TIPIKAL PESAN DAKWAH DALAM FILM RELIGI BESTSELLER INDONESIA PERIODE 2015 : ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES.

(1)

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh : Moch. Faris Azmi

NIM. B01212018

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

viii

ABSTRAK

Moch. Faris Azmi, NIM. B01212018, Tipikal Pesan Dakwah Dalam Film Religi

Bestseller Indonesia Periode 2015 (Analisis Simiotika Roland Barthes). Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Pesan Dakwah dan Film Religi

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah : Bagaimana Tipikal Pesan Dakwah Dalam Film Religi Best Seller Indonesia Periode 2015? bertujuan untuk mengetahui Tipikal Pesan Dakwah Dalam Film Religi Best Seller Indonesia Periode 2015.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode analisis semiotika yang mengacu pada teori Roland Barthes dengan menggunakan teknik konotasi dan denotasi dalam mengungkapkan sebuah makna dari Tipikal Pesan Dakwah Dalam Film Religi Bestseller Indonesia Periode 2015. Sedangkan unit analisis dalam penelitian ini adalah dialog yang dilakukan, pemeranan, serta ilustrasi musik dalam Film Religi Bestseller

Indonesia Periode 2015.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa tipikal pesan dakwah dalam film religi bestseller Indonesia priode 2015 meliputi: masalah Syariah dan masalah Akhlak. Masalah syariah meliputi film Mencari Hilal, Ayat-ayat Adinda dan film Surga yang Tak di Rindukan dan masalah akhlak meliputi film Harim di Tanah Haram dan film Air Mata Surga. Dalam konteks ini tipikal pesan dakwah yang lebih menonjol pada periode 2015 adalah ke pesan Syariah.

Skripsi ini hanya sebatas mengkaji tentang Tipikal Pesan Dakwah, diharapkan peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan teori sosial dan memperdalam metode penelitian.


(7)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Agama Islam selalu mengharuskan pemeluknya untuk terus menerus menyebarkan kepada umat manusia, bukan dengan paksaan atau kekerasan. Dakwah merupakan aktifitas yang sangat penting untuk mengajak dan menggerakkan masyarakat atau individu untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.1 Sehingga kita tidak melanggar norma yang sesuai dengan alquran dan hadis.

Islam sendiri adalah agama yang menyerukan untuk aktif melakukan kegiatan dakwah, dengan perkembangan yang cukup pesat, di sana pula dibutuhkan kecepatan teknologi dan informasi yang sangat penting diera globalisasi. Sebagai seorang muslim kita harus bisa memanfaatkan dengan baik bagaimana menyebarkan dakwah yang benar dan baik. Sesuai firman Allah Quran surat Al Maidah ayat 67:











































1


(8)

Artinya : Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang orang yang kafir.2

Berdakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Untuk mencapai dakwah yang efektif maka diperlukan media. Di zaman yang serba modern ini banyak sekali bermunculan media yang bersaing untuk semakin canggih. Maka

disinilah peran para da’i untuk memilih dan memanfaakan media secara optimal. Salah satu media yang mempunyai peluang besar adalah film karena hampir semua orang dari semua usia menyukai film. Selain memiliki fungsi entertainmen, film juga berfungsi sebagaimana media yang lain yakni edukatif, informatif dan control sosial.3

Pada buku Ilmu Dakwah karangan Prof. Dr. H. Moh. Ali Aziz, M.Ag mengatakan bahwa, pengertian dakwah adalah aktifitas penyampaian ajaran Islam kepada orang lain dengan cara yang bijaksana untuk terciptanya individu dan masyarakat yang bisa menghayati dan mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Usaha dakwah juga bisa dilakukan melalui lisan maupun tulisan yakni yang bersifat mengajak, menyeru agar mentaati Allah dan menjauhi larangan-Nya.4

Pesan-pesan dakwah harus mampu berlomba dengan rangsangan yang berseliweran disekitar kehidupan manusia. Dakwah harus mampu menciptakan

2

Departemen agama RI, AL-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: mujamma’,1990), hal 172

3

Ahmad Y. Samantho, Jurnalistik Islami, (Jakarta: Harakah, 2002), h.64

4


(9)

suatu rangsangan yang dominan terhadap komunikannya (penerima pesan) sehingga mampu memalingkan komunikannya tersebut dari rangsangan-rangsangan lain yang bertentangan dengan harapan dakwah. Dalam dakwah sendiri sangat luas bagaimana cara penyampai pesan dakwah kepada para

komunikan (mad’u) salah satunya melalui media sebagai cara kita menyebarkan

ajaran agama islam.

Media elektronika mempunyai peranan yang besar dan luas sebagai alat penyampai informasi maupun sebagai alat komunikasi. Peranannya yang besar dan luas ini menempatkan posisinya begitu penting dan dibutuhkan manusia dalam kehidupannya. Bahkan dalam perkembangannya di indonesia, media elektronika sudah bukan merupakan kebutuhan sekunder melainkan sudah menjadi kebutuhan primer. Internet, TV, Radio hampir tersebar merata keseluruh nusantara.

Begitupun dalam dunia perfilman, film merupakan media yang komplit percampuran antara seni dan teknologi (audio visual). Hal ini yang menjadi peluang bagi para pendakwah untuk berdakwah melalui film, meski pada faktanya mereka harus berhadapan dengan industri perfilman kapitalis. Selain mudah dipahami dalam menyampaikan pesan, film juga dapat dijadikan hiburan bagi masyarakat untuk melepas kepenatan setelah beraktifitas.

Pesan dakwah bisa disampaikan melalui media audio visual yang dikemas dalam film, tergantung bagaimana cendekiawan muslim bisa ikut mengisi dunia perfilman dengan menyisipkan pesan dakwah. Film yang bernuansa islami masih


(10)

sangat sedikit di indonesia kebanyakan film masih berkutat dalam nuansa horor, romansa cinta dan bahkan tak jarang film barat mengisi perfilman di indonesia. Pesan dalam sebuah film terkadang bergantung pada masing-masing personal dalam memaknai dan menafsirkan isi dari film itu sendiri.5dalam hal ini sangat

memungkinkan nilai-nilai dakwah muda kita cari dalam suatu perfilman.

Film merupakan cangkokan dari berbagai teknologi dan unsur-unsur kesenian. Yaitu cangko kan dari perkembangan teknologi fotografi dan rekaman suara. Kemampuan bertumbuh film sangatlah bergantung pada tradisi bagaimana unsur -unsur cangkokan teknologi dan unsur seni dari film-yang dalam masyarakat masing-masing berkembang pesat–dicangkok dandihimpun. Dengan demikian tidak tertinggal dan mampu bersaing dengan teknologi media dan seni lainnya.

Pada dunia perfilman Indonesia mempunyai karakteristik/genre bermacam-macam antara lain aksi, keluarga, romantika dan religi. Disitu lah para aktor dakwah mempunyai peluang untuk menyampaikan suatu yang lebih baik. Salah satunya yang diambil para pendakwah adalah perfilman yang bergenre religi.

Film- film religi sangat jarang ditemui pada film Indonesia pada saat ini. Selain hanya ditonton oleh orang-orang tertentu, daya tarik dalam film religi kurang menarik. Padahal yang terjadi adalah sebaliknya. Banyak pelajaran yang dapat diambil setelah menonton film tersebut. Film religi mulai berproduksi seiring dengan banyaknya film Indonesia yang sudah bermunculan.

5


(11)

Religi tidak hanya menyuguhkan tontonan yang bersifat menghibur saja. Tetapi film religi juga menyuguhkan tontonan yang dapat memberikan manfaat bagi para penontonnya. Tayangan film religi baik cerita dialog serta acting yang diperankan aktris dan aktornya dapat dijadikan contoh yang baik karena film religi tersebut mengandung pesan dakwah. Pada periode tahun 2015 sangatlah banyak para produser atau direktur perusahaan perfilman indonesia memproduksi film bernuansa religi sehingga membuat para penikmat film atau menonton film yang sudah disuguhkan.

Sebut saja film religi dengan judul surga yang dirindukan yang terbilang fenomenal. Dari awal tahun 2015 hingga senin (19/1/2015) film ini menarik hingga 538.606 juta penonton.6 tentu jumlah ini akan terus bertambah minat untuk

menonton film ini. Kesuksesan surga yang tak dirindukan membuka jalan bagi film religi lain untuk dapat tayang dengan harapan kesuksesan yang sama dengan film sebelumya. Mencari Hilal, Surga yang Tak di Rindukan, Harim di Tanah Haram dan Hijab adalah judul-judul film religi di Indonesia produksi tahun 2015.

Pada kesempatan kali ini peneliti meneliti pesan dakwah yang ada pada film religi dengan menganalisis beberapa judul film religi dengan tema berbeda yang mewakili dari film-film religi produksi tahun 2015 kemudian membandingkannya untuk diamati masing-masing pesan dakwahnya. Peneliti akan mengupas satu persatu film tersebut pastilah berbeda dalam menyuguhkan tontonan yang dapat memberikan manfaat bagi para penontonnya. Berpijak dari latar belakang ini,

6

http://showbiz.liputan6.com/read/2163256/ya-tidak-ada-film-akhir-tahun-yang-capai-1-juta-penonton, diakses 6 april 2016


(12)

maka timbulah ide untuk mengadakan penelitian dengan judul “Tipikal Pesan Dakwah Dalam Film Religi Bestseller Indonesia Tahun Periode 2015”

B. Rumusan Masalah

Setelah melihat latar belakang yang ada dan agar tidak terjadi kerancuan, penulis dapat membatasi dan merumuskan permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian. Adapun rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana makna denotasi tipikal pesan dakwah dalam film religi best seller Indonesia periode 2015?

