DOCRPIJM 4ca230bbd3 BAB XBAB X ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN KOTA

  Struktur kelembagaan pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan yang bersentuhan langsung dengan penanganan permukiman antara lain; Bappeda, SKPD (Satuan Kerja Pembangunan Daerah) yang menjalankan kewenangan daerah termasuk permasalahan kesejahteraannnya berupa sandang pangan dan papan (perumahan). Disamping itu yang secara teknis menjalankan kewenangan berkenaan permukiman dan infrastruktur adalah Dinas Pekerjaan Umum (PU) melalui Dinas Cipta Karya dan Dinas Tata Kota, dan Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Halmahera Selatan

  10

12.1 KONDISI KELEMBAGAAN

  Berdasarkan pasal 2 Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 bahwa Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Halmahera Selatan terdiri dari :

  a. Sekretariat Daerah, terdiri dari :

  • Asisten Bidang Pemerintahan -
  • Bagian Umum -
  • Bagian Persidangan dan Risalah
  • Dinas Pekerjaan Umum, Permukiman dan Prasarana Wilayah -
  • Dinas Pertanian dan Peternakan -
  • Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi -
  • Dinas Kelautan dan Perikanan -
  • Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi -
  • Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil -
  • Dinas Perkebunan -

  b. Sekretariat DPRD, terdiri dari :

  Bagian Keuangan

  c. Dinas Daerah, terdiri dari :

  Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program Bidang Cipta Karya X - 1 ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN Dinas Koperasi dan UMKM

  Dinas Kehutanan

  Dinas Pendidikan

  Dinas Perindustrian dan Perdagangan

  Dinas Pertambangan dan Energi

  Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah

  Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga

  Asisten Bidang Administrasi

  Dinas Kesehatan

  • d. Lembaga Teknis Daerah, terdiri dari :

  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

  • Badan Pemerdayaan Masyarakat dan Otonomi Desa -

  Badan Urusan Perempuan, Keluarga Berencana dan Pengentasan

  • Kemiskinan. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik -

  Badan Pengelola Lingkungan Hidup dan Kebersihan

  • Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan -

  Badan Kepegawaian Daerah

  • Inspektorat -

  RSUD Labuha

  • Badan Pengelola Penanggulangan Bencana Daerah -

  e. Staf Ahli, terdiri dari : Staf Ahli Bidang Politik, Hukum dan Keamanan

  • Staf Ahli Bidang Pengembangan Sarana dan Prasarana Wilayah -

  Staf Ahli Bidang Pemerintahan

  • Staf Ahli Bidang EKonomi
  • Staf Ahli Bidang Sosial Budaya dan Kesejahteraan Rakyat - f. Kecamatan terdiri dari 30 wilayah administratif.

  g. Kantor terdiri dari : Satuan Polisi Pamong Praja

  • Kantor Arsip da Perpustakaan Daerah -

  Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KP2T)

  • Bagan struktur organisasi perangkat daerah Kabupaten Halmahera Selatan selengkapnya dapat dilihat pada table 10.2

  Sedang Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang memiliki keterkaitan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) langsung ataupun tidak langsung dalam pembangunan sanitasi di Kabupaten Halmahera Selatan terdiri dari:

  a. Bidang Fisik dan Prasarana pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).

  b. Bidang Kebersihan dan Pencegahan Kebakaran serta Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup pada Badan Pengelola Lingkungan Hidup dan Kebersihan (BPLHK).

  c. Bidang Pengembangan Permukiman dan Bidang Pengembangan Sumber Daya Air pada Dinas Pekerjaan Umum, Permukiman dan Prasarana Wilayah.

  d. Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan serta Bidang Pelayanan Kesehatan pada Dinas Kesehatan.

  e. Bidang Pengentasan Kemiskinan dan PKK serta Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera pada Badan Urusan Perempuan, Keluarga Berencana dan Pengentasan Kemiskinan.

  f. Bidang Pemberdayaan Kelembagaan Masyarakat pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Otonomi Desa.

  g. Bidang Anggaran dan Akuntansi pada Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD).

  h. Bagian Hukum dan Bagian Humas pada Sekretariat Daerah. Perhatikan table 10.1 berikut ini.

