ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT NAHDLATUL ULAMA TERHADAP KEBERHASILAN PENGELOLAAN LAZISNU KOTA SURABAYA.

(1)

SKRIPSI

Oleh:

HENDRIK WAHYUDIN NIM: C04212015

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah mengenai tingkat partisipasi masyarakat Nahdlatul Ulama serta bagaimana pengelolaan dana zakat, infak, dan sedekah terhadap keberhasilan dari program-program yang dilakukan oleh manajemen LAZISNU Kota Surabaya. untuk mengetahui jawaban dari rumusan masalah tersebut, maka peneliti melakukan observasi ke lembaga tersebut guna mengetahui implementasi yang brada di lapangan. Fokus penelitian ditujukan kepada manajemen operasional LAZISNU Kota Surabaya sebagai informan.

Metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dokumentas. Dalam menganalisa data melalui teknik reduksi data, menyajikan data yang terpilih secara keselruhan, kemudian menarik kesimpulan dari hasil analisis data yang diperoleh.

Hasil dari penelitian ini diperoleh, bahwa tingkat partisipasi masyarakat Nahdlatul Ulama dalam mengembangkan LAZISNU Kota Surabaya dengan upaya penyaluran dana zakat, infak, dan sedekah masih sangat minim. Hal ini dapat dilihat dari jumlah muzaki dan donator tetap yang terdata menyalurkan dana zakat, infak, dan seekah masih sedikit dari populasi masyarakat Nahdlatul Ulama yang berada di wilayah Kota Surabaya. sehingga hal ini juga mempengaruhi pengelolaan pendayagunaan zakat yang dilakukan oleh manajemen LAZISNU Kota Surabaya masih belum maksimal dan sering mengalami hambatan dalam realisasinya, disamping itu juga keterbatasa tenaga manajemen dalam pengelolaan lembaga mulai dari pengumpulan sampai dengan pendayagunaan. Meskipun praktik pendayagunaan dana zakat, infak, dan sedekah sudah sesuai dengan gagasan Kementerian Agama melalui pola konsumtif kreatif serta produktif kreatif.

Dari kesimpulan penelitian ini, hendaknya manajemen lembaga segera melakukan evaluasi secara cepat dan melakukan beberapa perbaikan dalam aspek manajemen pengelolaan. Supaya apa yang direncanakan bisa maksimal sehingga keberlanjutan dari pengelolaan zakat, infak, dan sedekah bisa dilihat dengan baik. Sebab masyarakat Nahdlatul Ulama yang berada di wilayah Kota Surabaya populasinya sangat banyak dan perlu adanya keseriusan dalam memaksimalkan potensi tersebut. Jika pertisipasi masyarakat Nahdlatul Ulama nantinya sudah maksimal, sudah dipastikan pengelolaan yang dilakukan oleh LAZISNU Kota Surabaya juga akan lebih maksimal dan baik kedepan.

Kata Kunci : Partisipasi Masyarakat NU, keberhasilan pengelolaan LAZISNU Kota Surabaya


(7)

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah... 10


(8)

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 14

G. Definisi Operasional... 15

H. Metode penelitian ... 16

I. Sistematika Pembahasan ... 21

BAB II PARTISIPASI MASYARAKAT, DAN KONSEP PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK, DAN SEDEKAH ... 23

A. Partisipasi Masyarakat ... 23

B. Pengelolaan Zakat, Infak, dan Sedekah ... 26

BAB III PARTISIPASI MASYARAKAT NAHDLATUL ULAMA DAN IMPLEMENTASI PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK, DAN SEDEKAH TERHADAP KEBERHASILAN PENGELOLAAN LAZISNU KOTA SURABAYA ... 35

A. Partisipasi Masyarakat Nahdlatul Ulama ... 35

B. Profil LAZISNU Kota Surabaya ... 41

C. Prosedur Pengumpulan Dana LAZISNU Kota Surabaya ... 45

D. Implementasi Pengelolaan dan Pendistribusian Dana Zakat, Infak, dan Sedekah Di LAZISNU Kota Surabaya ... 48

BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT NAHDLATUL ULAMA DAN PENGELOLAAN DANA TERHADAP KEBERHASILAN PENGELOLAAN LAZISNU KOTA SURABAYA ... 54

A. Analisis Partisipasi Masyarakat Nahdlatul Ulama Terhadap Keberhasilan Pengelolaan LAZISNU Kota Surabaya ... 54

B. Analisis Pengelolaan Dana Terhadap Keberhasilan Pengelolaan LAZISNU Kota Surabaya ... 57


(9)

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA


(10)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam sebagai agama universal berisi ajaran mengenai hubungan manusia dengan tuhan yang berupa ibadah serta mengatur hubungan manusia dengan manusia yang berupa mu’amalah. Mu’amalah merupakan kegiatan manusia yang berperan sebagai khalifah dimuka bumi, yang bertugas menghidupkan dan memakmurkan bumi dengan cara interaksi antara umat manusia, misalnya melalui kegiatan ekonomi.

Untuk menjamin keselamatan, kemakmuran, dan kesejahteraan hidup di dunia maupun akhirat.Islam mengatur mu’amalah tersebuat dalam sebuah sistem ekonomi yang dikenal dengan sistem Ekonomi Islam.Ekonomi Islam adalah suatu sistem ekonomi yang berlandaskan al-Qur’an dan Hadist, yang menekankan pada nilai-nilai keadilan dan keseimbangan.1 Dengan demikian, Islam adalah agama yang memandang pentingnya keadilan demi terciptanya masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.Hal ini tercermin dari perhatianya yang besar kepada kaum yang lemah, yaitu menjamin dan melindungi kehidupan mereka agar supaya tidak terjadi gejolak sosial dimuka bumi ini.

1

Muhammmad, Zakat Profesi, Wacana Pemikiran Zakat Kontemporer (Jakarta, Salemba Diniyah,


(11)

Salah satu sunnatullah yang sudah menjadi ketentuan Yang Maha Kuasa adalah perbedaan yang terdapat pada setiap diri manusia. Setiap orang lahir dan hidup di dunia memiliki kondisi tersendiri yang berbeda dengan orang lain. Perbedaan ini mencakup semua aspek, mulai dari budaya, sosial, kultur, dan lain sebagainya. Salah satu perbedaan yang mudah diidentifikasi adalah perbedaan kondisi ekonomi. Sebagian manusia, ada yang dititipi oleh Allah harta sehingga menjadi orang kaya dan berada, dan sebagian lagi ada yang dicoba dengan kekurangan dan hidup miskin.2

Semua ini bukan tanpa tujuan. Akan tetapi justru mengandung rahasia Allah SWT, yang dapat membuat manusia menyadari bahwa dirinya bukanlah apa-apa. Selain itu, Allah ingin menguji manusia apakah mampu mengoptimalkan segala potensi kebaikan yang diberikan kepadanya atau tidak

Disisi lain perbedaan tersebut dalam banyak hal sering menjadi masalah dan problem bagi manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, timbul gejolak-gejolak akibat kesenjangan diantara manusia yang sulit dikontrol. Orang kaya yang dititipi harta melimpah tidak menjalankan tugasnya dalam menolong fakir miskin yang membutuhkan. Sebagian orang malah memanfaatkan kekayaan tersebut untuk mengeksploitasi harta sebanyak-banyaknya untuk kepentingan sendiri. Akhirnya, kesenjangan dan gejolak tidak dapat dihindari lagi. Karena itu, Allah menurunkan syariat-Nya bagi manusia guna menciptakan kesejahteraan dan kedamaian di bumi.


(12)

Ajaran Islam yang bertujuan mengatasi kesenjangan dan gejolak sosial tersebut adalah zakat, infak, dan Sedekah. Ketiganya menjadi salah satu tiang penyangga bagi tegaknya Islam, serta menjadi kewajiban bagi pemeluknya membawa misi memperbaiki hubungan horizontal antara sesama manusia, sehingga pada akhirnya mampu mengurangi gejolak akibat problematika kesenjangan dalam hidup mereka. Dalam al-Qur’an surat al-Baqoroh disebutkan bahwa,

َنيِعِكاَرلا

َنعنم

اوُعنكْرانو

َنةانكَزلا

اوُتآنو

َنة نََصلا

اوُميِقنأنو

dan dirikanlah salat, bayarkan zakat dan ruku’lah bersama orang-orang

yang ruku’”(QS. al-Baqoroh: 43)

Selain itu juga, Zakat, Infak, dan Sedekah dapat memperkuat hubungan vertikal manusia dengan Allah. Karena Islam menyatakan bahwa Zakat, infak, dan Sedekah merupakan pengabdian (ibadah) kepada yang maha kuasa.3

Islam menginginkan agar sistem ekonominya terorganisir sedemikian rupa sehingga harta tidak hanya dalam genggaman orang kaya saja. Oleh karena itu, distribusinya juga harus diatur dengan baik sehingga yang lebih kuat bisa mengangkat yang lemah, dan salah satu contohnya melalui sebuah wadah lembaga amil zakat, infak, dan sedekah. Orang yang mampu dapat memberikan sebagian hartanya kepada yang berhak menerimanya seperti fakir, miskin dan kaum dhu’afa.

3


(13)

Sedangkan definisi zakat secara terminologi, terdapat beberapa pendapat yang bervariasi yang dikemukakan oleh para ulama. Meski demikian, semuanya mengacu pada makna dan subtansi yang sama. Oleh karena itu, Wahab al-Zuhaili menyebutkan dalam bukunya bahwa pengertian zakat secara umum adalah : “Hak tertentu yang terdapat dalam harta seseorang”.4

Mengurus zakat adalah tugas amil, pekerjaan ini memiliki implikasi hukum agama dan pelaksanaanya memiliki nilai ibadah. Zakat merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam (yang telah memenuhi persyaratan tertentu) yang tidak dapat digantikan dengan bentuk ibadah lainya seperti fidyah dan kafarah

dalam kaitanya dengan puasa. Kedudukan zakat dalam Islam sangat mendasar dan fundamental. Begitu mendasarnya sehingga perintah zakat dalam al-Qur’an sering disertai dengan ancaman yang tegas. Zakat menempati rukun Islam ketiga setelah sahadat dan Salat. Dalam al-Qur’an seringkali kata zakat dipakai bersamaan dengan kata salat, yang menegaskan adanya kaitan komplementer antara ibadah salat dan zakat. Jika salat berdimensi vertikal-ketuhanan. Maka zakat merupakan ibadah yang berdimensi horizontal kemanusiaan.