2. Bagaimana makna konotasi tipikal pesan dakwah dalam film religi

best seller Indonesia periode 2015?

3. Bagaimana tipikal pesan dakwah dalam film religi best seller Indonesia periode 2015?

C. Tujuan Masalah

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Tipikal Pesan Dakwah Dalam Film Religi Best Seller Indonesia Periode 2015.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan berdaya guna sebagai berikut:


(13)

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat wawasan baru terhadap pengembangan Ilmu di bidang Dakwah pada Komunikasi Penyiaran Islam.

2. Secara praktis

a. Bagi Peneliti

Dengan penilitian ini, sangat besar harapan dapat mengetahui dan memahami Kategorisasi Tipikal Pesan Dakwah pada Film Religi Bestseller Indonesia Periode 2015. Dengan begitu hasil penelitian ini bisa menjadi bahan acuan pembelajaran bagi penulis agar dapat mengamalkannya. Serta dalam rangka memenuhi kredit semester guna mengahiri masa perkuliahan. b. Bagi Masyarakat Sosial

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam penyampaian dakwah dengan menggunakan media cetak pada Film.

c. Secara Akademis

Dari hasil penelitian ini pula, harapan besar bagi peniliti bisa menjadikan tema ini sebagai bahan atau kajian bagi penelitian-penelitian berikutnya. Untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar strata satu (S1) pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.


(14)

E. Konseptualisai

Konsep pada hakikatnya merupakan istilah, yaitu satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu gejala atau menyatakan suatu ide (gagasan).7 Untuk memperoleh pemahaman mengenai penelitian ini, maka

penulis perlu menjelaskan definisi pokok dan teori-teori yang dikembangkan sesuai dengan judul, untuk menghindari salah pemahaman atau ketumpang tindihan makna dalam masalah penelitian ini. Peneliti uraikan sebagai berikut :

1. Pesan Dakwah

Pesan (message) adalah ide-ide atau gagasan atau buah pikiran yang disampaikan oleh sumber kepada orang lain denagn tujuan (destination) agar orang lain bertindak sama sesuai dengan harapan yang dituangkan dalam pesan tersebut.8

Dakwah sendiri mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan.9

7

Irawan Soeharto, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 4.

8

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hal. 2

9


(15)

Jadi yang dimaksud dengan pesan dakwah adalah suatu yang disampaikan dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana tanpa adanya suatu paksaan yang bersumberkan pada Al-Qur’an dan Sunnah

2. Film Religi

Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau di tayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan atau lainnya.10

Religi adalah “agama” dan bersal dari bahasa latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligari yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan berreligi seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.11 Jadi yang

dimaksud dengan film religi adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar bercirikan tentang keagamaan dan dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya, denagn atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronok.

10

http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=18417&cl=Berita, diakses 25 April 2009

11


(16)

3. Analisis Semiotika

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda- tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan didunia ini, di tenga-tenga manusia dan bersama manusia. Simiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (tocommunicate).12

Semiotika sebagai suatu pembelajaran dari ilmu pengetahuan sosial yang memiliki unit dasar yang disebut tanda. Tanda itu bisa dipersepsikan seperti contoh ketika kita berkomunikasi dengan seseorang, baju yang kita pakai, makan dan minuman yang sedang dimakan, dan itu dapat ditemukan dimana-mana. Tanda itu juga dapat didefinisikan sebagai yang mewakili sesuatu lain. Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis semiotik. Rangkaian gambar dalam film menciptakan imajinasi dan sistem penandaan. Karena itu bersamaan dengan tanda-tanda arsitektur, terutama indeksikal, pada film terutama digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda – tanda yang menggambarkan sesuatu. Penelitian terhadap bentuk yang bersifat audio visual ini dapat dilakukan dengan memilih satu model analisis tertentu, seperti Rolland Barthes.13

12

Alex Sobur. Simiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Hal, 15.

13


(17)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Rolland Barthes. Rolland Barthes ini adalah salah satu dari beberapa pemikir yang memikirkan teori Semiotika ini. Teori Barthes menjelaskan dua tingkat pertandaan yaitu denotasi dan konotasi. Denotasi adalah hubungan eksplisit antara tanda dengan referensi atau realitas dalam pertandaan, sedangkan konotasi adalah aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi.

F. Sistematika Pembahasan

Pada kesempatan ini peneliti membuat sistematika pembahasan agar penelitian yang dilakukan dapat terarah dan menjadi suatu pemikiran yang terpadu sehingga mempermudah dalam memahami isi penulisan, baik penulis maupun pembaca.

BAB I, dalam bab ini terdapat latar belakang masalah, rumusan maslah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, konseptualisasi, metode penelitian, kajian terdahulu, dan sistematika penulisan.

BAB II, dalam bab ini berisikan tentang tinjauan umum tentang film, sejarah perkembangan film, film sebagai media dakwah, kemudian terdapat pula tinjauan umum tentang semiotik, konsep semiotika Roland Barthes.

BAB III, pada bab ini berisikan Pendekatan dan Jenis Penelitian metode penelitian, yang mencangkup; objek dan subjek penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian.

BAB IV, pada bab ini membahas penyajian analisa data, yang berisikan; data film religi bestseller Indonesia periode 2015 profil film


(18)

“religi bestseller Indonesia periode 2015”, sinopsis film “religi bestseller

Indonesia periode 2015”, penyajian data, analisis data.

BAB V, pada bab ini penulis mengakhiri skripsi ini dengan memberikan kesimpulan yang berfungsi menjadi jawaban umum yang terdapat pada bab1, serta diikuti saran penulis.


(19)

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKAAN A. Pesan Dakwah

1. Pengertian Pesan Dakwah

Pesan ialah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Dan pesan disini merupakan seperangkat simbol verbal atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, maksud sumber tadi. Pesan itu sendiri memiliki tiga komponen yaitu makna simbol yang digunakan menyampaikan makna dan bentuk, atau organisasi pesan.1

Allah SWT berfirman, dalam surat al-Anbiya’ ayat 7:



































Artinya:“Kami tiada mengutus Rasul Rasul sebelum kamu

(Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, Maka Tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang

berilmu, jika kamu tiada mengetahui.” (QS. Al-Anbiya’:7)2 Nabi Muhammad SAW bersabda:

ريغيلف ا ًرك م مك م ىأر م

كل و بلقبف عطتسي مل إف اسلبف عطتسي مل إف يب

ا يءاافعضأ

1

Ibid. hal. 97

2

Departemen agama RI, AL-Quran dan Terjemahnya (Al-Anbiya‟ ayat 7), PT Sygma, Bogor, 2007, hlm. 322.


(20)

“Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan

tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman”(HR. Muslim).3

Dalam ilmu komunikasi pesan dakwah adalah message, yaitu simbol-simbol. Dalam literatur berbahsa Arab, pesan dakwah disebut maudlu‟ al-da‟wah.4 Dengan demikian yang dimaksudkan atas pesan-pesan dakwah itu ialah semua pernyataan yang bersumberkan Al-Qur’an dan Sunnah, baik tertulis maupun lisan dengan pesan-pesan (risalah) tersebut.5

2. Sumber Pesan Dakwah

Pesan dakwah merupakan materi yang disampaikan seorang da’i kepada mad’u. Seorang da’i melakukan proses yang logis untuk

menetapkan materi dakwah yang akan dipergunakan, dengan jalan memilih dan memilah materi dakwah yang relevan untuk disampaikan

Pada prinsipnya, pesan apapun dapat dijadikan sebagai pesan dakwah selama tidak bertentangan dengan sumber utamanya, yaitu

Al-Qur’an dan Hadis. dengan demikian semua pesan yang bertentangan

terhadap isi Al-Qur’an dan hadis tidak dapat disebut sebagai pesan dakwah. Semua orang dapat berbicara tentang moral, bahkan dengan

3

Imam Muhammad bin Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari, (Jakarta: Pustaka As Sunnah, 2001), h.610

4

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (edisi Revisi), (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 318

5


(21)

mengutip ayat Al-Quran sekalipun. Akan tetapi, jika hal itu dimaksudkan untuk pembenaran atau dasar bagi kepentingan nafsunya semata, maka demikian itu bukan termasuk pesan dakwah. Pesan dakwah pada garis besarnya terbagi menjadi dua, yaitu pesan utama (Al-Qur;an dan Hadis) dan pesan tambahan atau penunjang (selain Al-Qur’an dan Hadis).6

a. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah firman Allah Swt (kalammullah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui perantara malaikat Jibril dan dinilai ibadah bagi yang membacanya. Al-Qur’an merupakan sumber utama bagi umat Islam dalam mengarungi kehidupan ini sesuai dengan aturan Allah Swt. Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw. sepanjang masa.7

b. Hadits

Hadits adalah sumber kedua ajaran Islam setelah Al-Qur’an. Ia terdiri atas ucapan, perbuatan atau persetujuan secara diam dari Nabi. Makna hadits dalam islam merupakan istilah yang dinisbahkan pada riwayat spesifik mengenai ucapan dan perbuatan Nabi. Pada masa Nabi, narasi hadits berbentuk informal, di mana orang-orang di sekitarnya membicarakan apa yang dikatakan atau dilakukan Nabi persis seperti mereka membicarakan tentang perbuatan mereka sehari-hari.8

6

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (edisi Revisi), (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 319

7

Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013). Cetakan ke-3, hal. 22

8


(22)

c. Rakyu Ulama (Opini Ulama)

Islam merupakan umatnya untuk berpikir-pikir, berjihad menemukan hukum-hukum yang sangat operasional sebagai tafsiran dan akwil Al-Qur’an dan Al-Hadits. Maka dari hasil pemikiran dan penelitian para ulama ini dapat pula dijadikan sumber kedua setelah Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dengan kata lain penemuan baru yang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits dapat pula dijadikan sebagai sumber materi dakwah.9

3. Macam-macam Pesan Dakwah a. Masalah Akidah

Aqidah dalam Islam adalah sifat i‟tiqad bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Dibidang aqidah ini bukan saja pembahasannya tertuju masalah-masalah yang wajib di-imani, akan tetapi materi dakwah meliputi juga masalah-masalah yang dilarang sebagai lawannya, misalnya syirik (menyekutukan adanya Tuhan), ingkar dengan adanya Tuhan dan sebagainya.