  X - 2 Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

  

Bidang Cipta Karya

  Mandat Tupoksi Langsung Sektor AMPL BAPPEDA

  Bidang Fisik dan Prasarana - DINAS PU DAN KIMPRASWIL

  • Bidang Pengembangan Permukiman B P L H K Bidang Kebersihan dan Pencegahan -

  Kebakaran BUPATI DINAS KESEHATAN

  Bidang P2PL - Mandat Tupoksi Tidak Langsung Sektor Sanitasi

  BADAN UP, KB DAN TASKIN Bidang Pengentasan Kemiskinan dan PKK

  • Bidang KB dan Keluarga Sejahtera -

  BPM DAN OTONOMI DESA Bidang Pemberdayaan Masyarakat

  • X - 3

  Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program Bidang Cipta Karya

Tabel 10.2. STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN HALMAHERA SELATAN

  ( PERDA NOMOR 3 TAHUN 2008 ) BUPATI / WAKIL BUPATI

  DPRD STAF AHLI SEKRETARIAT DAERAH SEKRETARIAT DPRD

  Bid. Politik, Hukum dan Keamanan

  Bag. Persidangan dan Risalah

  Bid. Sarana dan Prasarana Wilayah

  Bag. Keuangan As. Bidang Pemerintahan As. Bidang Administrasi

  Bid, Pemerintahan

  Bag. Umum

  Bid. Ekonomi Bag. Hukum Bag. Umum & Perelngkapan Bid. Sosial Budaya dan Kesra Bag. Tata Pemerintahan Bag. Organisasi

  Bag. Humas

  LEMBAGA TEKNIS DAERAH DINAS DAERAH KANTOR

  B A P P E D A Dinas PU dan Kimpraswil Kantor Satuan Polisi Pamong Praja B P M D Dinas Kesehatan Kantor Arsip dan Perpustakaan BUP, KB dan TASKIN Dinas Pertanian dan Peterakan K P 2 T BADAN KESBANGPOL Dinas Kehutanan B P L H K Dinas Perhubungan dan Infokom B K D

  Dinas Pendidikan

  INSPEKTORAT Dinas Kelautan dan Perikanan RSUD LABUHA Dinas Perindustrian dan Perdagangan B P B D Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi BAPEL P3K Dinas Pertambangan dan Energi

  Dinas Sosial, Kependudukan dan Capil D P K A D

  KECAMATAN

  Dinas Perkebunan Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan OR X - 4

  Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program Dinas Koperasi dan UMKM

  DESA

  Bidang Cipta Karya Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

12.2 ANALISIS KELEMBAGAAN

  Pemerintah Daerah dalam hal ini perlu melakukan pembenahan dalam lingkup hubungan kerja baik kaitannya dengan program maupun penyelenggaraan pembangunan, sehingga memperbaiki kejelasan dan lebih tegas dan adil dalam bentuk kebijakan masing-masing dinas terkait.

  Kendala eksternal kelembagaan yang lain adalah masih lemahnya koordinasi antara Pemerintah Kabupaten dengan Propinsi dan/atau pusat, terutama pada pemeliharaan sarana dan prasarana daerah yang merupakan milik provinsi/pusat. Contoh seperti pemeliharaan jalan dan atau infrastruktur lainnya, Pemerintah Kabupaten merasa bahwa untuk memelihara dan/atau merehabnya bukanlah tanggung jawabnya, melainkan tanggung jawab provinsi. Akibatnya, rehabilitasi dan/atau pemeliharaan jalan terhambat dan secara langsung atau tak langsung mempengaruhi kinerja perekonomian wilayah di sekitarnya yang menggunakan jalan tersebut sebagai jalur transporasinya.

  Pengelolaan Bidang Keciptakaryaan sepenuhnya masih ditangani oleh lembaga pemerintah, yaitu Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya serta beberapa instansi terkait lainnya menyangkut hubungan kerja. Hingga saat ini sebagian besar masyarakat belum diikut sertakan dalam berbagai kebijakan, peran swasta masih dalam lingkup penyediaan jasa, sedangkan peran akademisi hanya dalam bentuk penelitian, dan lembaga lainnya seperti LSM terbatas pada lingkup fungsi control dan belum dalam peran pengadaan atau pembangunan infrastruktur.