Secara demografi dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Indonesia sebenarnya memiliki potensi strategis yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan pendapatan, yaitu institusi zakat, infak, dan sedekah (ZIS). Secara demografi, mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam, dan secara kultural kewajiban zakat, infak, dan sedekah telah


(14)

mengakar pada tradisi kehidupan masyarakat muslim. Secara subtantif, zakat, infak, dan sedekah adalah bagian dari mekanisme keagamaan yang berintikan semangat pemerataan pendapatan. Dana zakat diambil dari harta orang yang berkelebihan dan disalurkan bagi orang yang kekurangan, namun zakat tidak dimaksudkan memiskinkan orang kaya. Hal ini disebaban karena zakat diambil dari sebagian kecil hartanya dengan beberapa kriteria tertentu dari harta yang wajib dizakati. Oleh karena itu, alokasi dana zakat tidak bias diberikan secara sembarangan dan hanya dapat disalurkan kepada kelompok masyarakat tertentu. Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu

(keberkahan), al-namma (pertumbuhan), ath-thaharatu (kesucian) dan ash-shalahu (keberesan).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta sebagaimana dikutip oleh Muchtar Zarkasyi (2008 : 3), di Indonesia terpendam potensi zakat amat besar (lebih kurang) Rp. 19,3 triliun pertahun. Potensi dana sebesar ini jika berhasil dihimpun secara optimal, dan ditata dengan rapi serta dikendalikan secara baik dan didistribusikan secara tepat guna dan berhasil, tentu akan memberikan sumbangsih yang besar pula terhadap perekonomian rakyat dan kesejahteraan umat terutama dalam upaya pengendalian angka kemiskinan yang sampai saat ini mencapai angka kurang lebih 30 juta penduduk diseluruh Indonesia.5

5

Kementerian Agama, Fiqih Zakat, Bidang Haji & Wakaf Kementerial Agama Jawa Timur Tahun


(15)

Persoalan zakat menjadi sebuah hal yang urgen. Institusi zakat dikatakan berhasil atau mundur terletak pada mekanisme dalam menghimpun serta mengelola. Dalam pengelolaan zakat ini. Pemerintah menyusun Undang-undang pengelolaan zakat yaitu Undang-undang Republik Indinesia Nomer 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat. Dan keputusan menteri Agama RI Nomor 373 Tahun 2003 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 38 Tentang Pengelolaan Zakat. Serta Keputusan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 tahun 2000 Tentang pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.Maksud dan tujuan pengelolaan zakat tersebut adalah :

1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat yang menunaikan zakat sesuai dengan ketentuan agama.

2. Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.

3. Meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat.

Undang-undang yang dijabarkan dengan keputusan Menteri Agama RI, dan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji tersebut mengamanatkan bahwa untuk pengelolaan zakat perlu dibentuk amil, baik dari tingkat Nasional, propinsi Kabupaten/Kota dan Kecamatan. Undang-undang nomor 38 Tahun 1999 muncul dalam semangat agar lembaga pengelola tampil dengan profesional, amanah dan mandiri. Undang-undang nomor 38 Tahun 1999 menjelaskan tentang pengelola zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat yang dibentuk oleh pemerintah sesuai


(16)

dengan tingkatan dan Lembaga Amil Zakat yang dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah.6

Masih lemahnya tingkat partisipasi masyarakat terhadap institusi amil zakat menjadi salah satu masalah yang perlu diperhatikan. Lembaga Amil Zakat atau LAZ adalah institusi pengelolaan zakat yang sepenuhnya dibentuk oleh masyarakat yang bergerak dibidang dakwah, pendidikan, sosial, atau kemaslahatan umat Islam, dan dikukuhkan, dibina dan dilindungi oleh pemerintah. Kegiatan lembaga amil zakat adalah mengumpulkan, menditribusikan dan mendayagunakan dana zakat dari masyarakat.

Dalam melaksanakan kegiatanya. LAZ bersifat otonom dan independen, namun diharapkan dapat berkoordinasi dengan pemerintah dan sesama lembaga amil zakat lainya, terutama yang berada diwilayah yang sama agar terjadi sinergisme dalam penyaluran zakat, infak, dan sedekah.

Tujuan pengelolaan masyarakat adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi mengembangkan lembaga amil zakat yang ada, meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial, serta meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.

Namun dengan ketidakberhasilan mengumpulkan zakat, pelampiasanya seringkali lari kepada mencela terhadap sistem yang ada, yaitu karena “belum

6Nurkholik Roni, “Analisis Manejemen Strategik LAZISNU Desa Paloman Kecamatan Mijen Kota


(17)

terwujud sistem sosial dan ekonomi yang Islami,” padahal hal tersebut belum pasti. Bisa juga ketidaksuksesan pengumpulan dan pendayagunaan zakat dikalangan umat Islam yang terjadi, diduga kuat karena disebabkan beberapa faktor

Pertama, mungkin selama ini kurang menggunakan pendekatan atau metode yang tepat untuk memasyarakatkan ajaran zakat dikalangan masyarakat Islam yang berkewajiban membayar zakat. Kedua, mungkin juga pembagian zakat secara tradisional yang bersifat konsumtif sehingga tidak akan banyak membuahkan hasil, karena cepat habis dimakan. Dengan demikian, tidak mustahil terwujudnya harta hasil dari zakat menjadi penyebab dan menstrukturkan kemalasan yang berarti mengabadikan kemiskinan.

Pemikiran dan praktik zakat dikalangan umat Islam menurut Masdar Farid M. terdapat tiga kelemahan dasar yang saling terkait. Pertama, kelemahan pada segi Filosofinya: yakni tiadanya pandangan sosial yang mendasari praktik zakat, zakat mereka tunaikan semata-mata untuk memenuhi kewajiban yang ditekankan dari “atas” yang haram ditolak oerintahnya. Kedua, segi struktur dan kelembagaanya: yakni tata laksana zakat, Misalnya definisi operasional zakat, objek zakat, sasaran pembelanjaan zakat, dsb. Ketiga, segi menejemen operasionalnya yakni dalam bidang per-amil-anya atau organisasi pengelolaanya.

Merujuk dari kutipan sebelumnya bahwa potensi zakat di Indonesia yang sangat besar. Nahdlatul Ulama sebagai organisasi masyarakat dengan jumlah pengikut yang sangat besar di Indonesia dibandingkan dengan organisasi masarakat


(18)

Faisal dalam acara peluncuran Kartu Tanda Anggota NU di Ungaran Semarang Jawa Tengah (7/4/2016) yang jumlahnya mencapai 91,2 juta diantara 249 juta penduduk Indonesia yang. Jumlah ini merujuk pada survei yang dilakukan oleh LSI melalui exit poll pada tahun 2013.7 Yang mana dalam salah satu tugasnya adalah mengembangkan ekonomi umat melalui lembaga pelaksanaan program yaitu Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sedekah (LAZISNU).

Melihat dari jumlah masyarakat Nahdlatul Ulama yang sangat besar tersebut, maka seharusnya potensi peningkatan perekonomian umat melalui LAZISNU juga harus signifikan dalam upaya mengentaskan kemiskinan. Akan tetapi sampai saat ini hal tersebut belum bisa dibuktikan dengan penelitian yang ada, mengingat hampir mayoritas Sumber Daya Manusia masyarakat Nahdlatul Ulama belum bisa dikatakan baik dalam segi ekonomi.

Berkaitan dengan ini maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai “LAZISNU” Kota Surabaya. Lembaga yang dinaungi oleh organisasi masyarakat terbesar di Indinesia ini tentuntya adalah lembaga amil zakat, infak, dan sedekah yang besar diantara lembaga lain yang ada, mengingat Nahdaltul Ulama adalah organisasi Islam masyarakat dengan jumlah umat yang sangat besar. Akan tetapi jumlah pengikut yang besar tidak dapat dijadikan patokan dapat berkembangnya LAZISNU. Melihat dari beberapa ulasan yang sudah ada, oleh karena itu penulis disini tertarik untuk menfokuskan penelitian pada analisis

7

http.regional.kompas.com /04/16/Pengertian Lengkap Mengenai NU.Diakses pada 24 Nopember


(19)

partisipasi masyarakat Nahdlatul Ulama terhadap keberhasilan pengelolaan LAZISNU Kota Surabaya.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti melakukan beberapa identifikasi masalah yaitu:

a. Lemahnya kesadaran masyarakat dalam menunaikan zakat.

b. Minimnya pengetahuan masyarakat terhadap lembaga amil zakat, infak dan sedekah.

c. Sistem manajemen pengelolaan lembaga zakat yang masih monoton. d. Minimnya partisipasi masyarakat Nahdlatul Ulama terhadap lembaga

amil zakat, infak, dan sedekah.

e. Pelaksanaan lembaga amil zakat, infak, dan sedekah yang masih otonom dan independen.

2. Batasan masalah

Dengan luasnya lingkup permasalahan serta keterbatasan waktu dalam penelitian yang dilakukan berkaitan dengan keberhasilan pengelolaan LAZISNU, maka penelitian ini dibatasi pada:

a. Pertisipasi Masyarakat Nahdlatul Ulama terhadap keberhasilan pengelolaan LAZISNU Kota Surabaya.


(20)

b. Pengelolaan dana hasil dari partisipasi masyarakat terhadap keberhasilan LAZISNU Kota Surabaya.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana partisipasi masyarakat Nahdlatul Ulama terhadap keberhasilan

pengelolaan LAZISNU Kota Surabaya ?

2. Bagaimana pengelolaan dana hasil dari partisipasi masyarakat Nahdlatul Ulama terhadap keberhasilan pengelolaanLAZISNU Kota Surabaya?

D. Kajian Pustaka

Penulis tidak menemukan penelitian terdahulu yang secara khusus membahas tentang partisipasi masyarakat Nahdlatul Ulama terhadap keberhasilan

pengelolaan LAZISNU. Tetapi penulis menemukan penelitian yang masih berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis sebagai pandangan juga referensi, antara lain :

Tabel 1.1

Penelitian Terdahulu yang Relevan

No Judul Peneliti Hasil dan Perbedaan

1. Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi

Perilaku Muzakki Dalam

Membayar Zakat

Deni Riani, UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta,

2012

Signifikan antara kredibilitas dan akuntabilitas terhadap perilaku

muzakki dalam membayar zakat.


(21)

adalah fariabel x dalam penelitian ini masih bersifat umum.

2. Manajemen Strategik

LAZISNU Desa Paloman Kecamatan Mijen Kota Semarang

Roni Nurkholik, IAIN

Walisongo Semarang,

2010

sistem yang diterapkan masih klasik dan cenderung menunggu bola, artinya ; untuk memperoleh dana, pengurus lazisnu hanya menunggu kesadaran masyarakat

untuk berpartisipasi

mengembangkan lembaga tersebut. Perbedaanya adalah lokasi subjek

penelitian karena tingkat

masyarakat NU disurabaya lebih luas.

3. Pengaruh Pemahaman,

Religiusitas dan Kondisi

Keuangan Muzakki

Terhadap Kepatuhan Zaka Profesi Di Kota Yogyakarta

Muhammad Abdul

Aziz, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015

Terdapat pengaruh signifikan antara

pemahaman muzakki terhadap

kepatuhan zakat profesi. Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan sekarang lebih kepada masyarakat

Nahdlatul Ulama terhadap

pengembangan LAZISNU.