Pengertian akidah secara istilah (dalam agama) berarti perkara yang wajib benarkan oleh hati, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Menurut Hasan al-Banna akidah adalah beberapa

9


(23)

perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, yang tidak tercampur sedikitpun dengan keraguan.10

b. Masalah Syariah

Syariah dalam Islam adalah berhubungan erat dengan amal lahir (nyata) dalam rangka menataati semua peraturan atau hukum Allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia.

Masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah syariah bukan saja terbatas pada ibadah kepada Allah, akan tetapi masalah sesama manusia diperlukan juga. Seperti hukum jual beli, berumah tangga, bertetangga, warisan, kepemimpinan dan amal-amal saleh lainnya. Demikian juga larangan Allah seperti minum, berzina, mencuri dan sebagainya termasuk pula masalah-masalah yang menjadi dakwah Islam (nahi anil munkar).11

c. Masalah Akhlak

Ditinjau dari segi bahasa, akhlak berasal dari bahasa Arab

akhlaq yang merupakan betuk jamak dari khuluq, khuluq, yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku.

Masalah akhlak dalam aktivitas dakwah (sebagai materi dakwah) merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting

10

Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013). Cetakan ke-3, hal. 58

11


(24)

dibanding dengan masalah keimanan dan keislaman, akan tetapi akhlak adalah penyempurna keimanan dan keislaman.12

B. Katagori Film

1. Pengertian Film

Film adalah sekumpulan gambar-gambar bergerak yang dijadikan satu untuk disajikan ke penonton (publik). Film mempunyai kelebihan bermain pada sisi emisional dan mempunyai pengaruh yang lebih tajam untuk memainkan emosi penonton, film hadir dalam bentuk penglihatan dan pendengaran, dengan penglihatan dan pendengaran inilah penonton dapat melihat langsung nilai-nilai yang terkandung dalam film.13

Film adalah alat komunikasi massa yang memperoleh lembaga-lembaga komunikasinya dalam bentuk bayangan hidup diatas bayangan putih, hal ini dilakukan atas bayangan proyektor, sedangkan filmnya sendiri adalah rentetan foto diatas seoid.14

Film menunjukan kita pada jejak-jejak yang ditinggalkan pada masa lampau, cara menghadapi masa kini, dan keinginan manusia untuk masa yang akan datang, sehingga dengan perkembangannya film bukan lagi sekedar menampilkan citra bergerak (Moving Images), namun juga

12

Ibid. hal. 62-63

13

Syukriyadi Sambas, Komunikasi Penyiaran Islam (Bandung: Benang Merah Press, 2004), hal. 93

14

Yoyon Mudjiono, Komunikasi Penyiaran Islam (Surabaya: Fak. Dakwah, IAIN Surabaya), hal 76


(25)

diikuti oleh muatan-muatan kepentingan tertentu, seperti halnya politik, kapitalisme, dan hak-hak asasi manusia.15

Esensi film adalah gerakan atau lebih tepat lagi gambar yang bergerak. Dalam bahasa Indonesia, dahulu dikenal dengan istilah gambar hidup, dan memang gerakan itulah yang merupakan unsur pemberi hidup kepada suatu gambar yang betapapun sempurnanya teknik yang dipergunakan, belum mendekati kenyataan hidup sehari-hari, sebagaimana halnya dengan film. Untuk meningkatkan kesan dan dampak dari film, suatu film diiringi dengan suara yang dapat berupa dialog atau musik. Dalam film yang baik, dialog dan musik hanya dipergunakan apabila film tidak, atau kurang mampu memberi kesan yang jelas kepada komunikan melalui gerakan saja, sehingga dialog maupun musik merupakan alat bantu penguat ekspresi.

Di samping suara dan musik, warna juga mempertingkat nilai

“kenyataan” pada film, sehingga unsur “sungguh-sungguh terjadi” dan

“sedang dialami oleh khalayak” pada saat film diputar, makin

terpenuhi. Dengan demikian, film merupakan suatu sarana komunikasi yang mengaktualisasi suatu kejadian untuk dinikmati pada saat tertentu oleh khalayak, seakan-akan sedang mengalami apa yang dibawakan oleh film secara nyata. Oleh karena itu film mampu mengatasi masalah hambatan waktu seakan-akan “menarik suatu kejadian dari masa

15


(26)

lampau ke masa kini”, dan ini dapat disaksikan dan dialami oleh khalayak film.

Ciri khas film adalah sebagai mana telah dikatakan tadi - gerakan. Gerakan ini dapat dilakukan oleh pelaku film atau oleh kamera

yang digerakkan. Gerakan ini meningkatkan “perasaan mengalami kenyataan” pada pihak khalayak.16

2. Sejarah Film dan Perkembangannya

Film pertama kali lahir dipertengahan kedua abad 19, dibuat dengan bahan dasar seluloid yang sangat mudah terbakar bahkan oleh percikan abu rokok sekalipun. Sejalan dengan waktu, para ahli berlomba-lomba untuk menyempurnakan film agar lebih aman, lebih mudah diproduksi dan enak ditonton. Film adalah serangkaian gambar diam yang bila ditampilkan pada layar,17 menciptakan ilusi gambar

karena bergerak . Berlaku sebaliknya Film telah menjadi media komunikasi audio visual yang akrab dinikmati oleh segenap masyarakat dari berbagai rentang usia dan latar belakang sosial. Kekuatan dan kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat para ahli percaya.bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya Film memberi dampak pada setiap penontonnya,Tidak sedikit film yang mengangkat cerita nyata atau sungguh-sungguh terjadi dalam masyarakat. Banyak muatan-muatan pesan ideologis di dalamnya, sehingga pada akhirnya dapat

16

Walter Hagemann. Der Film, Wesen und Gestalt, Kurt von Winckel Verlag, Heidelberg

(Bandung: Angkasa Ofset, 1952), hal. 13-22.

17


(27)

mempengaruhi pola pikir para penontonnya. Sebagai gambar yang bergerak, film adalah reproduksi dari kenyataan seperti apa adanya. Pada hakikatnya, semua film adalah dokumen sosial dan budaya yang membantumengkomunikasikan zaman ketika film itu dibuat bahkan sekalipun ia tak pernah dimaksudkan untuk itu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian. Pertama, film merupakan selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan dibioskop). Yang kedua, film diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup. Sebagai industri (an industry), film adalah sesuatu yang merupakan bagian dari produksi ekonomi suatu masyarakat dan ia mesti dipandang dalam hubungannya dengan produk-produk lainnya. Sebagai komunikasi (communication), film merupakan bagian penting dari sistem yang digunakan oleh para individu dan kelompok untuk mengirim dan menerima pesan (send and receive messages).18

Harus kita akui bahwa hubungan antara film dan mayarakat memiliki sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi. Oey

Hong Lee Misalnya, menyebutkan, “film sebagai alat komunikasi

massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa pada akhir abad ke 19, dengan perkataan lain pada waktu unsur-unsur yang merintangi perkembangan surat kabar sudah dibikin lenyap. Ini berarti bahwa dari

18

Idy Subandy Ibrahim, Budaya Populer sebagai Kamunikasi; Dinamika Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontemporer, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), hal. 190.


(28)

permulaan sejarahnya film dapat lebih mudah menjadi alat komunikasi yang sejati, karena ia tidak mengalami unsur-unsur tehnik, politik, ekonomi,sosial dan demografi yang merintangi surat kabar pada massa

pertumbuhannya dalam abad ke 18 dan permulaan abad ke 19” film,

kata Oey Hong Lee, mencapai puncaknya diantara perang dunia I dan perang dunia II, namun kemudian merosot tajam setelah tahun 1945, seiring dengan munculnya media televisi.

Namun, seiring dengan kebangkitan film pula muncul film-film yang mengumbar seks, kriminal, dan kekerasan. Inilah yang kemudian melahirkan berbagai studi komunkasi massa. Sayangnya, perkembangan studi komunikasi kerap berkutat sekitar kajian mengenai dampak media. Selama beberapa dekade, paradigma yang mendominasi

penelitian komunikasi tidak jauh beranjak dari “model komunikasi mekanistik”, yang pertama kali diintroduksir oleh Shannon dan Weaver. Komunikasi selalu diasumsikan oleh paradikma ini sebagai etintas pasif dalam menerima pengaruh dari media massa.

Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya. Sejak itu, maka merebahlah berbagai penelitian yang hendak melihat dampak film terhadap mayarakat. Ini, misalnya, dapat dilihat dari sejumlah penelitian film yang mengambil


(29)

berbagai topik seperti: pengaruh film terhadap[ perkembangan anak, film terhadap agresivitas, film dan politik, dan seterusnya.19

Pada awal 1960-an, banyak teknik film yang dipamerkan, terutama teknik-teknik penyuntingan untuk menciptakan adeganadegan yang menegangkan. Penekanan juga diberikan lewat berbagai gerak kamera serta tarian para pendekar yang sungguh-sungguh bisa bersilat. Juga menambahkan trik penggunaan tali temali, yang tak tertangkap oleh kamera, yang memungkinkan para pendekar itu terbang atau melenting-lenting dengan nyaman dari satu tempat ke tempat lain. Akhirnya, teknik-teknik mutakhir dilakukan dengan memanfaatkan sinar laser, seni memamerkan kembang api dan berbagai peralatan canggih yang lain.

Jika diingat, setiap pembuat film hidup dalam masyarakat atau dalam lingkungan budaya tertentu, proses kreatif yang terjadi merupakan pergulatan antara dorongan subyektif dan nilai-nilai yang mengendap dalam diri.20

3. Jenis Film

Seiring perkembangan zaman, film pun semakin berkembang, tak menutup kemungkinan berbagai variasi baik dari segi cerita, aksi para aktor dan aktris, dan segi pembuatan film semakin berkembang. Dengan berkembangnya produksi perfilman, produksi film pun menjadi lebih mudah, film-film pun akhirnya dibedakan dalam berbagai macam

19

Alex Sobur. Semiotika Komunikasi(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 127.

20


(30)

menurut cara pembuatan, alur cerita dan aksi para tokohnya. Adapun jenis-jenis film yaitu:

a. Film Dokumenter

Film jenis ini sedikit berbeda dengan film-film kebanyakan. Jika rata-rata film adalah fiksi, maka film ini termasuk film non fiksi, dimana film ini menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan.21

b. Film Laga (Action Movies)

Film Action memiliki banyak efek menarik seperti kejar-kejaran mobil dan perkelahian senjata, melibatkan stuntmen. Mereka biasanya melibatkan kebaikan dan kejahatan, jadi, perang dan kejahatan adalah bahasan yang umum di film jenis ini. Film Action biasanya perlu sedikit usaha untuk meyimak, karena plotnya biasanya sederhana.

c. Petualangan (Adventure)

Film ini biasanya menyangkut serorang pahlawan yang menetapkan pada tugas untuk menyelamatkan dunia atau orang-orang yang dicintai.

d. Animasi (Animated)

Film menggunakan gambar buatan, seperti babi yang berbicara untuk menceritakan sebuah berita. Film ini menggunakan gambaran tangan suatu frame pada suatu waktu, tetapi sekarang dibuat dengan komputer.

21


(31)

e. Komedi (Comedies)

Film lucu tentang orang-orang yang bodoh atau melakukan hal-hal yang tidak biasa yang membuat penonton tertawa.

f. Horor

Menggunakan rasa takut untuk merangsang penonton. Musik, pencahayaan dan set (tempat buatan manusia di studio film di tempat film ini dibuat) yang semuanya dirancang untuk menambah perasaan takut para penonton.

g. Romantis

Film percintaan membuat kisah cinta romantis atau mencari cinta yang kuat dan murni dan asmara merupakan alur utama dari film ini. Kadang-kadang, tokoh dalam film ini menghadapi hambatan seperti keuangan, penyakit fisik, berbagai bentuk deskriminasi, hambatan psikologis atau keluarga yang mengancam untuk memutuskan hubungan cinta mereka

h. Drama

Film ini biasanya serius, dan sering mengenai orang yang sedang jatuh cinta atau perlu membuat keputusan besar dalam hidup mereka. Mereka bercerita tentang hubungan antara orang-orang. Mereka biasanya mengikuti plot dasar di mana satu atau dua karakter utama harus mengatasi kendala untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.


(32)

4. Pengaruh Film

Film memberikan pengaruh yang besar pada jiwa manusia. Dalam satu proses menonton film, terjadi suatu gejala yang disebut oleh ilmu jiwa sosial sebagai identifikasi psikologi. Ketika proses decording terjadi, para penonton kerap menyamakan atau meniru seluruh pribadinya dengan peran film. Penonton bukan hanya dapat memahami atau merasakan seperti yang dialami oleh salah satu pemeran, lebih dari itu mereka juga seolah-olah mengalami sendiri adegan-adegan dalam film. Pengaruh film tidak hanya sampai disitu. Pesan-pesan yang termuat dalam film akan membekas dalam jiwa penonton. Lebih jauh pesan itu akan membentuk karakter penonton.22

Pengaruh film terhadap jiwa manusia disebabkan karena, pertama disebabkan oleh suasana didalam gedung bioskop dan kedua dikarenakan sifat dari media itu sendiri, pada saat film akan dimulai, lampu-lampu dimatikan, pintu-pintu ditutup, sehingga dalam ruangan itu gelap sekali. Tiba-tiba tampak pada layar besar yang dihadapannya tampak gambar-gambar yang merupakan cerita yang pada umumnya bersifat drama. Seluruh mata tertuju pada layar, segenap perhatian dan seluruh perasaan tercurah pada film.23

22

Aep Kusnawan, Komunikasi Penyiaran Islam (bandung: benang merah press, 2004), hal: 93-94.

23

http//www.layar perak.com/home/layar/public html.header.php, diakses pada tanggal 25 juli 2016, pukul 11.10 Wib


(33)

Dalam film, orang-orang pandai menimbulkan emosi penonton, teknik film baik pengaturannya maupun peralatannya telah berhasil menampilkan gambar-gambar yang semakin mendekati kenyataan. Menikmati cerita dalam film berlain dengan buku. Cerita dari buku disajikan dengan perantara huruf yang berderet secara mati, huruf-huruf itu mempunyai tanda, tanda-tanda itu mempunyai arti hanya dialam sadar, sebaliknya film memberikan tanggapan terhadap yang menjadi pelaku dalam cerita yang dipertunjukan itu dengan jelas tingkah lakunya dan dapat mendengarkan suara pada pelaku yang serta pada suara-suara lainnya yang bersangkutan dengan cerita yang dihidangkan. Apa yang dilihatnya pada layar bioskop seolah-olah kejadiannya nyata yang terjadi dihadapan matanya.

Ada beberapa efek atau pengaruh film terhadap penonton, diantaranya :

a. Kapasitas didalam memberi kritik dan reaksi tinggi

b. Keinginan individu-individu sendiri untuk melibatkan dirinya dalm situasi yang sedang dihadapi.

c. Tingkat kesadaran individu bahwa dia berada di dunia yang nyata diantara lingkungan orang-orang banyak.24

Kekurangan film sebagai media dakwah, pakar komunikasi Rogers dan Shoemaker menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pesan yang

24

Yoyon Mudjiono, Komunikasi Penyiaran Islam (Surabaya: Fak. Dakwah, IAIN Surabaya), hal. 62.


(34)

disampaikan dari sumber kepada penerima. Komunikasi yang menyebar melalui media massa akan memilik dampak vertikal (mengalami taraf internalisasi/penghayatan) apalagi jika para tokoh (opinion-leaders) ikut serta menebarkannya. Sementara pakar komunikasi lainnya, lazarfueld menyatakan bahwa jalannya pesan melalui media massa akan mempengaruhi masyarakat penerimanya.25

Perlu disadari bahwa film indonesia semakin hari semakin heboh. Banyak produksi-produksi film yang sekarang tidak sesuai dengan norma-norma dan malah menimbulkan efek-efek negatif pada lingkungan masyarakat. Bisa dilihat bahwa sering kali telinga kita mendengar kata-kata jorok yang sering tanpa sadar ditiru oleh para pendengar seperti kata “jancok, anjing, bangsat, dan masih banyak lagi yang lain”. Dan juga sering kali mata kita melihat hal-hal yang tidak senonoh atau adegan-adegan porno seperti halnya adegan mesra-mesraan, menampar, berantem, dan lain-lain yang tanpa sadar malah menjadi doktrin bagi para konsumennya. Sengaja maupun tidak sengaja kita dihadapkan dengan hal tersebut. Kebanyakan film yang marak sekarang hanya mementingkan bisnis semata bukan untuk meningkatkan kecerdasan bangsa.

5. Film Sebagai Media Dakwah

Pesan adalah sesuatu yang disampaikan pegirim kepada komunikan, pesan merupakan isyarat atau simbol yang disampaikan oleh seseorang

25

http.//hilwanisari.wordpress.com/2012/01/04/film-sebagai-media-dakwah/ diakses pada tanggal 25 juli 2015, pukul 12.30 Wib.


(35)

untuk saluran tertentu dengan harapan bahwa pesan itu akan mengutarakan atau menimbulkan suatu makna tertentu dalam diri orang lain yang hendak diajak berkomunikasi.26

Dakwah secara istilah ialah mendorong (memotivasi) umat manusia agar melaksanakan kebaikan dan mengikuti petunjuk serta memerintah berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan mungkar supaya mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.27 Dan masih banyak Ulama’ yang berpendapat tentang pengertian dakwah tersebut, diantaranya:

a. H. Endang S. Anshari, Dakwah berarti menyampaikan (Tabligh) Islam kepada Manusia secara lisan, maupun secara tulisan, ataupun secara lukisan.

b. Ahamd Mansyur Suryanegara mengatakan bahwa dakwah adalah aktivitas menciptakan perubahan sosial dan pribadi yang didasarkan pada tingkah laku pelaku pembahrunya. Oleh karena itu, yang menjadi inti dari tindakan dakwah adalah perubahan kepribadian seorang dan masyarakat secara kultural.28

c. Ahmad Ghalwasy dalam kitabnya ad-da‟wat al-islamiyyat

mendefinisikan dakwah sebagai pengetahuan yang dapat memberikan segenap usaha yang bermacam-macam yang mengacu kepada upaya

1

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hlm. 23.

