DOCRPIJM 1465491536 BAB XIIBAB 12 ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN MADIUN

BAB 12 ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN MADIUN Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal

  diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPI2-JM Bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

12.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

  Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan kabupaten/kota.

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

  Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah. Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

  2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan.

  PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota. PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”. Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

  3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah.

  Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masingmasing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

  4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010- 2014.

  Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya. Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

  5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010- 2025.

  Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah. Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu : a. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi; b. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda; c. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

  d. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government; e.

  Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

  f. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP); g.

  Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

  h. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota. i.

  Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

  6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional.

  Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masingmasing. Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPI2-JM Bidang Cipta Karya.

  7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum.

  Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM. Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

  8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah.

  Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

  9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan.

  Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

  10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil.

  Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.

  Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

12.2. Kondisi Kelembagaan Saat Ini 12.2.1. Identifikasi Kondisi Organisasi Pemerintah Penyelenggara RPI2-JM

  Instansi pemerintahan yang berwenang dalam penyelenggaraan RPI2-JM, yaitu kegiatan pengelolaan dan pengembangan sarana dan prasarana dalam mendukung pembangunan wilayah Kabupaten Madiun yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga & Cipta Karya, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) dan Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Madiun. Pada umumnya kewenangan dan tanggung jawab dari instansi-instansi pemerintahan tersebut dalam menjalankan dan melaksanakan program-program pembangunan daerah sudah cukup baik.

  Di Kabupaten Madiun, pengelolaan dan pengembangan bidang-bidang sarana dan prasarana permukiman dilakukan oleh tiap-tiap dinas dalam bertindak sebagai pengelola, juga berfungsi sebagai pengatur, pengawas dan pembina pengelola. Sebagai pengatur, Dinas-dinas tersebut bertugas membuat peraturan-peraturan yang harus dilaksanakan dalam tata pengelolaan dan pembangunan sarana dan prasarana permukiman. Sebagai pengawas, fungsi instansi-instansi pemerintahan tersebut adalah mengawasi pelaksanaan peraturan-peraturan yang telah dibuat dan memberikan sangsi bila dalam pelaksanaan tugasnya tidak mencapai kinerja yang telah ditetapkan. Fungsi sebagai pembina pengelolaan pada instansi-instansi pemerintahan tersebut adalah melakukan peningkatan kemampuan. Pembinaan tersebut dapat dilakukan melalui pelatihan- pelatihan maupun menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sebagai upaya peningkatan dan pengembangan pelayanan pengelolaan infrastruktur di wilayah Kabupaten Madiun.

  Dalam manajamen pegelolaan dan pengembangan sarana dan prasarana wilayah yang dioperasionalkan, tiap-tiap instansi pemeritahanan tersebut juga mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam penyediaan pembiayaan pengelolaan prasarana dan sarana wilayah yang didapatkan dari sumber-sumber pemerintah daerah dan retribusi jasa pelayanan.

1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan unsur perencana penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dipimpin oleh Kepala Bappeda dan berkedudukan dibawah serta bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah dan bidang statistik. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah menyelenggarakan fungsi : a.

  Perumusan kebijakan teknis perencanaan; b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan; c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah;

  d. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Adapun Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Madiun adalah sebagai berikut : a.

  Kepala Bappeda; b.

  Sekretariat, terdiri dari :

   Sub Bidang Kependudukan dan Aparatur.

  Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang perumahan, bidang tata ruang dan sebagian dari bidang Pekerjaan Umum meliputi sub bidang bina marga, perkotaan perdesaan, air minum, permukiman, bangunan gedung dan lingkungan, jasa konstruksi, yang dipimpin oleh Kepala Dinas berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang perumahan, bidang tata ruang dan sebagian dari bidang pekerjaan umum meliputi sub bidang bina marga, perkotaan perdesaan, air minum, permukiman, bangunan gedung dan lingkungan, jasa konstruksi serta berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya menyelenggarakan fungsi :

  Unit Pelaksana Teknis Badan; i. Kelompok Jabatan Fungsional.

  h.