  12.2.1 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Tata Laksana Pengendalian dan penyelenggraan pembangunan infrastruktur adalah milik bidang Cipta Karya, namun dalam prakteknya hal ini tidak berlangsung optimal. Belum semua program/kegiatan terkait pembangunan infrastruktur yang dilakukan berbagai SKPD Kabupaten Halmahera Selatan diketahui, diverifikasi dan diawasi oleh Dinas Pekerjaan Umum. Walaupun demikian, fungsi verifikasi lapangan oleh Bidang Cipta Karya dalam program/kegiatan pembangunan infratstruktur sudah dilaksanakan, meskipun belum optimal. Bentuk ketatalaksanaan lain yang masih mengalami kendala tersendiri saat ini adalah tata naskah dinas, yaitu prosedur/tata cara komunikasi tertulis dalam bagian di SKPD atau antar SKPD. Kesalahan dalam tata naskah dinas seringkali memunculkan kesalahpahaman dan akan berdampak pada kinerja bagian/sub dinas terkait. Bagaimana pun pembentukan standar atau struktur baru menuntut tata naskah dinas dan kearsipan yang baru. Hal ini membutuhkan upaya sosialisasi tersendiri. Saat ini saja masih banyak petugas/pegawai pemerintah yang belum memahami tata naskah dinas ini.

  12.2.2 Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

  Keberhasilan SDM penyelenggaraan program/kegiatan pembangunan infrastruktur, khususnya di bidang keciptakaryaan terletak pada kuantitas dan kualitasnya. Dari sisi kuantitas, jumlah sumberdaya manusia (SDM) sangat terbatas dibandingkan dengan jumlah program/kegiatan yang harus dilaksanakan. Satu atau sekelompok orang/pegawai

  X - 5 Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

  

Bidang Cipta Karya harus mengerjakan lebih dari satu kegiatan/program. Akibatnya, meskipun kegiatan/program dapat ditangani, namun hasilnya tidak bisa optimal. Keterbatasan SDM ini pula dan ditambah dengan keterbatasan fasilitas pendukung, hingga saat ini belum dilakukan pendataan atau inventarisasi infrastruktur yang telah ada serta kondisinya. Padahal, data adalah kebutuhan utama dalam setiap bentuk perencanaan. Dari sisi kualitas, kemampuan teknis SDM yang ada masih sangat terbatas dan sebagian tingkat pendidikan masih diploma dan SMA, Dari Tabel 10.2 dapat dilihat bahwa golongan ataupun pendidikan pegawai, termasuk yang duduk di jabatan struktural masih perlu ditingkatkan. Walaupun demikian, di sisi lain terlihat keunggulan SDM yang ada dengan tingkat pendidikan S2/S3. Para personil yang menduduki jabatan struktural di Dinas Pekerjaan Umum Khususnya Bidang Cipta Karya sebagian besar adalah orang yang telah mempunyai pengalaman di bidangnya.

  Kendala terkait SDM yang lain adalah lebih pada faktor eksternal, yaitu berhubungan dengan karakter dan sikap, baik dari para partner maupun masyarakat sebagai sasaran program/kegiatan. Sebagian besar masyarakat Kabupaten Halmahera Selatan memiliki kesadaran serta pemahaman tentang lingkungan hidup yang masih rendah dan dikenal berwatak keras. Para pelaksana program/kegiatan membutuhkan pendekatan khusus untuk mempengaruhi/meningkatkan kesadaran/pemahaman mereka. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi para pelaksana. Kendala eksternal lain adalah kesadaran politik yang masih relatif rendah sebagian besar masyarakat Kabupaten Halmahera Selatan. Saat ada konflik politik, besar kecenderungan disertai dengan anarkisme, termasuk merusak sarana-prasarana yang ada. Kesadaran untuk memelihara sarana-prasarana yang ada relatif rendah dan ditambah dengan praktek anarkisme membuat jumlah dan kualitas sarana prasarana yang ada menurun.