27

Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003, hlm. 9.

28

Asep Muhyidin dan Agus Ahmad Syafei, Metode Pengembangan Dakwah, Pustaka Setia, Bandung, 2002, hlm. 28.


(36)

penyampaian ajaran islam kepada seluruh manusia yang mencakup aqidah, syariat, dan akhlak.29

d. Syekh Ali Mahfud dalam kitabnya Hidayatul mursyidin, mengatakan dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebijakan dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan mungkar agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

e. Shekh Muhammad Khidr Husain dalam bukunya Dakwah ila al-Ishlah mengatakan, dakwah adalah upaya untuk memotivasi manusia agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan amar

ma‟ruf Nahi Munkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.30

6. Film Sebagai Kajian Semiotika

Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktur atau semiotika. Seperti yang dikemukakan oleh Van Zoest, film dibangun dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Berbeda dengan fotografi statis, rangkaian gambar dalam film menciptakan imaji dan sistem penandaan. Pada film digunakan tanda-tanda ikonis, yaitu tanda-tanda yang menggambarkan susuatu. Ciri gambar-gambar film adalah persamaannya dengan realitas yang ditunjukkannya.

29

Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, Prenada Media, Jakarta, 2006, hlm. 6.

30


(37)

Gambar yang dinamis dalam film merupakan ikonis bagi realitas yang dinotasikannya.31

Semiotik sebagai suatu cara untuk mengkaji tentang film. Semiotika beroprasi dalam wilayah tanda. Film dikaji melalui sistem tanda, yang terdiri dari lambang baik verbal maupun yang berupa ikon atau gambar.

Film menentukan ceritanya dengan cara khususnya sendiri. Kekhususan film adalah mediumnya, cara pembuatannya dengan kamera dan pertunjukkanya dengan proyektor dan layar. Begitulah, sebuah film pada dasarnya bisa melibatkan bentuk-bentuk simbol visual dan linguistik untuk mengkodekan pesan yang disampaikan.32

film dan televisi memiliki bahasanya sendiri dengan sintaksis dan tata bahasa yang berbeda. Tata bahasa itu terdiri atas semacam unsur yang akrab,seperti pemotongan, pemotretan jarak dekat (close up), pemotretan dua (two shot), pemotretan jarak jauh (long shot), pembesaran gambar

(zoom in), pengecilan gambar (zoom out), memudar (fade), pelaturan

(dissolve), gerakan lambat (slow motion), gerakan yang dipercepat, efek khusus (spesial effect). 33

31

Alex Sobur, Komunikasi Semiotika, Rosda Karya, Bandung, 2006, hal. 128.

32

Ibid, hal. 131.

33

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wawancara, Analisis Semiotik, Analisis Framing, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2009, hal. 130


(38)

7. Semiotika Roland Barthes

Semiotika Roland Barthes menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal).

Dalam teorinya Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Kata konotasi berasal dari bahasa latin connotare, ”menjadi makna” dan mengarah pada

tanda-tanda kultural yang terpisah/berbeda dengan kata (dan bentuk-bentuk lain dari komunikasi). Kata melibatkan simbol-simbol, historis dan hal-hal yang berhubungan dengan emosional.

Semiotika Roland Barthes merupakan semiotika terkemuka dari Perancis dalam bukunya Mythologies (1927) memaparkan konotasi kultural dari berbagai aspek kehidupan keseharian orang Perancis, seperti steak dan frites, deterjen, mobil ciotron dan gulat. Menurutnya, tujuannya untuk

membawakan dunia tentang “apa yang terjadi tanpa mengatakan” dan

menemukan konotasi dunia tersebut dan secara lebih luas basis ideologinya.

Sedangkan denotasi, di pihak lain, menunjukan arti literature atau apa yang eksplisit dari kata-kata dan fenomena yang lain. Sebagai contoh Boneka Barbie menunjukan boneka mainan, yang dipasarkan pertama kali pada tahun


(39)

1959, dengan tinggi 11,5 inci. Sementara konotasi dari Barbie, secara kontras penuh kontroversi.34

C. Penelitian terdahulu yang relevan

Dalam penelitian ini yang sedikit mempunyai kesamaan antara lain:

1. Penelitian Muchammad Zakari, Pesan Dakwah Dalam Novel Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia, 2016. Didalam penulisan ini mempunyai kesamaan menggunakan teks media dalam penelitian sehingga menemukan suatu analisa isi dalam film atau novel Fokus Masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana dari pesan dakwah dalam novel “Assalamualaikum Beijing” Karya Asma Nadia. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami pesan dakwah yang ada pada kisah-kisah Islami pilihan yang diringkas dalam sebuah novel.

2. Penelitian Mohhamad Nuruddin Cahaya, Mahasiswa UIN Sunan Ampel

Surabaya, dengan judul “Pesan Moral dalam Film 5 Elang”. Penelitian

ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif kepustakaan. Pesan moral dalam film 5 elang adalah dimana kehidupan itu mencerminkan gambaran bahwa manusia tidak lepas dari pengaruh orang lain. Manusia tidak bisa hidup dalam kesendiriannya dan dibutuhkan hubungan interaksi antara individu yang satu dengan saling tolong-menolong. Pesan moral yang terdapat dalam film ini juga mencakup persahabatan. Pada film 5 Elang menampilkan sebuah fungsi dari persahabatan yaitu sahabat sebagai kawan, sahabat sebagai dukungan

34

Arthur Asa Berger, Media Analysis Techniques, Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, 1999, hlm. 15.


(40)

fisik atau ego, dan sahabat sebagai pemberi keakraban dan erhatian. Disamping dari segi persahabatan terdapat juga pesan moral dimana sebagai manusia yang hidup dengan bergantung kepada alam, manusia harus menjaga kelestarian alam dan lingkungan agar manusia senantiasa hidup sehat dan tentram. Persamaan penelitian ini dengan penelitian kami ialah sama-sama menggunakan analisis semiotik Roland Barthes, dan meneliti tentang suguhan file audio visual. Sedang perbedaan penelitian ini dengan penelitian kami ialah genre film yang digunakan sebagai objek penelitian. Penelitian ini menggunkan film genre modern, sedang penelitian kami meggunakan film genre kolosal.

3. Penelitian Sinyur Bangun Negoro, Mahasiswa UIN Sunan Ampel

Surabaya, dengan judul “Analisis Pesan Dakwah pada Perilaku Tokoh Zahrana, Hasan, dan Rachmat, dalam Film Cinta Suci Zahrana”.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif kepustakaan. Film Cinta Suci Zahrana adalah termasuk film drama keluarga karena sebagian besar dari ceritanya adalah mengisahkan kehidupan dan suasana dalam satu keluarga. Banyak scene dalam film Cinta Suci Zahrana menunjukkan pesan dakwah yang tergambar dalam bentuk simbol-simbol, bahasa, gambar, dan suara (pesan lisan). Adapun pesan dakwah yang ditangkap oleh peneliti pada perilaku tokoh Zahrana,

Hasan, Rachmat di film Cinta Suci Zahrana, antara lain; aqidah, syari’ah,

akhlak. Persamaan penilitian ini dengan penelitian kami ialah sama-sama meneliti film audio visual. Sedang perbedaan penelitian ini dengan penelitian kami ialah penelitian ini menggunakan analisis semiotik model Charles S. Pierce, sedang penelitian kami menggunakan analisis semiotik model Roland Barthes.

4. Penelitian dari Turini, Turini (2015) Materi Dakwah Pada Novel Religi Bestseller Di Indonesia Periode 2013. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya. Penelitian ini mempunya kesamaan pada analisi teks


(41)

kualitatif Pada penelitian ini meneliti tentan BestSeller Novel periode 2013 sedangkan pada penelitian ini lebih fokus pada Film Religi Best Seller 2015.

5. Penelitian Alfan Yudi, Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, dengan

judul “Makna Perlawanan dalam Film Dokumenter Setitik Asa Dalam

Lumpur”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif

deskriptif kepustakaan. Pesan makna perlawanan disini berkorelasi dengan beberapa keinginan korban yang belum terpenuhi maka timbul sikap aroganisme. Simbol perlawanan dalam film setitik asa dalam lumpur adalah berupa sepanduk dan tulisan pada kaos. Buku yang mewakili perasaan anak kecil , bendera sobek sebagai ketidak amanan pada negara serta komentar kritis dari salah satu provokator warga yang menyingkap semua kejahatan oknum yang harus bertanggung jawab atas kesengsaraan rakyat. Yang berisi tentang tuntutan warga. Dan juga ketidak nyamanan warga serta, tuntutan warga untuk pertanggung jawaban, dan simbol yang berupa pernyataan untuk tidak melupakan kejadian musibah tersebut yang terselip makna permintaan pertanggung jawaban. Persamaan penelitian ini dngan penelitian kami ialah sama-sama membahas tentang perjuangan membela kebenaran atas nama rakyat. Sedang perbedaan penelitian ini dengan penelitian kami ialah perlawanan yang dilakukan oleh tokoh dalam penelitian ini adalah perlawanan terhadap kesewenangan pemimpin dalam negeri sendiri, sedangkan penelitian kami sang tokoh melawan kesewenangan dari penjajah luar negeri.