   Sub Bidang Statistik.

   Sub Bidang Pendataan;

  g. Bidang Pendataan dan Statistik; membawahi 2 (dua) Sub Bidang :

   Sub Bidang Sosial dan Tenaga Kerja.

   Sub Bidang Pendidikan dan Kebudayaan;

  Bidang Sosial Budaya; membawahi 2 (dua) Sub Bidang :

  f.

   Sub Bidang Pemerintahan Umum;

   Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

  e. Bidang Pemerintahan Umum dan Aparatur; membawahi 2 (dua) Sub Bidang :

   Sub Bidang Perekonomian.

   Sub Bidang Pertanian;

  Bidang Ekonomi; membawahi 2 (dua) Sub Bidang :

  d.

   Sub Bidang Perhubungan dan Penataan Ruang.

   Sub Bidang Sumber Daya Air dan Keciptakaryaan;

  c. Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah; membawahi 2 (dua) Sub Bidang :

   Sub Bagian Program dan Laporan;

   Sub Bagian Keuangan;

2. Dinas Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Dan Cipta Karya

  a.

   Seksi Tata Ruang dan Pengaturan;

   Seksi Perbengkelan.

   Seksi pengujian;

   Seksi Peralatan;

  f. Bidang Peralatan dan Pengujian; membawahi 3 (tiga) Seksi :

   Seksi Penataan Infrastruktur dan Pematusan.

   Seksi Penyehatan Lingkungan dan Pengembangan Kawasan;

   Seksi Perumahan;

  Bidang Perumahan dan Penyehatan Lingkungan; membawahi 3 (tiga) Seksi :

  e.

   Seksi Pengawasan dan Pengendalian.

   Seksi Tata bagunan;

  d. Bidang Tata Ruang dan Bangunan; membawahi 3 (tiga) Seksi :

  Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;

   Seksi Pemeliharaan dan Pengawasan.

   Seksi Pelaksanaan;

   Seksi Perencanaan;

  Bidang Jalan dan Jembatan; membawahi 3 (tiga) Seksi :

  c.

   Sub Bagian Program dan Laporan.

   Sub Bagian Keuangan;

   Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

  b. Sekretariat; yang membawahi :

  a. Kepala Dinas;

  d. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Adapun Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya Kabupaten Madiun adalah sebagai berikut :

  b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya; c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya;

  g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Kelompok Jabatan Fungsional.

3. Dinas Kebersihan Dan Pertamanan (DKP)

  d.

   Seksi Perbengkelan.

   Seksi Perbekalan;

   Seksi Peralatan;

  e. Bidang Peralatan dan Perbekalan; membawahi 3 (tiga) Seksi :

   Seksi Makam dan Bangunan Monumen.

   Seksi Penerangan Jalan Umum;

   Seksi Taman;

  Bidang Pertamanan; membawahi 3 (tiga) Seksi :

  Dinas Kebersihan dan Pertamanan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di sebagian bidang pekerjaan umum pada sub bidang persampahan yang dipimpin oleh Kepala Dinas, berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas Kebersihan dan Pertamanan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di sebagian bidang pekerjaan umum pada sub bidang persampahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Dinas Kebersihan dan Pertamanan menyelenggarakan fungsi : a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;

  b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya; c.

   Seksi Penanggulangan Limbah dan Pemusnahan Sampah;

   Seksi Kebersihan Jalan dan Lingkungan;

  c. Bidang Kebersihan; membawahi 3 (tiga) Seksi :

   Sub Bagian Program dan Laporan.

   Sub Bagian Keuangan;

   Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

  b. Sekretariat; yang membawahi :

  Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Adapun Susunan Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Madiun adalah sebagai berikut : a. Kepala Dinas;

  Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; d.

   Seksi Angkutan dan Pemanfaatan Sampah. f.

  Unit Pelaksana Teknis Dinas; g. Kelompok Jabatan Fungsional.