(22)

Mempengaruhi

Keinginan dan Preferensi Pengusaha Mikro Untuk Berzakat

Universitas Indonesia, 2011

pengetahuan zakat, tingkat

keyakinan, dan tingkat ibadah terhadap prefensi pengusaha mikro

dalam membayar zakat

perdagangan. Perbedaanya adalah

yang peneliti lakukan untuk

mengetahui partisipasi masyarakat

Nahdlatul Ulama terhadap

keberlanjutan LAZISNU Kota

Surabaya.

5. Pengaruh Religiusitas, Tingkat Penghasilan, dan Layanan Terhadap Minat

Muzakki Untuk

Membayar Zakat Mall di LAZISNU Yogyakarta

s’ab, A. Mus’ab,Universitas

Islam Negeri Sunan

Kalijaga

Yogyakarta,2011

Terdapat pengaruh variabel

independen (Religiusitas,

pendapatan dan kepercayaan)

terhadap variable dependen (minat

masyarakat) sebesar 71,9%.

Dimana perbedaan dengan yang peneliti lakukan adalah lebih

mengukur kepada masyarakat

Nahdlatul Ulama yang

berpartisipasi di LAZISNU Kota Surabaya.


(23)

E. Tujuan Penelitian

Seusai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui Pertisipasi Masyarakat Nahdlatul Ulama terhadap keberhasilan pengelolaan LAZISNU Kota Surabaya.

2. Mengetahui Pengelolaan dana hasil dari partisipasi masyarakat terhadap keberhasilan LAZISNU Kota Surabaya.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik kegunaan teoritis maupun praktis. Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Kegunaan teoritis:

a. Sebagai penambah khazanah keilmuan bagi para pengurus lembaga ZIS. b. Sebagai bahan pertimbangan dan pengembangan pada penelitian untuk

masa-masa mendatang. 2. Kegunaan praktis:

a. Dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengelola keberlanjutan lembaga. b. Sebagai masukan bagi pengelola sehingga perkembangan lembaga


(24)

G. Definisi Operasional

Supaya tidak terjadi kesalahpahaman dan salah penafsiran, penulis memberikan penjelasan mengenai definisi operasional sebagai berikut:

1. Partisipasi Masyarakat Nahdlatul Ulama

Menurut Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, partisipasi didefinisikan sebagai keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan.8 Oleh karena itu, dalam hal ini tolak ukur dari partisipasi masyarakat Nahdlatul Ulama sebagai muzakki di LAZISNU Kota Surabaya.

2. Pengelolaan Zakat, Infak, dan Sedekah

Pengelolaan memiliki arti yang sama dengan manajemen yang berasal dari bahasa inggris “management” yang salah satu asalnya bersal dari kata “to manage” yang bermakna mengelola atau mengendalikan. Jadi bisa

disimpulkan bahwa mengelola dan manajemen memiliki arti yang sama. Manajemen adalah proses dan perangkat yang mengarahkan serta membimbing kegiatan-kegiatan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.9 Menurut John D. Millet pada buku “Management In The Public Service” adalah proses pembimbingan dan pemberi fasilitas terhadap pekerjaan orang-orang yang terorganisir kelompok formal untuk mencapai

8

Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan

Publik, (Bandung; Alfabeta, 2013), 81.

9


(25)

suatu tujuan yang dikehendaki. Sedangkan pengelolaan zakat, infak dan sedekah semakin hari semakin terorganisir dengan baik dengan hadirnya Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah. yaitu mulai dari merencanakan mendistribusikan zakat hingga evaluasi.

H. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif dengan mengkomunikasikan realitas dengan merefleksikan sudut pandang informan. Deskripsi mengungkapkan secara detail suatu kejadan dengan menunjukkan bagian-bagian penting dalam kebudayaan itu.10

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini data yang didapatkan diproses melalui beberapa tahapan, yaitu :

1. Data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan yakni data yang perlu dihimpun untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah. Adapun data yang dikumpulkan antara lain:

a. Data Primer

1) Partisipasi masyarakat NU


(26)

b. Data Sekunder

1) Teori Partisipasi masyarakat NU 2) Konsep pengelolaan dana 2. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data skunder. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung diperoleh dari lapangan. Sedangkan data sekunder merupakan data yang dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber yang telah ada.11

a. Sumber Data Primer

Sumber primer dari penelitian yang peneliti lakukan ini adalah hasil penelitian lapangan.Untuk memperoleh data ini peneliti secara langsung mengadakan wawancara dengan pengurus lembaga LAZISNU Kota Surabaya terkait penelitian ini.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah beberapa literatur, diantaranya :

1) Muhammad, Zakat Profesi: Wacana Pemikiran Zakat dalam Fi qih Kontemporer.

2) Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam (Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2007).

11


(27)

3) Nurkholik Roni, “Analisis Manajemen Strategik LAZISNU Desa Paloman Kecamatan Mijen Kota Semarang

4) Umi Chulsum dan Windy Noura, Kamus Besar Bahasa Indonesia

5) Muhammad Junaidi, Korporasi dan Pembangunan Berkelanjutan,

6) David Sukardi Kodrat, Manajemen Strategi: membangun Keunggulan Bersaing Era Global di Indonesia Berbasis Kewirausahaan

7) James Spradley, Metode Etnografi

3. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data ditinjau dari segi cara atau teknik pengumpulannya dapat dilaksanakan dengan interview (wawancara), observasi (pengamatan), dan bahan dokumenter atau gabungan dari ketiga jenis tersebut.12

a. Wawancara (interview)

Metode interview juga bisa disebut dengan metode wawancara, “metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara”.13

Wawancara dipergunakan untuk menggali data secara meluas dan mendalam, peneliti melakukan tanya jawab dengan bertatap muka langsung dengan informan yang telah dipilih oleh peneliti.


(28)

Wawancara dilakukan kepada informan yang dapat memberikan informasi dan keterangan-keterangan penting yang berkaitan dengan penelitian.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subyek penelitian. Dokumen dapat dibedakan menjadi dua, dokumen primer yang merupakan tulisan langsung oleh seseorang yang mengalami peristiwa yang bersangkutan. Kedua, dokumen sekunder yang merupakan tulisan dari cerita orang lain.14

Untuk mendapatkan data-data yang terkait dengan penelitian, maka peneliti menggunakan dokumen, data-data, dan arsip yang ada di LAZISNU Kota Surabaya untuk dipergunakan dalam penelitian.

4. Teknik pengolahan data

Penelitian ini dalam pengolahan datanya tidak menggunakan statistik, sebab data yang diperoleh berupa narasi atau kata- kata, sehingga pengolahan datanya tidak bisa dikuantifikasikan. Teknik pengolahan data penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.15

14

Irwan Soehatono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), 70.

15


(29)

Penulis melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan penulis dalam menganalisa data.

b. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian.16

c. Penemuan hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta yang ditemukan. Yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan masalah.17

5. Teknik analisis data

Konsep dasar adanya analisis data adalah sebuah proses mengatur urutan-urutan data, mengorganisasikanya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian data.18 Untuk memenuhi konsep dasar analisis data ini peneliti melakukan analisis secara teliti dan lengkap, yakni secara mendalam dari berbagai aspek sesuai dengan lingkup penelitian sehingga tidak ada yang terlupakan.Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif, yaitu analisis yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati

16

Ibid, 245

17


(30)

dengan metode yang telah ditentukan.19 Penulis menggambarkan atau menjelaskan hasil penelitian mengenai fakta yang terjadi pada pelaksanaan menghimpun partisipasi masyarakat serta pengelolaan dana di LAZISNU Kota Surabaya, kemudian dianalisa berdasarkan teori yang ada.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan memuat uraian dalam bentuk essay yang menggambarkan alur logis dari struktur bahasan skripsi.20Untuk mempermudah pembaca dalam memahami kajian pembahasan isi skripsi ini, penulis uraikan dalam beberapa bab yaitu:

Bab pertama berisikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua Pada bab ini membahas landasan teori yang menjelaskan tentang partisipasi masyarakat Nahdlatul Ulama, serta fungsi pengelolaan yang meliputi pengertian dan fungsi pengelolaan serta konsep pengelolaan dana dalam zakat terhadap keberlanjutan LAZISNU Kota Surabaya.

Bab ketiga berisi tentang deskripsi hasil yang meliputi objek penelitian, dalam hal ini adalah LAZISNU Kota Surabaya. Dalam bab ini juga terdapat

19

Burhan Bungin, Metodoligi Penelitian Sosial(Surabaya: Airlangga, 2001), 143

20

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, 10


(31)

sub bab yang merupakan penjelasan mendetail dari objek penelitian, meliputi tinjauan umum tentang keadaan LAZISNU Kota Surabaya dan tingkat partisipasi masyarakat yang selama ini berjalan serta manajemen pengelolaan dana yang ada.

Bab keempat merupakan analisis data, yang berisi analisis terhadap data penelitian yang telah dideskripsikan guna menjawab masalah penelitian. Analisis data ini memadukan antara teori sebagaimana yang dipaparkan pada bab kedua dengan apa yang peneliti temukan dilapangan (pada bab ketiga) sebagai hasil yang digambarkan secara sistematis dan kritis, dalam bahasan bab ini meliputi analisis partisipasi masyarakat Nahdlatul Ulama serta pengelolaan dana terhadap keberlanjutan LAZISNU Kota Surabaya.

Bab kelima merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan bahasan pada bab-bab sebelumnya disertai dengan saran-saran, serta dimuat daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


(32)

TEORI PARTISIPASI MASYARAKAT, DAN

KONSEP PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK, DAN SEDEKAH

A. Partisipasi Masyarakat

1. Pengertian Partisipasi

Dalam tata pemerintahan yang baik konsep partisipasi diyakini sebagai suatu pilihan yang harus ditempuh untuk menjamin keberhasilan dari pemerintahan yang demokratis, penyelenggaraan bangunan yang berorientasi kerakyatan dan terciptanya keadilan sosial. Pilihan ini mengandung konsensi dengan menguatkan partisipasi masyarakat disatu sisi dan disisi lain pemerintah harus berperan sabagai wahana untuk masyarakat yang berbeda atau saling bertentangan.1 Menurut Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato partisipasi didefinisikan sebagai keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan.2

Siti Irene dalam bukunya yang berjudul Desentralisasi dengan mengutip pendapat dari Cohen dan Uphoff mengenal pengertian partisipasi, mendefinisikan bahwa partisipasi sebagai keterlibatan dalam proses pembuatan keputusan, pelaksanaaan program, memperoleh kemanfaatan, dan mengevaluasi program. Jadi partisipasi masyarakat dapat dikatakan sebagai

1

Suhendar, Partisipasi Masyarakat Dalam Program PNPM Mandiri, (Skripsi Universitas Sultan

Agung Tirtayasa Serang, 2012), 41

2

Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan


(33)

keterlibatan masyarakat dalam suatu hal atau program yang harus dikerjakan dan cara mengerjakanya. Keterlibatan tersebut berupa konttribusi dalam kegiatan yangtelah diputuskan serta bersama-sama memanfaatkan hasil program tersebut.