Tabel 2.1

NO PENELITI JUDUL METODE

PENELITIAN

KESIMPULAN KETERANGAN

01 Muchamma

d Zakari,

Pesan Dakwah

Metode penelitian kualitatif

Pesan Dakwah Dalam Novel

Penulisan ini mempunyai


(42)

2016 UIN Sunan Ampel Surabaya Dalam Novel Assalam ualaikum Beijing Karya Asma Nadia deskriptif kepustakaan Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia adalah bagaimana kita bisa memaknai tulisan yang tersirat pada novel assalamuailkum beijing kesamaan menggunakan teks media dalam penelitian sehingga menemukan suatu analisa isi dalam film atau novel. Sedangkan Fokus Masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana dari pesan dakwah dalam novel

“Assalamualaikum Beijing” Karya

Asma Nadia. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami pesan dakwah yang ada pada kisah-kisah Islami pilihan yang diringkas dalam sebuah novel. Sedangkan penelitian ini

mengunakan analisis isi dari sebuah film religi bestseller periode 2015.

02 Mohammad

Nuruddin Cahaya, 2015, UIN Sunan Ampel Surabaya Pesan Moral dalam Film 5 Elang: Sebuah Analisis Semiotik a Roland Barthes Pada Film 5 Elang Metode penelitian kualitatif deskriptif kepustakaan Pesan moral dalam film 5 elang adalah dimana kehidupan itu mencerminkan gambaran bahwa manusia tidak lepas dari pengaruh orang lain. Manusia tidak bisa hidup dalam

kesendiriannya dan dibutuhkan hubungan

Persamaan penelitian ini dengan enelitian kami ialah sama-sama menggunakan analisis semiotika Roland Barthes dan mengunggah dari sebuah film. Sedang Perbedaan penelitian ini dengan penelitian kami ialah genre film yang digunakan sebagai objek

penelitian. Penelitian ini menggunakan


(43)

interaksi antara individu yang satu dengan saling tolong-menolong.

film genre modern sedang film yang kami teliti merupakan film genre kolosal. 03 Sinyur

Bangun Negoro, 2015, UIN Sunan Ampel Surabaya Analisis Pesan Dakwah Pada “Perilaku Tokoh Zahrana, Hasan, dan Rachmat ” dalam Film Cinta Suci Zahrana: Analisis Semiotik Model Charles S. Pierce Metode penelitian kualitatif deskriptif kepustakaan

Film Cinta Suci Zahrana adalah termasuk film drama keluarga karena sebagian besar dari ceritanya adalah mengisahkan kehidupan dan suasana dalam satu keluarga. Persamaan penelitian ini dengan penelitian kami ialah sama-sama meneliti film audio visual. Sedang, perbedaan penelitian ini dengan penelitian kami ialah, penelitian ini menggunakan analisis semiotika model Charles S. Pierce, sedang penilitian kami menggunakan anlisis semiotika model Roland Barthes.

04 Turini, Turini (2015) Undergradu ate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya. Materi Dakwah Pada Novel Religi Bestselle r Di Indonesi a Periode 2013. Metode penelitian kualitatif deskriptif kepustakaan Materi dakwah yang terkandung pada novel religi best seller 2013 mempunyai sifat akidah, akhlak, muamalah dan syariah Penelitian ini mempunya kesamaan pada analisis kualitatif sedangkan Pada penelitian ini meneliti tentan BestSeller Novel periode 2013 sedangkan pada penelitian ini lebih fokus pada Film Religi Best Seller 2015.

05 Yudi Alfan, 2015, UIN Sunan Ampel Surabaya Makna Perlawan an dalam Film Dokume nter Setitik Metode penelitian kualitatif deskriptif kepustakaan Pesan makna perlawanan disini berkorelasi dengan beberapa keinginan korban yang belum terpenuhi maka Persamaan penelitian ini dengan penelitian kami adalah sama-sama membahas tentang perjuangan membela kebenaran. Sedang, perbedaan


(44)

Asa dalam Lumpur (Analisis Semiotik Model Roland Barthes)

timbul sikap aroganisme.

penelitian ini dengan penelitian kami ialah perlawanan yang dilakukan tokoh ini terhadap

kesewenangan pemimpin dalam negeri sendiri, sedangkan penelitian kami sang tokoh dalam film melawan orang asing yang bersikap sewenang-wenang terhadap penduduk negeri ini.


(45)

39 BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan jalan keluarnya. Muchammad Nazir dalam bukunya “metode penelitian” menyatakan bahwa penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sangat hati-hati, secara teratur dan terus menerus untuk memecahkan suatu masalah.1 Sehingga dengan kata lain, metodelogi ini menjadi pisau bedah bagi

penelitian untuk mengupas penelitian, sehingga tercipta hasil karya penelitian yang akurat. Yaitu dengan menggunakan data yang pasti dengan membaca informasi tertulis, berfikir dan melihat objek. Dengan demikian peneliti memaparkan serta menjabarkan secara rinci dan menyeluruh sehingga menghasilkan suatu bentuk data yang menyeluruh.2

Metodologi atau pendekatan yang dilakukan dalam penelitian adalah pendekatan deskriptif. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentu penelitian yang ditunjukkan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan. Fenomena itu bisa berupa bentu, aktivitas, karateristik, perubahan, hubungan, dan persamaan. Jenis penelitian ini adalah

1

Muchammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Aksara, 1989), hal. 15.

2


(46)

kualitatif. Dalam penelitian kualitatif akan melakukan penggambaran secara mendalam tentang situsi atau proses yang diteliti. Karena sifatnya ini peneliti kualitatif tidak berusaha menguji hipotesis. Penelitian kualitatif adalah kumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah dan dilakukan oleh orang yang tertarik secara alamiah.3 Peneliti dalam hal ini

akan mendeskripsikan apa yang didapatkan dari hasil di lapangan.

Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis. Tetapi, perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Sedangkan dalam bukunya Introduction to Qualitatif yang diterjemahkan oleh Arief Furqon, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data diskriptif baik ucapan maupun tulisan dan perilaku yang dapat diambil dari orang-orang atau subyek itu sendiri.4 Selain itu peneliti menggunakan model

deskriptif karena peneliti yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah

3

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal.5.

4

Robert Bogdan, Steven J. Taylor, Introduction to Qualitatif Methode, (Surabaya: Terjemah Arif Furqon, Usaha Nasional, 1992), hal. 21-22.


(47)

yang ada sekarang berdasarkan data-data jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginteprestasi.5

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan analisis semiotik. Menurut Bogdam dan Guba seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong yaitu pendekatan kualitatif adalah produser penelitian yang menghasilkan data diskriptif (data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan angka-angka) hal ini ditunjukkan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa dan aktivitas sosial lainnya.6 Dalam penelitian ini data

disajikan dalam bentuk cuplikan frame dari scene-scene khususnya yang mengandung gambaran Tipikal Pesan Dakwah dalam Film Religi Bestseller Periode 2015. Data-data tersebut kemudian diinterpektasikan dengan rujukan, acuan, atau referensi-referensi lain secara ilmiah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif yang berfokus pada penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.7

Metode penelitian ini akan menggunakan analisis model Roland Barthes. Pada semiotik Roland Barthes ini, peneliti dapat mengetahui tentang bagaimana Tipikal Pesan Dakwah Dalam Film Religi BestSeller Indonesia Periode 2015 dan menggemukakan makna dari hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah pesan teks.

5

MulyanaDedi, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002), hal.148.

6

Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal.6.

7

Suharsimi Arikunto, produser Penelitian Suatu Pendekatan Praktis,(Jakarta: PT. Bina Aksara, 1989), hal. 194.


(48)

B. Unit Analisis

Unit analisisnya adalah menganailisi film religi best seller Indonesia Periode 2015 dimana terdapat film yang menduduki rating tertinggi dalam siarannya yaitu film Surga yang tak dirindukan, Mencari Hilal, Ada surga Dirumahmu dan Hijab, yang mana dalam film tersebut pasti mengandung tipikal pesan dakwah yang nantinya akan dianalisis dengan menggunakan analisis semiotik model Roland Barthes.

Pada penelitan ini yang termasuk dalam ruang lingkup penelitiannya adalah shot (pengambilan gambar) dan scene (cerita sebagai runtutuan alur peristiwa dalam sekenario) yang telah dipilih, hanya shot dan scene yang memiliki tipikal pesan dakwah yang diambil dari segi akhlak, syariah dan akidah dianalisis. Analisis semiotika digunakan pada analisis media dengan asumsi media dikomunikasikan oleh seperangkat tanda, dan film merupakan salah satu fenomena komunikasi yang sarat akan tanda-tanda tersebut. Dalam film religi Indonesia yang disampaikan oleh pembuat film atau sutradara belum tentu dapat diterima oleh penonton. Karena dalam film banyak dijumpai tanda-tanda ataupun simbol yang mempunyai makna tersembunyi.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini dibagi dalam bentuk kata-kata dan tindakan serta sumber yang tertulis. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini disesuaikan dengan apa yang dikonsepkan oleh Lofland,


(49)

bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah data tambah seperti dokumen dan lain-lain.8

Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer

Jenis data dikumpulkan untuk kepentingan penelitian ini adalah data deskriptif yaitu transkip dan sinopsis dari film Religi Best Seller Indonesia Periode 2015 ini. Transkrip yaitu kumpulan dialog berdasarkan cerita tersebut yang menunjukkan transkrip dalam film ini adalah dialog begitupun dengan sinopsis, sinopsis yaitu cerita singkat tentang isi yang terdapat dalam film

b. Data Sekunder

Tambahan atau data pelengkap yang sifatnya untuk melengkapi data yang sudah ada seperti: buku-buku refrensi, serta situs-situs yang berkaitan dengan film Religi Best Seller Indonesia Periode 2015

2. Sumber Data

Sumber data terdiri dari dua macam yakni sumber data utama atau primer dan sumber data pelengkap atau skunder.