12.2.3 Analisis SWOT Kelembagaan

  Perubahan paradigma pembangunan sejalan dengan semangat reformasi mengindikasikan bahwa dalam struktur organsasi dan ketatalaksanaan kelembagaan memerlukan beberapa langkah penyesuaian terkait dengan tata kepemerintahannya, peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan infrastruktur keciptakaryaan. Penguatan peran masyarakat, pemerintah daerah, dan swasta diperlukan dalam rangka memperluas dan memperkokoh basis sumber daya. Pada aspek institusi, lemahnya koordinasi antarinstansi dan antardaerah otonom telah menimbulkan pola pengelolaan kecitakaryaan yang kurang efisien, bahkan tidak jarang saling berbenturan. Pada sisi lain, kesadaran dan partisipasi masyarakat, sebagai salah satu prasyarat terjaminnya keberlanjutan pola pengelolaan keciptakaryaan, masih belum mencapai tingkat yang diharapkan karena masih terbatasnya kesempatan dan kemampuan. Sasaran pembangunan dan pengelolaan bidang keciptakaryaan berorientasi pada tersedianya pelayanan kepada publik bidang keciptakaryaan sesuai dengan standar pelayanan minimal. Selanjutnya dengan terpenuhinya pelayanan minimal kepada publik akan mendorong peningkatan produktivitas sektor-sektor ekonomi yang menggunakan

  X - 6 Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

  

Bidang Cipta Karya Analisis SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi institusi / kelembagaan dapat disesuaikan dengan

  • Kekuatan/potensi sumber daya yang dapat menunjang penguatan kapasitas kelembagaan.
  • Faktor-faktor yang mempengaruhi penguatan kelembagaan.
  • Situasi/kondisi internal yang dapat menjadi hambatan dalam kelayakan dan penguatan kelembagaan.
  • Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan kapasitas kelembagaan atau melemahkan kelembagaan. Weakness → Kelemahan dari dalam (internal)
  • Situasi/kondisi dari luar yang bila dimanfaatkan dengan baik dapat menunjang kelayakan dan penguatan kapasitas kelembagaan.
  • Kesempatan atau peluang yang membuat kelembagaan menjadi lebih layak atau dapat memerkuat kapasitas kelembagaannya. Opportunity → Peluang/kesempatan dari luar (eksternal)
  • Situasi/kondisi dari luar yang dapat menghambat dalam mempertahankan atau mencapai penguatan kapasitas kelembagaan.
  • Merupakan ancaman dari luar.

  Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

  X - 7 infrastruktur keciptakaryaan sebagai salah satu sarana pendukung factor produksinya.

  Sasaran kedua adalah meningkatnya partisipasi swasta yang antara lain dalam bentuk investasi dalam pembangunan dan pengelolaan infrastruktur di Kabupaten Halmahera Selatan.

  Analisis kelembagaan dilakukan menggunakan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threat) guna mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang diindikasikan muncul dalam aspek kelembagaan guna peningkatan dan penguatan kapasitas kelembagaan nantinya. Analisa SWOT mempunyai pengertian sebagai berikut :

  1. Strength

  Merupakan :

  Strength → Kekuatan dari dalam (internal)

  2. Weakness

  Merupakan :

  3. Opportunity

  Merupakan :

  4. Threats

  Merupakan :

  Threats → Ancaman dari luar (eksternal)

  • – Strenght Threats Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki institusi/kelembagaan untuk mengatasi ancaman.

  d. Strategi WT – Weakness Threats Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

  Penilaian lingkup strategis internal dan eksternal yang berpengaruh pada kapasitas kelembagaan adalah suatu pencermatan dan identifikasi tentang kondisi internal dan eksternal yang merupakan alat manajeman dasar, utamanya dalam pengambilan kebijakan dan pemecahan masalah. Dimana kajian SWOT untuk kapasitas kelembagaan Dinas Pekerjaan Umum khususnya Bidang Cipta Karya Kabupaten Halmahera Selatan dapat diuraikan sebagai berikut :

  kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, dengan suatu matriks SWOT. Matrik ini dapat menghasilkan 4 (empat) set kemungkinan alternatif strategis, yaitu : a. Strategi SO – Strenght Opportunities

  Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran institusi/kelembagaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

  b. Strategi ST

  c. Strategi WO – Weakness Opportunities Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

A. Identifikasi faktor-faktor internal

  X - 8

  Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

  1. Kekuatan (Strengths), meliputi : a. Kebijakan otonomi daerah.

  b. Komitmen pemerintah daerah dalam pengelolaan dan pembangunan infrastruktur.

  c. Eksistensi Tupoksi dari Dinas Pekerjaan Umum sebagai penyelenggara pembangunan infrastruktur wilayah.

  d. Mekanisme pengawasan yang kuat dari legislatif, LSM, pers dan masyarakat terhadap penyelenggaraan pembangunan.

  e. Hasil-hasil pembangunan infrastruktur yang ada selama ini telah dilaksanakan.