2. Pengertian Partisipasi Masyarakat

Dalam rangka pembangunan bangsa yang meliputi segala aspek kehidupan, partisipasi masyarakat memainkan peranan penting, bahkan Bintoro Tjokroamidjojo menegaskan pembangunan yang meliputi segala segi kehidupan, politik, ekonomi dan sosial budaya itu baru akan berhasil apabila kegiatan tersebut melibatkan partisipasi masyarakat.3

Sementara itu Arbi Sanit menegaskan apabila kita berbicara mengenai pembangunan, sesungguhnya yang dibicarakan adalah keterlibatan partisipasi masyarakat sebagai system terhadap masalah yang dihadapinya dan pencarian jawaban dari masalah tersebut.

Masyarakat dapat berpartisipasi dalam beberapa tahap, terutama dalam pembangunan, yakni: pada tahap inisiasi, legitimasi, dan eksekusi dan evaluasi. Pertama keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat tersebut dapat berarti keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijaksanaan. Kedua, adalah keterlibatan dalam memikul hasil dan manfaat pembangunan secara keberadilan.


(34)

Dari pendaoat yang ada tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dapat terbagi pada empat jenjang:4

1. Partisipasi Dalam Proses Pembuatan Keputusan

Setiap proses penyelenggaraan, terutama dalam kehidupan bersama masyarakat, pasti melewati tahap penentuan kebijaksanaan. Dalam rumusan yang lain adalah menyangkut pembuatan keputusan. Partisipasi masyarakat dalam hal ini sangat berdasar sekali. Terutama karena keputusan yang diambil menyangkut nasib slanjutnya secara keseluruhan. 2. Partisipasi Dalam Pelaksanaan

Partisipasi ini merupakan tindak lanjut dari tahap pertama. Dalam hal ini Ufhoff menegaskan bahwa partisipasi dalam pembangunan ini dapat dilakukan melalui keikutsertaan masyarakat dalam memberikan kontribusi guna menunjang pelaksanaan pembangunan berwujud tenaga, uang, barang material, ataupun informasi yang berguna bagi pelaksanaan pembangunan.

3. Partisipasi Dalam Pemanfaatan Hasil

Setiap usaha bersama masyarakat. Anggota masyarakat berhak untuk berpartisipasi dalam menikmati setiap hasil usaha bersama yang ada. Menurut Ufhoff dkk. Partisipasi dalam menikmati hasil dapat dilihat dari tiga segi. Yaitu dari aspek manfaat materialnya, manfaat sosialnya, dan manfaat pribadi.

4


(35)

4. Partisipasi Dalam Evaluasi

Sudah umum disepakati bahwa setiap penyelenggaraan apapun dalam kehidupan bersama, hanya dapat dinilai berhasil apabila dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Untuk mengetahui hal ini, sudah sepantasnya masyarakat diberi kesempatan menilai hasil yang telah dicapai dengan melakukan evaluasi atau memeriksa hasil dari tiga tahap sebelumnya. Dengan demikian, maka kekurangan maupun kelebihan dapat dilihat oleh masyarakat dan bisa disikapi dalam proses selanjutnya.

B. Pengelolaan Zakat, Infak, dan Sedekah

1. Pengertian Pengelolaan

Istilah pengelolaan memiliki makna yang sama dengan manajemen yang berasal dari bahasa inggris “management” yang salah satu asalnya bersal dari kata “to manage” yang bermakna mengelola atau mengendalikan. Jadi

bisa disimpulkan bahwa mengelola dan manajemen memiliki arti yang sama. Istilah manajemen ini sulit didefinisikan secara khusus karena dalam kenyataanya tidak ada definisi manajemen yang telah diterima secara ubiversal. Manajemen dapat didefinisikan dengan berbagai rumusan tergantung cara pandang pembuat definisi tersebut.5

Definisi manajemen yang diberikan oleh para ahli, yaitu sebagai berikut : Orday, dalam buku “The Art Administration” menyatakan bahwa


(36)

manajemen adalah proses dan perangkat yang mengarahkan serta membimbing kegiatan-kegiatan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.6 Sedangkan John D. Millet pada buku “Management In The Public Service” adalah proses pembimbingan dan pemberi fasilitas terhadap

pekerjaan orang-orang yang terorganisir kelompok formal untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.7

Bila kita perhatikan definisi diatas, maka akan segera tampak bahwa ada tiga hal penting yaitu, pertama, ada tujuan yang ingin dicapai, kedua, tujuan dicapai dengan mempergunakan kegiatan orang maupun sekelompok orang yang dibimbing dan diawasi. Dan menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah koleksi orang-orang yang melakukan yang melakukan aktifitas mengelolah.

2. Unsur-unsurPengelolaan

Masyarakat merupakan faktor terpenting dalam pengelolaan, karena pada dasarnya pengelolaan dilakukan oleh, untuk dan kepada manusia. Namun manusia tersebut tidak akan mencapai tujuan jika tidak ada unsur lain. Atau dengan kata lain untuk mencapai tujuan maka para pimpinan menggunakan 6 M yaitu: men, money. Material, methods, machines, dan markets.

3. Fungsi Pengelolaan 6

Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988) 45.

7


(37)

Uraian tentang proses manajemen telah dikutip oelh sarwoto menurut terry fungsi-fungsi dasar manajemen meliputi planning, controlling, actuating, dan organizing. Terry memberikan penjelasan umum atas fungsi-fungsi dasar tersebut sebagai berikut :

Planning (P) : Apa yang harus dikerjakan ? Kapan ? Dimana dan Bagaimana ?

Organizing (O) : dengan kewenangan seberapa banyak ? dan dengan sarana serta lingkungan kerja yang bagaimana ?

Actuating (A): membuat para pekerja ingin melaksanakan tugas yang telah ditetapkan dengan suka rela dan kerjasama yang baik

Controlling (C) : pengamatan agar tugas-tugas yang telah direncanakan dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan rencana dan bila terdapat penyimpangan diadakan tindakan-tindakan perbaikan.

4. Konsep Pengelolaan Zakat, Infak dan Sedekah a. Kriteria

Pengelola Zakat, Infak, dan Sedekah adalah orang atau badan yang ditunjuk dan diangkat oleh pemerintah untuk merencanakan, menghimpun, mengelola dan mendistribusikan serta membina para muzakki dan mustahik secara baik dan benar, terencana, terkontrol, dan terevaluasi sesuai dengan tata aturan yang berlaku.


(38)

beberapa ketentuan yang harus dipenuhi oleh seseorang sebelum ditunjuk dan diangkat sebagai pengelola zakat tersebut. Ketentuan yang harus dipenuhi tersebut adalah menyangkut integritas dan kredibilitas yang baik yang tergambar dalam urutan-urutan syarat utama yang akan menunjang keberhasilan pelaksanaan tugas.

Syarat-syarat yang seharusnya dimiliki oleh seseorang yang dapat ditunjuk dan diangkat untuk menjadi pengelola zakat adalah sebagai berikut:

1) Islam.

2) Mukallaf, karena akan mempertanggungjawabkan semua pelaksanaan tugasnya.

3) Jujur. Karena akan memikul dan menjalankan amanah umat. 4) Memahami hokum yang berkaitan dengan zakat.

5) Mampu melaksanakan tugas sebagai amil.8

Untuk kepentingan ini Pemerintah berkewajiban mengadakan dan membina lembaga yang dengan sungguh-sungguh mengurusi zakat.Di dalam lembaga ini terdapat petugas-petugas sebagai pemungut zakat untuk mengumpulkan zakat sebagaimana pernah dilakukan Nabi dan sahabat pada zaman mereka.9

8

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam jilid 6 (Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1996), 1996.

9

Kementerian Agama, Fiqih Zakat, Bidang Haji & Wakaf (Kementerial Agama Jawa Timur Tahun


(39)

b. Fungsi, Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab

Badan Amil Zakat sebagai pengelola zakat yang baik akan memfunsikan diri sebagai lembaga pelayanan bagi masyarakat yang akan berzakat (muzakki) dan bagi orang-orang yang membutuhkan bantuan dana zakat (mustahik). Pelayanan terhadap masyarakat yang akan berzakat dapat berupa konsultasi, penghitungan zakat yang akan dikeluarkan, dan penerimaan zakat. Sementara pelayanan terhadap mustahik dapat berbentuk penerangan tentang penggunaan bantuan dana dari zakat atau penyampaian bantuan dengan cara mengantarkanya ke tempat tinggal mustahik, bukan justru memanggil mustahik ke kantor Badan Amil Zakat.

Sementara itu tugas pokok Badan Amil Zakat sebagai pengelola adalah :

1) Menggali potensi ZIS 2) Mengumpulkan dana ZIS

3) Mengelola dana yang telah terkumpul

4) Mendistribusikan kepada mustahik secara proporsional 5) Mendayagunakan ZIS serta

6) Mengupayakan pengembangan baik dari segi sumber maupun pemanfaatanya.

Adapun amanat atau tanggung jawab yang dibebankan kepada Badan Amil Zakat adalah :


(40)

1) Memperbaiki keadaan dan taraf perekonomian masyarakat dalam hal ini para mustahik

2) Menyediakan fasilitas yang akan menunjang upaya perbaikan penghasilan bagi umat

3) Melakukan penataan administrasi umum, personalia, dan keuangan zakat

c. Pengembangan Zakat

Dalam berbagai firman Allah SWT. Tidak ditemukan perincian sumber-sumber zakat. Semua ayat tentang zakat hanya berbicara secara global dengan menggunakan lafal “ma” yang didalamnya tercakup berbagai satuan yang luas.Diantara ayat Allah SWT.10 Yang menyebutkan tentang sumber-sumber zakat secara umum adalah firman-Nya dalam QS. al-Baqoroh, ayat 267 :

ََنْيِذَلَااَه يَااي

َ

َْنِماْوُقِفْنَأَ اوُنَمَا

َ

تاَبِيَط

َ

َْمُتْبَسَكام

َ

ا َِِو

َ

ََنِمَ ْمُكَلاَنْجَرْخَأ

َ ِضْرَأا

ََثيِبَََااوُممَيَ تامَلَو

َ

َََُدْيٌََََِِِغََهّللاَّنَااْوُمَلْعَوَهْيِفَاْوُضِمْغُ تَْنَاَِّّإَِهْيِذِخَأِبَْمُتْسَلَوََنْوُقِفْنُ تَهْنِم

hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri

10


(41)

tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya, dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”

(QS. al-Baqoroh, ayat 267)

Kedua lafal ma yang terdapat dalam ayat tersebut diatas berstatus sebagai lafal umum, sehingga apa saja hasil usaha yang tergolong baik dan apa saja yang termasuk kategori hasil bumi harus dizakati. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern.Berbagai jenis usaha manusia dalam bidang ekonomi semakin tumbuh dan berkembang dengan pesatnya. Oleh karena itu, perlu pemikiran dan upaya kongkrit dari berbagai pihak, terutama para ulama dan pemikir Islam, untuk mengembangkan sumber-sumber zakat yang potensial antara lain sebagai berikut :

1) Emas, perak, dan batu mulia 2) Perhiasan yang tidak terpakai 3) Hasil peternakan

4) Uang dan surat berharga 5) Perdagangan dan jasa 6) Properti

7) Hasil pendapatan

8) Hasil pertanian, perkebunan, perikanan 9) Hasil tambang


(42)

11)Fitrah

Sumber zakat yang telah dikembangkan ini idealnya akan senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

d. Pengembangan Pengelolan dan Pendistribusian Zakat

Jika pada awalnya pola distribusi selalu menggunakan pola konsumtif, maka sejalan dengan kemajuan zaman dan tuntutan kebutuhan, pola penditribusian melangkah lebih maju dan lebih kreatif, tetapi masih berkisar pada pemecahan masalah sesaat, seperti pemberian beasiswa bagi murid yang orang tuanya tidak mampu. Akhir-akhir ini telah dikembangkan lagi dengan memberikan alat atau modal kerja.11

Apabila pengelolaan dilakukan dengan pola produktif, maka tidak semua dana zakat yang terhimpun segera disalurkan kepada para mustahik, akan tetapi sebagian dari dana tersebuat akan dekelola menjadi modal usaha. Modal akan dikelola dan dikembangkan sedemikian rupa seperti : membangun usaha property, mini market dan hasil dari pengelolaan tersebut akan didistribusikan secara adil dan bijaksana.