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah rekaman video film Religi Best Seller Indonesia Periode 2015, sedangkan data sekunder atau data pelengkap yaitu bahan-bahan tertulis seperti buku, artikel, video arsip

8

Suharsimi Arikunto, produser Penelitian Suatu Pendekatan Praktis,(Jakarta: PT. Bina Aksara, 1989), hal. 157.


(50)

maupun dokumen dan juga sumber data internet yang mendukung penelitian untuk memperoleh data yang relevan.

D. Tahapan Penelitian

Dalam tahapan ini dilakukan tahapan-tahapan penelitian agar penelitian ini bisa lebih sistematis dan juga bisa lebih optimal. Berikut tahapan-tahapan penelitian, antara lain:

1. Penjajakan

Penelitian ini berawal dari kegiatan penjajakan atau menjajaki permasalahan yang menjadi pusat perhatian peneliti. Mencari ruang lingkup peneliti yang sesuai dengan pusat penelitian yang akan dilakukan.9

2. Mencari dan Menetukan Tema

Dalam kegiatan ini peneliti terlebih dahulu bmencari permasalahan yang akan dijadikan sebagai objek penelitian serta menentukan tema, peneliti mencari beberapa materi yang berhubungan dengan film untuk mencari obyek penelitian. Peneliti menyeleksi dan mencari judul yang menarik dan aktual namun tetap sesuai dengan kajian Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan konsentrasi Radio dan Televisi (RTV). Kemudian membuat matriks usulan judul yang telah disetujui oleh jurusan yang kemudian berlanjut pada pembuatan proposal penelitian.

Judul penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah “Tipikal Pesan Dakwah

9


(51)

dalam Film Religi Best Seller Indonesia Periode 2015” (Analisis Semiotik Model Roland Barthes).

3. Menentukan Metode Dan Menyusun Desain Penelitian

Tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti setelah menentukan tema adalah menentukan metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian. Karena yang diteliti adalah Tipikal Pesan Dakwah yang terkandung dalam Film film Religi Best Seller Indonesia Periode 2015, maka metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menganalisis data menggunakan analisis semiotik medel Roland Barthes. Adapun metode ini digunakan sebagai alat pembedah dalam menganalisis data yang menjadi objek penelitian yakni film Religi Best Seller Indonesia Periode 2015.

Sedangkan desain penelitian adalah rancangan, pedoman, ataupun acuan yang akan dilakukan, yaitu dengan awalnya membuat matrik usulan judul penelitian sebelum melakukan penelitian hingga pada akhirnya membuat proposal. Beberapa pakar penelitian mengatakan bahwa apabila desain penelitian telah siap, maka separuh kerja dari penelitian tersebut telah rampung.

4. Diseminarkan

Setelah proposal disetujui oleh dosen pembimbing, maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan ujian proposal untuk diseminarkan kepada para penguji proposal yang telah ditunjuk untuk menjadi penguji.


(52)

5. Menyiapkan Peralatan Penelitian

Pada tahap ini peneliti menyiapkan egala keperluan penelitian yang dibutuhkan mulai dari, bulboint, buku dan kertas, serta handphone. Peneliti melakukan penelitian terhadap film yang akan diteliti yaitu film Religi Best Seller Indonesia Periode 2015

6. Melakukan Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan observasi dan pengamatan pada Tipikal Pesan Dakwah Dalam film Religi Best Seller Indonesia Periode 2015 yang terkandung dalam film tersebut.

7. Verifikasi Data

Tahap ini dimana peneliti malakukan penarikan kesimpulan terhadap hasil yang diperoleh dari proses penelitian yang dilakukan dengan penggunaan kalimat yang mudah dipahami, dan dilakukan berulangkali untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

8. Analisis Data

Pada tahap ini proses penganalisaan data dari hasil data yang diperoleh dengan menggunakan metode yang ditentukan sebelumnya. Dalam tahap ini peneliti menjelaskan, serta mendeskripsikan kedalam bentuk tulisan hasil penelitian yang sesuai dengan fokus penelitian yang sudah ditentukan, yakni Tipikal pesan Dakwah Dalam film Religi Best Seller Indonesia Periode 2015


(53)

Langkah terakhir adalah dimana penulis mulai menyusun skripsi dari hasil laporan penelitian yang telah kita teliti dan kemudian diujikan, lalu dievaluasi dan bila ada kekurangan maka direvisi untuk melakukan perbaikan. Hal ini merupakan bab terakhir dari penelitian yang dilakukan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek penelitian. Data diartikan fakta tersebut ditemui oleh peneliti ketika melakukan sebuah penelitian. Oleh karena itu, seorang pengumpul data (peneliti) adalah orang yang benar-benar mampu membaca fakta serta bisa membawa pulang fakta dalam arti semua berupa data-data hasil penelitian. Maka di dalam skripsi ini, penulis mencari data yangdibutuhkan dan diperoleh antara lain:

1. Observasi

Observasi adalah kegiatan paling utama dan teknik pengumpulan data yang lazim dipakai peneliti kualitatif.10 Dengan menggunakan teknik

pengumpulan data ini mengenai hal-hal yang tertulis bisa melalui sinopsis, gambar, ataupun rekaan makna dari film Religi Best Seller Indonesia Periode 2015

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah menghimpun dokumen, memilih dokumen sesuai dengan tujuan penelitian, menerangkan, mencatat serta

10

Jalaludin Rakhmad, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hal.83.


(54)

menafsirkan dan menghubung-hubungkannya dengan fenomena lain.11

Dalam hal ini penulis melakukan penghimpunan dan pengamatan melalui film Religi Best Seller Indonesia Periode 2015

F. Teknik Analisis Data

Beberapa permasalahan seperti yang dikemukakan dirumusan masalah akan dipecahkan dirumusan masalah akan dipecahkan dengan menggunakan analisis semiotik yang mengacu pada teori Roland Barthes membuat model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Melalui analisis semiotik ini, kita tidak hanya mengetahui bagaimana tipikal pesan dakwah dilakukan melainkan juga bagaimana pesan dakwah yang benar. Simbol-simbol apa yang digunakan untuk mewakili Pesan Dakwah melalui film yang disusun pada saat disampaikan pada khalayak, berikut adalah cara untuk menganalisis menggunakan analisis semiotik.

Peneliti berusaha memahami realitas yang ada bahwa televise sebagai media cocok untuk digunakan sebagai penyampaian pesan dan cepat mempengaruhi perubahan pola pikir masyarakat khususnya melalui tayangan program di televise. Dalam pelaksanaanya peneliti menggunakan analisis semiotik dan menggali fenomena tersebut.

Analisa data adalah proses mengolah, memisahkan, mengelompokkan dan memadukan sejumlah data yang dikumpulkan baik di lapangan maupun dari dokumen. Analisis semiotik sebagai bahan bagian dari metode

11


(55)

penelitian dengan pendekatan kualitatif. Proses penelitiannya tidak hanya berusaha memahami makna yang terdapat dalam sebuah frame (bingkai), melainkan seringkali menggali apa yang terdapat dibalik frame tersebut.

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis secara kualitatif. Analisis data dilakukan setiap saat pengumpulan data di lapangan secara kesinambungan. Analisis data dalam penelitian ini sesuai dengan makna dalam teori semiotik Roland Barthes.

Menurut terminologis semiotik dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.12 sedangkan analisis semiotik adalah suatu ilmu

atau metode analisis untuk mengkaji tanda. tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan didunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Sedangkan semiotik dalam antropologi pada hakikatnya berarti penerapan konsep-konsep semiotik dalam pengkajian kebudayaan atau anggapan bahwa kebudayaan itu sendiri merupakan sebuah sistem semiotik. Pokok prinsip dalam semiotik sendiri

adalah “tanda” (sign).13

Tujuan dari analisis semiotik adalah untuk berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi diballik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena sistem tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran penggunaan tanda merupakan

12

Ibid, hal. 95.

13

Masinambow, Raharu, Semiotik: Mengkaji Tanda dalam Artefak, Balai Pustaka, Jakarta, 2001, hal. 24.


(56)

hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial dimana pengguna tanda tersebut berada. Leehe mendfinisikan semiotik adalah teori tentang tanda dan penanda lebih jelas lagi semiotik adalah suatu disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana signs “tanda-tanda” dan berdasarkan pada sign system (kode) sistem tanda.14

Ada beberapa macam semiotik yang kita kenal sekarang yaitu:

1. Semiotik analitik adalahsemiotik yang menganalisa sistem tanda. semiotik berobjek tanda dan menganalisanya menjadi ide, objek, dan makna ide dapat dikatakan sebagai lambang. Sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu pada objek tertentu.

2. Semiotik deskriptif adalah semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang, misalnya langit yang mendung menandakan bahwa hujan tidak lama lagi akan turun, dari dulu tetap saja seperti itu. Namun dengan majunya ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni telah banyak tanda yang diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

3. Semiotik fauna adalah semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan tanda untuk berkomunikasi antara sesamanya, tetapi juga mempunyai tanda yang bisa ditafsirkan manusia.

14


(57)

4. Semiotik kultural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu. Telah diketahui bahwa masyarakat sebagai makhluk sosial memiliki budaya tertentu yang telah turun-temurun dipertahankan dan dihormati. Budaya yang terdapat dalam masyarakat yang juga merupakan sistem itu, merupakan tanda-tanda tertentu yang membedakan dengan masyarakat yang lain.