  4. Kantor Lingkungan Hidup (KLH)

  Kantor Lingkungan Hidup merupakan unsur pendukung tugas Bupati yang dipimpin oleh Kepala Kantor dan berkedudukan dibawah serta bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

  Kantor Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik dibidang lingkungan hidup. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Kantor Lingkungan Hidup meyelenggarakan fungsi : a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;

  b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sesuai dengan lingkup tugasnya; c.

  Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; d.

  Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Adapun Susunan Organisasi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Madiun adalah sebagai berikut : a. Kepala Kantor;

  b. Sub Bagian Tata Usaha; c.

  Seksi Pengawasan dan Pengendalian; d.

  Seksi Pemantauan dan Pemulihan; e. Seksi Pembinaan dan Penyuluhan; f. Kelompok Jabatan Fungsional.

  5. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

  Perusahaan Daerah Air Minum merupakan instasi vital yang di miliki oleh daerah yang bergerak dalam bidang pengolahan dan dstribusi air minum serta di pinpin oleh seorang Direktur yang ditunjuk lansung oleh Bupati yang mempunyai tugas memimpin dan melaksanakan koordinasi dalam merumuskan perencanaan kebijaksanaan, pengawasan dan pengendalian dalam penyelenggaraan kegiatan dibidang pengolahan dan distribusi air minum daerah. Struktur Organisasi PDAM Kabupaten Madiun adalah sebagai berikut :

  a. Pemegang Saham; mempunyai fungsi :

   Mengangkat dan memberhentikan Direksi dan Badan Pengawas;

   Mengesahkan atau menolak Laporan Kinerja PDAM;

   Menetapkan arah dan kebijakan umum perusahaan;

   Menyusun Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Anggaran Tahunan PDAM;

  e. Kepala Bagian Hubungan Langganan;

   Kasubbag. Transdisprod.

   Kasubbag. Perencanaan dan Pengendalian;

  d. Kepala Bagian Teknik;

   Menyampaikan Laporan Bulanan dan Laporan Kinerja Tahunan PDAM kepada Pemegang Saham melalui Badan Pengawas.

   Mewakili PDAM baik di dalam maupun di luar pengadilan;

   Menyelenggarakan kegiatan teknik PDAM;

   Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan;

   Mengurus dan mengelola kekayaan PDAM;

   Membina Pegawai;

   Menyusun Rencana Strategis yang memuat susunan dan tujuan yang hendak dicapai selama 5 (lima) tahun, program kerja Perusahaan 5 (lima) tahunan dan tahunan;

   Menetapkan Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Anggaran Tahunan PDAM;

   Memimpin dan mengendalikan semua kegiatan PDAM;

  c. Direktur; mempunyai fungsi :

   memberikan pendapat dan saran kepada Pemegang Saham dalam upaya mengesahkan rencana kerja dan rencana anggaran belanja.

   Memberikan pendapat dan saran kepada Pemegang Saham terhadap Kinerja PDAM;

   Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap rencana perubahan status kekayaan PDAM;

   Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap program kerja yang diajukan oleh Direksi;

   Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap pengangkatan dan pemberhentian Direksi;

   Menetapkan Gaji, Honorarium, Tunjangan dan Jasa Produksi untuk Direksi dan Badan Pengawas; b. Badan pengawas; mempunyai fungsi :

   Menetapkan Struktur Organisasi;

   Menetapkan Akuntan Publik yang ditunjuk untuk melakukan pemeriksaan keuangan periode akuntansi yang bersangkutan;

   Kasubbag. Penerbit Rekening;

   f. Kepala Bagian Umum dan Keuangan.

  Kasubbag. Pelayanan Langganan.

  Kasubbag. Umum dan Kepegawaian;

   Kasubbag. Keuangan;

   Kasubbag. Logistik.

   g. Kepala Unit;

   Pelaksana Teknik Unit.