Dari uraian diatas maka yang dimaksud dengan pengelolaan dana zakat meliputi tiga hal berikut ini:

1) Menjaga agar tidak berkurang secara tidak wajar 2) Mengamankan agar tidak hilang

11


(43)

3) Mengembangkan dana zakat yang terkumpul

Sementara itu pendistribusian zakat menangani empat pekerjaan yaitu ;

1) Mendata dan memilih mustahik yang ada

2) Mendata dan memilih ragam kebutuhan dari para mustahik 3) Mendistribusikan dana kepada para mustahik

4) Mengupayakan agar pendistribusian tidak terpola pada konsumtif murni saja tetapi sebagian dengan pola kunsumtif kreatif dan juga produktif kreatif.


(44)

IMPLEMENTASI PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK, DAN SEDEKAH TERHADAP KEBERHASILAN PENGELOLAAN LAZISNU KOTA

SURABAYA

A. Partisipasi Masyarakat Nahdlatul Ulama

1. Profil Masyarakat Nahdlatul Ulama

Masyarakat Nahdlatul Ulama merupakan golongan dari masyarakat yang menganut organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama yang mempunyai arti kebangkitan ulama. Sebuah organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal 31 Januari 1926 M/16 Rajab 1344 H di Surabaya.

Masyarakat Nahdlatul Ulama terbentuk dari ajaran-ajaran yang bersifat sosial keagamaan dari tingkat dusun, desa, kecamatan sampai dengan kabupaten dan wilayah hingga akhirnya membentuk sebuah organisasi kemasyarakatan yang sangat besar. Berdasarkan lokasi dan karakteristiknya, mayoritas masyarakat Nahdlatul Ulama berada di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Pada perkembangan terakhir terlihat bahwa masyarakat Nahdlatul Ulama memiliki profesi beragam, meskipun sebagian besar diantara mereka adalah rakyat biasa di pedesaan. Mereka memiliki


(45)

kohesifitas yang tinggi, karena secara sosial ekonomi memiliki problem yang sama. Serta sama-sama menjiwai ajaran Ahlussnnuah Wal Jama’ah.

Dalam organisasi Nahdlatul Ulama terdapat beberapa pengelompokan masyarakat berdasarkan profesi atau usia. Dalam organisasi lebih dikenal dengan 3 macam perangkat yaitu; Lembaga, Badan Otonom, dan Badan Khusus yang ketiganya memiliki fungsi yang berbeda.1

a. Lembaga

Lembaga adalah perngkat departemen organisasi yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu. Dalam organisasi Nahdlatul Ulama memiliki 18 lembaga, diantaranya :

1) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)

2) Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU) 3) Rabithah Ma’had Islamiyah

4) Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama

5) Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama 6) Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama

7) Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama

8) Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum 9) Lembaga Seni Budaya Muslimin


(46)

10)Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU)

11)Lembaga Wakaf dan Pertanahan 12)Lembaga Bahtsul Masa’il

13)Lembaga Ta’mir Masjid 14)Lembaga Kesehatan 15)Lembaga Falakiyah

16)Lembaga Kepenulisan (Ta’lif Wan Nasyr) 17)Lembaga penanggulangan Bencana b. Badan Otonom

Bedan Otonom berfungsi melaksanakan kebijakan organisasi yang berkaitan dengan kelompok tertentu dan beranggotakan perorangan. Badan Otonom ada dua jenis. Berdasarkan usia dan profesi.

Jenis Badan Otonom berdasarkan usia; 1) Muslimat NU (Perempuan NU) 2) Fatayat NU (Perempuan Muda NU) 3) GP ANSOR (Pemuda NU)

4) PMII (Mahasiswa) 5) IPNU (Pelajar NU) 6) IPPNU (Pelajar Putri NU)


(47)

1) JQH (Qori’/Qori’ah NU) 2) Jama’ah Ahli Tharikat

3) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama 4) Serikat Buruh

5) Pagar Nusa (bela Diri)

6) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama 7) Serikat Nelayan

8) Iktan Seni Hadrah c. Badan Khusus

Badan Khusus adalah perangkat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang memilii struktur secara nasional berfungsi dalam pengelolaan, penyelenggaraan dan pengembangan kebijakan organisasi.

2. Jumlah Data Partisipasi Masyarakat Nahdlatul Ulama dan Bentuk Partisipasi Masyarakat Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama memiliki anggota yang sangat besar. Dari data yang ada melihat dari survei LSI pada tahun 2004 menyebutkan anggota masyarakat Nahdlatul Ulama tidak kurang dari 60 juta orang. Sedangkan hasil dari survei LSI terbaru pada tahun 2013 jumlahnya mencapai 91,2 Juta orang. Mereka tersebar di 30 Pengurus Wilayah, 339 Pengurus Cabang, 2.630 Majelis Wakil Cabang dan Pengurus ranting yang setiap tahun semakin berkembang.


(48)

Dalam berjalanya waktu Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mempunyai program keanggotaan yang bekerjasama dengan Bank Mandiri untuk mendata seluruh masyarakat Nahdlatul Ulama melalui e-Kartanu. Pengurus Cabang Surabaya pada tahun 2016 belum mendata secara pasti masyarakat Nahdlatul Ulama yang memiliki e-Kartanu. Karena program ini baru terlaksana hampir diseluruh pengurus Cabang pada pertengahan 2016 dan itu masih tahap sosialisasi.

Dari jumlah masyarakat Nahdlatul Ulama yang terdapat di wilayah kota Surabaya menurut Muhibbin Zuhri selaku ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Surabaya berkisar lebih dari 1 juta orang yang tersebar dalam 31 majelis Wakil Cabang. Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Surabaya menargetkan pada tahun 2017 dari kurang labih 1 juta warganya 300.000 diantaranya sudah mempunyai e-Kartanu.2

Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis. Dari sekian banyak masyarakat Nahdlatul Ulama yang berada di Kota Surabaya . LAZISNU Kota Surabaya pada tahun 2016 mendata kurang lebih 100 orang yang menyalurkan dana zakat melalui LAZISNU Kota Surabaya.3 Sedangkan dalam bentuk infak dan sedekah tidak bisa disebutkan dalam angka karena sifat pengumpulan yang dilakukan oleh LAZISNU Kota Surabaya tidak berbasis data perorangan.

2

Nu Surabaya.or.id/NU Surabaya Target 300.000 e-Kartanu. Diakses Pada 13 Februari 2017. Pkl

08.00 WIB.

3


(49)

Dalam penelitian kali ini partisipasi masyarakat lebih difokuskan kepada masyarakat Nahdaltul Ulama sebagai muzakki. Bentuk partisipasi masyarakat Nahdlatul Ulama sebagai muzakki adalah untuk langkah awal dari berjalanya semua program-program yang dirancang dan dilaksanakan oleh LAZISNU Kota Surabaya. Bentuk partisipasi masyarakat Nahdlatul Ulama lebih ditekankan dalam menyalurkan dana zakat di LAZISNU Kota Surabaya karena zakat merupakan kewajiban bagi seluruh umat Islam. Dari partisipasi masyarakat dalam hal menyalurkan dana zakat dapat diketahui dari jumlah populasi yang ada seberapa orang yang terdata menyalurkan zakatnya melalui LAZISNU Kota Surabaya.

Penyaluran zakat yang dilakukan oleh masyarakat Nahdlatul Ulama di LAZISNU Kota Surabaya melihat data yang ada merupakan angka yang sangat kecil. Karena melihat jumlah populasi yang kurang lebih mencapai 1 juta orang dengan data yang masuk hanya 100 orang. Hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor:

a. Loyalitas terhadap organisasi Nahdlatul Ulama yang belum maksimal b. Banyaknya lembaga sejenis yang berada di Kota Surabaya sehingga

menyebabkan banyak diantara masyarakat Nahdlatul Ulama yang menyalurkan zakatnya ditempat lain.

c. Kepedulian masyarakat Nahdlatul Ulama secara khusus dan masyarakat Islam secara luas terhadap praktik zakat yang masih sangat minim


(50)

d. Sosialisasi dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama terhadap masyarakat Nahdlatul Ulama terkait zakat dan lembaganya yang masih sangat minim

B. Profil LAZISNU Kota Surabaya

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Lembaga Amil Zakat Infak dan Sadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Kota Surabaya yang terletak di Jalan Raya Bubutan VI No. 2 Kelurahan Alun-Alun Contong Surabaya.Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 November 2016 sampai dengan 31 Desember 2016.

2. Sejarah LAZISNU Kota Surabaya

LAZISNU Kota Surabaya yang berlokasi Jalan Raya Bubutan VI tepatnya di Kelurahan Alun-alun Contong Surabaya, merupakan lembaga yang bergerak dalam bidang pengelolaan serta penyaluran dari dana zakat, infak, dan sedekah dibawah naungan organisasi Nahdlatul Ulama Cabang Kota Surabaya. LAZISNU Kota Surabaya tidak lahir dengan sendirinya, akan tetapi LAZISNU Kota Surabaya lahir dan berdiri sebagai amanat dari Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) yang ke-31, di Donoyudan, Solo Jawa Tengah pada tahun 2004. Secara yuridis formal LAZISNU diakui oleh dunia perbankan dan dikukuhkan oleh Surat Keputusan (SK) Menteri Agama No.65/2005.4

4


(51)

Dalam perjalananya LAZISNU Kota Surabaya sampai pada tahun 2016 ini sudah dua kali berganti manajemen kepengurusan.Yaitu pada tahun 2010 dan awal tahun 2016 ini. Hal ini dilakukan sesuai dengan peraturan organisasi Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Surabaya yang mana masa periodesasinya adalah lima tahun sekali beserta seluruh lembaga yang ada dalam organisasi tersebut. LAZISNU dibentuk menjadi salah satu lembaga yang ada dalam tubuh Nahdlatul Ulama sebagai bentuk kepedulianya terhadap kemiskinan yang masih ada di Negara ini dengan tujuan dapat membantu Negara melalui program-program pengelolaan serta penyaluran dana zakat, infak, dan sedekah kepada masyarakat.