  2. Kelemahan (Weaknesses), meliputi :

  a. Kelembagaan pengelolaan infrastruktur wilayah masih belum mantap dan kapasitas pelayanannya masih rendah.

  b. Penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur wilayah masih belum sinergi dan terpadu.

  Dari hasil kajian yang dilakukan diperoleh kondisi internal dengan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan, yang dimiliki oleh Dinas Pekerjaan Umum yang berperan dalam pembangunan infrastruktur wilayah adalah sebagai berikut : c. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Pelaksana Pembangunan dan Pengelolaan Pelayanan masih relatif terbatas, mengakibatkan rendahnya kualitas dan produktifitas pelayanan.

  d. Masih terbatasnya fasilitas pendukung kantor dan lapangan.

  e. Koordinasi antara instansi pemerintah daerah terkait pembangunan infrastruktur wilayah masih rendah atau lemah.

  f. Keterbatasan anggaran pembiayaan pembangunan.

  g. Terbatasnya teknologi informasi dan komunikasi yang mendukung pembangunan daerah.

  B. Identifikasi Faktor-Faktor Eksternal

  Dari hasil kajian diperoleh kondisi eksternal dengan faktor-faktor peluang dan ancaman, yang dimiliki oleh Dinas Pekerjaan Umum yang berperan dalam pembangunan infrastruktur wilayah di Kabupaten Halmahera Selatan adalah sebagai berikut :

  1. Peluang (Opportunities), meliputi :

  a. Paradigma pembangunan dan pengelolaan infrastruktur wilayah yang multi sektoral sehingga stakeholder yang terlibat relatif banyak.

  b. Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) tersedia.

  c. Stabilitas keamanan daerah yang telah kondusif.

  d. Iklim desentralisasi yang memberi kemungkinan bagi daerah untuk mengembangkan potensi dan kreativitasnya.

  e. Masih sedikitnya jumlah investor bila dibandingankan dengan jumlah potensi sumber daya alam yang tersedia sehingga menyebabkan peluang investasi yang relatif tinggi.

  f. Tingginya permintaan pelayanan infrastruktur sehingga ketergantungan terhadap keberadaan infrastruktur dinilai relatif tinggi.

  g. Sejumlah hasil pembangunan yang telah dicapai.

  h. Kebijakan percepatan pembangunan daerah tertinggal.

  2. Ancaman (Threats), meliputi : a. Ego sektoral lintas instansional.

  b. Degradasi lingkungan fisik.

  c. Globalisasi akan menjadi ancaman apabila daerah tidak mempersiapkan diri secara baik.

  d. Pemanfaatan sumber daya alam yang tidak menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan yang baik dan pembangunan yang berkelanjutan.

  e. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur yang telah ada.

  b. Masih terbatasnya sarana/prasarana pendukung pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur wilayah, khususnya sarana/prasarana transportasi intra dan antar pulau.

  A. Analisis swot

  Berdasarkan hasil identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal tersebut, dapat dikemukakan 4 (empat) strategi dalam upaya pengembangan kelembagaan

  X - 9 Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

  

Bidang Cipta Karya pembangunan infrastruktur wilayah di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Selatan khususnya Dinas Pekerjaan Umum. Dengan menggunakan analisis SWOT maka diperoleh beberapa strategi sebagai berikut :