  Pelaksana Administrasi dan Keuangan Unit;

   12.2.2. Identifikasi Tata Laksana Penyelenggaraan RPI2-JM

  Pemerintah menyadari bahwa pelaksanaan pembangunan dan peningkatan kapasitas dalam desentralisasi dan otonomi daerah tidak akan dapat berjalan hanya oleh satu instansi pemerintah saja, tetapi merupakan usaha bersama dari berbagai instansi dan lembaga non- pemerintah, baik pusat dan di daerah. Berkaitan dengan itu telah dibentuk suatu tim koordinasi antar departemen di Pusat (Tim Keppres No. 157 Tahun 2000) untuk mendukung pelaksanaan UU tentang Pemerintahan Daerah dan UU tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Keppres tersebut telah menetapkan sub-sub tim kerja, dimana salah satunya adalah Sub Tim Kerja VI yang ditugaskan untuk mengkoordinasikan kegiatan monitoring dan evaluasi, serta memfasilitasi prakarsa-prakarsa pengembangan dan peningkatan kapasitas, termasuk prakarsa yang didukung oleh lembaga donor.

  Koordinasi dan pengkajian akan terus dilakukan Pemerintah/Sub Tim Kerja VI Keppres No. 157 Tahun 2000 terhadap upaya pengembangan dan peningkatan kapasitas, berkaitan dengan hal- hal berikut :

   peningkatan kapasitas kepada semua stakeholder.

  Mengkoordinasikan informasi berkaitan dengan program kegiatan pengembangan dan

   program pengembangan dan peningkatan kapasitas.

  Memberikan pembinaan kepada daerah berkenaan dengan strategi-strategi dan program-

   diperlukan dari lembaga-lembaga donor.

  Memfasilitas akses daerah terhadap program-program yang didanai oleh pemerintah dan bila

   kapasitas pusat dan daerah yang akan dilakukan oleh Departemen Teknis/Sektoral maupun oleh Pemda, serta pembiayaannya agar dapat memfasilitasi penyelenggaraan otonomi daerah dengan baik.

  Melakukan identifikasi dan koordinasi program-program pembangunan dan peningkatan

   peningkatan kapasitas serta memperbaharui/merevisi strategi-strategi dan program-program berdasarkan perubahan-perubahan kebutuhan Daerah dan Instansi Pusat.

  Mengkaji kebutuhan-kebutuhan daerah (need assessment) akan pengembangan dan

   penyedia pelayanan (service provider) untuk pengembangan dan peningkatan kapasitas.

  Melakukan identifikasi, menyusun data base dan memberikan informasi mengenai lembaga

  Pemerintah akan melibatkan secara erat asosiasi-asosiasi Pemerintah Daerah dan DPRD, asosiasi profesional, Ornop dan lembaga kemasyarakatan lainnya, dan masyarakat donor (donor community) serta pihak-pihak lainnya yang terkait dalam rangka pengembangan dan peningkatan kapasitas.

  12.2.3. Identifikasi Kondisi SDM dan Fasilitas Pendukung

  Identifikasi kondisi SDM menguraikan secara sistematis tentang jumlah tenaga yang ada pada tiap instansi penyelenggara RPI2-JM. Tenaga yang mendukung penyelenggaraan RPI2-JM Kabupaten Madiun yang terdiri dari 5

  (lima) Satker paling banyak adalah dari DKP yaitu 135 personil. Mayoritas penyelenggara RPI2-JM berjenis kelamin pria. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut ini :

Tabel 12.1 Jumlah Karyawan Penyelenggara RPI2-JM Kabupaten Madiun Golongan Jenis Kelamin Status Kepegawaian Satker

  I II

  III

  IV Pria Wanita Honorer PNS

  BAPPEDA

  13

  26

  9

  31

  19

  2

  48 DINAS PU

  20

  82

  14 5 106 15 121 DKP

  89

  24

  17 5 130 5 135 KLH

  2

  3

  9

  1

  14

  4

  3

  15 PDAM

  2

  87

  22

  1

  95

  17

  14

  98 Sumber : Bappeda, PU, DKP, KLH dan PDAM Kabupaten Madiun 12.3.

   Analisis Kelembagaan

  Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah Kabupaten Madiun.