3. Visi dan Misi LAZISNU Kota Surabaya a. Visi

“Bertekad menjadi lembaga pengelola dana masyarakat (zakat, infak, sedekah, CSR dll) yang didayagunakan secara amanah dan professional untuk kemandirian umat”

b. Misi

1) Mendorong tumbuhnya masyarakat untuk mengeluarkan zakat, infak dan sedekah secara rutin dan tetap.

2) Mengumpulkan / menghimpun dan mendayagunakan dana zakat, infak dan sedekah secara professional, transparan, tepat guna dan tepat sasaran.


(52)

3) Menyelenggarakan program pemberdayaan masyarakat guna mengatasi problem kemiskinan, pengangguran, dan minimnya akses pendidikan yang layak.

4. Struktur Organisasi LAZISNU Kota Surabaya

Struktur organisasi LAZISNU Kota Surabaya Sebagai Berikut ; Ketua Dewan Pengawas Syariah : KH. Mas Sulaiman Nur

Anggota ; DR. Achmad Muhibbin, M. Ag Direktur : H. Yusub Hidayat, S. Ip

Sekretaris Direksi : Risma Nur Izzah, S. Hum : M. Irfan

Divisi Keuangan dan Umum : H. Asmat Amshori, S. Ag : Rista, S. Ak

DIVISI Program dan Operasional : Machrus istichan, S. Ag : Ahmad Maulana

Divisi Pengembangan dan Fundraising : Mochamad Soleh, S. Ag : Haryanto, S. Ag

Devisi Media Komunikasi dan IT : Afri Ardiyanto, S. M : Arif Ardiyansyah, S. T 5. JobDescriptionLAZISNU Kota Surabaya


(53)

Adapun deskripsi mengenai pekerjaan LAZISNU Kota Surabaya sebagai berikut :5

a. Dewan Pengawas Syariah

Dewan Pengawas Syariah adalah badan yang ada di lembaga LAZISNU yang diangkat melalui musyawarah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Surabaya.

b. Direktur

Direktur adalah orang yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas pengurusan lembaga untuk kepentingan lembaga,sesuai dengan maksud dan tujuan lembaga.Serta mewakili lembaga, baik di dalam maupun di luar sesuai denganketentuan anggaran dasar.

c. Sekretaris Direktur

Sekretaris mempunyai tugas utama membantu direksi dalam membuat agenda kegiatan, menyiapkan laporan serta melakukan aktivitas kesekretariatan lembaga.

d. Devisi Umum dan Keuangan

Bagian umum melaksanakan tugas pencatatan, pengadministrasian, serta pembinaan dalammengawasi ketersediaan perlengkapan layanan di bidang umum.Bagian keuangan bertanggung jawab atas segala aktivitaskeuangan.Bagian keuangan harus melapor pada direktur. Pada jabatan ini sangat dibutuhkan kedisiplinan, kejujuran,ketelitian


(54)

serta tanggung jawab yang tinggi karena jika terjadikesalahan akan sangat fatal pada lembaga karena menyangkutkeuangan lembaga. e. Devisi Program dan Operasional

Devisi program dan operasional memiliki tugas atas seluruh aktivitasoperasional perusahaan, mulai dari pembuatan rencana program sampai dengan laporan pertanggung jawaban sesuai dengan standar lembaga hingga pengelolaan suasana kerja agar SDM mampubekerja secara optimal.

f. Devisi Pengembangan

Devisi pengembangan mempunyai fungsi melakukan perencanaan strategis lembaga serta menyusun konsep pengembangan program sesuai dengan visi dan misi lembaga.

g. Devisi Media IT

Devisi ini merupakan devisi yang fokus dalam bidang multimedia sebagai alat untuk penyampaian informasi serta melakukan terobosan progam dalam bidang multimedia yang inovatif.

C. Prosedur Pengumpulan Dana LAZISNU Kota Surabaya

Pengumpulan merupakan proses kegiatan tertentu untuk mengambil dana zakat dari para mustahik. Dalam proses pengumpulan dana zakat, infak, dan sedekah LAZISNU Kota Surabaya berjalan berdasarkan cuplikan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 tahun 2000 tentang pedoman teknis


(55)

pengelolaan zakat, dimana dalam proses pengumpulan dana, LAZISNU Kota Surabaya membentuk tim relawan yang bertugas mencari dan mengumpulkan dana dari para mustahik. dari seluruh masyarakat yang tergolong warga Nahdlatul Ulama di Kota Surabaya.

Adapun dasar dari prosedur pengumpulan adalah setiap awal tahun ada ferivikasi yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat Provinsi Jawa Timur untuk memberikan surat tugas pengumpulan dana zakat, infak dan sedekah kepada LAZISNU Kota Surabaya sebagai dasar dalam menjalankan prosedur pengumpulan. Adapun sebagian besar para mustahik tersebut merupakan para Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Surabaya yang mana pada umumnya sebagai karyawan dan wiraswasta, adapun muzaki tetap yang setiap bulan menyalurkan sehingga jenis harta yang disalurkan di LAZISNU Kota Surabaya ada 3 macam :6

1. Zakat Mal

Zakat mal adalah semua harta yang dimiliki seseorang dan telah telah memenuhi syarat-syarat berdasarkan agama Islam seperti emas, perak, binatang ternak, tumbuh-tumbuhan, dan juga uang.

2. Zakat Profesi

Zakat profesi adalah zakat penghasilan yang didapat dan diterima dengan jalanyang halal dalam bentuk upah, honor ataupun gaji.


(56)

zakat yang dikenakan pada LAZISNU Kota Surabaya adalah sebesar 2,5% denganrumus penghitungannya adalah seluruh jumlah gaji sebelum dikurangi denganpotongan-potongan yang lain (gaji kotor). Dasar nishabnya dianalogikan zakatemas + 96 gram. Bila dicermati sebenarnya gaji para PNS yang ada belum tentusampai pada nishab, tetapi mereka yang sadar dan memahami makna zakat tetapmengeluarkan zakat dari hasil profesinya sebulan sekali, yakni setelah mendapatgaji, karena apabila mengeluarkannya menunggu satu tahun maka biasanya akan

habis dipakai dan terkadang merasa sayang karena sangat terasa. 3. Zakat Perdagangan

Zakat perdagangan dikeluarkan apabila barang dagangannya telah mencapai satu nisab dan cukup hasil. Dasar nisab dari perdagangan juga dianalogikan dengan zakat emas yaitu 96 gram dengan kadar zakatnya 2,5% setelah sampai 1 nisab.

Hasil pengumpulan atau penerimaan zakat, infak, dan sedekah dalam setiap bulannya tidak tetap atau naik turun, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor:: a. Pendapatan dan kebutuhan mereka yang tidak tetap dalam setiap bulan. b. Terlalu banyaknya iuran-iuran yang dibebankan kepada warga.

c. Orang (muzakki) yang sebagai donatur tetap berpindah rumah.

d. Minimnya tenaga manajemen dalam membantu pengelolaan khususnya dari segi relawan.


(57)

D. Implementasi Pengelolaan dan Pendistribusian Dana Zakat, Infak, dan Sedekah Di LAZISNU Kota Surabaya

LAZISNU Kota Surabaya dalam mengelola dan mendistribusikan zakat, infak, dan sedekahpada tahun 2016 tidak lepas dari Visi danmisinya, yakni mengupayakan agar masyarakat merasakan kesejahteraan serta pendistribusianya juga besifat konsumtif kreatif dan produktif kreatif.Secara keseluruhan pendayagunaan zakat, infak, dan sedekah di LAZISNU Kota Surabaya dapat digolongkan ke dalam beberapa program, yaitu :7

1. Program pendidikan pesantren tahfidzul qur’an

Pesantren tahfidzul qur’an dibentuk oleh LAZISNU Kota Surabaya sebagai program unggulan dari pengelolaan dana zakat, infak, dan sedekah yang khusus diperuntukkan bagi santri yang kurang mampu dalam keadaan ekonomi atau bagi santri yatim piatu. Dimana dalam program ini seluruh santri yang ada dibimbing untuk menghafal Al-qur’an serta memperdalam ilmu agama Islam tanpa memikirkan biaya pembelajaran tersebut karena sudah ditanggung oleh LAZISNU Kota Surabaya.

2. Program peningkatan ekonomi pemberian modal usaha

Program peningkatan ekonomi pemberian modal usaha ini adalah program yang bersifat produktif kreatif dengan cara pemberian modal usaha mikro bagi keluarga kurang mampu untuk peningkatan ekonomi yang diberikan oleh LAZISNU Kota Surabaya.


(58)

3. Program sosial pendidikan beasiswa prestasi

Program sosial pendidikan beasiswa prestasi ini diberikan oleh LAZISNU Kota Surabaya kepada siswa-siswi yang luluasan Sekolah Dasar (SD) dari keluarga kurang mampu supaya dapat meringankan beban biaya pendidikan di jenjang berikutnya.

4. Program sosial peduli bencana alam

Program sosial peduli bencana alam adalah progam yang diwujudkan oleh LAZISNU Kota Surabaya sebagai bagian dari kepedulian terhadap bencana alam yang ada di Indonesia, penyaluran bantuan program ini dikhususkan dari dana yang diperoleh melalui infak dan sedekah para donatur. Bila mana ada bencara alam di Indonesia. Maka LAZISNU Kota Surabaya akan melakukan penggalangan dana.

Dari keseluruhan dana yang disalurkan oleh para muzaki melalui LAZISNU Kota Surabaya. Prosentase pengelolaan dana tersebut 90% dialokasikan untuk program pemberdayaan masyarakat. Sedangkan pihak amil sendiri prosentasenya adalah 10% dari seluruh dana yang terkumpul. Prosentase ini sebenarnya sudah ditentukan olehBadan Amil Zakat Nasional, dimana dari keseluruhan dana yang didapat oleh setiap lembaga amil zakat, prosentase dana zakat bagi amil sebesar 12,5% sedangkan untuk infak dan sedekah prosentasenya adalah 20%. Akan tetapi melalui LAZISNU Kota Surabaya prosentase tersebut diminimalisir kembali.


(59)

Gambar Skema Pengelolaan di LAZISNU Kota Surabaya :

Keterangan :

1. Pihak LAZISNU Kota Surabaya selaku lembaga amil zakat mendatangi para muzakki yang sudah didata guna menfasilitasi para muzakki dalam menyalurkan zakat, infak, dan sedekah

2. Dana yang sudah disalurkan oleh para muzakki di LAZISNU Kota Surabaya kemudian dikelola oleh pihak manajemen lembaga guna didistribusikan dalam beberapa bentuk program, antara lain : Pendidikan, Ekonomi, Sosial, dan juga Peduli Bencana.