  1. Strategi SO

  Strategi SO adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Jika kedua faktor tersebut dikombinasikan maka akan menjadi pendukung bagi pengembangan kelembagaan dalam konteks desentralisasi dengan membuat perencanaan, pembangunan dan pengelolaan infrastruktur wilayah lintas sektoral yang nantinya menjadi bentuk keterpaduan dalam proses pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur wilayah di Kabupaten Halmahera Selatan. Beberapa strategi yang diarahkan antara lain :

  a. Meningkatkan dan menjaga eksistensi tugas pokok dan fungsi dari Dinas Pekerjaan Umum sebagai penyelenggara pembangunan infrastruktur wilayah dalam lingkup otonomi daerah dengan didukung adanya komitmen dari pemerintah daerah.

  b. Meningkatkan dan menjalin koordinasi yang berkelanjutan bersama seluruh stakeholder dalam lingkup multi sektoral guna melaksanakan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur secara terpadu .

  c. Menjaga dan memelihara infrastruktur yang ada selama ini telah dilaksanakan.

  d. Penyusunan dan penyempurnaan rencana-rencana pembangunan infrastruktur wilayah.

  e. Menyediakan pemenuhan kebutuhan pelayanan infrastruktur yang merata guna mempercepat pembangunan daerah multi sektoral.

  2. Strategi ST Strategi ST adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

  Sebaiknya Dinas Pekerjaan Umum dalam kelembagaan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur wilayah dalam konteks desentralisasi, memanfaatkan faktor kekuatan yang dimiliki melalui kegiatan, sosialisasi dan sebagainya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat maupun instansional multi sektoral dalam lingkup pemerintah daerah terhadap pembangunan dan pengelolaan infrastruktur, sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat. Klarifikasi dan kejelasan tugas pokok dan fungsi lembaga terkait sangat diperlukan dalam pengaturan kewenangan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur wilayah. Beberapa strategi yang diarahkan antara lain : a. Melakukan klarifikasi dan kejelasan tugas pokok dan fungsi lembaga terkait pembangunan dan pengelolaan infrastruktur wilayah guna menjalin kerjasama penanganan yang terpadu dan mengurangi ego sektoral lintas instansional.

  b. Mengupayakan kegiatan sosialisasi dan lainnya kepada masyarakat guna membuka pemahaman dalam pemanfaatan dan pemeliharan infrastruktur yang ada.

  c. Membuka dan meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana transportasi antar dan intra pulau guna membuka akses bagi pengembangan pelayanan infrastruktur secara merata.

  X - 10 Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

  

Bidang Cipta Karya d. Menyiapkan dan meningkatkan pelayanan infrastruktur wilayah dalam rangka memasuki era globalisasi.

  e. Melakukan upaya mitigasi dampak lingkungan guna mengurangi degradasi lingkungan dan menjaga keberlanjutan pemanfaatan sumber daya alam yang ada.

  3. Strategi WO

  Strategi WO adalah strategi yang menggunakan peluang untuk meminimalkan kelemahan. Mengingat pembangunan infrastruktur wilayah dalam pengelolaannya akan melibatkan lembaga/instansi lintas sektoral, maka keserasian dan keterpaduan kelembagaan pengelolaan infrastruktur dirasakan sangat perlu termasuk didalamnya mekanisme kerja dan koordinasi antar lembaga. Oleh karena itu perlu adanya koordinasi pengelolaan yakni pada instansi yang berwenang mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur wilayah seperti BAPPEDA yang bukan berperan sebagai pelaksana pengelolaan. Sedangkan untuk pelaksanaan operasional dan pemeliharaannya dilaksanakan oleh instansi teknis terkait pada tiap sektor pembangunan infrastruktur yang ada seperti Dinas Pekerjaan Umum, PDAM, dan dinas terkait lainnya. Beberapa strategi yang diarahkan antara lain :

  a. Memantapkan koordinasi lintas sektoral kelembagaan secara terpadu terkait pembangunan dan pengelolaan infrastruktur wilayah guna meningkatkan kapasitas pelayanan.

  b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM dan peralatan pendukung kelembagaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur wilayah.

