455 1.001.310 1.108.538 1.227.248 1.358.671 1.504.167 Belanja Bunga -7,23% 48 44 41 38 35 Belanja Hibah 12,20% 31.940 35.836 40.207 45.111 50.613 56.786 33 Belanja Subsidi - - - - - - Belanja Bantuan sosial 31,73% 32.474 42.778 56.352 74.234 97.789 128.819 Belanja Bantuan Keuangan 0,00% 41.285 41.285 41.285 41.285 41.285 41.285 Belanja Tidak Terduga 0,00% 9.101 9.101 9.101 9.101 9.101 9.101 Belanja Langsung 19,31% 518.578 618.713 738.184 880.724 1.050.787 1.253.689 Belanja Pegawai 0,00% 84.866 84.866 84.866 84.866 84.866 84.866 Belanja Barang & Jasa 15,12% 233.676 269.005 309.675 356.495 410.393 472.439 Belanja Modal 8,45% 159.201 172.653 187.241 203.063 220.221 238.829 Surplus/Defisit (14.259) (10.163) (4.991) 1.442 9.354 18.990 Net Public Saving (NPS) 170.727 217.672 270.814 330.833 398.472 474.538 Uraian

  

11.4.2 Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya 5 tahun ke

depan

  Sebagai upaya menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, maka diperlukan daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta, berdasarkan identifikasi usulan program dan kegiatan. Rencana kerjasama pemerintah dan swasta bidang Cipta Karya Kabupaten Bantul terangkum dalam tabel di bawah ini.

  Tabel 11. 7 Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke Depan

  Kegiatan Lokasi Biaya (Rp. Ribu) Tahun Pelaksanaan Pembangunan/Peningkatan SPAM Regional Bantar 400lt/det Yogyakarta, Bantul dan Sleman Kawasan Perkotaan

  Yogyakarta 50.000.000 2014 Pembangunan/Peningkatan SPAM Regional Bantar 400lt/det Yogyakarta, Bantul dan Sleman Kawasan Perkotaan

  Yogyakarta 30.000.000 2015 Pembangunan/Peningkatan SPAM Regional Bantar 400lt/det Yogyakarta, Bantul dan Sleman Kawasan Perkotaan

  Yogyakarta 25.000.000 2016 Pembangunan/Peningkatan SPAM Regional Kebonagung 300lt/det Yogyakarta, Bantul dan Sleman Kawasan Perkotaan

  Yogyakarta 6.500.000 2017 Pembangunan/Peningkatan SPAM Regional Kebonagung 300lt/det Yogyakarta, Bantul dan Sleman Kawasan Perkotaan

  Yogyakarta 6.500.000 2018 Total

  118.000.000

11.5 Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman diperlukan dalam rangka percepatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM. Strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, Kabupaten Bantul meliputi sebagai berikut ini:

  1. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran;

  a. Pemberdayaan BUMD sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan daerah melalui reformasi visi BUMD, restrukturisasi BUMD, dan profitisasi BUMD.

  b. Memberikan arahan yang jelas tentang alokasi anggaran terhadap sumber - sumber penerimaan baik PAD maupun transfer pusat.

  c. Memperluas basis penerimaan pajak melalui identifikasi pembayar pajak baru/potensial serta meningkatkan efisiensi dan penekanan biaya pemungutan. d. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan mutu pelayanan yang optimal e. Melakukan intensifikasi sumber-sumber Pos Retribusi Daerah.

  f. Meningkatkan mekanisme kontrol masyarakat terhadap pelaksanaan pengelolaan keuangan Daerah sebagai wujud nyata pelaksanaan asas transparansi dan akuntabilitas fiskal

  2. Strategi peningkatan pembiayaan infrastruktur

  a. Melakukan identifikasi dan inventarisasi terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan yang berpotensi didanai melalui skema KPS (Kerjasama Pemerintah dan Swasta).

  b. Meningkatkan peran serta swasta dan masyarakat dalam pengelolaan infrastruktur Bidang Cipta Karya.

  c. Mengoptimalkan sumber pendanaan alternatif seperti pinjaman dan hibah luar negeri (PHLN).

  Contents