MUZAKKI

LAZISNU KOTA SURABAYA (PROSES PENGELOLAAN )

PEDULI BENCANA (Siaga Bencana) SOSIAL

(Basiswa Prestasi) EKONOMI

(Ekonomi Mandiri) PENDIDIKAN

(Pesantren Tahfidzul qur’an)


(60)

Tabel form pendistribusian pendayagunaan di LAZISNU Kota Surabaya :

NO PROGRAM PENERIMA

MANFAAT

PENYALURAN DANA

HASIL

1 Program pendidikan

pesantren tahfidzul qur’an 20 200.000.000

2 Program peningkatan

ekonomi pemberian modal usaha

5 50.000.000

3 Program sosial pendidikan beasiswa prestasi

4 20.000.000

4 Program sosial peduli

bencana alam

- 32.550.000

Keterangan :

Skema pendistribusian diatas merupakan program kerja pada tahun 2016.

1. Program pendidikan pesantren tahfidzul qur’an merupakan program unggulan yang dilaksanakan oleh LAZISNU Kota Surabaya dengan anggaran dana setiap bulan mencapai 20 juta rupiah bagi 20 santri yang mengikuti program tersebut

2. Program peningkatan ekonomi diberikan oleh LAZISNU Kota Surabaya kepada masyarakat kurang mampu berupa rombong usaha untuk berjualan dan modal awal mencapai 10 juta rupiah dari 5 orang yang dibantu.


(61)

3. Program pemberian beasiswa diberikan kepada 4 orang siswa dari kategori kurang mampu untuk meringankan beasiswa pendidikan di tingkat SLTP dengan anggaran dana 5 juta rupiah setiap siswa yang mendapatkan.

4. Program sosial peduli bencana alam merupakan program LAZISNU Kota Surabaya yang disalurkan di pidie aceh pada Desember tahun 2016 sebagai kepedulian terhadap bencana gempa yang terjadi dengan anggaran dana yang tersalurkan berjumlah Rp. 32.550.000.

Dari data diatas, menurut Yusuf Hidayat selaku direktur LAZISNU Kota Surabaya. Bahwa dalam pelaksanaan pendistribusian dana dari LAZISNU Kota Surabaya masih ada beberapa kendala yang dihadapai, diantaranya :

1. Dari dua puluh santri yang menerima program pesantren tahfidzul qur’an ada enam santri yang yang tidak melanjutkan program tersebut hal ini disebabkan karena komitmen yang kurang dari para santri sendiri untuk program tersebut. Karena tujuan diadakanya program ini oleh LAZISNU Kota Surabaya sebagai program unggulan dalam hal pendidikan adalah untuk mencetak generasi muda yang ahli dalam bidang agama khususnya Al-qur’an tanpa membebani santri dalam hal biaya selama menempuh pendidikan tersebut. LAZISNU Kota Surabaya akan menanggung seluruh keperluan santri pada masa pendidikan..


(62)

usaha sejenis yang diberikan, harga jual produk kalah saing dengan merk lain, dan manajemen usaha yang masih minim dari penerima bantuan modal usaha tersebut.

kendala tersebut rata-rata muncul dari para mustahik yang kurang serius dalam menerima program dari LAZISNU Kota Surabaya selain itu juga manajemen pengawasan yang kurang dari pihak LAZISNU, sehingga tujuan baik dari diadakanya program pemberdayaan masyarakat berbasis pendayagunaan zakat produktif oleh LAZISNU Kota Surabaya secepat mungkin perlu diperbaiki.


(63)

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT NAHDLATUL ULAMA DAN PENGELOLAAN DANA TERHADAP KEBERHASILAN PENGELOLAAN

LAZISNU KOTA SURABAYA

A. Analisis Partisipasi Masyarakat Nahdlatul Ulama Terhadap Keberhasilan Pengelolaan LAZISNU Kota Surabaya

Masyarakat Nahdlatul Ulama merupakan penggolongan kelompok masyarakat dari masyarakat Islam secara umum. Dimana masyarakat Islam secara umum mempunyai kewajiban membayar zakat sebagai rukun Islam yang ketiga. Oleh karenanya, dalam organisasi Nahdlatul Ulama terdapat lembaga yang secara khusus mewadahi dari kewajiban tersebut, yaitu Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU). Dimana lembaga ini memberikan layanan bagi masyarakat Nahdlatul Ulama untuk menyalurkan dana zakat, infak, dan sedekahnya melalui LAZISNU.

Demi keberhasilan dari program-program yang direncanakan oleh LAZISNU Kota Surabaya, maka diperlukan beberapa faktor pendukung, salah satu faktor yang penting dalam mendukung keberhasilan tersebut adalah maksimalnya tingkat partisipasi masyarakat Nahdlatul Ulama. Karena partisipasi masyarakat merupakan pondasi awal dari berjalanya program-program yang direncanakan oleh LAZISNU Kota Surabaya.


(64)

Dalam teori unsur-unsur pengelolaan di dalam buku “Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen” yang ditulis oleh Sarwoto mengatakan bahwa partisipasi masyarakat manjadi peranan penting dalam keberhasilan pengelolaan, karena pada dasarnya bertujuan untuk manusia dan dari manusia itu sendiri. Dan secara khusus, partisipasi masyarakat dalam penelitian ini membahas tentang partisipasi masyarakat Nahdlatu Ulama.

Masyarakat Nahdlatul Ulama jumlahnya sangat besar. Karena organisasi Nahdlatul Ulama merupakan organisasi Islam terbesar jumlah pengikutnya di Indonesia. Sehingga jumlah masyarakat yang begitu besar tersebut menjadi peluang tersendiri bagi LAZISNU di setiap daerah dalam mengembangkan lembaganya masing-masing. Seperti halnya jumlah masyarakat Nahdlatul Ulama di Wilayah Pengurus Cabang Kota Surabaya yang mana dalam bab sebelumnya sudah disebutkan jumlahnya mencapai lebih dari 1 juta orang. Jumlah ini bisa dikatakan sepertiga dari jumlah keseluruhan masyarakat Kota Surabaya yang menurut Kementerian Dalam Negeri berjumlah 2.806.306 Jiwa pada Tahun 2015.

Melihat jumlah tersebut merupakan jumlah yang tidak sedikit bagi LAZISNU Kota Surabaya untuk mengembangkan lembaga tersebut. Apalagi didukung dengan perekonomian daerah yang baik dimana terdapat banyak Perguruan Tinggi serta perkantoran di Wilayahnya. Melihat hal ini, tentu banyak dari masyarakat Nahdlatul Ulama yang berada didalamnya. Hal ini tentunya menjadi


(65)

dukungan tersendiri bagi LAZISNU Kota Surabaya dalam mengembangkan lembaga melalui instrument zakat.

Dari data yang ada. Pada tahun 2016 hanya ada kurang lebih 100 muzakki yang berpartisipasi menyalurkan dana zakat, infak maupun sedekah melalui LAZISNU Kota Surabaya setiap bulan. Jumlah ini tentunya sangat sedikit dari jumlah masyarakat Nahdlatul Ulama yang berada di Kota Surabaya dimana dalam analisa penulis jumlahnya lebih dari puluhan ribu jiwa melihat dari jumlah penduduk Kota Surabaya dari data Kementerian Dalam Negeri pada tahun 2015 mencapai 2.806.306 jiwa yang menempatkan Kota Surabaya sebagai kota nomor dua dengan jumlah penduduk terbsesar sesudah Ibukota Jakarta.

Usaha yang dijalankan oleh pengurus LAZISNU kota Surabaya dalam pengumpulan dana zakat, infak, dan sedekah selama ini memang sepenuhnya belum maksimal, karena kesadaran masyarakat Islam sendiri secara umumnya masih sangat minim. Meskipun secara umum, membayar zakat merupakan kewajiban bagi seluruh umat Islam.

Dari sedikitnya jumlah partisipasi masyarakat dalam menyalurkan dana zakatnya melalui LAZISNU Kota Surabaya bukanlah tanpa alasan. Sebab Kota Surabaya merupakan salah satu kota dengan perekonomian besar di Indonesia. Dimana terdapat banyak lembaga amil zakat, infak, dan sedekah di kota ini. Melihat kondisi ini, tentunya dapat dipastikan banyak dari elemen masyarakat Nahdlatul Ulama yang menyalurkan dana zakat, infak, dan sedekahnya di


(66)

tubuh organisasi Nahdlatul Ulama bagi anggotanya yang mengharuskan membayar zakat, infak, maupun sedekah melalui LAZISNU disetiap daerah.

Hal tersebut juga yang menjadi salah satu kelemahan LAZISNU Kota Surabaya dalam mengoptimalkan partisipasi masyarakat Nahdlatul Ulama supaya menyalurkan dana zakat, infak, dan sedekahnya melalui lembaga amil zakat yang berada didalam tubuh organisasi Nahdlatul Ulama sendiri. Usaha yang selama ini dilakukan oleh pengurus LAZISNU Kota Surabaya dalam pengumpulan dana zakat, infak, maupun sedekah juga tanpa pemaksaan kepada seluruh masyarakat yang tergolong masyarakat Nahdlatul Ulama. Karena selama ini sifatnya hanya menekankan kepada pengurus cabang Nahdlatul Ulama Kota Surabaya dan juga Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama di setiap Kecamatan untuk menyalurkan dana zakat, infak dan sedekahnya melalui LAZISNU Kota Surabaya.

B. Analisis Pengelolaan Dana Terhadap Keberhasilan Pengelolaan LAZISNU Kota Surabaya

Seperti yang sudah dijelaskan pada bab II bahwa pengelolaan merupakan bagian terpenting dalam mencapai tujuan suatu organisasi sehingga keberhasilan dari program-program yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Dalam sebuah lembaga amil zakat, infak, dan sedekah yang ada, pada dasarnya memiliki suatu proses pengelolaan yang berbeda pula dengan lembaga amil yang lain. Namun harus tetap sesuai dengan aturan-aturan yang sudah ada. Begitu juga pengelolaan dana zakat, infak, dan sedekah di LAZISNU Kota


(67)

Surabaya. Implementasi pengelolaan dana zakat, infak, dan sedekah di LAZISNU Kota Surabaya. seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya secara pendayagunaan lebih mengarah pada pengembangan dana zakat, infak, dan sedekah berbasis konsumtif kreatif dan produktif kreatif yang diberikan kepada para penerima dana (mustahiq) dan ditujukan kepada keluarga kurang mampu.