5. Semiotik naratif adalah semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang seperti mitos dan cerita lisan. Telah diketahui bahwa mitos dan cerita lisan, ada di antaranya yang memiliki nilai kultural tinggi.

6. semiotik natural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Air sungai yang keruh menandakan dihulu sungai telah turun hujan.

7. Semiotik sosial adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata dan satuan yang telah disebut kalimat. 8. Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem

tanda yang di manisfestasikan melalui sistem bahasa.

9. Semiotik normatif adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu lintas.15

15


(58)

Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader). Konotasi, walaupun merupakan sifat aslli tanda, membuthkan keaktifan pembaca agar dapat befungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun di atas sistem ini yang telah ada sebelumnya.

Sastra merupakan contoh paling jelas sistem pemaknaan tataran dua yang dibangun di atas bahasa sebagai sistem yang pertama. Sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam Mythologies

nya secara tegas ia bedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama.

Dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Pada dasarnya, ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dimengerti oleh Barthes.16 Dalam pengertian umum, denotasi biasanya

dimengerti sebagai makna harfiah, makna yang “sesungguhnya”, bahkan

kadang kala juga dirancukan dengan referensi atau acuan.

Proses signifikasi yang secara tradisional disebut sebagai denotasi ini biasanya mengacu kepada penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang terucap. Akan tetapi, didalam semiologi Roland Barthes,

16


(59)

denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua.


(1)

117

Peneliti mengkorelasikan teori pesan dakwah dengan melihat hasil analisis data pada film religi bestseller Indonesia Periode 2015, yang mengandung makna pesan dakwah aqidah, akhlak dan syariah pada adegan maupun dialog film religi bestseller Indonesia Periode 2015.

Maka dari itu, hasil analisis film religi bestseller Indonesia Periode 2015 mengunakan analisis Roland Bathes ini lebih cenderung pada tipikal pesan dakwah Syariah.


(2)

118 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil akhir dari penelitian tentang Tipikal Pesan Dakwah dalam Film Religi best seller di Indonesia Periode 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pesan Dakwah yang terkandung dalam Film Religi Bestseller di Indonesia Periode 2015 meliputi: Masalah Syariah dan Masalah Akhlak. Masalah syariah meliputi film Mencari Hilal, Ayat-Ayat Adinda dan film Surga Yang Tak di Rindukan dan masalah akhlak meliputi film Harim di Tanah Haram dan film Air Mata Surga. Dalam konteks ini tipikal pesan dakwah yang lebih menonjol pada periode 2015 adalah ke pesan Syariah.

B. Saran

Setelah penulis mengetahui permasalahan yang terjadi dan setelah penulis mengetahui hasil akhir dari penelitian ini, maka saran-saran yang dapat penulis berikan adalah:

1. Peneliti mengharapkan kepada para insan perfilman indonesia agar terus berkarya menghasilkan film-film yang berkualitas, bermanfaat, mendidik, dan membawa nilai positif bagi masyarakat indonesia. Seperti yang sudah di perlihatkan dalam film religi periode 2015.

2. Peneliti mengharapkan kepada masyarakat sebagai penonton yang cerdas kritis dalam memilih tontonan yang membawa dampak


(3)

119

positif tentunya sesuai dengan segmentasi serta konten yang terkandung dalam film tersebut.


(4)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Arifin, M. 2004. Psikologi Dakwah, Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 1989. produser Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: PT. Bina Aksara.

As-Shobuni, Muhammad Ali. Tafsir Ayat Ahkam. Beirut: Dar al-Fikr. Jilid.1. Aziz, Moh. Ali. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana

. 2009. Ilmu Dakwah (edisi Revisi). Jakarta: Kencana. Bachtiar, Wardi. 200. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos

Berger, Arthur Asa : terjemahan Dwi Marianto dkk. 2000. Tanda-tanda dalam Kedubayaan Kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya

Bogdan, Robert dkk. Introduction to Qualitatif Methode. 1992. Surabaya: Terjemah Arif Furqon, Usaha Nasional.

Bungin, Burhan. 2001. Metodoligi Penelitian Sosial. Surabaya: AirlanggaPress. Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Danesi, Marcel. 2012. Pesan, Tanda dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenal Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.

Departemen agama, Quran dan terjemahan. 1990. Jakarta: mujamma’. Effendy, Heru. 2009. Mari Membuat Film. Jakarta: Erlangga

Faizah dkk, 2006. Psikologi Dakwah. Jakarta: Prenada Media,

Fiske, John. 2004. Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif, Yogyakarta: Jalasutra.

Hagemann, Walter. 1952. Der Film, Wesen und Gestalt, Kurt von Winckel Verlag, Heidelberg. Bandung: Angkasa Ofset.

Husein, Mochtar. 2000. Islam Itu Indah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Ibrahim, Idy Subandy. 2011. Budaya Populer sebagai Kamunikasi; Dinamika Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Jalasutra.


(5)

Ilaihi, Wahyu. 2010. Komunikasi Dakwah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Meleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

.2009. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Muhammad, Imam bin Ismail al Bukhari. 2001. Shahih Bukhari. Jakarta : Pustaka As Sunnah.

Mudjiono, Yoyon. Komunikasi Penyiaran Islam. Surabaya: Fak. Dakwah, IAIN Surabaya

Mulyana, Dedi. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rakhmad, Jalaludin. 1995. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Sambas, Syukriyadi. 2004. Komunikasi Penyiaran Islam. Bandung: Benang Merah Press

Samantho, Ahmad Y. 2002. Jurnalistik Islami. Jakarta: Harakah.

Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Media, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja rosdakarya

. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sumarno, Marselli. Dasar-Dasar Apresiasi Film. 1996. Jakarta: PT. Grasindo

Verharr. 1995. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: UGM Press

Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. Tasmara, Toto. 1997. Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama.

Tinarbuko, Sumbo. 2009. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra, Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya. 2013. Pengantar Studi Islam,

Surabaya: UIN Sunan Ampel Press

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2013. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.


(6)

Non Buku

filmbor.com/harim-di-tanah-haram/sinopsis/ pada tanggal 15 Nofember 2016 movie.co.id/mencari-hilal/sinopsis/ pada tanggal 15 Nofember 2016

showbiz.liputan6.com/read/2163256/ya-tidak-ada-film-akhir-tahun-yang-capai-1-juta-penonton, diakses 6 april 2016

www.hukumonline.com/detail.asp?id=18417&cl=Berita, diakses 25 April 2009 id.wikipedia.org/wiki/agama#definisi, diakses 25 April 2009

www.layar perak.com/home/layar/public html.header.php, diakses pada tanggal 25 juli 2016, pukul 11.10 Wib

hilwanisari.wordpress.com/2012/01/04/film-sebagai-media-dakwah/ diakses pada tanggal 25 juli 2015, pukul 12.30 Wib.

www.layar perak.com/home/layar/public html.header.php, diakses pada tanggal 25 juli 2016, pukul 11.10 Wib

hilwanisari.wordpress.com/2012/01/04/film-sebagai-media-dakwah/ diakses pada tanggal 25 juli 2015, pukul 12.30 Wib.

www.situskuncitripod.com/teks/viktor diakses 25 juni 2016, pukul 11.00 Wib. www.sinopsisfilmbioskopterbaru.com/2015/07/sinopsis-lengkap-film-surga-yang-tak-dirindukan-dari-novel-laris-asma-nadia.html?m=1 tanggal 15 Nofember 2016 www.sinopsisfilmbioskopterbaru.com/2015/07/sinopsis-lengkap-film-ayat-ayat-adinda-dibintangi-tissa-biani.html?m=1 tanggal 15 Nopember 2016


Dokumen yang terkait

Makna Pesan Perdamaian Dalam Film (Analisis Semiotika Roland Barthes Mengenai Makna Pesan Perdamaian Dalam Film di Timur Matahari Karya Ari Sihasale)

0 2 1

Representasi Pesan Konspirasi Politik dalam Film Shooter (Analisis Semiotika Roland Barthes Mengenai Representasi Pesan Konspirasi Politik dalam Film Shooter)

4 32 98

Representasi Feminisme dalam Film (Analisis Semiotika Roland Barthes Mengenai Feminisme Dalam Film Maleficent )

33 170 130

REPRESENTASI PERLAWANAN RASISME DALAM FILM THE HELP (Analisis Semiotika Roland Barthes) Representasi Perlawanan Rasisme Dalam Film The Help (Analisis Semiotika Roland Barthes).

0 2 14

REPRESENTASI PERLAWANAN RASISME DALAM FILM THE HELP ( Analisis Semiotika Roland Barthes) Representasi Perlawanan Rasisme Dalam Film The Help (Analisis Semiotika Roland Barthes).

1 13 11

SEMANGAT NASIONALISME ANAK DALAM FILM “INDONESIA MASIH SUBUH”: STUDI DAKWAH ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES.

4 133 93

METODE DAKWAH BIL HAL DALAM FILM BAJRANGI BHAIJAAN : ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL.

6 33 102

BAB II PESAN DAKWAH, FILM DAN TEORI SEMIOTIKA ROLAND BARTHES A. Pesan Dakwah 1. Pengertian Pesan Dakwah - PESAN DAKWAH DALAM FILM ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA GUNTUR SEOHARJANTO (Study Analisis SemiotikaTeori Roland Barthes) - Raden Intan Repository

0 0 25

Pesan Moral dalam Film “Melawan Takdir” (Analisis Semiotika Roland Barthes) - Repositori UIN Alauddin Makassar

1 1 88

PESAN DAKWAH DALAM FIM SURGA YANG TAK DIRINDUKAN (Studi Analisis Semiotika Roland Barthes) SKRIPSI

0 0 11