  12.3.1. Analisis Kondisi Organisasi

  Salah satu tantangan yang dihadapi oleh pengelola prasarana dan sarana pada wilayah Kabupaten Madiun adalah masalah koordinasi, kewenangan dan tanggung jawab dalam penyediaan, pengelolaan dan pengawasan oleh tiap-tiap instansi pemerintahan selaku opertor utama dalam hal pembangunan wilayah.

  Pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) Bidang PU Cipta Karya di Kabupaten Madiun sangat dibutuhkan sehingga mampu mengikuti perkembangan waktu, informasi dan teknologi. Peningkatan SDM melalui pendidikan formal, pelatihan, kursus singkat dan lain-lain sangat diperlukan sehingga perlu dipersiapkan SDM yang mau dan mampu dalam meningkatkan kapasitasnya.

  Pengembangan teknologi dan informasi Bidang Cipta Karya sangat cepat dan ini perlu kecepatan pula dalam menangkap dan meresponnya, untuk itu peningkatan SDM Bidang Cipta Karya di Kabupaten Madiun sangat dibutuhkan. Bantuan teknis berupa pelatihan, kursus singkat (drainse, air minum, tata bangunan, persampahan, lingkungan dan lain-lain) dan peningkatan pendidikan formal (dari STM/SMU ke S1 dan S-1 ke S-2) serta dukungan dari Departemen Pekerjaan Umum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) Bidang Cipta Karya di Kabupaten Madiun masih sangat dibutuhkan.

  12.3.2. Analisis Tata Laksana Pelaksanaan Sub Bidang Air Limbah ditangani oleh Kantor Lingkungan Hidup (KLH).

  Persampahan ditangani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Pelaksanaan Sub Bidang Drainase, PSD Permukiman, dan Tata Bangunan Lingkungan dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum melalui Seksi Permukiman dan Penataan Ruang dan Seksi Penyehatan Lingkungan.

  Pelaksana Sub Bidang Air Minum dilaksanakan oleh PDAM. Sehingga masalah yang dihadapi adalah penanganan pembangunan keciptakaryaan di Kabupaten Madiun dilakukan oleh instnasi yang berbeda-beda, tentunya akan menyulitkan dalam hal koordinasi dan integrasi dalam pembangunan.

  12.3.3. Analisis Kondisi SDM

  Permasalahan yang sering dihadapi antara lain terbatasnya jumlah aparatur, tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan dari aparatur/sumber daya manusia (SDM) yang menangani/mengelola Bidang PU Cipta Karya di Kabupaten Madiun. Peningkatan pendidikan formal para aparatur, kursus singkat, pelatihan dan lain-lain masih sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas sehingga kualitas SDM Bidang Cipta Karya semakin tahun semakin meningkat.

  Permasalahan yang dihadapi dalam hal kondisi SDM adalah sumber daya manusia baik pada level pemerintahan maupun masyarakat yang masih belum memadai dan kapabel dalam menangani persoalan penanganan dan pengelolaan sarana dan prasarana permukiman di daerah. Permasalahan sumber daya manusia merupakan hal cukup penting, karena sebagai pondasi dasar dalam pemahaman dan kesadaran dalam kegiatan pembangunan wilayah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia pada daerah Kabupaten Madiun akan menghambat proses percepatan pembangunan. Untuk itu program-program peningkatan kemampuan aparatur pemerintahan serta kelompok-kelompok masyarakat dirasa sangat perlu sebagai genertor bagi perkembangan wilayah kabupaten. Ketidakmampuan aparatur pemeritahan dalam pelaksanaan pembangunan daerah perlu mendapat stimulan, baik yang berupa program-program peningkatan kemampuan secara kelembagaan maupun indvidual organisasi pemeritah agar kinerja dan proses pembangunan dapat terlaksana dan tercapai dengan optimal.