  4. Strategi WT

  Strategi WT adalah strategi dengan meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman yang ada. Berdasarkan kedua faktor tersebut maka yang harus dilakukan adalah peningkatan kapasitas kelembagaan baik dari sisi SDM maupun perangkat pendukung serta memperbaiki koordinasi lintas sektoral pengelolaan infrastruktur wilayah. Beberapa strategi yang diarahkan antara lain :

  a. Mengupayakan peningkatan pendapatan daerah guna meningkatkan anggaran pembiayaan pembangunan infrastruktur.

  b. Pengalokasian anggaran pembiayaan yang terukur, efektif, dan berdasarkan prioritas.

  c. Membuka dan mempercepat penyediaan teknologi informasi dan komunikasi guna mendukung pembangunan daerah.

12.3 RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

12.3.1 Rencana Pengembangan Keorganisasian

  Rencana Pengembangan Keorganisasian yaitu : 1. Pengembangan Kualitas dan Kuantitas organisasi bidang Cipta Karya.

  2. Pengembangan kapasitas organisasi mengacu pada kebijakan nasional dan kebijakan otonomi daerah,

  X - 11 Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

  

Bidang Cipta Karya

  3. Konsistensi pemerintah daerah dalam pembangunan infrastruktur baik sebagai tupoksi maupun penyelenggara,

  4. Pengembangan kapasitas bersifat multi-dimensional, mencakup beberapa kerangka waktu yakni jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek,

5. Pengembangan kapasitas menyangkut “multiple stakeholders”,

  6. Pengembangan kapasitas harus bersifat “demand driven”, dimana kebutuhannya tidak ditentukan dari atas/luar, tetapi harus datang dari stakeholdernya sendiri,

  7. Meningkatkan fasilitas pendukung kantor dan operasional lapangan.

  8. Restrukturisasi BUMD dalam pelayanan umum infrastruktur yang berkaitan dengan pelaksanaan Pekerjaan Umum guna meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah.

  12.3.2 Rencana Pengembangan Tata Laksana

  Rencana Pengembangan Tata Laksana yaitu :

  1. Menempatkan peranan masyarakat, swasta, LSM, dan akademisi secara proposional sesuai dengan potensi, kompetensi, dan atraktif minatnya dan tidak hanya dijadikan sebagai pelengkap.

  2. Meningkatkan peran serta, investasi swasta dan masyarakat dengan menciptakan iklim kompetisi yang sehat dan transparan dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur wilayah khususnya di bidang Cipta Karya,

  3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas operasional tata laksana penyelenggaraan infrasturktur,

  4. Mengedepankan kepentingan umum sesuai dengan standar pelayanan minimum

  12.3.3 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

  Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia yaitu :

  1. Meningkatkan profesionalisme dan kualitas SDM dalam meningkatkan kemampuan manajemen dan teknis serta pembinaannya ditiap bidang dan sub- bidang Pekerjaan Umum.

  2. Mendorong dan memfasilitasi pendidikan profesi untuk Sumber Daya Manusia (SDM) baik melalui seminar, maupun pelatihan ditiap sektor Pekerjaan Umum.

  3. Meningkatkan kuantitas SDM di Bidang Pekerjaan Umum yang berkualitas melalui penerimaan PNS.

  4. Menjalin kerjasama dengan institusi pendidikan dalam rangka penyusunan standart kompetensi SDM.

  5. Pengembangan sistem informasi, kegiatan sosialisasi dan penyuluhan, evaluasi dan kajian peraturanperaturan bidang Pekerjaan Umum.

  X - 12 Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

  

Bidang Cipta Karya

  Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program Bidang Cipta Karya Provinsi Maluku Utara Tahun 2014 X - 13

  Pengembangan kapasitas bersifat multi- dimensional, mencakup beberapa kerangka waktu yakni jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek

  Meningkatkan fasilitas pendukung kantor dan operasional lapangan.