Pendayagunaan zakat, infak, dan sedekah berbasis konsumtif kreatif serta produktif kreatif yang dilaksanakan oleh LAZISNU Kota Surabaya tersebut sudah sesuai dengan gagasan yang dibuat oleh Kementerian Agama Bidang Haji, Zakat, dan Wakaf dalam buku panduan “Fiqh Zakat” yang mengatakan bahwa pendistribusian zakat dan infak tidak hanya terbatas pada pola konsumtif murni tetapi sebagian dengan pola kunsumtif kreatif dan juga produktif kreatif. Melalui pendayagunaan dana zakat, infak dengan pola konsumtif kreatif serta produktif kreatif tersebut diharapkan mampu membantu para mustahik lebih mandiri serta diharapkan keberlanjutan dari program yang disalurkan lebih maksimal dalam upaya mengurangi angka kemiskinan.

Dengan demikian, pendayagunaan zakat, infak, dan sedekah yang ada di LAZISNU Kota Surabaya sudah dapat dikatakan baik. Karena dalam penyalurannya disesuaikan dengan kebutuhan fakir miskin sehingga dapat mencegah ketergantungan dan dipertimbangkan dengan skala kemampuan (skill) para mustahik. Pemberian zakat dalam bentuk produktif memang seharusnya


(68)

dilakukan dengan melihat pada keahlian dan kemampuan para mustahik dibidangnya masing-masing, karena apabila dalam pemberian hanya terpola pada konsumtif murni saja, maka zakat, infak, dan sedekah tidak menjadi berdaya guna, dan hasilnya tidak sesuai dengan tujuan.

Akan tetapi dari pengelolaan dana zakat, infak, dan juga sedekah di LAZISNU Kota Surabaya yang sudah sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh Kementerian Agama masih mengalami beberapa kendala dilapangan dalam pendayagunaan dana berbasis pengembangan ekonomi. Misalnya. Dari mustahik yang memperoleh bantuan modal usaha, usaha yang dijalankan hanya bertahan tidak lebih dari empat bulan, dari analisa penulis berdasarkan hasil wawancara yang didapat dari manajemen lembaga yang sudah dipaparkan dalam bab III, Langkah pendayagunaan yang dilakukan oleh LAZISNU Kota Surabaya sudah baik, akan tetapi dari beberapa kendala, seperti : banyaknya pesaing usaha, serta kalah dalam hal produk, kendala paling serius terletak pada manajemen usaha yang dijalankan, karena pihak LAZISNU Kota Surabaya selama ini hanya bersifat memantau dalam berjalanya usaha tersebut. Dimana dalam dunia usaha, demi terwujudnya sebuah usaha kecil menjadi usaha dengan jumlah pendapatan yang menjanjikan. Monitoring saja tidak cukup sebagai langkah berkembangnya sebuah usaha, akan tetapi butuh banyak aspek, misalkan; Perencanaan usaha yang berpeluang baik kedepan. Manajemen yang baik, mulai dari keuangan, pemasaran, produk, dan tempat usaha yang strategis. serta pengawasan yang terus menerus dari pihak LAZISNU Kota Surabaya.


(69)

Karena dalam dunia kewirausahaan, ilmu-ilmu tersebut menjadi bagian penting dalam berkembangnya suatu usaha yang dijalankan. Apalagi dalam masalah ini modal yang didapat bersumber dari dana zakat dan infak yang tujuanya membantu mengentaskan kemiskinan bagi masyarakat kurang mampu. Hal ini akan menjadi sia-sia jika aspek dalam dunia wirausaha tersebut tidak diikutsertakan.

Oleh karenanya hal tersebut harus dilakukan oleh LAZISNU Kota Surabaya. supaya keberlanjutan dari program pendayagunaan dana zakat, infak, dan sedekah dengan pola produktif kreatif bisa berjalan dengan baik dan bisa berkembang sesuai dengan apa yang direncanakan.

Selain itu, penyaluran dana zakat, infak, dan sedekah kepada para mustahik dengan pola konsumtif kreatif seperti program dalam bidang pendidikan pesantren tahfidz al-Qur’an harus terus dimaksimalkan, karena program ini merupakan prioritas utama dari pendayagunaan dana zakat, infak, dan juga sedekah tersebut. Dimana manajemen dari program ini sudah bagus, hanya saja kendala yang muncul disebabkan dari para santri yang kurang serius dalam mengikuti pendidikan tersebut sehingga jumlah yang ditargetkan dari dua puluh santri pada tahun 2016 sedikit tidak terpenuhi.

Dengan melihat sistem pendayagunaan dengan pola konsumtif kreatif dan juga produktif kreatif yang diterapkan di LAZISNU Kota Surabaya tersebut. Dan dengan beberapa perkembangan yang didapat oleh para mustahik serta beberapa


(70)

perlu ada evaluasi secepat mungkin yang harus dilakukan oleh LAZISNU Kota Surabaya. supaya program-program yang dijalankan dapat berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan dan dari waktu kewaktu keberlanjutanya dapat dikembangkan dengan baik.


(71)

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dipaparkan didepan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Bahwa dari jumlah masyarakat Kota Surabaya yang mencapai 3 juta jiwa lebih dan masyarakat yang berlatar belakang organisasi Nahdlatul Ulama berjumlah 1 juta orang, hanya kurang dari ratusan orang yang berpartisipasi menyalurkan dana zakat, infak, dan sedekahnya melalui LAZISNU Kota Surabaya. Artinya tingkat partisipasi masyarakat Nahdlatul Ulama terhadap keberhasilan Lembaga amil zakat yaitu LAZISNU milik organisasi Nahdlatul Ulama masih sangat minim sekali. Hal ini tidak lepas dari banyaknya lembaga amil zakat, infak, dan sedekah yang berada di wilayah Kota Surabaya, dan tidak ada ketentuan mengikat dari Organisasi Nahdlatul Ulama terhadap pengikutnya untuk menyalurkan dana zakat, infak, dan sedekahnya melalui LAZISNU, sehingga tidak menutup kemungkinan banyak dari kalangan masyarakat Nahdlatul Ulama yang berpartisipasi menyalurkan dana zakat, infak dan sedekahnya ditempat lain.


(1)

perlu ada evaluasi secepat mungkin yang harus dilakukan oleh LAZISNU Kota Surabaya. supaya program-program yang dijalankan dapat berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan dan dari waktu kewaktu keberlanjutanya dapat dikembangkan dengan baik.


(2)

62

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dipaparkan didepan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Bahwa dari jumlah masyarakat Kota Surabaya yang mencapai 3 juta jiwa

lebih dan masyarakat yang berlatar belakang organisasi Nahdlatul Ulama berjumlah 1 juta orang, hanya kurang dari ratusan orang yang berpartisipasi menyalurkan dana zakat, infak, dan sedekahnya melalui LAZISNU Kota Surabaya. Artinya tingkat partisipasi masyarakat Nahdlatul Ulama terhadap keberhasilan Lembaga amil zakat yaitu LAZISNU milik organisasi Nahdlatul Ulama masih sangat minim sekali. Hal ini tidak lepas dari banyaknya lembaga amil zakat, infak, dan sedekah yang berada di wilayah Kota Surabaya, dan tidak ada ketentuan mengikat dari Organisasi Nahdlatul Ulama terhadap pengikutnya untuk menyalurkan dana zakat, infak, dan sedekahnya melalui LAZISNU, sehingga tidak menutup kemungkinan banyak dari kalangan masyarakat Nahdlatul Ulama yang berpartisipasi menyalurkan dana zakat, infak dan sedekahnya ditempat lain.

2. Sementara itu pencapaian keberhasilan dari manajemen dalam mengelola


(3)

dari beberapa kendala yang dihadapi, sehingga pengelolaan yang sudah direncanakan sebelumnya sering mengalami hambatan di lapangan. Salah satunya dari segi kurangnya tenaga perasional dalam mengelola lembaga sehingga menjadikan LAZISNU Kota Surabaya masih kesulitan untuk mengoptimalkan sasaran utamanya yaitu mengumpulkan dana zakat, infak, dan sedekah dari kalangan masyarakat Nahdlatul Ulama. selain itu pendayagunaan yang dilakukan juga belum ada control maupun pengawasan dari pihak LAZISNU Kota Surabaya, oleh karenanya kesimpulan dalam penelitian kali ini masih belum mencapai kata berhasil.

B. Saran

1. Hendaknya LAZISNU Kota Surabaya sebagai lembaga yang berda di satuan

induk organisasi Nahdlatul Ulama yang memiliki kekuatan dalam jumlah populasi pengikutnya lebih memaksimalkan potensi tersebut, yakni diadakanya koordinasi dengan lembaga dibidang lain yang juga bernaung di organisasi Nahdlatul Ulama, dimana setiap lembaga pasti mempunyai pengurus dengan jumlah yang cukup, dan bila dimaksimalkan dalam pengelolaan khususnya pengumpulan dana zakat, infak, dan sedekah akan berpotensi sangat baik kedepan bagi perkembangan dan keberlanjutan LAZISNU Kota Surabaya.

2. Agar lebih memaksimalkan dari segi manajemen operasional LAZISNU Kota


(4)

infak, dan sedekah melalui LAZISNU Kota Surabaya bisa diwadahi lebih baik kedepan. Hak-hak yang didapat oleh amil juga harus sesuai dengan kebutuhan amil supaya pihak amil selaku pengelola lembaga lebih maksimal lagi dalam membantu pengelolaan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. Metodoligi Penelitian Sosial. (Surabaya: Airlangga. 2001).

Dahlan, Abdul Azis. Ensiklopedi Hukum Islam Jilid 6. Ichtiar Baru Van Hoeve.

Jakarta, 1996.

Effendi, Masri Singarimbun dan Sofian. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES,

1989.

Effendi. E. M. Manajemen. (Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1986).

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya. Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi.

http.regional.kompas.com /04/16/Pengertian Lengkap Mengenai NU. Diakses pada

24 Nopember 2016.

Kementerian Agama. Fiqih Zakat. Bidang Haji & Wakaf Kementerial Agama Jawa

Timur Tahun 2011.

Muhammmad, Zakat Profesi, Wacana Pemikiran Zakat Kontemporer (Jakarta,

Salemba Diniyah, 2002).

Mujahidin, Akhmad, Ekonomi Islam (Jakarta, Rajagrafindo Persada,2007).

Mardikanto Totok dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Perspektif Kebijakan Publik, (Bandung; Alfabeta, 2013).

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2009).

Nu Surabaya.or.id/NU Surabaya Target 300.000 e-Kartanu. Diakses Pada 13

Februari 2017.

Noura. Umi Chulsum dan Windy. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya:

Kashiko Surabaya, 2006.


(6)

Roni, Nurkholik. “Analisis Manajemen Strategik LAZISNU Desa Paloman Kecamatan Mijen Kota Semarang “(Skripsi IAIN Wali Songo Semarang 2010).

Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. (Jakarta: Ghalia Idonesia, 1988).

Spradley, James. Metode Etnografi. (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997).

Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. (Jakarta: Alfabeta, 2006).

Soehatono, Irwan. Metode Penelitian Sosial. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

1999).

Sugiono. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfa Beta, 2008).

Suhendar. Partisipasi Masyarakat Dala Program PNPM Mandiri. Skripsi Universitas