12.4. Rencana Pengembangan Kelembagaan

  Tujuan dari peningkatan kapasitas kelembagaan terkait dengan pembangunan infrsatruktur yaitu terutama agar instansi pembangunan yang diselenggarakan dapat dilaksanakan dengan baik, dan terpelihara dan diperankan secara optimal oleh pemerintah daerah selaku penyelenggara pembangunan daerah. Kelembagaan daerah perlu dioptimalkan dan perlu dikoordiasi dan dilakukan sinkronisasi guna mendukung dan mendorong pembangunan yang yang efektif dan efisien.

  Terkait dengan program yang diusulkan utnuk meningkatkan kinerja dan kapasitas kelembagaan daerah Kabupaten Madiun yaitu :

  12.4.1. Rencana Pengembangan Keorganisasian

  Rencana pengembangan organisasi yaitu dengan optimalisasi pelaksanaan fungsi organisasi, yang meliputi optimalisasi kewenangan, tugas dan tanggung jawab instansi yang terkait dengan penyelenggaraan pembangunan prasarana kota.

  12.4.2. Rencana Pengembangan Tata Laksana

  Rencana untuk pengembangan tata laksana penyelenggaraan RPI2-JM adalah dengan pengusulan adanya kebutuhan akan pembentukan Peraturan Daerah baru untuk mendukung penyelenggaraan program pembangunan prasarana kota di Kabupaten Madiun.

  12.4.3. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

  Rencana pengembangan SDM adalah dengan mengusulkan adanya penambahan tenaga atau mengusulkan kebutuhan akan training.

Tabel 12.2 Rencana Tindakan Pengembangan Kelembagaan

  4 Perkuatan Unit Pelaksana untuk manajemen aset dan monitoring & evaluasi infrastruktur

   BAPPEDA  PU  PDAM  DKP  KLH

  Konsolidasi dan penguatan system pembangunan daerah

  7 Sosialisasi dan pemberdayaan aparatur daerah melalui pelatihan dan pemberdayaan skill dan keterampilan.

   BAPPEDA

   BAPPEDA  PU  PDAM  DKP  KLH

  Peningkatan kapasitas aparatur dan kelembagaan daerah

  6 Peningkatan kemampuan lembaga formal pemerintahan daerah

   BAPPEDA

   BAPPEDA  PU  PDAM  DKP  KLH

  Peningkatan kinerja aparatur daerah

  5 Pelatihan dan pengembangan staff pelaksana fungsi pemerintahan daerah

   BAPPEDA

   BAPPEDA  PU  PDAM  DKP  KLH

  Efisiensi dan optimalisasi perangkat kerja

   BAPPEDA

  No Kegiatan Sasaran Kegiatan Pelaksana Penaggung Jawab Jadwal Tahunan Ket.

   BAPPEDA  PU  PDAM  DKP  KLH

  Sistem, tata kerja, koordinasi dan pelaksanaan kegiatan pembangunan

  3 Ketatalaksanaan Penyelenggaraan RPI2- JM di instansi pemerintahan

   BAPPEDA

   BAPPEDA  PU  PDAM  DKP  KLH

  Konsolidasi aparatur dan system pembangunan daerah

  2 Pembentukan tim satuan kerja dan petugas pelakasana perencanaan dan pembangunan sarana prasarana daerah

   BAPPEDA

   BAPPEDA  PU  PDAM  DKP  KLH

  Peningkatan kinerja aparatur daerah

  1 Optimaliasi Pelaksanaan Fungsi Organinasi dan Kelembagaan Daerah

  IV V

  III

  I II

   BAPPEDA

  No Kegiatan Sasaran Kegiatan Pelaksana Penaggung Jawab Jadwal Tahunan Ket.

  I II

  III

  IV V

  8 Koordinasi system dan evaluasi pembangunan sarana dan prasarana oleh lembaga-lembaga terkait

  Evaluasi dan monitoring kinerja aparatur dan kelembagaan daerah

   BAPPEDA  PU  PDAM  DKP  KLH

   BAPPEDA Sumber : Bappeda Kabupaten Madiun Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang Cipta Karya, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada tabel berikut.