  Pembangunan dan pengembangan infrastruktur dilakukan bersumber dari bawah atau masyarakat sebagai pelaku

  Pengembangan kapasitas harus bersifat “demand driven”, dimana kebutuhannya tidak ditentukan dari atas/luar, tetapi harus datang dari stakeholdernya sendiri,

  Pembangunan yang dilaksanakan melibatkan SKPD terkait, masyarakat, swasta, dan lembaga lain dalam proses perencanaan, pengawasan dan pembangunan

  Pengembangan kapasitas menyangkut “multiple stak eholders”,

  Pembangunan berkesinambungan dan konsisten baik dalam skala priorotas maupun skala kota atau pedesaan

  Melaksanakan pembangunan infrastruktur yang berkesinambungan sesuai dengan rencana dan program pembangunan 5 tahunan (janga panjang, menengah, pendek)

Tabel 10.3 Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan

  Konsistensi pemerintah daerah dalam pembangunan infrastruktur baik sebagai tupoksi maupun penyelenggara,

  Melakukan sinkronisasi baik dalam kebijakan, peraturan, penataan ruang, maupun pembangunan infrastruktur dengan pemerintah pusat

  Pengembangan kapasitas organisasi mengacu pada kebijakan nasional dan kebijakan otonomi daerah,

  Penerimaan pegawai yang kompotensi sesuai bidang dengan tingkat pendidikan minimal strata

  Pengembangan Kualitas dan Kuantitas organisasi bidang Cipta Karya.

  Aspek Kelembagaan Startegi Rencana Aksi Organisasi

  Penyediaan alat dan bahan kebutuhan perencanaan, pengawasan, dan Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program Bidang Cipta Karya Provinsi Maluku Utara Tahun 2014 X - 14 Aspek Kelembagaan Startegi Rencana Aksi

  pembangunan infrastruktur Restrukturisasi BUMD dalam pelayanan umum infrastruktur yang berkaitan dengan pelaksanaan Pekerjaan Umum guna meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah.

  Subdisidi silang atau sharing pendanaan pembangunan kualitas dan kuantitas infrastruktur

  Tata Laksana

  Menempatkan peranan masyarakat, swasta, LSM, dan akademisi secara proposional sesuai dengan potensi, kompetensi, dan atraktif minatnya dan tidak hanya dijadikan sebagai pelengkap.

  Perlibatan stakeholder dimulai sejak proses pengusulan program sampai pada tingkat pemanfaatan infrastruktur

  Meningkatkan peran serta, investasi swasta dan masyarakat dengan menciptakan iklim kompetisi yang sehat dan transparan dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur wilayah khususnya di bidang Cipta Karya,

  Masyarakat dapat ikut dalam perencanaan, pendanaan dan pembangunan secara swadaya,

  Meningkatkan kualitas dan kuantitas operasional tata laksana penyelenggaraan infrasturktur, Pembebanan tugas dan fungsi baik instansi maupun orang yang membidangi sesuai dengan kompetensi dan keahlian

  Mengedepankan kepentingan umum sesuai dengan standar pelayanan minimum Melakukan pelayanan dan pengembangan infrastruktur yang memiliki azas manfaat dan berkelanjutan

  Sumber Daya Manusia

  Meningkatkan profesionalisme dan kualitas SDM dalam meningkatkan kemampuan manajemen dan teknis serta pembinaannya ditiap bidang dan sub- bidang Pekerjaan Umum.

  Membuat Standar Operasinal Prosedur (SOP) sesuai bidang dan kompetensi professional serta tupoksinya.

  Mendorong dan memfasilitasi pendidikan profesi untuk Sumber Daya Manusia (SDM) baik melalui seminar, maupun pelatihan ditiap sektor Pekerjaan

  Melaksanakan sertifikasi profesi sumber daya Manusia (SDM) kepada semua komponen organisasi maupun instansi terkait lainnya. Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program Bidang Cipta Karya Provinsi Maluku Utara Tahun 2014 X - 15 Aspek Kelembagaan Startegi Rencana Aksi Umum.

  Meningkatkan kuantitas SDM di Bidang Pekerjaan Umum yang berkualitas melalui penerimaan PNS.

  Penerimaan pegawai dengan kualifikasi dan persyaratan berupa sertifikat pelatihan yang nanti dibidangi. Menjalin kerjasama dengan institusi pendidikan dalam rangka penyusunan standart kompetensi SDM.

  Melakukan studi-studi akademik terkait perencanaan dan pengendalian pembangunan infrastruktur

  Pengembangan sistem informasi, kegiatan sosialisasi dan penyuluhan, evaluasi dan kajian peraturan-peraturan bidang Cipta Karya.

  Pembuatan

  website

  tentang informasi infrastruktur yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan.